metode dasar analisa wilayah

51
.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 1 Tutor Panduan Dasar Beberapa Metode ANALISA WILAYAH dan SIG Untuk Perencanaan Muhammad Hanif dan Tommy Adam 2015 Disusun berdasarkan kumpulan materi perkuliahan yang dipelajari pada matakuliah Analisis Perencanaan Wilayah jurusan Geografi Universitas Negeri Padang

Upload: muhammad-hanif

Post on 15-Aug-2015

91 views

Category:

Science


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 1

Tutor Panduan Dasar Beberapa Metode

ANALISA WILAYAH

dan SIG Untuk Perencanaan

Muhammad Hanif dan Tommy Adam

2015 Disusun berdasarkan kumpulan materi perkuliahan yang dipelajari pada matakuliah Analisis Perencanaan Wilayah jurusan Geografi

Universitas Negeri Padang

Page 2: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 2

PERINGATAN

Panduan analisa wilayah dan SIG ini tidak diperdangkan,

Panduan Analisa Wilayah ini ditulis dengan tujuan membantu para teman-teman dari Ilmu Geografi untuk mempermudah menemukan beberapa metode

yang umum digunakan dalam perkuliahan analisa wilayah

Panduan tidak dapat dijadikan rujukan ataupun referensi untuk pembuatan karya ilmiah seperti Makalah, Skripsi dan Lainya, karena Panduan ini tidak

diterbitkan oleh seorang professor melalui badan penerbit resmi yang memiliki lindungan hukum dan apa bila ingin menggunakan metode yang tertera didalam panduan ini untuk penulisan karya ilmiah dan sejenisnya metode-metode dapat

ditelusuri melalui referensi asli yang telah dicantumkan didalam daftar pustaka.

Page 3: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 3

PRAKATA

Bismillahirrohmanirrahim

Alhamdulilah hirrobbil alamain, puji dan syukur dan sepenuh pujian atas segala jalan dan kemudahan dan penerangan fikiran yang didapat selama menyusun panduan ini. Mudah-mudahan ini dapat memberikan sumbangan ilmu bagi pihak-pihak terkait yang menggunakan panduan ini dalam bidang geografi dan disiplin ilmu lainya.

Panduan ini, membahas mengenai beberapa metode analisa wilayah yang digunakan untuk perencanaan wilayah dalam rancangan pengembangan wilayah dikemudian harinya, yang penulisi pelajari selama menjalankan matakuliah Analisa Perencanaan Wilayah yang termasuk kurikum Geografi, yang merupakan matakuliah puncak mengampu seluruh matakuliah dasar.

Didalam panduan ini, penulis juga menyingung mengenai GIS atau Sistem Informasi Geografi yang merupakan salah satu media informasi berbasis spasial yang digunakan untuk menyajikan, menginput ataupun menganalisis data spasial, memang penulis tidak membahas secara menyeluruh setiap kajian analisis perencanaan wilayah yang di publikasikan oleh para professor penulis buku, namun disini penulis membahas secara dasar dan sepintas mengenai metode-metode yang digunakan dalam analisis wilayah. Dalam kajian GIS penulis juga tidak terlalu menjelaskan secara detail, namun penulis memberikan gambaran tentang pengolahan data spasial untuk analisa wilayah.

Sesuai keinginan besar dari hati penulis untuk mengabdikan diri pada Ilmu Geografi, setidaknya melalui penulisan panduan ini penulis telah berusaha menyebarkan beberapa pengetahuan penulis mengenai Ilmu Geografi.

Penulis sadar Banyak Kekurangan dari panduan ini, semoga dapat dimaklumi.

Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, kususnya para keluarga Geografi, kawan-kawan teman-teman dan siapa saja yang menghargai keinginan dari niat baik penulis dalam dalam menyusun buku panduan ini, penulis ucapkan terimakasih.

Page 4: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 4

Page 5: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 5

Daftar ISI

BABI Mengenal Analisa Wilayah dan Sistem Informasi Geografi Apa Itu Analisa Wilayah? Mengenal Analisa Wilayah Lahan Analisa Wilayah Untuk Penata Gunaan lahan Apa Itu Sistem Informasi Geografi? Mengenal Sistim Informasi Geografi Defenisi Sistim Informasi Geografi BeberapaMetode Analisis dalam Sistem Informasi Geografi BAB II Metode Analisa Fisik Kawasan dan Rawan Bencana Arahan Fungsi Kawasan Daya Dukung Lahan Kemampuan Lahan Analisis Rawan Bencana Menegenal Bencana, Rawan, Rentan, Ancaman bencana Analisa Rawan Bencana Longsor Analisa Rawan Bencana Banjir Analisa Rawan Kebakaran Gedung dan Permukiman BAB II Analisis Kependudukan dan Kesejah Teraan Analisis Kependudukan

Fertlitas Sexratio Kematian bayi Piramida Penduduk

Analisis Kesejahteraan Index baca tulis Index Lama bersekolah Sex Ratio Angka Ketergantungan dan Pengangguran

BAB III Analsis Ekonomi Wilayah dan Sarana Prasarana Analisis Ekonomi Wilayah

Metode Analisis SLQ dan DLQ

Metode Analisis Spasial

Metode Analisis Shift Share

Analisis Sarana Prasarana Buffer Standar Sarana Prasarana Wilayah

BAB IV Geogstrategi dan Kawasan Strategis Apa Itu Geografi Pilitik ? Iklim dalam Geografi Politik Geostrategi

