mud loss (hilang lumpur)
DESCRIPTION
Mud LossTRANSCRIPT
PENGUMUMAN
Bersama ini kami khabarkan bahwa telah terbit buku-buku Teknik
Pemboran sebagai berikut :
1. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid I
2. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid II
3. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid III
4. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid IV
5. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid V
6. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid VI
7. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Latihan Soal-
Soal dan kuncinya.
8. Peralatan Pencegahan Semburan lIar (BOP) Jilid I
9. Lumpur Pemboran Jilid I
10. Lumpur Pemboran Jilid II
11. Hidrolika Pemboran Jilid I
12. Hidrolika Pemboran Jilid II
13. Peralatan Pemboran Jilid I
14. Peralatan Pemboran Jilid II
15. Perhitungan Teknik Pemboran Jilid I
16. Perhitungan Teknik Pemboran Jilid II
17. Perhitungan Teknik Pemboran Jilid III
18. Fishing Jilid I
19. Fishing Jilid II
20. Casing Jilid I
21. Cementing Jilid 1
22. Pemboran Lurus Jilid I
23. Pemboran Berarah Jilid I
24. Mud Loss Jilid I
ii
25. Pipa Terjepit Jilid I
26. Pemboran Lepas Pantai (Offshore Drilling) Jilid I
27. Latihan Soal Teknik Pemboran Jilid I
28. Latihan Soal Peralatan Pemboran Jilid I
Bagi anda yang berminat untuk mempunyai buku-buku tersebut diatas
dapat menghubungi :
IR. KASWIR BADU
Jl. Dumai No. 154 Nglajo Cepu
Telp :
0296 422130
HP : 08155033761
Rek : BNI Cabang Cepu 252000005733.901
Harga buku perbuah adalah Rp. 40,000.-
Terima kasih atas perhatiannya.
Hormat penulis
iii
K A T A P E N G A N T A R
Operasi Pemboran minyak dan gas bumi merupakan kegiatan
utama dalam industri minyak dan gas bumi, Industri Minyak dan Gas
Bumi tidak akan ada tanpa operasi pemboran.
Dalam operasi pemboran sering terjadi problema-problema yang
merugikan operasi.
Untuk kelancaran operasi pemboran problema tersebut harus
dicegah sedapat mungkin, atau paling tidak harus sekecil mungkin.
Untuk mencapai keinginan diatas para pekerja di operasi pemboran
harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan minimum yang
diperlukan untuk operasi.
Untukl mendapatkan pengetahuan yang baik tentan Teknik Operasi
pemboran tentu sebaiknya tersedia buku-buku untuk dipelajari
supaya dapat terampil bekerja di lapangan.
Sayang sekali buku dalam bahasa Indonesia tidak terdapat
dipasaran. Sedangkan kemampuan pekerja pemboran untuk
memahami buku bahasa asing sangat rendah.
Berdasarkan kenyataan diataslah penulis berniat untuk membuat
buku-buku panduan.
Berhubung waktu yang sempit penulis baru bisa menyajikan buku
ini dengan judul Problema Hilang Lumpur Pemboran Jilid I.
v
Mudah-mudahan Allah Swt. memberikan waktu dan kemampuan
kepada penulis untuk membuat jilid-jilid selanjutnya.
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….
v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………..
vii
I. PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
II. PENYEBAB HILANG LUMPUR ……………………………………… 4
2.1. Formasi Pecah …………………………………………………… 4
2.2. Formasi Bergoa …………………………………………………..6
2.3. Formasi Kasar ……………………………………………………7
2.4. Formasi Rekah Secara Alamiah ……………………………. 8
2.5. Soal Pertanyaan Sampai Bab II ……………………………. 9
2.6. Kunci Soal Bab II ………………………………………………..
13
III. JENIS HILANG LUMPUR …………………………………………….. 13
3.1. Seepage Losses ………………………………………………..
13
3.2. Partial Losses ……………………………………………………..
14 3.3.
Complete Losses ………………………………………………… 14
3.4. Tanda Mud Loss ………………………………………………… 14
3.5. Metoda Penentuan Daerah Mud Loss …………………… 15
3.6. Pencegahan Mud Loss ………………………………………… 15
3.7. Leak Off Test …………………………………………………….. 17
3.8. Soal Latihan Untuk Bab III …………………………………. 20
3.9. Kunci Soal Bab III ……………………………………………… 26
vi
IV. PENANGGULANGAN HILANG LUMPUR ………………………… 27
4.1. Penanggulangan Seepage losses …………………………. 27
4.2. Penanggulangan Partial losses …………………………….. 29
4.3. Penanggulangan Complete losses ………………………… 30
4.4. Latihan Soal Untuk Bab IV ………………………………….. 38
4.5. Kunci Soal Untuk Bab IV …………………………………….. 47
PENUTUP …………………………………………………………………………..
48
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...
49
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Gambaran Hilang Lumpur ...................................... 1
Gambar 2 : A. Kondisi Sebelum Loss
B. Gambaran Terjadi Loss dan Diikuti Terjadi Kick .... 3
Gambar 3 : Formasi Pecah Karena Squeeze Effect ..................... 5
Gambar 4 : Mud Loss Disaat Bit Menembus Formasi Bergoa .......
7
Gambar 5 : Gambaran Formasi Kasar ........................................ 8
Gambar 6 : Formasi Yang Mempunyai Rekanan ......................... 8
Gambar 7 : Gambaran Leakoff Test .......................................... 17
Gambar 8 : Hasil Plot Tekanan Dan Volume Lumpur ...................
18
1
I. PENDAHULUAN
---------------------------
Mud loss yang disebut juga dengan hilang lumpur, maksudnya
adalah lumpur masuk kedalam formasi.
Bila hilang lumpur sampai tidak ada lumpur yang kembali
kepermukaan, maka akan membahayakan dan menimbulkan
problema yang serius. Gambaran kejadi mud loss dapat dilihat pada
gambar 1.
Gb.1. Gambaran Hilang Lumpur
LUMPUR
DINDING LUBANG
REKAHAN
MUD LOSS
2
Karena lumpur hilang kedalam formasi maka lubang sumur tidak
penuh dengan lumpur. Dengan kata lain tinggi kolom lumpur
didalam lubang akan turun. Hal ini akan menurun tekanan
hidrostatik lumpur. Bila tekanan hidrostatik untuk menahan tekanan
formasi sampai lebih kecil dari tekanan formasi, maka akan terjadi
kick dan bisa menimbulkan blowout.
Pada gambar 2 terlihat diwaktu belum terjai hilang lumpur. Saat ini
belum terjadi kick dari formasi 1, dan tinggi kolom lumpur dalam
lubang adalah h1 terhadap formasi 1. Setelah terjadi hilang lumpur
pada formasi 2, tinggi kolom lumpur dalam lubang adalah h2
terhadap formasi 1. Sehingga tekanan hidrostatik untuk menahan
tekanan formasi dari formasi 1 sudah berkurang, dan terjadi kick
dari formasi 1.
Selain dari itu dengan turunnya permukaan lumpur di annulus,
menyebabkan ada bagian dari lubang yang kosong dari lumpur.
Kalau bagian tersebut adalah lubang terbuka akan ada
kemungkinan terjadi keruntuhan dinding lubang (caving).
Hilang lumpur sangat merugikan operasi pemboran. Lumpur yang
bahan- bahanya cukup mahal hilang dengan percuma masuk
kedalam formasi.
Kalaupun hilang lumpur dapat ditanggulangi, kerugian waktu dalam
operasi pemboran tidak dapat dihindari, yang mana waktu dapat
diekivalenkan dengan biaya operasi.
3
GB. 2 A. KONDISI SEBELUM LOSS
B. GAMBARAN TERJADI LOSS DAN DIIKUTI
TERJADI KICK.
