nasihat bagi penuntut ilmu

Upload: rafi-abbad

Post on 17-Jul-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nasihat Bagi Penuntut IlmuOleh

Ustadz Yazid bin Abdul Qadir JawasDisampaikan di salah satu dauroh 3 hari di Qatar 27-30 Januari 2010 H / 23-26 Safar 1423 H

www.assunnah-qatar.com

Beberapa faedah dari salah satu dauroh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas di Qatar. Beliau memberikan beberapa poin penting berupa nasihat dari para ulama Ahlussunnah yang harus diperhatikan oleh para penuntut ilmu: 1. Ikhlas Kita diperintahkan untuk ikhlas kepada Alloh subhanahu wataaala dalam segala hal; dalam menuntut ilmu, dalam beribadah, dalam bekerja, dalam berdakwah dan dalam aktifitas lainnya, agar amal kita diterima oleh Alloh subhanahu wataaala. Firman Alloh azza wajalla dalam surat Al-bayyinah:5

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus

1|Halaman

Ikhlas merupakan asas amal, seluruh amal yg dilakukan tanpa keikhlasan tidak akan diterima oleh Alloh subhanahu wataaala. Dan Allah subhanahu wataaala menuntut kemurnian dalam penyembahan, fabudillaha mukhlishan lahudin Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.(QS 39: 2). Maka ketika Al-Fudhail bin Iyadh menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla:

untuk menguji siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. (QS. Al-Mulk: 2) Beliau berkata, Yakni, yang paling ikhlas dan paling benar. Sesungguhnya amal itu apabila ikhlas tapi tidak benar maka tidak akan diterima; dan apabila benar tetapi tidak ikhlas juga tidak akan diterima. Jadi harus ikhlas dan benar.2|Halaman

Suatu amalan dikatakan ikhlas apabila dilakukan karena Allah, dan yang benar itu apabila sesuai Sunnah Rasulullah sholallohualaihi wasallam. (Kitab Jami Al Ulum wa Al Hikam I/36). Ikhlas ini mahal dan berat, makanya para sahabat dahulu berusaha bagaimana supaya ikhlas. Maka sebagaimana perkataan Imam Ats-sauri :tidak ada yang lebih sulit bagi diriku kecuali niatku (mengikhlaskan niat). Kalaulah imam yang besar seperti imam ats-sauri mengeluh atas susahnya ikhlas lalu bagaimana dengan kita-kita yang awam? Sampai menuntut ilmu saja kalau tidak karena mengharapkan ganjaran Alloh azzawajalla, tidak akan mencium bau surga sebagaimana hadits dari Abu Hurairoh Rasulullah sholallohualaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa yang menuntut ilmu yang seharusnya hanya ditujukan untuk mencari wajah Allah 'Azza wa Jalla tetapi dia justru berniat untuk meraih bagian kehidupan dunia maka dia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat" (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dishahihkan oleh Al-Hakim)

3|Halaman

Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah? Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya kecuali jika ia bertaubat darinya, Allah berfirman yang artinya, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa : 48) Imam Adzahabi dalam kitabnya Kitab Siyar A'lam AnNubala (Perjalanan Hidup Orang-orang Mulia) menceritakan Seorang yang alim yang mengatakan 4|Halaman

aku belum pernah mengatakan aku menuntut ilmu ini semata-mata karena Alloh, karena takutnya akan jatuh ria. Dan beliau Azahabi berkomentar Wallohi wala anaa. Demi Alloh, aku pun juga demikian Hal ini menggambarkan akan beratnya para ulama berusaha untuk berbuat ikhlas. Dalam Hadits Qudsi :

: : . () ( ( Diriwayatkan dari Abi Hurairah radiyallohuanhu, beliau berkata, Telah bersabda Rasulullah Sholallohualaihi wasallam, Telah berfirman Allah tabaraka wa taala (Yang Maha Suci dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Paling tidak membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku dalam amalan itu(*), maka Aku meninggalkannya dan sekutunya5|Halaman

Diriwayatkan oleh Muslim (dan begitu juga oleh Ibnu Majah)*). Adalah juga termasuk syirik jika seseorang beramal dengan amalan disamping ditujukan kepada Allah SWT juga ditujukan kepada yang selain-Nya.

