modul statika pdf kelas x smk

35
Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 1 Modul 1 PENGERTIAN ILMU GAYA “STATIKA” Setelah mengikuti dan mempelajari bahan pembalajaran dalam modul ini, peserta didik diharakan dapat : Menguasai pengertian mekanika teknik dan statika teknik bangunan. Menguasai pengertian gaya, vektor, resultante, dan momen gaya. Menguasai dan menjelaskan proses penyusunan dan penguraian gaya secara grafis dan analitis. Menerangkan pentingnya gaya dan resultante. Menerapkan perhitungan momen gaya. A. Pengertian Mekanika Perhatikanlah bagan pembagian ilmu gaya berikut ini. Gambar 2. Pembagian Ilmu Statika (Mekanika Teknik) Statika yang dimaksud dalam bagan di atas adalah statika teknik bangunan, yaitu ilmu yang mempelajari kekuatan dan stabilitas konstruksi bangunan. Ilmu statika ini sering disebut mekanika teknik. Ilmu mekanika terbagi menjadi dua yaitu Ilmu Mekanika Teori dan Ilmu Mekanika Terpakai seperti perhitungan statika bangunan. Perhitungan statika bangunan adalah ilmu yang mempelajari kekuatan-kaekuatan dan stabilitas konstruksi dan bagian dari bangunan. Perhitungan kekuatan dan stabilitas meliputi perhitungan Statika Dinamika Kinematika Ilmu Gaya / Mekanika Teknik Stabilitas Kekuatan Gerak Gerak & Penyebabnya

Upload: sidenreng-alam-mgmp-mamuju

Post on 16-Apr-2017

2.278 views

Category:

Education


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 1

Modul 1

PENGERTIAN ILMU GAYA “STATIKA”

Setelah mengikuti dan mempelajari bahan pembalajaran dalam modul ini, peserta

didik diharakan dapat :

� Menguasai pengertian mekanika teknik dan statika teknik bangunan.

� Menguasai pengertian gaya, vektor, resultante, dan momen gaya.

� Menguasai dan menjelaskan proses penyusunan dan penguraian gaya

secara grafis dan analitis.

� Menerangkan pentingnya gaya dan resultante.

� Menerapkan perhitungan momen gaya.

A. Pengertian Mekanika

Perhatikanlah bagan pembagian ilmu gaya berikut ini.

Gambar 2. Pembagian Ilmu Statika (Mekanika Teknik)

Statika yang dimaksud dalam bagan di atas adalah statika teknik

bangunan, yaitu ilmu yang mempelajari kekuatan dan stabilitas

konstruksi bangunan. Ilmu statika ini sering disebut mekanika teknik.

Ilmu mekanika terbagi menjadi dua yaitu Ilmu Mekanika Teori dan Ilmu

Mekanika Terpakai seperti perhitungan statika bangunan.

Perhitungan statika bangunan adalah ilmu yang mempelajari

kekuatan-kaekuatan dan stabilitas konstruksi dan bagian dari

bangunan. Perhitungan kekuatan dan stabilitas meliputi perhitungan

Statika Dinamika Kinematika

Ilmu Gaya / Mekanika Teknik

• Stabilitas

• Kekuatan

Gerak Gerak &

Penyebabnya

Page 2: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 2

dimensi, kontrol, kekuatan, dan stabilitas. Definisi dari masing-masing

perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan Dimensi, adalah perhitungan untuk menentukan ukuran

suatu konstruksi terutama pada ukuran penampang bahan secara

efisien yang diperlukan mampu mendukung gaya-gaya atau

muatan/beban bekerja pada konstruksi dengan tetap

memperhitungan faktor keamanan.

2. Perhitungan Kontrol, adalah perhitungan yang dilakukan untuk

memeriksa kekuatan suatu konstruksi bangunan. Konstruksi cukup

berat dan tidak berubah bentuk akibat beban-beban yang timbul,

misalnya beban angin, gempa atau getaran.

3. Perhitungan kekuatan, adalah perhitungan yang dilakukan untuk

memeriksa konstruksi dari terjadinya perubahan bentuk, peralihan-

peralihan serta tuntutan yang beban-beban pada konstruksi yang

melampaui batas atau tidak.

4. Perhitungan Stabilitas, adalah perhitungan yang dilakukan agar

konstruksi dalam keadaan kokoh. Kokoh dalam arti tidak berubah

akibat lendutan maupun penurunan pondasi yang tidak merata

sebagian atau keseluruhan,

B. Pengertian gaya

Apabila membahas materi mengenai gaya, biasanya selalu berkaitan

dengan vektor, resultante, dan momen gaya. Vektor dipakai untuk

menunjukkan ke arah mana gaya bekerja dan resultante merupakan

gaya pengganti dari susunan gaya-gaya, serta momen gaya merupakan

hasil kali gaya dengan jarak.

Suatu benda atau titik materi dalam keadaaan diam akan berubah

kedudukanya menjadi bergerak atau sebaliknya, sebuah benda yang

selalu bergerak akan berubah menjadi benda dalam keadaan diam.

Page 3: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 3

“Sesuatu” yang menyebabkan benda atau titik materi diam atau

bergerak, inilah yang dinamakan gaya atau kekuatan.

Posisi dimana benda tersebut berada di sebut tempat atau letak titik

tangkap.karena dari diam menjadi bergerak, mestinya dengan arah

tertentu atau ada tujuan arah, maka sebuah gaya dapat diberi batasan

secara tegas bahwa gaya adalah sesuatu yang menyebabkan benda

menjadi bergerak atau diam.

Gaya dilukiskan sebagai sebuah anak panah (vektor) yang menunjukkan

arah gaya dan mempunyai ukuran yang besarnya sesuai panjang garis

panah tersebut.

Susunan beberapa gaya atau vektor yang bekerja pada sebuah benda

dapat diganti dengan gaya lain atau gaya pengganti yang pengaruhnya

sama. Gaya-gaya pengganti tersebut disebut resultante gaya-gaya (R).

Momen gaya atau sering disebut momen (M) adalah hasil kali dari

besarnya sebuah gaya terhadap garis tegak lurus yang ditarik dari

sebuah titik terhadap garis kerja gaya.dengan kata lainmomen

merupakan hasil kali gaya dan jarak dengan satuan ton∙meter (t∙m)

atau kilogram∙meter (kg∙m).

C. Ciri-ciri Gaya

Gaya memiliki ciri yang sering juga disebut sifat-sifat gaya. Ketiga ciri-

ciri tersebut adalah bersaran gaya, arah gaya, dan titik tangkap gaya.

1. Besaran gaya adalah ukuran besarnya gaya yang bekerja pada suatu

benda. Misalnya 10 ton, 100 kg, 10 N.

