laporan tinjauan geologi mud volcano semau

10
1 LAPORAN TINJAUAN SECARA GEOLOGI MUD VOLCANO PADA LOKASI EMBUNG SAMALIANG KECAMATAN SEMAU, KABUPATEN KUPANG, PROVINSI NTT EMBUNG SAMALIANG Lokasi : Desa Uiasa, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang Kapasitas Tampungan : 35.000 m 3 Koordinat : 10 0 11.110’ LS 123 0 27.288’ BT TA : 2013 Peristiwa semburan lumpur (mud volcano) di lokasi sekitar Embung Samaliang mulai terjadi sejak hari Sabtu tanggal 28 Februari 2015 sekitar pukul 04.00 WITA hingga hari Minggu tanggal 1 Maret 2015. Lokasi pusat semburan lumpur sendiri berada kurang lebih 50 m dari sisi BL (Barat laut) Embung Samaliang. Akibat semburan lumpur tersebut mengakibatkan hancurnya dan amblesnya sisi BL dan Utara Embung Samaliang, serta tergenangnya sawah tadah hujan milik warga masyarakat dengan luas area sekitar 4 ha. Selain itu pada bagian lereng tubuh tanggul Embung juga mengalami jebol dengan diameter 80 cm, kedalaman 1,3 m, serta membentuk alur dengan panjang ± 29 m. Berdasarkan sumber masyarakat di sekitar Embung Samaliang menyebutkan bahwa setidak ada 3 titik (A, B, C) pusat semburan lumpur di sekitar embung tersebut. Akan tetapi lokasi titik semburan lumpur yang relative aktif mengeluarkan lumpur adalah titik A yang berada di bagian selatan Embung yakni tiap 2 tahun sekali. Sedangkan pada lokasi titik B yang pada Sabtu pagi itu menyemburkan lumpur, terakhir kali mengeluarkan lumpur yakni pada tahun 1962. Berdasarkan peta geologi regional lembar Kupang-Atambua (P3G, 1996), daerah Embung Samaliang dan sekitarnya tersusun oleh Kompleks Bobonaro. Bobonaro Kompleks (Tb): secara litologi terdiri dari 2 bagian pokok :

Upload: ghozali-mahmud

Post on 04-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Mud Volcano di Semau

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

1

LAPORAN TINJAUAN SECARA GEOLOGI

MUD VOLCANO PADA LOKASI EMBUNG SAMALIANG

KECAMATAN SEMAU, KABUPATEN KUPANG, PROVINSI NTT

EMBUNG SAMALIANG

Lokasi : Desa Uiasa, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang

Kapasitas Tampungan : 35.000 m3

Koordinat : 100 11.110’ LS 1230 27.288’ BT

TA : 2013

Peristiwa semburan lumpur (mud volcano) di lokasi sekitar Embung Samaliang mulai

terjadi sejak hari Sabtu tanggal 28 Februari 2015 sekitar pukul 04.00 WITA hingga hari Minggu

tanggal 1 Maret 2015. Lokasi pusat semburan lumpur sendiri berada kurang lebih 50 m dari sisi

BL (Barat laut) Embung Samaliang. Akibat semburan lumpur tersebut mengakibatkan hancurnya

dan amblesnya sisi BL dan Utara Embung Samaliang, serta tergenangnya sawah tadah hujan

milik warga masyarakat dengan luas area sekitar 4 ha. Selain itu pada bagian lereng tubuh

tanggul Embung juga mengalami jebol dengan diameter 80 cm, kedalaman 1,3 m, serta

membentuk alur dengan panjang ± 29 m.

Berdasarkan sumber masyarakat di sekitar Embung Samaliang menyebutkan bahwa

setidak ada 3 titik (A, B, C) pusat semburan lumpur di sekitar embung tersebut. Akan tetapi

lokasi titik semburan lumpur yang relative aktif mengeluarkan lumpur adalah titik A yang

berada di bagian selatan Embung yakni tiap 2 tahun sekali. Sedangkan pada lokasi titik B yang

pada Sabtu pagi itu menyemburkan lumpur, terakhir kali mengeluarkan lumpur yakni pada

tahun 1962.