Maka Ikhlas merupakan asas dalam beramal. Seorang hamba akan terus berusaha untuk melawan iblis dan bala tentaranya hingga ia bertemu dengan Sang Khalik kelak dalam keadaan iman dan mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal tersebut adalah dengan banyak berdoa. Lihatlah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa:

Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima. (HR Ibnu As-Sunni dalam Amalul Yaum6|Halaman

wal Lailah, no. 54, dan Ibnu Majah n0. 925. Isnadnya hasan menurut Abdul Qadir dan Syuaib al-Arnauth dalam taqiq Zad Al-Maad 2/375). Dzikir ini dibaca setiap selesai sholat subuh. 2. Terus Menuntut Ilmu dan bersungguhsungguh Rasulullah bersabda Shallallahu alaihi wa sallam:

Artinya : mencari ilmu wajib hukumnya atas setiap muslim (HR: Ibnu Majah I/81). (Penafsiran hadits inimengindikasikan seorang muslimah pun wajib).

Kita ini masih tholabul ilmi, masih ribuan kitab yang belum kita baca tetapi kita disibukan oleh banyak kegiatan. Semakin banyak kita belajar, maka kita akan merasa semakin bodoh. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam sarahnya di Riyadhussalihin menjelaskan sebuah hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi (diantaranya : hadits Abdullah bin Amru bin Al-Ash bawasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.7|Halaman

Artinya : Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakan lagi Kata-kata fulan adalah kata kinayah tentang seorang manusia (seorang lelaki). Sedangkan perempuan dikatakan fulanah, dan kata fulan dalam hadits ini bisa terjadi adalah perkataan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak menyebutkan namanya kepada Abdullah bin Amru untuk menutupi keadaannya, karena maksud dari perkara itu tanpa pelakunya, dan mungkin juga Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan nama lelaki itu tetapi disamarkan namanya oleh Abdullah bin Amru. Dari dua kemungkinan diatas, inti dan pokoknya adalah amal. Dan perkaranya adalah seorang lelaki, dahulunya mengerjakan shalat malam, lalu setelah itu tidak menjaganya (mengekalkannya), padahal mengerjakan shalat malam hukum pokoknya adalah sunnah, kalaulah manusia tidak melakukannya maka tidaklah ia dicela, dan tidak dikatakan kepadanya : Mengapa kamu tidak mengerjakan shalat malam?. Karena shalat malam adalah sunnah, akan tetapi8|Halaman

keadaannya yang mana ia mengerjakan shalat malam lalu tidak mengerjakannya, inilah keadaan yang menyebabkan ia dicela. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaa : Janganlah kamu seperti si fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakannya lagi. Hal yang lain, dan ini merupakan yang terpenting, hendaknya seseorang memulai untuk menuntut ilmu syari, tatkala Allah membukakan baginya kenikmatan ia tinggalkan amalnya (menuntut ilmu syari), maka sesungguhnya hal ini adalah kufur terhadap nikmat yang Allah berikan padanya. Maka jika engkau memulai menuntut ilmu teruslah menuntut ilmu kecuali sesuatu yang sangat darurat menyibukanmu, dan kalau tidak ada penghalang maka teruslah menuntut ilmu. Jangan Menganggap diri kita alim. Contohlah para sahabat yang langsung menimba ilmu dari Nabi shalallohualaihi wasallam. Sepeninggal Rasulullah, mereka terus belajar menimba ilmu dari sahabat lain yang lebih alim seperti Abu Hurariroh dan Abdullah bin Masud. Ingatlah! Berdirinya para sahabat sesaat lebih baik dari pada amal kita selama 40 tahun.9|Halaman