2. Arah gaya (sering juga dusebut garis kerja gaya), adalah garis lurus

yang berimpit dengan gaya itu sendiri. Arahnya bias kemana saja.

3. Titik tangkap gaya adalah suatu titik sebagai tempat gaya itu

menangkap atau dengan kata lain sebagai tempat gaya itu bekerja.

Page 4: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 4

Gaya bekerja sepanjang garis kerjanya yaitu arah gaya-gaya yang ada.

Jadi, arah ada pada garis kerjanya. Namun tujuan arahnya bisa berbeda-

beda. Sehingga gaya dapat dipindahkan atau digeser sepanjang garis

kerjanya.

D. Satuan Gaya

Besaran gaya mempunyai satuan kg, ton, dan newton (N). Menurut

standar internasional (SI) satuan gaya disarangkan menggunakan

newton. Namun dengan alasan tertentu, dalam modul ini menggunakan

kg dan ton.

Satuan yang dipergunakan dalam perhitungan statika bangunan

menyesuaikan dengan satuan yang dipakai dalam perhitungan

konstruksi yang lain seperti perhitungan pada konstruksi baja, beton,

dan kayu.

1. Beban terpusat Satuan : Berat dalam kg, ton, N, Kn. 1 ton = 1000 kg 1 N = 0,1 kg 1 kN = 100 kg

2. Beban merata/tidak merata Satuan : Berat tiap meter panjang kg/m, ton/m², N/m, kN/m,

kg/m², ton/m², N/mm², kN/m². 1 kg/m = 1 kg/m = 0,01 kg/cm 1 ton/m = 1000 kg/m = 10 kg/cm 1 N/m = 0,1 kg/m = 0,001 kg/cm 1 kN/m = 100 kg/m = 1 kg/cm 1 kg/m² = 1 kg/m² = 0,0001 kg/cm² 1 ton/m² = 1000 kg/m² = 0,1 kg/cm² 1 N/m² = 0,1 kg/m² = 0,00001 kg/cm² 1 Kn/m² = 100 kg/m² = 0,01 kg/cm²

3. Berat jenis Satuan : Baret tiap meter kubik, kg/m³, t/m³, N/m³, kN/m³. 1 kg/m³ = 1 kg/m³ = 0,001 kg/l 1 ton/m³ = 1000 kg/m³ = 1 kg/l 1 N/m³ = 0,1 kg/m³ = 0,0001 kg/l 1 kN/m³ = 100 kg/ m³ = 0,1 kg/l 1 kg/m³ = 100 kg/m³ = 0,1 kg/l 1 kg/m³ = 1 kg/m³ = 0,001 kg/l

Page 5: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 5

4. Momen Satuan : Berat (gaya) x jarak = kg·m 1 kg·m = 1 kg·m = 100 kg·cm 1 ton·m = 1000 kg·m = 100.000 kg·cm 1 N·m = 0,1 kg·m = 10 kg·cm 1 kN·m = 100 kg·m = 10.000 kg·cm

Rangkuman

1. Statika bangunan adalah ilmu yang mempelajari kekuatan-kekuatan dan

stabilitas konstruksi bangunan dan bagian-bagiannya.

2. Perhitungan statika bangunan adalah ilmu yang memepelajari perhitungan

kekuatan dan stabilitas konstruksi bangunan dan bagian-bagiannya.

3. Perhitungan statika bangunan meliputi perhitungan mendimensi, control,

kekuatan, dan stabilitas. Simbol-simbol dalam perhitungan-perhitungan

harus mengetahui besaran gaya P, titik tangkap gaya, garis kerja (vector),

resultante.

4. Satuan momen gaya adalah ton·meter (t·m) atau kilogram·meter (k·m).

Page 6: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 6

Modul 2

MENGURAIKAN DAN MENGGABUNGKAN GAYA

Setelah mempejari modul ini, siswa diharapkan dapat :

� Menyusun dan mengurai gaya

� Meyusun dan mengurai gaya secara analitis dan grafis

� Menyusun dua buah gaya atau lebih menjadi sebuah gaya

� Menjelaskan dua gaya arahnya sama, berlawanan arah dan berlainana

arah

� Melukiskan polygon gaya

A, Menguraikan Gaya

Gaya yang berarah miring F dapat diuraikan terhadap bidang datar,

tegak dan atau bidang acuan tertentu. Pada Gambar 2 (a) gaya yang

membentuk sudut lancip (a) terhadap bidang datar (bidang X), dapat diuraikan

menjadi gaya datar Fx = F cos a , dan gaya searah bidang Fy = F sin a.

Untuk gaya miring F terhadap bidang acuan pada gambar tertentu yang

membentuk sudut lancip a pada gambar dapat diurai menjadi

gaya sejajar bidang F// = F cos a dan gaya tegak lurus bidang F^ = F sin a.

Gambar 2. Menguraikan gaya

Page 7: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 7

B. Menggabungkan Gaya

Besaran gaya merupakan besaran vektor, karenanya untuk dapat

menggabungkan atau mencari resultannya perlu menyertakan arah dan titik

tangkap gaya tersebut pada suatu bidang atau struktur.

Dua buah gaya atau lebih dalam satu lintasan yang segaris dengan arah

yang sama, resultan gaya merupakan penjumlahan dari dua gaya tersebut.

Sedangkan untuk gaya selintasan yang berlawanan arah, resultan

dua gaya tersebut tersebut merupakan operasi pengurangan. Perhatikan F3 dan

F4. Resultan F3 + F4, = R F3+F4 = F3 – F4.

Jika dua gaya atau lebih dalam satu titik tangkap memiliki arah berlainan

seperti F5 dan F6, maka resultan kedua gaya itu dapat dilukis dengan

menggambar proyeksi F5 dan F6 seperti pada Gambar 3.26. Demikian halnya

pada R F7+F8 yang merupakan resultan dari F7 dan F8.

Untuk mencari resultan lebih dari dua gaya dalam satu titik tangkap

digunakan cara yang sama seperti dilakukan pada gaya F5 dan F6 atau F7 dan

F8. Perhatikan gaya F9 hingga F11 pada Gambar . Tentukan dahulu R F9+F10,

kemudian tentukan resultan F11 dengan R F9+F10 menjadi R F9+F10+F11

yang merupakan resultan F9 hingga F11.

Gambar 3. Jenis gaya menurut arahnya

Page 8: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 8

Gambar 4. Cara menggabungkan gaya

Cara penggabungan gaya searah adalah dengan menjumlahkan dan secara grafis

ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3 menunjukkan grafis menggabungkan dua

gaya berlawanan arah. Secara analitis adalah menentukan selisih dua gaya

tersebut.