Berdasarkan peta geologi regional lembar Kupang-Atambua (P3G, 1996), daerah

Embung Samaliang dan sekitarnya tersusun oleh Kompleks Bobonaro. Bobonaro Kompleks (Tb):

secara litologi terdiri dari 2 bagian pokok :

Page 2: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

2

a. Lempung bersisik, menunjukkan cermin sesar, lunak, berwarna merah tua, kehijauan,

hijau kelabu, merah kecoklatan, kelabu kebiruan dan merah jambu. Terlihat garis-garis

alir dengan perdaunan lemah, terutama di sekitar batuan yang kompeten seperti

bongkah asing. Kondisi lapuk mengembang, memperlihatkan kemas jagung

berondong. Lempung bersisik ini merupakan matrik dari bongkah asing (exotic blocks)

yang berasal dari batuan yang lebih tua.

b. Bongkah-bongkah asing yang bermacam ukurannya seperti batupasir mika dari

Formasi Bisane, batugamping dari Formasi Cablac, rijang, batuan ultrabasa, lava bantal

dan batugamping krinoida dari Formasi Maubisse, batuan dari Komplek Mutis,

Formasi Ofu, Formasi Nakfunu dan batuan yang lain.

Ketebalan komplek Bobonaro sangat bervariasi dan sangat sulit diperkirakan. Batuan

ini mempunyai karakteristik tanah ekspansif, yaitu pada kondisi kering akan mengalami

penyusutan (shrinkage) yang besar, dan terjadi retakan-retakan yang mudah dikenali secara

visual. Pada kondisi basah, tanah mengalami pengembangan (swelling) dan bila proses

pembasahan terus berlangsung maka akan terjadi pelunakan tanah (softening) sehingga tanah

secara visual seperti bubur.

Gambar 1 Pusat Semburan Mud Volcano di Embung Samaliang

Page 3: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

3

Definisi Mud Volcano

Mud volcano didifinisikan sebagai endapan lumpur yang mempunyai densiti lebih

ringan dari batuan sekitarnya, mobilitas tinggi, naik kepermukaan melalui bidang lemah sebagai

konduit baik berupa sesar (mendatar maupun tegak) serta rekahan-rekahan dan membentuk

kerucut seperti gunung api dengan ketinggian berkisar dari 17-30 meter. Komposisi mud

volcano ini terdiri atas semua material yang dikeluarkan dari perut bumi baik berupa massa

padat, plastis, cair, dan gas. Massa padat berupa bebatuan, garam sedangkan massa plastis

berupa bubur lempung. Sebaliknya massa cair dapat berupa air (air tanah, air

magmatik/vulkanik dan air laut) sedangkan massa gas berupa gas metan, hidrat dan gas

belerang.

Munculnya mud volcano ini dipicu oleh adanya bubur lumpur yang bercampur dengan

kantong kantong gas (metan) yang mengalami kelebihan tekanan terkubur di bawah

permukaan, berusaha keluar ke permukaan bumi. Konduit untuk keluarnya bubur lumpur

tersebut yang berupa bukaan atau rekahan terbentuk akibat proses tektonik/pembentukan

patahan atau struktur antiklin. Ada pula yang menyebutkan bahwa pemicu keluarnya mud

volcano akibat adanya gaya dari dalam perut bumi (indogenik). Selain itu, ada juga yang

menyebutkan bahwa mud volcano muncul pada perpotongan dua trend besar.

Mud volcano sebenarnya identik dengan mud/salt diapir. Mud volcano merupakan

intrusi massa yang relatif mobil terhadap strata di sekitarnya akibatnya adanya daya apung

(buoyancy) dan perbedaan tekanan yang berlebihan (oversaturated) dan ketika massa yang

mengintrusi tiba di permukaan, maka mereka dikenal dengan sebutan mud volcano. Sebaliknya,

diapir merupakan bentuk intrusif (material shale) berskala lebih besar dibandingkan dengan

mud volcano dan bergerak secara perlahan muncul kepermukaan (contoh diapirism di selatan

Sesar Geser Sorong, Papua) (Awang, 2001).

