pebandingan strategi dakwah muhammadiyah dan nahdatul...

93
PERBANDINGAN STRATEGI DAKWAH MUHAMMADIYAH DAN NAHDATUL ULAMA RANTING SAWANGAN BARU SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjan Sosial Islam Oleh: JAMILAH MATHAR NIM. 104051001867 Di Bawah Bimbingan Bpk. Dr. Arief Subhan. M. A. NIP. 150262442 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYTULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M

Upload: hoangtram

Post on 03-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

PERBANDINGAN STRATEGI DAKWAH

MUHAMMADIYAH DAN NAHDATUL ULAMA

RANTING SAWANGAN BARU

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjan Sosial Islam

Oleh:

JAMILAH MATHAR

NIM. 104051001867

Di Bawah Bimbingan

Bpk. Dr. Arief Subhan. M. A.

NIP. 150262442

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYTULLAH

JAKARTA

1429 H/ 2008 M

Page 2: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan asli hasil karya saya sendiri, yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam

(S.Sos.I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 September 2008

Jamilah Mathar

Page 3: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

ABSTRAK

Jamilah Mathar, Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul

Ulama Ranting Sawangan Baru, (Di Bawah Bimbingan Bapak Dr. Arief subhan,

M.A.).

Berbeda dengan anggapan banyak orang yang menyatakan bahwa telah terbentuk ketidakakuran antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama, di Kelurahan

Sawangan Baru, Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama hidup berdampingan dan cukup harmonis. Namun ini tidak berarti bahwa kedua organisasi berbeda haluan

tersebut lantas berdamai dengan melalui penyeragaman paham, karena baik Muhammadiyah maupun Nahdatul Ulama tetap berdakwah dengan mengusung

ideologi masing-masing, Muhammadiyah dengan paham modernisnya dan sebaliknya Nahdatul Ulama dengan paham tradisionalnya.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan hingga anlisis data yang

merujuk pada metodologi penelitian kualitatif, untuk menemukan data-data yang

menajawab rumusan masalah yang telah diputuskan, tentang perbandingan strategi

dakwah antardua objek penelitian. Sehingga hasil dari penelitian ini akan berujung

pada penggunaan sejumlah instrumen pembanding untuk mengetahui persamaan dan

perbedaan, serta kekurangan dan kelebihan dari dua objek penelitian yang

diperbandingkan tadi.

Setelah mengadakan penelitian selama kurang-lebih dua bulan, kesamaan

hanya ditemukan pada strategi dakwah yang keduanya kini bergerak pada dakwah

kultural. Pelaksanaan aktivitas dakwah pada segi kultural diharapkan mampu

meredam segala perbedaan yang bisa memicu konflik antarkeduanya. Namun

demikian selain memberi pengaruh positif, strategi dakwah kultural tersebut juga

menyebabkan ketidakefektifan kinerja masing-masing organisasi di sisi yang lain. Pada Muhammadiyah, penggunaan strategi dakwah kultural menyebabkan

terbatasnya gerakan dakwah Muhammadiyah yang bercirikan “tajdid”, karena para kadernya cenderung mengikuti saja tradisi keagamaan Nahdatul Ulama yang menjadi

adat setempat. Pada Nahdatul Ulama, penggunaan strategi dakwah kultural bukan sebuah

langkah baru. Sudah sejak lama dakwah organisasi ini menghasilkan pembentukan pada tradisi keagamaan masyarakat Kelurahan Sawangan Baru. Akan tetapi karena

terlalu fokus pada kultural, menyebabkan Nahdatul Ulama lemah di segi struktural

organisasinya. Hal ini menyebabkan ketidakjelasan tanggung jawab setiap jabatan

antapengurusnya.

Selain itu dakwah yang berlangsung di daerah ini hanya berada pada tataran

antaranggota, tidak sampai kepada lintas organisasi. Dalam artian masing-masing

organisasi tidak secara signifikan menjadikan kader organisasi lain untuk menjadi

mad’u dalam aktivitas dakwah yang dilakukannya.

Page 4: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Terucap syukur dari hati yang paling dalam

kepada Allah Yang Maha Pengasih, yang senantiasa menemani dari mulai terbit fajar

sampai terbenamnya, hingga ia terbit kembali di keseterusan harinya, yang senantiasa

memberikan kekuatan fisik dan batin, terutama kemampuan akal untuk penulis

berpikir dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam untuk Rasulullah Muhammad SAW, yang menjadi suri

tauladan serta menitipkan banyak pengetahuannya untuk menjadi penerang dalam

perjalanan di dunia ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak luput dari figur-figur di belakang layar yang

telah sangat membantu penulis, baik berupa motivasi, materi, waktu, dan lain

sebagainya, yang tanpa mereka skripsi ini pun tidak akan ada. Merupakan sebuah

kehormatan penulis bisa menuliskan nama-nama mereka dalam kata pengantar skripsi

ini.

1. Terima kasih untuk Aba (Bpk. Qasim Mathar) dan Ummi (Ibu Nursiah Hamid),

yang dengan melihat mereka adalah sebuah kekuatan, mendengar suara mereka

adalah sebuah motivasi, dan mengingat mereka adalah sebuah dorongan besar

untuk penulis terus berusaha dan tidak putus harapan.

2. Terima kasih kepada Bang Ais, Kak Dewi, Kak Pia, Kak Ali, Kak Upi, Bang Ikki,

Bang Topik, serta adik-adikku, Apip, dan Arkoun, yang dengan setia memberikan

dukungan meskipun kami berada di dua pulau yang berbeda. Telpon atau SMS

dari mereka sudah menjadi dukungan berharga bagi penulis. Buat Akang dan Mba

Indah, terima kasih untuk semua kebaikan dan keikhlasan.

Page 5: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

3. Tidak terlupa untuk Vivant dan Diat, si kecil yang selalu mengundang gelak tawa,

penghibur ketika penulis mulai merasa jenuh.

4. Terima kasih kepada Bpk. Dr.H.Murodi,M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Bpk. Drs. H.Mahmud Djalal,M.A, selaku PuDek II, serta Bpk.

Drs.Studi Rizal L.K. M.Ag, selaku PuDek III. Dekanat yang menurut penulis unik

dan bersahabat, sehingga penulis merasa ada suasana akrab di lantai II.

5. Terima kasih terkhusus untuk PuDek I, Bpk. Dr.Arief Subhan.M.A, yang selain

menjadi PuDek I juga merupakan Dosen Pembimbing dalam penyusunan skripsi

ini. Jika semua isi skripsi ini diibaratkan sebagai sebuah tujuan yang untuk

mencapainya penulis telah menemukan pintu masuknya, maka pintu itu tetap tidak

akan terbuka tanpa bantuan Bapak, karena Bapak yang memegang kuncinya.

Penulis juga mengucapkan maaf atas segala kesalahan yang penulis lakukan,

sengaja maupun tidak sengaja.

6. Terima kasih untuk Bpk. Wahidin Saputra,M.Ag, selaku Ketua Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, dan Ibu Ummi Musyarofah selaku Sekretaris

Jurusan, yang kerap kali mempermudah ketika penulis menghadapi kesulitan.

7. Terima kasih untuk pihak Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama Ranting

Sawangan Baru, Bpk.Baharuddin Rahman, Bpk.H. Heri Husaeri, Bpk. Abdul

Kadir, K.H.Damanhuri, beserta para santri yang sangat membantu penulis

menemukan data.

8. Terima kasih kepada semua dosen, yang banyak memberikan ilmunya kepada

penulis. Juga segenap staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi, di akademik, di

perpustakaan, di administrasi, dan lain-lain, yang mohon maaf tidak bisa

disebutkan satu-persatu.

Page 6: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

9. Terima kasih untuk Solah, yang kebaikan dan kesabarannya adalah penguat hati,

yang tidak pernah berhenti memberikan ketulusan dan keihlasannya dalam

mengayomi.

10. Terima kasih untuk Indri, yang tidak berhenti memotivasi dan mengganggu

penulis dengan semua keusilannya agar penulis tidak menjadi stres dalam

menyelesaikan semua tugas.

11. Terima kasih untuk Odah, Achi, serta dua tetangga baru Tina dan Eska, yang

selalu punya alasan untuk bertamu ke rumah penulis, sekaligus memberi alasan

untuk penulis juga bertamu ke kozan mereka, untuk ganti-gantian numpang

makan, numpang mandi, atau pinjam-pinjaman buku atau pakaian.

12. Terima kasih untuk teman-teman kelompok “Daon”, Rika yang jago masak. Hana

dan Kesi yang suka hilang terus muncul tiba-tiba. Alfi, yang sekarang sibuk di

luar kampus. Sela dan Ane yang dekat tapi jauh, Nyak Dede dan teman-teman di

KPI D, Delon, Irfa, Ari, Yayan, Ipul, Jaka, Ical, Acun, Jamal, Away, Herdi, Alip,

Hijrah, Dian, Susi, Ulfa, Ratna, Plontang, Yuli, Maria, Nida, Eka, Ine yang

semuanya banyak membantu penulis di masa-masa aktif perkuliahan.

13. Terima kasih Dasuki, Indra, Melli, Kak Toni, Teh Ratna, Kak Moko, Acun, Otoy,

Ikhwal, Apip, Arifin, Kak Away, Kak Lukman, Kak Ersyad, Adit, Maheso,

Luthfi, Ustadz, Hasan, Nunu, Munir, Deden, teman-teman Angkatan 2004, BEM

dan HMI, semuanya yang meramaikan kehidupan penulis di tahun-tahun yang

lalu.

Page 7: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

14. Terima kasih untuk semua pihak yang lagi-lagi, mohon maaf, tidak bisa

disebutkan kesemuanya.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menjadi wujud terima kasih

penulis kepada mereka, dan bisa menjadi kontribusi ilmiah bagi segenap pembaca.

Penulis sangat terbuka untuk menerima segala kritik dan saran untuk perbaikan

tulisan ini.

Ciputat, 16 September 2008

Penulis

Page 8: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………….... ii

LEMBAR PERNYATAAN ..…………………………………………………. iii

ABSTRAK …………………………………………..………………………... iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

E. Tinjauan Kepustakaan ............................................................ 6

F. Metodologi Penelitian ............................................................ 7

G. Sistematika Penulisan ............................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsepsi Dakwah

1. Pengertian Dakwah ............................................................ 11

2. Unsur-Unsur Dakwah ....................................................... 14

3. Tujuan Dakwah .................................................................. 19

4. Hakikat dakwah Islam ........................................................ 21

B. Konsepsi Strategi

1. Pengertian Strategi Dakwah ............................................... 22

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Strategi ..... 25

3. Strategi Dakwah Rasulullah ................................................ 26

Page 9: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

BAB III PROFIL MUHAMMADIYAH DAN NAHDATUL ULAMA

A. Sejarah Pendirian dan Perkembangan

1. Muhammadiyah di Indonesia ............................................ 28

2. Nahdatul Ulama di Indonesia .............................................. 33

B. Profil Organisasi Tingkat Ranting

1. Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru ........................... 37

2. Nahdatul Ulama Cabang Sawangan Baru ........................... 41

C. Struktur Kepengurusan Ranting

1. Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru ........................... 46

2. Nahdatul Ulama Ranting Sawangan Baru ........................... 47

BAB IV ANALISA STRATEGI DAKWAH ANTARA MUHAMMADIYAH

DAN NAHDATUL ULAMA RANTING SAWANGAN BARU

A. Muhammadiyah dan NU di Kelurahan Sawangan Baru ........ 48

B. Skema Perbandingan .............................................................. 53

C. Kelebihan dan Kekurangan

1. Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru ........................ 55

2. Nahdatul Ulama Ranting Sawangan Baru ........................ 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 58

B. Kritik dan Saran ........................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

SURAT – SURAT KEABSAHAN PENELITIAN ............................................... 67

HASIL WAWANCARA ....................................................................................... 71

DAFTAR FOTO .................................................................................................... 81

Page 10: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama adalah dua di antara beberapa organisasi

masyarakat Islam terbesar dan tertua di Indonesia. Dua organisasi ini memiliki kiprah

yang sangat signifikan dalam sejarah pra hingga pasca kemerdekaan Indonesia.

Meskipun pada awal berdirinya kedua organisasi ini berorientasi pada pembinaan

keislaman masyarakat muslim Indonesia kala itu, namun seiring berjalannya waktu

baik Muhammadiyah maupun Nahdatul Ulama terus melebarkan sayapnya di dunia

politik, ekonomi, dan berbagai sisi kehidupan sosial lainnya.

Meski demikian, merambahnya cabang program kerja Muhammadiyah dan

Nahdatul Ulama ke bidang-bidang tersebut tidak menjadikan kedua organisasi ini lupa

akan arah utamanya, yaitu membina keislaman masyarakat muslim Indonesia. Karena

baik Muhammadiyah maupun Nahdatul Ulama tetap eksis melakukan aktivitas

dakwah untuk mengurusi akhlak maupun aqidah masyarakat muslim Indonesia dari

awal berdirinya hingga sekarang.

Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern, menganut madzhab yang

sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadist shahih. Didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di

kota Yogyakarta, 18 November 1912. dengan tujuan menegakkan dan menjunjung

tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya.1

1Ensiklopedia Indonesia, Edisi Khusus, Jilid 4 KOM-OZO, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

1989), h.2306.

Page 11: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Organisasi ini dikenal sebagai pengusung gerakan tajdid, yang merupakan

sebuah gerakan yang berupaya untuk memberantas penyakit yang oleh kelompok

Muhammadiyah disebut sebagai penyakit TBC (tahayyul, bid’ah, churafat).

Muhammadiyah juga disebut-sebut sebagai organisasi Islam modern, karena sejumlah

gerakan pembaharuannya berorientasi pada pembaharuan dalam budaya tradisional

keberagamaan umat muslim di Indonesia.

Nahdatul Ulama adalah organisasi Islam berhaluan Ahlu Al-Sunnah wal

Jama’ah dengan berpegang teguh pada salah satu dari 4 mazhab: Imam Syafi’i, Imam

Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali. Didirikan di Surabaya (31

Januari 1926) dalam rapat alim ulama yang diselenggarakan untuk membentuk

organisasi NU, dan untuk mengirim utusan ke Muktamar Islam di Mekah dengan

tugas memperjuangkan hukum-hukum ibadah dalam empat mazhab.2

Organisasi ini sering disandingkan dengan Muhammadiyah sebagai pihak

yang bertolakbelakang dengan paham-paham keagamaan yang diajarkan

Muhammadiyah. Nahdatul Ulama merupakan gerakan Islam tradisional. Ajaran-

ajaran keagamaan tradisional yang ingin diberantas Muhammadiyah, juga pada

umumnya merupakan budaya-budaya yang terbentuk dari ajaran-ajaran Nahdatul

Ulama.