Gambar 4 menunjukkan cara grafis menggabungkan dua gaya

bersambung berbeda arah. Resultan gaya adalah garis hubung pangkal sampai

ujung gaya ke dua. Gambar menunjukkan cara grafis menggabungkan dua gaya

satu titik tangkap berbeda arah.

Caranya adalah memproyeksikan gaya kedua pada jung gaya pertama

atau sebaliknya. Besar gaya gabungan / resultan secara prinsip mirip seperti

gambar

Cara ini dapat diulangi untuk menggabungkan lebih dari dua gaya dalam

satu titik tangkap seperti digrafiskan pada gambar 5. Pada gambar resultan P9

dan P10 = R P9+P10 menjadi gaya yang harus digabungkan dengan gaya P11

untuk mengahasilkan resultan dari ke tiga gaya tersebut.

Untuk menggabungkan beberapa gaya berbeda titik tangkapnya, dapat

dilakukan dengan cara grafis maupun analistis. Cara grafis dapat dilakukan

Page 9: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 9

dengan lukisan kutub seperti pada Gambar 5

Tahapan lukisan kutub adalah sebagai berikut:

o Gambarlah secara terskala gaya-gaya yang akan digabungkan beserta garis

kerja masing-masing gaya

o Urutkan posisi, susun gaya tersebut secara linear, P1, P2 dan P3 seperti

Gambar.

o Tentukan titik kutub dan lukis garis kutub gaya tersebut. Yakni pada P1

terdapat garis kutub 1 dan 2 dan seterusnya

o Plotkan garis kutub tersebut pada masing-masing garis kerja.

o Pada garis kerja P1, lukis suatu garis sehingga sejajar dengan garis kutub 1.

o Dari titik potong garis kerja P1 dengan garis kutub 1, lukis garis kutub 2

hingga memotong garis kerja P2.

o Dari titik potong garis kutub 2 dengan garis kerja P2, lukis garis kutup 3

hingga memotong garis kerja P3.

o Dari perpotongan garis kutub 3 dan P3, lukis garis kutub 4 hingga

memotong garis kutup awal, garis kutub 1.

o Perpotongan kedua garis kutub tersebut merupakan letak garis kerja

resultan ketiga gaya, R P1-3

Penyelesaian secara analitis dilakukan dengan kaidah momen dari titik

acuan yang ditentukan. Misal garis kerja P3 dipakai sebagai acuan, dengan yP2,

yP1 dan y R masing merupakan jarak gaya P2, P1 dan R dari garis kerja P3.

Persamaan yR dapat dihitung sebagai berikut :

yR = (yP2 x P2 + yP1 x P1) / R

yR = (yP2 x P2 + yP1 x P1) / (P1 + P2 + P3)

Gambar 5. Cara menggabungkan gaya

Page 10: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 10

Modul 3 HUKUM AKSI DAN REAKSI

Tujuan pembelajaran

Setelah mengikuti dan mempelajari bahan pembejaran modul ini, peserta didik

diharapkan dapat :

� Menjelaskan prinsip kerja aksi-reaksi berdasarkan hokum Newton III

� Menggambarkan aksi dan reaksi suatu benda pada bidang datar

� Menjelaskan hubungan gaya aksi-reaksi dengan keseimbangan gaya

� Menyebutkan rumus perhitungan keseimbangan gaya

� Menghitung besar raksi gaya tumpuan

A. Prinsip Kerja Gaya Aksi dan Reaksi

Hukum Newton III

Hukum Newton III menyatakan bahwa gaya aksi = Gaya Reaksi. Semua

benda di muka bumi ini mempunyai berat yang disebabkan oleh gaya

tarik bumi. Oleh sebab itu , setiap benda mempunyai berat Seandainya

sebuah benda ( Pertama) diletakkan diatas sebuah benda (kedua), maka

benda pertama akan memberikan gaya tekanan kepada benda kedua

sebsar beratnya sendiri (gaya aksi) dan yang kedua dinamakan gaya

tekan lawan (Reaksi). Dengan demikian , karena adanya gaya aksi dan

reaksi ini maka benda dalam keadaan diam.

Hukum Newton merupakan hukum yang menjadi dasar Ilmu Statika

Gaya. Hukum Newton III menyatakan bahwa Aksi (A) suatu gaya akan sama

dengan Reaksi (- R) yang timbul. Dan dapat dituliskan sebagai berikut:

A = - R atau Aksi + Reaksi = 0

Pernyataan itulah yang menjadi dasar kestabilan suatu struktur dengan

gaya-gaya yang bekerja. Dengan begitu suatu struktur dikatakan stabil jika

Resutan antara gaya aksi dan reaksi = 0, dan menjadi syarat untuk

menentukan atau mencari besarnya komponen reaksi dari suatu struktur.

Page 11: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 11

B. Prinsip Kerja Keseimbangan

Apabila gaya aksi dan reaksi bekerja di satu titik tangkap gaya ,

maka benda dalam keadaan keseimbangan. Keseimbangan gaya dapat

dilihat pada pada gaya horizontal dan vertical serta momoen momen

terhadap bidang datar.

Syarat-syarat keseimbangan adalah sebagai berilkut :

a. ∑H = 0 (Jumlah gaya horizontal = 0)

b. ∑V = 0 (Jumlah gaya Vertikal = 0)

c. ∑M = 0 (Jumlah momen = 0)

Perhatikan contoh soal dibawah berikut.

Contoh Soal

Lihat Gambar di bawah ini. Jika L CAB = 45o dan L CBA = 30o

Tentukanlah gaya pada batang CA dan batang CB

Gambar 6. Komponen reaksi

Penyelesaian :

Cara analitis: Berdasarkan Hukum Newton, struktur seperti pada contoh

soal tersebut stabil jika Resultan gaya W dan reaksi pada batang struktur

CA dan CB di atas = 0.

Page 12: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 12

∑ V = 0

CA V + CB V – W = 0

CA Sin 45 + CB sin 30 – W = 0

∑ H = 0

CA H + CB H = 0

- CA Cos 45 + CB Cos 30 = 0

Didapat dua buah persamaan dengan 2 variabel. Dengan begitu CA dan CB

yang merupakan gaya reaksi akibat W akan dapat ditentukan.

Cara grafis.

Untuk contoh soal tersebut dilakukan dengan melukis vektor gaya dengan

kaidah penggabungannya. Gambarkan secara berurutan secara terskala W,

CA dan CB dengan arah yang bersesuaian sehingga CB kembali berimpit

dengan titik tangkap mula W. Arah lukisan masing komponen reaksi

merupakan arah gaya terhadap titik tinjau C. Kedua bagian batang

(member) CA dan CB mengalami gaya tarikan karena arah lukisan pada

grafis menjauh terhadap titik tangkap C. Besar gaya di tunjukkan dengan

panjang lukisan secara terskala.