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : " Ibnu Abbas berkata : 'Janganlah kalian mencaci maki atau menghina para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sesungguhnya kedudukan salah seorang dari mereka bersama Rasulullah sesaat itu lebih baik dari amal seorang dari kalian selama 40 (empat puluh) tahun". (Hadits Riwayat Ibnu Batthah dengan sanad yang shahih) Mereka pun tidak berani berfatwa hingga memberikannya kepada siapa yang lebih alim. Seperti terjadi pada zaman Abdullah ibnu Masud di Kuffah, ketika orang-orang berkumpul di masjid membuat halaqoh dzikir bersama dan datang Abu Musa Alasary. Maka Abu Musa tidak langsung berfatwa, tetapi mendatangi Ibnu Masud yang lebih alim. Hingga Ibnu Masud menanyakan Apa yang kalian lakukan? mereka menjawab kami hanya berdzikir ya Ibnu Masud dengan batu kerikil, maka seketika beliau menjawab Hitunglah kesalahan kamu!, karena ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah dan sahabat masih hidup, kenapa kalian tidak mencontoh sahabat? Dan mereka pun menjawab Kami hanya melakukan yang baik-baik saja. Ibnu Masud menjawab: betapa

10 | H a l a m a n

banyak orang-orang yang niatnya baik, tetapi tidak sesuai dengan contoh dari Rasul. Hikmah yang dapat diambil dari sepenggal kisah di atas adalah: 1. Kita tidak boleh memberikan fatwa sekehendak kita tanpa ilmu. 2. Adab Salafusshalih selalu memberikannya kepada yang lebih berilmu. 3. Bahwasanya parameter ibadah bukan dari nilai sisi baiknya, tetapi harus sesuai contoh Rasulullah. 4. Teruslah menuntut ilmu sampai ajal menjemput kita, tidak boleh merasa alim. Isilah waktu kita dengan membaca dan menuntut ilmu, siapkan bekal dan waktu khusus untuk mendatangi ulama. Kesungguhan dan berusaha dalam memahami ilmu. Kesungguhan merupakan syarat mutlak seorang penuntut ilmu.Kalo kita tidak sungguh-sungguh kita tidak akan mendapatkan apa-apa.11 | H a l a m a n

Hal yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu adalah ilmu dan pemahaman. Nikmat yang terbesar yang kita peroleh setelah nikmat Islam adalah nikmat ilmu dan pemahaman. Alloh azzawajalla Nisa:113: berfirman dalam surat An-

Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu. Ibnul Qayyim dalam Miftah Darussaadah mengatakan bahwa nikmat ilmu adalah nikmat yang paling besar, sebab ilmu itu adalah nur, cahaya dan hidayah. Yang dapat menjauhkan kita dari syirik, bidah dan maksiyat. Maka siapa yang mendapat ilmu, berarti dia telah mendapatkan hidayah. Setelah berilmu, kita harus paham. Ibnul qayyim dalam kitabnya Ilamul Muwaqiin menyebutkan bahwa nikmat pemahaman adalah nikmat yang paling besar, betapa banyak orang yang menuntut ilmu tetapi tidak pernah paham. Jika seorang telah paham akan ilmunya, pertanda bahwa Alloh azzawajalla telah menghendaki12 | H a l a m a n

kebaikan bagi dia. Sebagaimana Disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim hadits dari Muawiyah radhiallahuanhu yang berkata, aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya paham dalam agamanya (HR. Bukhari dan Muslim) Ini menunjukkan, bahwa barangsiapa tidak dikondisikan Allah Taala mengerti agama, maka Allah tidak menghendaki kebaikan padanya, barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah maka Dia membuatnya memahami agama. Tapi, jika yang dimaksud dengan pemahaman adalah ilmu semata, itu tidak menunjukkan bahwa orang yang telah memahami agama berarti telah dikehendaki baik oleh Allah, karena pemahaman menuntut munculnya keinginan untuk berbuat baik (Buah Ilmu, Ibnul Qoyyim AlJauziyyah). Berkata Al Imam Asy Syafii rahimahullahu dalam sebuah syairnya:

13 | H a l a m a n

Wahai saudaraku, kalian tidak akan mungkin mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara, saya akan kabarkan dengan terperinci beserta penjelasannya: Kepintaran, semangat, kesungguhan, kecukupan materi (ada uang untuk membeli kitab atau sarana belajar walaupun sedikit), dengan guru, dan panjangnya masa dalam menuntut ilmu." Manusia memiliki segala keterbatasan, karena itu Rasulullah shalallohualaihi wasallam menyuruh kita untuk mencatat ilmu yang didapat: ikatlah ilmu dengan tulisan(Imam Ibnu 'Abdil-Barr di dalam kitabnya Jami' Bayan al-'Ilmi wa Fadhlihi). Hal ini juga merupakan adab bagi seorang pemuntut ilmu, selain juga harus tenang, memperhatikan dan berusaha memahami apa yang disampaikan guru. Selain itu kita harus berguru kepada orang-orang yang tahu benar akan pemahaman Al-Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman Salaful ummah. Imam Abdullah bin Al-Mubarak meriwayatkan dengan sanadnya dari Abi Umayyah Al-Jamhi Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

14 | H a l a m a n

Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat itu ada tiga, salah satunya ialah akan dituntutnya ilmu dari Al-Ashaghir (orang-orang kecil) [Kitab Az-Zuhud karya Ibnul Mubarak, halaman 20-21, hadits no. 61 dengan tahqiq Habibur Rahman Al-Azhami, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, AlAlbani berkata, Sahih. Periksa : Shahih Al-JamiushShaghir 2 : 243, hadits no. 2203. Dan Al-Hafizd Ibnu Hajar menjadikannya syahid dalam Fathul Bari 1/ 143] Imam Abdullah bin Al-Mubarak ditanya tentang AlAshagir (orang-orang kecil) itu, lalu beliau menjawab, Yaitu orang-orang yang berkata menurut pendapatnya sendiri saja (tanpa mengacu pada Kitabullah dan Sunnah Rasul), adapun anak muda yang orang-orang tua meriwayatkan darinya bukanlah yang dimaksud dengan shagir (kecil). Dan beliau berkata juga Ilmu datang kepada mereka dari orang-orang kecil (rendah) mereka, yakni ahli bidah. [Hasyiyah Kitab AzZuhud, hal.31, dengan tahqiq dan taliq Habibur Rahman Al-Azhami] Muhammad Ibnu sirin rahimahullah mengatakan Ilmu ini adalah agama, maka hendaklah kamu lihat kepada siapa kamu belajar. Islam ini agama rahmah, jangan

15 | H a l a m a n

berlebih-lebihan hendaklah saling menasihati di antara penuntut ilmu dengan cara yang lemah lembut. Menuntut ilmu syari merupakan barometer ketaqwaan kita kepada Alloh azzawajalla, semakin banyak ilmu maka semakin takut dia kepada Alloh. Alloh taaala berfirman:

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (Fatir:28) Maka dari itu, marilah kita menjadi seorang ulama yang dengannya menjadikan kita semakin bertaqwa dan semakin takut akan adzab Alloh azzawajalla. Imam Ahmad bin hambal mengatakan ilmu itu adalah takut kepada Alloh. 3. Beramal sholeh Ilmu adalah imamul amal. Maka setelah orang berilmu, dia harus mengamalkan ilmunya. Seseorang akan16 | H a l a m a n

masuk surga karena amalnya, bukan ilmunya. Maka, meskipun seseorang ilmunya banyak tetapi tidak mengamalkan ilmunya maka tidak akan bermanfaat bagi dirinya. Alloh azzawajalla berfirman: Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan. (QS. Al-Araf [7] : 43. Ayat semisal terdapat juga dalam QS. Az-Zukhruf [43] : 72) Abdullah bin Masud: Belajarlah kalian, belajarlah kalian kalo sudah berilmu, kalian amalkan. Sehingga seorang yang berilmu akan semakin tambah baik akhlaknya, semakin berbakti kepada orang tuanya dan semakin lembut hatinya. Untuk melembutkan hatinya harus dengan amal dengan syarat benar dan ikhlas. Fastabiqul khoirat berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan. Imam muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