Di awal masa berdirinya, sebagai organisasi keagamaan yang terbesar dan

berpengaruh, kedua organisasi ini juga pernah melakukan kerjasama, salah satunya

adalah menjadi sponsor pendiri MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) pada tahun

1937.

2 Ibid, h. 2327.

Page 12: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Hal menarik yang mewarnai perjalanan kedua organisasi ini ialah lahirnya

asumsi publik yang menyatakan bahwa telah berkembang ketidakakuran dari dua

kubu organisasi ini. Di mana Muhammadiyah cenderung dipandang sebagai

organisasi Islam yang menerima pembaharuan atau lembaga dakwah modern,

sedangkan Nahdatul Ulama sebaliknya, dipandang sebagai organisasi yang tidak

sepaham dengan pembaharuan khususnya di bidang agama, atau lembaga dakwah

tradisional.

Perbedaan perspektif antara kedua organisasi Islam ini akhirnya menyebabkan

terbaginya pula perbedaan pendapat dalam masyarakat, sehingga terbentuk kelompok

pengikut dari masing-masing pendapat ataupun pemahaman agama yang diajarkan

oleh dua organisasi Islam yang berbeda fatwa ini.

Terlepas dari semua permasalahan yang menyangkut perbedaan pendapat di

antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama, karena penelitian ini bukan penelitian

investigatif konflik antara kedua organisasi tersebut, fenomena keberhasilan dua

organisasi dakwah ini untuk tetap eksis dan digandrungi banyak masyarakat di tengah

beragam dimensi kehidupan tradisional maupun modern yang berkembang di

Indonesia-lah yang melatarbelakangi diajukannya judul ini untuk diteliti.

Selain itu lokasi yang dipilih pun sengaja di Kelurahan Sawangan Baru-

Depok, karena di daerah ini terdapat sekretariat ranting dan sejumlah yayasan milik

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama yang jaraknya tidak begitu berjauhan. Kedua

ranting ini, selain bergerak pada pembinaan anak didik yayasannya masing-masing,

tentu juga memiliki andil pada pembentukan pemahaman keislaman masyarakat di

sekitarnya.

Page 13: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Dengan jarak yang berdekatan, (kurang dari 1 kilometer antara letak basis

Muhammadiyah dengan Nahdatul Ulama di Kelurahan Sawangan Baru ini), dengan

masyarakat sebagai objek dakwah yang sama, maka kedua organisasi ini tentu

memiliki strategi-strategi tersendiri agar ajaran-ajarannya lebih mudah dipahami serta

diterima oleh masyarakat setempat.

Jadi, sebagai organisasi besar yang memiliki masing-masing pengikut dengan

jumlah yang tidak sedikit, tentunya Muhammadiyah dengan mengusung

pembaharuannya maupun Nahdatul Ulama yang teguh pada paham tradisionalnya,

memiliki strategi-strategi dakwah tersendiri yang bisa membuat masyarakat mengikuti

pemahamannya hingga ikut teguh mempertahankan pemahaman yang mereka akui

lebih benar dibanding yang lain tersebut.

Selain itu, berada di lokasi yang saling berdekatan memungkinkan pula

terciptanya strategi-strategi penjagaan agar pesan dakwah yang telah disampaikan

masing-masing organisasi, mampu bertahan dalam akal dan pikiran masyarakat

sekitar.

Bukan persoalan siapa yang benar dan siapa yang keliru, akan tetapi realita

yang terjadi antara kedua organisasi ini merupakan hal yang sangat menarik.

Meskipun Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama menyebarkan dakwah melalui

strategi masing-masing yang saling berlainan satu sama lain, namun hal tersebut tidak

mempengaruhi fakta banyaknya minat masyarakat untuk menjadi jamaah

Muhammadiyah maupun Nahdatul Ulama.

Page 14: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan kepada perbandingan terhadap strategi dakwah yang

digunakan oleh Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama yang berada pada tingkatan

ranting di Kelurahan Sawangan Baru, Depok. Pembatasan ini dilakukan guna

menghindari perluasan pembahasan yang tidak ada sangkut-pautnya dengan masalah

yang akan diteliti.

Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka perlu dibuat suatu

rumusan permasalahan yang akan diangkat dari objek penelitian. Adapun rumusan

tersebut ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana perbedaan strategi dakwah antara Muhammadiyah dan Nahdatul

Ulama kepada masyarakat Sawangan Baru-Depok?

2. Apakah terdapat persamaan dari strategi dakwah yang dilakukan oleh

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama kepada masyarakat Sawangan Baru-Depok

serta bagaimana kekurangan dan kelebihan masing-masingdari strategi dakwah

antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan data

maupun informasi yang memberikan jawaban atas permasalahan yang dirumuskan di

atas, yaitu tentang perbedaan maupun persamaan strategi yang dilakukan

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama dalam melaksanakan aktivitas dakwah.

Page 15: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengolah informasi seputar judul

penelitian yang telah dikumpulkan untuk dijadikan data-data dalam penulisan laporan

penelitian, sehingga laporan penelitian ini nantinya dapat menjadi suatu laporan yang

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

D. Manfaat Penelitian

Secara praktis, kegunaan penelitian ini adalah mendapatkan dan memberikan

gambaran tentang pendekatan psikologis dan efeknya pada proses komunikasi yang

bisa dijadikan satu perbandingan atau upaya pemahaman kembali terhadap strategi

pendekatan tersebut.

Secara teoritis, pertama, penelitian ini diupayakan dapat memberikan hasil

penelitian berupa karya ilmiah yang penulis harapkan mampu menambah referensi

pustaka untuk mata kuliah yang menyangkut ilmu dakwah maupun strategi.

Kedua, penulis berharap hasil penelitian ini bisa menjadi sumber data

penelitian-penelitian baru yang akan dilakukan di masa mendatang, dan semoga hasil

skiripsi ini bisa menjadi salah satu acuan yang memberikan kontribusi ilmiah bagi

kegiatan-kegiatan akademis lainnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Lutfi Rahman, seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam menyatakan dalam

skripsinya yang berjudul, ”Studi Komparatif Konsep Dakwah Islam antara Majlis

Tabligh Muhammadiyah dengan Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama (LDNU) pada

Page 16: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

tahun 2006, bahwa perbedaan mencolok dari konsep dakwah antara kedua lembaga

tersebut terletak pada sumber dan materi dakwah yang akan disampaikan.

Meskipun keduanya sama-sama berpegang teguh pada landasan Al Qur’an dan

Al Hadits, namun pada kelompok Nahdatul Ulama ada konsep dalam dakwahnya

yang juga harus menambahkan ajaran-ajaran mengenai ahlusunnah wal jama’ah,

yang dalam Muhammadiyah tidak diberlakukan sebagai sumber ataupun materi

dakwah yang determinan.

Sementara konsep dakwah Muhammadiyah tersebut dipertegas oleh Nur

Hidayat, mahasiswa universitas yang sama pada jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam, dalam skripsinya yang berjudul, ”Dakwah dan Politik Muhammadiyah”

menyatakan bahwa, orientasi kemunculan intervensi dakwah Muhammadiyah adalah

upaya untuk mengembalikan ajaran Islam kepada keaslian dan kemurniannya, yakni

berpegang pada dua landasan agama Al Qur’an dan Al Hadits tadi.

F. Metode Penelitian

Penelitian dengan judul ’Perbandingan Strategi Dakwah Antara

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama Ranting Kelurahan Sawangan Baru-Depok’ ini

menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.3

3 Lexi J, Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 4.

Page 17: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Sengaja penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena pada

intinya penelitian ini bertujuan meneliti kualitas dari strategi masing-masing

organisasi dalam melakukan dakwah. Dengan menggunakan metode penelitian

kualitatif, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah hasil penelitian yang

deskriptif mengenai fokus permasalahan yang dikaji, serta tersusun berdasarkan data

dan perilaku-perilaku yang diamati.

1. Objek dan Sumber Data

a. Objek penelitian ini adalah dari lembaga dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul

Ulama Ranting Sawangan Baru.

b. Sumber data penelitian ini adalah data-data tertulis maupun lisan serta

pengamatan pada perilaku objek penelitian yang memiliki sangkut paut yang

signifikan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data-data awal akam dikumpulkan dari sejumlah sumber referensi tertulis,

baik berupa buku, artikel, maupun sumber tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang

memiliki sangkut-paut dengan judul penelitian yang akan diteliti.

Selain itu data-data ini nantinya juga tentu akan diperoleh ketika turun ke

lapangan penelitian, di mana data-data tersebut ditemukan berdasarkan hasil-hasil

pengamatan dan wawancara.

Data-data yang telah berhasil dikumpulkan tersebut pada akhirnya akan

melalui proses analisis untuk kemuian digabungkan hingga menjadi suatu tulisan

yang tersusun dan siap untuk dikaji secara lebih mendalam.

Page 18: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

- Sumber referensi : data-data ilmiah tertulis. Data-data ini terkumpul dari

sejumlah tulisan yang berupa buku, maupun artikel dari majalah dan internet.

- Wawancara : pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara

langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden dan jawaban-

jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).4

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah salah satu pengurus dari

kedua organisasi, yaitu: (1) Bapak Baharuddin Rahman, Sekretaris

Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru. (2) Bapak H. Heri Husaeri, Ketua

Dewan Syuriah Nahadatul Ulama Ranting Sawangan Baru, yang memang

merupakan pihak yang berkompeten untuk menjawab semua pertanyaan yang

penulis ajukan.

- Observasi : pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti

tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.5 Observasi ini dilakukan selama

kurang-lebih dua bulan, terhitung mulai dari akhir Bulan Juli sampai awal

Bulan September 2008.

4 Irawan Soehartono, Metodologi Penenlitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian BIdang Kesejahteraan

Sosial dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya, 2004), h. 68. 5 Ibid, h. 69

Page 19: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

3. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat

ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan ke dalam kategori. Tafsiran

atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan kategori,

dan mencari hubungan antara berbagai konsep.6

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan merangkum dan memilih

hal-hal yang pokok, serta difokuskan pada hal-hal yang penting dan berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari

sub bab. Lima bab tersebut disusun secara berurutan guna menjelaskan isi skripsi

dengan lebih jelas, sistematis dan mendetail. Berikut gambaran mengenai

penyusunan bab dalam skripsi ini:

Bab satu, Pendahuluan: bab ini membahas tentang latar belakang

pemilihan judul skripsi, pembatasan dan perumusan masalah yang akan diteliti,

manfaat dan tujuan penelitian, serta metodologi penelitian.

Bab dua, Tinjauan Teoritis: dalam bab ini dibahas teori-teori yang

berkenaan dengan judul skripsi yang dipilih.

Bab tiga, Profil: pada bab ini diberikan gambaran mengenai profil

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama, termasuk gambara umum beragam aktivitas

dan perkembangannya.

6 Dadang Rahmad, Metode Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama, (Bandung:

Pustaka Setia, 2000), h. 158.

Page 20: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Bab empat, Analisis Data: semua data yang diperoleh dari berbagai

sumber dianalisis dan dituangkan dalam bentuk tulisan pada bab ini.

Bab lima, Penutup: penutup meliputi penarikan kesimpulan dan saran-

saran.

Di luar lima bab di atas, skripsi ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran

data yang diperoleh selama masa penelitian, yang diletakkan di bagian akhir

skripsi ini.

Page 21: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsepsi Dakwah

1. Pengertian Dakwah

a. Tinjauan Etimologi (Lughat, Bahasa)

Kata ”dakwah” berasal dari Bahasa Arab, yatiu dari fi’il madhi:

( ) yang berati menyeru, memanggil, mengajak,

menjamu.

Banyak sekali kata-kata Bahasa Arab yang erat kaitannya dengan kata

dakwah ini, seperti:

: mengajak kepada

: mendoakan kejahatan

: mendoakan kebaikan

: mendakwakan (perkara)

: yang mendoa, yang menyeru, yang memanggil.7

1. Dakwah yang artinya undangan

Artinya: ”Datangilah undangan apabila engkau diundang”.

(HR. Muslim)

7 Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001)

Cet.ke-2, hlm. 21.

Page 22: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

2. Dakwah yang artinya menyeru

Artinya: ”Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan menunjuki

orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”.

(Q.S. Yunus: 25)

3. Dakwah yang artinya mengajak

Artinya: ”Yusuf berkata; Wahai tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada

memenuhi ajakan mereka kepadaku”.

(QS. Yusuf: 33)

b. Tinjauan Terminologi (Istilah)

Banyak ahli atau pakar yang berusaha mendefinisikan dakwah

dan mereka bervariasi dalam mengungkapkannya. Di antara para ahli

tersebut adalah:

a. HMS. Nasarudin Latif

Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan

yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk

beriman dan menaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan

syari’ah serta akhlakIslamiyah.

Page 23: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

b. Syeikh Ali Mahfudz

Dakwah adalah mengajak (mendorong) manusia untuk mengikuti

kebenaran dan petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan

melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat

kebahagiaan di dunia dan akhirat.

c. Prof. H..M. Thoha Yahya Omar

Dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan

yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan

kebahagiaan di dunia dan akhirat.8

2. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam

setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah),

mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah),

thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah).

a. Da’i (pelaku dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan,

maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat

oraganisasi/lembaga.

Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebuatn mubaligh

(orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini

konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya

8 Ibid, hlm. 22-24.

Page 24: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti

penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah), dan sebagainya.

Siapa saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad

hendaknya menjadi seorang da’i, dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah

yang nyata dan kokoh.

Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan

dakwah baik dari segi akidah, syariah, maupun dari akhlak. Berkaitan dengan

hal-hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus maka kewajiban

berdakwah dibebankan kepada orang-orang tertentu.

Nasaruddin Latief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan

muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas

ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’in (juru penerang) yang

menyeru, mengajak, memberi pengajaran, dan pelajaran agama Islam.9

b. Mad’u (Penerima Dakwah)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia

penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik

manusia yang beragama Islam maupun tidak: atau dengan kata lain, manusia

secara keseluruhan.

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk

mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-

orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas

iman, Islam dan Ihsan.

9Munir. M, Ilahi. Wahyu, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006), hlm.21.

Page 25: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Secara umum Al-Qur’an menjelaskan ada tiga tipe mad’u, yaitu:

mukmin, kafir dan munafik. Dari ketiga klasifikasi besar ini, mad’u kemudian

dikelompokkan lagi dalam berbagai macam peneglompokan. Misalnya, orang

mu’min dibagi mejadi tiga, yaitu: dzalim linafsih, muqtashid, dan sabiqun

bilkhairat. Kafir bisa dibagi menjadi kafir zimmi dan kafir harbi. Mad’u atau

mitra dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia.

Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan

manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, dan seterusnya.

Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpkir secara

kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir

secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-

pengertian yang tinggi.