Konflik Geopolitik Timur Tengah Permasalahan geostrategic dalam Kawasan Strategis Maritim Indonesia

Pentingnya Geostrategi dalam Analisa Wilayah Contoh strategi dalam rencana tata ruang

Daftar Pustaka Riwayat Penulis

Page 6: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 6

BAB I

MENGENAL ANALISA WILAYAH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Page 7: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 7

MENGENAL ANALISA WILAYAH

Analisa atau analisis atau Analysis adalah

suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal

atau benda dengan cara menguraikan komponen-

komponen pembentuknya atau penyusunnya untuk di

kaji lebih lanjut. Analisa berasal dari kata Yunani kuno

analusis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk

dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali,

dan luein yang berarti melepas sehingga jika di

gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau

menguraikan.

Analisa wilayah merupakan bahagian studi

dalam menganalisis wilayah dari berbagai sector,

kajian pokok dari analisa wilayah bertujuan

menganalisis wilayah dengan memperoleh informasi

untuk pengembangan dan perencanaan wilayah di

kemudian harinya sesuai dengan kemampuan dan

faktor pembatas dari wilayah yang di analisis, analisis

wilayah merupakan bahagian dari dasar-dasar

pengantar penataan wilayah diantaranya penyusunan

tata ruang RTRW ataupun penyusunan RDTR rencana

detai tata ruang dengan menghimpun semua kajian

dasar dalam geografi untuk memperoleh informasi

dalam menentukan sebuah kebijikan.

Kajian dari analisa wilayah memadukan dari

sector fisik sebuah kawasan yang berpotensi ataupun

terhambat oleh berbagai faktor ataupun kebencanaan,

yang mana hasil kajian analisis fisik akan

mempengarui untuk perencanaan sosial dikemudian

harinya dengan harapan perencanaan dapat berjalan

dalam memajukan wilayah dan juga melindungi

lingkungan yang akan dikembangkan.

LAHAN

Lahan merupakan penjelmaan selur factor atau kakas

(force) disuatu tapak (site) yang mempengaruhi dan

berperan dalam hidup dan kehidupan suatu makhluk

dan masyarakat.

Lahan merupakan sumberdaya pembangunan

memiliki karakteristik unik, yakni (i) sediaan/luas

relatif tetap karena perubahan luas akibat proses alami

(sedimntasi) dan proses (reklamasi) sangat kecil, (ii)

memiliki sifat fisik jenis batuan, kandungan mineral,

topografi, dsb. Dengan kesesuaian dalam menampung

kegiatan masyarakat cenderung spesifik

(Sitanala.2012).

ANALISIS WILAYAH UNTUK PENATA

GUNA LAHAN

Penata gunaan lahan (Land-use) pengaturan

penggunaan lahan untuk suatu fungsi tertentu dan

besarnya volume kegiatan yang di izinkan di atas

suatu lahan sesuai dengan karakteristik egiatan dan

masalah yang terkait . berdasarkan atas pengertian

penataan lahan ini seharusnya suatu daerah bila di

kembangkan , perlu terlebih dahulu di defenisikan

scara baik(Chafid Fandeli.2009).

Tata guna lahan merupkan pengaturan

pemanfaatan lahan pada lahan yang masih kosong

di suatu lingkup wilayah (baik tingkat nasiona,

regional maupun lokal) untuk kegiatan-kegiatan

tertentu (Miro.15.2005) Jenis kegiatan yang akan

dikembangkan harus sesuai dengan karakteristik

geomorfologis lokasi (jenis tanah, kemiringan,

struktur batuan). Hal ini dimaksud agar lahan dapat

didorong untuk dimanfaatkan secara tetap sesuai

fisik nya (Sitanala, Arsyad.36.2012). pengaturan

pemanfaatan lahan dimaksud untuk membuat

struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang yang

efisien, untuk menekan biaya yang dikeluarkan

masyarakat dalam melakukan aktifitas, dan

memperoleh pelayanan yang dibutuhkan

(Sitanala,Arsyad.37.2012)

1

APA ITU ANALISA WILAYAH ?

Mengenali analisa wilayah untuk sebuah perncanaan

Mengenali Lahan

Analisis Wilayah Untuk Penata Guna Lahan

Page 8: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 8

MENGENAL SISTIM INFORMASI GEOGRAFI

Sistem informasi geografi sudah tidak asing

lagi didengar saat ini, kajian ilmu sistim informasi

geografi sangat berkembang khususnya dinegara-

negara barat. Perkembangan kajian sistem informasi

geografi tidak lepas dari perkembangan teknologi,

khususnya perangkat lunak dan perangkat keras dalam

pengolahan data spasial. Tidak hanya disiplin ilmu

Geografi sendiri yang menggunakan teknologi GIS

dalam mengkaji ruang, penggunaan sistem informasi

geografi juga sangat berkembang pada disiplin ilmu

lain yang mengkaji wilayah seperti Geodehsi,

Geomatika, Kehutanan, Kelautan, Ilmu Komunikasi

dan sebagainya. Sistim informasi geografi lebih

dikenal sebagai GIS.

