pedoman arah peminatan draf 2

Upload: kesatria-terakhir

Post on 13-Oct-2015

110 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

peminatan

TRANSCRIPT

  • www.akursudianto.com

    i

    PEDOMAN

    PEMINATAN PESERTA DIDIK

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN

    KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI PENDIDIK

    2013

    DRAF 2

  • www.akursudianto.com

    ii

    Pusbang Prodik

    Komplek Kemdikbud Gedung D Lantai 14

    Jl. Jenderal Sudirman Pintu 1 Senayan Jakarta Pusat, 10270

    Telp./Fax. (021) 57946110

  • www.akursudianto.com

    iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan dukungan tim pengembang berhasil menyusun Pedoman Peminatan Peserta Didik dalam Implementasi Kurikulum 2013.

    Peminatan dalam pedoman ini mencakup peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran untuk peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAB, SMK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan, khususnya dalam jenjang pendidikan dasar dan menengah. Artinya, program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan harus memuat pelayanan peminatan baik kelompok mata pelajaran maupun mata pelajaran. Upaya ini mengacu kepada program pelaksanaan kurikulum tahun 2013, khususnya terkait dengan peminatan akademik, peminatan kejuruan, pilihan lintas minat atau pendalaman mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan. Program bimbingan dan konseling dengan peminatan sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab Guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK) atau Konselor di setiap satuan pendidikan.

    Dalam konstruk dan isinya kurikulum tahun 2013 mementingkan terselenggaranya proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan peserta didik. Proses belajar yang dilakukan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk. Untuk ini, selain memuat isi kurikulum dalam bentuk mata pelajaran dan kegiatan lainnya, Kurikulum Tahun 2013 menyajikan kelompok mata pelajaran wajib, mata pelajaran peminatan, dan mata pelajaran pilihan untuk pendidikan menengah yang diikuti peserta didik sepanjang masa studi mereka. Kelompok mata pelajaran peminatan meliputi peminatan akademik, kejuruan, lintas mata pelajaran atau pendalaman mata pelajaran dan peminatan studi lanjutan. Untuk SMA/MA peminatan akademik meliputi peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, peminatan Ilmu-Ilmu Sosial dan peminatan Bahasa dan Budaya; sedangkan untuk SMK meliputi peminatan Akademik dan Kejuruan. Guru BK/Konselor membantu peserta didik dalam memenuhi Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran untuk peserta didik sesuai dengan kemampuan dasar umum, bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik.

    Peminatan memberikan kesempatan yang cukup luas bagi peserta didik untuk menempatkan diri pada jalur yang lebih tepat dalam rangka penyelesaian studi secara terarah, sukses, dan jelas dalam arah pendidikan selanjutnya. Wilayah Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran bagi peserta didik ini, dalam keseluruhan program pendidikan satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan bidang pelayanan BK yang menjadi wilayah manajemen BK dan wilayah tugas pokok Guru BK/Konselor dalam kerangka keseluruhan

  • www.akursudianto.com

    iv

    program pelayanan BK pada satuan pendidikan. Pendalaman materi mata pelajaran merupakan bidang pelayanan pembelajaran yang menjadi wilayah manajemen pembelajaran dan wilayah tugas pokok Guru Mata Pelajaran dalam kerangka keseluruhan program pembelajaran pada satuan pendidikan. Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi Guru BK/Konselor dalam melaksanakan Peminatan dan bagi fihak-fihak terkait dalam menentukan kebijakan terkait implementasi kurikulum 2013 di tingkat satuan pendidikan. Pedoman ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.

    Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan pedoman ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan atas dedikasi dan sumbangan pemikirannya. Semoga pedoman ini dapat memberi manfaat positif dalam implementasi kurikulum guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

    Jakarta, Maret 2013

    Kepala Badan PSDMP dan PMP Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd NIP.196202031987031002

  • www.akursudianto.com

    v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................. Iii

    DAFTAR ISI ..,, V

    DAFTAR LAMPIRAN., Vi

    BAB I PENDAHULUAN . 1

    A. Latar Belakang ................................................................,,,,, 1

    B. Landasan Hukum.............................................................,,,,, 4

    C. Tujuan............................................................................,,,,,,, 5

    D. Ruang Lingkup ..................................................................... 6

    BAB II PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

    KURIKULUM 2013

    7

    A. Prinsip Dasar dan Kerangka Pelayanan Bimbingan dan

    Konseling ...

    7

    B. Peran dan Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling .... 8

    C. Eksistensi Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi

    Kurikulum 2013

    12

    D. Pengelolaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam

    Implementasi Kurikulum 2013 ...

    15

    1. Perencanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling .... 15

    2. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling . 20

    3. Evaluasi, Pelaporan dan Tindak Lanjut .. 26

    BAB III PEMINATAN PESERTA DIDIK . 30

    A. Hakekat Peminatan 30

    B. Pengertian, Macam dan Komponen Peminatan 35

    C. Tujuan dan Fungsi Peminatan . 43

    D. Tingkat dan Aspek Peminatan .. 46

    E. Pengorganisasian, Kreteria dan Pemetaan Peserta Didik .. 50

    F. Langkah Pokok Peminatan ...... 59

    G. Waktu Pelayanan Peminatan .. 62

    H. Mekanisme Peminatan 79

  • www.akursudianto.com

    vi

    BAB IV PENUTUP . 86

    DAFTAR RUJUKAN ..

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • www.akursudianto.com

    vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Contoh Rencana Pelaksana Layanan (RPL) Bimbingan dan Konseling

    Lampiran 2 : Contoh Satuan Pendukung (Satkung) Aplikasi Instrumentasi

    Lampiran 3 : Format Peminatan dan Pendalaman Mata Pelajaran

    Lampiran 4 : Format Monitoring Peminatan dan Pendalaman Mata Pelajaran

    Lampiran 5 : Kelompok Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan 2013

    Lampiran 6 : Angket Peminatan Calon / Peserta Didik Baru SMA

    Lampiran 7 : Peminatan Calon / Peserta Didik Baru SMK

    Lampiran 8 : Angket Peminatan Calon / Peserta Didik Baru SMA/SMK

    Lampiran 9 : Angket Perhatian Orang Tua Calon / Peserta Didik Baru

    SMA/SMK

    Lampiran 10 : Formulir Pendaftaran Peserta Didik Baru SMA/SMK

    Lampiran 11 Formulir Pemeriksaan Fisik SMA/SMK

    Lampiran 12 Rekapitulasi Data Peminatan Calon/ Peserta Didik SMA/SMK

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

    Pasal 1 Ayat 19 menyebutkan Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

    pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan

    sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

    pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena kurikulum

    bagian dari program pendidikan. Tanpa kurikulum akan sangat sulit untuk mencapai

    tujuan pendidikan yang ditetapkan. Kurikulum tidak hanya memperhatikan

    perkembangan dan pembangunan masa sekarang tetapi juga mengarahkan

    perhatian ke masa depan.

    Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan

    perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

    di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus

    menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk

    penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing

    dan menyesuaikan diri dengan perubahan.

    Kemendikbud tahun ini melakukan perubahan kurikulum. Salah satu

    barometer yang dijadikan alasan pentingnya perubahan kurikulum itu dilakukan

    adalah survey Trends in International Math and Science oleh Global Institute pada

    tahun 2007, dimana berdasarkan survey tersebut hanya 5 persen peserta didik

    Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan

    penalaran. Sedangkan peserta didik Korea sanggup mengerjakannya mencapai 71

    persen. Indikator lain adalah Programme for International Student Assessment

    (PISA) pada tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar terakhir dari

    65 negara peserta PISA. Kriteria penilaiannya adalah kemampuan kognitif dan

    keahlian membaca, matematika, dan sains. Penguasaan peserta didik Indonesia

    hanya sampai level 3 sementara negara lain sampai level 4,5 dan 6. Kedua survey

    ini menunjukkan prestasi peserta didik Indonesia masih tertinggal. Perubahan

    kurikulum 2013 dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia yang memiliki

  • 2

    kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif,

    dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

    bernegara dan peradaban dunia.

    Jalur dan jenjang pendidikan formal, meliputi pendidikan dasar, yaitu SD/MI,

    SMP/MTs; dan pendidikan menengah meliputi SMA/MA dan SMK. Pendidikan dasar

    (SD/MI dan SMP/ MTs) merupakan jenjang pendidikan formal paling awal yang wajib

    ditempuh oleh seluruh warga negara Indonesia. Pada jenjang pendidikan SD/MI

    peserta didik perlu disiapkan dan dibina minatnya untuk mengikuti pendidikan pada

    jenjang SMP/MTs.

    Jenjang pendidikan SMP/MTs sebagai kelanjutan studi tamatan jenjang

    pendidikan SD/MI juga merupakan pendidikan wajib yang harus diikuti oleh segenap

    warga negara Indonesia dalam rangka Wajib Belajar (WAJAR) 9 Tahun. Selain

    pembinaan pribadi peserta didik secara menyeluruh, tujuan pendidikan SMP/MTs

    adalah menyiapkan lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

    tinggi, yaitu jenjang pendidikan SMA/MA atau SMK. Diyakini bahwa keberhasilan

    peserta didik dalam menjalani pendidikan di SMA/MA, dan SMK dipengaruhi oleh

    berbagai faktor, banyak di antara faktor tersebut yang hendaknya disiapkan saat

    pendidikan di SMP/MTs. Peserta didik SMA/MA, dan SMK yang sebelumnya

    menempuh jenjang SMP/MTs diwajibkan mengikuti pendidikan sesuai dengan

    kurikulum yang berlaku, di samping bertujuan untuk pengembangan dan pembinaan

    pribadi peserta didik dalam menyiapkan mereka bekerja pada lapangan pekerjaan

    tertentu, juga untuk menyiapkan kemampuan melanjutkan studi ke jenjang

    pendidikan tinggi.