Mud volcano dapat dibagi 2 jenis utama, yaitu: mud volcano yang berasosiasi dengan

gunung api dan mud volcano yang tidak ada hubungan sama sekali dengan gunung api. Mud

volcano tipe pertama dicirikan keberadaannya berdekatan dengan gunung api aktif. Umumnya,

mud volcano jenis ini bersuhu tinggi, mengeluarkan uap air dengan jumlah besar dan tidak

Page 4: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

4

hadirnya gas hidrokarbon. Contoh mud volcano jenis ini adalah solfatara atau fumarol/geyser

yang dihasilkan oleh aktivitas vulkanik.

Mud volcano tipe kedua adalah jenis yang tidak ada kaitan dengan gunung api. Dengan

kata lain, jenis ini meletus secara independen tanpa terkait dengan gunung api. Mud volcano ini

dicirikan dengan air letusan yang relatif bersuhu rendah/dingin dan mengandung material

hidrokarbon (dalam bentuk gas). Golongan mud volcano inilah yang merupakan mud volcano

yang sesungguhnya.

Provinsi Mud Volcano

Layaknya gunung api yang tersebar luas di muka bumi ini, mud volcano juga tersebar

luas di muka bumi ini sehingga Kholodov (2002) membagi provinsi mud volcano menjadi ±29

provinsi. Kebanyakan provinsi mud volcano berada di luar Indonesia.

Di Indonesia, khususnya, provinsi mud volcano termasuk ke dalam provinsi yang ke-16

dan 18. Provinsi mud volcano ke 16 ini termasuk Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, seperti

yang diuraikan di atas, mud volcano terdapat di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan,

Pulau Timor, Pulau Semau, Pulau Kambing dan Papua. Secara keseluruhan, terdapat sekitar 50

buah mud volcano di provinsi ke 16 ini dan yang terbanyak terdapat di Pulau Kalimantan. Secara

umum, mud volcano di provinsi ini berhubungan erat dengan keberadaan minyak dan gas bumi.

Provinsi berikutnya yang terdapat di Indonesia dan tergolong ke dalam urutan ke 18, terdapat

di pantai Timor (termasuk Pulau Rote, Pulau Kambing) yang oleh penduduk disebut pottoses

(poton).

Mud Volcano di Pulau Semau

Di wilayah NTT, mud volcano dijumpai di Pulau Timor, Sabu, Rote dan pulau-pulau kecil

lainnya. Seperti yang telah diuraikan di atas, mud volcano di NTT ini tersusun oleh lempung

bersisik Komplek Bancuh Bobonaro. Munculnya lumpur ini diduga akibat dari proses mud

diapirism-mud volcano (Barber dan Tjkrosaputro (1980, AAPGBull) yang muncul akibat adanya

sesar geser menganan (strike-slip). Bukaan/pergerakan pada sesar geser tersebut diperkirakan

karena pengaruh gempa yang terjadi 1 hari sebelumnya hari Jumat tanggal 27 Februari 2015.

Gempa terjadi di Kabupaten Flores Timur dengan kekuatan 7,1 SR sekitar pukul 20.45 Wita

Page 5: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

5

dengan lokasi gempa 7.55 Lintang Selatan dan 122,60 Bujur Timur dengan kedalaman 572

kilometer. Pusat gempa berada di 104 kilometer Barat Laut Flores Timur.

Di Pulau Semau, walaupun tidak semua pulau ditutupi oleh mud volcano, akan tetapi

secara keseluruhan pulau ini merupakan pulau mud volcano. Tidak tersingkapnya mud volcano

di seluruh pulau karena sudah ditutupi oleh endapan Kuarter berupa Formasi Batu gamping.

Seperti diuraikan sebelumnya, Pulau Semau termasuk mud volcano yang tersingkap di bawah

laut (submarine sub volcano) dan digolongkan ke dalam provinsi mud volcano yang ke 16. Tidak

sepertinya mud volcano di daratan yang memiliki mobilitas tinggi, sebaliknya mud volcano di

bawah laut mobilitasnya rendah karena terhalang oleh adanya lapisan air. Oleh karena itu,

sewaktu terjadi intrusi mud volcano di pulau ini, sebagian produk mud volcano masih

tenggelam di laut dan sebagian muncul kepermukaan. Daerah yang masih terendam di bawah

laut, merupakan lahan pembentukan koral sehingga membentuk endapan gamping koral yang

luas. Adanya proses pengangkatan, secara keseluruhan endapan batu gamping koral yang

menutupi sebagian besar menutupi mud volcano yang berupa scally clay dari Komplek

Bobonaro muncul kepermukaan sehingga terbentuklah Pulau Semau.

