nanang triagung edi hermawan

10
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK KONSEP PENGA TURAN TINGKA T KLIERENS RADIONUKLIDA BAHAN PADA T ISSN 1410-6086 Nanang Triagung Edi Hermawan Staf Oirektorat Pengaturan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif - BAPETEN ABSTRAK KONSEP PENGATURAN TINGKAT KLIERENS RADIONUKLIDA BAHAN PADAT. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir telah berkembang mencakup berbagai bidang kegiatan pemanfaatan, mulai penelitian dan pengembangan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan industri. Setiap kegiatan disamping memberikan manfaat yang besar seringkali juga disertai timbulnya bahan residu atau limbah. Limbah radioaktif memerlukan pengelolaan demi terjaminnya perlindungan terhadap keselamatan pekerja, anggota masyarakat dan kelestarian fungsi lingkungan hid up. Hasil proses pengolahan limbah radioaktif pad a umumnya berupa suatu konsentrasi radionuklida yang telah terkungkung dalam suatu bahan matrik padat setelah melalui proses immobilisasi atau kondisioning. Beberapa jenis limbah radioaktif hasil olahan dengan umur paro pendek mengalami peluruhan untuk mencapai kestabilan secara lebih cepat. Proses peluruhan tersebut suatu saat akan mencapai suatu batasan nilai aman (tingkat klierens), sehingga dari sudut pandang proteksi radiasi tidak lagi membahayakan. Bahan sebagaimana tersebut di atas tidak lagi memerlukan pengawasan dan harus dibebaskan(diklierens) dari segal a bentuk ketentuan dan persyaratan terhadap kegiatan yang terkait dengan zat radioaktif. Adanya klierens terhadap bahan yang sudah aman tentunya akan meringankan tugas pengelolaan dan berujung pada penghematan biaya. Dengan demikian pengaturan mengenai tingkat klierens menjadi sangat penting sebagai suatu landasan hukum terhadap pelaksanaan teknis di lapangan. Kata Kunci: limbah radioaktif, klierens, tingkat klierens. ABSTRACT REGULATION CONCEPTS FOR CLEARANCE LEVEL OF RADIONUCLIDE IN SOLID MA TERIALS. Practices of nuclear energy have expanded in some fields such as researches and development, educations, agricultures, medicines and industries. Every practice beside give much benefit, could generate residue or waste. Radioactive waste needs management to ensure the safety of workers, member of the public, and for the eternal of environment. The product of radioactive waste management, in generally, is some containment of radionuclide concentration in solid matrix material after immobilization or conditioning process. Some kind of processed radioactive wastes with short half live then decay faster to stabile condition. The decay will reach clearance level in sometimes, so from the radiation protection views is harmless. This materials above didn't need control and must be cleared from all determinate and regulation aspects of radioactive material practices. There is clearance for harmless material off course will be simplify management task and efficiency of money. So the regulation about clearance levels will be important as law basic for technical practices infield. Keywords: radioactive waste, clearance, clearance level. PENDAHULUAN Pemanfaatan tenaga nuklir pada bidang penelitian dan pengembangan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan industri senantiasa berkembang dan semakin meluas. Selain manfaat penggunaan tenaga nuklir, pada setiap kegiatan pemanfaatan tersebut juga seringkali ditimbulkan bahan sisa, residu, atau Iimbah kegiatan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Sebagian dari bahan sisa tersebut dapat langsung dilepas secara bebas ke lingkungan hidup (badan air, tanah, danJatau udara) setelah memenuhi suatu nilai batasan peIepasan tertentu. Di sisi lain terdapat bahan residu yang hams dikelola sebagai limbah radioaktif. 36 Limbah radioaktif tersebut kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk kemudian diolah sendiri atau dikirimkan ke instalasi pengolahan limbah radioaktif. Limbah radioaktif yang memiliki laju paparan radiasi di bawah batasan tingkat aman(tingkat klierens) dapat dibebaskan dari pengawasan. Proses pembebasan suatu obyek pemanfaatan tenaga nuklir dari pengawasan oleh BAPETEN disebut sebagai proses klierens. Suatu obyek pengawasan atau bahan radionuklida yang telah diklierens tidak lagi terikat dengan ketentuan keselamatan, tidak lagi memerlukan izin, dan sudah bukan lagi menjadi obyek inspeksi dari badan pengawas.

Upload: dinhthuy

Post on 17-Jan-2017

247 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VIPusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

KONSEP PENGA TURAN TINGKA T KLIERENSRADIONUKLIDA BAHAN PADA T

ISSN 1410-6086

Nanang Triagung Edi HermawanStaf Oirektorat Pengaturan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif - BAPETEN

ABSTRAK

KONSEP PENGATURAN TINGKAT KLIERENS RADIONUKLIDA BAHAN PADAT.

Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir telah berkembang mencakup berbagai bidang kegiatan pemanfaatan,mulai penelitian dan pengembangan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan industri. Setiap kegiatandisamping memberikan manfaat yang besar seringkali juga disertai timbulnya bahan residu atau limbah.Limbah radioaktif memerlukan pengelolaan demi terjaminnya perlindungan terhadap keselamatan pekerja,anggota masyarakat dan kelestarian fungsi lingkungan hid up. Hasil proses pengolahan limbah radioaktif pad aumumnya berupa suatu konsentrasi radionuklida yang telah terkungkung dalam suatu bahan matrik padatsetelah melalui proses immobilisasi atau kondisioning. Beberapa jenis limbah radioaktif hasil olahan denganumur paro pendek mengalami peluruhan untuk mencapai kestabilan secara lebih cepat. Proses peluruhantersebut suatu saat akan mencapai suatu batasan nilai aman (tingkat klierens), sehingga dari sudut pandangproteksi radiasi tidak lagi membahayakan. Bahan sebagaimana tersebut di atas tidak lagi memerlukanpengawasan dan harus dibebaskan(diklierens) dari segal a bentuk ketentuan dan persyaratan terhadap kegiatanyang terkait dengan zat radioaktif. Adanya klierens terhadap bahan yang sudah aman tentunya akanmeringankan tugas pengelolaan dan berujung pada penghematan biaya. Dengan demikian pengaturanmengenai tingkat klierens menjadi sangat penting sebagai suatu landasan hukum terhadap pelaksanaan teknisdi lapangan.

Kata Kunci: limbah radioaktif, klierens, tingkat klierens.

ABSTRACT

REGULATION CONCEPTS FOR CLEARANCE LEVEL OF RADIONUCLIDE IN SOLID

MA TERIALS. Practices of nuclear energy have expanded in some fields such as researches anddevelopment, educations, agricultures, medicines and industries. Every practice beside give much benefit,could generate residue or waste. Radioactive waste needs management to ensure the safety of workers,member of the public, and for the eternal of environment. The product of radioactive waste management, in

generally, is some containment of radionuclide concentration in solid matrix material after immobilization orconditioning process. Some kind of processed radioactive wastes with short half live then decay faster tostabile condition. The decay will reach clearance level in sometimes, so from the radiation protection viewsis harmless. This materials above didn't need control and must be cleared from all determinate andregulation aspects of radioactive material practices. There is clearance for harmless material off course willbe simplify management task and efficiency of money. So the regulation about clearance levels will beimportant as law basic for technical practices infield.

Keywords: radioactive waste, clearance, clearance level.

PENDAHULUAN

Pemanfaatan tenaga nuklir pada bidangpenelitian dan pengembangan, pendidikan,pertanian, kesehatan, dan industri senantiasaberkembang dan semakin meluas. Selainmanfaat penggunaan tenaga nuklir, padasetiap kegiatan pemanfaatan tersebut jugaseringkali ditimbulkan bahan sisa, residu,atau Iimbah kegiatan yang tidak dapatdimanfaatkan lagi. Sebagian dari bahan sisatersebut dapat langsung dilepas secara bebaske lingkungan hidup (badan air, tanah,danJatau udara) setelah memenuhi suatunilai batasan peIepasan tertentu.

Di sisi lain terdapat bahan residu yanghams dikelola sebagai limbah radioaktif.

36

Limbah radioaktif tersebut kemudian

dikumpulkan dan dikelompokkan untukkemudian diolah sendiri atau dikirimkan ke

instalasi pengolahan limbah radioaktif.Limbah radioaktif yang memiliki lajupaparan radiasi di bawah batasan tingkataman(tingkat klierens) dapat dibebaskan daripengawasan. Proses pembebasan suatuobyek pemanfaatan tenaga nuklir daripengawasan oleh BAPETEN disebut sebagaiproses klierens. Suatu obyek pengawasanatau bahan radionuklida yang telahdiklierens tidak lagi terikat dengan ketentuankeselamatan, tidak lagi memerlukan izin,dan sudah bukan lagi menjadi obyekinspeksi dari badan pengawas.

Page 2: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VIPusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATANPusat Penelitian IImu Pengetahuan dan Teknologi-R1STEK

ISSN 1410-6086

Pad a beberapa kegiatan pemanfaatantenaga nuklir tertentu, dihasilkan Iimbahradioaktif tingkat sangat rendah(very lowlevel waste). Dengan perlakuan tertentuterhadap jenis Iimbah radioaktif ini,misalnya penerapan prinsip tunda danluruhkan( delay and decay metode) untukIimbah radioaktif berisi radionuklida denganwaktu paro pendek, setelah mencapaibatasan pelepasan, limbah dapat dilepaskansecara aman ke Iingkungan.Dalam tahapan ini adanya tingkat klierensmerupakan salah satu metode untukmeminimalisasi kuantitas maupun jenisIimbah yang harus dikelola lebih lanjut.Dengan demikian karena volume limbahberkurang, maka pembiayaan dalampengelolaan Iimbah radioaktifpun menjadilebih kecil.

