paper biologi perairan

24
PAPER BIOLOGI PERAIRAN EKOSISTEM LAUT DALAM Di susun oleh : Nama : Henky Becheta Anggraeni Kelas : Pendidikan Biologi A NIM : 13304241078 1

Upload: lance-sullivan

Post on 17-Feb-2016

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Paper

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Biologi Perairan

PAPER BIOLOGI PERAIRAN

EKOSISTEM LAUT DALAM

Di susun oleh :

Nama : Henky Becheta Anggraeni

Kelas : Pendidikan Biologi A

NIM : 13304241078

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVESITAS NEGERI YOGYAKARTA

Juni 2015

1

Page 2: Paper Biologi Perairan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang

menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air

yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan

berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut

Laut dalam adalah lapisan terbawah dari lautan, berada dibawah

lapisanthermocline pada kedalaman lebih dari 1828 m. Sangat sedikit atau bahkan tidak

ada cahaya yang dapat masuk ke area ini, dan sebagian besar organisme bergantung pada

material organik yang jatuh dari zona fotik. Karena alasan inilah para saintis mengira

bahwa kehidupan di tempat ini akan sangat sedikit, namun dengan adanya peralatan yang

dapat menyelam ke kedalaman, ditemukan bahwa ditemukan cukup banyak kehidupan di

arena ini.

Di tahun 1960, Bathyscaphe Trieste menuju ke dasar dari Palung Mariana

dekat Guam, pada kedalaman 35.798 kaki (10.911 m), titik terdalam di bumi. Jika Gunung

Everest ditenggelamkan, maka puncaknya akan berada lebih dari satu mil dari permukaan.

Pada kedalaman ini, ikan kecil mirip flounder terlihat. Kapal selam penelitian Jepang,

Kaiko, adalah satu-satunya yang dapat menjangkau kedalaman ini, dan lalu hilang di tahun

2003.

Hingga tahun 1970, hanya sedikit yang diketahui tentang kemungkinan adanya

kehidupan pada laut dalam. Namun penemuan koloni udang dan organisme lainnya di

sekitar hydrothermal vents mengubah pandangan itu. Organisme-organisme tersebut hidup

dalam keadaan anaerobik dan tanpa cahaya pada keadaan kadar garam yang tinggi dan

temperatur 149 oC. Mereka menggantungkan hidup mereka pada hidrogen sulfida, yang

sangat beracun pada kehidupan di daratan. Penemuan revolusioner tentang kehidupan

tanpa cahaya danoksigen ini meningkatkan kemungkinan akan adanya kehidupan di

tempat lain di alam semesta ini.

Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun makalah bertemakan ekosistem

laut dalam untuk menambah pemahaman mengenai pengertian ekosistem laut dalam,

pembagian zonasi ekosistem laut dalam, kondisi fisiko-kimiawi laut dalam, adaptasi

organisme laut dalam, dan berbagai organisme-organisme yang terdapat pada ekosistem

laut dalam.

2

Page 3: Paper Biologi Perairan

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari ekositem laut dalam?

2. Bagaimana pembagian zonasi ekosistem laut dalam?

3. Bagaimana kondisi fisiko-kimiawi laut dalam?

4. Bagaimana adaptasi organisme yang terdapat di ekosistem laut dalam?

5. Apa saja jenis-jenis organisme yang terdapat pada ekosistem laut dalam?

3

Page 4: Paper Biologi Perairan

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem Laut Dalam

Laut dalam merupakan wilayah laut yang gelap gulita sepanjang waktu, dingin

serta merupakan daerah terluas dari seluruh wilayah lautan (mencapai 90% dari luas

lautan).

Laut dalam adalah suatu lingkungan ekstrim, suhu rendah, dan tekanan tinggi.

Pada lingkungan ekstrim laut dalam itu banyak terdapat aktivitas thermal vents. Dalam

kegelapan itu, cahaya matahari tidak dapat tembus, sehingga sumber energi melalui proses

fotosintesis di dasar laut yang dalam itu, dapat dikatakan tidak terdapat sama sekali.