17 | H a l a m a n

Bersegeralah melakukan amal shalih sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pagi-pagi seseorang masih beriman, tetapi pada sore harinya sudah menjadi kafir; dan pada sore hari seseorang masih beriman, kemudian pada pagi harinya sudah menjadi kafir. Dia menjual agamanya untuk memperoleh kekayaan dunia. (Shahih Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Al-Hatstsi Ala Al-Mubadaroh Bi Al-A mal Qabla TahzaahurAl-Fitan 2:133). Jangan bangga dengan amal kita, karena kita tidak tahu apakah akan diterima amal kita atau tidak. Cukup berusaha untuk selalu beramal dan berdoa agar amal kita diterima. Syaikh Abdurrahman bin nasir as saadi dalam tafsirnya Taysir Karimurahman fi Tafsir KalamulMannan ketika menafsirkan surat Al-Fath ayat 28: Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkanNya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.18 | H a l a m a n

Menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-huda (petunjuk) adalah ilmu yang bermanfaat dan waddinil hak (agama yang hak) adalah amal sholeh. Artinya izzahnya Islam hanya dengan ilmu dan amal sholeh. 4. Berpegang teguh kepada Al-Quran aala fahmissalafilummah. Nabi shallallahu 'alahi wa sallam pernah bersabda : Artinya : Sesungguhnya barangsiapa yang hidup diantara kalian akan melihat perselisihan yang banyak maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa' rasyidin setelahku, pegang dan gigit dengan gigi-gigi geraham. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4607), Tirmidzi (2676), dan Ahmad 4/126-127 dan Ibnu Majah(43,44)) Sungguh para Shahabat telah melihat perselisihan tersebut dan tidaklah mereka itu selamat melainkan karena berpegang teguh dengan kaidah-kaidah yang diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam dan Khulafa rasyidin setelahnya.

19 | H a l a m a n

Maka seruan sebagian orang -yang belum pahamuntuk meninggalkan manhaj para sahabat dengan alasan sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan jaman yang ada, atau dengan alasan mereka sudah tinggal kenangan saja, sungguh merupakan penghinaan kepada al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Tidakkah kita ingat bagaimana pembelaan Allah kepada para sahabat ketika orangorang munafik mengatakan bahwa mereka para sahabat- adalah orang-orang yang dungu [?!]. Allah taala berfirman (yang artinya), Apabila dikatakan kepada mereka (orang munafik), Berimanlah sebagaimana orang-orang itu para sahabatberiman. Maka mereka menjawab, Akankah kami beriman sebagaimana orang-orang dungu itu beriman? Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah orang munafik- orang-orang yang dungu (QS. alBaqarah: 13). Para penuntut ilmu sekalian semoga Allah meneguhkan kaki kita di atas kebenaransesungguhnya mengikuti jalan hidup para sahabat adalah perjuangan yang akan selalu digembosi oleh musuh-musuh Sunnah. Mereka tahu bahwa apabila kaum muslimin kembali kepada pemahaman para sahabat maka makar mereka untuk memporak20 | H a l a m a n