    Fenomena dalam melanjutkan atau memilih program studi menunjukkan

    bahwa peserta didik tamatan SMP/MTs yang memasuki SMA/MA dan SMK, dan

    tamatan SMA/MA dan SMK yang memasuki perguruan tinggi belum didasarkan atas

    Peminatan peserta didik yang didukung oleh potensi dan kondisi diri secara

    memadai sebagai modal pengembangan potensi secara optimal, seperti

    kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan kondisi fisik serta sosial

    budaya dan minat karir mereka. Para peserta didik selama ini banyak yang memilih

    sekolah lanjutan didasarkan pada keinginan orang tua, pertimbangan ekonomi, dan

    nilai hasil belajar yang telah mereka tempuh. Akibatnya, ketika berada di SMA/MA

    atau SMK, atau di perguruan tinggi, seringkali mengalami kesulitan belajar,

  • 3

    terjerumus dalam berbagai perilaku terlarang dan masalah pribadi lainnya, sehingga

    tidak naik kelas/tingkat, pindah jurusan/program studi, pindah

    sekolah/madrasah/perguruan tinggi, atau bahkan putus sekolah/

    madrasah/perguruan tinggi (drop out).

    Salah satu usaha untuk mencegah terjadinya masalah dan mengatasi

    masalah tersebut di atas adalah perlu dilaksanakannya pengarahan yang lebih awal

    dalam peminatan pada umumnya, khususnya dalam penyiapan penempatan dan

    penyaluran untuk kelanjutan studi mereka sesuai dengan potensi dan kondisi yang

    ada pada diri peserta didik dan lingkungan. Dalam rangka pengarahan Peminatan

    peserta didik sejak dari di SD/MI dan SMP/MTs, sampai dengan SMA/MA dan SMK

    diperlukan adanya pelayanan BK yang dilakukan oleh Guru BK/Konselor. Pelayanan

    BK secara khusus ini terfokus pada Peminatan peserta didik dalam memilih dan

    mengikuti mata pelajaran pada satuan pendidikan yang dijalani, arah pilihan karir

    dan pilihan studi lanjutan.

    Kurikulum 2013 memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

    mengembangkan kemampuan, bakat dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan

    kemampuan, kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

    memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap,

    keterampilan dan pengetahuan), beragam program sesuai dengan minat peserta

    didik, dan beragam pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan awal dan

    minat peserta didik. Mata pelajaran dalam struktur kurikulum terdiri atas (1) mata

    pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada

    setiap satuan dan jenjang pendidikan,dan (2) mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh

    peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.

    Kelompok mata pelajaran wajib dan pilihan termuat dalam struktur kurikulum

    pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK), sementara itu mengingat usia dan

    perkembangan psikologis peserta didik usia SD/MI dan SMP/MTs (7-15 tahun)

    maka mata pelajaran pilihan belum diberikan. Mata pelajaran pilihan baru diberikan

    pada peserta didik usia pendidikan menengah (15-18 tahun) yang terdiri atas pilihan

    akademik (SMA/MA) dan pilihan kejuruan (SMK/MAK). Mata pelajaran pilihan ini

    memberi corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapai pilihan

    sesuai dengan minat peserta didik.

  • 4

    Implementasi Kurikulum Tahun 2013 menekankan penilaian berbasis proses

    dan hasil, dan tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai pencapaian

    target-target kuantitatif berupa angka-angka hasil ujian sejumlah mata pelajaran

    akademik saja, tanpa penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik.

    Kejujuran, kerja keras dan disiplin adalah hal yang tidak boleh lepas dari penilaian

    proses. Hasil penilaian juga harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter

    peserta didik sebagai makhluk individu, sosial, warga negara dan sebagai makhluk

    Tuhan Yang Maha Esa. Kurikulum 2013 lebih sensitif dan respek terhadap

    perbedaan kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik, dan untuk SMA/MA

    dan SMK memberikan peluang yang lebih terbuka kepada peserta didik untuk

    memilih mata pelajaran yang diminati, mendalami materi mata pelajaran dan

    mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara fleksibel sesuai dengan

    kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan karakteristik kepribadian

    tanpa dibatasi dengan sekat-sekat penjurusan yang terlalu kaku.

    Mengingat pentingnya Peminatan oleh Guru BK/Konselor dalam implementasi

    kurikulum 2013 maka Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan Pengembangan

    Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan,

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun Pedoman Peminatan Peserta Didik

    oleh Guru BK/Konselor dalam Implementasi Kurikulum 2013.

    B. Landasan Hukum

    Peraturan perundang-undangan yang mendasari keterlaksanaan Peminatan

    Peserta Didik oleh Guru BK/Konselor dalam Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai

    berikut :

    1. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

    2. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

    3. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan

    sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000;

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah

    dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

  • 5

    6. Inpres Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

    Pembangunan Nasional 2010;

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan;

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

    9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun

    2008 tentang Standar Kualifikasi Akademis dan Kompetensi Konselor;

    10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi

    Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka

    Kreditnya;

    11. Peraturan Bersama Menteri pendidikan Nasional dan Kepala Badan

    Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tentang

    Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;

    12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk

    Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

    C. Tujuan

    Secara umum Pedoman Peminatan Peserta Didik bertujuan untuk memberikan

    pedoman yang dapat digunakan guru Guru BK/Konselor dan pihak-pihak terkait

    dalam memberikan pelayanan peminatan peserta didik melalui pelayanan bimbingan

    dan konseling.

    Tujuan khusus pedoman ini adalah memberikan acuan bagi Guru

    BK/Konselor dalam:

    1. memahami peran, fungsi dan eksistensi pelayanan bimbingan dan konseling

    dalam kurikulum 2013.

    2. menyusun perencanaan peminatan kelompok mata pelajaran dan mata

    pelajaran;

    3. melaksanakan peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran;

    4. melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan peminatan kelompok mata

    pelajaran dan mata pelajaran.

  • 6

    D. Ruang Lingkup

    Lingkup bahasan Pedoman Peminatan Peserta Didik oleh Guru BK/Konselor

    dalam Implementasi Kurikulum 2013 ini terdiri atas 4 bab, yaitu Bab I, Pendahuluan

    yang membahas latar belakang, landasan hukum, tujuan dan ruang lingkup, Bab II,

    Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013 yang membahas prinsip

    dasar dan kerangka, peran dan fungsi, serta eksistensi pelayanan bimbingan dan

    konseling dalam kurikulum 2013, dan pengelolaan pelayanan bimbingan konseling

    yang mencakup perencanaan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling serta

    evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut, dan Bab III Peminatan Peserta Didik yang

    membahas hakekat peminatan, pengertian, macam dan komponen peminatan,

    tujuan dan fungsi Peminatan, tingkat dan aspek peminatan, pengorganisasian,

    kreteria dan pemetaan peserta didik, langkah pokok pelayanan peminatan, waktu

    dan mekanisme pelayanan peminatan dan pelaksana peminatan, dan Bab IV

    Penutup.

  • 7

    BAB II

    PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

    DALAM KURIKULUM 2013

    A. Prinsi Dasar dan Kerangka Pelayanan Bimbingan dan Konseling

    Pengembangan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan mutu

    pendidikan dan didalamnya terdapat perubahan program yang berkaitan langsung

    dengan layanan bimbingan dan konseling adalah peminatan peserta didik.

    Peminatan peserta didik dimaknai sebagai fasilitasi bagi perkembangan peserta

    didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga

    mencapai perkembangan optimum. Tercapainya perkembangan optimum

    diharapkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat

    dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika

    kehidupan yang dihadapinya.

    Peminatan peserta didik merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan

    keputusan oleh peserta didik dalam bidang keahlian yang didasarkan atas

    pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Dalam konteks ini, bimbingan dan

    konseling membantu peserta didik untuk memahami diri, menerima diri,

    mengarahkan diri, mengambil keputusan diri, merealisasikan keputusannya secara

    bertanggung jawab. Bimbingan dan konseling membantu peserta didik mencapai

    perkembangan optimal dan kemandirian dalam kehidupannya serta menyelesaikan

    permasalahan yang sedang dihadapi. Di samping itu juga membantu individu dalam

    memilih, meraih dan mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang

    produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli

    kemaslahatan umum melalui pendidikan. Sehubungan dengan itu, Kurikulum 2013

    dalam implementasinya (1) Dapat menyiapkan peserta didik sukses dalam

    menghadapi tantangan kehidupan di era globalisasi dengan tetap berpijak pada

    nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, (2) Menitikberatkan

    pada pencapaian kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan sebagai

    keutuhan yang harus dicapai oleh peserta didik, (3) Memiliki spirit yang kuat untuk

    memulihkan proses pendidikan sebagai proses pembelajaran yang mendidik dan

    wahana pengembangan karakter, kehidupan yang demokratis, dan kemandirian

    sebagai softskills, serta penguasaan sains, teknologi, dan seni sebagai hardskills,

  • 8

    (4) memandang bahwa peserta didik aktif dalam proses pengembangan potensi dan

    perwujudan dirinya dalam konteks sosial kultural, sehingga menuntut profesionalitas

    guru yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat

    menstimulasi peserta didik untuk belajar lebih aktif dalam mencapai

    keberhasilannya, (5) Menekankan penilaian berbasis proses pembelajar an yang

    mendidik dan hasil belajar peserta didik, (6) Mengakui dan menghormati perbedaan

    kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik, hal ini memerlukan

    pendampingan, remediasi dan akselerasi secara berkala, terutama bagi peserta

    didik yang belum mencapai batas kompetensi yang ditetapkan, (7) memberikan

    kesempatan peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya

    sesuai dengan kesempatan dan layanan pendidikan yang diselnggarakan, (8)

    Menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru bimbingan

    dan konseling dan orang tua/wali dalam mengoptimalkan perkembangan peserta

    didik, (9) Proses pendidikan mengarah kepada orientasi perkembangan dan

    pembudayaan peserta didik. Oleh karena itu, keberhasilan proses pendidikan dalam

    mencapai tujuan pendidikan nasional melibatkan manajemen, pembelajaran, dan

    bimbingan dan konseling.

