panduan restrain 2014

Upload: epal-chakep

Post on 07-Jul-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    1/11

    PANDUAN

    RESTRAIN

    RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014

    RS BAPTIS BATU

    JL RAYA TLEKUNG NO 1

    JUNREJO - BATU

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    2/11

     

    ii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .................................................................................................................... i

    Daftar Isi ............................................................................................................................. ii

    Lembar Pengesahan ............................................................................................................ iii

    I.  DEFINISI .......................................................................................................... 1

    II.  RUANG LINGKUP .......................................................................................... 1

    2.1. Indikasi ....................................................................................................... 1

    2.2. Jenis Restraint ............................................................................................ 1

    III.  TATA LAKSANA ............................................................................................ 4

    IV.  DOKUMENTASI ............................................................................................. 5

    REFERENSI ....................................................................................................................... 6

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    3/11

     

    iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    PENGESAHAN DOKUMEN RS. BAPTIS BATU

     NAMA KETERANGANTANDA

    TANGANTANGGAL

    Eva Yuliatin,A.Md.Kep. Pembuat Dokumen

    Dr. Imanuel Eka Tantaputra Authorized Person

    Dr. Arhwinda PA,Sp.KFR.,MARS. Direktur RS. Baptis Batu

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    4/11

     

    1

    PANDUAN PELAYANAN RESTRAIN

    RS. BAPTIS BATU

    I.  DEFINISI

     Pengertian dasar restraint  adalah membatasi gerak atau membatasi kebebasan.

     Pengertian secara internasional   adalah suatu cara/ metode/ restriksi yang disengaja

    terhadap gerakan/ perilaku seseorang. Dalam hal ini perilaku yang dimaksudkan

    adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak disadari/ tidak

    disengaja/ sebagai suatu reflek.

     Pengertian lain  adalah suatu tindakan untuk menghambat / mencegah seseorang

    melakukan sesuatu yang diinginkan.

     Isolasi/ pengasingan  adalah suatu tindakan pengasingan terhadap pasien di dalam

    suatu ruangan dimana pasien tinggal sendiri dan dicegah secara fisik untuk

    meninggalkan ruangan tersebut. Isolasi hanya digunakan untuk tujuan penanganan

    tindakan yang membahayakan diri sendiri dan atau orang lain.

    II.  RUANG LINGKUP.

    Ruang lingkup pelayanan restrain yaitu semua pasien dengan resiko jatuh,

    kecenderungan melukai diri sendiri, dan yang menghambat proses pengobatan.

    2.1.  INDIKASI.

    1.  Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan

    atau orang lain.

    2.  Tahanan pemerintah (yang legal / sah secara hukum) yang dirawat di rumah

    sakit.

    3. 

    Pasien yang membutuhkan tatalaksana emergency (segera) yang berhubungan

    dengan kelangsungan hidup pasien.

    4.  Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang

    aman.

    5.  Restraint atau isolasi digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restriktif

    tidak berhasil / tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari

    ancaman bahaya.

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    5/11

     

    2

    2.2. JENIS RESTRAINT.

    1.  PembatasanFisik.

    a.  Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien, atau mencegah

     pergerakan pasien. 

     b. 

    Pemegangan fisik : dengan tujuan untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik / test

    rutin, namun pasien berhak untuk menolak prosedur ini. 

    c.  Memegangi pasien dengan tujuan untuk membatasi pergerakan pasien dan

     berlawanan dengan keinginan pasien termasuk suatu bentuk restraint. 

    d.  Pemegangan pasien secara paksa saat melakukan prosedur pemberian obat

    (melawan keinginan pasien) dianggap suatu restraint. 

    e.  Pada beberapa keadaan, dimana pasien setuju untuk menjalani prosedur /

    medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri / tenang untuk disuntik / menjalani

     prosedur, staf boleh memegangi pasien dengan tujuan prosedur / pemberian

    medikasi berjalan dengan lancar dan aman. Hal ini bukan merupakan restraint .

    f.  Pemegangan pasien, biasanya anak / bayi, dengan tujuan untuk menenangkan /

    memberI kenyamanan kepada pasien tidak dianggap sebagai suatu restraint. 

    2.  Pembatasanmekanis

    a.  Melibatkan penggunaan suatu alat. 

    b. 

    Misalnya: 

    Peralatan sehari hari : penggunaan pembatas di sisi kiri dan kanan tempat tidur

    (bedrails ) untuk mencegah pasien jatuh / turun dari tempat tidur. 

      Penggunaan side rails untuk melindungi pasien dari risiko jatuh, hal ini tidak

    dianggap sebagai restraint.

      Penggunaan side rails pada pasien kejang untuk mencagah pasien jatuh /

    cedera tidak dianggap sebagai restraint.

    3. 

    Surveilans teknologi. 

    Teknologi yang digunakan dapat berupa: gelang pengenal, cctv.