Laut dalam adalah bagian dari lingkungan laut yang terletak di bawah

kedalaman yang dapat diterangi cahaya matahari di laut terbuka, dan lebih dalam dari

paparan-paparan benua (> 200 m). Laut dalam disebut juga wilayah (zona) afotik (tanpa

cahaya). Di laut daerah tropis zona afotik terletak lebih dalam dibandingkan dengan zona

afoti di laut daerah sub-tropis.

B. Pembagian Zonasi Ekosistem Laut Dalam

Secara mendasar laut dibagi ke dalam 2 zona yaitu zona bentik dan zona

pelagic. Pada kedua daerah tersebut terdapat perbedaan lingkungan fisik, sehingga asosiasi

organisme penghuninya juga sangat berbeda. Organisme bentik (fauna) laut dalam dibagi

menjadi tiga, yaitu penghuni zona batial di lereng benua, penghuni zona abisal yang

merupakan zona terluas di dasar laut dalam dan penghuni zona hadal (ultra abisal) yang

merupakan palung-palung yang sangat dalam.

Zona pelagic Kedalaman (m) Zona bentik Kedalaman (m)

Mesopelagik

Batipelagik

Abisalpelagik

Hadalpelagik

200 – 1.000 (?)

1.000 – 4.000 (?)

4.000 – 6.000 (?)

6.000 – 10.000

Batial

Abisal

Hadal

200–4.000 (?)

4.000–6.000 (?)

6.000–10.000 (?)

Zona fauna laut dalam menurut Hadgepth (1957) dalam Nybbaken (1992)

Catatan : (?) = Berubah-ubah

Zona yang berada tepat di bawah zona fotil adalah zona mesopelagik,

merupakan wilayah yang membentang 700 – 1.000 meter dari batas bawah zona fotik kea

4

Page 5: Paper Biologi Perairan

rah dasar perairan, merupakan wilayah yang paling banyak dihuni oleh fauna dibanding

dengan zona laut dalam lainnya. Pada malam hari wilayah ini merupakan tempat

perburuan bagi organisme dari zona batipelagik (migrasi ke atas).

C. Kondisi Fisiko-Kimiawi Laut Dalam

1. Cahaya

Pada laut dalam, tidak terjadi proses fotosintesis sehingga tidak ada produktivitas

primer. Ketidakadaan cahaya menyebabkan hewan yang hidup di daerah ini harus

memiliki indra khusus untuk mendeteksi makanan dan lawan jenis untuk keperluan

reproduksi, serta untuk mempertahankan berbagai asosiasi intra maupun inter-species.

2. Tekanan hidrostatik

Tekanan hidrostatik merupakan faktor pembatas utama bagi distribusi dan

organisasi hewan laut dalam. Tekanan hidrostatis di lingkungan laut dalam (>300m)

sangat tinggi karena tekanan hidrostatik bertambah secara konstan seiring dengan

bertambahnya kedalaman air. Setiap kedalaman bertambah 10 meter, maka tekanan

hidrostatik naik 1 atmosfir (atm), ini berarti bahwa laut dalam dengan kedalaman 200 –

10.000 meter maka tekanan hidrostatik berkisar antara 20 – 1.000 atm. Sampai saat ini

informasi yang pasti tentang akibat langsung dari tekanan hidrostatik terhadap

organisme laut dalam masih sangat sedikit. Kondisi ini disebabkan karena organisme

laut dalam yang ditangkap, telah atau hampir mati setelah sampai di permukaan. Pada

uji coba yang dilakukan terhadap bakteri menunjukkan bahwa penurunan hidrostatik

mengakibatkan terhentinya pertumbuhan dan perkembangbiakan.

Berbagai penelitian untuk mengetahui pengaruh tekanan hidrostatik telah

dilakukan antara lain oleh Siebenaller and Somero (1978), terhadap sistem kerja enzim

pada dua jenis ikan yang secara taksonomi sangat berdekatan tetapi hidup pada

kedalaman yang berbeda. Hasil penelitian menunjuikkan bahwa perbedaan tekanan

hidrostatik 100 atm atau lebih kecil, dapat mengubah sifat-sifat fungsional enzim.