    B. Peran dan Fungsi Pelayanan Bimbingan dan Konseling

    Pelayanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan usaha

    memfasilitasi pengembangan nilai-nilai melalui proses interaksi yang empatik antara

    guru BK/Konselor dengan peserta didik, dimana Guru BK/Konselor membantu

    peserta didik untuk mengenal kelebihan dan kelemahan dalam berbagai aspek

    perkembangan dirinya, memahami peluang dan tantangan yang ditemukan di

    lingkungannya, serta mendorong penumbuhan kemandirian peserta didik untuk

    mengambil berbagai keputusan penting dalam perjalanan hidupnya secara

    bertanggung jawab dan mampu mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera,

    bahagia serta peduli terhadap kemaslahatan umat manusia.

    Dasar pertimbangan penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di

    Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya

    landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari pemerintah tetapi yang

    lebih penting adalah upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu

  • 9

    mengembangkan potensi dirinya guna mencapai tugas-tugas perkembangannya

    dalam aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual. Proses pendidikan

    harus dipandang sebagai suatu proses perkembangan, karena setiap peserta didik

    sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi

    (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk

    mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena

    mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan

    lingkungannya juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Di samping

    itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu

    berlangsung secara mulus, atau steril dari masalah. Dengan kata lain, proses

    perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan

    potensi, harapan dan nlai-nilai yang dianut. Untuk itulah diperlukan pelayanan

    bimbingan dan konseling yang dirancang secara baik agar mampu menfasilitasi

    individu kearah kematangan dan kemandirian, yang meliputi aspek pribadi, sosial,

    belajar, dan karir.

    Alasan tersebut diperkuat adanya perbedaan individual pada peserta didik

    dan keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak selalu

    berlangsung secara mulus, dalam alur yang lurus, searah dengan potensi, harapan

    dan nilai-nilai yang dianut, sehingga banyak individu yang memerlukan bantuan

    orang lain.

    Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, setiap individu peserta didik

    dihadapkan pada situasi kehidupan yang kompleks dan penuh tantangan. Era

    globalisasi dan informasi ialah era persaingan yang salah satu ciri utamanya adalah

    dunia tanpa batas. Dunia menjadi suatu tempat yang disebut placeless society

    dimana hubungan antar manusia, antar masyarakat dan antar bangsa menjadi

    transparan. Dunia yang semakin terbuka juga menuntut suatu bentuk masyarakat

    baru, yaitu masyarakat terbuka, masyarakat yang demokratis. Kondisi ini di satu sisi

    memberikan kesempatan pada setiap individu berkembang sepenuhnya sesuai

    dengan potensi yang dimilikinya dan memungkinkan setiap individu atau

    sekelompok masyarakat atau bangsa untuk berbuat sesuatu yang terbaik bagi

    dirinya, masyarakat, dan umat manusia. Namun, di sisi lain sistem dan kultur

    kehidupan kemungkinan juga akan berubah, berbagai benturan peradaban dan

    benturan nilai sangat mungkin terjadi dalam kehidupan.

  • 10

    Dalam situasi demikian, peserta didik dihadapkan pada konfigurasi

    kehidupan, di satu sisi yaitu tetap berpijak dan mengarahkan diri kepada jati diri

    bangsa, di sisi lain dan dapat bereaksi dan serta mengarahkan diri secara

    proporsional terhadap perubahan mendunia yang terjadi. Strategi yang

    dikembangkan untuk menghadapi fenomena ini adalah dengan menempatkan faktor

    manusia sebagai titik sentral, sehingga upaya tersebut memberikan implikasi

    terhadap pelaksanaan pendidikan. Pendidikan tidak cukup hanya dilakukan melalui

    transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus didukung oleh

    peningkatan profesionalisme dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta

    pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam

    memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya.

    Untuk maksud tersebut, maka proses pendidikan diharapkan dapat

    mengembangkan potensi peserta didik dan memfasilitasi mereka secara sistematik,

    terprogram dan kolaboratif untuk mampu mandiri dalam menghadapi berbagai

    permasalahan kehidupannya. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian

    dari proses pendidikan harus didasarkan kepada upaya membantu pencapaian

    tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah

    peserta didik sebagai suatu keutuhan yang diselenggarakan secara intensif dan

    kolaboratif.

    Dalam pelaksanaannya diperlukan kolaborasi antara guru BK/Konselor

    dengan para personal sekolah lainnya (Kepala Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan

    staf administrasi), orang tua, dan pihak-pihak terkait lainnya. Pendekatan ini

    terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan

    dalam upaya membantu para peserta didik agar dapat mengembangkan atau

    mewujudkan potensi dirinya secara utuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,

    belajar, maupun karir.

    Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di

    Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan

    potensi peserta didik, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau

    terkait dengan pengembangan pribadi peserta didik sebagai makhluk yang

    berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).

    Pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik

    dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta

  • 11

    memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; dan tidak hanya untuk

    peserta didik bermasalah tetapi menyangkut seluruh peserta didik. Pelayanan

    bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu atau yang perlu

    dipanggil saja, melainkan untuk seluruh peserta didik (Guidance and counseling

    for all).

    Bimbingan dan konseling adalah upaya pendidikan dan merupakan bagian

    integral dari pendidikan yang secara sadar memposisikan "... kemampuan peserta

    didik untuk mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan karier

    itu ditumbuhkan secara isi-mengisi atau komplementer oleh guru BK/Konselor dan

    oleh guru mata pelajaran dalam setting pendidikan khususnya dalam jalur

    pendidikan formal, dan sebaliknya tidak merupakan hasil upaya yang dilakukan

    sendirian oleh guru BK/Konselor, atau yang dilakukan sendirian oleh Guru. (ABKIN:

    2007).

    Dalam kaitan dengan implementasi kurikulum 2013, Peminatan peserta didik

    yang merupakan bagian dari pelayanan bimbingan dan konseling, tidak berakhir

    pada penetapan pilihan dan keputusan bidang atau rumpun keilmuan yang dipilih

    peserta didik di dalam mengembangkan potensinya, yang akan menjadi dasar bagi

    perjalanan hidup dan karir selanjutnya, melainkan harus diikuti dengan layanan

    pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas dan

    terdiferensiasi, dan penyiapan lingkungan perkembangan/belajar yang mendukung.

    Dalam konteks ini bimbingan dan konseling berperan dan berfungsi, secara

    kolaboratif, dalam hal-hal berikut.

    1. Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik

    Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2), Pasal 3, dan Pasal 4 (3) Undang-

    undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara utuh,

    kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus

    bermuara pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik yang

    memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik. Suasana belajar dan proses

    pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah proses mengadvokasi dan

    memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam implementasinya

    memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Bimbingan dan

    konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk

    mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi

    peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya:

  • 12

    (1) memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan

    dan konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi peserta

    didik, (3) melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta

    didik, (4) mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi

    peserta didik. Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan

    melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.

    2. Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas

    Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya Peminatan.

    Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas, dan

    fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi

    pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu

    kolaborasi guru BK/Konselor dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan

    dalam bentuk: (1) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar

    peserta didik, (2) merancang ragam program pembelajaran dan melayani

    kekhususan kebutuhan peserta didik, serta (3) membimbing perkembangan

    pribadi, sosial, belajar dan karir.

    3. Menyelenggarakan Fungsi Outreach

    Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan,

    sesuai dengan arahan Pasal 4 (3) UU Nomor 20 Tahun 2003, Kurikulum 2013

    menekankan pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan.

    Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup

    menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi

    outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan

    perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi guru

    BK/Konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks

    kolaborasi yang lebih luas, antara lain: (1) kolaborasi dengan orang tua/keluarga,

    (2) kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan, (3) "intervensi"

    terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan

    peserta didik

    C. Eksistensi Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013

    Keberadaan Bimbingan dan konseling dalam pendidikan di Indonesia,

    sesungguhnya sudah dimulai sejak tahun 1964, yang disebut "Bimbingan dan

  • 13

    Penyuluhan" ketika diberlakukan "Kurikulum Gaya Baru. Bimbingan dan

    Penyuluhan pada waktu itu dipandang sebagai unsur pembaharuan dalam

    penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Sejak diberlakukan Kurikulum Tahun

    1975, pelayanan bimbingan dan penyuluhan telah dijadikan sebagai bagian integral

    dari keseluruhan upaya pendidikan. Petugas yang secara khusus melaksanakan

    pelayanan bimbingan dan konseling pada saat itu disebut Guru Bimbingan dan

    Penyuluhan (Guru BP).