3. Golongan yang berbeda dengam kedua golongan tersebut, mereka senang

membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja. 10

c. Maddah (Materi) Dakwah

Pada dasarnya, materi dakwah tidak lan adalah Al Qur’an dan Al

Hadits sebagai sumber utama yang meliputi: aqidah, syariah, dan akhlak

dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya.11

Materi dakwah tergantung pada tujuan dakwah yang hendak

dicapai,namun secara umum bahwa materi dakwah adalah mencakup ajaran

10

Ibid, h.22-23. 11

H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet.ke-5, h.7.

Page 26: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits sbagai sumber ajaran

Islam.

Karena sangat luasnya ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan

Hadits, maka da’i harus cermat dan mampu dalam memilih materi yang akan

disampaikan kepada mad’udengan mempertimbangkan situasi dan kondisi

masyarakat.12

d. Wasilah (Media) Dakwah

Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk

menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk

menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan

berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima

macam, yaitu:

1. Lisan, adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan

lidah atau suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato,

ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.

2. Tulisan, adalah media dakwah melalui tukisan, buku, majalah, surat kabar,

surat-menyurat (korespondensi), dan sebagainya.

3. Lukisan, adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.

4. Audiovisual, adalah media dakwah yang dapat merangsang indera

pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, sperti televisi, film slide,

OHP, internet, dan sebagainya.

12

Amarullah Ahmad, ed, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M, 1985), Cet.ke-1,

h. 300.

Page 27: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

5. Akhlak, adalah media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang

mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan

didengarkan oleh mad’u.

d. Thariqah (Metode) Dakwah

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian

”suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk

mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.

Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa

metode adalah”suatu cara yang sistematis yang umum teritama dalam mencari

kebenaran ilmiah”.

Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada umumnya

merujuk pada surat An-Nahl:125:

Artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dia yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu:

1. Bil hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan siatuasi dan kondisi

sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka,

sehingga di dalam melanjutkan ajaran-ajaran agama Islam selanjutnya,

mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

Page 28: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

2. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat

atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang,

sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh

hati mereka.

3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar

pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak

memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang

menjadi sasaran dakwah.13

3. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah merupakan salah satu faktor yang sangat penting.

Dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam

pelaksanaan aktivitas dakwah.14

Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak manusia ke jalan

Tuhan, jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan

untuk mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan

bertindak, agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.15

Tujuan dakwah secara umum adalah megubah perilaku sasaran dakwah

agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran

kenyataan kehidupan sehari-hari baik yang bersangkutan dengan masalah

pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan

yang penuh dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi (al-A’raf:96). .

13

Munir. M, Ilahi. Wahyu, (Manajemen Dakwah), op.cit, hlm. 32-34. 14

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Dalam Berdakwah Di Indonesia), (Jakarta: PT.

Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 33. 15

Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, (Prinsip dan Strategi), op.cit, h. 32.

Page 29: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

4. Hakikat Dakwah Islam

Ismail R. al-Faruqi dan istrinya Lois Lamnya membagi hakikat dakwah

Islam pada tiga term: kebebasan, rasionalitas dan universalisme. Ketiganya

saling berkaitan dan melengkapi.

Kebahagiaan, ketenangan itulah cita-cita setiap orang. Manusia

berusaha untuk menggapainya. Kadang mereka harus berebut kursi, bahkan

banyak menghalalkan yang nyata haram. Mereka mengira ketika mencapai

tujuan, itulah kebahagiaan. Mungkin benar itu bahagia, tapi sesaat.

”Bahagianya manusia adalah ketika ia menggapai apa yang diinginkannya”.

Di sinilah manusia harus memiliki gapaian yang positif, di mana agama

memberi bimbingan spritual yang transendental.

Kebebasan sangat dijamin dalam agama Islam, termasuk kebebasan

meyakini agama. Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari

ancaman, harus benar-benar yakin kebenaran ini hasil penilaiannya sendiri.

Jelas ”dakwah” tidak bersifat memaksa. Dakwah adalah ajakan yang

tujuannya dapat dicapai hanya dengan persetujuan tanpa paksaan dari subjek

dakwah.

Dakwah Islam merupakan ajakan untuk berpikr, berdebat, berargumen,

dan untuk menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah Islam tidak dapat

disikapi dengan keacuhan kecuali oleh orang bodoh atau berhati dengki. Hak

berpikir merupakan sifat dan milik semua manusia. Tak ada orang yang dapat

mengingkarinya.

Page 30: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Adapun yang dimaksud dengan dakwah yang komprehensif (takamul)

adalah dakwah yang tidak membatasi diri hanya pada satu aspek/bidang saja

sembari mengesampingkan aspek/bidang lainnya. Sebab, di antara kekhususan

metode Islami adalah bahwa di dalamnya ada sistem ibadah, sistem ekonomi,

sistem sosial, sistem politik dan sistem militer.

Sebaliknya, ada juga kalangan yang beranggapan bahwa parsialitas

dalam dakwah Islam berarti membatasi dakwah pada aspek-aspek yang

memang harus dilaksanakan-tidak boleh melampauinya dan meyakini hal itu

saja sembari menolak selainnya. Gagasan parsialitas dakwah ini telah

menyebabkan berbilangnya dan tumpah tindihnya dakwah, serta memecah

belah kekuatan yang ada.16

Di antara aktivitas dakwah Islam, ada juga yang melontarkan

keharusan adanya ide mengenai komprehensivitas dan keseimbangan dalam

aktivitas dakwah di masa sekarang ini. Sebaliknya, ada juga pihak yang

melontarkan gagasan dakwah yang bersifat parsial dan terkesan ”ekstrem”.

B. Konsepsi Strategi

1. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan yaitu sebagai

suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Pengunaannya diwali atau bersumber

dari dan populer di lingkungan militer.

16

Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, Jilid 2, Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah Rasulullah,

(Jakarta: Pustaka Thariqul Izzah, 2003), hlm. 47.

Page 31: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Di lingkungan tersebut penggunaan kata strategi lebih dominan dalam

situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi

musuh, dan bertanggung jawab mengatur cara atau taktik untuk memenangkan

peperangan.17

Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan

organisasi, termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.

Kata strategi selalu diartikan atau disejajarkan dengan kata cara.

Strategi kemudian berarti cara untuk menyelesaikan sesuatu. Dalam konteks

ini padanan kata cara untuk strategi tidaklah melulu salah karena memang

strategi adalah cara.

Hal yang membedakan antara strategi dan cara dalam arti harfiah

adalah bahwa strategi mempunyai arti yang luas dan kompleks. Kata cara

dapat dipergunakan dalam banyak kondisi tetapi strategi adalah cara untuk

menyelesaikan sesuatu secara jangka panjang.

Ini kemudian berarti bahwa strategi adalah kegiatan yang dilakukan

organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ada atau aksi dalam organisasi

untuk mencapai performance terbaiknya.18

Strategi ini dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada

dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi.

Adapun tentang taktik, sebenarnya merupakan cara yang digunakan, dan

merupakan bagian dari strategi.

17

Hadari, Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan, (Yogyakarta:

Gajah Mada University Perss, 2003), h. 147. 18

John P. Simandjuntak, Z. Bambang Darmadi, Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Jarot Priyogutumo,

Public Relations, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003), h.78-79.

Page 32: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Berikut beberapa pengertian strategi lainnya dari sejumlah literatur:

1. Onong Uchyana Efendi mengatakan ”Strategi pada hakikatnya adalah

perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.

Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi

sebagai peta jalan yang hanya memberikan atah saja, melainkan juga

harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya”.19

2. Fuad Amsyari mengatakan bahwa ”Dalam pengertian dasarnya, strategi

adalah metode atau taktik untuk memenangkan suatu persaingan.

Persaingan itu berbentuk suatu pertempuran fisik untuk merebut suatu

wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam

bidang non militer strategi dan taktik adalah suatu cara untuk

memenangkan suatu persaingan antara kelompok yang berbeda orientasi

hidupnya”.20

3. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi

adalah ”suatu ilmu untuk menggunakan sumber daya-sumber daya untuk

melaksanakan kebijakan tertentu”.21

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari

strategi dakwah adalah strategi yang dilakukan dalam dakwah, yang artinya

sebagai metode, siasat, taktik yang digunakan dalam proses kegiatan

dakwah.22

19

Onong Uchyana Efendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1992), h. 32. 20

Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990), h. 40. 21

Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: LPFE UI, 19970, h. 199. 22

Asmuni, Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 35.

Page 33: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Strategi dalam berdakwah harus memperhatikan beberapa asas

dakwah, yaitu:

1. Asas fisiologis, yaitu asas yang membicarakan masalah yang erat

hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses

aktifitas dakwah Islam. 2. Asas keahlian dan kemampuan da,i.

3. Asas sosiologis, yaitu asas yang membahas masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi lingkuangn yang menjadi tempat sasaran

dakwah. 4. Asas psikologis, yaitu asas yang mengharuskan adanya keseimbangan

antara biaya, waktu, dan tenaga yang harus dikeluarkan dengan pencapaian hasil dakwah yang akan dicapai.23

Strategi yang disusun, dikonsentrasikan, dan dikonsepsikan dengan

baik dapat membuahkan pelaksanaan yang disebut strategis. Menurut Drs. H.

Hisyam Alie, untuk mencapai strategi yang strategis harus memperhatikan hal-

hal sebagai berikut:

1. Strategi (kekuatan), yakni memperhitungkan kekuatan yang dimiliki yang

biasanya menyangkut manusianya, dananya, beberapa piranti yang

dimiliki.

2. Weakness (kelemahan), yakni memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang dimilikinya, yang menyangkut aspek-aspek sebagaimana dimiliki

sebagai kekuatan, misalnya kualitas manusianya dan sebagainya. 3. Opportunity (peluang), yakni seberapa besar peluang yang mungkin

tersedia di luar, hingga peluang yang sangat kecil sekalipun dapat diterobos.

4. Threats (ancaman), yakni memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman dari luar.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Strategi

Dalam menentukan suatu strategi, seseorang ataupun sekelompok

orang akan dihadapkan oleh sejumlah faktor yang akan sangat mempengaruhi

diambilnya keputusan terhadap suatu strategi tersebut.

23

Ibid, h. 35.

Page 34: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Faktor-faktor ini dapat bersumber dari dalam maupun dari luar diri

sang pengambil keputusan strategi apa yang akan digunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan semula. Oleh karena itu sangat penting pula untuk

diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi diambilnya suatu strategi,

termasuk dalam penetapan strategi dakwah sebuah organisasi.

Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang ataupun

sekelompok orang dalam memutuskan suatu strategi:

1. Lingkungan: Lingkungan tidak pernah berada pada suatu kondisi yang

tetap dan tidak berubah. Perubahan yang terjadi pada lingkungan

berpengaruh sangat kuat dan luas kepada segala sendi kehidupan manusia.

Sebagai individu dan masyarakat, tidak hanya pada cara berpikir tetapi

juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan hidup.

2. Lingkungan organisasi yang mencakup segala sumber daya dan kebijakan

organisasi yang ada.

3. Kepemimpinan: Seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam

mengambil keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai

perkembangan yang ada dalam lingkungan, baik eksternal maupun internal

yang berbeda.24

Dari pemaparan di atas terlihat jelas bahwa faktor yang mendominasi

untuk mempengaruhi ditetapkannya suatu organisasi ialah faktor yang berasal

dari lingkungan, baik lingkungan di luar organisasi maupun lingkungan di

dalam organisasi itu sendiri.

Karena strategi adalah suatu alat untuk mencapai suatu tujuan, maka

strategi juga memiliki beberapa sifat:

1. Menyatu (unified), yaitu menyatuka seluruh bagian dalam organisasi.

2. Menyeluruh (conprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek dalam

organisasi.

24

S.P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masa Agung, 1994), Cet. II, h. 9.

Page 35: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

3. Integral (integrated), yaitu strategi harus dapat cocok/sesuai dengan

seluruh tingkatan dalam organisasi.25

3. Strategi Dakwah Rasul Allah

Banyak sekali manfaat serta pelajaran yang dapat kita ambil dengan

menelusuri jejak dakwah Rasulullah SAW, pada saat mulai menyebarkan

agama Islam di luar lingkungan keluarganya hingga mencapai batas-batas

kesukuan maupun teritorial. Kita dapat memperhatikan bahwa keberhasilan

dakwah Rasasulullah disebakan strategi yang strategis.

Dengan menganalisis strategi yang strategis sebagaimana telah

dikemukakan oleh Drs. H. Hisyam Alie di atas, yaitu memperhitungkan

kondisi intern dan ekstern, strategi dakwah diawali dengan menggalang

kekuatan di kalang keluarga terdekat dan tokoh kunci yang sangat

berpengaruh di masyarakat.

Tahap awal yang dilakukan oleh Rasul menghasilkan kekuatan yang

sangat tangguh, seperti adanya bantuan dan dorongan dana yang besar dari

istrinya (Khadijah), dan memperoleh motivasi dari Abu Bakar Siddiq, seorang

tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh serta disegani.

Kita benar-benar yakin bahwa keberhasilan Rasul itu tidak terlepas

dari bimbingan dan petunjuk Allah. Ketika menerima wahyu pertama, beliau

tidak langsung mengislamkan seluruh warga Quraisy, tetapi memulainya

dengan sabar dari keluarga terdekatnya, meskipun Beliau kerap menerima

berbagai hasutan, hinaan, siksaan, bahkan usaha-usaha pembunuhan dan

25

Agustinus Sri Wahyuni, Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berpikir Strategik, (Jakarta:

Binarupa Aksara, 1996), Cet. ke-1, h. 16.

Page 36: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

penjegalan. Semua itu merupakan pelajaran yang sangat berharga yang

diberikan oleh Rasulullah SAW, tentang perlunya penggunaan strategi.

Dengan menyimak hal-hal di atas, maka strategi dakwah memerlukan

beberapa faktor yang harus benar-benar diperhatikan dan dipertimbangkan, di

antaranya adalah:

1. Umat Islam harus mengembangkan pola pikir dan wawasan keilmuan.

2. Pola pikir dan wawasan yang luas tersebut akan mempengaruhi umat Islam

dalam hal kepribadian, sehingga tidak mudah larut terbawa watak

tradisional emosional dan sikap-sikap negatif lainnya, termasuk tidak

menghargai pendapat orang lain-lain. Dari situlah terwujud persaudaraan

Islam (ukhuwah Islamiah) akan terwujud.

3. Memiliki khazanah ilmu termasuk iptek, sehingga dalam melaksanakan

dakwah mampu membawakan materi-materi yang sesuai dengan tuntutan

masyarakat.26

26

Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, (Prinsip dan Strategi), op.cit, h. 77.