porandakan barisan kaum muslimin akan menjadi siasia. Tidakkah kita ingat ucapan emas dari Imam Malik rahimahullah, Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan sesuatu yang memperbaiki generasi awalnya. Mereka musuh-musuh Sunnah- sangat takut apabila kaum muslimin kembali kepada Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan Sunnah para sahabatnya. Harus ada kitab rujukan sebagai pegangan kita dalam melangkah, banyak ulama salaf yang telah menulisnya antara lain syarah usul Itiqod ahlussunnah waljamaah karya Al-Lalika`i, Al-Ibanah, aqidah thohawiyah, Syarhus Sunnah karya Imam al-Barbahary Rahimahullah dan banyak lagi kitab lainnya. Berdakwah harus dilandasi dengan ilmu. Kita tidak boleh mengajarkan ilmu, sebelum kita paham betul akan prinsip-prinsip dasar aqidah ahlussunnah waljamaah. Kalo tidak, maka kejelekannya akan lebih banyak dari pada kebaikannya. Alloh azzawajalla berfirman: "Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah21 | H a l a m a n

dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S, Yusuf : 108)". Manhaj salaf merupakan manhaj yang haq, kalo ada individu-individu yang salah maka jangan salahkan Manhaj Salafnya, tetapi individunya, karena tidak ada manusia yang sempurna. Hatta, para sahabat pun ada yang salah. Tugas kita hanyalah saling mengingatkan dengan cara yang baik. Jika mereka berpaling maka orang-orang yang menyimpang dari manhaj salaf akan dibiarkan leluasa dalam kesesatannya. Alloh azzawajalla berfirman: Allah Taala berfirman, Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukakan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An-Nissa: 115).

22 | H a l a m a n

Al Imam Ibnu Abi Jamrah Al Andalusi berkata: Para ulama telah menjelaskan tentang makna firman Allah (di atas): Sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang mukmin disini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan generasi pertama dari umat ini, karena mereka merupakan orang-orang yang menyambut syariat ini dengan jiwa yang bersih. Mereka telah menanyakan segala apa yang tidak dipahami (darinya) dengan sebaik-baik pertanyaan, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun telah menjawabnya dengan jawaban terbaik. Beliau terangkan dengan keterangan yang sempurna. Dan mereka pun mendengarkan (jawaban dan keterangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersebut, memahaminya, mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, menghafalkannya, dan menyampaikannya dengan penuh kejujuran. Mereka benar-benar mempunyai keutamaan yang agung atas kita. Yang mana melalui merekalah hubungan kita bisa tersambungkan dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, juga dengan Allah Ta'ala. (Al Marqat fii Nahjissalaf Sabilun Najah hal. 36-37)

23 | H a l a m a n

5. Berakhlak dengan Akhlak yang Mulia. Islam adalah agama yang mengajarkan Ilmu, amal dan Akhlak. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda melalui sahabat Abu Huroiroh rodhiyallahu anhu,

( ) Sesungguhnya aku (Nabi shollallahu alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak) (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod no. 273, dan lainnya, beliau rohimahullah mengatakan hadits ini shohih sebagaimana syarat Muslim dan disetujui oleh Adz Dzahabiy, hadist ini dimasukkan oleh Al Albaniy rohimahullah dalam Ash Shohihah no. 45, Syaikh Salim Al Hilaliy hafidzahullah setelah mentakhrij hadits ini dalam kitab beliau Manhajul Anbinya fi Tazkyatin Nafusi hal. 22-23 menyimpulkan hadits ini sanadnya shohih dengan syawahid.) Akhlak mempunyai kedudukan yg tinggi dalam Islam, hingga orang yang paling banyak dimasukkan ke24 | H a l a m a n

dalam surga disebabkan oleh dua hal, yaitu Taqwa kepada Alloh azza wajalla dan akhlak yang mulia. Sedangkan yang paling banyak masuk ke dalam neraka disebabkan dua hal yaitu mulut dan kemaluan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga adalah ketaqwaan kepada Allah swt dan akhlak yang baik, sementara yang paling banyak menyebabkan manusia masuk neraka adalah mulut dan kemaluan. (hadits hasan, diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, lihat: Silsilah Hadits Shahih, hadits no. 977) Akhlak juga menjadikan timbangan amal kita di akhirat menjadi berat, maka sungguh beruntung orang yang dikaruniai akhlak yang baik. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

" ". Tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat nanti25 | H a l a m a n

daripada akhlak yang mulia. Sesungguhnya Allah sungguh membenci orang yang berkata kotor lagi jahat. (Shahih, diriwayatkan oleh Imam At-Tirmdzi (4/2002) dan dishahihkan oleh Syeikh Al Albany dalam kitab Shahiih Al Jaami no. 5632 dari Abu Darda radiallahu 'anhu.) Akhlak secara istilah berarti: Tatacara pergaulan seorang hamba terhadap Allah Subhanahu wa Taala dan para manusia lainnya. Berakhlak Mulia Terhadap Allah Subhanahu wa Taala Yang dimaksud dengan berakhlak mulia terhadap Allah Subhanahu wa Taala adalah berserah diri hanya kepada-Nya, bersabar, ridho terhadap hukum-Nya baik dalam masalah syariat maupun takdir, dan tidak berkeluh kesah terhadap hukum syariat dan takdir-Nya. Berakhlak Mulia Terhadap Para Manusia Yang dimaksud dengan berakhlak mulia terhadap para manusia adalah tidak menyakiti mereka dengan lisan dan anggota badan, tersenyum di hadapan mereka, menahan amarah, sabar terhadap gangguan mereka, rendah hati, jujur, amanah, dan lain sebagainya26 | H a l a m a n

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memerintahkan kita untuk bergaul dengan manusia dengan akhlak yang mulia, beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada! Iringilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya dia akan menghapuskannya! Pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia! (Hasan, diriwayatkan oleh Imam At-Tirmdzi (4/1987) dan dihasankan oleh Syeikh Al Albany dalam kitab Shahiih Al Jaami no. 97 dari Abu Dzar radiallahu 'anhu.) Maka sebagai penuntut ilmu harus dapat dijadikan sebagai teladan dalam menerapkan akhlak yang mulia, terutama kepada orang tua, meskipun mereka jahil atau selalu berbuat bidah. Tidak akan bermanfaat jika seorang penuntut ilmu tidak baik akhlaknya terhadap orang tua. Demikian juga akhlak terhadap isterinya kemuliaan akhlak menunjukkan kesempurnaan iman. Rasulullah bersabda, Orang-orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik27 | H a l a m a n

" ".

akhlaknya, dan manusia yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya. (hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dan AtTirmidzi, lihat: Silsilah Hadits Shahih, hadits no. 284) Pergaulan yang baik juga bukan hanya sebatas hanya kepada keluarga dekat saja, tetapi juga kepada manusia lain secara umum, meskipun kepada orang kafir. Inilah kebaikan akhlak yang ada pada Islam. Milikilah Sifat Malu Selain hal tersebut di atas, kita juga harus berakhlak dengan memiliki sifat MALU. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu. [Shahh: HR.Ibnu Mjah (no. 4181) dan ath-Thabrni dalam al-Mujmush Shaghr (I/13-14) dari Shahabat Anas bin Malik. Lihat Silsilah al-Ahdts ash-Shahhah (no. 940)] Malu adalah perangai yang mencegah makhluk untuk berbuat maksiat kepada Alloh. Dan perangai yang mendorong orang untuk memenuhi hak manusia.28 | H a l a m a n

Dengnannya ia mampu mengontrol segala tindak tanduknya. Maka nabi adalah orang yang paling malu, lebih dari wanita yang dipingit. Ingatlah akan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam: Dari Abu Masd Uqbah bin Amr al-Anshr alBadri radhiyallhu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu. (Hadits ini shahh diriwayatkan oleh: Al-Bukhri (no. 3483, 3484, 6120) dan lainnya). 6. Saling menasihati dengan kebaikan, kebenaran kesabaran dan kasih saying. Nasihati seseorang dengan sabar dan sayang, karena orang yang menyayangi manusia akan disayang Alloh azzawajalla. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