    Sejak diberlakukannya kurikulum 1994, sebutan untuk Guru BP berubah

    menjadi Guru Pembimbing, sebutan resmi ini diperkuat dengan Surat Keputusan

    Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84 Tahun 1995 tentang Jabatan

    Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Surat Keputusan Menteri Pendidikan

    dan Kebudayaan No.025/0/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan

    Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya antara lain mengandung arahan dan

    ketentuan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah

    oleh guru kelas di SD dan guru pembimbing di SLTP dan SLTA. Walaupun kedua

    aturan tersebut mengandung hal-hal yang berkenaan dengan pelayanan bimbingan

    dan konseling, tetapi tugas itu dinyatakan sebagai tugas guru (dengan sebutan guru

    pembimbing) dan tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai tugas konselor. Hal ini

    dapat dipahami karena sebutan konselor belum ada dalam perundangan.

    Penggunaan sebutan guru, sangat merancukan konteks tugas guru yang mengajar

    dan konteks tugas konselor sebagai penyelenggara pelayanan ahli bimbingan dan

    konseling. Guru bimbingan dan konseling yang pada saat ini ada di lapangan pada

    hakikatnya melaksanakan tugas sebagai konselor, tetapi sering diperlakukan dan

    diberi tugas layaknya guru mata pelajaran. Bimbingan dan konseling bukanlah

    kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan belajar mengajar di kelas yang

    layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan pelayanan

    ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (ABKIN: 2007).

    Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), seperti yang

    diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

    tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pelayanan

    konseling (bimbingan dan konseling yang dimaksud) masuk dalam struktur

    kurikulum sebagai kegiatan pengembangan diri. Pengembangan diri bukan

    merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri

    bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan

  • 14

    dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap

    peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi

    dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat

    dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri

    dilakukan oleh konselor dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling yang

    berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan

    pengembangan karir peserta didik.

    Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral

    dari keseluruhan upaya pendidikan dalam jalur pendidikan formal dan layanan ini

    meskipun dilakukan oleh pendidik yang disebut sebagai konselor, tetapi ekspektasi

    kinerja profesionalnya berbeda dengan ekspektasi kinerja profesional yang

    dilakukan oleh guru. Jika ekspektasi kinerja guru menggunakan materi pelajaran

    sebagai konteks layanan keahliannya, maka ekspektasi kinerja konselor tidak

    demikian. Ekspektasi kinerja konselor tidak menggunakan materi pelajaran dalam

    koteks layanan keahliannya (bimbingan dan konseling), melainkan menggunakan

    proses pengenalan diri peserta didik (konseli) dengan memahami kekuatan dan

    kelemahannya dengan peluang dan tantangan yang terdapat dalam lingkungannya,

    untuk menumbuhkembangkan kemandirian dalam mengambil berbagai keputusan

    penting dalam perjalanan hidupnya, sehingga mampu memilih, meraih serta

    mempertahankan karir (kemajuan hidup) untuk mencapai hidup yang efektif,

    produktif, dan sejahtera dalam konteks kemaslahatan umum.

    Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam

    nemfasilitasi peserta didik mencapai tingkat perkembangan yang optimal,

    pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan perkembangan, dan

    meningkatan keberfungsian individu di dalam lingkungannya. Semua perubahan

    perilaku tersebut merupakan proses perkembangan, yakni proses interaksi antara

    individu dengan lingkungan perkembangan melalui interaksi yang sehat dan

    produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab untuk

    mengembangkan lingkungan perkembangan, membangun interaksi dinamis antara

    individu dengan lingkungannya, membelajarkan individu untuk mengembangkan,

    memperbaiki, dan memperhalus perilaku.

    Merujuk pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru bimbingan dan konseling dinyatakan

    dalam sebutan 'Konselor." Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional

  • 15

    dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,

    dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, instruktur, fasilitator dan

    sebutan lain yang sesuai kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

    penyelenggaraan pendidikan (UU RI No. 20/2003, Pasal 1 angka 6). Pengakuan

    secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang

    lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor,

    memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting pelayanan spesifik yang

    mengandung keunikan dan perbedaan.

    Berkaitan dengan Peminatan, ekspektasi kinerja guru BK/Konselor dengan

    guru mata pelajaran adalah berbeda, guru BK/Konselor sangat diperlukan bagi

    peserta didik agar dapat menentukan pilihan sesuai kemampuan potensi dirinya dan

    kemungkinan berhasil dalam belajar, sedangkan pendalaman materi mata pelajaran

    merupakan bidang pelayanan pembelajaran yang menjadi wilayah tugas pokok Guru

    Mata Pelajaran.

    Atas dasar uraian di atas, maka eksistensi pelayanan bimbingan dan

    konseling dalam implementasi kurikulum 2013 khususnya dalam Peminatan peserta

    didik sangatlah dominan, karena kesalahan menempatkan dan menyalurkan

    kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, kemampuan akademik, minat, dan

    kecenderungan peserta didik, serta dukungan moral dari orang tua akan sangat

    berpengaruh terhadap kehidupan peserta didik di masa yang akan datang.

    D. Pengelolaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi

    Kurikulum 2013

    1. Perencanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling

    Perencanaan adalah suatu proses yang kontinu. Apabila usaha dan

    kegiatan yang satu selesai, dilanjutkan dengan kegiatan yang lainnya.

    Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu keputusan berupa langkah-

    langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang

    terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Perencanaan program bimbingan dan

    konseling memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan

    kegiatan bimbingan dan konseling. Untuk itu, penyusunan program bimbingan

    dan konseling hendaknya mengacu kepada masalah-masalah yang dihadapi

    peserta didik serta kebutuhan-kebutuhan peserta didik untuk membantu peserta

  • 16

    didik mencapai perkembangan yang optimal. Hal ini perlu agar pelayanan

    bimbingan dan konseling betul-betul berdaya guna dan berhasil guna, serta

    bermakna bagi peserta didik.

    Program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan

    kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada periode waktu

    tertentu, seperti periode tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan harian.

    Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dengan

    analisis kebutuhan (needs assessment) untuk mengidentifikasi aspek-aspek

    kebutuhan peserta didik. Instrumen asesmen dapat dikembangkan sendiri atau

    menggunakan instrumen yang terstandar, seperti ITP, DCM, dan AUM. Kegiatan

    assesmen meliputi :

    a. Asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan

    sekolah dan masyarakat (komite sekolah atau orang tua), sarana dan

    prasarana pendukung pelaksanaan program BK, kondisi dan kualifikasi

    Konselor, dan kebijakan-kebiajakan yang terkait dengan pelayanan

    bimbingan dan konseling di sekolah.

    b. Asesmen kebutuhan peserta didik, yang terkait dengan karakteristik peserta

    didik seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya),

    kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat peserta didik

    (peminatan akademik, peminatan vokasional, peminatan lintas mata

    pelajaran, dan peminatan kelanjutan studi; ekskul olah raga/seni,

    keagamaan, pekerjaan, dsb), masalah-masalah yang dialami, kepribadian

    dan tugas-tugas perkembangannya.

    Hasil assesmen direkap, dianalisis, diinterpretasi dan diadministrasikan

    sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam penyusunan program BK.

    Langkah berikutnya adalah menyusun program BK. Struktur dan isi/materi

    program bersifat fleksibel disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta

    didik berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik akan layanan bimbingan

    dan konseling. Struktur dalam program BK adalah sebagai berikut :

    1. Rasional

    Rasional berisi rumusan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan dan

    konseling di sekolah. Dalam rumusan ini dapat menyangkut konsep dasar

    yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran,

  • 17

    dampak perkembangan iptek dan sosial budaya terhadap gaya hidup

    masyarakat dan peserta didik, dan hal-hal lain yang relevan.

    2. Visi dan Misi

    Visi dan misi bimbingan dan konseling mengacu pada visi dan misi sekolah,

    visi dan misi pendidikan dinas kabupaten/kota/wilayah dimana satuan

    pendidikan berada dan harus mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan

    nasional.

    Visi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan dengan fokus terwujudnya

    kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan sesuai dengan karakter bangsa

    melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan

    perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara

    optimal, mandiri dan bahagia. Sedangkan misi BK dirumuskan dengan fokus :

    a. Misi pendidikan, yaitu misi pelayanan BK yang memfasilitasi

    pengembangan peserta didik/sasaran layayan melalui pembentukan

    perilaku efektif-normatif d an berkarakter dalam kehidupan keseharian

    dan masa depan.

    b. Misi pengembangan, yaitu misi pelayanan BK yang memfasilitasi

    pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik/sasaran layanan

    yang berkarakter di dalam lingkungan satuan pendidikan, keluarga dan

    masyarakat.

    c. Misi pengentasan masalah, yaitu misi pelayanan BK yang memfasilitasi

    pengentasan masalah peserta didik/sasaran layanan mengacu pada

    kehidupan efektif dan berkarakter sehari-hari.

    3. Deskripsi Kebutuhan

    Rumusan hasil analisis kebutuhan (need assessment) peserta didik dan

    lingkungannya diujudkan kedalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan

    dikuasai peserta didik (sesuai tugas-tugas perkembangan).

    4. Tujuan

    Rumusan tujuan yang akan dicapai adalah perilaku yang harus dikuasai

    peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling.

    Tujuan hendaknya dirumuskan secara jelas dan tujuan tersebut dapat

    tercapai melalui pelayanan bimbingan dan konseling.