Pengelolaan data spasial merupakan hal yang

penting dalam pengelolaan data Sistem Informasi

Geografi. Proses pengolahan dilakukan dengan

menerapkan kaidah-kaidah relasional terkait secara

simultan. Sistem Informasi Geografis (SIG) tidak

hanya berfungsi untuk memindahkan /

mentransformasi peta konvensional (analog) ke bentuk

digital (digital map), lebih jauh lagi sistem ini

mempunyai kemampuan untuk mengolah dan

menganalisis data yang mengacu pada lokasi geografis

menjadi informasi berharga.

Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi

adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisa

statistik dan overlay yang disebut analisa spasial.

Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi

Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisa

spasial , tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu

dengan menambahkan dimensi „ruang (space)‟ atau

geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-

attribut pada bermacam fenomena seperti umur

seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara

bersama dengan informasi seperti dimana seseorang

tinggal atau lokasi suatu jalan [Keele,1997].

DEFENISI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem

informasi berbasis computer yang digunakan secara

digital untuk menggambarkan dan menganalisa ciri-

ciri geografi yang digambarkan pada permukaan bumi

dan kejadian-kejadiannya ( atribut-atribut non spasial

untuk dihubungkan dengan studi mengenai geografi)

[Feick et.al all,1999;Tuman,2001] didalam

Handayani.2005).GIS adalah satu set perangkat lunak

untuk menangkap, memanipulasi menganalisis dan

menyajikan data geografis. Kombinasi dari elemen

database untuk menyimpan informasi pada atribut dan

fungsi pemetaan untuk menampilkan data spasial

membuat produk ini kuat sangat berharga untuk

memeriksa pola yang ada di dalam dan diantara

fenomena geografis (William.2000)

GIS Istilah ini digunakan dalam dua cara yang

berbeda: pertama, untuk merujuk ke sistem yang

terintegrasi perangkat keras komputer, perangkat

lunak, data geografis digital dan bentuk lain dari IT

dan, kedua, untuk menunjukkan aplikasi tertentu dari

sistem tersebut dalam konteks organisasi tertentu,

misalnya untuk melaksanakan operasi dan prosedur

dari departemen perencanaan dipemerintah daerah

((Rideout, 1992) di dalam Walford.1999). Perbedaan

antara penggunaan ini istilah berkaitan dengan

perbedaan antara GIS sebagai komponen teknologi

informasi, yang dapat dibeli dari pemasaran yang

sesuai, dan sebagai alat praktis atau metodologi untuk

menangani dan mengelola data geografis, yang dapat

diimplementasikan dalam berbagai asituasi.

GIS Geographic Information System,

selanjutnya disebut GIS, adalah sistem untuk

pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau

manipulasi, analisis, dan penayangan data yang mana

data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan

muka bumi (Perka BNPB No.2 Tahun 2012).

Dari teori yang telah dijelaskan dapat

disimpulkan GIS atau dikenal dengan sebutan sistim

informasi geografi merpukan perangkat untuk

memasukan, menyimpan, mengolah atau analisis dan

memanggil kembali data spasial.

Model Data Spasial di Dalam SIG

Secara umum persepsi manusia mengenai

bentuk representasi entitas spasial adalah konsep

raster dan vektor. Data spasial direpresentasikan di

dalam basisdata sebagai raster atau vector

[Prahasta,2001] didalam Handayani.2005).

2

APA ITU SIG SISTEM INFORMASI GEOGRAFI ?

Mengenali sistem informasi geografi

Defenisi sistem informasi geografi

Model data spasial dalam SIG

Mengenali beberapa teknis analisis data spasial dengan SIG

Page 9: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 9

MENGENALI BEBERAPA TEKNIK DATA

SPASIAL DENGAN SIG

Analisa Buffer

Analisa Buffer digunakan untuk mengidentifikasi area

sekitar fitur-fitur geografi. Proses mengenerate sekitar

lingkaran buffer yang ada fitur-fitur geografi dan kemudian

mengidentifikasi atau memilih fitur-fitur berdasarkan pada

apakah mereka berada di luar atau didalam batas

buffer(Handayani.2005). Sistem Informasi Geografi

mempunyai keistimewaan analisa yaitu analisa overlay dan

analisa proximity dimana analisa overlay merupakan proses

integrasi data dari lapisanlapisan yang berbeda sedangkan

analisa proximity merupakan analisa geografis yang berbasis

pada jarak antar layer. Analisa Spasial sdilakukan dengan

meng-overlay dua peta yang kemudian menghasilkan peta

baru hasil analisis.

Overlay Data Spasial

Beberapa teknik analisa data dengan SIG sallah satu

diantaranya adalah overlay peta. Merupakan proses dua peta

tematik dengan area yang sama dan menghamparkan satu

dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru.

Kemampuan untuk mengintegrasikan data dari dua sumber

menggunakan peta merupakan kunci dari fungsifungsi analisis

Sistem Informasi Geografi.

Konsep Overlay Peta

Alamat Overlay Peta merupakan hubungan interseksi

dan saling melengkapi antara fitur-fitur spasial.

Overlay Peta mengkombinasikan data spasial dan data

attribut dari dua theme masukan.