Di sisi lain, limbah radioaktif yangtelah diolah pada instalasi pengolahanlimbah radioaktif pada umumnyadikondisikan menjadi suatu bahan yang telahterkungkung dalam suatu matrik. Seiringperjalanan waktu, limbah terkondisi tersebutjuga akan mencapai tingkat klierens dandapat dibebaskan dari pengawasan.

KONSEP UMUM

Pemanfaatan tenaga nuklir merupakansetiap kegiatan yang dapat atau mempunyaipeluang dapat meningkatkan paparanradiasi[2]. Kegiatan pemanfaatan tenaganuklir meliputi penelitian, pengembangan,penambangan, pembuatan, produksi,pengangkutan, penyimpanan, pengalihan,ekspor, impor, penggunaan, dekomisioning,dan pengelolaan limbah radioaktif [3].

Oleh karena adanya peningkatanpaparan radiasi terse but, maka setiapkegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harusdilandasi oleh prinsip justifikasi, limitasi,dan optimisasi [2].

Untuk menjamin dipatuhinya prinsip­prinsip sebagaimana terse but di atas,dikembangkanlah sistem pengawasanpemanfaatan tenaga nuklir. Pengawasandilakukan melalui tiga aspek kegiatan, yaitupenyusunan peraturan, penyelenggaraanperizinan, dan pelaksanaan inspeksi [3].Pembebasan pengawasan tersebut akanberdampak pada berkurangnya berbagaiperalatan dan sistem proteksi radiasi,personil dan kegiatan monitoring, tahapankegiatan lanjutan yang harus dilakukanseperti penyimpanan semen tara dan

37

penyimpanan lestari yang pada ujungnyaakan mengurangi anggaran pembiayaansegala aspek kegiatan yang terkait.

PERMASALAHAN

Tingkat klierens merupakan nilai yangditetapkan oleh BAPETEN dan dinyatakandalam konsentrasi aktivitas atau tingkatkontaminasi, dan!atau aktivitas total padaatau di bawah nilai tersebut, sumber radiasidibebaskan dari pengawasan. Pengaturanmengenai batasan atau tingkat klierenstersebut telah diamanatkan dalam Pasal 13

ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27Tahun 2002 ten tang Pengelolaan LimbahRadioaktif untuk diatur lebih lanjut dalamsuatu Peraturan Kepala BAPETEN. Namunsampai saat ini belum ada Peraturan KepalaBAPETEN tentang tingkat klierenstersebut[ I].

Mengingat sangat diperlukannyapengaturan mengenai tingkat klierens bagipara pengguna tenaga nuklir di lapangansebagai landasan hukum, maka pengaturantingkat klierens dalam suatu peraturanmanjadi sangat penting dan mendesak untuksegera disusun.

METODOLOGI

Dalam penyusunan konsep pengaturanmengenai tingkat klierens untukradionuklida dari bahan padat ini dilakukandengan metode deskriptif melalui studipus taka dengan tahapan langkah meliputi:pengumpulan literatur standar dan peraturanperundang-undangan yang terkait baiktingkat intemasional maupun nasional,pengumpulan informasi pendukung, anal isis,serta penyusunan laporan. Lingkuppembahasan dititikberatkan mengenaikebijakan yang akan dituangkan dalambentuk Peraturan Kepala BAPETEN sebagaipelaksanaan peraturan perundang-undanganyang lebih tinggi. Fokus utama pembahasanmengacu kepada IAEA-Radiation SafetyGuide Nomor 1.7. Application of Conceptsof Exclusion, Exemption, and Clearance.

Terhadap paparan radiasi yang tidakmemungkinkan dilakukannya pengawasan,maka paparan tersebut kemudiandikeluarkan dari sistem

pengawasan(exclusion). Beberapa contohpaparan yang dikeluarkan dari sistempengawasan tersebut diantaranya adalahpaparan radiasi yang berasal dari luarangkasa (radiasi kosmik), dari

permukaan/kerak batuan bumi (radiasi

Page 3: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VIPusat Teknologi Limbah RadioakJif-BATANPusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

primordial), dan dari dalam tubuhmanusia(K-40)[2].

Gambar 1, memperlihatkan konsepmengenai ekslusi, pengecualian, danpembebasan dari pengawasan.

Penyelenggaraan perizinan merupakanpemberian kewenangan oleh negara, dalamhal ini 8APETEN terhadap setiap pihakyang akan memanfaatkan tenaga nuklir.Kewenangan yang diberikan dapat berujudizin, pengecualian, atau penetapan klierens.

Selanjutnya akan dipaparkan satupersatu konsep mengenai izin, pengecualian,dan klierens.

a. Izin

Pad a prinsipnya setiap pemanfaatantenaga nuklir wajib memiliki izin, kecualidalam hal-hal tertentu yang diatur dalamperaturan pemerintah[3].