Page 13: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 13

Modul 4

MOMEN GAYA DAN KOPEL

Setelah mengikuti dan mempelajari bahan pembelajaran modul ini, peserta

didik diharapkan dapat :

� Menjelaskan arti momen gaya.

� Menggambarkan momen gaya arah negatif atau positif.

� Menjelaskan momen negatif dan positif (Searah atu berlawanan jarum

jam).

� Menjelaskan dalil momen varignon.

� Menjelaskan pengertian momen kopel.

� Menyebutkan sifat-sifat momen kopel.

Sebelum melakukan perhitungan terhadap suatu momen, maka secara

umum perlu diketahui simbol atau lambang yang terkait dengan momen.

Momen dilambangkan dengan huruf “M”, gaya dilambangkan dengan huruf

“P” atau “K” dan jarak dilambangkan dengan huruf “a” atau “d”.

Apabila momen gaya dan jarak tersebut dilengkapi dengan satuan

,maka dapat dimengerti dengan jelas bahwa satuan berat itu merupakan

suatu gambaran momen positif atau negatif. Jika putaran searah jarum jam

berarti momen positif ( ). Bila berlawanan putaran arah jarum jam

bertarti momen negative ( ) besarnya momen dapat dihitung

dengan rumus sbb:

M= P x a

Dimana: M adalah momen dalam ton atau kg m. p adalah gaya dalam ton atau kg. a adalah jarak dalam meter atau cm.

Momen akibat sebuah gaya , pada saat membahas atau mempelajari

perhitungan statika bangunan atau perhitungan konstruksi pada bagian

bangunan merupakan kunci dasar karena merupakan hal yang penting. Dari

momen gaya kita dapat menghitung macam-macam konstruksi pada bagian

bangunan. Sewaktu merencanakan bangunan, kita perlu mendimensi atau

menentukan ukuran bagian-bagian konstruksi secara cermat.

Agar dapat mendimensi dengan benar, sehingga mendapat ukuran

yang efektif perlu mengetahui beban yang bekerja atau gaya yang terjadi

pada konstruksi tersebut. Dengan gaya yang bekerja kita akan tahu berapa

Page 14: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 14

momen maksimal yang terjadi, dengan dasar momen maksimal akan

digunakan untuk menghitung kekuatan konstruksi pada bangunan.

A. BATASAN MOMEN GAYA

Momen sebuah gaya P terhadap sebuah titik sembarang pada

bidang datar ditentukan oleh besarnya sebuah gaya dan jarak garis tegak

lurus yang ditarik dari sebuah titik sembarang kesebuah gaya yang

bekerja. Dari uraian singkat diatas dapat diberi batasan tentang momen

gaya terhadap sebuah titik 0 sembarang terhadap seperti berikut :

Momen sebuah gaya terhadap sebuah titik dapat diartikan hasil kaliu

besarnya sebuah gayabdengan panjang garis tegak lurus, yang ditarik dari

titik sembarang kegaris kerja gaya.

Dengan kalimat yang singkat dapat ditulis momen gaya adalah Hasil

kali besarnya gaya dengan lengannya atau jarak. Momen terjadi

disebabkan oleh gaya yang dianggap berputar sepanjang jarak tertentu.

Dalam hal ini momen dibedakan menjadi dua yaitu momen positif apabila

arah berputarnya gaya searah dengan arah putaran jarum jam. Sedangkan

momen dikatakan momen negatif apabila arah berputarnya gaya

berlawanan dengan arah putara jarum jam.

Memberikan tanda pada momen positif atau negatif ini berdasarkan

perjanjian tidak tertulis, namun hampir semua negara di dunia menaati

dan menggunakan tanda tersebut untuk memperhitungkan kekuatan

konstruksi. Karena gaya mempunyai satuan kg atau ton dan jarak cm atau

ton m. Untuk memberikan tanda momen perhatikan arah perputarannya

gaya .

Momen :MO = +P . L Momen : MO1= - P1 . L1

Gambar 7. Arah berputarnya momen

L

P

(+)

O

L1

(-)

P1

Page 15: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 15

Gambar 8 Jarak gaya P terhadap 0 sembarang

B. Dalil Momen Varignon

Varignon menemukan dalil yang sangat penting dalam perhitungan

kekuatan kontruksi bangunan.Karena pada kontruksi banyak bekerja

gaya-gaya dan dari beberapa gaya yang bekerja didapatkan

momen.Selanjutnya momen sebagai dasar perhitungan kekuatan

kontruksi oleh karena dalil ini sangat penting untuk perhitungan kekuatan

konstruksi bangunan.

Dalil momen Varignon berbunyi sbb:

Momen resultante suatu susunan gaya-gaya yang terletak sembarang

disebuah bidang terhadap sebuah titik sembarang P dibidang gaya-gaya itu,

sama dengan jumlah menurut aljabar dari momen yang diketahui

Untuk membuktikan dalil ini diperlukan duah buah gaya yang bekereja

satu titik tangkap, dengan mencari R dengfan jajaran genjang gaya, didapat

pengganti dua gaya P1 dan P2 .Apabila masih ada gaya yang lain, maka

dicari penggantinya R1, yaitu dengan membuat jajaran genjang gaya R

dengan gaya yang ketiga.

Gambar 9. Bukti Dalil varignon

A P B

a Besarnya Mo = +P . a

A B

R

E a2

P2

P1

a1 P

h2

hr

D

Page 16: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 16

Dari gambar diatas garis-garis kerja gaya p1 dan P2 saling

berpotongan di A dalam satu bidang gambar dan titik potong garis kerja

gaya-gaya merupakan titik tangkap gaya P1 dan P2. Dengan jajaran genjang

gaya didapat resultrante R dari gaya P1 dan P2.Tentukan titik P sembarang

sebagai pusatnya,maka dapat dibuktikan :

R.r =+P1a1-P2a2 atau Rr=P2a2- P1a1..................................(1)

Dari gambar dapat diartikan bahwa :

Rr =Luas berganda ∆ PAD

P2a2 =Luas berganda ∆ PAB

P1a1 =Luas berganda ∆ PAC

Ternyata bahwa :

2x luas ∆ PAD =PA.hr

2x luas ∆ PAB =PA.h2

2x luas ∆ PAD =PA.h1

Jika dimasukkan pada persamaan (I) diatas, maka PA hr =PA.h2- PA.h1 atau hr

=h2-h1

Apabila DE sejajar AP, maka : sudut BDE=sudut CAF

Sehingga sudut DBE atau sudut ACF dan BD =CA

Maka ∆ BDE =∆ CAF dan BD =CA

Maka ∆ BDE =∆ CAF,sehingga BE =CF=h1

jadi, hr=h2 –EB = h2-h1(Terbukti)

Yang perlu diperhatikan bahwa l;etak titik p diatas sembarang, sehingga apabila

titik p digeser dimana saja boleh dan akan memberikan hasil yang sama.