    4.  Pembatasan kimia. 

    a.  Melibatkan penggunaan obat-obatan untuk membatasi pasien.

     b.  Obat-obatan dianggap sebagai suatu restraint hanya jika penggunaan obat-obatan

    tersebut tidak sesuai dengan standart terapi pasien dan penggunaan obat-obatan

    ini hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku pasien / membatasi kebebasan

     bergerak pasien.

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    6/11

     

    3

    c. 

    Pemberian obat-obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien tidak dianggap

    sebagai restraint. Misalnya obat-obatan psikotik untuk pasien psikiatri, obat

    sedasi untuk pasien dengan insomnia, obat anti ansietas untuk pasien dengan

    gangguan cemas, atau analgesic untuk mengatasi nyeri.

    d. 

    Tidakdiperbolehkan menggunakan“ pembatasan kimia “ ( obat sebagai restraint )

    untuk tujuan kenyamanan staf, untuk mendisiplinkan pasien, atau sebagai metode

    untuk balas dendam.

    e. 

    Efek samping penggunaan obat haruslah dipantau secara rutin dan ketat

    5.  Pembatasan psikologis. 

    Meliputi:

    a.  Pemberitahuan secara konstan / terus menerus kepada pasien mengenai hal

    yang tidak boleh dilakukan / memberitahukan bahwa pasien tidak

    diperbolehkan melakukan hal yang mereka inginkan Karena tindakan

    tersebut berbahya

     b. 

    Pembatasan benda / peralatan milik pasien seperti: alat bantu jalan pasien,

    kacamata, pakaian sehari-hari, atau mewajibkan pasien menggunakan baju

    rumah sakit dengan tujuan mencegah pasien untuk kabur / keluar.

    Berikutadalahbeberapacontohperbandinganantara restraint danbukan restraint.

     No. Contoh kasus Restraint / bukan

    1. Saat dirawat di rumah sakit karena

     penyakit jantungnya, pasien

    tersebut mengalami hipertensi

    emergency. Sebagai bagian dari

    terapinya, pasien disedasi berat

    dan dirawat di ICU.

     Bukan restrain karena sedasi tersebut

    diberikan untuk mengobati penyakitnya,

     bukan untuk mengontrol / membatasi

     perilakunya.

    2. Saat dirawat di rumah sakitkarena

     penyakit jantung, pasien juga

    diketahui mengidap demensia dan

    sering berkeliaran di RS. Setelah

    2 malam kurangtidur, kaki pasien

    mengalami edema yang cukup

     Dapatdianggapsebagai

    restraint karenasedasidiberikanuntukmen

    gontrolperilakupasien

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    7/11

     

    4

    luas dan terdapat kekhawatiran

     bahwa pergerakan konstan

    tersebut dapat mengeksaserbasi

     penyakit jantungnya sehingga

     pasien diberi sedasi.

    3. Pasien geriatric dirawat dipanti

     jompo dan mengalami susah tidur.

    Pasien sering berkeliaran di

    rumah untuk mencari istrinya.

    Staf meminta dokter untuk

    memberikan sedasi

    Sedasi dapat didefinisikan sebagai

    restraint karena ditujukan untuk

    mengontrol perilaku pasien

    4. Pasien geriatric dengan riwayat

    stroke berulang butuh bantuan

    untuk turun dari tempat tidur dan

    melakukan aktifitas sehari-hari.

    Pasien juga tidak mampu untuk

    mengkomunikasikan

    kebutuhannya. Pasien gelisah saat

    malam ,mengalami spasme otot,

    dan berisiko jatuh dari tempat

    tidur. Perawat memutuskan untuk

    menggunakan bedrails untuk

    mengurangi resiko jatuh.

     Bukan restraint karena bedrails tidak

    mengontrol perilaku pasien atau

    mencegah pasien untuk melakukan

    sesuatu yang diinginkan.

    5. Pasien geriatric yang dirawat di

    rumah sakit setelah mengalami

    fraktur panggul. Pasien tidak

    stabil saat bergerak dan sering

    lupa menggunakan alat bantu

     jalannya. Keluarga sangat

    khawatir terjadi fraktur panggul

     berulang dan meminta perawat

    untuk menggunakan bedrails

    untuk mencegah pasien turun

    Dapat dianggap restraint karena

    mencegah keinginan pasien untuk turun

    dari tempat tidur.

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    8/11

     

    5

    sendirian daritempat tidur di

    malam hari.

    III. 

    TATA LAKSANA.1.  Yang berwenang membuat keputusan mengenai penggunaan restrain adalah DPJP

    1)  Pengaplikasian restrain dilakukan berdasarkan instruksi dari DPJP.

    2)  Jika DPJP tidak hadir saat dibutuhkan instruksi, maka tanggung jawab

    didelegasikan pada dokter jaga. Dokter yang menerima delegasi nantinya

    akan mengkonsulkan pasien kepada DPJP via telepon

    2. 

    Pengaplikasian restrain harus berdasarkan penilaian kebutuhan pasien, kondisi

    medis serta riwayat penyakit dan intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan

    kebutuhan dan kepentingan pasien.