Izin pemanfaatan tenaga nuklirdiberikan setelah pemohon izin melengkapi

Di luar pengawasallexclusion

clan dinyatakan memenuhi semuapersyaratan yang berlaku. Kegiatanpemanfaatan tenaga nuklir ditinjau dariaspek risiko bahaya radiasinya.dikelompokkan menjadi kelompokpemanfaatan A, 8, dan C, dirnana kelompokA mempunyai tingkat risiko yang palingtinggi, disusul kemudian kelompok 8 risikosedang dan C paling rendah risikonya[4].

Kegiatan masing-masing kelompokpemanfaatan A, 8, dan C dapat dilihat dalamTabell.

Persyaratan izin terdiri atas persyaratanadministrasi, teknis, dan khusus. Untukkelompok pemanfaatan C hanyadiberlakukan persyaratan administrasi, untukkelompok 8 diberlakukan persyaratanadministrasi dan teknis, sedangkankelompok pemanfaatan A selaindiberlakukan administrasi dan teknis,beberapa kegiatan memerlukan persyaratankhusus

Di luar pellgawasanexclusion

Gambar 1. Konsep mengenai exclusion, excemption, dan clearance.

38

Page 4: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VIPusat Teknologi Limbah Radioaklif-BATANPusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

Tabell. Kelompok Pemanfaatan Tenaga Nuklir Berdasarkan Tingkat Risikonya[4].

a. sumber radiasi pengion, yang terdiridari:

I. impor zat radioaktif;2. ekspor zat radioaktif;3. impor, termasuk pengalihan zat

radioaktif untuk keperluan medik;4. impor, termasuk pengalihan

pembangkit radiasi pengion untukkeperluan medik;

5. pengalihan zat radioaktif ataupembangkit radiasi pengion untukkeperluan selain medik;

6. penelitian dan pengembangan yangmenggunakan zat radioaktif ataupembangkit radiasi pengion;

7. produksi sumber radiasi pengionenergi rendah dan sedang;

8. produksi barang konsumen yangmengandung zat radioaktif;

9. penggunaan untuk:

a) radiologi diagnostik danintervensional;

b) iradiator kategori I;c) gauge industri ak.1:ivitastinggi;d) radiografi industri fasilitas

terbuka;e) logging;t) perunut;g) anal isis;h) kedokteran nuklir diagnostik in

vivo;i) radioterapi;j) fasilitas kalibrasi;k) radiografi industri fasilitas

tertutup;I) pemeriksaan kontener dengan

energi tinggi;m) iradiator kategori II, III, dan

IV; dann) kedokteran nuklir terapi;

10. pengelolaan limbah radioaktif;II. produksi radioisotop; dan

b. bahan nuklir.

!tK~gi§tiH1fP~;miii'imilfi'i1JRe·i6ffip:bi<1Br:tl1s~M

a. pengalihan produk konsumen yangmengandung zat radioaktif; dan

b. penggunaan untuk:I. kedokteran nuklir diagnostik in

vitro; dan

2. e.auge industri nktivitas rendal1.

39

'!IKegI~t!rnfEmnnfl{ttitr1Kilom p

a. ekspor pembangkit radiasi pengion;b. penggunaan untuk:

I. sumber terbuka atau terbungkusuntuk tujuan pendidikan;

2. check-sources;3. sumber untuk kalibrasi;4. sumber untuk standardisasi;5. detektor bahan peledak; dan6. Demeriksaan bagasi.

Persyaratan izin terdiri atas persyaratanadministrasi, teknis, dan k/lusus. Untukkelompok pemanfaatan C hanyadiberlakukan persyaratan administrasi, untukkelompok B diberlakukan persyaratanadministrasi dan teknis, sedangkankelompok pemanfaatan A selaindiberlakukan administrasi dan teknis,beberapa kegiatan memerlukan persyaratankhusus.

b. Pengecualian

Beberapa pemanfaatan tenaganuklir dapat dikecualikan daripersyaratan izin. Adapun kriteria yangmendasari pengecualian diantaranyameliputi[2]:

(I) peralatan bersifat inherent safety;(2) prosedur pengoperasian peralatan

sangat sederhana;(3) memenuhi tingkat pengecualian

yang ditetapkan;

Adapun tingkat pengecualiansebagaimana disebutkan dalam poin (3)besarannya diturunkan dari ketentuansebagai berikut[2]:

• laju dosis efektif tahunan yangditerima oleh publik tidakmelampaui IOJlSv; dan

• laju dosis kolektif tahunan yangditerima publik tidak melampaui ImanSv dan disertai dengan prosesoptimisasi paparan.

Pengecualian izin terhadappemanfaatan tenaga nuklir semuladiatur dalam Peraturan KepalaBAPETEN Nomor 19 Tahun 1999,namun seiring dilakukannyaamandemen Peraturan Pemerintah

Nomor 64 Tahun 2000 pengaturannyadiatur ke dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 29 Tahun 2008 tentang

Page 5: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VI

Pusat Teknologi Limbah Radioaklif-BATANPusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi

Pengion dan Bahan Nuklir yang barusaja diterbitkan.

c. Klierens

Klierens didefinisikan sebagai suatuproses pembebasan suatu radionuklidaatau kegiatan pemanfaatan tenaga nuklirdari pengawasan[2].