C. Pemakaian dalil momen

Apabila dua gaya yang sejajar merupakan uraian dari sebuah

gaya P yang diketahui ,sedangkan dua gaya yang sama,maka gaya P yang

terletak diantara dua gaya yang sejajar dan mempunyai arah sama dengan

dua gaya yang sejajar.Jika kedua gaya yang sejajar itu terletak pada

sebelah sisi gaya P yang diketahui,maka uraian gaya sejajar yang terdekat

mempunyai arah yang sama.perhatikan gambar 10 berikut;

K

P1 P2

P3

M

L

Gambar 10. Gaya P diuraikan menjadi gaya P1 dan P2

Page 17: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 17

Momen terhadap titik K:

Momen resultante sama dengan jumlah menurut aljabar dari momen P1 dan

P2 yang sejajar.

Momen akibat gaya P1=0

Momen akibat gaya P sama dengan momen akibat P2 dengan arah gaya yang

sama.

Seandainya pada titik sudut maka momenya akan negatif,yaitu:

P.KM = P2 . KL sehingga P2 = KM : KL . P

Contoh

Tentukan resultante R dari dua buah gaya sejajar K1 dan K2.Jarak antara

garis-garis kerja dari gaya-gaya adalah 2 m.Gaya-gaya itu mempunyai

jurusan yang berlawanan K1 =480 kg dan K2=800 kg.

Gambar 11. dua gaya yang arahnya berlawanan

Arah R sama dengan arah gaya yang diketahui yang terbesar,yaitu K2 .

R = 800 kg - 480 = 320kg

Untuk menentiukan letak R digunakan dalil momen. Momen berpusat pada

K1,Sehingga jarak R terhadap K1 adalah X m, sehingga:

-320 . x = - 800 . 2

X = -1600 : -320 = 5 m

Jadi, R terletak 5 m dari K1.Karena R tandanya - , maka benar bahwa letak R

disebelah K1 , maupun k2.

X m

K1 = 480 kg

2 m

K2 = 800 kg K3 = 320 kg

Page 18: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 18

D. Momen Kopel

Kopel ialah susunan dua gaya sama besar dan mempunyai arah

berlawanan dengan garis-garis kerja sejajar. Momen kopel ialah hasil kali

dari salah satu gaya K dengan lengannya ( jarak antara garis kerja yang

sejajar ) disertai dengan tanda berputarnya. Tanda positif bila arah

berputarnya searah jarum jam dan tanda negatif bila arah berputarnya

berlawanan arah jarum jam.

Perhatikan gambar berikut ini.

K K

l l

K K

Mk =+ K . l Mk =+ K . l

Gambar 12. Momen Kopel

Buktikan: Momen kopel adalah salah satu gaya kali jarak kedua garis kerja

sejajar.

MO1 =- K.O,A +O,B

= K (O,B-O,A)

= K . l

MO2 =+ K.O2,A+O2,B

= K(O2,B+O2,A)

= K . l

Dari hasil diatas terbukti bahwa O diambil sembarang, momen M besarnya

tetap. Jadi, kopel boleh dipindahkan pada bidang datar tempat kopel itu

berada,besarnya momen kopel (M Kopel) = + K . l

B K

O2

A

O1

K l

Gambar 13. Contoh Perhitungan momen kopel

Page 19: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 19

1. Sifat-sifat kopel

a. Suatu kopel memberi suatu sifat rotasi dalam bidang datar kopel.

b. Suatu kopel boleh dipindahkan pada bidang bidang datar tempat

kopel berada dan bidang datar

yang sejajar dengan bidang datar kopel itu.

Momen kopel dapat dinyatakan sebagai vektor kopel yang arahnya

disesuaikan denganmemutar masuk sekrup.

1. Dua kopel yang seharga (setara)

Dua kopel yang bekerja dalam sebuah bidang datar atau koplanar dan

mempunyai momen yang besarnya sama,dinamakan seharga atau

ekuivalen.

Contoh perhatikan gambar berikut:

M1 = -K1.L M2 = -kg.L1

= -4.3 = - 6 kg.3 m

= -12 Kg = -12 kg m

Dengan hasil perhitungan diatas kopel 1 setara kopel 2.

l

K

K

M = +K .

l

K1 = 4

kg

K1 = 4

kg

l = 3 m l = 2 m

K2 = 6

kg

K2 = 6

kg

a b

Page 20: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 20

2. Menyusun dua kopel

Kopel-kopel yang letak nya pada sebuah datar dapat dijumlah

secara aljabar.

Sehingga : MR = M1+M2.

= p1 . a1

Dalam hal ini kopel dapat disebut sebagai skalar.

MI =+P1 . a1 M2 =+P2 . a2

P1

P1

a1

P2

P2

A2

Page 21: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 21

Modul 5

KESEIMBANGAN DAN TUMPUAN

Setelah mempelajari modul ini diharapkan siswa dapat :

� Menjelaskan pengertian tumpuan

� Menyebutkan macam-macam tumpuan

� Menyebutkan macam-macam gaya yang bekerja pada sebuah

tumpuan/kontruksi

� Menghitung reaksi tumpuan

� Menggambar bidang reaksi Gaya lintang (D), Gaya Normal (N) dan

Bidang momen (M)

A. Statika Konstruksi Balok Sederhana

Umumnya bagunan sipil terdiri dari beberapa komponen struktur.

Komponen struktur utama tersebut dapat berupa rasuk, komponen struktur

yang membentang, dan kolom, bagian struktur yang menerima gaya aksial

dan menyalurkannya ke struktur pondasi.

Komponen yang membentang tersebut dapat berupa balok maupun

berupa rangka batang (truss). Balok merupakan gelagar tunggal yang

menerima beban lentur atau momen lentur. Sedangkan rangka batang

merupakan rangkaian batang tunggal yang disusun agar bagian batang

tersebut tidak menahan momen. Bentuk lain dari komponen struktur dapat

pula berupa rangka kaku (frame work).