Penelitian terhadap sel protoplasma sampai dengan mamalia menunjukkan bahwa

tekanan hidrostatik sangat mempengaruhi morfologi sel, termasuk kemampuan

membentuk kumparan mitotik dan kelangsungan mitosis. Selain hal-hal tersebut di atas,

tekanan hidrostatik juga menyebabkan amoeba kehilangan pseudopodianya dan

berubah bentuk menjadi seperti bola. Pengaruh buruk paling mencolok terjadi pada

sintesis dan fungsi protein.

3. Suhu

5

Page 6: Paper Biologi Perairan

Pada ekosistem perairan dikenal istilah termoklin, yaitu daerah dimana terjadi

penurunan suhu yang sangat drastis, biasanya terdapat pada kedalaman beberapa ratus

meter sampai hampir satu kilometer dari permukaan. Di bawah daerah termoklin, suhu

air semakin turun, namun laju perubahannya jauh lebih lambat dibanding perubahan

suhu pada daerah termoklin. Relatif konstannya suhu dan tidak adanya pengaruh suhu

musiman maupun tahunan di laut dalam mempunyai pengaruh positif terhadap

kehidupan organismenya.

4. Oksigen

Oksigen massa air laut dalam berasal dari tenggelam-nya massa air permukaan laut

antartika dan artika yang dingin dan kaya oksigen. Respirasi organisme laut dalam dan

tidak adanya penambahan oksigen setelah masa air permukaan tenggelam tidak

menyebabkan kadar oksigen sangat turun karena rendahnya kepadatan organisme laut

dalam. Hal menarik adalah adanya zona oksigen minimum pada kedalaman 500 – 1.000

meter, di bawah dan di atas zona ini kadar oksigen lebih tinggi. Zona ini terbentuk

karena respirasi organisme yang sejalan dengan tiadanya pertukaran massa air zona

oksigen minimum dengan massa air yang kaya oksigen, atau dapat juga dikarenakan

pada kedalaman ini merupakan wilayah laut dalam yang paling banyak dihuni oleh

organisme sehingga kebutuhan oksigen juga tinggi.

5. Pakan

Laut dlam merupakan ekosistem yang unik karena di daerah ini tidak ditemukan pabrik

pakan (produsen primer). Lalu dari mana sumber makanan untuk organisme laut

dalam? Sumber makanan terutama berasal dari zona diatasnya, dapat berupa ikan mati

yang tenggelam atau ikan-ikan hidup dari zona di atasnya yang masuk ke wilayah laut

dalam, sisa tubuh hewan atau tumbuhan yang tenggelam, dan lain-lain. Keterangan di

atas menunjukkan bahwa ada ketidak menentuan sumber pakan untuk laut dalam,

mungkin inilah salah satu penyebab kenapa laut dalam memiliki kepadatan organisme

sangat rendah.

6. Salinitas

Umumnya seragam (35 permil), pada daerah cold hydrocarbon seeps (hipersain = 40

permil)

7. Sirkulasi Air

Sangat lamban (< 5 cm/detik), tergantung pada bentuk dan topografidasar laut. Sikulasi

air dan ventilasi dalam palung sangat menentukan kadar oksigen di laut dalam

6

Page 7: Paper Biologi Perairan

8. Tipe substrat

Terdiri atas substrat yang halus, substrat berbatu di daerah mid-ocean ridge.

D. Adaptasi organisme

Salah satu pembatas kehidupan organisme laut adalah kedalaman. Kedalaman

berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan yang lain seperti makanan, cahaya, tekanan,

suhu dan lain-lain, semuanya berpengaruh terhadap kondisi ekologi laut dalam terutama

terhadap kehidupan organisme (ikan).