Prinsip kriteria penentuanpenetapan pembebasan secara filosofimengikuti kaidah untuk penentuantingkat pengecualian sebagaimana telahdibahas sebelumnya. Penekanan intinyaadalah bahwa:

• risiko terhadap individu harussangat rendah ditinjau dari sisipengawasan;

• dilakukannya optimisasi proteksiradiasi.

Poin pertama berarti bahwa tingkatdosis individu terhadap manusia harussangat kedl(trivial). Dua pendekatan dapatdilakukan untuk menyatakan bahwa tingkatpaparan untuk individu dapat dikatakansangat ked!. Pertama adalah apabila tingkatrisiko dosis paparannya tidak signifikanterhadap masing-masing individu. Keduajika laju paparan berada pada kisaranpaparan latar belakang, atau paling tidakbeberapa puluh mikrosieverts dalamsetahun.

Pain ke dua pada umumnya dilakukandengan menggunakan teknik anal is isoptimasi seperti analisis cos-benefit, intuitive

atau formal dan metode lainnya.

Batasan laju dosis efektif tahunan yangditerima oleh publik sebesar 10 flSvmerupakan batasan pendekatan konservatifuntuk klierens tak bersyarat.

Satu catatan penting yang hams diingatbahwa nilai tingkat klierens tidak bolehmelampaui nilai tingkat pengecualian, hal inidimaksudkan untuk memastikan bahwa

suatu bahan atau radionuklida yang telahdibebaskan dari pengawasan tidakmempunyai kemungkinan untuk memasukiwilayah pengawasan lagi.

40

Pada pembahasan selanjutnya hanyadipaparkan mengenai klierens untukradionuklida berupa bahan padat.

KLIERENS T AK BERSY ARA T

Klierens tak bersyarat(unconditional

clearance) merupakan pendekatan penetapanklierens dengan tujuan akhir dapatmemastikan bahwa laju dosis efektiftahunanyang diterima oleh publik sebesar 10 flSvdan laju dosis kolektif tahunan tidakmelampaui 1 manSv. Dengan demikianpenentuan tingkat klierens dilakukan denganmenganalisa semua jalur paparan dandistribusi radionuklida sebelum mencapaiindividu manusia tertentu. Jalur distribusi

radionuklida yang melalui air, udara, tanah,dan yang langsung menuju manusia tanpaperantara(melalui pencemaan, pemafasan,atau kulit) dengan segala probabilitaskemungkinan kejadiannya diteliti. Olehkarena itu perlu dianalisa setiap jalur rantaimakanan yang sampai kepada man usia.Gambar 2, memperlihatkan suatu contohjalur penyebaran radionuklida sebelummencapai manusia.

Perlu pula dalam melakukan analisadiperhitungkan faktor paparan potensia!.Paparan potensial merupakan paparan yangbelum tentu terjadi namun mempunyaiprobabilitas kemungkinan dapat terjadi.Dengan mengikutsertakan faktor paparanpotensial dalam analisa, untuk kejadian yangtidak terprediksi dapat diberikan toleransibahwa paparan yang sampai ke publik dalamsatu tahun dapat mencapai 100 flSV. Nilaitersebut masih bisa dianggap kedl atautrivial menurut Safety Series No.89[6].Apabila suatu bahan atau radionuklida telahmemenuhi tingkat klierens tak bersyaratmaka bebas dibuang kemanapun ataudimanfaatkan untuk tujuan kegiatan laindimanapun dan oleh siapapun, hal tersebutkarena dengan analisis yang dilakukan dapatdipastikan bahwa tidak ada lagi bahayaradiasi yang perlu dikhawatirkan. Contohbahan yang diklierens tak bersyarat misalnyametal bekas(scrap metal) yangdiperdagangkan secara bebas untukkemudian dilebur pada fasilitas peleburanmetal atau baja.

Page 6: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VIPusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATANPusat Penelitian llmu Pengetahuan dan Teknologi-RlSTEK

ISSN 1410-6086

Daur A

Daur C

Dau r 8

• Umbl·

umbian

• Bueh­

buahoo

• Biji-bijian

Dosis

pOOa

jaringan

organ

DO$is

Efe\;1if

Selara

S·sewtubll\

Gambar 2. Contoh Jalur Penyebaran Radionuklida[7]

KLIERENS BERSY ARA T

Nilai tingkat klierens yang telahditentukan dapat saja dilampaui dengankondisi atau persyaratan tertentu yang harusdipenuhi. Kebijkan semacam ini disebutsebagai klierens bersyarat(conditionalclearance).