Mengingat bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh peristiwa
hilang lumpur, maka personil yang terlibat dalam operasi pemboran
harus mengerti:
- penyebab hilang lumpur
- pencegahan hilang lumpur
- jenis-jenis hilang lumpur
- tanda-tanda bahwa terjadi hilang lumpur
- penanggulangan terhadap hilang lumpur
FORMASI 1
A
FORMASIBERTEKANANTINGGI
H 1
LOSS ZONE
H 2
LOSS
B
KICK
4
II. PENYEBAB HILANG LUMPUR
Penyebab hilang lumpur adalah sebagai berikut :
a. Formasi pecah
b. Formasi bergoa
c. Formasi kasar
d. Formasi rekah alamiah
2.1. Formasi Pecah
Dalam operasi pemboran formasi bisa pecah (breakdown
formation). Secara umum formasi pecah apabila tekanan lumpur ke
formasi melebihi tekanan rekah formasi itu sendiri.
Kalau ditinjau secara lebih terinci tentang pecah formasi,
penyebabnya adalah sebagai berikut :
a. Viscositas lumpur yang terlalu tinggi Viskositas lumpur yang
tinggi akan menyebabkan pressure loss juga akan tinggi,
tekanan sirkulasi yang diperlukan juga akan tinggi. Bila tekanan
sirkulasi melebihi tekanan rekah formasi, maka formasi akan
pecah, dan lumpur akan masuk kedalam formasi.
Selain itu disaat menurunkan rangkaian pemboran kedalam
lubang sering terjadi Squeeze effect.
Karena viskositas yang tinggi tahanan terhadap aliran juga besar.
Lumpur yang berada dibawah bit terlambat naik keatas bit.
Sehingga lumpur tersebut tertekan oleh bit. Tekanan ini
diteruskan lumpur ke formasi. Bila melebihi tekanan rekah
formasi, maka formasi akan pecah, dan lumpur akan masuk
kedalam formasi. Gambaran dari squeeze effect dapat dilihat
pada gambar 3.
5
Gb.3. Formasi Pecah Karena Squeeze Effect
b. Berat jenis lumpur yang tinggi.
Berat jenis lumpur yang tinggi akan menyebabkan tekanan
hidrostatis lumpur menjadi tinggi juga. Tekanan sirkulasi
merupakan tekanan hidrostatis ditambah dengan pressure loss.
Bila tekanan sirkulasi melebihi tekanan rekah formasi, maka
formasi akan pecah, dan lumpur akan masuk kedalam formasi.
c. Gelstrength lumpur yang tinggi.
Gelstrength lumpur yang tinggi akan menyebabkan tekanan awal
yang diperlukan untuk mersirkulasikan lumpur yang tinggi. Hal
ini untuk memecah gel yang terjadi. Kalau hal ini dipaksakan dan
tekanan melebihi tekanan rekah formasi, maka formasi akan
pecah, dan lumpur akan masuk kedalam formasi.
6
d. Pemompaan yang mengejut.
Kalau mulai memompakan lumpur langsung dengan rate sirkulasi
yang diperlukan akan terjadi kejutan pada lumpur. Bila tekanan
sirkulasi melebihi tekanan rekah formasi, maka formasi akan
pecah, dan lumpur akan masuk kedalam formasi.
e. Penggumpalan cutting pada bit.
Bila cutting menggumpal pada bit maka aliran lumpur naik di
annulus terhalang, sehingga tekanan akan naik. Bila tekanan
lumpur melebihi tekanan rekah formasi, maka formasi akan
pecah, dan lumpur akan masuk kedalam formasi.
2.2. Formasi Bergoa
Formasi yang mempunyai goa-goa sering dijumpai pada batu
gamping atau karbonat (limestone) dan dolomite. Goa-goa ini
terbentuk karena adanya bagian yang larut dalam batuan gamping.
Kalau bit menembus formasi bergoa maka lumpur akan masuk
kedalam formasi tersebut, sehingga terjadi hilang lumpur. Besar
kecilnya hilang lumpur tergantung kepada ukuran goa-goanya.
Formasi bergoa ini sering disebut juga dengan Cavernouse
Formation. Gambaran peristiwa mud loss disaat bit menembus
formasi bergoa dapat dilihat pada gambar 4.
7
Gb.4. Mud Loss Disaat Bit Menembus Formasi Bergoa
2.3. Formasi Kasar
Formasi dengan butiran yang kasar umumnya mempunyai tingkat
sementasi yang rendah. Formasi ini sangat porous dan permeable.
Formasi ini mempunyai permeabilitas yang lebih besar dari 14
darcy. Contoh dari batuan ini adalah gravel.
REKAHAN
MUD LOSS
Kalau bit menembus formasi kasar maka lumpur akan masuk
kedalam formasi tersebut, sehingga terjadi hilang lumpur.
8
Gambaran formasi kasar dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.
Gb.5. Gambaran Formasi Kasar
2.4. Formasi Rekah Secara Alamiah
Formasi yang mempunyai rekahan secara alamiah disebabkan oleh
gerakan- gerakan tektonik di dalam bumi. Gerakan-gerakan yang
terjadi disebabkan karena tidak seimbangnya gaya-gaya yang
bekerja didalam bumi. Rekahan alamiah yang kecil dapat berupa
retak-retak.
Kalau bit menembus formasi yang rekah secara alamiah maka
lumpur akan masuk kedalam formasi tersebut, sehingga terjadi
hilang lumpur. Gambaran formasi yang mempunyai rekahan ini
dapat dilihat pada gambar 6.
Gb.6. Formasi Yang Mempunyai Rekahan
9
2.5. Soal Pertanyaan Sampai Bab II
Pilihlah salah satu jawaban yang benar
1. Hilang lumpur disebut juga dengan istilah:
a. water loss
b. filtrat loss
c. mud loss
2. Hilang lumpur maksudnya:
a. lumpur masuk kedalam formasi
b. fluida formasi masuk kedalam sumur
c. fluida formasi menyembur ke permukaan
3. Karena lumpur hilang kedalam formasi maka:
a. lubang sumur bisa tidak penuh dengan lumpur
b. lubang sumur selalu tidak penuh dengan lumpur
c. lubang sumur selalu penuh dengan lumpur
4. Bila akibat hilang lumpur lubang sumur tidak penuh dengan
lumpur, maka:
a. tinggi kolom lumpur di dalam lubang akan turun
b. tinggi kolom lumpur di dalam lubang akan sama dengan
kedalaman
lubang
c. tinggi kolom lumpur di dalam lubang akan bertambah
5. Kalau tinggi kolom lumpur berkurang hal ini akan
menyebabkan:
a. tekanan hidrostatik lumpur di dasar lubang bertambah
b. tekanan hidrostatik lumpur di dasar lubang berkurang
c. tekanan hidrostatik lumpur di dasar lubang sama sama
dengan
kondisi sebelum terjadi hilang lumpur.