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan

sekitarnya untuk bertahan hidup. Dengan keadaan tanpa adanya cahaya matahari, tekanan

tinggi, salinitas tinggi dan faktor – faktor yang terdapat di dalam ekosistem laut dalam ini

membuat biota laut dalam tersebut melakukan adaptasi, yakni :

1)   Adapasi morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan

dengan kebutuhan organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi dapat

dilihat dari bentuk tubuh biota laut dalam yang kecil dan pada umumnya bertubuh

transparan karena tubuhnya tidak mengandung pigmen.Secara morfologis, senjata

pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut mengalami perubahan pada

organisme laut dalam. Ciri umum mereka adalah mulut yang melebar, rahang yang

kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal mungkin mencari mangsa yang

jarang di laut dalam. Praktek kanibalisme juga sering terjadi di beberapa spesies.

Bentuk spesies non ikan seperti moluska dan sebangsanya akan adaptif

untuk memakan mikroorganisme yang ada. Mereka sulit bersaing dengan ikan yang

ganas. Untuk senjata mempertahankan diri, mereka biasanya mampu berkamuflase

dengan kondisi sekitar.Satu persamaan dari mereka adalah, evolusi morfologis

mengubah bentuk mereka menjadi kecil. Jarang ada organisme yang berdimensi

panjang lebih dari 25 cm. Contoh dari hewan-hewan laut yang mampu hidup pada

zona ini adalah Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan

Hatchet.

1. Warna

Ikan-ikan mesopelagik cenderung berwarna abu-abu keperakan atau hitam kelam,

sedangkan invertebratanya berwarna ungu atau merah cerah. Organisme yang

hidup di zona abisal dan batial sering tidak berwarna atau berwarna putih kotor,

7

Page 8: Paper Biologi Perairan

dan tidak berpigmen (khusus hewan bentik), sedangkan ikan penghuni zona ini

berwarna hitam kelam

2. Mata

Ikan-ikan penghuni zona mesopelagik memiliki ukuran mata yang besar jika

dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, sedangkan ikan penghuni zona yang lebih

dalam (abisal dan hadal pelagik) memiliki mata yang sangat kecil atau bahkan

tidak bermata. Selain ukuran mata, bentuk adaptasi lain pada ikan laut dalam

adalah bentuk mata yang seperti pipa atau tubular. Diantara jenis invertebrata

terdapat cumi-cumi dari famili histioteuthidae yang memiliki sebuah mata lebih

besar dari yang satunya.

Mata yang besar

Mata yang besar akan memberikan kemampuan maksimum untuk mendeteksi

cahaya di dalam laut dalam yang intensitas cahaya nya sangat rendah dan

mungkin diperlukan pula untuk dapat mendeteksi cahaya berintensitas rendah

yang dihasilkan oleh organ – organ penghasil cahaya. Ikan – ikan pada laut

dalam juga memiliki penglihatan senja yang sangat peka karena adanya pigmen

rodopsin dan tingginya kepadatan batang retina.

Tidak bermata

Pada zona laut dalam yang terdalam lebih dari 2000 m ( abisal pelagic dan

hadal pelagic ) ikan – ikan yang hidup disitu memiliki mata yang sangat kecil

bahkan tidak bermata karena hidup di lingkungan yang gelap gulita bahkan

mata tidak ada guna nya.

Mata berbentuk pipa tubuler

Mata ikan ikan dari beberapa family berbentuk silinder pendek berwarna hitam

dengan sebuah lensa tembus cahaya berbentuk setengah lingkaran di puncak

silinder .tiap mata mempunyai 2 retina ( yang satu di pangkal silinder sedangkan

yang lainnya di dinding silinder ). Retina di pangkal silinder fungsinya untuk

melihat obyek obyek yang dekat sedang yang terdapat di dinding silinder untuk

melihat obyek – obyek yang jauh,

3. Mulut

Kebanyakan ikan laut dalam memiliki mulut yang ukurannya sangat besar jika

dibandingkan dengan ikan penghuni habitat lautan yang lainnya. Mulut juga

dilengkapi dengan gigi yang panjang dan melengkung ke arah tenggorokan,

sehingga menjamin bahwa makanan yang sudah masuk ke mulut tidak akan lepas.

8

Page 9: Paper Biologi Perairan

Mulut juga dihubungkan dengan tengkorak oleh suatu engsel yang memungkinkan

ikan membuka mulut sangat lebar, bahkan lebih lebar dari tubuhnya. Bentuk

adaptasi ini adalah merupakan antisipasi terhadap kondisi kelangkaan pakan.