Kondisi atau persyaratan tertentu yangharus dipenuhi tersebut, misalnya kemanabahan tersebut akan dibuang(lanfill disposal,near surface disposal), dengan cara apadiangkut, melalui jalur lalu lintas yangmana, akan dimanfaatkan lagi untuk apa,dan lain sebagainya. Semua kondisi tersebutharus diketahui dengan pasti dengandidukung analisis data yang akurat.Nilai tingkat klierens yang ditoleransi untukpenetapan klierens bersyarat ini dapatmencapai sepuluh kali lipat nilai tingkatklierens tak bersyarat.

KLIERENS RADIONUKLIDA BAHANPADAT

Radionuklida bahan padat yang akanmenjadi obyek penetapan klierens ditinjaudari wujud fisiknya dapat dibedakan menjadibahan difuse(dijilse materials) dan bahandiskrit( discrete materials),

a. Bahan difusc

Bahan difuse merupakan kumpulanbutiran/partikel kecil yang relatif

41

homogen bentuknya, dapat berujudbutiran seperti pasir atau lebih lembutlagi seperti tepung. Benda jenis iniumumnya mempunyai kuantitas(beratmaupun volume) dalam ukuranbesar(bulk materials).

b. Bahan diskrit

Adapun bahan diskrit merupakanbenda berwujud suatu kesatuan bentukyang tersusun dari suatupartikellberagam partikel non homogenberbentuk pad at dengan bentuk tertentu.Contoh benda ini diantaranya adalahpipa, pelat, tanki, cor beton. Padaumumnya benda ini merupakan bendanon radioaktif yang menjadi radioaktifkarena adanya aktivasi atau proseskontaminasi. Dengan demikian perludilakukan suatu analisa dan

karakterisasi jenis radionuklida yangterdapat dalam benda diskrit untukpenentuan konsentrasi aktivitas atautingkat kontaminasi.

Tingkat klierens untuk bahan padatbiasanya dinyatakan dalam satuan Bq/g, atauBq/cm2, Penetapan klierens tidak dapatditerapkan untuk bahan-bahan sebagaiberikut:

• sumber radioaktif terbungkus;• tanah atau bangunan terkontaminasi;

Page 7: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VIPusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

Pusat Penelitian /lmu Pengetahuan dan Teknologi-R/STEK

ISSN 1410-6086

TINGKAT KLIERENS UNTUKBULKMA TERIALS

Tabel2. Nilai Konsentrasi Aktivitas untukRadionuklida Alam

Tabel 2. Nilai Konsentrasi Aktivitas untukRadionuklida Buatan

• bahan yang digunakan untuk produkmakanan;

• bahan yang dihasilkan akibat kejadiantidak terkendali atau kecelakaan; dan

• unmodified concentration of NORM.

"".. "'"

Ca-47

10Zn-65 0,1Sc-46

0,1Zn-69 1000Sc-47

100Zn-69m 10Sc-48

1Ga- 72 10V-48

1Ge-71 10000Cr-51

100As- 73 1000Mn-51

10As- 74 10Mn-52

1As- 76 10Mn-

10As- 77 100052m Mn-53

100Se- 75 1Mn-54

0,1Br-82 1Mn-56

10Rb-86 100Fe-52

10Sr-85 1Fe-55

1000Sr-85m100Sr-87m

100Sb-125 0,1Sr-89

1000Te-123m1Sr-90

1Te-125m1000Sr-91

10Te-l27 1000Sr-92

10Te-127m 10Y-90

1000Te-129 100Y-91

100Te-129m10Y-91m

100Te-13 I 100Y-92

100Te-131m10Y-93

100Te-132 1Zr-93

10Te-133 10Zr-95

ITe-133m 10Zr-97

10Te-134 10Nb-93m

101-123 100Nb-94

0,11-125 100Nb-95

11-126 10Nb-97

101-129 0,01Nb-98

101-130 10Mo-90

101-131 10Mo-93

101-132 10Mo-99

101-133 10Mo-lOl

101-134 10Tc-96

11-135 10Tc-96m

1000Cs-129 10Tc-97

10Cs-131 1000Tc-97m

100Cs-132 10Tc-99

1Cs-134 0,1Tc-99m

100Cs-134m1000Ru-97

10Cs-135 100Ru-l03

ICs-136 IRad

A(8q/g)RadA(Bq/g)Ru-105

10Cs-137 0,1Ru-106

0,1Cs-138 10Rh-

10000Ba-131 10103m Rh-l05

1008a-140 IPd-103

1000La-140 IPd-109

100Ce-139 1

Ag-105

ICe-141 100

101

Ka-40Radionuklida lain

Bulk materials dimaksudkan untuk

bahan dengan berat melebihi satu ton[5],atau kadang .hanya untuk bahan denganberat melebihi tiga ton[6].

Adapun tingkat klierens untukradionuklida yang terbentuk secara alamiahdi alam dinyatakan dalam konsentrasiaktivitas(Bq/g) adalah sebagaimanatercantum dalam Tabel 2 berikut.