Page 37: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

BAB III

PROFIL MUHAMMADIYAH DAN NAHDATUL ULAMA

A. Sejarah Pendirian dan Perkembangan

1. Muhammadiyah di Indonesia

Indonesia di akhir abad ke-19 adalah sebuah negeri yang muram.

Setelah runtuhnya kekuasaan-kekuasaan monarkis di nusantara, negeri ini

terkoyak oleh kolonialisme, sebuah pengalaman kolektif sebagai bangsa yang

menimbulkan trauma dan cedera historis.

Pengalaman pahit sebagai bangsa di bawah penindasan kolonialisme itu

dialami sebagian besar rakyat yang tenggelam dalam kemiskinan (struktural

maupun kultural), kebodohan dan keterbelakangan.27

Di tengah kemuraman mayoritas pendududk pribumi yang tidak

berdaya dalam kapitalisme kolonial itu, ada juga sekelompok kecil masyarakat

pribumi yang muncul sebagai pengusaha industri dan pedagang yang kuat

seperti pengusaha undustri batik, rokok, kerajinan, pedagang perantara, dan

pedagang keliling di daerah-daerah seperti Pekalongan, Yogyakarta, Surakarta,

Kudus, Pariaman, Palembanga dan Banjarmasin.

Kelompok ini merupakan kelas menengah pribumi dan juga merupakan

sebagian kecil dari wiraswastawan pribumi yang mampu bersaing pada tingkat

lokal dengan para pengusaha dan pedagang asing seperti eropa, Cina, arab dan

India yang mendominasi sektor ekonomi pada masa itu.

27

Profil Muhammadiyah 2005, (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2005),h. 1.

Page 38: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Satu di antara kelas menengah pribumi saat itu ialah Kiai Haji Ahmad

Dahlan. Ia barangkali hanyalah merupakan sebuah noktah kecil dalam kancah

sejarah Indonesia, jika ia hanya menjalani hidup sebagai seorang pedagang

batik dan khatib amin di Masjid Agung Kesultanan Ngayogyakarta.

Namun ternyata ia tidak hanya hadir sebagai noktah kecil sejarah,

melainkan ia hadir dengan gagasan besar yang mencerahkan di tengah

kemuraman nasib bangsa di bawah penindasan kolonialisme di tengah

kosmopolitanisme pergaulannya melalui perdagangan, ibadah haji, studi di

Makkah, dan bacaan-bacaannya, ia berpikir besar tentang perubahan sosial

demi kemajuan umat Islam yang sedang mengalami keterbelakangan,

kebodohan, dan kemiskinan secara sistematis.

Pikiran besarnya itulah yang kemudian mendoronganya untuk

melahirkan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 yang mencoba

melakukan pencerahan di tengah kemuraman nasib bangsa ini, sekaligus juga

untuk mengembalikan sejarah umat Islam pada kejayaannya.28

K.H. Ahmad Dahlan mendirikan persarikatan Muhammadiyah secara

bertahap dan berencana. Mula-mula K.H. Ahmad Dahlan selalu menganjurkan

agar pengajaran agama meninggalkan cara lama dan memulai cara baru dan

para kiai giat mendatangi murid dan tidak hanya menunggu datangnya santri di

pesantren atau suraunya.

28

Ibid, h. 3

Page 39: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

K.H. Ahmad Dahlan memberi contoh dengan langsung mengajar dasar

agama Islam di berbagai sekolah negeri, seperti Sekolah Guru (Kweekschool)

di Jetis Yogyakarta, dan sekolah Pamong Praja atau Osvia (Opleiding School

voor Inlandsche Ambtenaren).

K.H. Ahmad Dahlan tidak langsung mendirikan persyarikatan

Muhammadiyah. Mula-mula beliau mendirikan lembaga pendidikan. Pada

tahun 1911 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah agama yang khas dengan

nama ’Sekolah Muhammadiyah’, sekolah Muhammadiyah ini memang tidak

sama dengan pendidikan agama yang dikenal selama ini.

Dahulu pendidikan agama selalu diadakan di surau atau pesantren. Para

santri duduk di lantai, mereka belajar mengaji dengan meletakkan kitab suci

Al- Qur’an di atas sarekal. Sedangkan dalam sekolah Muhammadiyah, para

murid belajar di gedung, duduk di bangku, terdapat papan tulis dan meja guru.

Dahulu para santri hanya belajar agama dan berbagai cabangnya.

Namun, di sekolah Muhammadiyah, di samping pelajaran agama, murid juga

belajar Huruf Latin, berhitung, ilmu bumi, ilmu tubuh manusia, sejarah dan

lain-lain. Pendek kata sekolah Muhammadiyah itu menyerupai sekolah umum

yang didirikan pemerintah. Pada mulanya jumlah muridnya belum banyak.

Tetapi, makin lama jumlah siswanya makin meningkat.29

29

Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyono, KH. Ahmad Dahlan, (Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya,

2001), H.42

Page 40: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Perserikatan Muhammadiyah terus berkembang. Sejak tahun 1921

cabang Muhammadiyah tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga tumbuh di

pulau-pulau lain, seperti Sumatera dan Sulawesi. Muhammadiyah juga

mendapat dukungan keuangan dari para pengusaha Kota Gede, Lawijan

(Surakarta), Kudus, Pekalongan, dan pengusaha kota lain.30

Sebagai gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan

Muhammadiyah ditekankan pada usaha untuk memurnikan Islam dari pengaruh

tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Dalam kaitan ini usaha-usaha pembaharuan yang dilakukan

Muhammadiyah banyak terkait dengan masalah-masalah praktis ubudiyah dan

muamalah. Namun demikian, sebagaimana gerakan pembaharuan Islam yang

lain, Muhammadiyah konsisten dengan semboyan ”kembali pada ajaran yang

murni, yakni Qur’an dan Sunnah”. 31

Posisi modernis Muhammadiyah terletak pada inovasinya untuk tidak

terikat dengan suatu rezim madzhab tertentu. Juga, Muhammadiyah tidak

terpaku pada pendapat ulama tertentu, baik dalam merumuslan ketentuan

agama maupun dalam menafsirkan Al Qur’an.

Sebagai gambaran kumulatif tentang pembaharuan khususnya dalam

bidang keagamaan yang telah dilakukan Muhammadiyah sebagai aktivitas

dakwahnya dapat dilihat sebagai berikut:

1. Penentuan arah kiblat yang tepat dalam shalat, sebaga koreksi dari

kebiasaan sebelumnya yang menghadap tepat ke arah barat.

30

Ibid, h. 53 31

Achmad Jainuri, Kumpulan Tulisan Muhammadiyah Kini dan Esok, (Jakarta: Pustaka Panji MAs,

1990), h.41

Page 41: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

2. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan

akhir bulan puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan

bulan oleh petugas agama.

3. Menyelenggarakan shalat bersama di lapangan terbuka pada hari raya

Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti drai shalat serupa dalam

jumlah jamaah yang lebih kecil yang diselenggarakan di masjid.

4. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan qurban pada dua hari raya

(Idul Fitri dan Idul Adha) oleh panita khusus (’amil) untuk didistribusikan

kepada mereka yang berhak menerimanya. Hal ini mendekonstruksi hak

istimewanpara pejabat agama (kiai, penghulu, naib, modin, kaum, dan

lain-lain) yang sebelumnya merupakan pihak yang paling berhak

menerima zakat atau qurban tanpa kontrol.

5. Penyampaian khutbah dalam bahasa lokal (Jawa atau Melayu) sebagai

perubahan dari kebiasaan sebelumnya yang dalam Bahasa Arab.

6. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan,

perkawinan, dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat

politeistis.

7. Penyederhanaan makam (kuburan) yang semula dihiasi secara berlebihan.

8. Meghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).

9. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat gaib yang dimiliki

oleh para kiai/ulama tertentu, serta mendekonstruksi pengaruh ekstrem

pemujaan terhadap mereka.

Page 42: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

10. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan

wanita dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan. 32

2. Nahdatul Ulama di Indonesia

Arti penting lahirnya organisasi Nahdatul Ulama ini tidak lepas dari

konteks saat itu, yaitu untuk menjaga eksistensi ”jama’ah tradisional” ketika

harus berhadapan dengan gerakan pembaharuan yang ketika itu telah

terlambangkan, antara lain, dalam Muhammadiyah.

Nahdatul Ulama adalah organisasi keagamaan, keislaman dan

kemasyarakatan (Jamiyyah diniya, Islamiyyah dan ijtima’iyyah) yang didirikan

pada 16 Rajab 1344 H, bertepatan dengan tanggal 26 Januari 1926 M.

Organisasi ini dirintis oleh para kiai yang berpaham Ahlussunnah wal

al-Jama’ah, sebagai wadah usaha mempersatukan diri dan menyatukan langkah

dalam tugas memelihara, melestarikan, memperjuangkan dan mengamalkan

ajaran Islam menurut salah satu madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan

Hambali), serta berkhidmat pada kepentingan bangsa, negara dan umat Islam.

Nahdatul Ulama (NU) merupakan perkumpulan para kiai yang mencoba

membangkitkan semangat para pengikutnya dan juga masyarakat Indonesia

pada umumnya. Oleh karena itu, kiai pesantren dalam Nahdatul Ulama

memiliki kedudukan yang sentral, baik sebagai pendiri, pemimpin dan

pengendali organisasi, maupun sebagai panutan kaum nahdhiyyin.

32

Profil Muhammadiyah 2005, (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2005), h. 6.

Page 43: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Memahami Nahdatul Ulama sebagai organisasi (jam’iyyah) secara

tepat belumlah cukup dengan hanya melihat dari sudut formal saja, semenjak

Nahdatul Ulama lahir dalam bentuk organisasi, ia telah lebih dahulu hadir

dalam bentuk jama’ah (community) yang sudah terikat kuat oleh tradisi sosial

keagamaan yang mempunyai karakternya sendiri.

Lahirnya Nahdatul Ulama tidak ubahnya hanya untuk mewadahi sesuatu

yang sudah ada. Dengan sebagai penegasan formal dari mekanisme informal

para kiai sebagai pemegang teguh tradisi fiqh yang sudah ada jauh sebelum NU

dilahirkan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan didirikannya organisasi Nahdatul

Ulama adalah untuk menjaga dan mengembangkan ortodoksi yang ada. Akan

tetapi, pembaharuannya juga terkait erat dengan perkembangan Islam modern

di Indonesia.

Islam di Indonesia yang diperhadapkan dengan kolonialisme Belanda

dalam kurun waktu yang panjang juga dipengaruhi oleh perkembangan Islam di

saudi arabia pada awal abad XX. Munculnya wahabi mengilhami sebagian

umat Islam Indonesia untuk membentuk gerakan serupa.

Oleh karena tujuan dari gerakan keagamaan ini adalah ”Pemurnian

Islam” dan mengajak kembali kepada Al-Qur’an dan al-Hadist maka tidak

mengherankan jika dalam tataran operasional ia selalu menyerang tradisi para

kiai yang sudah ada yaitu pola beragama bermahdzab (taqlid) terhadap ulama

terdahulu yang diyakini lebih kredibel pengetahuan dan pengalamannya.

Page 44: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Pada 1912, di Indonesia lahir organisasi keagamaan yang juga sangat

concern dengan pemikiran kaum wahabi, yakni Muhammadiyah. Organisasi ini

menganggap tradisi para kiai terlalu dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat

tahayyul dan bid’ah, yang menyebabkan terjadinya stagnasi pada umat Islam.

Oleh karena itu, organisasi modern ini selalu mendorong pola beragama

dengan penalaran independen (ijtihad) terhadap para ulama terdahulu yang

diyakini lebih kredibel pengetahuan dan pengalamannya.

Adanya semangat untuk merdeka dari penjajahan Belanda dan sebagai

respon atas gerakan ”modernisasi”agama yang mengancam kelestarian tradis

Ahlusunnah wa al-Jama’ah telah mendorong para kiai pesantren untuk

membidani lahirnya organisasi para ulama yang kemudian disebut Nahdatul

Ulama.

Di sisi lain, berdirinya Nahdatul Ulama dapat dikatakan sebagai ujung

dari perjalanan dan perkembangan gagasan-gagasan yang muncul di kalangan

kiai pada seperempat pertama abad XX.

Nahdatul Ulama mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber

ajaran Islam yakni: Al Qur’an, As Sunnah, Al Ijma’, dan Al Qiyas.33

Sepanjang perjalanannya, Nahadtul Ulama telah banyak sekali

mengambil peran-peran besar dalam berbagai episode sejarah Republik

Indonesia, yang sekaligus menunjukkan dinamika organisasi, antara lain:

1. Mempelopori berdirinya MIAI (Majlis Islami A’la Indonesia) tahun 1937,

yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia Berparlemen.

33

Khorul Fathoni, Muhammad Zen, NU Pasca Khittah, Prospek Ukhuwah Dengan Muhammadiyah

(Yogyakarta: Media Widya Mandala, 1992), h. 11

Page 45: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

2. Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui

Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.

3. Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil menempati

urutan ketiga dalam perolehan suara secara nasional.

4. Memperoleh sedikitnya tiga puluh dua jabatan kementerian sepanjang

pemerintahan RI tahun 1945-1965.

5. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA)

1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.

6. Kembali ke Khittah pada tahun 1984, yang menegaskan jati diri Nahadatul

Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan.

7. Mempelopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di

sepanjang dekade 90-an.

Kini, jumlah warga Nahdatul Ulama yang merupakan basis

pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 60 juta orang, dengan

beragam profesi, yang sebagaian besar dari mereka adalah penduduk desa, dan

rata-rata memiliki ikatan emosional cukup kuat dengan dunia pesantren yang

menjadi pusat cagar budaya Nahadatul Ulama.34

Para kader Nahdatul Ulama sangat khas dengan budaya kepesantrenan.

Oleh karena itu, biasanya pada pesantren-pesantren yang berada di bawah

naungan organisasi ini, para pimpinan atau guru-guru terhormat yang digelar

sebagai kiai, akan sangat diagungkan.

34

Profil Nahdatul Ulama, (Jakarta: Pengurus Besar Nahdatul Ulama), h. 6.

Page 46: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Berbeda dengan pesantren-pesantren Muhammadiyah pada umumnya

yang para pimpinan ataupun guru-gurunya yang dipanggil dengan sebutan

ustadz atau ustadzah, menerima perlakuan dari para santri yang biasa-biasa

saja. Dalam artian, para tokoh pesantren ini tetap dihormati, tetapi bukan

diagung-agungkan.