Tiga tipe fitur masukan, melalui overlay

yang merupakan polygon yaitu :

1) Titik – dengan - poligon, menghasilkan

keluaran dalam bentuk titik-titik

2) Garis – dengan - poligon, menghasilkan

keluaran dalam bentuk garis

3) Poligon – dengan - poligon menghasilkan

keluaran dalam bentuk polygon

Metode Overlay Union

Operasi Union / operator Boolean “OR”

Gambar 1. Union

Sumber: Handayani.2005.

Tujuannya untuk membuat coverage baru dengan melakukan

tumpukan (overlay) dua coverage polygon. Operasi union bisa

dilakukan dengan ketentuan semua coverage harus dalam

bentuk polygon.

Keluaran coverage baru berisi :

- polygon kombinasi

- attribut-attribut kedua coverage asal

2. INTESEKSI / IRISAN

- Operasi Interseksi atau operator Boolean

“AND”

- Membuat coverage baru dengan cara

melakukan overlay dua himpunan fiturfitur

coverage .

Gambar 3. Inteseksi / irisan

Keluaran Coverage, hanya berisi bagian fitur-fitur dalam area yang terisi

oleh kedua masukan dan merupakan irisan dari

coverage.

IDENTITI

- Membuat satu coverage baru dengan melakukan overlay dua himpunan

fitur.

- Keluaran coverage berisi :

1. semua masukan fitur

2. hasilnya hanya berisi bagian dari identitas fitur coverage yang

meliputi masukan coverage.

PENDEKATAN OVERLAY

Pendekatan Matrik Dua Dimensional

Dua dimensional Menurut (Bintarto.1978) dimensi waktu atau

temporal dimensional yang disebut juga temporal labeling

menunjukan suatu saat dalam suatu waktu atau menunjukan

suatu periode dalam suatu waktu.

Biasanya jenis overlay matrik dua dimensional, bertujuan

untuk memperoleh infromasi baru dari perbandingan dua

waktu yang berbeda, atau membandingkan antara dua peta

tahun yang berbeda dengan tema yang sama. Didalam

penelitian perubahan penggunaan lahan dapat diketahui

perubahan penggunaan lahan yang terjadi antara tahun

pertama dan tahun kedua. Juga dapat digunakan untuk

memonitor perubahan luas penggunaan lahan dari waktu ke

waktu. Unsur masing-masing peta biasanya memiliki

klasifikasi yang sama agar perubahan bisa dipantau secara

setara(Slet perkuliahan H.Frananda.S.P,M.Sc).

Pendekatan Kuantitatif Binary

Penentuan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan

mengoverlaykan unsur-unsur penentu kesesuaian lahannya

Misalkan dalam penentuan kesesuaian lahan permukiman,

unsur yang menjadi pertimbangan apakah lahan tersebut

sesuai atau tidak adalah berupa 3 unsur peta dasar yaitu:

(1) lereng,

(2) bentuk lahan

(3) kerawanan bencana

Dalam pendekatan kuantitatif binary biasanya melihat faktor

pembobotan.

Page 10: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 10

GEOPROSESSING

Geoprocessing menunjuk ke tool dan proses yang digunakan

untuk menghasilkan sekumpulan data yang diinginkan. Sistem

Informasi Geografi meliputi sekumpulan besar tool yang

bekerja dengan dan proses informasi geografi. Sekumpulan

tool ini digunakan untuk mengoperasikan informasi obyek

SIG sebagai kumpulan data, attribut, dan elemen kartograpi

untuk cetakan peta. Secara bersama pemahaman perintah-

perintah dan bentuk objek data merupakan dasar dari

framework geoprocessing.

Data + Tools = Data Baru Tool SIG merupakan sekumpulan

blok bangunan untuk menggabungkan banyak tahapan

operasi. Satu tool melakukan suatu operasi ke data yang ada

untuk menghasilkan data baru. geoprocessing dalam SIG

digunakan untuk menyambung secara bersama serangkaian

operasi ini.

Operasi Geoprocessing

Dissolve Fitur berdasarkan Attribut

Operasi ini dilakukan dengan melakukan

aggregasi (menyatukan) fitur yang memiliki

nilai yang sama berdasarkan attribut yang

ditentukan.

Klip Salah Satu Theme Berdasarkan Theme

yang Lain

Operasi in dilakukan dengan

menggunakan satu klip theme seperti potongan

kue pada masukan theme. Attribut masukan

theme tidak diubah.Contoh :

ss

Page 11: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 11

BAB II

METODE ANALISA FISIK KAWASAN DAN KERAWANAN BENCANAAN

Page 12: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 12

A. Satuan Lahan

Penelitian mengenai lahan biasanya

menggunakan satuan analisis dan satuan pemetaan

berupa satuan lahan. Menurut FAO, (1977) dalam

R.A. van Zuidam and F.I. van Zuidam-Cancelado

(1979: 3) satuan lahan adalah satuan bentang alam

yang digambarkan serta di petakan atas dasar sifat

fisik atau karakteristik lahan tertentu. Satuan lahan

merupakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan

bentuklahan dan timbulan, bahan induk dan

penggunaan lahan atau penutup lahan pada saat

sekarang. Satuan lahan dapat dibuat dari hasil

tumpangsusun peta geologi, peta tanah, peta

kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Dengan

demikian satuan lahan tersebut akan mencerminkan

adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng

serta penggunaan lahan pada suatu wilayah.