29 | H a l a m a n

Siapa gerangan yang tidak menyayang maka dia tidak akan disayang.(HR. Bukhari) Siapa yang tidak menyayang apa yang ada di bumi maka dia tidak akan disayang oleh Siapa yang ada di langit (HR. Thabrani). Jadi, cara dan upaya yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kasih sayang yang hakiki adalah dengan mengeluarkan modal berupa menyayangi siapa pun yang ada di bumi ketika hidup. Hadis di atas memposisikan diri sebagai hukum sebab akibat. Artinya, ketika seseorang tidak memiliki dan tidak mengusahakan menyayang ketika di bumi, maka jangan berharap dirinya akan mendapatkan kasih sayang di kehidupan berikutnya. Sebaliknya, siapapun yang telah mengusahakan dan menabur benih kasih sayang ketika hdupnya di dunia, maka patut dia berharap mendapatkan kasih sayang yang sejati di akhirat kelak. 7. Sabar dalam segala hal. Sabar dalam menuntut ilmu, sabar dalam berdakwah, sabar dalam taat, sabar dalam menjauhi maksiat.

30 | H a l a m a n

Adanya celaan, tantangan dalam berdakwah semua harus diatasi dengan sabar bukan dengan membalas. Jangan terpengaruh dengan omongan orang. Allho taaala berfirman:

Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (Almuzammil:10) 8. Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya Jangan tertipu dengan dunia, manfaatkan waktu dengan amal sholeh. Masih banyak yang belum kita amalkan. Ingatlah Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab Shahih-nya, dan juga Imam Turmudzi di dalam Sunan-nya. Hadits itu diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallohuanhu. Redaksinya sebagai berikut: Dari Ibn Umar, ia berkata, Rasulullah Shallallahu

31 | H a l a m a n

Alaihi wa Sallam pernah memegang pundakku, dan bersabda: Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing, atau orang yang sedang melalui jalan, dan hitunglah dirimu sebagai bagian penghuni kubur .Ibn Umar pernah berkata, Jika engkau berada pada waktu sore hari maka janganlah engkau menunggu datangnya waktu pagi hari, dan jika berada pada waktu pagi hari maka janganlah engkau menunggu datangnya waktu sore hari. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum masa sakitmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu. Makna hadits secara umum adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan nasihat kepada Ibn Umar dan yang lainnya agar tidak percaya kepada dunia dan terbuai dengannya. Karena, dunia bukanlah tempat abadi. Melainkan tempat yang akan sirna. Dunia tidak ubahnya seperti sebuah tahap persiapan bagi manusia untuk berjumpa dengan Rabbnya. Yaitu pada hari di mana harta dan keturunan tidak mendatangkan manfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang tulus. Oleh karena itu Rasulullah mengatakan hal yang sama kepada Ibn Umar.32 | H a l a m a n

Sebagian ulama juga berkata, Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang yang asing yang hendak menunaikan keperluannya. Di mana setelah menyelesaikan keperluannya dia pun segera kembali ke kampung halamannya. Bahkan jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang sedang menyusuri suatu jalan, di mana tidak belama-lama menyusurinya, melainkan melaluinya hanya sekadar untuk sampai kepada tempat tujuan. Janganlah engkau lupa bahwa dirimu itu adalah mayat. Engkau tidak mengetahui kapan ajal itu menjemputmu. Dan tidaklah suatu diri mengetahui apa yang akan dihusahakannya esok hari, dan juga tidaklah suatu diri mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui. Oleh karena itu, hitunglah dirimu dalam barisan orang-orang yang mati. Maksud utama dari nasihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam itu adalah anjuran untuk bersegera mengerjakan amal-amal saleh dan ibadah-ibadah kepada Allah subhanahu wa taala, sebagai persiapan untuk hari akhirat. Karena, akhirat itulah yang merupakan tempat abadi. Oleh karena itu, di dalam al33 | H a l a m a n

Quran al-Kariim disebutkan, Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui . (QS.al-Ankabut: 64). Doha, 6 Februari 2011

34 | H a l a m a n