B. Profil Organisasi Tingkat Ranting

1. Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru

Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru atau lebih dikenal dengan

Ranting Sawangan Kaum berdiri sejak tahun 1968. Kemunculan

Muhammadiyah di kelurahan ini tidak terlepas dari peranan tokoh-tokoh yang

membawa pengaruh Muhammadiyah ke dalam kehidupan masyarakat Sawangan

Baru. Saat pertama kali Muhammadiyah masuk ke dalam daerah ini, kehidupan

masyarakat setempat telah kental dengan tradisi keagamaan ala Nahadatul

Ulama.35

Adapun tokoh pendiri Muhammadiyah tersebut ialah:

1. HME. Sunadi

2. H. Ismail

3. H. Abdul Rahman

4. H. Nijan

5. Dadi Hudayat36

35

Hasil Wawancara Dengan Bapak Baharuddin Rahman Selaku Sekretaris Muhammadiyah Ranting

Sawangan Baru 36

Hasil Wawancara Dengan Bapak Baharuddin Rahman Selaku Sekretaris Muhammadiyah ranting

Sawangan Baru

Page 47: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Muhammadiyah adalah gerakan/organisasi yang berupaya untuk

menghilangkan penyakit pada masyarakat dalam hal ibadah yaitu TBC (taklid,

bid’ah, dan churafat), karena bagaimanapun tatkala manusia ingin beribadah

dan mengabdikan diri kepada Allah harus dengan semurni-murninya ketulusan

dan keikhlasan, bukan karena ikut-ikutan tanpa mengetahui ilmunya, tidak

mengadakan sesuatu yang tidak Rasulullah dan tidak menghilangkan sunnahnya

serta tidak bersyarikat dalam beribadah kepada Allah.

Para kader Muhammadiyah menilai masyarakat Kelurahan Sawangan

Baru banyak dijangkiti oleh penyakit TBC tersebut, oleh karena itu pada tahun

1968 masuklah intervensi Muhammadiyah dalam kehidupan masyarakat

Sawangan Baru hingga hari ini.

Selain melalui pengadaan struktur kepengurusan tingkat ranting yang

formal, Untuk menopang pergerakan Muhammadiyah, para pendiri juga

mendirikan sarana pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.

Sarana pendidikan yang dibina oleh muhammadiyah di Keluruhan Sawangan

Baru ini dimulai dari tingkat TK sampai dengan Aliyah (pondok pesantren).

Pondok pesantren milik Muhammadiyah di daerah ini yang bernama

Pondok Pesantren Darul Arqom, merupakan tempat di mana kegiatan-kegiatan

ataupun program-program kerja banyak dilaksanakan.

Page 48: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Di samping itu, para aktivis Muhammadiyah di daerah ini juga

mendirikan sejumlah majelis taklim dan panti asuhan. Majelis taklim ini sengaja

dibentuk untuk mempererat hubungan silaturahmi antar kader Muhammadiyah

itu sendiri. 37

Pada umumnya, tingkatan ranting berbasis di sebuah yayasan

pendidikan milik organisasi. Begitu pun di Kelurahan Sawangan Baru ini, basis

Ranting Muhammadiyah ini bertempat di salah satu yayasan pendidikannya,

yaitu di Pondok Pesantren Darul Arqom tadi. Tidak terdapat gedung tersendiri

yang merupakan sekretariat ranting. Hal-hal yang berurusan dengan ranting

akan dibicarakan di pondok pesantren Darul Arqom atau di rumah salah satu

pengurus ranting tersebut.

Selain memiliki yayasan pendidikan tingkat aliyah dan tsanawiyah,

Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru ini juga membina yayasan pendidikan

tingkat madrasah ibtida’iyah dan taman kanak-kanak. Semua yayasan tersebut

terletak di area yang saling berdekatan. Untuk gedung SD dan TK, letaknya

lebih dekat ke yayasan-yayasan Nahdatul Ulama.38

Sekolah dasar milik Muhammadiyah disebut-sebut sebagai lokasi di

mana para tokoh pendirinya mencetuskan pemikiran mereka untuk medirikan

sebuah ranting. Sebelum berdirinya gedung sekolah, dulu di lokasi tersebut

adalah rumah salah satu tokoh Muhammadiyah setempat.

37

Hasil Wawancara dengan Bapak Baharuddin Rahman selaku Sekretaris Muhammadiyah Ranting

Sawangan Baru. 38

Hasil Observasi di Lokasi Penelitian (Kelurahan Sawangan Baru).

Page 49: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Adapun gedung taman kanak-kanaknya merupakan tanah yang diwakafkan oleh

seorang tokoh Nahadatul Ulama. Di awal masuknya Muhammadiyah, kerap

terjadi selisih paham antarkader dengan Nahdatul Ulama. Meskipun demikian

masih ada beberapa tokoh Nahdatul Ulama yang simpatik, termasuk Bapak

Abdul Wahab, yang mewakafkan sebagian tanahnya kepada Muhammadiyah,

dan kini tanah tersebut telah menjadi lokasi gedung taman Kanak-Kanak

Aisyiyah.

a. Visi-Misi

Muhammadiyah hadir dalam kehidupan masyarakat Sawangan Baru

dengan mengusung visi terbentuknya baldah thoyibah, masyarakat yang

utama, beriman dan bertakwa, yang diridhoi oleh Allah SWT.

Muhammadiyah juga mengemban misi amar ma’ruf nahi munkar,

yaitu berupaya mengajak masyarakat kepada kebaikan dan mencegah mereka

untuk melakukan kejahatan.

Pada tataran aktivitas dakwah kekiniannya, Muhammadiyah Ranting

Sawangan Baru memantapkan misi gerakan dakwahnya agar mengutamakan

orientasinya pada strategi dakwah kultural.

b. Aktivitas

Dalam rangka mewujudkan visi-misinya, Muhammadiyah

mencanangkan sejumlah program kerja yang dikemas dalam jadwal harian,

mingguan, bulanan, dan tahunan, sebagai berikut:

Page 50: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

1. Aktivitas Harian: mengelola Amal Usaha Muhammadiyah sesuai dengan

bidangnya masing-masing. Jadi setiap harinya, setiap pengurus

Muhammadiyah memiliki tugas sesuai bidangnya masing-masing. Bidang-

bidang ini meliputi:

a. Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah

b. Bidang Kesejahteraan Umat

c. Bidang Tabligh dan Dakwah

d. Bidang Pewakafan

e. Bidang Penelitian dan Pengembangan.

2. Aktivitas Mingguan: setiap mingggunya pengurus Muhammadiyah

Ranting Sawangan Baru mengadakan pengajian dan pengkajian rutin yang

terbuka untuk umum, yang dilaksanakan pada:

a. Hari Kamis Malam : pengajian bapak-bapak

b. Hari Sabtu Siang : pengajian ibu-ibu

c. Hari Jum’at Malam : pengajian remaja

d. Hari Ahad Malam : kaderisasi remaja

e. Hari Ahad Subuh : sholat Subuh berjamaah secara bergilir

3. Aktivitas Bulanan: Pengurus Muhammadiyah melakukan kerjasama rutin

dengan pengurus Aisyiyah (perkumpulan kader Muhammadiyah

perempuan) di setiap bulan dalam mengadakan santunan dan pemberian

dana tunjangan pembayaran SPP para siswa/i yang menjadi anak asuh atau

tanggungan Muhammadiyah dan Aisyiyah.

Page 51: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

4. Aktivitas Tahunan: mengadakan Sholat Taraweh berjamaah, Sholat Idul

Fitri dan Idul Adha, serta mengkoordinir penerimaan dan penyaluran zakat

dari dan kepada masyarakat. Selain itu, pengurus juga secara terbuka ikut

berpartisipasi atas bekerjasama dengan kalangan masyarakat umum yang

berda di Sawangan Baru ketika mengadakan perayaan-perayaan hari besar

Islam maupun perayaan peringatan hari-hari besar kenegaraan.

2. Nahdatul Ulama Ranting Sawangan Baru

Sebelum masuknya Muhammadiyah ke Kelurahan Sawangan Baru,

masyarakat setempat telah memiliki paham keagamaan tersendiri yang telah

mengakar dalam hati mereka. Paham tersebut ialah paham keagamaan yang

berdasar pada perspektif Nahdatul Ulama. Tidak heran jika secara kultural,

ajaran Nahadatul Ulama mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat

Keluruhan Sawangan Baru.39

Walaupun mewabah pada aspek kultural masyarakat, namun

pengkaderaan dan pembinaan masyarakat akan kurang efektif jika Nahdatul

Ulama tidak terstruktur dengan baik dalam kepengurusan dan program

kerjanya. Oleh karena itu untuk memperkuat kultur Nahdatul Ulama tersebut,

maka didirikanlah Nahdatul Ulama Ranting Kelurahan Sawangan Baru pada

tanggal 9 Februari 2007.

Meskipun agaknya terlalu lama Nahdatul Ulama mengadakan sebuah

lembaga kepengurusan bila dihitung dari kemunculan awalnya di daerah ini,

yang bahkan mendahului keberadaan Muhammadiyah, namun keberhasilan

39

Hasil Wawancara Dengan Bapak H. Heri Husaeri Selaku Ketua Dewan Syuriah Nahdatul Ulama

Ranting Sawangan Baru.

Page 52: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

para tokoh Nahdatul Ulama dalam menanamkan fatwanya dalam kultur

masyarakat, mampu membuat sebagian besar masyarakat tidak terpengaruh

dengan aliran-aliran lain yang hadir dalam kehidupan mereka.

Sebenarnya untuk tingkatan kepengurusan ranting Nahdatul Ulama di

Kelurahan Sawangan Baru telah ada sejak sebelum Ranting Muhammadiyah

di kelurahan yang sama ini dibentuk. Akan tetapi kurangnya keseriusan para

pengurus menyebabkan terbengkalainya kepengurusan Nahdatul Ulama

Ranting Sawangan Baru terdahulu.

Nanti di tahun 2007 lalu baru muncul kesadaran akan pentingnya

kepengurusan ranting tersebut secara dinamis, sehingga baru pada tahun

tersebut kepengurusan Nahdatul Ulama Ranting Sawangan Baru dibentuk

kembali dan dilegalisasikan.40

Sama halnya dengan Muhammadiyah Ranting Kelurahan Sawangan

Baru, Nahdatul Ulama di daerah ini pun menitikberatkan basis kegiatannya di

salah satu yayasan pendidikannya, yaitu Pondok Pesantren Al-Karimyah.

Nahdatul Ulama juga tidak memiliki gedung sekretariat ranting tersendiri.

Program kerja maupun hal-hal lain yang menyangkut Nahdatul Ulama ranting

ini, akan dibicarakan di pondok pesantren tersebut atau di salah satu rumah

pengurus ranting.

Untuk keterkaitan dengan kepengurusan yayasan-yayayasannya, pihak

Nahdatul Ulama memiliki pendapat yang berbeda dengan pihak

Muhammadiyah. Meskipun ada sejumlah yayasan pendidikan berhaluan

40

Hasil Wawancara Dengan Bapak H. Heri Husaeri Selaku Ketua Dewa Syuriah Nahdatul Ulama

Ranting Sawangan Baru.

Page 53: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Nahdatul Ulama, namun pihak Nahdatul Ulama tidak mengatakan bahwa

yayasan-yasan tersebut adalah dibawah kepengurusan ranting.

Bagi pihak Nahdatul Ulama, mereka memang sengaja tidak

mengikutsertakan nama organisasi dalam yayasan-yasan yang ada. Misalnya

“Pondok Pesantren Al Karimiyah” tidak seperti “Yayasan Pondok Pesantren

Darul Arqam Muhammadiyah”.

Meski demikian, mayoritas pimpinan maupun guru pada yayasan-

yasan tersebut adalah juga pengurus Nahdatul Ulama Ranting Sawangan Baru.

Pondok Pesantren Al Karimiyah juga menjadi basecamp para pengurus

ranting, karena belum dibangunnya sebuah kantor secretariat tersendiri.

Selain itu, walaupun tidak berada di bawah kepengurusan ranting dan

dipromosikan sembagailembaga pendidikan umum, namun yayasan-yasan ini

juga tetap mengadakan pengajaran mengenai Ahlusunnah wal jama’ah.

a. Visi-Misi

Pendirian sebuah ranting ini diharapkan mampu menjadi sarana

pencapaian visi dan misi Nahdatul Ulama itu sendiri dalam membangun

ukhuwah jamiiyah dari segi ekonomi pendidikan, serta sebagai upaya terus

menjaga nilai-nilai aqidah ahlussunnah wal jama’ah dan tradisi Nahdatul

Ulama yang selama ini dijalankan.

Page 54: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

b. Aktivitas

Berikut aktivitas-aktivitas yang menjadi program kerja Nahdatul

Ulama Ranting Sawangan Baru:

1. Aktivitas Harian: setiap pengurus Nahdatul Ulama memiliki tugas dalam

melaksanakan program kerja harian sesuai bidang yang dikelolanya

masing-masing. Bidang-bidang ini meliputi:

a. Bidang Pelatihan dan Pengembangan Dakwah

b. Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan

c. Bidang Pengembangan Ta’lim

d. Bidang Kesejahteraan Umat

e. Bidang Pengelola Kegiatan Pembacaan Ratib dan Rawi.

2. Aktivitas Mingguan:

a. Pengajian kaum bapak. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerjasama

dengan pengurus DKM (Dewan Kepengurusan Masjid) Al-Aula

Sawangan Baru. Mayoritas program kerja yang berbentuk pengajian

ataupun pengkajian ini diadakan di Masjid Al Aula.

b. Kajian intensif Islam untuk pemuda. Kegiatan ini bekerjasama

dengan PRM (Persatuan Remaja Masjid) dan Gerakan Pemuda

Anshor Ranting Kelurahan Sawngan Baru.

c. Pembacaan ratib dan rawi. Pembacaan ratib dan rawi ini ditujukan

pada dua kalangan, yaitu masyarakat umum dan para santri di

yayasan pendidikan milik Nahdatul Ulama.

Page 55: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

3. Aktivitas Bulanan:

a. Bakti sosial berupa kerja bakti penyuluhan kesehatan untuk

masyarakat.

b. Menerbitkan Buletin Jum’at

4. Aktivitas Tahunan:

a. Mengadakan perayaan di setiap peringatan hari-hari besar Islam

b. Pemberian santunan kepada anak-anak yatim-piatu

c. Pengadaan bazar amal

d. Mengadakan mubhaligh dan mubhalighot muda Nahdatul Ulama

sekelurahan Sawangan Baru

3. Struktur Kepengurusan Ranting

a. Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru

Berikut susunan kepengurusan Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru:

Pimpinan Ranting : Abdul Hamid HS

Bendahara : Mahfudin Asmit

Sekretaris : Baharuddin Rahman S.Ag

Departemen:

Dikdasmen

1. Drs. Abdul Hamid

2. Ir. Syamsudin

Page 56: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Tablig dan Dakwah

1. Drs. Ukin Supriyatna

2. Ust. Sahroni

Bidang Penelitian dan Pengembangan

1. Gunawan

2. Heri Sahlani

Kesejahteraan Umat

1. Asnawi

2. Masturi

Bidang Perwakafan

1. Suherman

2. Miharja

b. Nahdatul Ulama Ranting Sawangan Baru

Kepengurusan Nahdatul Ulama terbagi atas dua, kepengurusan Syuriah

dan kepengurusan Tandfiziyah.