10
6. Bila tekanan hidrostatik untuk menahan tekanan formasi
sampai lebih kecil dari tekanan formasi, maka akan terjadi :
a. kick
b. bisa menimbulkan blowout
c. jawaban a dan b benar
7. Bila lumpur menyebabkan ada bagian dari lubang yang
kosong dari lumpur, ada kemungkinan terjadi:
a. sloughing
b. caving
c. toucing
8. Hilang lumpur sangat merugikan operasi pemboran, sebab:
a. kerugian waktu
b. kerugian biaya
c. jawaban a dan b benar
9. Hilang lumpur dapat terjadi bila:
a. formasi bisa pecah (breakdown formation)
b. menembus formasi kasar
c. jawaban a dan b benar
10. Hilang lumpur dapat terjadi bila:
a. menembus formasi yang mempunyai rekahan
b. menembus formasi bergoa
c. jawaban a dan b benar
11. Secara umum formasi pecah apabila tekanan lumpur :
a. sama dengan tekanan rekah formasi
b. kurang dari tekanan rekah formasi
c. lebih besar dari tekanan rekah formasi
11
12. Viskositas lumpur yang tinggi akan menyebabkan:
a. pressure loss juga akan tinggi
b. pressure loss juga akan rendah
c. pressure loss tidak terpengaruh
13. Viskositas lumpur yang tinggi dapat juga terjadi:
a. squeeze effect disaat menurunkan rangkaian pemboran
b. swab effect disaat menurunkan rangkaian pemboran
c. squeeze effect disaat mencabut rangkaian pemboran
14. Berat jenis lumpur yang tinggi akan menyebabkan terjadi
pecah formasi karena:
a. tekanan hidrostatis lumpur menjadi tinggi juga
b. tekanan sirkulasi lumpur menjadi tinggi juga
c. jawaban a dan b benar
15. Gelstrength lumpur yang tinggi dapat menyebabkan pecah
formasi karena:
a. tekanan awal yang diperlukan untuk mersirkulasikan
lumpur akan
tinggi
b. Tekanan awal yang diperlukan untuk mensirkulasikan
lumpur akan
rendah
c. jawaban a dan b benar
16. Bila cutting menggumpal pada bit maka:
a. tekanan akan turun
b. tekanan akan naik
c. tidak ada pengaruhnya terhadap tekanan lumpur
12
17. Formasi yang mempunyai goa-goa sering dijumpai pada :
a. batu gamping
b. batu pasir
c. batu serpih
18. Formasi bergoa ini sering disebut juga dengan:
a. goavernouse formation
b. gampingnouse formation
c. covernouse formation
19. Pada formasi dengan butiran yang kasar sering menimbulkan
hilang lumpur karena:
a. mempunyai tingkat sementasi yang tinggi
b. mempunyai tingkat sementasi yang baik
c. mempunyai tingkat sementasi yang rendah
20. Pada formasi dengan butiran yang kasar sering menimbulkan
hilang lumpur karena:
a. Formasi ini sangat porous dan impermeable
b. Formasi ini tidak porous dan impermeable
c. Formasi ini sangat porous dan impermeable
21. Formasi yang mempunyai butiran yang kasar yang sering
terjadi hilang lumpur mempunyai permeabilitas:
a. yang lebih kecil dan 14 darcy
b. yang lebih besar dari 14 darcy
c. tidak ada
13
22. Formasi yang mempunyai butiran yang kasar yang sering
terjadi hilang lumpur contohnya:
a. sandstone
b. silt
c. gravel
23. Formasi yang mempunyai rekahan secara alamiah disebabkan
oleh:
a. operasi pemboran yang menggunakan WOP terlalu besar
b. operasi pemboran yang menggunakan bit terlalu besar
c. gerakan-gerakan tektonik di dalam bumi
2.6. Kunci Soal Pertanyaan Bab II
1. c 6. c 11. c 16. b 21. a
2. a 7. b 12. a 17. a 22. c
3. a 8. c 13. a 18. c 23. c
4. a 9. c 14. c 19. c
5. b 10. c 15. a 20. c
III. JENIS-JENIS HILANG LUMPUR
Hilang lumpur dapat dibedakan sebagai berikut :
- seepages losses
- partial losses
- complete loss
3.1. Seepages Losses
Seepage losses adalah hilang lumpur yang sama volume lumpur
yang masuk ke dalam formasi lebih kecil dari 15 bbl/jam.
Lumpur masih dapat bersirkulasi, artinya lumpur masih kembali dari
dalam lubang ke permukaan.
14
3.2. Partial Losses
Partial losses adalah hilang lumpur yang mana volume lumpur yang
masuk ke dalam formasi lebih besar dari 15 bbl/jam.
Lumpur masih dapat bersirkulasi, artinya lumpur masih kembali dari
dalam lubang ke permukaan.
Untuk mengetahui volume lumpur yang masuk ke formasi ini dapat
dilihat pada tangki lumpur. Berapa penurunan permukaan lumpur
per ja.
3.3. Complete Losses
Complete losses adalah hilang lumpur dimana lumpur masuk ke
dalam formasi cukup banyak, dan lumpur tidak dapat bersirkulasi.
Artinya lumpur tidak kembali dari dalam lubang kepermukaan.
Complete loss disebut juga dengan total loss atau lost circulation.
Complete loss dapat dibagi dua yaitu :
a. Complete loss, dimana lumpur tidak kembali dari dalam
lubang kepermukaan, tapi annulus tetap penuh.
b. Complete loss, dimana lumpur tidak kembali dari dalam
lubang kepermukaan, tapi permukaan lumpur diannulus
turun.
Complete loss yang begini yang berbahaya, karena tinggi
kolom lumpur di annulus turun.
3.4. Tanda Mud Loss
Sebagai tanda telah terjadi partial losses disaat sedang melakukan
pemboran adalah :
a. terjadi penurunan permukaan cairan didalam tangki secara
tidak seimbang dengan bertambahnya lubang.
b. terjadi penurunan tekanan pompa
c. terjadi kenaikan stroke pemompaan
15
Untuk complete losses atau lost circulation lumpur yang
dipompakan kedalam lubang tidak kembali ke permukaan atau
kedalam tangki lumpur.
3.5. Metoda Penentuan Daerah Mud Loss
Metoda untuk menentukan daerah mud loss adalah dengan
menggunakan:
a. Spiner survey.
Sebuah spiner diturunkan dengan kabel kedalam annulus.
Spiner akan berputar bila ada aliran horizontal. Putaran
dari spiner dicatat untuk setiap kedalaman.
Dari hasil pencatatan ini dapat di interpretasikan
kedalaman dari daerah mud loss.
b. Temperatur survey
Alat survey diturunkan kedalam lubang untuk mencatat
gradient temperatur.
Penurunan alat survey dilakukan dua kali. Setelah
dilakukan survey pertama, rangkaian peralatan survey
diangkat ke permukaan.
Kemudian lumpur diganti dengan yang baru. Kemudian
rangkaian peralatan survey diturunkan sekali lagi ke dalam
lubang.
Kedalaman yang memperlihatkan perbedaan temperatur
yang menjolok adalah kedalaman dari daerah mud loss.
c. Radio Active Tracer Survey
Bahan radio active dipompakan bersama lumpur kedalam
lubang. Kemudian turunkan alat survey.
Kedalaman yang mempunyai perbedaan konsentrasi radio
active merupakan kedalaman dari daerah mud loss.
3.6. Pencegaha Mud Loss
Pencegahan mud loss yang disebabkan oleh keadaan formasi
memang sukar dilakukan. Akan tetapi pencegahan mud loss karena
pengaruh operasi
16
pemboran bisa dilakukan. Upayanya adalah mencegah pecahnya
formasi. Pencegahannya adalah dengan mencegah jangan terjadi
pecah formasi. Pencegahan yang lebih terinci adalah sebagai
berikut :
a. Hindari pemakaian viskositas lumpur yang tinggi
b. Hindari pemakaian berat jenis lumpur yang tinggi
c. Lakukan break circulation waktu memulai sirkulasi
d. Penurunan rangkaian bor jangan terlalu cepat
e. Memulai sirkulasi jangan mengejut, tapi harus dengan rate
sirkulasi yang bertahap.
f. Mengetahui tekanan rendah formasi
3.7. Leak-Off Test
Leak of test dilakukan untuk memperkirakan ketahanan formasi
sebelum rekah. Test ini dilakukan setelah pemboran semen dan
casing shoe, serta telah dibor formasi dibawah shoe sekitar 10 ft.