Gambar 14. Beberapa bentuk struktur utama konstruksi rangka ; (a) Balok konsol,(b) Balok

dua dudukan,(c) Rangka batang, (d) Rangka kaku (e) Rangka 3 sendi

Page 22: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 22

B. Dudukan dan Tumpuan (Support)

Dudukan suatu struktur bangunan dapat berupa dudukan kaku atau jepitan,

paduan dudukan sendi dan dudukan gelinding (rol) atau gelincir. Dudukan

itulah yang nantinya diperhitungkan besaran komponen reaksinya dengan

menggunakan syarat kesetimbangan. Syarat kesetimbangan atau stabilitas

dalam struktur statis adalah sebagai berikut:

Gambar 15. Bentuk dudukan : (a) dudukan jepit kaku, (b) balok

dengan sendi dan dudukan gelincir – gelinding

Pada dudukan sendi, dudukan A, akan menghasilkan komponen reaksi vertikal (V) dan horisontal (H), sedangkan dudukan gelinding atau gelincir, dudukan B, hanya akan menerima komponen reaksi vertikal (V) saja.

C. Analisis Balok Statis Tertentu

Bagian ini akan memberikan analisis dasar untuk balok dengan berbagai bentuk arah beban baik secara analitis perhitungan maupun grafis untuk menentukan besarnya komponen reaksi dudukan. Pada bagian ini pula dipresentasikan diagram gaya, yakni besarnya gaya baik itu gaya lintang, normal maupun momen di sepanjang batang struktur.

H = 0 , V = 0, M = 0 atau X = 0 , Y = 0, M = 0

Page 23: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 23

5. Balok Terjepit Sebelah (Konsol) dengan Beban Terpusat

Beban terpusat yang bekerja pada konsol dapat saja berupa beban vertikal,

miring atau diagonal maupun horisontal. Untuk dapat menganalisis serta

menghitung balok ini harus telah menguasai kesepakatan tanda presentasi gaya

lintang, normal maupun momen (Gambar 3.32

Cara Analitis: Besaran Komponen Reaksi secara analitis adalah sebagai berikut:

∑ VA = 0 ∑ HA = 0 RAV - P1 - P2V -P3 = 0 RAH + P2H = 0 RAV = P1 + P2V + P3 RAH = -- (1.0 x Cos 45o) RAV = 0.40 + (1.0 x Sin 45o) + 0.80 RAH = -- 0.7 Ton ( ) RAV = 0.4 + 0.7 + 0.8 = 1.9 Ton ( )

∑ MA = 0,

MA + P1 . 0.5+ P2V (0.5+0.6) + P3 *(0.5+0.6+0.6) = 0 MA = -- 2.41 Ton Meter ( Berlawanan jarum jam)

Besaran Gaya Geser / Gaya Lintang Besaran gaya geser pada tiap bagian di sepanjang konsol dapat dihitung sebagai berikut:

Bagian Batang AC Bagian Batang CD Bagian Batang DB

Page 24: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 24

DA = DC = RA DC = DD = Ra – P1 DD = DC – P2V = 1.50 – 10 sin DA = DC = 1.90 Ton DC = 1.90 – 0.4 = 1.50 45

Ton DD = DB1 = 1.5 – 0.7 = 0.8 ton DB2 = DB1 - 0.8 = 0

Besaran Momen Lentur

Besaran lenturan di tiap titik dapat dihitung menurut persamaan dengan variabel panjang di setiap bentang batang sebagai berikut. Karena beban yang bekerja adalah beban terpusat, maka persamaan momen pada persoalan tersebut merupakan persamaan variabel berpangkat 1 atau persamaan garis lurus

Bagian batang AC Bagian batang CD Bagian Batang DB

Persamaa: Mx = - MA – RA*x Pers : Mx = -Ma+RA Pers : Mx = -Ma+ RA*x + P1*(x-0.5)-MA = -2.41+(1.9*0) = 2.41 t.m *x+P1*(x-0.5) P2V*(x-1.1) MC = -2.41+(1.9 x 0.5) = 1.46 t.m MD =-2.41+1.90*(1.1)-MB =-2.41+1.9*1.7+0.4*1.2+0.7*0.6)

0.4(0.6) MB 0 MD = -0.56 Ton meter

Besaran Gaya Normal

Akibat beban P2 yang miring dengan sudut 45, bagian batang konsol

A – D mengalami tarikan sebesar P2 Cos 45 = 1.0*sin 45 = 0.70 ton. Sebagaimana ditunjukkan pada diagram di atas.

2. Balok Konsol dengan Muatan Terbagi Merata.

Muatan merata / terbagi dinyatakan dalam besaran beban per satuan panjang. Beban ini dapat ditemui pada beban sendi gelagar. Contoh persoalan dengan beban terbagi rata dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 16. Balok konsol dengan beban terbagi merata

Page 25: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 25

3. Balok Konsol dengan Muatan Terbagi Segitiga.

Muatan terbagi segitiga dapat dijumpai pada muatan yang diakibatkan

oleh tekanan hidrostatika maupun tekanan tanah pada dinding penahan

tanah. Jika muatan tersebut di kerjakan pada konsol, analisis dan ilustrasinya

dapat ditunjukkan pada Gambar 16

Gambar 16. Muatan terbagi segitiga pada struktur konsol

4. Balok di atas Dua Dudukan

Bentuk dudukan untuk struktur balok statis tertentu umumnya salah satu

dudukan itu berupa dudukan sendi (hinge) sedang dudukan lain berupa dudukan

gelinding (rol) atau dudukan gelincir (sliding support). Dudukan ini dimaksudkan

agar batang struktur tidak menahan beban tambahan akibat lendutan atau pengaruh

lain terkait dengan kembang susut batang struktur.

Dudukan sendi dapat menahan komponen reaksi vertikal dan komponen

reaksi horisontal RV dan RH. Sedangkan dudukan gelinding atau gelincir hanya

dapat menahan beban bertikal RV saja. Ilustrasi penyelesaian secara grafis dan

Analitis ditunjukkan pada Gambar

Page 26: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 26

Gambar 17. Balok di atas dua tumpuan

Besaran momen yang terjadi berdasarkan diagram yang dibentuk

dari lukisan kutub tersebut dapat di tentukan dengan mengukur yMx pada

diagram dan mengalikan dengan jarak titik kutub d dengan

memperhitungkan skala gaya yang telah ditentukan sebelumnya.

Mx = yMx*d (ton meter)

Cara Analitis.

Menentukan komponen reaksi

Untuk menentukan komponen reaksi di tiap dudukan berlaku persamaan kestabilan M = 0 . Berlaku pula persamaan kestabilan V = 0 atau P + R = 0 pada struktur tersebut.