    3.  Restrain digunakan sebagai cara/ alternatif terakhir jika metode restriktif lainnya

    tidak berhasil / tidak efektif untuk memastikan keselamatan pasien, staf, atau

    orang lain.

    4.  Instruksi penggunaan restrain tidak boleh digunakan instruksi pro re nata ( jika

     perlu )

    1)  Setiap episode penggunaan restrain harus dinilai dan dievaluasi serta

     berdasarkan instruksi dokter.

    2)  Jika pasien sudah terbebas dari penggunaan restrain dan kemudian

    menunjukkan perilaku yang membahayakan dan hanya dapat diatasi oleh

    re-aplikasi restrain, diperlukan instruksi baru untuk melakukan re-aplikasi.

    3)  Staf tidak boleh memberhentikan penggunaan restrain dan kemudian me-

    reaplikasikannya kembali di bawah instruksi yang sebelumnya.

    5.  Pengecualian :

    1) 

    Penggunaan side rails yang diindikasikan harus tercatat di rekam medis

     pasien

    2)  Pada pasien dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri penggunaan

    restrain untuk mencegah cedera/bahaya pada diri sendiri.

    3)  Perilaku yang berbahaya dibuat berdasarkan penilaian oleh dokter.

    6.  Penggunaan restrain yang bertujuan untuk manajemen perilaku destruktif/

    membahayakan harus dievaluasi setiap :

    1) 

    4 jam untuk dewasa ≥ 18 tahun ke atas 

    2) 

    2 jam untuk anak dan remaja usia 9 –  17 tahun

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    9/11

     

    6

    3) 

    1 jam untuk anak ˂ 9 tahun 

    7.  Batasan evaluasi di atas tidak berlaku untuk manajemen perilaku non destruktif

    8.  Aplikasi restrain pada pasien dengan perilaku destruktif

    1)  Dievaluasi langsung 1 jam setelah instruksi restrain oleh dokter yang

     bertugas atau perawat jaga dan dicatat dalam rekam medis pasien.

    2)  Evaluasi meliputi :

    a.  Temuan terbaru mengenai kondisi pasien

     b. 

    Respon pasien terhadap restrain

    c.  Hasil evaluasi pasien

    d.  Perlu tidaknya untuk menghentikan/melanjutkan tindakan restrain.

    9.  Penggunaan restrain harus dipantau secara berkala dan jika kondisi

    membahayakan sudah teratasi segera hentikan penggunaan restrain.

    10. Batas waktu penggunaan restrain maksimal 24 jam dan jika batas waktu restrain

    hampir berakhir, perawat harus segera melaporkan kondisi klinis pasien

     berdasarkan asesmen dan evaluasi terkini, serta menanyakan apakah instruksi

    restrain perlu dilanjutkan atau tidak.

    11. Prosedur observasi sebelum dan setelah aplikasi restrain

    1)  Singkirkan semua benda yang berpotensi membahayakan, sebelum

    aplikasi restrain

    2)  Inspeksi keamanan tempat tidur, tempat duduk dan peralatan yang akan

    digunakan selama proses restrain.

    3)  Jelaskan alasan penggunaan restrain

    4)  Observasi pasien setelah aplikasi restrain

    5)  Penuhi kebutuhan pasien seperti : makan, minum, mandi dan toileting

    6)  Lakukan pemantauan secara berkala meliputi : tanda vital, posisi tubuh

     pasien, keamanan restrain dan kenyamanan pasien

    7)  Catat dan laporkan perubahan perilaku pasien pada DPJP.

    IV.  DOKUMENTASI. 

    Dokumentasi meliputi :

    1.  Kondisi pasien

    2.  Perilaku pasien

    3. 

    Alasan dan jenis penggunaan restrain

    4.  Respon pasien terhadap intervensi restrain.

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    10/11

     

    7

    5. 

    Evaluasi perilaku dan kondisi pasien setelah aplikasi restrain

  • 8/18/2019 Panduan Restrain 2014

    11/11

     

    8

    REFERENSI

    R oyal College of Nursing. Let’s talk about restraint: rights, risk and responsibility.

    London: Royal College of Nursing; 2008.

    Guidelines for restrain or seclusion. 2012

    Irish Nurses Organisation. Guidelines on the use of restrain in the care of older

     person. Dublin; Irish Nurses Organisation; 2003.

     Nurses Board South Australia. Restrain; guideline for nurses and midwives in South

    Australia, 2008.

    Sower WP,Wharton E, Weaver A, Restraints, seclusion and patient right standar for

    hospital under the Medicare/Medicaid program.

     National Council for Community Behavioral Healthcare. Policy resources; restraints

    and seclusion –  rules chart. CMS revised rules (key provisions) 2012.

    Anohar R. Manual of operation restraints policy, 2008.

    South Eastern Sundey Illawarra. Restraints policy –  use of (adult patient) 2006.

    Joint Commision standars on restraint and seclusion / nonviolent crisis intervention training

     program. Nonviolent crisis intervention; a CPI specialized offering. 2009.

    Hilo Medical center. Restraint / seclucion / physician / order sheet patient care plan. 2009.