Fungsi kawasan terbagi menjadi tiga yaitu

kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan

budidaya. UU RI No. 26 2007 dalam Muryono (2008 :

8) menyebutkan bahwa “Kawasan lindung adalah

kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan”.

Didalam pemebahasan ini metode arahan fisik

fungsi kawasan di wilayah Indonesia digunakan, SK

Mentri kehutanan Nomor837/Kpts/Um/11/80.

Dengan mempertimbangkan kelerangan, jenis tanah

dan curah hujan didalam penetapan fungsi kawasan,

berikut kriteria masing-masing faktor penentu arahan

fungsi kawasan.

1. Kelerengan

Data spasial kelerangan dapat diperoleh secara

perhitungan manual ataupun menggunakan perangkat

GIS dengan bahan dasar data topografi format Tin,

ataupun diolah dari citra SRTM yang dapat diunduh

dari situs http://earthexplorer.usgs.gov/ , respon

spektral gelombang hasil perekaman citra SRTM

Secara manaual dapat digunakan rumus

=kemiringan lereng

mampu manpilkan kontur yang dapat diolah menjadi

lereng, sacara dua dimensi ataupun tiga dimensi.

Table kriteria kelerangan fisik lahan.

Kelas Keterangan Kemiringan (%) Skor

I Datar >0-8 20

II Landai >8-15 40

III Agak

Curam

>15-25 60

IV Curam >25-40 80

V Sangat

Curam

>40 100

2. Curah Hujan

Data spasial curah hujan dapat diperoleh dari hasil

olah data statistic dalam bentuk peta Isoyet ataupun

Thisen yang menampilkan curah hujan wilayah.

Perangkat SIG mampu mengolah data curah hujan

dengan tool Create Thisen Polygons pada ArcToolbox.

Kelas Curah Hujan Curah hujan Skor

I Sangat rendah <13,6 10

II Rendah 13,6-20,7 20

III Sedang 20,7-27,7 30

IV Tinggi 27,7-34,8 40

V Sangat tinggi >34,8 50

3. Jenis Tanah

Peta jenis tanah dapat diperoleh dari instansi terkait,

jika dalam bentuk raster dapat diolah menjadi data

Shape file yang dapat dioleh dalam software ArcGIS,

dengan cara yang paling sederhana yaitu proses

3

ANALISIS FISIK WILAYAH

Arahan Fungsi Kawasan

Analisis Kemampuan Lahan

Analisis Kerawanan Bencana

Page 13: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 13

digitasi pada tool>editor>star edit>create

futures>polygone.

Kela

s

Kepekaan

terhadap Erosi

Jenis tanah Skor

I Rendah/tidak

peka

Alluvial, Glei,

Planasol,

Hidromof

kelabu, Laterit

air tanah

15

II Sdang/Agak

peka

Latosol 30

III Tinggi/Kuran

g peka

Kambisol,

mediteran,

brown forest,

non calcic brown

45

IV Sangat

tinggi/Peka

Vertisol,

Andosol,

Grumosol,

laterit, Podosol,

Podosolik

60

V Amat sangat

Tinggi?sangat

peka

Litosol,

Orgonosol,

Rendzina,

regososol

75

Analisis dilakukan dengan cara overlay peta disetiap

indikator, dengan hasil gabungan dari setiap skor/parameter.

Klasifikasi Peta Arahan Fungsi Kawasan

Adapun nilai skor masing-masing fungsi kawasan hutan

(hutan lindung, hutan produksi dan hutan produksi terbatas)

adalah sebagai berikut :

1. Skor >= 175, maka dicadangkan sebagai hutan lindung.

2. Skor 125-174, maka dicadangkan sebagai hutan produksi

terbatas.

3. Skor <= 124, maka dicadangkan sebagai hutan produksi

tetap.

Eksisting Peta

1. Luas Peta Arahan Fungsi Kawasan DI eksistingkan

dengan Peta Tutupan Lahan

2. Beri skor apa cocok/tidak cocok dengan tindakan

arahan pembangunan

3. Lakukan overlay peta, dengan teknologi Sistem

Informasi Geografi

Didalam mengoperasikan salah satu perangkat sistem

informasi geografi yaitu ArcGIS kita dapat menggunakan

menu dari ArcToolbox.

Hasil skoring dari klasifikasikan menjadi peta arahan fungsi

kawasan sesuai parameter masing-masing.

Sistem klasifikasi Tanah, Dudal-Soepraptohardjo

Taksonomi tanah berdasarkan sistem Dudal-Soepraptohardjo

mendasarkan pada penampilan profil tanah dan sejumlah ciri-

ciri fisika dan kimia. Dasar sistem ini adalah dari Rudi Dudal,

ahli tanah dari Belgia, yang dimodifikasi untuk situasi

Indonesia oleh M. Soepraptohardjo. Sistem ini disukai oleh

pekerja lapangan pertanian karena mudah untuk diterapkan di

lapangan. Versi aslinya dirilis pada tahun 1957.

Modifikasinya dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah pada

tahun 1978 dan 1982. Sistem ini (dan modifikasinya) berlaku

khusus untuk Indonesia, dengan mengadopsi beberapa sistem

internasional, khususnya dalam penamaan dan pemberian

kriteria.