    5. Komponen Program

  • 18

    Komponen program dijabarkan dalam kegiatan perencanaan meliputi;

    pembagian tugas, analisis kebutuhan, penyusunan program, konsultasi

    program, dll, pelaksanaan program meliputi berbagai kegiatan layanan dan

    pendukung, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut.

    6. Rencana Kegiatan

    Rencana Kegiatan diperlukan untuk menjamin keterlaksanaan pelayanan

    bimbingan dan konseling secara efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan

    dalam merumuskan rencana kegiatan adalah :

    a. Identifikasi dan rumuskan berbagai kegiatan yang perlu dilakukan. Jenis

    kegiatan ini didasarkan isi materi dan tujuan yang harus dikuasai peserta

    didik

    b. Kegiatan layanan dapat dilakukan dengan kontak langsung secara

    klasikal, kelompok maupun individual dan tanpa kontak langsung yang

    dapat dilaksanakan melalui tulisan (buku, brosur, mading, e-mail, dsb).

    c. Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap

    kegiatan

    d. Rencana kegiatan dituangkan dalam jadwal kegiatan. Rancangan

    kegiatan dapat berbentuk matrik program tahunan, semesteran, bulanan

    dan mingguan.

    e. Penetapan jadwal kegiatan disesuaikan dengan kalender pendidikan.

    Jadwal kegiatan mencerminkan kalender tahunan, semesteran, bulanan

    dan mingguan.

    1) Program Tahunan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh

    kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di satuan

    pendidikan.

    2) Program Semesteran, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh

    kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program

    tahunan. Program semesteran meliputi semerter gasal dan genap.

    3) Program Bulanan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh

    kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program

    semesteran.

    4) Program Mingguan, yaitu program pelayanan BK meliputi seluruh

    kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program

    bulanan.

  • 19

    5) Matrik program tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan berisi

    kegiatan layanan/kegiatan pendukung, memuat materi, bidang

    bimbingan, dan jadwal kegiatan.

    7. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana berisi fasilitas dan perlengkapan yang mendukung

    terhadap keterlaksanaan program bimbingan dan konseling. Sarana meliputi :

    (1) alat pengumpul data, baik tes maupun non tes, (2) alat penyimpan data,

    khususnya dalam bentuk himpunan data, (3) kelengkapan penunjang teknis,

    seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan, (4)

    perlengkapan administrasi, seperti alat tulis, format rencana kegiatan, serta

    blangko laporan kegiatan. Sedangkan prasarana meliputi : ruang bimbingan

    dan konseling yang cukup memadai.

    8. Anggaran

    Rencana anggaran berisi uraian jenis kegiatan dan rincian besar anggaran

    yang dibutuhkan. Jumlah besar anggaran menunjukkan kebutuhan besaran

    anggaran untuk mendukung keterlaksanaan program bimbingan dan

    konseling. Rencana anggaran disusun untuk mendukung implementasi

    program secara cermat, rasional, dan realistik. Disamping besaran anggaran

    dalam perencanaan anggaran juga dicatumkan asal sumber dana.

    Dalam implementasi kurikulum 2013, Guru BK/Konselor tetap menyusun

    program BK berdasarkan kaidah-kaidah penyusunan program BK, hanya saja

    Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran yang merupakan

    karakteristik khusus kurikulum 2013 merupakan pelayanan yang wajib diberikan

    pada peserta didik, sehingga beberapa materi pelayanan bimbingan dan

    konseling yang berkaitan dengan Peminatan harus diberikan. Beberapa materi

    BK yang berkaitan dengan Peminatan antara lain adalah sebagai berikut :

    1. Informasi tentang kemampuan dasar, bakat, dan minat peserta didik.

    2. Informasi pendidikan lanjutan (terutama untuk siswa SMP/MTs peminatan

    yang ada pada jenjang pendidikan SMA/SMK harus disampaikan).

    3. Kunjungan ke sekolah lanjutan

    4. Penelusuran dan pemahaman kemampuan dasar, bakat dan minat individu.

    5. Mempertahankan prestasi dalam belajar.

  • 20

    2. Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling

    Pelaksanaan pelayanan BK dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu persiapan,

    pelaksanaan, dan penilaian

    a. Persiapan

    Sebelum layanan diberikan, guru BK/Konselor diwajibkan membuat

    rencana pelaksanaan layanan (RPL). RPL dapat berupa satuan layanan (satlan)

    atau satuan pendukung (satkung). RPL sebagai acuan bagi guru BK/Konselor

    dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. Dalam konsep

    perencanaan pembelajaran, ada 5 (lima) komponen yang harus dipenuhi, yaitu

    tujuan yang ingin dicapai, materi yang diberikan, kegiatan yang dilaksanakan,

    sumber bahan dan alat yang digunakan, serta instrumen penilaian yang

    digunakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPL

    adalah sebagai berikut :

    1) Tujuan dirumuskan dengan kata kerja operasional

    2) Materi dikembangkan dengan berbagai media pembelajaran, seperti;

    penyajian dengan menggunakan permainan, gambar, film, cerita, lagu, dsb.

    Penyajian layanan klasikal dilakukan dengan menggunakan bahan presentasi

    power point.

    3) Perumusan kegiatan layanan didasarkan pada jenis kegiatan layanan yang

    diberikan.

    4) Bahan diambil dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.

    5) Instrumen penilaian mengungkap pemahaman, perasaan positif dan rencana

    tindak yang akan dilakukan.

    b. Pelaksanaan

    Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam

    kegiatan pendidikan di sekolah. Bimbingan dan konseling sebagai bentuk

    layanan muncul dalam proses pendidikan sebagai usaha intervensi dengan

    tujuan membantu individu agar dapat mencapai tujuan pendidikan, mampu

    menentukan pilihan, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga,

    masyarakat, serta dalam hubungannya secara vertikal dengan Tuhan. Bimbingan

    dan konseling berupaya membawa peserta mencapai tingkat perkembangan

    yang lebih berarti baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Dengan dasar itu,

    orientasi bantuan layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada usaha

  • 21

    membantu peserta didik disaat mengalami masalah saja, tetapi lebih berorientasi

    pada pencegahan, di samping mengambil peran aktif dalam segala tugas

    perkembangan siswa.

    Tugas perkembangan peserta didik untuk masing-masing jenjang

    pendidikan adalah sebagai berikut :

    1) Tugas Perkembangan Peserta Didik SD/MI

    a) Memiliki kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

    Yang Maha Esa.

    b) Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan

    berhitung.

    c) Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari.

    d) Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.

    e) Belajar menjadi pribadi yang mandiri

    f) Mempelajari ketrampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk

    permainan maupun kehidupan.

    g) Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman

    perilaku.

    h) Membina hidup sehat, untuk diri sendiri, dan lingkungan serta keindahan.

    i) Belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai dengan jenis

    kelaminnya dan menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin.

    j) Mengembangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, serta tanah

    air bangsa dan Negara. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal

    untuk perencanaan masa depan.

    2) Tugas Perkembangan Peserta Didik SMP/MTs

    a) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    b) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap

    perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan

    yang sehat.

    c) Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam

    peranannya sebagai pria atau wanita.

    d) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam

    kehidupan yang lebih luas.

  • 22

    e) Mengenal kemampuan, bakat, dan minat serta arah kecenderungan karir

    dan apresiasi seni.

    f) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan

    melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karir serta berperan

    dalam kehidupan di masyarakat.

    g) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan

    mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.

    h) Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi,

    anggota masyarakat, dan warga negara.

    3) Tugas Perkembangan Peserta Didik SMA/MA

    a) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang

    Maha Esa.

    b) Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan

    dalam peranannya sebagai pria atau wanita.

    c) Mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat.

    d) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan

    program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi,

    serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.

    e) Mencapai kematangan dalam pilihan karir.

    f) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri

    secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.

    g) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan

    berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

    h) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta

    apresiasi seni.

    i) Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

    Untuk dapat mencapai tujuan pelayanan bantuan tersebut, diperlukan

    suatu persiapan pelayanan bimbingan dan konseling yang dapat dijadikan

    pedoman dalam pelaksanaannya. Namun demikian, rencana kegiatan pelayanan

    bimbingan dan konseling tidak mungkin terlaksana dengan baik apabila tidak

    ditunjang oleh tenaga, prasarana, sarana dan perlengkapan yang memadai,

    serta kerjasama yang baik.

    1) Tenaga

  • 23

    Tenaga utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah Guru

    BK/Konselor yang merupakan tenaga profesional. Tenaga ini hendaknya memiliki

    modal personal dan modal profesional yang dapat diandalkan untuk tugas-tugas

    profesional bimbingan dan konseling itu. Ujud profesionalisme Guru BK/Konselor

    akan terlihat dalam unjuk kerjanya dalam melaksanakan tugas profesinya. Unjuk

    kerja Guru BK/Konselor adalah proses perilaku kerja Guru BK/Konselor sehingga

    menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan pekerjaan profesinya. Peningkatan

    dan pengembangan kompetensi Guru BK/Konselor adalah proses kontekstual

    dan futuristik, sehingga pengembangannya melalui upaya pendidikan bukan

    sebatas menyiapkan Guru BK/Konselor yang menguasai pengetahuan dan

    keterampilan yang cocok dengan tuntutan dunia kerja saat ini, melainkan

    manusia yang mampu, mau dan siap belajar sepanjang hayat. Sebagai seorang

    profesional Guru BK/Konselor tentunya tidak cukup hanya tahu apa

    pekerjaannya dan apa yang sedang dilakukannya, serta bagaimana melakukan

    tugas-tugasnya. Guru BK/Konselor juga harus tahu mengapa suatu pekerjaan itu

    dilakukan dan juga bagaimana melaksanakannya. Pekerjaan bimbingan tidak

    hanya dilakukan secara rutin dan berpola tetap seperti mekanik saja.