Cara melakukan leak off test adalah sebagai berikut :
a. Tutup BOP
b. Pompakan lumpur untuk volume, atau stroke tertentu
c. Catat volume, atau stroke pemompaan tersebut dan tekanan
yang terbaca di permukaan.
d. Ulangi langkah b dan c dengan stroke yang lebih tinggi
e. Plot harga volume, atau stroke versus tekanan.
Mula-mula hasil plot akan menunjukkan garis linier
f. Ulangi langkah b dan c dengan stroke yang lebih tinggi,
sampai hasil plot kenaikkan tekanan terhadap pertambahan
volume atau stroke tidak linier lagi.
g. Buang tekanan
17
h. Tekanan saat garis yang terbentuk tidak linier lagi itu dicatat
sebagai tekanan maksimal dipermukaan saat leak off test,
sebelum formasi rekah.
Kalau pemompaan dilanjutkan lagi maka formasi akan rekah
atau pecah. Sehingga hal ini jangan sampai terjadi.
Gambaran sumur yang dilakukan leak off test dapat dilihat
pada gambar 7. Sedangkan gambaran hasil plot adalah seperti
pada gambar 8.
BJ
PS
TVD
BOP
LUBANGTERBUKA
CASING
LUMPUR
DRILL PIPE
DRILL COLLAR
Pfr
BIT
+ 10 FT
GB. 7 GAMBARAN LEAKOFF TEST
18
GB. 8 HASIL PLOT TEKANAN DAN VOLUME LUMPUR
Bila tekanan yang dicatat pada langkah h adalah Ps. Kedalaman
formasi saat melakukan test adalah TVD, dan berat jenis lumpur
yang digunakan saat leak off test adalah BJ, maka kemampuan
maksimum formasi dibawah shoe menahan tekanan lumpur adalah:
Pfr = Ps + 0-.052 x BJ x TVD
…………………………………………… (1)
P1
P2
P3
V1 V2 V3
terjadileak off
Ps
V
Dimana :
Pfr adalah tekanan maksimum yang dapat ditahan oleh
formasi sebelum pecah, satuan psi.
Ps adalah tekanan maksimum dipermukaan saat terjadi
leak off, satuan psi
Bj adalah berat jenis lumpur saat dilakukan leak off test,
satuan ppg.
TVD adalah kedalaman vertikal dari kedalaman casing shope
dengan satuan ft.
19
Dari harga tekanan rekah formasi dapat dihitung equivalent Mud
Weight. Persamaannya adalah sebagai berikut :
Pfr
EMW = ----------------------------------- ………………………….. (2)
0.052 x TVD
Equivalent Mud Weight (EMW) dengan satuan ppg. Equivalent Mud
Weight sering juga disebut dengan Mud Circulating Density.
Contoh soal 1
Casing 9 5/8” OD dipasang dan disemen sampai kedalaman 4000 ft.
Kemudian dilakukan lek off test dan didapat tekanan leak off 800
psi. Berat jenis lumpur yang digunakan saat test adalah 9.5 ppg.
Berapakah tekanan maksimum yang dapat ditahan oleh formasi dan
berapa ppg equivalent mud weight ?
Penyelesaian
Persamaaan (1) menyatakan bahwa :
Pfr = Ps + 0.052 x BJ x TVD
maka,
Pfr = Ps + 0.052 x 9.5 x 4000
= 2776 psi
Jadi tekanan maksimum yang dapat ditahan oleh formasi adalah
2776 psi.
Persamaan (2) menyatakan bahwa :
Pfr
EMW = ---------------------------------
0.052 x TVD
20
maka,
2776
EMW = ------------------------------
0.052 x 4000
= 13.35 ppg
Jadi equivalent mud weight adalah 13.35 ppg
3.8 Soal Latihan untuk Bab III
Pilihlah salah satu jawaban yang benar :
1. Seepages losses adalah hilang lumpur yang mana volume
lumpur yang masuk ke dalam formasi :
a. lebih besar dari 15 bbl/jam
b. lebih kecil dari 15 bbl/jam
c. lebih besar dari 25 bbl/jam
2. Seepages losses adalah hilang lumpur yang mana :
a. lumpur masih kembali dari dalam lubang ke permukaan
b. lumpur tidak kembali dari dalam lubang ke permukaan
c. jawaban a dan b benar
3. Partial losses adalah hilang lumpur yang mana volume lumpur
yang masuk kedalam formasi :
a. lebih besar dari 15 bbl/jam
b. lebih kecil dari 15 bbl/jam
c. lebih kecil dari 25 bbl /jam
21
4. Partial losses adalah hilang lumpur yang mana :
a. lumpur masih kembali dari dalam lubang ke permukaan
b. lumpur tidak kembali dari dalam lubang ke permukaan
c. jawaban a dan b benar
5. Complete losses adalah hilang lumpur yang mana volume
lumpur yang masuk ke dalam formasi :
a. lebih besar dari 15 bbl/jam
b. lebih kecil dari 15 bbl/jam
c. lebih kecil dari 25 bbl /jam
6. Complete losses adalah hilang lumpur yang mana :
a. lumpur masih kembali dari dalam lubang ke permukaan
b. lumpur tidak kembali dari dalam lubang ke permukaan
c. jawaban a dan b bisa
7. Untuk mengetahui volume lumpur yang masuh ke formasi ini
dapat dilihat pada :
a. tangki lumpur
b. shale shaker
c. stand pipe
8. Complete loss disebut juga dengan :
a. total loss
b. loss circulation
c. jawaban a dan b benar
22
9. Complete loss yang paling berbahaya adalah:
a. complete loss, dimana lumpur tidak kembali dari dalam
lubang kepermukaan, tapi annulus tetap penuh
b. complete loss, dimana lumpur tidak kembali dari dalam
lubang kepermukaan, tapi permukaan lumpur di annulus
turun.
c. complete loss yang lumpur masih dapat bersirkulasi
10. Sebagai tanda telah terjadi partial losses disaat sedang
melakukan pemboran adalah:
a. terjadi penurunan permukaan cairan didalam tangki secara
seimbang dengan bertambahnya lubang.
b. terjadi penurunan permukaan cairan didalam tangki secara
tidak seimbang dengan bertambahnya lubang
c. lumpur tidak seimbang dengan bertambahnya lubang
11. Sebagai tanda telah terjadi partial losses disaat sedang
melakukan pemboran adalah :
a. terjadi penurunan tekanan pompa
b. terjadi kenaikan tekanan pompa
c. terjadi penurunan stroke pompa
12. Sebagai tanda telah terjadi partial losses disaat sedang
melakukan pemboran adalah :
a. terjadi kenaikan tekanan pompa
b. terjadi penurunan stroke pompa
c. terjadi kenaikan stroke pompa
23
13. Sebagai tanda telah terjadi complete losses disaat sedang
melakukan pemboran adalah:
a. lumpur tidak kembali ke dalam tangki lumpur
b. lumpur masih kembali ke dalam tangki lumpur
c. terjadi kenaikan tekanan pompa
14. Prinsip kerja dari Spiner survey dalam menentukan daerah loss
adalah:
a. Spiner akan berputar bila ada aliran horizontal
b. Spiner akan berputar bila ada aliran vertikal
c. Temperatur lumpur yang diam akan jauh lebih tinggi
15. Prinsip kerja dari temperatur survey dalam menentukan
daerah loss adalah:
a. Spiner akan berputar bila ada aliran horizontal
b. Temperatur lumpur yang diam akan jauh lebih rendah
c. Temperatur lumpur yang diam akan jauh lebih tinggi
16. Prinsip kerja dari radio active tracer survey dalam menentukan
daerah loss adalah:
a. Temperatur lumpur yang diam akan jauh lebih rendah
b. Kandungan radio aktive lumpur yang diam akan jauh lebih
tinggi
c. Kandungan radio aktive lumpur yang diam akan jauh lebih
tinggi
17. Pencegahan mud loss adalah:
a. Hindari pemakaian viskositas lumpur yang tinggi
b. Hindari pemakaian berat jenis lumpur yang tinggi
c. Jawaban a dan b benar
24
18. Pencegahan mud loss adalah:
a. Lakukan break circulation waktu memulai sirkulasi
b. Penurunan rangkaian bor jangan terlalu lambat
c. Jawaban a dan b benar
19. Pencegahan mud loss adalah:
a. Memulai sirkulasi jangan mengejut, tapi harus dengan rate
sirkulasi
yang bertahap.