4. Ukuran tubuh

Ikan tertentu seperti Ceratias, yang betina memiliki ukuran jauh lebih

besar dibanding dengan ang jantan. Ikan jantan hidup menempel pada ikan betina

sebagai parasit. Adaptasi ini berkaitan dengan rendahnya kepadatan, sehingga ada

kesulitan untuk mencari pasangan. Model seperti di atas ikan jantan selalu ada

untuk menyediakan sperma dan ikan betina tidak perlu mencari ikan jantan.

Keadaan yang menarik adalah ukuran tubuh invertebrata, seperti:

amfipoda, isopoda, ostracoda, misid an kopepoda yang mempunyai ukuran tubuh

lebih besar dari pada kerabatnya yang hidup dalam perairan dangkal. Kejadian

membesarnya ukuran tubuh sejalan dengan meningkatnya kedalaman dikenal

dengan istilah gigantisme abisal. Ukuran tubuh terbesar dapat mencapai panjang

42 cm pada Batinomus giganteus suatu isopoda

5. Bioluminisens

Beberapa organisme laut dalam, terutama yang hidup pada zona mesopelagik

umumnya memiliki fotofor (organ penghasil cahaya), yang merupakan bentuk

adaptasi terhadap habitat yang gelap dan berait dengan pemangsaan. Organ fotofor

ikan laut dalam untuk masing-masing species memiliki ciri khas tertentu sehingga

dapat berfungsi sebagai pengenal bagi kerabatnya. Organ ini mempermudah

species ikan laut dalam untuk tetap berada dalam kelompoknya maupun

mempermudah dalam mencari pasangan untuk reproduksi.

2)   Adaptasi fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk

mempertahankan hidup dengan baik. Di ekosistem laut dalam dapat dikatakan tidak

terdapat produsen karena tidak adanya sinar matahari yang menyebabkan tidak adanya

proses fotosintesis pada ekosistem tersebut, sehingga biota laut dalam melakukan

adaptasi fisiologi. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut dalam adalah adalah organisme

laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang jauh lebih efektif dari

makhluk hidup di darat dan zona laut atas. Mereka bisa mendaur energinya sendiri

dan menentukan seberapa banyak energi yang akan terpakai dengan stok makanan

yang didapat.

9

Page 10: Paper Biologi Perairan

E. Organisme - Orgaisme Laut Dalam

Tabel Beberapa jenis binatang eribatik serta kedalaman darimana mereka diambil.