    2). Prasarana dan Sarana

    Prasarana pokok yang diperlukan ialah ruang bimbingan dan konseling

    yang cukup memadai. Ruang dimaksud hendaknya diatur sedemikian rupa

    sehingga disatu segi para siswa yang berkunjung merasa senang dan nyaman,

    di segi lain ruangan tersebut dapat digunakan untuk pelaksanaan berbagai jenis

    kegiatan layanan bimbingan dan konseling baik individu maupun kelompok

    sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling.

    Di samping itu, dalam ruang BK hendaknya dapat disimpan segenap

    perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data siswa, serta

    informasi lainnya. Ruang BK juga memuat berbagai informasi, seperti informasi

    pendidikan, jabatan, kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya. Dan yang tidak

    kalah penting, ruang BK hendaknya nyaman, sehingga menyebabkan Guru

    BK/Konselor betah dan nyaman untuk bekerja, sebab kenyamanan itu

    merupakan modal utama bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara.

    Sedangkan sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan

    bimbingan dan konseling ialah : (a) alat pengumpul data, baik tes maupun non

    tes, (b) alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data, (c)

  • 24

    kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat

    bantu bimbingan, (d) perlengkapan administrasi, seperti alat tulis, format rencana

    kegiatan, serta blangko laporan kegiatan.

    3) Kerja Sama

    Pelayanan bimbingan dan konseling akan efektif apabila ada kerjasama

    diantara semua fihak yang berkepentingan dalam kesuksesan pelayanan

    bimbingan dan konseling. Kerjasama antara personil sekolah dengan Guru

    BK/Konselor terjalin sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing dalam

    pelayanan bimbingan dan konseling. Tanpa kerjasama antarpersonil itu, kegiatan

    bimbingan dan konseling akan banyak mengalami hambatan.

    Berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling,

    beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

    Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling memperhatikan tujuan,

    prinsip, azas, dan fungsi layanan BK. Pelaksanaan pelayanan BK memfasilitasi

    peserta didik untuk mencapai tugas pada satuan pendidikan mengacu kepada

    hal-hal berikut :

    a) Bersama pendidik dan personil satuan pendidikan lainnya, Guru

    BK/Konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pelayanan BK.

    b) RPL (SATLAN atau SATKUNG) dilaksanakan sesuai dengan perencanaan

    yang telah disusun.

    c) Materi layanan dikembangkan dan disesuaikan dengan jenis dan jenjang

    pendidikan, serta mengakomodir peminatan akademik, peminatan

    vokasional, peminatan lintas mata pelajaran, dan peminatan kelanjutan

    studi

    d) Kegiatan mencakup berbagai kegiatan layanan bimbingan dan konseling

    serta kegiatan pendukung.

    e) Kegiatan layanan dan pendukung BK dilaksanakan melalui penerapan

    berbagai pendekatan, metode, dan teknik yang mencerminkan

    pelayanan profesional sesuai dengan karakteristik permasalahan dan

    kondisi peserta didik/sasaran layanan.

    f) Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan BK di dalam

    kelas atau di luar kelas setiap minggu diatur oleh Guru BK/Konselor

    dengan persetujuan pimpinan satuan pendidikan.

    g) Waktu Pelaksanaan Pelayanan BK

  • 25

    1). Di dalam jam pembelajaran satuan pendidikan:

    (a) Kegiatan tatap muka dilaksanakan secara klasikal dengan rombongan

    belajar peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi,

    informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, serta

    kegiatan pendukung yang dapat dilakukan di dalam kelas.

    (b) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 1 (satu)/2 (dua) jam

    per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal

    2) Di luar jam pembelajaran satuan pendidikan:

    (a) Kegiatan tatap muka nonklasikal dengan peserta didik untuk

    menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan,

    bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi serta kegiatan

    layanan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.

    (b) Satu kali kegiatan layanan/pendukung BK di luar kelas/di luar jam

    pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka

    dalam kelas.

    (c) Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di luar jam

    pembelajaran maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan BK,

    diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan satuan pendidikan.

    h) Kegiatan pelayanan BK dinilai, dicatat, dievaluasi dan dilaporkan dalam

    laporan pelaksanaan program (LAPELPROG).

    i) Pelayanan BK pada masing-masing satuan pendidikan dikelola dengan

    memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan antar kelas dan antar

    jenjang kelas, dan mensinkronisasikan pelayanan BK dengan kegiatan

    pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta

    mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas satuan pendidikan.

    c. Penilaian

    Penilaian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan layanan yang diberikan.

    Penilaian keberhasilan layanan BK mencakup penilaian proses dan penialain hasil.

    Penilaian proses dilakukan dengan mengamati aktivitas peserta didik selama proses

    pemberian layanan berlangsung. Dalam penilaian proses Guru BK/Konselor dapat

    menggunakan pedoman observasi. Penilaian hasil dilakukan untuk mengukur

    pemahaman (Understanding), perasaan positif yang muncul (Comfortable), dan

    rencana tindakan yang dilakukan (Action) peserta didik. Guru BK/Konselor harus

  • 26

    mengembangkan instrumen penilaian hasil sesuai dengan isi materi yang

    diberikan. Instrumen dilampirkan dalam RPL.

    3. Evaluasi, Pelaporan dan Tindak Lanjut

    Evaluasi dilakukan setelah Guru BK/Konselor melaksanakan pelayanan

    BK. Evaluasi didasarkan pada hasil penilaian (proses dan hasil) terhadap

    pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan. Artinya, kegiatan evaluasi

    dimulai dengan kegiatan penilaian proses dan hasil. Setelah melakukan penilaian

    proses dan hasil, maka keterlaksanaan program dievaluasi dan disajikan dalam

    Laporan Pelaksanaan Program. Evaluasi dilakukan pada setiap tahap pelayanan

    BK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil evaluasi digunakan

    untuk menentukan program tindak lanjut, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk

    menindaklajuti kegiatan pelayanaan BK yang diberikan. Kegiatan tindak lanjut ini

    sebagai upaya untuk menuntaskan bantuan, perbaikan dan/atau pengembangan

    program BK pada tahun pelajaran berikutnya. Semua kegiatan BK dilaporkan

    dalam bentuk Lapelprog (Laporan Pelaksanaan Program). Laporan ini sebagai

    ujud pertanggung jawaban dari tugas yang diberikan kepada Guru BK/Konselor.

    Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan evaluasi, pelaporan

    dan tindak lanjut adalah :

    a. Tujuan

    Tujuan evaluasi program BK adalah untuk menentukan derajat kualitas

    kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan BK di

    Sekolah/Madrasah. Kriteria atau patokan yang digunakan untuk

    mengevaluasi pelaksanaan program BK di Sekolah/Madrasah mengacu pada

    ketercapaian kompetensi, keterpenuhan kebutuhan peserta didik dan pihak-

    pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu

    peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih

    baik.

    b. Fungsi

    Fungsi evaluasi program BK adalah sebagai berikut :

    1) Memberikan umpan balik pada Guru BK/Konselor tentang ketercapaian

    program yang telah disusun dan menindak lanjuti hasil evaluasi yang

    dilakukan (memperbaiki atau mengembangkan program BK)

  • 27

    2) Memberi informasi/sebagai bahan presentasi Guru BK/Konselor kepada

    Kepala Sekolah, guru dan orang tua peserta didik tentang perkembangan

    sikap dan perilaku peserta didik atau pencapaian tugas-tugas

    perkembangannya. Sehingga guru dan/atau orang tua peserta didik dapat

    bersinergi atau berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas implementasi

    program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah.

    c. Aspek-Aspek Yang Dinilai

    Setelah Guru BK/Konselor memberikan pelayanan BK baik dalam bentuk

    layanan klasikal, kelompok maupun individual, maka Guru BK/Konselor harus

    melakukan penilaian untuk mengukur efektifitas layanan yang diberikan. Ada

    dua macam aspek kegiatan penilaian yaitu :

    1) Penilaian proses

    Guru BK/Konselor mengamati aktivitas peserta didik/peserta didik selama

    proses pemberian layanan. Penilaian proses mengamati mengamati

    partisipasi dan aktivitas peserta didik selama kegiatan pelayanan

    bimbingan berlangsung.

    2) Penilaian hasil

    Guru BK/Konselor perlu menyusun dan menggunakan instrumen untuk

    mengukur ketercapaian/keberhasilan layanan yang diberikan. Aspek

    penilaian hasil mencakup :

    a) Pemahaman (understanding), peserta didik mengungkapkan

    pemahaman atas materi yang disajikan oleh Guru BK/Konselor atau

    peserta didik mengungkapkan pemahaman atas masalah yang

    dialaminya.

    b) Perasaan Positif (Comfortable). peserta didik mengungkapkan

    kegunaan pelayanan yang diperolehnya. Apakah dapat layanan yang

    diberikan dapat menurunkan ketegangan, meminimalisir keragu-

    raguan, atau memompa semangat peserta didik setelah memperoleh

    pelayanan BK.

    c) Perencanaan tindakan (Action), peserta didik dapat merencanakan dan

    menampilkan/melakukan perilaku yang diharapkan muncul setelah

    memperoleh pelayanan BK.