SYURIAH

Rois : Ust. H. Heri Husaeri

Wakil Rois : 1. Ust. Ibrahim

2. Ust. Abdul Rahnan

Katib : Ust. Ahmad Barkah

Wakil Katib : 1. Ust. Matridi

2. Drs. H. Amarullah

A’waan : 1. Abdul Rosad

2. A. Damyati

Page 57: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

3. Abdul Rosid

4. Hajali

5. Ust. H. Anwar

6. Ust. Uju Tahyub

7. H. Rojenih

8. Drs. Marulloh Hasyim

9. Ust. Ardi

10. Wawan ansyah

TANFIDZIYAH

Ketua : Ust. Abdul Fatah, S.Ag

Wakil Ketua : 1. Ust. Rohimi Azhari

2. Ust. Andi Darussalam, S.Ag

Sekretaris : Abdul Kodir, S.Ag

Wakil Sekretaris : 1. Drs. Madamin

2. Ahmad Junaidi

Bendahara : Syaiful Bahri

W. Bendahara : 1. M. Sholeh. HM

2. Bambang Irfana

Page 58: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

BAB IV

ANALISA STRATEGI DAKWAH

ANTARA MUHAMMADIYAH DAN NAHDATUL ULAMA

RANTING SAWANGAN BARU

A. Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama di Kelurahan Sawangan Baru

Bukan rahasia lagi ketika antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama dicap

sebagai dua kubu organisasi Islam yang saling bertolakbelakang. Kedua organisasi ini

berawal dari pulau Jawa lalu besar hampir di seluruh pelosok nusantara. Berbagai

kepengurusan tingkat provinsi, daerah, cabang, hingga ranting Muhammadiyah dan

Nahdatul Ulama tersebar hingga keluar pulau kelahirannya. Muhammadiyah

berkembang, begitu pun Nahdatul Ulama. Fatwa-fatwa keduanya menjadi patokan

sebagian besar masyarakat muslim Indonesia.

Apa yang terjadi di Kelurahan Sawangan Baru hampir serupa dengan kejadian

kemunculan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama di abad ke-20. Sebelum

Muhammadiyah menancapkan pengaruhnya, daerah ini telah lebih dulu berada dalam

kontrol Nahdatul Ulama.

Budaya maupun adat-istiadat keseharian warga muslim Sawangan Baru

didominasi oleh tata-cara keberagamaan yang diajarkan oleh para tokoh Nahdatul

Ulama. Seperti budaya tahlilan, ziarah kubur ataupun dari segi bacaan-bacaan

sholat.41

41

Hasil Wawancara Dengan Para Pengurus Masing-Masing Organisasi dan Observasi di Lokasi

Penelitian.

Page 59: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Paham maupun tata-cara beragama yang diajarkan oleh Nahdatul Ulama

seakan telah tertanam dengan kuat dalam hati hampir sebagian besar masyarakat

muslim di daerah ini, sehingga meskipun di kemudian hari ramai berdatangan aliran-

aliran lain, termasuk Muhammadiyah, pengaruh Nahdatul Ulama tidak mudah

dipatahkan.

Tahun 1968, Muhammadiyah merambah ke Kelurahan Sawangan Baru.

Awalnya tidak ada permasalahan yang berujung konflik yang terjadi antara

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama. Meskipun sering terjadi selisih paham, karena

pada zaman tersebut Nahdatul Ulama masih dibawa para asuhan tokoh yang kini oleh

para penerusnya disebut sebagai golongan tua.

Namun demikian golongan tua hanya cenderung lebih agresif dalam

menanamkan fatwa pada kalangan Nahadatul Ulama saja. Dalam artian, ketika para

pimpinan Nahdatul Ulama mengeluarkan sebuah perintah atau larangan, maka

masyarakat yang mengaku NU wajib melaksanakan perintah tersebut.

Misalnya, para wanita pada masa itu sama sekali tidak diperbolehkan

menggunakan celana panjang. Akan tetapi para golongan tua ini tidak bersikeras

memberlakukan fatwa-fatwanya terhadap pihak di luar kader Nahdatul Ulama.

Sehingga kehadiran Muhammadiyah pun kala itu, tidak mendapatkan sikap antipati

yang berlebihan dari pihak Nahdatul Ulama.

Pihak Nahdatul Ulama menerima kehadiran Muhammadiyah meski tetap eksis

menjalankan dakwah kulturalnya, begitupun sebaliknya, Muhammadiyah tidak

melakukan hal-hal yang bisa memancing reaksi keras dari pihak Nhadatul Ulama,

namun tetap mengupayakan pencapaian misi dakwah modernisnya, yaitu

pembaharuan untuk menghilangkan penyakit TBC (tahayyul, bid’ah, churafat), yang

Page 60: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

oleh kalangan Muhammadiyah dianggap sedang menjangkiti masyarakat Sawangan

Baru kala itu.42

Kedua organisasi berbeda haluan ini hidup harmonis sebagai tetangga. Apalagi

mengingat bahwa banyak di antara para pengurus Muhammadiyah dan Nahdatul

Ulama yang masih merupakan kerabat atau memiliki hubungan persaudaraan. Bahkan

ada yang berhubungan sangat dekat, misalnya orang tuanya mengikuti paham

keagamaan ala Nahdatul Ulama, sedangkan anaknya berhaluan Muhammadiyah.

Meskipun awalnya Muhammadiyah dibawa oleh pendatang, tapi ke depannya

notabene para pengurus berasal dari masyarakat setempat yang dahulunya menganut

paham Nahdatul Ulama. Sehingga yang terjadi kemudian ialah timbulnya perasaan

enggan untuk meributkan perbedaan paham, karena para kader Nahdatul Ulama dan

Muhammadiyah saling menghargai hubunga kekerabatan tersebut.

Ketika ditanyakan mengenai konflik yang pernah timbul antara kedua

organisasi ini, baik pihak Nahdatul Ulama maupun pihak Muhammadiyah sama-sama

menyatakan bahwa konflik mulai timbul ketika muncul intervensi pihak ketiga yang

merupakan aliran lain di luar Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama. Aliran-aliran

seperti Ahmadiyah, Islam Ba’iat, dan lain sebagainya, walaupun dalam jumlah yang

minoritas namun kerap lebih gencar dan terang-terangan menanamkan fatwanya

kepada masyarakat.

Bahkan menurut Bapak H. Heri Husaeri, salah satu tokoh Nahdatul Ulama di

Kelurahan Sawangan Baru, pihak ketiga ini pernah memprovokasi antara

Muhammadiyah dengan Nahdatul Ulama dengan mengangkat isu dominasi Nahdatul

Ulama pada kepengurusan masjid yang terlalu berlebihan. Pada waktu itu hanya

42

Hasil wawancara dengan Bapak Baharruddin Rahman S. Ag. Selaku Sekretaris Muhammadiyah

Ranting Sawangan Baru

Page 61: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

terdapat satu masjid di daerah ini, sehingga isu tersebut sempat membuat pihak

Muhammadiyah terpancing untuk mengurangi intervensi Nahadatul Ulama dalam

kepengurusan masjid, yang padahal memang masjid tersebut didirikan oleh pihak

Nahdatul Ulama.43

Isu tersebut sengaja ditujukan kepada pihak Muhammadiyah agar terjadi

perpecahan dengan Nahdatul Ulama. Adapun sebab dilakukannya provokasi tersebut

ialah karena pihak ketiga tidak mampu menerobos pertahanan ajaran-ajaran Nahdatul

Ulama yang telah ditanamkan dengan kuat dalam kehidupan keberagamaan

masyarakat Sawangan Baru.

Sehingga pihak ketiga ini mencari dukungan dari kelompok Muhammadiyah

yang dinilai telah memiliki pengaruh yang juga lumayan pada masyarakat Sawangan

Baru, namun masih mudah dipengaruhi.44

Pihak ketiga memprovokasi dengan mengklaim Nahdatul Ulama terlalu

menguasai masjid Al-Aula yang pada saat itu merupakan satu-satunya masjid yang

ada di daerah tersebut. Isu ini sempat membuat pihak Muhammadiyah terpancing dan

hampir melakukan kudeta untuk merebut kepengurusan masjid. Namun karena

mengingat ikatan persaudaraan tadi, konflik tersebut bisa diredam dan diselesaikan

dengan kepala dingin.

Kini untuk menghindari konflik, kedua organisasi beralih ke arah strategi

dakwah kultural, yaitu strategi dakwah di mana masing-masing organisasi berupaya

untuk menghargai tradisi keagamaan masing-masing dengan serta-merta mengikuti

tradisi keagamaan tersebut, dengan tujuan untuk memahami dan mengubah sedikit

43

Hasil Wawancara Dengan Bapak H. Heri Husaeri Selaku Ketua Dewan Syuriah Nahdatul Ulama

Ranting Sawangan Baru. 44

Ibid

Page 62: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

demi sedikit tradisi yang dianggap melenceng dari ajaran agama dalam pemahaman

masing-masing organisasi.45

Penggunaan strategi kultural ini terbukti mampu meredam konflik antara

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama di Kelurahan Sawangan Baru. Akan tetapi di

satu sisi mengakibatkan hal yang menghambat kinerja masing-masing organisasi.

Pada Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru, strategi dakwah kultural telah

menyebabkan kader-kader organisasi ini terbawa arus untuk mengikuti saja adat-

istiadat setempat yang kental dengan nuansa Nahdatul Ulama.

Meskipun pada wawancara dengan salah seorang pengurus organisasi ini

dikatakan bahwa ikut serta dalam tradisi keagamaan masyrakat setempat yang khas

dengan ajaran Nahdatul Ulama hanyalah sebuah strategi untuk mengubah secara

perlahan-lahan, akan tetapi hingga saat dilakukannya penelitian ini tidak terdapat

perubahan signifikan yang berhasil dilakukan oleh pihak Muhammadiyah.

Sedangkan pada Nahdatul Ulama, penggunaan strategi kultural yang sudah

berlaku sejak lama, yang telah memberikan keberhasilan bagi Nahdatul Ulama untuk

membentuk tata-cara keberagamaan masyarakat setempat itu, membuat Nahdatul

Ulama menjadi condong apatis untuk menguatkan sisi struktural kepengurusan dalam

tubuh organisasinya sendiri.

Terlepas dari hal-hal tersebut, meskipun juga kadang kala masih terjadi

konflik-konflik kecil yang disebabkan oleh kader, baik dari Muhammadiyah maupun

Nahdatul Ulama, yang masih menanggapi perbedaan dengan sangat keras, namun hal

tersebut tidak memberikan dampak yang begitu besar sehingga kehidupan antara

kader Muhammadiyah dan kader Nahdatul Ulama di kelurahan ini berjalan harmonis.

45

Hasil Observasi di Lokasi Penelitian

Page 63: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

B. Skema Perbandingan

Pembanding Muhammadiyah

Ranting

Sawangan Baru

Nahdatul Ulama

Ranting

Sawangan Baru

Strategi Dakwah

- Kultural lemah

- Struktural kuat

- Kultural kuat

- Struktural lemah

Materi Dakwah

Pembahasan tentang ajaran

agama yang bersumber dari

Al-Qur’an dan Hadits

Pembahasan tentang ajaran

agama yang bersumber dari Al

Qur’an, As Sunnah, ditambah Al

Ijma’, dan Al Qiyas

Media Dakwah

Menitikberatkan pada

pemanfaatan lembaga-

lembaga pendidikan (modern)

Menitikberatkan pada

penyebaran dakwah melalui

mimbar atau pengajian-pengajian

(tradisional)

Tujuan

Dakwah

Menciptaan masyarakat Islam

yang diridhoi Allah SWT,

serta sebagai upaya

penghapusan dan pencegahan

budaya tradisional yang tidak

ada tuntunannya dalam agama,

dalam artian menciptakan

ajaran keagamaan yang

berbeda dengan ajaran agama

yang telah mengental di

masyarakat setempat.

Selain juga meenciptakan

masyarakat Islam yang diridhoi

Allah SWT, dakwah Nahdatul

Ulama juga bertujuan untuk

menjaga nilai-nilai aqidah

ahlussunnah wal jama’ah dan

tradisi Nahdatul Ulama yang

selama ini dijalankan, dalam

artian mempertahankan ajaran

yang telah mengental yang

merupakan ajran-ajaran para

Page 64: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Da’i

Da’i boleh siapa saja yang

penting memahami apa yang

disampaikan dan memulai

dakwahnya pada dirinya

sendiri

Da’i lebih diutamakan jika

memahami dan mendalami

agama dengan baik, seperti para

ulama atau kiai

Program

Dakwah Utama

Melalui pendidikan di

lembaga-lembaga pendidikan

formal seperti sekolah-

sekolah.

Melalui dakwah mimbar ke

mimbar di pengajian-

pengajian/majelis taklim

setempat

Kekuatan

Modernisme,

Muhammadiyah memiliki

kekuatan tersendiri melalui

pembaharuan bersifat modern

yang diusungnya, seperti

pandangan berbeda dengan

Nahdatul Ulama dalam tata-

cara berbusana dalam Islam.

Tradisionalisme, dengan tetap

berpegang teguh dan

memperjuangkan ajaran-ajaran

dari para ulamanya terdahulu,

Nahdatul Ulama masih memiliki

banyak pengikut ajarannya.

Kelemahan

Khusus untuk di daerah ini

kelemahan Muhammadiyah

yang menghambat

dakwahnya ialah kurangnya

para tokoh tua tua yang

dituakan di Kelurahan

Sawangan Baru.

Terlalu dominannya intervensi

kaum tua yang menyebabkan

kurang menariknya minat

pemuda setempat, sehingga

kader-kader mudanya

cenderung pasif dalam kegiatan

dakwah organisasi ini.

Page 65: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

C. Kelebihan dan Kekurangan

1. Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru

Secara struktural, Muhammadiyah lebih kuat dibanding Nahdatul

Ulama. Hal ini ditandai dengan pendirian ranting Muhammadiyah yang jauh

lebih dulu dibandingkan ranting Nahdatul Ulama.

Ketika Muhammadiyah masuk ke daerah ini, para tokoh pendirinya

tidak lama mengambil langkah untuk langsung mendirikan sebuah

kepengurusan ranting. Hal tersebut dilakukan agar Muhammadiyah memiliki

legalitas yang jelas sebagai sebuah lembaga dakwah, serta guna

mempermudah aktivitas-aktivitas yang menjadi program kerjanya.