Porifera

Tenea murikata 30 sampai 3440 meter

Stilokordila borealis 2 sampai 3000 meter

Tantorium semisuberites 26 sampai 2970 meter

Polikheta

Lumbrikonereis impasiens Sekurang – kurangnya sampai 3000 meter

Glisera ruksi Sekurang – kurangnya sampai 3000 meter

Notomastus lateriseus Sekurang – kurangnya sampai 3000

meter

Hidroides norvegika Sekurang – kurangnya sampai 3000

meter

Pomatoseros 5 sampai 3000 meter

Amfikteis guneri 20 sampai 5000 meter

Siripedia

Veruka stromia Litoral sampai 300 meter

Kumasea

Diastilis levis 9 sampai 2980 meter

Edorela trunkatula 9 sampai 2980 meter

Isopoda

Antarturus furkatus 10 sampai 3010 meter

Lamelibrankiata

Limopsis aurita 38 sampai 3175 meter

Astarte sulkata 10 sampai 2000 meter

Skrobikularia longikalus 36 sampai 4400 meter

Gastropoda

Neptunea kurta 8 sampai 2580 meter

Neptunea islandika 30 sampai 3000 meter

Pungturela noakhina 8 sampai 2000 meter

Sisulera krispata 12 sampai 2300 meter

10

Page 11: Paper Biologi Perairan

Natika grunlandia 3 sampai 2300 meter

Natika afinis 6 sampai 2600 meter

Skafander pungtostriatus 35 sampai 2800 meter

Asteroidea

Psedarkhaster pareli 15 sampai 2500 meter

Henrisia sanguinolenta 0 ampai 2450 meter

Ofiuroidea

Ofiakanta bidentata 5 sampai 4400 meter

Ofiofolis akuleata 0 sampai 2450 meter

Ofiura sarsi 10 sampai 3000 meter

Ofiokten seriseum 5 sampai 4500 meter

Ekhinoidea

Ekhinokardium austral 0 sampai 4900 meter

Holoturoidea

Mesoturian intestinalis 20 sampai 2000 meter

1. Viperfish

Viperfish (ditemukan di zona mesopelagik pada  kedalaman 80–1600 meter)

merupakan  ikan yang terlihat seperti monster laut yang kejam. Beberapa dari mereka

berwarna hitam saat malam dengan organ cahaya (yang disebut dengan photophores).

Fotofor terletak pada salah satu tempat strategis pada tubuhnya.  Beberapa

viperfish  dan banyak spesies ikan laut dalam lainnya tidak memiliki pigmen sehingga

semua nya transparan.Mereka juga memiliki mata yang besar untuk mengumpulkan

cahaya dari daerah yang sangan minim cahaya. Organ penghasil cahaya dari hewan laut

mengahsilkan cahaya karena bioluminescen.

2. Fangtooth

11

Page 12: Paper Biologi Perairan

Fangtooth atau Anoplogaster cornuta hidup pada kedalaman 16 feet . Meskipun terlihat

seperti monster, hanya tumbuh sampai 6 inchi panjangnya, memiliki body yang pensek

dan kepala yang besar. Anoplogaster cornuta disebut juga fangtooth karena memiliki

taringyang panjang , tajam , serta ggi – gigi lain yang menyerupai taring dalam jumlah

yang banyak dan mulut yang besar. Warna dari fangtooth dewasa berkisar antara coklat

gelap hingga hitam. Sedangkan fangtooth muda berwarna abu –abu cerah. Tekanan

pada kedalaman 16 feet sangat lah tinggi , air juga hampir membeku, makanan juga

sangat langka sehingga fangtooth akan memakan apa saja yang dapat ia temukan.

Fangtooth  ditemukan hampir ditemukan di seluruh laut dalam di dunia termasuk di

daerah tropis.

3. Dragonfish

Ikan naga (dragonfish) atau Grammatostomias flagellibarba,adalah predator buas

meskipun berukuran kecil. Dragonfish memiliki kepala yang besar , mulut yang

dilengkapi dengan gigi yang menyerupai taring yang tajam. Ikan ini mampu tumbuh

hingga panjangnya 6 inchi.Ikan naga (dragonfish) memiliki photophores di sepanjang

sisi tubuhnya. Organ penghasil cahaya inilah yng digunakan  sebagai tanda kepada

dragonfish lainnya selama kawin selain itu digunakan pula untuk menarik perhatian

12

Page 13: Paper Biologi Perairan

mengsanya . Dragonfish hidup pada kedalaman 5000 feet (1500) meter dan ditemukan

pada laut tropis.

4. Angler

Angler atau Melanocetus johnsoni, memiliki badan yang berbentuk seperti bola basket.

Melanocetus johnsoni memiliki mulut yang lebar dengan gigi yang menyerupai taring

yang tajam. Melanocetus johnsoni hanya tumbuh hingga panjang 5 inchi. Melanocetus

johnsonidiberi julukan angler karena ikan tersebutmemiliki tulang belakang yang

panjang dan pada ujungnya terdapat photophores ( yang memproduksi cahaya ). Fakta

yang naeh dari ikan ini adalah bahwa ikan yang jantan lebih kecil  dari iakn betina dan

memiliki gigi kait yang kecil yang digunakan untuk menempel pada ikan betina. Ketika

menempel maka pembuluh darah iakn jantan akan menyatu dengan pembuluh darah

ikan betina. Ikan jantan seperti parasit, karena mendapat seluruh nutrisi nya dari ikan

betina. Apabila ikan jantan tidak mampu menempel pada betina maka ia akan mati

kelaparan. Melanocetus johnsoni ditemukan pada kedalaman lebih dari 3000 feet.