  • 28

    d. Langkah-Langkah Evaluasi

    Guru BK/Konselor perlu melakukan evaluasi terhadap perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi pelayanan BK. Pelaksanaan evaluasi disesuaikan

    dengan rancangan yang disusun/yang tercantum pada program BK.

    Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut :

    1) Merumuskan masalah atau instrumentasi.

    Konselor perlu mempersiapkan instrumen yang terkait dengan hal-hal

    yang akan dievaluasi. Pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok,

    yaitu : (1) tingkat keterlaksanaan program; (2) tingkat ketercapaian tujuan

    program/pelayanan

    2) Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data

    Konselor menyusun instrumen yang relevan untuk mengukur tingkat

    keterlaksanaan dan ketercapaian program. Instrumen dapat berbentuk

    angket, inventori, pedoman wawancara, pedoman observasi dan studi

    dokumentasi.

    3) Mengumpulkan dan menganalisis data

    Data yang diperoleh dianalisis, program apa saja yang telah dan belum

    dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.

    4) Melakukan tindak lanjut

    Berdasarkan temuan yang diperoleh maka Guru BK/Konselor melakukan :

    (1) memperbaiki hal-hal yang masih lemah, kurang tepat atau kurang

    relevan dengan tujuan yang akan dicapai; (2) mengembangkan program

    dengan menambah atau merubah beberapa hal yang dapat meningkatkan

    kualitas pelayanan atau efektifitas program

    e. Analisis Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut Program

    Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan,

    kebutuhan peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam

    melaksanakan program, dampak program terhadap perubahan perilaku

    peserta didik dan pencapaian prestasi akademik, peningkatan mutu proses

    pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.

    Hasil analisa ditindak lanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai

    kesinambungan program, misalnya mengembangkan jejaring pelayanan agar

    pelayanan BK lebih optimal, melakukan alih tangan kasus bagi peserta didik

    yang memerlukan bantuan khusus dari ahli lain, serta mengembangkan

  • 29

    komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi pelayanan bimbingan

    dan konseling selanjutnya.

    f. Akuntabilitas

    Akuntabilitas pelayanan terwujud dalam kejelasan program, proses

    implementasi dan hasil-hasil yang dicapai serta informasi yang dapat

    menjelaskan apa dan mengapa sesuatu proses dan hasil terjadi atau tidak

    terjadi. Hal yang amat penting dalam akuntabilitas adalah menginformasikan

    kepada pihak terkait (Kepala Sekolah, guru dan orang tua) tentang faktor-

    faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan/atau kegagalan keterlaksanaan

    atau ketercapaian pelaksanaan program BK termasuk perkembangan peserta

    didik. Oleh karena itu Guru BK/Konselor perlu menguasai data dan bertindak

    atas dasar data yang terkait dengan perkembangan peserta didik.

    Dalam menyampaikan informasi yang dimaksud Guru BK/Konselor dapat

    memanfaatkan waktu-waktu tertentu/khusus pada pertemuan dengan Kepala

    Sekolah dan Guru Mata Pelajaran di akhir tahun atau di awal tahun pelajaran

    atau pertemuan dengan orang tua.

  • 30

    BAB III

    PEMINATAN PESERTA DIDIK

    A. Hakekat Peminatan

    Implementasi kurikulum 2013 akan dapat menimbulkan masalah bagi peserta

    didik SMA/MA dan SMK yang tidak mampu di dalam menentukan pilihan Peminatan,

    baik kelompok mata pelajaran maupun mata pelajaran secara tepat, sehingga akan

    menimbulkan kesulitan dalam belajar dan kecenderungan gagal dalam belajar.

    Penentuan peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran hendaknya

    sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan

    kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik agar proses belajar berjalan

    dengan baik dan kecenderungan berhasil dalam belajar. Oleh karena itu pelayanan

    Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran yang dilakukan oleh guru

    BK/Konselor sangat diperlukan bagi peserta didik agar dapat menentukan pilihan

    sesuai kemampuan potensi dirinya dan kemungkinan berhasil dalam belajar.

    Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran merupakan bagian

    dari pelayanan bimbingan dan konseling dipahami sebagai upaya advokasi dan

    fasilitasi perkembangan peserta didik agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

    diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (arahan Pasal 1 angka 1 UU

    Nomor 20 Tahun 2003 Sisdiknas) sehingga mencapai perkembangan optimum.

    Perkembangan optimum bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan

    kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi

    perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan

    keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi

    terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya.

    Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran penting dalam

    implementasi kurikulum 2013 karena adanya pilihan peminatan ke SMA/MA/SMK,

    pilihan peminatan kelompok mata pelajaran di SMA/MA dan pilihan peminatan

    kelompok program keahlian di SMK. Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata

    pelajaran merupakan upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan

    mendalami mata pelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,

  • 31

    SMA/MA dan SMK), memahami dan memilih arah pengembangan karir, dan

    menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan sampai ke perguruan tinggi

    sesuai dengan kemampuan dasar umum, bakat, minat dan kecenderungan pilihan

    masing-masing peserta didik.

    Dalam pelayanan bimbingan dan konseling upaya penempatan dan

    penyaluran peserta didik pada peminatan kelompok mata pelajaran dan mata

    pelajaran merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling yang

    dilakukan oleh Guru BK/Konselor). Dalam rangka mengoptimalkan potensi peserta

    didik menuntut adanya kolaborasi yang baik antara guru mata pelajaran, guru wali

    kelas, guru bimbingan dan konseling atau konselor, kepala sekolah/madrasah dan

    orang tua/wali, seperti pelayanan pendalaman materi yang dilakukan Guru mata

    pelajaran yang merupakan salah satu bentuk pembelajaran pengayaan.

    Dengan demikian, penentuan peminatan kelompok mata pelajaran dan mata

    pelajaran adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian pengambilan

    pilihan dan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas pemahaman potensi

    diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Permasalahan akan terjadi jika peserta

    didik tidak mampu untuk menetukan Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata

    pelajaran, sehingga akan menghambat dalam proses pembelajaran. Untuk

    mencegah terjadinya masalah pada diri peserta didik maka diperlukan adanya

    pelayanan BK yang membantu memandirikan peserta didik melalui pengambilan

    keputusan terkait dengan keperluan untuk memilih, menentukan, meraih serta

    mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera,

    serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui

    (upaya) pendidikan.

    Peminatan adalah proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi

    peserta didik mencapai tujuan pendidikan nasional, dan oleh karena itu peminatan

    harus berpijak pada kaidah-kaidah dasar yang secara eksplisit dan implisit,

    terkandung dalam kurikulum. Pendalaman mata pelajaran merupakan aktivitas

    tambahan dalam belajar yang dilakukan oleh peserta didik yang memiliki kecerdasan

    dan bakat istimewa. Tujuan pendalaman mata pelajaran adalah untuk meluaskan

    dan memperdalam materi mata pelajaran tertentu sesuai dengan arah minatnya.

    Pendalaman mata pelajaran merujuk pada tujuan isi dan tujuan proses. Isi merujuk

    pada apa yang ada dalam materi yang diperkaya dan lebih sulit. Proses merujuk

  • 32

    pada prosedur mental pemecahan masalah, pemikiran kreatif, pemikiran ilmiah,

    pemikiran kritis, perencanaan, analisis, dan banyak keterampilan pemikiran lainnya.

    Pendalaman mata pelajaran merangsang minat peserta didik berbakat dan

    cerdas untuk (1) mengembangkan keterampilan berpikir pada tingkatan yang lebih

    tinggi, (2) menginspirasi motivasi akademis tinggi, termasuk ambisi karier dan

    pendidikan yang tinggi, (3) memenuhi kebutuhan pendidikan, sosial, dan psikologis,

    termasuk membantu peserta didik berbakat untuk mengembangkan konsep diri yang

    baik, (4) memaksimalkan pembelajaran dan pengembangan peserta didik serta

    meminimalkan rasa bosan dan frustrasi, (5) mengembangkan akuntabilitas,

    keingintahuan, ketekunan, sikap pengambilan risiko, rasa haus akan pengetahuan,

    partisipasi aktif, dan refleksi. Pendalaman materi mata pelajaran sifatnya memberi

    kesempatan peserta didik SMA, MA, dan SMK untuk mendapatkan kesempatan

    mengikuti mata kuliah di perguruan tinggi, selama yang bersangkutan berada di

    kelas XII dan atas kerjasama SMA/MA/SMK dengan Pergurutan Tinggi.

    Peminatan Kelompok Mata Pelajaran dan Mata Pelajaran pada semua

    peserta didik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam

    program pelayanan BK pada satuan pendidikan, untuk jenjang pendidikan dasar dan

    menengah. Artinya, program pelayanan BK pada satuan pendidikan harus memuat

    kegiatan Peminatan peserta didik. Upaya ini mengacu kepada manajemen satuan

    pendidikan dan program pelaksanaan kurikulum, khususnya terkait dengan

    peminatan akademik, peminatan penjurusan, peminatan pendalaman mata pelajaran

    dan lintas mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan. Program bimbingan dan

    konseling dengan Peminatan peserta didik itu sepenuhnya berada di bawah

    tanggung jawab Guru BK/Konselor di setiap satuan pendidikan. Guru BK/Konselor

    melalui pelayanan BK membantu peserta didik menentukan arah minat kelompok

    mata pelajaran dan mata pelajaran berdasarkan kekuatan dan kemungkinan

    keberhasilannya. Oleh karena itu Guru BK/Konselor harus dapat membantu peserta

    didik untuk menemukan kekuatannya, yang berupa kemampuan dasar umum

    (kecerdasan), bakat, kemampuan akademik, minat,dan kecenderungan peserta

    didik,serta dukungan moral dari orang tua. Sedangkan pelayanan pendalaman

    materi mata pelajaran bagi peserta didik sepenuhnya tanggung jawab Guru Mata

    Pelajaran terkait dengan bidang studinya atau mata pelajaran yang diampunya.

