mini

15
Mini - Check “ Struma Difusa Toxic “ Nama : Hadiyana Arief Hafiz NPM : 1102009125 Pembimbing : Dr.Agung Sp.PD

Upload: hadiyana-arief-hafiz

Post on 11-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fhjjf

TRANSCRIPT

Page 1: Mini

Mini - Check“ Struma Difusa Toxic “

Nama : Hadiyana Arief Hafiz

NPM : 1102009125

Pembimbing : Dr.Agung Sp.PD

Page 2: Mini

Identitas

- Nama : ER- TTL / Umur : Serang , 03 Februari 1965 / 49 tahun- Status Perkawinan : Janda- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga- Alamat : Griya Cilegon- Jenis kelamin : Perempuan- Suku Bangsa : Suku Jawa- Agama : Islam- Pendidikan : Tamat SLTA / Sederajat

- Autoanamnesis , pada tanggal 03 Juli 2014 , 14.30 WIB- Keluhan Utama : Jantung Berdebar- Keluhan tambahan :

Pasien mengeluh sering berkeringatTimbul benjolan di leher sebelah kananSesak nafasSulit menelan

- Riwayat Penyakit sekarang :Pasien datang dengan keluhan jantung berdebar 5 hari SMRS. keluhan tersebut disertai dengan sering berkeringat , sesak nafas , sulit menelan dan timbul benjolan dileher sebelah kanan. Benjolan tersebut telah ada kurang lebih 2 tahun yang lalu , dan semakin membesar. Pasien mengeluh jika benjolan tersebut terasa nyeri.Dulu pasien pernah berobat dengan keluhan yang sama, dan terdiagnosis mengalami kelainan tiroid.pasien sudah mendapatkan obat dulu tetapi tidak tau namanya dan tidak ada perbaikan.

- Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit hipertensi disangkal Penyakit jantung disangkal DM Disangkal

- Riwayat keluargaTidak ada.

Page 3: Mini

Pemeriksaan Jasmani

- Tinggi Badan : 168- Berat Badan : 46- Berat Badan Ideal :

(TB -100) + 10% (TB-100)(168-100) + 10% (168-100)68 + 10% 68 = 68 + 6,8 = ( 61,2 – 74,8kg )Status Gizi = BB/TB2 = 46/(168)2 = 16

- Tekanan darah : 140/90- Suhu : 36,6- Nadi : 80- RR : 28- Kesadaran : Compos Mentis- Siaonis : ( - )- Edema : ( - )

Status Generalis

1. Kepala : Normocephal2. Mata : Pupil bulat isokor , sklera ikterik -/- , konjungtiva anemis -/-3. Kulit : Warna Sawo matang , tidak ada ikterik , dan edema (-)4. Telinga : bentuk normal , nyeri tekan (-) , serumen (-) , tanda inflamasi (-) , dextra

dan sinistra.5. Hidung : Bentuk normal , nafas cuping hidung (-) , secret (-) , septum deviasi (-).6. Mulut : bibir kering pecah – pecah (-) , sianosis (-) , bercak putih pada lidah (-)7. Tenggorokan : Tonsil T1 – T2 tenang , Faring hiperemis (-)8. Leher : JVP 5-2 mmHg , kel tiroid membesar , kel limfe tidak teraba.

Thorax :

a. JantungInspeksi : iktus kordis tampakPalpasi : iktus kordis teraba di sela iga ke 5 midclavicularis sinistra.Perkusi : Batas Jantung kanan : Linea Parasternalis Dextra ICS 5

Batas jantung kiri : Linea axilaris anterior Sinistra ICS 6 Batas Pinggang Jantung : Linea Parasternalis Sinistra ICS 3

Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan regular , M (-) , G (-).

Page 4: Mini

b. ParuInspeksi : bentuk dada simestris kanan dan kiri. Dalam keadaan statis dan

dinamis. Tidak ada kelainan kulit dan pelebaran vena.Palpasi : Fremitus kanan = fremitus kiri , tidak ada masa di lapangan paru.Perkusi : Paru kanan Sonor hemitorak dan Paru kiri Redup.Auskultasi : Vesikuler + / + , Ronki - / - , wheezing -/-.