Di dudukan A Di dudukan B MA = 0 MB = 0 P1*2+P2*6-VB*8 = 0 P2*2+P1*6-VA*8 = 0 VB = (2*2+1*6)/2 = 1.25 Ton VA = (1*2+2*6)/8 = 1.75 Ton V = 0 atau P + V = 0 Catatan : Tanda + dan – pada -P1-P2+VA+VB = 0 persamaan diberikan berdasarkan arah -2-1+1.75+1.25 = 0 (ok) gaya. Diagram Gaya Lintang

Untuk mempresentasikan gaya dalam bentuk diagram gaya, tinjau di tiap bagian batang sebagai berikut.

Bagian batang AC Bagian batang CD Bagian Batang DB

DA = VA = 1.75 ton DC = VA-P1 = 1.75 – 2 = - DD = VA-P1-P2 = 1.75 – 2-1 = -1.25 ton

DC = DA = 1.75 ton 0.25 ton DB1 = DD = -1.25 ton

DD = DC = 0.25 ton DB2 = DB1+VB = 0

Page 27: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 27

Diagram Momen

Bagian batang AC Bagian batang CD Bagian Batang DB

Persamaan: Mx = VA*x Pers : Mx = VA*x-P1*(x-2) Pers : Mx = VA-P1*(x-2)-

MA = 0 (sendi tak menahan MD =1.75*6-2*(6-2) = 2.5 P2*(x-6)

momen) ton.meter MB =1.75*8-2*(8-2)-1*(8-6) MC = VA*2) =+1.75*2 =+3.50 M X=1/2L =1.75*4-2*(4-2) = 3 MB = 0 (ok)

ton.meter ton.meter

5. Balok Dua Dudukan dengan Beban Miring.

Penyelesaian struktur balok oleh beban miring pada dasarnya hampir

sama dengan penyelesaian beban tegak lurus dan melintang seperti pada contoh

soal sebelumnya. Perbedaannya adalah bahwa beban miring tersebut

mengakibatkan gaya normal yang harus ditahan oleh dudukan maupun batang

balok. Perhatikan contoh dengan ilutrasi pada Gambar 3.36. Besaran momen

yang terjadi berdasarkan diagram yang dibentuk dari lukisan kutub tersebut

dapat di tentukan dengan mengukur yMx pada

diagram dan mengalikan dengan jarak titik kutub d yang telah

memperhitungkan skala gaya maupun panjang yang telah ditentukan.

Mx = yMx*d (ton meter)

Gambar 18. Struktur balok dua dudukan dengan beban miring

Page 28: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 28

Cara Analitis. Menentukan komponen reaksi. Untuk menentukan komponen reaksi di tiap dudukan berlaku persamaan kestabilan M = 0 dan V = 0 atau P + R = 0 di kedua dudukan struktur tersebut.

Di dudukan A Di dudukan B MA = 0 MB = 0 P1v*2+P2*4+P3V*6-VB*8 = 0 -P1v*6-P2*4+P3V*2-VA*8 = 0 P1*Sin 45o*2+P2*4+P3*Sin 30o*6-P1*Sin 45o*6+P2*4+P3*Sin 30o*2-VB*8=0 VB*8=0 VB = (2.5*Sin VB = (2.5*Sin 45*2+2*4+1*Sin30*6)/8 = 1.82 Ton 45*6+2*4+1*Sin30*2)/8 = 2.45 Ton

Gaya Lintang (D)

Untuk menghitung/menyelesaikan secara analitis besarnya gaya

lintang untuk presentasi dalam bentuk diagram gaya, tinjau di tiap bagian

batang. Semua perhitungan yang dicantumkan meninjau sebelah potongan

batang struktur.

Bagian batang AC Bagian batang CD

DA = VA = 2.45 ton DC = VA-P1v

DC = DA = 2.45 ton = 2.45 – 2.5*Sin 45o

.... = 0.68 ton

DD = DC = 0.68 ton

Bagian Batang DE Bagian Batang EB

DD = VA-P1v-P2 DE = VA-P1v-P2-P3v

=2.45–2.5*Sin 45o-2 =2.45–2.5*Sin 45o-2-1*Sin 30o

= - 1.32 ton = - 1.82 ton

DE = DD = -1.32 ton DB1 = DD = -1.82 ton

DB2 = DB1+VB = - 1.82 + 1.82 = 0

Dari penyelesaian cara grafis maupun analitis diperoleh bahwa gaya

lintang maksimum pada batang berada pada bagian batang A – C = VA = 2.45

ton. Besaran gaya lintang inilah yang akan diperhitungkan untuk kekuatan

dudukan struktur dan batang atau untuk keperluan sambungan pada batang

struktur.

V = 0 atau P + V = 0

Catatan : Tanda + dan – pada

-P1v-P2-P3v+VA+VB = 0

persamaan diberikan berdasarkan

-2.5*Sin 45o-2-1*Sin30+1.82+2.45 = arah gaya. Untuk momen searah

0 (ok)

jarum jam bertanda positif dan

-2.5*0.7071-+2-1*0.5 +1.82+2.45 = 0 sebaliknya. Untuk arah gaya ke atas

0 = 0 (ok)

bertanda positif dan sebaliknya.

Page 29: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 29

Diagram Momen (M)

Besaran momen yang terjadi di sepanjang batang dengan jarak x sebesar Mx di masing-masing titik tinjauan dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Bagian batang AC Bagian batang CD

Mx = VA*x Mx = VA*x-P1v*(x-2)

MA = 0 MC = VA.2 = 2.45*2

MC = VA*2 = 2.45*2 = 4.9 ton.meter

= 4.90 ton.meter MD = VA*4-P1v*(4-2) = 2.45*4-2.5*Sin 45o

*2 = 6.26 ton meter

Bagian Batang DE Bagian Batang DB

MX = VA*x-P1v*(x-2) MX = VA*x-P1v*(x-2)-P2*(x-4)-P3v*(x-6)

-P2*(x-4) ME =2.45*6–2.5*Sin 45o

*(6-2)

MD =2.45*4–2.5*Sin 45o

*(4-2) -2*(6-4) = 3.63 ton.meter

= 6.32 ton.meter MB = 2.45*8–2.5*Sin 45o

*(8-2)

ME =2.45*6–2.5*Sin 45o

*(6-2) -2*(8-4)-P3*Sin 30o*(8-6)

-2*(6-4) ..... = 0

= 3.63 ton meter

Dari penyelesaian grafis maupun analitis didapatkan bahwa momen maksimum terjadi di titik D (tengah bentang batang) MD = 6.32 ton meter. Momen maksimum inilah yang akan diperhitungkan untuk perancangan batang struktur akibat momen lentur.