b. Penurunan rangkaian bor jangan terlalu cepat
c. Jawaban a dan b benar
20. Pencegahan mud loss adalah:
a. Memulai sirkulasi jangan mengejut, tapi harus dengan rate
sirkulasi
yang bertahap.
b. Mengetahui tekanan rekah formasi
c. Jawaban a dan b benar
21. Leak of test dilakukan untuk memperkirakan:
a. ketahanan formasi maksimum terhadap tekanan lumpur
sebelum
formasi tersebut rekah
b. tekanan rekah formasi
c. tekanan formasi yang mungkin menimbulkan kick
22. Leakoff test dilakukan
a. sebelum pemboran semen dan casing shoe
b. setelah pemboran semen dan casing shoe
c. sebelum di bor formasi dibawah shoe sekitar 10 ft
25
23. Leakoff test dilakukan:
a. setelah pemboran semen dan casing shoe
b. sebelum dibor formasi dibawah shoe sekitar 10 ft
c. jawaban a dan b benar
24. Cara melakukan leak off test adalah dengan:
a. BOP tertutup
b. BOP terbuka
c. jawaban a dan b benar
25. Data yang dicatat disaat melakukan leakoff test adalah:
a. volume lume lumpur yang dipompakan
b. stroke pemompaan dan tekanan yang terbaca di casing
shoe
c. jawaban a dan b benar
26. Leakoff test dihentikan setelah hasil plot
a. masih menunjukkan garis linier
b. menujukkan garis yang mulai melengkung
c. menunjukkan garis yang menurun secara drastis
27. Harga tekanan yang diambil untuk menentukan ketahanan
maksimum formasi terhadap tekanan lumpur adalah disaat
hasil plot:
a. masih menunjukkan garis linier
b. menunjukkan garis yang mulai melengkung
c. menunjukkan garis yang menurun secara drastis
26
28. Casing 9 5/8” OD dipasang dan disemen sampai kedalaman
3000 ft. Kemudian dilakukan leak off test dan didapat tekanan
leak off 400 psi. Berat jenis lumpur yang digunakan saat test
adalah 9.5 ppg.
Tekanan lumpur maksimum yang dapat ditahan oleh formasi.
a. 1288 psi
b. 2188 psi
c. 1882 psi
29. Casing 9 5/8” OD dipasang dan disemen sampai kedalaman
3000 ft.
Kemudian dilakukan leak off test dan didapat tekanan leak off
400 psi. Berat jenis lumpur yang digunakan saat test adalah
9.5 ppg.
Equivalent mud weight adalah:
a. 12.06 ppg
b. 10.06 ppg
c. 16.20 ppg
3.9. Kunci Jawaban Soal Bab III
1. b 7. a 13. a 19. c 25. c
2. a 8. c 14. a 20. c 26. b
3. a 9. b 15. c 21. a 27. b
4. a 10. b 16. b 22. b 28. c
5. c 11. a 17. c 23. a 29. a
6. b 12. c 18. a 24. a
27
IV. PENANGGULANGAN HILANG LUMPUR
Penanggulangan hilang lumpur tergantung kepada jenis hilang
lumpur tersebut.
Untuk menanggulangi seepage loss dan partial loss pada pada
prinsipnya terdapat empat cara, yaitu:
- tunggu untuk waktu tertentu
- turunkan berat jenis lumpur
- turunkan tekanan pompa
- ubah sifat-sifat lumpur
- campurkan loss circulating material
4.1. Penanggulangan Seepage Losses
Seepage losses kadang-kadang berhenti sendiri. Cutting akan
menyumbat lubang pori-pori tempat terjadi hilang lumpur tersebut.
Metoda yang terbaik adalah menunggu sampai sumur dapat
menanggulangi sendiri masalah loss tersebut. Padatan dari lumpur
dan gelling system akan menyumbat zone loss melalui mud filtrat.
Prosedur penanggulangan mud loss adalah sebagai berikut:
- Bila terjadi mud loss cabut rangkaian bor sampai bit berada
sepatu casing sebelumnya. (Bila kondisi memungkinkan)
- Tunggu 6 sampai 8 jam
- Putar rangkaian pemboran pipa pelan-pelan, kemudian
sirkulasikan lumpur juga pelan-pelan
- Bila sirkulasi lumpur dapat dipertahankan naikkan rate aliran
sampai rate minimum yang diperlukan untuk mengangkutan
cutting
- Bila sirkulasi lumpur dapat dipertahankan turunkan bit satu
sampai tiga stand kedasar lubang. Sebelumnya harus dilakukan
terlebih dahulu break circulation.
28
- Bila sudah diputuskan untuk melanjutkan pemboran, rate
pemboran harus selalu dikontrol untuk melihat apakah zone loss
sudah betul-betul tersumbat.
Untuk zone loss yang dangkal, dimana zone loss terjadi pada
formasi pasir yang kasar atau formasi gravel, penanggulangannnya
yang mudah dan murah adalah dengan membuat kondisi lumpur
dalam keadaan flokulasi, sehingga
aliran lumpur kedalam formasi diperlambat. Membuat kondisi
lumpur dalam keadaan flokulasi lumpur dicampur dengan:
- lime
- semen
- gypsum
- garam
Metoda yang lebih mahal adalah menaikkan viskositas dan gel
strength dari lumpur. Untuk tujuan ini lumpur ditambah dengan
clay.
Penanggulangan mud loss dapat juga dilakukan dengan
menurunkan harga berat jenis lumpur. Hal ini bertujuan untuk
menurunkan tekanan hidrostatik yang diderita oleh zone loss.
Menurunkan harga tekanan hidrostatis dalam menanggulangi mud
loss tidak selalu dapat dilakukan. Penurunan harga tekanan
hidrostatis lumpur dapat mengakibatkan fluida formasi masuk
kedalam lubang (kick).
Bila kondisi sumur tidak membahayakan dengan menurunkan berat
jenis lumpur, hal ini sangat muran dan mudah. Karena menurunkan
berat jenis dapat dilakukan dengan menambahkan air kedalam
lumpur. Lumpur yang ada didalam lubang disirkulasikan keluar dan
digantikan dengan lumpur yang lebih ringan.
29
Apabila cara-cara diatas tidak dapat menanggulangi mud loss, maka
usaha selanjutnya untuk menanggulangi mud loss adalah dengan
jalan penyumbatan dengan menggunakan lost circulation material
(LCM), dengan atau tanpa reinforcing plug.
Lumpur dicampur dengan LCM ukuran halus, dan disirkulasikan
kedalam sumur. Diharapkan LCM dapat menyumbat pori-pori zone
loss tersebut.
4.2. Penanggulangan Partial Losses
Bila terjadi partial losses lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
- Pompakan lumpur dan campur dengan lost circulating material
- Lakukan beberapa sirkulasi
- Matikan pompa dan amati permukaan lumpur.
Kalau permukaan lumpur tidak turun lagi berarti partial loss
sudah teratasi.
- Kalau belum teratasi campurkan beberapa macam jenis lost
circulating materila dan lakukan beberapa sirkulasi lagi.