Sedangkan tingkat klierens untukradionuklida buatan manusia(manmaderadionuclide) adalah sebagaimana tercantumdalam Tabel 3, juga dinyatakan dalamsatuan Bq/g.

Keterangan:

Rad: Radionuklida;A : Konsentrasi Aktivitas

[lJRad •• IAOiQr!!)1:" """ e~~''''

H-3

100Fe-59 1

Be-710Co-55 10

C-141Co-56 0,1

F-1810Co-57 1

Na-220,1Co-58 1

Na-24

1Co-58m 10000Si-31

1000Ni-59 100P-32

1000Co-60 0,1P-33

1000Co-60m1000

S-35

100Co-61 100Rad

A(Bq/g)RadA(Bq/g)CI-36

1Co-62m 10CI-38

10Ni-59 100

K-42100Ni-63 100

K-43

10Ni-65 10

Ca-45100Cu-64 100

42

Page 8: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VIPusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATANPusat Penelitian llmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN [410-6086

1~(If"/g)Y

Ag-

0,1I Ce-143110110m Ag-III

100Ce-144 10Cd-I09

IPr-142 100Cd-115

10Pr-143 1000Cd-

100Nd-147 100115m In-III

10Nd-149 100In-

100Pm-I471000113m In-

10Pm-149 1000114m In-

100Sm-1511000115m Sn-113

ISm-153 100Sn-125

10Eu-152 0,1Sb-122

10Eu-152m100Sb-124

IEu-154 0,1Eu-155

ITh-229 0,1Gd-153

10Pa-230 10Gd-159

100Pa-233 10Tb-160

IU-230 10

Dy-165

1000U-23 I 100

Dy-166100U-232 0, I

Ho-166100U-233 1

Er- 1691000U-236 10

Er-171100U-237 100

Tm-170100U-239 100

Tm-1711000U-240 100

Yb-175100Np-237 I

Lu-l77100Np-239 100

Hf-181INp-240 10

Ta-1820,1Pu-234 100

W-18110Pu-235 100

W-1851000Pu-236 I

W-18710Pu-237 100

Re-1861000Pu-2380,1

Re-188100Pu-239 0,1

Os-185IPu-240 0,1

Os-191100Pu-24 I 10

RadA(Bq/g)RadA(Bq/g)

Os-1000Pu-242 0,1

191m Os-193100Pu-243 1000

Ir-190IPu-244 0,1

Ir-192IAm-24 I 0,1

Ir-194100Am-2421000

Pt-19110Am-242m0,1

Pt-1000Am-2430,1

193m Pt-1971000Cm-24210

Pt-100Cm-243 I

197m Au-19810Cm-244II :aRrdil~fA:'(B WX(BgTIi)]

Au-199

100Cm-245 0, IHg-197

100Cm-246 0,1

Hg-

100Cm-2470,1197m Hg-203

10Cm-248 0,1TI-200

10Bk-249 100TI-20 I

100Cf-246 1000TI-202

10Cf-248 ITI-204

ICf-249 0,1Pb-203

10Cf-250 IBi-206

ICf-25 I 0,1Bi-207

0, ICf-252 IPo-203

10Cf-253 100Po-205

10Cf-254 IPo-207

10Es-253 100At-211

1000Es-254 0, IRa-225

10Es-254m 10Ra-227

100Fm-25410000Th-226

1000Fm-255100

TINGKA T KLIERENS UNTUKMaDERA TE CONSENTRA TION

Bahan sebagai obyek yang akandiklierens dikatakan sebagai moderateconcentration apabila berat yang dimilikinyaberada pada kisaran di bawah satu ton.Adapun nilai tingkat klierens untuk bahanmoderate concentration dapat mengacukepada /AEA - Technical DocumentationNo.855 Clearance Level for Radionuclide inSolid Materials.

PEMBAHASAN

Dalam Pasal 13 ayat (2) dan (3)Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2002

ten tang Pengelolaan Limbah Radioaktifdisebutkan bahwa limbah radioaktif tingkatrendah dan sedang dapat langsung dilepas keIingkungan apabila telah mencapai tingkataman yang akan diatur lebih lanjut denganPeratuan Kepala BAPETEN[I].

Mengacu kepada amanat tersebut,menjadi sangat jelas diperlukannya suatukebijakan yang tertuang dalam bentukperaturan perundang-undangan sebagailandasan hukum para teknisi di lapangan danpara pengambil kebijakan dalam penerapanklierens.

Kemudian dalam Pasal 69 Peraturan

Pemerintah tentang Perizinan PemanfaatanSumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklirdisebutkan bahwa pemegang izin dapatmengajukan penetapan klierens untuk

43

Page 9: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VIPusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATANPusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

radionuklida yang telah mencapai tingkatklierens[4].