Berikut adalah klasifikasi tanah Indonesia menurut sistem

Dudal-Soepraptohardjo (D-S), diberikan dengan padanannya

menurut empat sistem klasifikasi lain.

Sumber: Padanan Nama Tanah menurut Berbagai Sistem Klasifikasi

Tanah (disederhanakan)

, kecuali untuk sistem WRB.

Sistem Soil Taxonomy (USDA)

Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun

1975 oleh tim Soil Survey Staff yang bekerja di bawah

Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sistem ini

pernah sangat populer namun juga dikenal sulit diterapkan.

Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai

sebagai alat komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian

tersaingi oleh sistem WRB. Meskipun demikian, beberapa

konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam sistem WRB

yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.

Dudal-

Soepraptohardjo

(D-S) (1957-1961)

Modifikasi

PPT atas D-S

(1978/1982)

FAO/UNESCO

(1974)

World

Reference

Base

(WRB) (2007)

Soil Survey

Staff USDA

(1975 – 1990)

Tanah aluvial

(endapan, alluvial

soil)

Tanah aluvial Fluvisol Entisol,

Inceptisol

Andosol Andosol Andosol Andosol Andisol

Tanah Hutan Coklat

(Brown Forest Soil)

Kambisol Cambisol Cambisol Inceptisol

Grumusol Grumusol Vertisol Vertisol Vertisol

Latosol Kambisol,

Latosol,

Lateritik

Cambisol,

Litosol, Ferralsol

Inceptisol,

Ultisol, Oxisol

Litosol Litosol Litosol Entisol

(subkelompok

lithic)

Mediteran Mediteran Luvisol Chromic

Luvisols

Alfisol,

Inceptisol

Organosol Organosol Histosol Histosol Histosol

Podsol Podsol Podsol Podzols Spodosol

Podsolik Merah

Kuning

Podsolik Acrisol Ultisol

Podsolik Coklat Kambisol Cambisol Inceptisol

Podsolik Coklat

Kelabu

Podsolik Acrisol Ultisol

Regosol Regosol Regosol Entisol,

Inceptisol

Renzina Renzina Rendzina Calcic

Leptosols

Rendoll

- Ranker Ranker Acidic

Leptosols

-

Page 14: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 14

Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertama, terdapat

penggolongan 12 (pada versi pertama berjumlah sepuluh)

kelompok utama yang disebut soil order ("ordo tanah").

Mereka adalah

1. Entisol (membentuk akhiran -ent)

2. Inceptisol (membentuk akhiran -ept)

3. Alfisol (membentuk akhiran -alf)

4. Ultisol (membentuk akhiran -ult)

5. Oxisol (membentuk akhiran -ox)

6. Vertisol (membentuk akhiran -vert)

7. Mollisol (membentuk akhiran -mol)

8. Spodosol (membentuk akhiran -od)

9. Histosol (membentuk akhiran -ist)

10. Andosol (membentuk akhiran -and)

11. Aridisol (membentuk akhiran -id)

12. Gleisol (membentuk akhiran )

Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-

masing order. Sistem USDA mempertimbangkan aspek

pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di bumi dan

atmosfer. Sistem ini, disingkat sistem WRB, merupakan hasil

kerja dari tim bentukan FAO dan disarankan oleh Organisasi

Ilmu Tanah Sedunia. Berdasarkan kesepakatan pada tahun

1998, sistem WRB menggantikan sistem FAO. Versi

terbarunya terbit tahun 2006. Ke dalam sistem WRB terdapat

pembagian peringkat primer dan peringkat sekunder.

Peringkat primer merupakan penggambaran terhadap 32 jenis

tanah utama dunia. Peringkat kedua merupakan kata sifat yang

menggambarkan keadaan fisik dan kimia tanah. Berbeda dari

sistem USDA, sistem WRB tidak mempertimbangkan aspek

iklim sebagai alat untuk pengelompokan.

Gambar: Contoh Peta Arahan Fungsi Kawasan

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN

Analisis kemampuan lahan dilakukan dengan

mengoverlay peta Lereng, peta, Jenis tanah, Peta Stauan

Lahan. Pada penelitia analisis ini lereng dibagi atas 18 kelas,

Dari proses overlay dan pemberian skoring maka di peroleh

fungsi kawasan utntuk wilayahKecamatan Patamuan dan

Padang Sago pada proses pembutan peta kelas kemampuan

lahan, lereng di bagi atas tujuh kelas, untuk drainase,

kedalaman solum, singkapan batuan, tingkat erosi, di peroleh

dari buku tanah pertanian bogor, banjir diperoleh dari peta

banjir. Kelas kemampuan dari seluruh table kelas kemampuan

lahan, klasifikasinya di peroleh dari skor tertinggisebagai

faktor pembatas.,

Proses analisis ini menggunakan metode overlay,

proses ini sama dengan proses arahan fungsi kawasan,

setelah overlay dilakukan maka dilihatlah nilai faktor

tertinggi dari satu kawasan sebagai faktor pembatas,

jika faktor tertinggi telah ditemukan maka lihat

kesimpulan deskriptif setiap kemampuan lahan.