Diagram Gaya Normal (N)

Gaya miring P1 dan P3 memberikan gaya normal pada batang struktur sebesar masing-masing P1H = Cos 45° (kekanan) dan P3H = P3 Cos 30° (kekiri). Besar gaya normal di tiap bagian batang dihitung sebagai berikut.

Bagian batang AC Bagian batang CE Bagian Batang EB

NA = HA = 0.90 ton (+ / Tarik)

NC = HA-P1H NE = HA-P1H-P3H

NC = HA = 0.90-2.5*Cos 45o = 0.90-2.5*Cos 45o-1*Cos 30o

.... = -0.87 ton (- / Tekan = 0

H = 0

HA+P1H

HA+2.5

HA = - 2

= -.9

Page 30: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 30

6. Balok Dua Dudukan dengan Beban Terbagi Rata

Penentuan komponen reaksi dan gaya dalam pada struktur balok dua dudukan dengan beban terbagi merata pada soal pada gambar 3.37.

Menentukan komponen reaksi

Untuk menentukan komponen reaksi di tiap dudukan berlaku persamaan kestabilan M = 0 dan V = 0 atau P + R = 0 di kedua dudukan struktur tersebut.

Di dudukan A Di dudukan B MA = 0 MB = 0 q*L*1/2*L-VB*L = 0 -q*L*1/2*L+VA*L = 0 VB = ½*q*L= ½*1.5*8 = 6 ton VA = ½*q*L= ½*1.5*8 = 6 ton

Gambar 19. Balok dua dudukan dengan beban terbagi rata Gaya Lintang D dan Momen M

Besaran Gaya lintang dan momen lentur M di sepanjang batang dengan jarak x sebesar masing-masing Dx dan Mx dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Page 31: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 31

Gaya Lintang D Momen Lentur M

Persamaan Dx = VA-qx Persamaan: Mx = VA*x-(q*x)*(1/2*x) DA = VA (+ / positif) = +6 ton = VA*x-1/2*q*x

2 DC = VA-1/2*q*L = 6-1/2*1.5*8 = 0 ton MA = 0 DB1 = VA-q*L = 6-1.5*8 = -6 ton MC = 6*4-1/2*1.5*4

2 = 12 ton meter

x = 4 m DB2 = VA-q*L+VB = 6-1.5*8+6 = 0 ton MB = 0

Sebagaimana ditunjukkan di atas, persamaan momen merupakan

persamaan berpangkat 2/persamaan kuadrat. Karenanya diagram momen

merupakan diagram garis lengkung/parabolik. Letak momen maksimun

dapat diperoleh dari persamaan diferensial dMx/dx atau Dx = 0

dMx/dx = 0

VA-q*x = 0

X = VA/q = 6/1.5 = 4 m (dari A)

Dengan begitu Momen Maksimum dari persamaan Mx = VA*x-1/2*q*x2 Dicapai jika x = 4 m dan dapat

dihitung sebagai berikut.

M maks = VA*4-1/2*1.5*42 = 24 – 12 = 12 ton meter

7. Balok di atas Dua Dudukan dengan Beban Terbagi Segitiga

Untuk menyelesaikan persoalan balok di atas dua dudukan dengan

beban terbagi segitiga pada prinsipnya hampir sama dengan beban terbagi segitiga pada konsol. Jika besaran beban maksimum terbagi segitiga tersebut sebesar q ton/meter, maka muatan terbagi sepanjang x dapat ditentukan sebesar qx = x/L*q.

Dengan memperhatikan titik berat segitiga, penyelesaian untuk contoh soal pada Gambar 3.38 dapat dikemukakan sebagai berikut.

Besaran Komponen Reaksi.

Di dudukan A Di dudukan B

MA = 0 MB = 0

q*L/2*1/3*L-VB*L = 0 -q*L/2*2/3*L+VA*L = 0

VB = 1/6*q*L2 /L= 1/6*q*L VA = 1/3*q*L2/L=1/3*q*6

VB = 1/6*1.5*6 = 1.5 ton VA = 3 ton

Page 32: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 32

Gambar 20. Contoh soal balok dua dudukan dengan beban segitiga.

Gaya Lintang D dan Momen M

Besaran Gaya lintang D dan momen lentur M di sepanjang batang dengan

jarak x dari B dihitung sebagai berikut.

Persamaan Dx = VB-q*x/2 = VB-Persamaan: Mx = VB*x-(x/L*q*x/2)*(1/3*x) x

(x/L*q)*x/2 = VB*x-1/6*q*x3 /L = VB-1/2*q*x

2 /L MA = 0

DB = VB = 1.5 ton (+ / positif) M= 6*4-1/6*1.5*43/6 = 3.33 ton meter

x = 4 m D = VB-1/2*q*(4)

2/6 = -0.5 ton

x=4 Momen Maksimum Momen maksimum diperoleh jika turunan pertama dMx/dx dari persamaan Mx = 0 ,

dMx/dx = VB-1/2*q*x2 /L

0 = 1.5-1/2*1.5*x2 /6

X 2 = 2*L X = 2L

M maks = VB*2*L -1/6*q*(2*L )3/L, dimana VB = 1/6*q*L = (1/6*q*L)*(2*L)- 1/6*q*(2*L )3/L = 0.0642*q*L2

Gaya Lintang D Momen Lentur M

Page 33: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 33

8. Balok Dua Dudukan dengan Beban Trapesium

Penentuan komponen reaksi dan gaya dalam pada struktur balok dua dudukan dengan beban trapesium seperti pada Gambar 3.19 dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsip penyelesaian beban terbagi rata dan beban segitiga.

Menentukan komponen reaksi

Untuk menentukan komponen reaksi di tiap dudukan dengan beban simetris dapat dihitung sebagai berikut.

Reaksi dudukan A = reaksi dudukan B

R = q*b+q*a RA = RB = ½* q*(b+a)

MC = (RA*a)-q*a/2*(1/3*a) MC = ½* q (b+a)*a-q*a/2*(1/3*a)

M maks = Mc+1/8*q*b2

Gambar 21. Balok 2 tumpuan dengan beban trapesium

Page 34: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 34

9. Balok Dua Dudukan Beban Gabungan

Penyelesaian beban gabungan dari suatu atau lebih macam gaya,

dapat diselesaikan secara terpisah berdasarkan jenis beban dan

selanjutnya dilakukan superposisi. Cara superposisi prinsipnya adalah

menjumlahkan gaya yang timbul akibat masing-masing jenis beban.

Perhatikan contoh soal seperti pada Gambar

Gambar Balok dua dudukan dengan beban gabungan

Page 35: Modul statika pdf Kelas X SMK

Modul Statika MGMP Teknik Bangunan 35