  • 33

    Dalam konstruk dan isinya, Kurikulum Tahun 2013 lebih mementingkan

    terselenggaranya proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

    menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang

    yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

    dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Proses belajar yang

    dilakukan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan

    penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk. Untuk ini, selain memuat isi

    kurikulum dalam bentuk mata pelajaran dan kegiatan lainnya, Kurikulum Tahun 2013

    menyajikan kelompok mata pelajaran wajib, mata pelajaran peminatan, dan mata

    pelajaran pilihan untuk pendidikan menengah yang diikuti peserta didik sepanjang

    masa studi mereka. Kelompok mata pelajaran peminatan meliputi peminatan

    akademik, peminatan kejuruan, peminatan pendalaman mata pelajaran dan lintas

    mata pelajaran dan peminatan studi lanjutan. Untuk SMA/MA peminatan akademik

    meliputi (a) peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, (b) peminatan

    Ilmu-Ilmu Sosial, dan (c) peminatan Bahasa dan Budaya; sedangkan untuk SMK

    peminatan kejuruan meliputi (a) peminatan teknologi dan rekayasa; (b) peminatan

    kesehatan; (c) peminatan seni, kerajinan, dan pariwisata; (d) peminatan teknologi

    informasi dan komunikasi; (e) peminatan agribisnis dan agroteknologi; (f) peminatan

    bisnis dan manajemen; atau (g) peminatan lain yang diperlukan masyarakat. Secara

    rinci bidang peminatan kejuruan untuk SMK (terlampir).

    Pada jenjang pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs tidak ada pilihan

    peminatan mata pelajaran. Pelayanan BK di SD/MI dilakukan oleh Guru Kelas untuk

    membantu peserta didik menanamkan minat belajar, mengatasi masalah minat

    belajar dan mengalami kesulitan belajar secara antisipatif (preemptive). Sedangkan

    pelayanan BK yang dilakukan oleh Guru BK/Konselor di SMP/MTs diarahkan untuk

    membantu peserta didik menentukan minat untuk melakukan pilihan studi lanjut ke

    SMA/MA dan SMK berdasarkan pada kemampuan dasar umum (kecerdasan),

    bakat, minat, dan kecenderungan arah pilihan masing-masing peserta didik.

    Pada jenjang pendidikan menengah umum di SMA/MA, Guru BK/Konselor

    membantu peserta didik menentukan minat terhadap kelompok mata pelajaran

    pilihan yang tersedia, menentukan mata pelajaran pilihan di luar mata pelajaran

    kelompok minatnya, dan menentukan minat pendalaman materi mata pelajaran

    untuk mendapatkan kesempatan mengikuti mata kuliah di perguruan tinggi, selama

  • 34

    peserta didik yang bersangkutan berada di kelas XII dan atas kerjasama sekolah

    dengan perguruan tinggi. Pada jenjang pendidikan menengah kejuruan, yaitu di

    SMK, Guru BK/Konselor membantu peserta didik menentukan minat dalam memilih

    program keahlian yang tersedia, dan menentukan mata pelajaran keahlian pilihan di

    luar mata pelajaran program keahlian minatnya. Guru BK/Konselor di SMA/MA dan

    SMK membantu peserta didik menentukan minatnya untuk melanjutkan ke

    perguruan tinggi sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat,

    minat,dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik.

    Guru BK/Konselor melalui pelayanan BK membantu peserta didik dalam

    memenuhi Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran berdasarkan

    kekuatan dan kemungkinan keberhasilan studinya. Oleh karena itu Guru

    BK/Konselor bekerjasama dengan Guru Mata Pelajaran, Guru Wali Kelas

    mengidentifikasi kemampuan, bakat, minat,dan kecenderungan pilihan masing-

    masing peserta didik serta dukungan dari orang tua sehingga akan dapat menjalani

    kehidupan dalam belajar yang sesuai dengan kekuatan dirinya, efektif, bermakna,

    kreatif, menyenangkan, dan dinamis serta kemungkinan keberhasilan tinggi.

    Pelayanan BK untuk Peminatan kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran

    memberikan kesempatan yang cukup luas bagi peserta didik untuk menempatkan

    diri pada jalur yang lebih tepat dalam rangka penyelesaian studi secara terarah,

    sukses, dan jelas dalam arah pendidikan selanjutnya. Wilayah Peminatan kelompok

    mata pelajaran dan mata pelajaran ini, dalam keseluruhan program pendidikan

    satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan bidang pelayanan BK yang

    menjadi wilayah tugas pokok Guru BK/Konselor dalam kerangka keseluruhan

    program pelayanan BK pada satuan pendidikan. Sedangkan pendalaman materi

    mata pelajaran merupakan bidang pelayanan pembelajaran yang menjadi wilayah

    tugas pokok Guru Mata Pelajaran dalam kerangka keseluruhan program

    pembelajaran pada satuan pendidikan.

  • 35

    B. Pengertian, Macam dan Komponen Peminatan

    1. Pengertian Peminatan Peserta Didik

    Penyelenggaraan pendidikan dalam satuan pendidikan di SMA dan SMK

    selama ini (sebelum kurikulum 2013) terdapat program penjurusan peserta didik,

    bagi peserta didik SMA dilaksanakan di kelas XI dan di SMK program penjurusan

    dilaksanakan bersamaan dengan penerimaan siswa baru. Penjurusan peserta

    didik dalam Kurikulum 2013 tidak tertuang dalam Kurikulum 2013, dan yang ada

    adalah istilah peminatan peserta didik. Istilah peminatan peserta didik terdapat

    dalam Kurikulum 2013 dikembangkan dan atau disempurnakan berbasis

    kompetensi. Peminatan peserta didik dapat diartikan (1) suatu pembelajaran

    berbasis minat peserta didik sesuai kesempatan belajar yang ada dalam satuan

    pendidikan; (2) suatu proses pemilihan dan penetapan peminatan belajar atau

    bidang kompetensi keahlian belajar yang ditawarkan oleh satuan pendidikan; (3)

    merupakan suatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik

    tentang peminatan belajar, bidang keahlian atau kompetensi keahlian yang

    didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang diselenggarakan

    pada satuan pendidikan; (4) dan peminatan belajar peserta didik merupakan

    proses yang berkesinambungan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai

    keberhasilan proses dan hasil belajar serta perkembangan optimal dalam rangka

    mencapai tujuan pendidikan nasional. (5) serta peminatan belajar peserta didik

    merupakan wilayah garapan profesi bimbingan dan konseling termasuk program

    perencanaan individual.

    Layanan peminatan peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan

    tidak sebatas pemilihan dan penetapan saja, namun juga termasuk adanya

    langkah lanjut yaitu pendampingan, pengembangan, penyaluran, evaluasi dan

    tindak lanjut. Peserta didik dapat memilih secara tepat tentang peminatan

    belajarnya memerlukan informasi yang memadai atau relevan, memahami

    secara mendalam tentang potensi dirinya, baik kelebihan maupun kelemahanya.

    Pendampingan dilakukan melalui proses pembelajaran yang mendidik dan

    terciptanya suatu kondisi lingkungan pembelajaran yang kondusif. Penciptaan

    yang dimaksud paling tidak dilakukan oleh guru matapelajaran bersama guru

    bimbingan dan konseling serta kebijakan kepala sekolah dan layanan

    administrasi akademik yang mendukung. Pengembangan dalam arti bahwa

  • 36

    adanya upaya yang dilakukan untuk penyaluran dan pengembangan potensi

    peserta didik melalui magang, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara

    sekolah dengan pihak lain terkait. Dalam proses pembelajaran di satuan

    pendidikan SMA/ SMK, peserta didik telah diberikan menu belajar yang wajib

    ditempuh selama pendidikan bagi ke duanya yaitu kelompok matapelajaran A

    dan B. Di samping itu, bagi peserta didik SMA diberi kesempatan untuk memilih

    peminatan akdemik dan peserta didik SMK diberi kesempatan untuk memilih

    peminatan akdemik dan vokasi yang di sebut kelompok matapelajaran peminatan

    peserta didik. Setiap peserta didik wajib memilih sejumlah matapelajaran yang

    bersifat pendalaman atau perluasan bidang keahlian/peminatan yang dipilihnya.

    Peserta didik wajib menempuh kelompok matapelajaran yang ditetapkan, namun

    juga diwajibkan memilih bidang keahlian dan matapelajaran pilihan yang relevan

    dengan pilihan bidang keahliannya. Kerjasama dan sinergisitas kerja antar

    personal sekolah secara baik, persiapan/ penataan kerja secara baik pula di

    setiap satuan pendidikan dapat menjadi fasilitas pembelajaran. Penciptaan

    penghormatan eksistensi bidang keahlian suatu profesi satu dengan profesi

    lainnya dalam satuan pendidikan sangat diperlukan dalam rangka profesionalitas

    kerja.

    2. Macam Pemintan Peserta didik

    Struktur kurikulum pendidikan menengah terdiri dari sejumlah mata

    pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Matapelajaran