Kriteria Kemampuan Lahan

Harkat penentuan tingkat kemampuan lahan menurut (USDA)

Page 15: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 15

Tabel. Kemampuan Lahan Menurut USDA

Sumber: Dedi Hermon.2009.Geografi Tanah

Deskripsi Kemampuan Lahan

Kelas I : Tidak ada atau sedikit factor penmbatas dan resiko kerusakan. Sifat tanah sangat baik di tinjau dari berbagai

kepentingan. Biasa digunakan untuk kepentingan aneka pertanian dengan resiko kerusakan kecil.

Kelas II : Memiliki sedikit factor pembatas. Sifat tanah umumnya sangat baik untuk aneka penggunaan, pertanian tetapi sudah

perlu diperhatikan terhadap resiko kerusakan.

Kelas III : Memiliki sifat-sifat baik dengan factor pembatas kemiringan yang agak curam. Bisa digunakan untuk pertanian ,

namun perlu perhatian serius upaya2 konservasi yang baik karena resiko erosi yang cukup besar.

Kelas IV : Lahan yang memiliki kedalaman yang sangat berat sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan

tindakan pengelolaan yang sangat hati-hati atau keduanya. Tanah ini dapat digunakan untuk tanaman semusim,

tanaman pertanian, padang penggembala, hutan produksi, hutan lindung dan suaka alam.

Kelas V : Memiliki sedikit bahaya erosi tetapi memiliki pembatas lain yang sulit dihilangkan sehingga penggunaannya sangat

terbatas yaitu untuk padang rumput, padang pengembala, hutan produksi atau suaka.

Kelas VI : Memiliki penghambat yang berat sehingga tanah-tanah kelas ini tidak sesuai untuk pertanian. Penggunaan tanah ini

terbatas hanya untuk padang rumput atau padang pengembala, hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam.

Kelas VII : Memiliki batas yang berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan penggunaannya sangat terbatas untuk padang

rumput, hutan produks dan suaka alam.

No Unit lahan Kriteria harkat

1 Lereng

L1

L2

L3 L4

L5

L6 L7

Datar (0-3%)

Landai dan berombak (4-7%)

Agak miring /bergelombang (8-15%) Miring bukit (16-30%)

Agak curam (31-45%)

Curam (46-65%) Sangat curam >65%

1

2

3 4

5

6 7

2 Tekstur tanah

T1 T2

T3 T4

T5

Sedang, (debu, lempung berdebu, dan lempung). Agak halus, liat berpasir, lempung liat bedebu, lempung berliat, lempung liat berpasir) Halus, liat dan liat berdebu.

Agak kasar, lempung berpasir.

Kasar, pasir berlempung.

1 2

3 4

5

3 Premiabelitas

P1 P2

P3

P4 P5

P6

P7

Sedang (2,0-6,25 cm/jam) Agak lambat (0,5-2,0 cm/jam)

Agak cepat (6,25-12,5 cm/jam)

Lambat (0,125-25,0 cm/jam) Cepat (12,5-25,0 cm/jam)

Sangat lambat (<0,125 cm/jam)

Sangat cepat (>25,0 cm/jam)

1 2

3

4 5

6

7

4 Solum

K1

K2 K3

K4

Dalam >90 cm

Sedang 50-90 cm Dangkal 25-50 cm

Sangat dangkal < 25 cm

1

2 3

4

5 Drainase

D1

D2

D3

D4 D5

Baik, sirkulasi udara baik, profiltanah seragam, tidak terdapat bercak-bercak.

Agak baik, sirkulasi udara baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, cokelat atau kelabu pada lapisan atas atau bawah.

Agak buruk, sirkulasi udara baik pada lapisan atas tanah, seluruh lapisan bawah penuh dengan bercak akibat sirkulasi udara tidak baik.

Buruk, tanah lapisan atas sedikit bercak dan tanah lapisan bawah sangat banyak bercak, Sangat buruk, seluruh lapisan tanah dipenuhi bercak. Sangat-sangat buruk, tanah selalu tergenang air.

1

2

3

4 5

6 Erosi

E1 E2

E3

E4 E5

Tidak ada erosi Ringan <25% lapisan tanah atas hilang

Sedang, 25-75 % lapisan tanah atas hilang.

Berat, >75% tanah lapisan atas hilang. Dan 25% tanah bahagian bawah hilang. Sangat berat 75% tanah lapisan bawah hilang.

1 2

3

4 5

7 Singkapan Batuan

B1 B2

B3

B4 B5

Tidak ada <2% luas area

Sedikit 2-10% luas area, pengolahan tanah dan tanaman agak terganggu.

Sedang 10-50% luas area, pengollahan tanah dan tanaman terganggu Banyak 50-90% luas area, pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu.

Sangat banyak >90% luas areal, tanah sama sekali tidak dapat di garap.

1 2

3

4 5

8 Ancaman Banjir

O1

O2

O3

O4

O5

Tidak pernah banjir dalam periode 1 tahun, tidak tertutup banjir dalam waktu 24 jam.

Terkadang banjir menutupi >25 jam tidak teratur dalam periode 1 tahun.

Selama 1 bulan lebih tanah tertutp banjir >24 jam Selama 2-5 bulan dalam 1 tahun, tanah selalu tertup banjir >24 jam

Selama >6 bulan tanah selalu tertutup banjir >24 jam.