c. AbdomenInspeksi : Bentuk datar simetris , tidak ada sikatrik , spider nevi (-)Auskultasi : Bising Usus (+) Normal 6x / MenitPalpasi : Tidak teraba Masa , tidak ada pembesaran Hepar dan Lien, turgor

cukup , nyeri tekan (-)

d. EkstermitasDalam batas normal , akral hangat , tidak ada edema dikedua ekstermitas.Refreks Fisiologis ( + ) , Refreks Patologis ( - )

Page 5: Mini

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan 02 Juli 2014 hasil satuan Nilai RujukanTSH 0,1 ulU/mL 0,3 – 6,0T4 300 Nmol/L 60 – 120nmol/L

Pemeriksaan 01 Juli 2014 hasil Satuan Nilai RujukanHemoglobin 11,8 g/dl 13-17Leukosit 5140 /µ 4.500-11.500Hematokrit 35,7 % 40 – 52Trombosit 132.000 /µ 150.000 – 440.000Gula Darah Sewaktu 80 Mg/dl 70 – 110SGOT 29 Mg/dl 15 – 48SGPT 22 U/L 20 – 60Ur / Cr 23/0,5 Mg/dl 6-46/0,6-1,5LED 20 Mm/jam 0,00 – 20,00

Pemeriksaan Rontgen

( Foto belum ketemu )CTR > 50% , Aorta elongasi

Tidak tampak infiltratKardiomegali

Page 6: Mini

Pemeriksaan EKG

Page 7: Mini

Follow up

Tanggal 02 juli 2014 03 juli 2014Keluhan Jantung berdebar

Benjolan di leher sebelah kanan terasa sakitSesak nafas

Jantung berdebarBenjolan di leher sebelah kanan terasa sakit

Tensi 160/90 140/90RR 28x/m 20x/mNadi 80x/m 80x/mSuhu 36 36

Page 8: Mini

Resume

Pasien datang dengan keluhan jantung berdebar 5 hari SMRS. keluhan tersebut disertai dengan sering berkeringat , sesak nafas , sulit menelan dan timbul benjolan dileher sebelah kanan. Benjolan tersebut telah ada kurang lebih 2 tahun yang lalu , dan semakin membesar. Pasien mengeluh jika benjolan tersebut terasa nyeri.Dulu pasien pernah berobat dengan keluhan yang sama, dan terdiagnosis mengalami kelainan tiroid.pasien sudah mendapatkan obat dulu tetapi tidak tau namanya dan tidak ada perbaikan.

Status Generalis :- Kesadaran : Compos Mentis- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang- Tekanan Darah : 140/90mmHg- Nadi : 80x/m- Suhu : 36,6 c- Pernapasan : 20x/menit- Gizi : kurang , BB = 46Kg , TB = 168cm , IMT =16- Pulmo : Vesikuler ( +/ + ) , Ronkhi ( - / - ) ,( Wh - / - )- Cor : BJ I – II reguler , Gallop ( - ) , Murmur ( - )- Rontgen : terdapat kerdiomegali , tidak terdapat infiltrate , aorta elongasi.- Pemeriksaan Lab : TSH 0 , 1 ulU/mL (0,3 – 6,0) dan T4 300 Nmol/L (60 – 120nmol/L )

Pengkajian Masalah

Atas dasar :

Gejala : jantung berdebar Keringat berlebihan

Sesak nafas Sulit menelan Leher sebelah kanan membesar dan terasa nyeri.

Rencana Pemantauan

- Pemasangan infus RL 20tpm- Terapi medikamentosa- Pemantauan gejala klinis

Page 9: Mini

Pemeriksaan Anjuran :

- EKG , Foto rontgen leher , USG , Biopsi jarum halus.

Tatalaksana

- Infus RL 20 tpm- PTU 3 x 200 mg- Propanolol 3 x 10mg

Diagnosis

Diagnosis Kerja : Struma difusa toxic + tyrotoxic Hearth desease

Prognosis

- Quo ad vitam : Dubia ad bonam- Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Page 10: Mini

Tinjauan Pustaka

Defenisi Struma

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.

Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.

Klasifikasi Struma

Berdasarkan Fisiologisnya

Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Eutiroidisme

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.

b. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjarUniversitas Sumatera Utarauntuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.

Page 11: Mini

c. Hipertiroidisme

Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot.

Berdasarkan Klinisnya

Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :

a. Struma Toksik

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik).Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya.Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif.Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan mencegah pembentukyna.Apabila gejala gejala hipertiroidisme bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.

b. Struma Non Toksik

Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen

Page 12: Mini

yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.31Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di atas 30 %.