5. Gulper Eel  (Eurypharynx pelecanoides)

Gulper Eel atau nama latinnya  Eurypharynx pelecanoides merupakan salah satu

makhluk teraneh yang hidup di laut dalam. Mulut dari ikan ini sangat lebar sehingga

13

Page 14: Paper Biologi Perairan

dapat memangsa hewan yang lebih besar dari nya.  Perut iakn ini juga dapat meregang

untuk mengakomodasi makanan  yang besar.Selain itu  Eurypharynx pelecanoides juga

memiliki ekor yang panjang . Ikan jenis ini ditemukan hampir di seluruh laut di dunia

pada kedalaman 3000- 6000 kaki

6. Architeuthis dux

Architeuthis dux, merupakan salah satu dari hewan terbesar di bumi dengan panjang

mencapai 60 kaki sehingga Architeuthis dux  sekaligus menjadi avertebrata terbesar di

dunia. Architeuthis dux  masuk ke dalam kelas cephalopoda  filum molluska dan

merupakan hewan karnivora ( kan memakan apa saja yang dapat ditangkap ).

7. Harriotta raleighana

Harriotta raleighana dapat mencapai 5 feet panjangnya . Ikan jenis memiliki belati

kecil seperti hidung yang mengingatkan pada salah satu kontur hidung pesawat jet

supersonik. Harriotta raleighana memiliki racun pada bgaian pertama tulang belakang

nya yang dapat membunuh manusia. Ikan ini hidup pada kedalaman 8000 kaki.

8. Bathynomus giganteus

14

Page 15: Paper Biologi Perairan

Isopoda raksasa atau yang di kenal dengan nama ilmiah Bathynomus giganteus

merupakan salah satu anggota dari family isopoda Hewan ini dapat mencapai panjang

hingga 16 inchi . Bathynomus giganteus merupakan krustasea karnivor yang

beradaptasi untuk memakan apasaja yang jatuh dasar laut selain itu ia juga memakan

beberapa invertebrate kecil yang hidup pada kedalaman 2000 kaki.

BAB III

15

Page 16: Paper Biologi Perairan

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ekositem laut dalam adalah bagian dari lingkungan laut yang terletak di bawah

kedalaman yang dapat diterangi cahaya matahari di laut terbuka, dan lebih dalam dari

paparan-paparan benua (> 200 m).

2. Pembagian zonasi ekosistem laut dalam yaitu Mesopelagik, Batipelagik, Abisalpelagik,

dan Hadalpelagik.

3. Kondisi fisiko-kimiawi laut dalam terdiri atas kondisi cahaya, tekanan hidrostatik, suhu,

oksigen, pakan, salinitas, sirkulasi air, dan tipe substrat.

4. Adaptasi organisme yang terdapat di ekosistem laut dalam terdiri atas:

a. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan

kebutuhan organisme hidup. Pada biota laut dalam, adaptasi morfologi dapat dilihat

dari warna, mata, mulut, ukuran tubuh, dan bioluminisens.

b. Adaptasi Fisiologis

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar

yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan

hidup dengan baik. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut dalam adalah adalah

organisme laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang jauh lebih

efektif dari makhluk hidup di darat dan zona laut atas.

5. Jenis-jenis organisme yang terdapat pada ekosistem laut dalam di antaranya adalah

Viperfish, Fangtooth, Dragonfish, Angler, Gulper Eel, Architeuthis dux, Harriotta

raleighana, dan Bathynomus giganteus.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Paper Biologi Perairan

Nontji, A., 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Nybakken, J.W., 1992. Marine Biology An Ecological Apprach. 3 rd edition. New York:

Harper Collins College Publishers.

Rokhmin, D., dkk. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu Edisi Revisi. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Romimohtarto, K dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.

Sari, Wulan. 2012. Makalah Ekosistem Laut Dalam.

http://bioinfo-wulansari.blogspot.com/2012/05/makalah-ekosiste-laut-dalam.html.

Diakses pada tanggal 16 Juni 2015.

17