Pengajuan penetapan klierens diajukandengan memenuhi persyaratan administrasiyang ditetapkan dengan dilampiri hasilanalisa radioaktivitas sumber radiasi atau

radionuklida yang akan diklierens. Untukmelakukan analisa terhadap bahan yangakan diklierens dapat dilakukan denganbeberapa metode, yaitu[6]:

a. pengukuran langsung terhadap materialyang akan diklierens;

b. pengukuran laboratorium terhadapsampel;

c. penggunaan faktor skala penurunanyang tepat;

d. cara lain yang dapat diterima oleh badanpengawas.

Aktivitas radionuklida yang akandiklierens sangat kecil(mendekatibackground) sehingga memerlukan alat danmetode pungkuran yang sesuai.

Untuk memperoleh hasil analisadengan data yang akurat dan metodologiyang tepat, beberapa hal sebagai berikuthams diperhatikan[ 6]:

I. radionuklida yang akandiukur/dianalisis diusahakan sedapatmungkin homogen;

2. untuk mengkaji spektrum radionuklida,harus diperhitungkan juga segalainformasi mengenai sejarahpenggunaannya.

3. dalam hal kontaminasi permukaan suatubenda yang akan diklierens tidakmerata, perlu dikembangkan suatuprosedur yang sesuai;

4. untuk bahan dengan jumlah yang besardan tidak mungkin diukur semuanya,pendekatan statistik harus dilakukanpada saat pengukuran sampel;

5. ketidakhomogenan dalam bahan metaldapat diatasi dengan cara meleburterlebih dahulu metal tersebut, barukemudian dilakukan pengukuran;

6. untuk beberapa radionuklida yang tidakdapat diukur secara langsung(pemancaralpha dan beta lemah) dapat didekatidengan pengukuran radionuklida yangmemiliki karakteristik fisika yangmendekatinya, contoh untuk Fe55 danNi63 dapat didekati dengan Co60•

Konsep penetapan klierens tidak berdirisendiri di luar sistem perizinan, artinyabahwa pemberian penetapan klierens

44

merupakan bagian dari izin pemanfaatanyang dimiliki oleh pemegang izin, jadibukan dalam bentuk izin klierens.

Setelah pemegang izin mendapatkanpenetapan klierens dari badan pengawas,mereka mempunyai kewajiban untukmenyampaikan secara periodik laporanmengenai pelepasan radionuklida yangdilakukan, terkait jenis dan kuantitasradionuklida, metode pelepasan, serta dataradioaktivitas akibat pelepasan yangdilakukan.

Lingkup Peraturan Kepala BAPETENyang akan disusun harus mencakuppenetapan klierens untuk radionuklida padabahan padat baik untuk kondisi klierensbersyarat maupun tak bersyarat. Sedangkanuntuk radionuklida berbentuk cair dan

airbone tidak lagi menggunakan terminologitingkat klierens melainkan bataspelepasan(discharge limit), namun tetaprelevan menjadi bagian pengaturan peraturanklierens.

KESIMPULAN

Peraturan Kepala BAPETEN tentangTingkat Klierens sebagai landasan hukumdan operasional di lapangan sangatmendesak untuk segera diterbitkan. Adanyaproses penetapan klierens akan mengurangivolume limbah radioaktif tingkat sangatrendah dan rendah, sehingga akan lebihmeningkatkan efektivitas dan efisiensipengelolaan Iimbah radioaktif yangdiperlukan. Draf peraturan yang akandisusun harus mencakup pengaturanmengenai klierens radionuklida bahan padat,dan pelepasan radionuklida bentuk cair danairbone.

Page 10: Nanang Triagung Edi Hermawan

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengolahan Limbah VIPusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATANPusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

DAFT AR PUST AKA

1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

2002 tentang Pengelolaan LimbahRadioaktif.

2. IAEA, International Basic SafetyStandards for Protection againtsIonizing Radiation and for the Safety ofRadiation Sources, BSS I 15, IAEA,Vienna, 1996

3. Undang Undang Nomor IO Tahun 1997tentang Ketenaganukliran.

4. PP Nomor 29 Tahun 2008 ten tangPerizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi

Pengion dan Bahan Nuklir.5. IAEA, Application of Concepts of

Exclusion, Exemption, and Clearance,RSG 1.7., IAEA, Vienna, 2004.

45

6. IAEA, Clearance level for Radionuclidein Solid Materials, TECDOC 855,IAEA, Vienna, 1996.

7. Salimin Zainus, Pengkajian PenentuanClearance Level untuk PengelolaanLimbah Radioaktif, Prosiding SeminarTeknologi Pengelolaan Limbah V,BAT AN, Jakarta, 2007.

8. BAPETEN, Pengkajian Klierens LevelPelepasan Radioaktif ke Lingkungan,P2STPFRZR, Jakarta, 2004.

9. BAPETEN, Pengkajian KonsepsiPeraturan tentang Klierens Level untukInstalasi Nuklir, P2STPFRZR, Jakarta,2005.