- Hentikan sirkulasi dan angkat-angkat rangkaian sampai bit
berada pada casing shoe
- Diamkan beberapa jam
Cara lain adalah tidak seluruh lumpur yang dicampur dengan lost
circulating material, tapi hanya sebagian saja. Sehingga
penggunaan LCM tidak begitu banyak. Cara ini disebut dengan Bath
Method.
Lumpur yang dicampur dengan LCM berkisar antara 200 s/d 250
bbl, dimana LCM yang dicampurkan adalah 25 s/d 35 lb per barrel.
Sebaiknya LCm yang dicampurkan terdiri dari berbagai ukuran.
Sebelum memompakan campuran, suction screen dilepaskan
dahulu dari suction line pump.
30
Setelah rangkaian diturunkan sampai 50 ft diatas daerah loss,
campuran dipompakan kedalam drill pipe dengan rate 4 bbl per
menti.
Kalau campuran sudah mencapai bit, maka pemboran dilanjutkan.
Bila hilang lumpur tidak berhenti ulangi cara yang sama dengan
campur yang LCM nya lebih kasar.
4.3. Penanggulangan Complete Losses
Sebagaimana telah dijelaskan dalam halaman-halaman terdahulu
bahwa complete loss ada dua macam, yaitu:
- Permukaan di annulus lumpur tidak turun
- Permukaan di annulus lumpur turun
4.3.1. Penanggulangan Complete Losses dan Permukaan Lumpur di
Annulus tidak Turun
Bila ada tanda-tanda terjadi complete loss, dimana permukaan
lumpur di annulus tidak turun, maka diambil langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Hentikan pemboran, atau matikan rotary table
Isi lubang dengan lumpur encer sampai penuh
b. Angkat rangkaian kepermukaan, buka nozzle bit
c. Persiapkan campuran penyuimbat, sambil menurunkan kembali
rangkaian sampai puncak daerah loss.
d. Pompakan spacer beberapa bbl, dan diikuti dengan pemompaan
bahan campuran penyumbat sampai ujung rangkaian, dan tutup
annular BOP.
e. Lakukan penekanan dengan rate yang rendah dan dorong
dengan lumpur.
Bahan Campuran Penanggulangan Complete Loss
Bahan campuran untuk menanggulangan hilang lumpur adalah
sebagai berikut :
- Filter Loss Slurry
- Diesel Oil Bentonite
31
- Bengum Squeeze
- Diesel Oil Bentonite Cement
- Bentonite Cement
- Gilsonite Cement
- Calseal Class A Cement
Filter Loss Slurry
Filter loss slurry adalah campuran dari :
- air tawar atau air asin, 100 bbl
- lime, 0,25 s/d 1 lb per bbl
- Halliburton Diacel D, 50 lb per bbl
- Salt gel, 15 s/d 30 lb per bbl
Filter loss slurry dipompakan dengan rate 2 s/d 4 bbl permenit
sampai ujung rangkaian, kemudian tutup annular BOP. Lakukan
pendesakan, dimana tekanan tidak boleh lebih dari 500 psi. Than 30
menit dan buka annular BOP.
Setelah dibiarkan selama 4 jam, bersihkan lubang.
Diesel Oil Bentonite
Komposisi dari campuran diesel oil bentonite adalah sebagai
berikut:
- bentonite, 300 sack
- diesel oil 50 bbl
Harus diperhatikan sekali bahwa campuran ini tidak boleh
mengandung air.
Sistim pemompaan slurrynya adalah sebagai berikut:
- Turunkan rangkaian sampai 50 ft diatas daerah loss
- Pompakan diesel oil sebanyak 5 bbl sebagai spacer
- Pompakan slurry yang telah dibuat dibelakang minyak diesel,
dan dorong 5 bbl minyak diesel dan diikuti dengan lumpur
dibelakangnya.
- Saat diesel oil mencapai ujung rangkaian, tutup annular BOP.
32
- Lakukan pendesakan dari dalam string dan annulus secara
serentak dengan rate 2 s/d 4 bbl per menit.
Bengum Squeeze
Bengum squeeze merupakan slurry yang dibuat dari campuran
bentonite, bengum dan minyak diesel. Bengum merupakan karet
alam.
Setelah rangkaian pipa yang terbuka ujungnya diturunkan sampai
diatas puncak daerah loss, pompakan 10 bbl minyak diesel, dan
diikuti dengan slurry. Dibelakang slurry diikuti oleh minyak diesel
sekitar lima bbl dan didorong dengan lumpur.
Bila minyak diesel yang sebagai spacer awal sudah mencapai ujung
pipa tutup annula BOP.
Kemudian lakukan pendesakan dari dalam drill pipe dan di annulus
secara serentak.
Perbandingan pendesakan dari drill pipe dan annulus untuk ini
adalah antara 8:1 s/d 1:1.
Diesel Oil Bentonite Cement
Komposisi slurry adalah sebagai berikut:
- bentonite, 100 sack
- tepung semen, 100 sack
- diesel oil, 50 bbl
Pendesakan slurry ini hampir sama dengan pendesakan slurry diesel
oil bentonite. Perbedaannya hanya pada perbandingan pendesakan
dari drill pipe dan annulus untuk ini adalah 2:1. Sumur didiamkan
dahulu selama 8 jam kemudian baru dibersihkan, dan dapat di bor
kembali.
33
Bentonite Cement
Komposisi dari bentonite cement slurry adalah sebagai berikut:
- bentonite, 10 lb per bbl air
- air di treat dengan 0.25 lb per bbl sodium carbonate, dan 0.26 lb
per bbl caustic. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh
calcium dan magnesium.
Slurry ini sama dipompakan ke daerah loss.
Gilsonite Cement
Komposisi dari Gilsonite cement slurry adalah sebagai berikut:
- sement
- bentonite 4%
- gilsonite, 25 s/d 100 lb per sack sement
Slurry ini sama dipompakan ke daerah loss.
Calseal Class A Cement
Komposisi dari calseal class A cement, slurry adalah sebagai berikut
:
- sement portland class A, 2500 lb
- Halliburton’s Calseal 2500 lb
- Halliburton’s Diacel D 2500 lb
- Halliburton’s Diacel A 250 lb
- Halliburton’s Diacel LWL 25 lb
Slurry ini sama dipompakan ke daerah loss.
4.3.2. Penanggulangan Complete Yang Disertai
Penurunan permukaan lumpur akan berlangsung terus sampai
tekanan hidrostatik lumpur sebanding dengan tekanan dari formasi
yang loss.
Hal ini sangat berbahaya karena bisa terjadi kick pada formasi
diatas daerah loss tersebut.
34
Langkah-langkah yang perlu segera diambil adalah sebagai berikut :
a. Hentikan pemboran, dan angkat kelly sampai tool joint berada
diatas rotary table, sambil mengisi annulus.
b. Untuk menyelamatkan sumur dari kemungkinan kick biasanya
dilakukan pengisian air sampai annulus penuh. Usaha ini tdak
selalu berhasil kalau tekanan formasi yang lebih tinggi dari
tekanan fluida di annulus.
Kalau lubang dapat penuh dan tidak terjadi kick, maka dapat
dihitung tinggi air yang dimasukkan ke annulus, dimana :
Volume air yang dimasukkan
hw = -----------------------------------------------
…………………………………… (3)
kapasitas annulus
Dimana hw adalah tinggi air di dalam sumur, ft. Volume air dalam
satuan cuft, dan kapasitas annulus adalah dalam satuan cuft/ft.