Mud volcano di Pulau Semau, sebetulnya, tidak jauh berbeda dengan mud volcano di

Sidoarjo yang dikenal dengan LUSI. Hanya, secara klasifikasi, mud volcano di Pulau Semau

kemungkinan termasuk mud volcano yang tidak berhubungan dengan kegiatan gunung api

(jalur gunung api). Hal ini dapat diketahui dari lumpur dari mud volcano yang bersuhu rendah.

Sebaliknya, mud volcano di Sidoarjo (LUSI), kemungkinan kehadirannya sangat erat dengan

gunung api.

Selain itu, muncul mud volcano di pulau Semau ini ke permukaan kemungkinan

disebabkan oleh adanya kegiatan tektonik bawah laut. Sebetulnya, munculnya mud volcano ini

adalah fenomena alam, sehingga tidak mungkin untuk ditanggulangi secara teknologi. Sama

halnya dengan gempa bumi dan tsunami, tidak ada kekuatan manusia untuk menghentikannya

bahkan menduga terjadinya bencana ini juga tidak ada yang tahu, apalagi untuk

menanggulanginya. Tentunya, untuk menanganinya kita harus kembalikan kepada alam dan

suatu saat tentunya akan berakhir seperti mud volcano yang ada di Pulau Semau khususnya dan

Pulau Timor umumnya.

Page 6: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

6

Untuk menanggulangi aktivitas mud volcano yang terjadi, perlu rencana tata ruang

wilayah (RTRW) Kabupaten dalam melakukan pengaturan pola ruang, yaitu wilayah mud

volcano diarahkan untuk kegiatan perkebunan atau pertanian sesuai potensinya, sedangkan

permukiman diarahkan pada non mud volcano seperti pada lahan berbatu gamping. Sementara

itu hunian yang terlanjur berada di lahan mud volcano secara perlahan dan terencana direlokasi

ke daerah yang tidak dipengaruhi oleh kegiatan mud volcano tersebut. Sama halnya dengan

menghadapi potensi bencana lainnya seperti potensi letusan gunung api, tsunami, dan gempa

bumi hunian harus berada di zona aman.

Mud volcano sebagai fenomena alam, di samping membawa malapetaka juga

membawa berkah kepada umat manusia karena kehadiran mud volcano memberikan indikasi

bahwa di daerah tersebut kemungkinan ada deposit minyak bumi dan gas, khususnya mud

volcano yang tidak ada kaitan dengan gunung api. Potensi lahan mud volcano adalah tempat

tumbuhnya pohon lontar, tanaman kosambi pesawahan.

Sedangkan untuk penanganan pasca bencana yang terjadi di Embung Samaliang,

sebaiknya lokasi embung tersebut direlokasi di tempat baru yang tidak terdapat mud volcano.

Karena kemungkinan titik B semburan mud volcano tersebut sewaktu-waktu bisa

menyemburkan lumpur lagi apabila ada gaya indogenik yang memicunya lagi. Selain itu area

amblesan yang merupakan area terdampak akibat semburan lumpur tersebut belum selesai

mengalami proses collapase/ambles (kondisi amblesan saat ini sekitar 1-1,5 m). Sehingga

sewaktu-waktu bisa ambles lebih dalam lagi mengingat banyaknya material lumpur yang

dikeluarkan dari titik semburan.

Page 7: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

7

Foto-Foto Dampak Semburan Mud Volcano di Embung Samaliang

A B

Gambar 2 Bocoran/jebol di tubuh Embung Samaliang A (bagian hulu), B (bagian hilir)

Gambar 3 Genangan Lumpur di Sawah Tadah Hujan Masyarakat

Page 8: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

8

Gambar 4 Kerusakan pada Embung Samaliang

Page 9: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

9

Gambar 5 Lokasi Semburan Lumpur di Embung Samaliang

Keterangan Gambar

: Pusat Semburan Lumpur (titik B) : Bocoran (jebol)

: Retakan dan amblesan : Area tergenang lumpur

: Area amblesan (Collapse Structure)

Page 10: Laporan Tinjauan Geologi Mud Volcano Semau

10