Akan tetapi, bila ditinjau dari segi kultural Muhammadiyah

ketinggalan jauh dibandingkan Nahdatul Ulama. Meskipun telah

mengorientasikan dakwahnya pada strategi kultural, yakni dakwah yang

dilakukan dengan cara mengikuti tradisi setempat dan berusaha mengubahnya

perlahan-lahan, namun tetap saja pihak Muhammadiyah tidak mampu

merubah tradisi keagamaan masyarakat tersebut. Hingga hari ini tidak nampak

perubahan berarti yang merupakan hasil dari dakwah Muhammadiyah.

Malah Muhammadiyah menjadi terbawa arus, apa yang dulu dianggap

sebagai penyakit TBC (tahayyul, bid’ah, churafat) seperti tahlilan dan ziarah

kubur, kini bukan sekedar objek dari strategi dakwah kultural saja, tetapi juga

telah menjadi tradisi keagamaan masyarakat Muhammadiyah sendiri di

kelurahan Sawangan Baru.

Page 66: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Masyarakat yang merupakan kader dari Muhammadiyah cenderung

mengikuti saja tradisi masyarakat setempat (yang sebagian besar adalah tradisi

khas Nahadtul Ulama), untuk menghindari pertengkaran, di samping menjadi

sebuah bentuk kebiasaan turun-temurun yang telah dilakukan oleh para orang

tua mereka, yang mayoritas merupakan kader dari Nahdatul Ulama.

Majlis tarjih seakan tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Fungsi

dari majlis ini adalah mengeluarkan fatwa atau memastikan hukum tentang

masalah-masalah tertentu yang dipertikaikan oleh masyarakat muslim.46

Muhammadiyah di kelurahan ini lebih memilih untuk menyamakan tradisi

demi perdamaian tersebut.

2. Nahdatul Ulama

Berbanding terbalik dengan Muhammadiyah, secara struktural

Nahdatul Ulama Ranting Sawangan Baru belum terstruktur sebaik

Muhammadiyah. Hal ini ditandai dengan keterlambatan pembentukan

kepengurusan ranting serta saling ketidaktahuan mengenai siapa yang

menjabat atau apa jabatannya masing-masing, antar anggota Nahdatul Ulama

itu sendiri.

Kurangnya kepedulian pihak Nahdatul Ulama pada pengukuhan

kepengurusan secara struktural boleh jadi menjadi salah satu alasan yang

menyebabkan beberapa kadernya berpindah haluan ke Muhammadiyah.

46

Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900~1942, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1996),

Cet.ke-8, h. 92.

Page 67: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Namun apabila ditinjau dari segi kultural, meskipun baru resmi berdiri

sebagai sebuah ranting pada tahun 2007 lalu, tapi pihak Nahdatul Ulama yang

mayoritas merupakan penduduk asli telah menanamkan fatwanya dengan

sangat kuat dalam kehidupan masyarakat setempat, sehingga fatwa-fatwa

tersebut telah terbangun menjadi sebuah tradisi yang turun-temurun dan sulit

untuk diubah.

Meskipun ada beberapa kadernya yang berpindah haluan, termasuk ke

Muhammadiyah, namun mayoritas masyarakat Kelurahan Sawangan Baru,

baik yang telah berpindah haluan maupun yang tidak menjadi kader organisasi

apapun, secara turun-temurun mengerjakan tradisi keagamaan yang diajarkan

oleh Nahdatul Ulama.

Page 68: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perbedaan paling mencolok pada strategi dari kedua organisasi ini,

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama, ialah lebih kepada penggunaan media

dakwahnya. Pada Muhammadiyah strategi dakwah dititikberatkan melalui

media pendidikan, sedangkan Nahdatul Ulama lebih pada media mimbar atau

pengajian-pengajian.

2. Implementasi strategi dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama di

Kelurahan Sawangan Baru kini berorientasi pada strategi dakwah kultural,

yaitu strategi di mana kedua organisasi saling menghargai tradisi keagamaan

masing-masing dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan

tertentu yang dilakukan, baik oleh Muhammadiyah maupun Nahdatul Ulama.

3. Strategi ini dilakukan untuk menjaga keharmonisan kedua organisasi ini,

mengingat bahwa perbedaan yang berujung konflik kerap kali bersumber dari

ketidakmampuan untuk menerima perbedaan paham keberagamaan masing-

masing kelompok. Dengan memperkuat strategi dakwah kultural,

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama akan menjadi lebih menghargai masing-

masing paham keagamaan.

Page 69: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

4. Meskipun saling ikut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan keagamaan

masing-masing, namun baik Muhammadiyah maupun Nahdatul Ulama tidak

mengubah paham keorganisasiannya. Dalam artian Muhammadiyah melalui

keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan Nahdatul Ulama, tetap

mengupayakan terwujudnya sedikit demi sedikit visi-misi dakwahnya yang

mengusung pembaharuan dan pemurnian paham keagamaan yang ada pada

tradisi Nahdatul Ulama tersebut. Begitupun sebaliknya, Nahdatul Ulama

merangkul para kader Muhammadiyah melalui paham keagamaan yang telah

mengakar dalam tradisi masyarakat Kelurahan Sawangan Baru, namun juga

tetap menghargai aktivitas dakwah yang dilakukan kalangan Muhammadiyah

untuk mengubah tradisi keagamaannya itu.

5. Hampir tidak terdapat benturan dalam aktivitas dakwah yang dilakukan antara

kalangan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama kepada masyarakat Kelurahan

Sawangan Baru. Selain hal tersebut terjadi karena pengaruh pengembangan

dan pengaplikasian strategi dakwah kultural, kerukunan kehidupan antara

kalangan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama di kelurahan ini lebih

dipengaruhi oleh keterkaitan hubungan keluarga antarmasyarakat setempat.

Sehigga perselisihan paham menjadi suatu problematika yang bisa

diselesaikan secara kekeluargaan.

Page 70: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

B. Kritik dan Saran

Setelah melakukan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif,

dengan dibantu dengan sejumlah instrumen penting seperti wawancara dan observasi

langsung di lokasi penelitian, maka ditemukan beberapa hal yang perlu untuk dikritisi;

meskipun secara keseluruhan, strategi dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama

sudah cukup baik yang ditandai dengan keinginan kedua organisasi untuk

menitikberatkan dakwahnya pada strategi kultural, guna menghindari terjadinya

konflik antarkeduanya, akan tetapi:

1. Optimalisasi aktivitas dakwah melalui strategi dakwah kultural telah

menyebabkan baik Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama menjadi menurun

kualitasnya pada sisi yang lain.

2. Pada Muhammadiyah, seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya,

penggunaan strategi dakwah kultural telah menyebabkan kader-kader organisasi

ini terbawa arus tradisi Nahdatul Ulama. Sedangkan Nahadtul Ulama tidak

mampu sebaik Muhammadiyah dalam mengatur manajemen organisasinya.

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang sebaiknya menjadi bahan

pertimbangan kedua belah pihak:

1. Pemantapan strategi kultural hendaknya diiringi dengan pemantapan struktural

keorganisasian. Hal ini berguna untuk memperkuat basis pertahanan kedua

organisasi untuk menghadapi hambatan intern maupun ekstern. Jadi bukan

Page 71: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

hanya masalah fatwa, tetapi juga ketika legalitas dipermasalahkan, tidak akan

ada kesulitan untuk menyelesaikannya.

2. Di samping pemantapan pada segi struktural, kedua organisasi perlu

meningkatkan kembali pengembangan pemahaman keagamaan para kader

masing-masing. Hal ini ditujukan untuk menanggulangi pemahaman

keagamaan yang dangkal, sehingga setiap kader tidak berislam dengan tata-

cara yang sekedar mengikuti tradisi masyarakat setempat ataupun kebiasaan

yang turun-temurun dalam keluarga.

3. Meskipun hidup cukup harmonis di Kelurahan Sawangan Baru ini, tapi

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama tidak pernah mengadakan kerjasama

yang menyangkut kegiatan-kegiatan keagamaan.

4. Oleh karena itu, agar lebih menjadi contoh yang baik dalam kerukunan hidup

antarorganisasi Islam, kedua pihak organisasi sebaiknya menyempatkan untuk

mengadakan kerjasama, khususnya bakti sosial yang berorientasi pada

pembinaan kesejahteraan masyarakat muslim setempat.

Page 72: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Akhirnya, mengutip dari sebuah literatur,” apapun nama dan bentuk

gerakan Islam, kapan dan di mana saja, pada hakikatnya merupakan suatu usaha

perwujudan dakwah islamiyah sebagai tindak lanjut dari Risalah para Rasul yang

pada intinya adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Usaha tersebut dalam rangka

menumbuhkan perkara yang ma’ruf di samping juga mengikis serta membendung

segala bentuk kemungkaran”.47

Semoga apapun strategi dakwah yang digunakan dan materi dakwah

apapun yang disampaikan, baik oleh kader Muhammadiyah maupun kader

Nahadatul Ulama Ranting Sawangan Baru, mampu menjadi penuntun yang

membantu masyarakat muslim untuk senantiasa melakukan pekerjaan yang ma’ruf

serta terhindar dari segala yang munkar.

Di samping itu tentunya dimensi kehidupan yang bernuansa keislaman

juga diharapkan mampu menuntun kehidupan masyarakat Indonesia pada

umumnya di segala aspek kehidupan lainnya.

47

Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel,, (Prinsip dan Strategi Dakwah), op.cit, hlm. 57.

Page 73: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Amarullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, PLP2M, Yogyakarta:

1985.

Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, Jilid 2, Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah

Rasulullah, Pustaka Thariqul Izzah, Jakarta: 2003.

Amsyari, Fuad, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, Mizan, Bandung: 1990.

A. Muis, Komunikasi Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2001.

Arifin, H.M., Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Bumi Aksara, Jakarta: 2000.

Efendi, Uchyana, Onong, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, PT Remaja

Rosdakarya, Bandung: 1992.

Ensiklopedia Indonesia, Edisi Khusus, Jilid 4 KOM-OZO, PT. Ichtiar Baru-Van

Hoeve, Jakarta: 1989.

Fathoni, Khorul, Muhammad Zen, NU Pasca Khittah, Prospek Ukhuwah Dengan

Muhammadiyah, Media Widya Mandala, Yogyakarta: 1992.

Hadari, Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan,

Gajah Mada University Perss, Yogyakarta: 2003.

Hasanuddin, H., Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Dalam Berdakwah Di Indonesia),

PT. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta: 1996.

Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual, Gema Insani Perss, Jakarta: 1998.

Hasil Mukernas IV Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama, Potret Gerakan Dakwah NU,

PP LDNU Publishing, Yogyakarta: 2007.

Page 74: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Hidayat, Nur, Dakwah dan Politik Muhammadiyah, Skripsi Mahasiswa Jurusan

Bimbingan Penyuluhan Islam, universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta: 1996.

Jainuri, Achmad, Kumpulan Tulisan, Muhammadiyah Kini dan Esok, Pustaka Panji

Mas, Jakarta: 1990.

Kumpulan Tulisan, Muhammadiyah Kini dan Esok, Pustaka Panji Mas, Jakarta: 1990.

Madjid, Nurcholish, Islam, Doktrin & Peradaban, sebuah Telaah Kritis Tentang

Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan, Yayasan Wakaf

Paramadina, Jakarta: 1992.

Mahmud, Ahmad, Dakwah Islam, Jilid 2, Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah

Rasulullah, Pustaka Thariqul Izzah, Jakarta: 2003.

Moleong, Dr. Lexy J., M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Munir, M., Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Prenada Media, Jakarta: 2006.

Muis, A., Komunikasi Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2001.

Muzadi, Abdul Muchith, Mengenal Nahdatul Ulama, Cetakan Keempat, Khalista,

Surabaya: 2006.

Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam, sejarah Pemikiran Dalam Islam, PT

Bulan Bintang, Jakarta: 1992.

Noer, Deliar, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900~1942, Pustaka LP3ES,

Jakarta: 1996.

Nuh, Muhammad, Sayid, Dakwah Fardiyah, Pendekatan Personal Dalam Dakwah,

Era Intermedia, Solo: 2000.

Page 75: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel,, Prinsip dan Strategi Dakwah, Pustaka Setia,

Bandung: 2001.

Rahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama,

Pustaka Setia, Bandung: 2000.

Safwan, Mardanas, Sutrisno Kutoyono, KH. Ahmad Dahlan, PT Mutiara Sumber

Widya, Jakarta: 2001.

Siagian, S.P., Manajemen Modern, Masa Agung, Jakarta: 1994.

Simandjuntak, John. P., Z. Bambang Darmadi, Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Jarot

Priyogutumo, Public Relations, Graha Ilmu, Yogyakarta: 2003.

Situs Resmi Organisasi Muhammadiyah

Situs Resmi Organisasi Nahdatul Ulama

Soehartono, Irawan, Metodologi Penenlitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, PT. Remaja Rosdakaraya,

Bandung: 2004.

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas, Surabaya: 1983.

Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, LPFE UI, Jakarta: 1997.

Tim Redaksi Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Profil Nahdatul Ulama, Pengurus

Besar Nahdatul Ulama, Jakarta.

Tim Redaksi Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Buletin Risalah Nahdatul Ulama,

Edisi 7 & 9Tahun Kedua, Jakarta: 2008.

Tim Redaksi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profil Muhammadiyah 2005, Pimpinan

Pusat Muhammadiyah, Yogyakarta: 2005.

Page 76: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Tutik, Triwulan, Jonaedi Efendi, Membaca Peta Politik Nahdatul Ulama, Sketsa

Politik Kiai & Perlawanan Kaum Muda NU, Lintas Pustaka, Jakarta: 2008.

Wahyuni, Sri, Agustinus, Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berpikir Strategik,

Binarupa Aksara, Jakarta: 1996.

Page 77: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 78: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Hasil Wawancara Dengan Pihak Nahdatul Ulama Ranting Sawangan Baru

Interviuwee : Ust. H. Heri Husaeri

Jabatan : Ketua Dewan Syuriah Nahdatul Ulama Ranting Sawangan

Baru

Pekerjaan : Guru Yayasan Pondok Pesantren Al-Qarimiyah

Tanggal Wawancara : Senin, 1 September 2008

Tempat Wawancara : Rumah Bpk. H. Heri Husaeri

Jl. Jati, Sawangan-Depok

1. Tolong Bapak jelaskan, bagaimana sejarah pengembangan Nahdatul Ulama di

Kelurahan Sawangan Baru sampai berdirinya sebuah ranting?

Jawab: Sebetulnya untuk pengembangan NU di Sawangan baru tidak terlalu sulit

ya, karena memang dari dasar awalnya NU itu sudah berdiri. Jadi, pada

awalnya memang belum ada kepengurusan ranting. Nnamun setelah ada

kepengurusan Depok kemudian juga kecamatan, yang akhirnya

terbentuklah ranting. Jadi tidak sulit karenmemang orang-orangnya

sudah NU dari sejak dulu, jadi ga terlalu nyari-nyari anggota atau nyari-

nyari pengurus dulu. Kita tinggal manggil-manggil orang, kemudian ayo

lita bentuk yang sudah dibentuk dari kecamatan.