Sehingga tekanan hidrostatik yang dapat ditahan oleh formasi
supaya tidak loss adalah:
Ph = (0.052 x BJw x hw) + 0.052 x (D-hw) x Bjm
…………………. (4)
Dimana:
Ph : Tekanan hidrostatik didasar lubang, psi
Bjw : Berat air yang dimasukkan, ppg
D : Kedalaman lubang (TVD), ft
Bjm : Berat jenis lumpur yang ada dalam lubang, ppg
Dengan diketahui tekanan hidrostatik yang dapat ditahan oleh
formasi, maka dapat ditentukan berat jenis lumpur maksimal yang
digunakan agar tidak terjadi hilang lumpur.
35
Persamaannya adalah sebagai berikut:
Ph
BJ = ------------- ………………… (5)
0.052 x D
Dimana BJ adalah berat jenis lumpur maksimum yang digunakan
agar tidak terjadi hilang lumpur, atau disebut juga dengan
Equivalent Mud Weight dalam satuan ppg.
Setelah harga BJ didapat, selanjutnya turunkan harga berat jenis
lumpur sampai beberapa ppg dibawah Bj, dan tambahkan material
penyumbat atau lost circulating material. Kalau berat jenis lumpur
tidak mungkin dikurangi maka penanggulangan hilang lumpur
adalah dengan metoda plugging, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Contoh Kasus Hilang Lumpur
Data sumur :
- Terjadi lost circulating pada kedalaman sumur 11400 ft
- Diameter lubang 8 ½”
- Casing 9 5/8” OD, 47 lb/ft dipasang sampai kedalaman 9800 ft
- Berat lumpur dalam lubang 75 lb/cuft
- Berat jenis air laut 64.3 lb/cuft
- Bit yang digunakan adalah tanpa nozzle, karena dari
pengalaman pada kedalaman sebelumnya yaitu diwaktu
menembus lapisan limestone terjadi partial loss.
- Drill pipe yang digunakan adalah grade E 5” OD, 19.5 lbs/ft
- Drill collar 6 3/8” OD x 2 13/16” ID, 650 ft
36
Penanganan Kasus :
Langkah-langkah yang diambil adalah hentikan pemboran, angkat
kelly dan isi annulus dengan air laut.
Lubang sumur penuh kembali setelah diisi dengan air laut 780 cuft.
Tekanan hidrostatik sebelum terjadi loss adalah:
0.069 x 11400 x 75 = 5900 psi
Volume annulus terdiri dari :
- Volume annulus antara drill pipe dengan casing 9 5/8” OD
sampai kedalaman 9800 ft.
- Volume annulus antara drill pipe dengan lubang terbuka
sepanjang (11400 - 9800 - 650) = 950 ft.
- Volume annulus antara drill collar dengan lubang terbuka,
sepanjang 650 ft.
Volume annulus antara drill pipe dengan casing 9 -5/8” OD sampai
kedalaman 9800 ft.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Casing 9 5/8” OD, 47.00 lb/ft mempunyai ketebalan 0.472”
Sehingga ID nya = 9 5/8 - 2 0.472)
= 8.681 inch
Volume annulus antara drill pipe dengan casing 9 5/8” OD sampai
kedalaman 9800 ft.
ft²
= ---------- (8.681² - 5²) in² x 9800 ft x -------------
4 144 in²
= 2692 cuft
37
Karena lubang sumur penuh kembali setelah diisi dengan air laut
780 cuft, berarti batas air dan lumpur berada di annulus antara drill
pipe dengan casing 9 5/8” OD.
Tinggi kolom air laut yang dimasukkan adalah:
= -------------------- x 9800 ft
2692 cuft
= 2836 ft
Tekanan hidrostatik yang dapat ditahan oleh zone loss adalah
= (0.0069 x 2836 x 64.3) + (0.0069 x (11400 - 2836) x 75)
= 5690 psi
Equivalent mud weight pada zone loss
5690
= -------------------------
0.0069 x 11400
= 72.3 lb/cuft
Dalam satuan lain mud weight pada zone loss
5690
= -------------------------
0.052 x 11400
= 9.6 ppg
38
4.4 Latihan Soal Untuk Bab IV
Pilihlah salah satu jawaban yang benar :
1. Cara penanggulangan hilang lumpur tergantung kepada :
a. kekerasan batuan
b. jenis hilang lumpur tersebut
c. rangkaian pemboran yang digunakan
2. Diwaktu menanggulangi seepage loss bit sebaiknya :
a. berada di dasar lubang
b. bit dicabut sehingga berada dalam sepatu casing sebelumnya
c. bit dicabut kepermukaan
3. Diwaktu menanggulangi seepage loss lumpur didiamkan selama:
a. 1 s/d 2 jam
b. 3 s/d 5 jam
c. 6 s/d 8 jam
4. Diwaktu menanggulangi seepage loss penyumbatan diharapkan
oleh:
a. cutting
b. padatan lumpur
c. jawaban a dan b benar
5. Penanggulangan seepage loss yang mudah dan murah adalah:
a. membuat lumpur dalam keadaan flokulasi
b. membuat lumpur dalam keadaan suspensi
c. membuat lumpur dalam keadaan abrasi
39
6. Untuk tujuan pada soal 5 lumpur dapat dicampur dengan:
a. lime atau garam
b. semen atau gypsum
c. jawaban a dan b benar
7. Untuk tujuan paa soal 5 lumpur dapat dicampur dengan :
a. clay
b. barite
c. spersene
8. Apabila cara-cara diatas tidak dapat menanggulangi mud loss,
maka usaha selanjutnya untuk menanggulangi mud loss adalah
dengan jalan:
a. penyumbatan dengan menggunakan lost circulation material
(LCM)
b. menaikkan berat jenis lumpur
c. menaikkan rate pemompaan
9. Bath Method dalam penanggulangan hilang lumpur maksudnya
a. LCM ditambahkan kedalam seluruh lumpur
b. LCM ditambahkan kedalam sebagian lumpur
c. Semen ditambahkan kedalam seluruh lumpur
10. Pada Bath method lumpur yang dicampur dengan LCM
berkisar
a. antara 200 s/d 250 bbl
b. antara 100 s/d 150 bbl
c. antara 50 s/d 100 bbl
11. Pada bath method LCM yang dicampur dengan lumpur
berkisar
a. antara 5 s/d 15 lb per bbl
b. antara 15 s/d 25 lb per bbl
c. antara 25 s/d 35 lb per bbl
40
12. Sebaiknya LCM yang dicampurkan terdiri dari :
a. berbagai ukuran
b. satu macam ukuran
c. jawaban a dan b benar
13. Sebelum memompakan campuran dilepaskan terlebih dahulu
a. suction screen
b. suction line pump
c. screen dari shale shaker
14. Setelah rangkaian diturunkan sampai 50 ft diatas daerah loss,
campuran dipompakan kedalam drill pipe denga rate :
a. 4 bbl per menit
b. 14 bbl per menit
c. 24 bbl per menit
15. Kalau campuran sudah mencapai bit
a. rangkaian dicabut
b. diamkan selama 4 jam
c. maka pemboran dilanjutkan
16. Bila aa tanda-tanda terjadi complete loss, dimana permukaan
lumpur di annulus tidak turun, langkah pertama adalah sebagai
berikut :
a. Hentikan pemboran, atau matikan rotary table.
Isi lubang dengan lumpur encer sampai penuh
b. Angkat rangkaian kepermukaan, buka nozzle bit
c. Persiapkan campuran penyuimbat, sambil menurunkan
kembali rangkaian sampai puncak daerah loss.
41
17. Setelah rangkaian diangkat ke permukaan
a. pompakan campuran penyumbat
b. buka nozzle
c. turunkan rangkaian ke puncak daerah loss
18. Pekerjaan yang dilakukan sambil menurunkan rangkaian ke
puncak loss adalah:
a. Pompkan spacer beberapa bbl
b. buat campuran penyumbat
c. tutup BOP
19. Setelah rangkaian berada di puncak daerah loss dan campuran
penyumbat sudah selesai.
a. pompaan bahan campuran penyumbat sampai ujung
rangkaian
b. tutup annular BOP
c. lakukan penekanan dengan rate yang rendah dan dorong
dengan lumpur.
20. Setelah BOP ditutup
a. lakukan penekanan dengan rate yang rendah dan dorong
dengan lumpur
b. lakukan penekanan dengan rate yang tinggi dan dorong
dengan lumpur
c. lakukan penekanan dengan rate yang rendah dan dorong
dengan air.
21. Filter loss slurry adalah campuran penyumbat yang terdiri dari:
a. air tawar atau air asin, lime, Diacel D, dan Salt gel
b. air tawar atau air asin, lime, Diacel D, Salt gel, dan barite
c. air tawar atau air asin, lime, Diacel D, Salt gel, dan caustic
soda
42
22. Pemompaan Filter loss slurry dipompakan sampai ujung
rangkaian dengan rate
a. 4 s/d 6 bbl per menit
b. 2 s/d 4 bbl/menit
c. 10 s/d 15 bbl/menit
23. Setelah filter loss slurry dipompakan sampai ujung rangkaian
a. buka BOP
b. tutup annular BOP
c. tutup blind ram BOP
24. Tekanan pendesakan Filter loss slurry maksimal adalah:
a. 100 psi
b. 250 psi
c. 500 psi
25. Setelah pendesakan
a. tahan 30 menit
b. buka annular BOP
c. biarkan selama 4 jam
26. Komposisi dari campuran diesel oil bentonite adalah sebagai
berikut :
a. bentonite, 300 sack, dan diesel oil 50 bbl
b. bentonite, 300 sack, dan diesel oil 150 bbl
c. bentonite, 300 sack, dan diesel oil 250 bbl
27. Harus diperhatikan sekali bahwa campuran ini tidak boleh
mengandung:
a. minyak
b. garam
c. air
43
28. Setelah rangkaian diturunkan sampai 50 ft diatas daerah loss :
a. Pompakan diesel oil sebanyak 5 bbl sebagai spacer
b. Pompakan slurry yang telah dibuat dibelakang minyak
diesel
c. Pompakan lumpur pendorong
29. Saat diesel oil mencapai ujung rangkaian
a. buka annular BOP
b. tutup annular BOP
c. tutup blind ram BOP
30. Setelah spacer pertama mencapai ujung rangkaian:
a. Lakukan pendesakan dari dalam string
b. Lakukan pendesakan dari annulus
c. Jawaban a dan b benar
31. Pendesakan dilakukan secara serentak dengan rate:
a. 1 s/d 2 bbl per menit
b. 2 s/d 4 bbl per menit
c. 4 s/d 6 bbl per menit
32. Campuran penyumbat Bengum Squeeze merupakan slurry yang
dibuat dari campuran :
a. bentonite, bengum, minyak diesel, air asin atau air tawar
b. bentonite, bengum, minyak diesel, diacel D
c. bentonite, bengum, minyak diesel, air asin atau air tawar
33. Sebagai spacer didepan dan dibelakang campuran bengum
adalah:
a. air asin
b. air tawar
c. minyak diesel
44
34. Perbandingan pendesakan dari drill pipe dan annulus untuk ini
adalah:
a. antara 8:1 s/d 1:1
b. antara 9:1 s/d 4:1
c. antara 8:1 s/d 4:1
35. Komposisi Diesel Oil Bentonite Cement adalah:
a. 100 sack bentonite, 100 sack tepung semen, 50 bbl air
tawar
b. 200 sack bentonite, 200 sack tepung semen, 50 bbl air
tawar
c. 100 sack bentonite, 100 sack tepung sement, 50 bbl
minyak
diesel
36. Perbandingan pendesakan dari drill pipe dan annulus untuk
campuran penyumbat Diesel Oil Bentonite Cement adalah:
a. 2 : 1
b. 4 : 1
c. 8 : 1
37. Komposisi dari Gilsonite cement slurry adalah:
a. semen, bentonite, gilsonite, dan air
b. semen, bentonite, gilsonite, dan minyak diesel
c. semen, bentonite, gilsonite, minyak diesel, dan air
38. Bentonite yang dicampurkan untuk Gilsonite cement slurry
adalah:
a. 6%
b. 5%
c. 4%
39. Gilsonite yang dicampurkan untuk Gilsonite cement slurry
adalah:
a. 15 s/d 100 lb per sack semen
b. 25 s/d 100 lb per sack semen
c. 35 s/d 100 lb per sack semen
45
40. Bila hilang lumpur dimana terjadi penurunan permukaan
lumpur akan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah:
a. Hentikan pemboran
b. Angkat kelly sampai tool joint berada diatas rotary table
c. Isi annulus
41. Sambil angkat kelly sampai tool joint berada diatas rotary table.
a. Hentikan pemboran
b. buat campuran penyumbat
c. isi annulus
Data Sumur :
- Terjadi lost circulation pada kedalaman sumur 10000 ft
- Diameter lubang 8 ½”
- Casing 9 5/8” OD, 8.681” ID, 47 lb/ft dipasang sampai
kedalaman 9000 ft
- Berat lumpur dalam lubang 10 ppg
- Bit yang digunakan adalah tanpa nozzle, karena dari
pengalaman pada kedalaman sebelumnya yaitu diwaktu
menembus lapisan limestone terjadi partial loss.
- Drill pipe yang digunakan adalah grade E 5”OD, 19.5 lbs/ft
- Drill collar 6 3/8” OD x 2 13/16” ID, 650 ft
- Lubang sumur penuh kembali setelah diisi dengan air 800
cuft
42. Tekanan hidrostatik sebelum terjadi loss adalah:
a. 5900 psi
b. 5200 psi
c. 5290 psi
46
43. Volume annulus drill pipe dengan casing 9/58” OD adalah
a. 4295 cuft
b. 3373 cuft
c. 2472 cuft
44. Karena lubang sumur penuh kembali setelah diisi dengan air
780 cuft, berarti batas air dan lumpur berada di annulus:
a. antara drill pipe dengan casing 9 5/8” OD
b. antara drill collar dengan casing 9 5/8” OD
c. antara drill pipe dengan casing 9 5/8” OD
45. Tinggi kolom air laut yang dimasukkan adalah:
a. 2913 ft
b. 2692 ft
c. 2836 ft
46. Tekanan hidrostatik yang dapat ditahan oleh zone loss
adalah :
a. 5494 psi
b. 5690 psi
c. 4947 psi
47. Equivalent mud weight pada zone loss
a. 9.8 ppg
b. 9.5 ppg
c. 9.3 ppg
47
4.5. Kunci Latihan Soal Bab IV
1. b 6. c 11. c 16. a 21. a 26. a 31. b 36. a 41.c
46. c
2. b 7. a 12. a 17. b 22. b 27. c 32, b 37. a 42. b
47. b
3. c 8. a 13. a 18. b 23. b 28. ab 33. c 38. c
43. c
4. c 9. b 14. a 19. a 24. c 29. b 34. a 39. b 44. a
5. a 10. a 15. b 20. a 25. a 30. c 35. c 40. a 45. c
48
PENUTUP
Syukur alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan buku Hilang
Lumpur Jilid I ini, tanpa halangan yang berarti.
Buku ini belumlah lengkap, dan banyak masalah hilang lumpur yang
belum dikupas.
Penulis akan paparkan nanti dalam buku Hilang Lumpur Jilid II.
Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kesempatan dan
memberikan bimbingan kepada penulis untuk membuat buku
lanjutannya.
Sekian, dan terima kasih atas perhatian pembaca yang budiman.
Cepu, November 1998
Hormat Penulis