Page 79: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam aktivitas dakwah Nahdatul Ulama di

Kelurahan Sawangan Baru?

Jawab: Untuk Sawangan baru khususnya Sawangan kita ini ya, hambatannya sih

tidak terlalu banyak, karena banyaknya pendatang-pendatang baru

pindah ke Sawangan gitu ya. Dari Jakarta pindah ke daerah Sawangan

dan beberapa daerah-daerah lainnya, yang mereka sendiri mungkin kan

latarbelakngnya beda-beda. Ada myngkin yang NU atau mungkin

Muhammadiyah, dan lain sebagainya. Jadi untuk daerah kita ini gitu ya,

masih bisa terkendali untuk kegiatan-kegiatan dakwah dengan sistem NU

itu sendiri.

3. Bagaimana Nahdatul Ulama menilai aktivitas dakwah yang dilakukan oleh

Muhammadiyah?

Jawab: Ya, kalau bagi kita di sini, ya pada dasarnya dakwahnya masih umum-

umum saja. Sebab Muhammadiyah yang ada di lingkungan kita itu juga

kebanyakan masih keluarga. Ya memang ada sih ajakan-ajakan, mungkin

misalnya perbedaan dalam tahlilan. Tapi ga ada masalah, ya silahkan-

silahkan saja. Karena memang ya keluarga kita juga.

Page 80: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

4. Apakah ada kekhawatiran yang dirasakan NU dalam menanggapi perkembangn

dakwah Muhammadiyah?

Jawab: Oh, kita ga ada. Soalnya kenapa. Dasar NU-nya di hati mereka itu sudah

melekat dari sejak awal. Terkecuali memang pada anak-anak muda yang

terpengaruh pada ajaran-ajaran baru. Tapi saya rasa pengurusnya itu

dominan, artinya dominan bisa mempertahankan itu. Jadi kita ga ada

kekhawatiran mereka nanti ikut. Mungkin kalau tradisi, misalnya mereka

ada acara dan sebagainya, kita ikut itu biasa ya.

5. Apa yang diharapkan oleh pihak Nahdatul Ulama terhadap aktivitas dakwah

Muhammadiyah?

Jawab: Yang diharapkan itu ya, kan begini, terjadinya perselisihan antar Islam

itu kan karena pemahaman yang minim. Kan kadang-kadang setiap

orang menganggap dirinya itu yang paling benar. Kalau kita, ga merasa

kalau kita tuh paling benar. Dan kita kepngennya Muhammadiyah juga

begitu, juga tidak merasa dirinya yang paling benar. Namanya manusia

ka nada kekurangan ada kesalahan. Artinya kenapa ada yang merasa

dirinya paling benar, yak arena kurangnya pemahaman terhadap agama.

Makanya kalau kita ini, keluarga kita yang Muhammadiyah kalau betul

tinggi pemahaman agamanya, ya kita ga ada kekhawatiran. Begitu juga

sebaliknya, kalau yang NU tinggi paham agamanya, ya ga ada yang

perlu dikhawatirkan.

Page 81: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

6. Bagaimana kriteria da’i yang ideal dalam perspektif Nahdatul Ulama?

Jawab: Kalau saya sih berpendapat, da’i yang efektif yang mereka itu memahami

ilmu dan memahami strategi dakwah dilingkungan masyarakat setempat.

Kadang-kadang ilmu saja dia kuasai tanpa memahami strategi dakwah di

lingkungan masyarakat akhirnya kan pemaksaan, atau dia memahami

lingkungan masyarakat, tapi tanpa ilmu juga kan kurang berdalil,

dalilnya jadi kurang kuat.

7. Bagaimana metode dakwah yang ideal dalam perspektif Nahdatul Ulama?

Jawab : Kalau metodenya sih tinggal kita liat siapa yang akan kita sampaikan,

gitu kan. Kalau memang orang tua, bapak-bapak dan ibu-ibu, kita paling

metode biasa, artinya dengan nasehat ceramah kemudian dengan contoh

dan lain sebagainya. Tapi kalau di sini anak muda biasa sudah pakai

sistem diskusi tentang keislaman. Kan ada majlis taklim tiap-tiap

mushola, ada juga majlis taklim gabungan setiap RW, ada juga majlis

taklim yang, apa namanya, gabungan dari pengajian-pengajian. Kadang-

kadang juga pakai sistem kerja amal, tu misalnya dia bikin bazar

kemudian mendatangkan barang murah. Cuma pengajian itu juga ada

dua, ada yang ngaji Al Qur’an-jadi baca Qur’an gitu ya, ada yang

pengajiannya itu pengajian kitab-kitab Islam.

Page 82: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Hasil Wawancara Dengan Pihak Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru

Interviuwee : Baharuddin Rahman, S.Ag.

Jabatan : Sekretaris Muhammadiyah Ranting Sawangan Baru

Pekerjaan : Guru Yayasan Pondok Pesantren Darul Arqom

Tanggal Wawancara : Senin, 1 September 2008

Tempat Wawancara : Rumah Bpk. Baharuddin Rahman, S.Ag.

Jl. Abdul Wahab, Sawangan-Depok

1. Bagaimana sejarah pengembangan Muhammadiyah di Kelurahan Sawangan Baru

sampai berdirinya sebuah ranting?

Jawab: Jadi orang tua, kalau cerita orang tua ya, orang tua itu cerita tatkala

masuk sini kan banyak PKI, pendaftaran anggota-anggota PKI.

Kemudian orang tua datang kemari ini masih banyak dari ibadah-ibadah

yang istilahnya ikut campurlah dengan Hindu. Karena memang

Sawangan ini tempat transit Cirebonm Banten, trus ingin ke, mana, ke

Jakarta. Jadi berbagai macam efek masuk ke sini. Seperti budaya,

terutama juga Jawa masuk ke sini, sehingga ibadah-ibadah tercampur.

Nah kalau latar belakang pendiri-pendiri memang masuk ke sini ingin

mengadakan suatu peribadatan yang murni gitu, yang murni tidak

tercampur dengan sesuatu yang memang dia tidak diketahui terutama

taklidnya kan.

Bagaimana taklid? Banyak orang ibadah tapi dia tidak mengetahui

dasarnya, kemudian orang beribadah bid’ah, sesuatu yang dicontohkan

Page 83: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Rasul kemudian dia ibadahi. Makanya orang tua pendiri, ini sangat

berat, sampai berhenti itu tidak terlalu besra, ya klesnya dengan NU di

tahun 2000an ini lah. Tadinya itu masih sangat kental.

2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam aktivitas dakwah Muhammadiyah di

Kelurahan Sawangan Baru?

Jawab: Sebetulnya dakwah itu tergantung kita ya, semua harus dimengerti oleh

warga kader Muhammadiyah juga. Sebenarnya Muhammadiyah tuh

bukan organisasi saja, yaitu Muhammadiyah yang betul-betul sebagai

pengikut Nabi Muhammad, dan Muhammadiyah secara lebih

organisatoris, sehingga untuk dakwah yang sebetulnya itulah maka kita

kembalikan hari ini kepada dakwah kultur. Jadi kita tidak mengambil

perbedaannya.

Kalau tahun-tahun kemarin kan kita dakwah yang kita lihat adalah

perbedaannya, sehingga yang terjadi adalah benturan-benturan. Nah

hari ini yang kita lihat bukan gitu, karena ya musuh besar kita hari ini

adalah, bagaimana mengislamkan orang lain. Setelah mereka Islam,

sadar, bagaiman kita jauhkan mereka dari bid’ah, tahayyul, churafat, itu

yang paling penting dan saya rasa tantangannnya hari ini.

3. Bagaimana Muhammadiyah menilai aktivitas dakwah yang dilakukan oleh

Nahdatul Ulama?

Jawab: Kalau NU pakai ciri khas ya, cirri khas dakwah panggung, itu ciri

dakwah, khas NU. Sama halnya kemudian dengan metode salafiyah.

Page 84: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Dalam artian temponya yang dulu, kepesantrenan, itu NU. Kalau kita

Muhammadiyah, bukan berarti kita mengabaikan, Muhammadiyah itu

cara dakwahnya berkelanjutan gitu. Misalnya kalau saya ngaji, hari ini

baca apa, nanti apa, itu lain-lain.

Tapi kalau untuk kader itu ada temanya, jadi apa yang belum dibahas

dan belum dipahami. Sehingga si kader ini nantinya akan menjadi

mengerti. Kita juga tidak ada yang seperti di NU, bahwa kiai itu adalah

sentral, kemudian silabusnya kita tarjih yang kita sampaikan, itu pun

tidak mesti kiai yang menyampaikan. Karena di Muhammadiyah tidak

ada kiai kecuali Kiai Ahmad Dahlan. Jadi ya kader yang senior saja,

mereka yang nantinya harus mengkader yang muda-muda.

4. Apakah ada kekhawatiran yang dirasakan Muhammadiyah dalam menanggapi

perkembangn dakwah Nahdatul Ulama?

Jawab: Kita Muhammadiyah di Sawangan ini tidak ada masalah sedikit pun ya

dengan perkembangan dakwah Nahdatul Ulama. Karena yang kami

khawatirkan bukan NU yang lebih banyak, tapi kristenisasi yang lebih

banyak, itu yang saya khawatirkan. Kalau NU jadi lebih besar, atau

Muhammadiyah jadi lebih besar, ya ga masalah. Jadi kita tidak

terpengaruh dengan mana yang lebih besar, paling oknum-oknum saja.

Misalnya kader-kader yang keras, itu masih ada aja. Tapi yang

bersinggungan dengan masyarakat berarti dia bukan kader

Muhammadiyah. Kalau ada kader Muhammadiyah yang bersinggungan,

berarti dia keblinger dengan Muhammadiyahnya.

Page 85: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

5. Apa yang diharapkan oleh pihak Muhammadiyah terhadap aktivitas dakwah

Nahdatul Ulama?

Jawab: Kalau kita harap, NU berdakwah sesuai dengan apa yang

dimusyawarahkan dan itu baik untuk Islam. Muhammadiyahnya juga

mengerjakan apa yang sudah dimuktamarkan. Jangan bicarakan masalah

persinggungan saja. Orang-orang sudah jauh ke mana, kita masih

membahas yang itu-itu saja. Kalau sekarang kan sudah muncul JIL, dan

lain sebagainya, itu harus kita cancel.

Nah, Muhammadiyah dengan NU sebagai organisasi tertua di Indonesia,

kalau kita bersinggungan terus, nanti habis kadernya. Jadi yang kita

harapkan masing-masing berjalan. Muhammadiyah dengan

Muhammadiyahnya, NU dengan NU-nya. Teruskan saja kaderisasinya,

nanti kita bertemu pada satu titik. Itu saja.

6. Bagaimana kriteria da’i yang ideal dalam perspektif Muhammadiyah?

Jawab: Kalau kita lihat da’i, ga banyak sih syararnya. Kalau dia bicara, yang

penting harus dia kerjakan sendiri. jadi ga mesti dia harus seorang guru

kiai ataupun sebagainya, seorang tukang pun bisa di sini. Jadi kriteria

dia melaksanakan apa yang didakwahkan. Rasul sendiri kan tidak

mencirikan. Jadi kalau misalnya ada hari ini yang mencirikan, ya jangan

dulu. Jadi ya siapa yang berhak, siapa yang mau, siapa yang mampu, dan

dia bisa praktekkan.

Page 86: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

Nah, bagaimana caranya mengetahuinya, kita ini kan hidup

bermasyarakat, jadi kita bisa lihat. Kalau dia tidak bisa mmpraktekan

apa yang dia sampaikan, nah ini yang sulit. Tapi kalau syarat umumnya,

ya minimal dia seperti apa yang menjadi syarat imam shalatnya, ya dia

memahami Al Qur’an dan Hadits. Paham shiroh-nya, paham manhaj-

nya. tapi kalau ideal, ya yang ideal cuma Rasul.

7. Bagaimana metode dakwah yang ideal dalam perspektif Muhammadiyah?

Jawab: Metode dakwah yang ideal ya itu tadi, kita kembali kepada kultur, tapi

bukan kita mengikuti ya. Kita kembali kepada kultur, agar tidak terjadi

pertentangan. Kalu kita mau berjalan di atas air, ya kit ikuti saja

alirannya. Ya kalau di masyarakat tradisinya begini, ya kita ikuti saja,

sambil sedikit-sedikit kita beri pemahaman. Dalam artian, sarana boleh

berubah, tapi hatinya, tauhid dan aqidahnya tidak boleh berubah.

Sehingga kalau Rasul, apa yang dibangun oleh Rasul, tauhidnya aja dulu

sama aqidahnya dulu. Kalau aqidahnya sudah kuat, baru yang lain-lain;

puasanya, zakatnya, shalatnya, dan sebagainya.

Jadi apa yang harus hari ini kita antisipasi agar tidak bersinggungan

dengan masyarakat umum, kembali kepada aqidahnya, kembali ke

tauhidnya. Kalau kita bicarakan fur’iyyah hari ini, misalnya paham

Muhammadiyah shalatnya “allahumma bait …”, itu saja yang kita

bicarakan, maka akan terjadi persinggungan. Jadi maksud dakwah kultur

adalah dakwah kepada akidah dan tauhid.

Page 87: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

DAFTAR FOTO

1.1. Bersama Bpk. H. Heri Husaeri

1.2. Bersama Bpk. Baharuddin Rahman

1.3. Bersama Guru PonPes Darul Arqam Muhammadiyah

Page 88: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

4.1. Bersama Santri PonPes Al Karimiyah Yayasan Nahdatul Ulama

4.2. Bersama Salah Satu Mudabbiroh (Senior Pengurus)

4.3. Bersama Santri PonPes Darul Arqam Muhammadiyah

Page 89: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

5.1. Para Santri Pulang Dari Shalat Jum’at

5.2. Menunggu Waktu Shalat Berjamaah Dengan

Santri

5.3. Tadarrus Bersama

Page 90: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

2.1. Masjid Al-Aula

Masjid ini yang dulunya hampir menjadi sumber konflik

antara kader Nahdatul Ulama dengan kader Muhammadiyah, di Kelurahan Sawangan Baru

2.2. Sekretariat DKM Masjid Al-Aula

Page 91: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

3.3. Pondok Pesantren Al Karimiyah Yayasan Nahdatul Ulama

3.4. Asrama Puteri Pondok Pesantren Al Karimiyah

Page 92: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

3.1. Pondok Pesantren Darul Arqam Yayasan Muhammadiyah

3.2. Asrama Putera Pondok Pesantren Darul Arqam

Page 93: Pebandingan Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Nahdatul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8582/1/JAMILAH... · Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad ibn Hambali

6.1. TK dan TPA Aisyiyah

6.2. TK dan TPA Aisyiyah