1

2

3

4

5

Page 16: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 16

ANALISIS KEKRITISAN DAS

1. Analisis Kekritisan Das

Das adalah Suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi

menampung, mengumpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau kelaut secara alami, yang batas didarat

merupakan pemisah topografi dan batas dilaut sampai dengan daerah perairan yang masih berpengaruh aktifitas daratan. Sub das

adalah bagian das yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utara setiap Das terbagi kedalam

sub-sub das.

Run off dalah aliran air/limpasan, stream flow adalah aliran sungai, Cathment Gield adalah daerah tangkapan air, Surfface

run off adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah, dan subsorface runoff adalah air dalam tanah. Debit (Q) yaitu volume air

mengalir persatuan waktu. Koefisien limpasan (c) yaitu bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya limpasan

terhadap curah hujan

Sesuai dengan keputusan menteri kehutanan No 52/Kpts-II/2011 bahwa monev kinerjja DAS dan pengelolaan DAS. Maka

monev yang akan dilakukan adalah ,monev kineja DAS, yaitu sistem monev yang dilakukan secara periodik untuk memperoleh

data dan informasi terkait kinerja DAS. Untuk memperoleh data dan informasi tentang gembaran menyeluruh mengenai

perkembangan kinerja DAS, Khususnya untuk memperoleh data dan informasi tentang gambaran menyeluruh mengenai

perkembangan kinerja DAS, Khususnya untuk tujuan pengelolaan DAS secara lestari, maka diperlukan kegiatan monev DAS yang

di tekankan pada aspek tata air, penggunaan lahan, sosial, konomi, dan kelembagaan.

Koefisien Rezim Sungai

Metode analisis yang digunakan dalam menghitung koefisien rezim sungai yaitu dengan menggunakan perhitungan sebagai

berikut:

Tata Air 1. Debit air sungai KRS=(Qmax/Qmin) KRS,50 baik

KRS 50-120 sedang

KRS>120 buruk

Dasa SPAS

PU/BRLKT/HPH

Q=debit Sungai

CV=(sd/Qrata-

ratax100%)

CV<10% baik

CV>10% jelek

CV=coefesien varian

Sd=standar deviasi data

SPAS

Sumber: Mufta’Ali 2002

Mencari Standar Deviasi

Untuk menentukan daya dukung dalam suatu DAS dapat digunakan indikator sebagai berikut;

Tabel 18. Kriteria dan Indikator Kinerja Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kriteria Indikator Parameter Standar Evaluasi Keterangan Penggunaan

Lahan

1.Penutupan oleh

vegetasi

IPL= (LVP/LDas)x

100%

IPL= > 75% baik

IPL= 30-75% sedang

IPL=< 30% jelek

IPL= indeks penutup lahan

LVp= luas lahan bervegetasi permanen

LDas = Luas DAS

2.Kesesuaian

penggunaan Lahan

(KPL)

KPL= (LPS/LDas) x

100%

KPL= > 75% baik

KPL = 40-75% sedang

KPL=< 40% jelek

LPS= luas pengggunaan lahan yang sesuai

Rujukan penggunaan lahan adalah RTRW/K dan

atau pola RLKT

3.Erosi, Indek Erosi

(IE)

IE= (Ea/Et) x 100% IE= < 1 baik

IE = >1 jelek

Ea= erosi aktual

Et= erosi ditoleransi

Perhitungan erosi merujuk pada RTL, RLKT

1988

4.Pengelolaan

Lahan

Pola tanam (C)dan

tindakan konservasi

(P)

C x P < 0,01 baik

C x P = 0,01 – 0,50 sedang

C x P > 0,50 jelek

Perhitungan nilai C dan P merujuk pada RTL,

RLKT tahun 1988

Tata Air 1.Debit air sungai KRS = (Qmax / Qmin) KRS , 50 baik

KRS 50 – 120 sedang

KRS > 120 buruk

Data SPAS PU/BRLKT/HPH

Q = debit sungai

CV = (Sd / Qrata-rata)

x 100%

CV < 10% baik

CV >10% jelek

CV = coefisien varian Sd = standar deviasi Data

SPAS

IPA =

Nilai IPA semakin kecil

semakin baik

IPA = Indeks Penggunaan air

2. Kandungan

sedimen

Kadar lumpur dalam

air

Semakin menurun semakin

baik menurut mutu

peruntukan

Data SPAS

3. Kandungan

pencemar ( polutan

)

Kadar biofisik kimia Menurut standar yang berlaku Santar baku yang berlaku, misal PP 20/1990

4. Nisbah hantar

sedimen ( SDR )

SDR = (Ts/Te) x 100

%

SDR < 50% normal

SDR 50-75% tidak normal

Ts= total sedimen

Te= total erosi

Page 17: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 17

SDR > 75% rusak Data SPAS dan perhitungan /pengukuran erosi

Sosial

Demografis

1.Kepedulian

Individu

E kegiatn positip

konservasi mandiri

Ada, tidak ada Data dari instansi terkait

2.Partisipasi

Masyarakat

% Masyarakat dalam

kegiatan bersama

>70 % Tinggi

40-70% sedang

> 40% rendah

Dari data pengamatan atau dari data instansi

terkait

3. Tekanan

penduduk terhadap

lahan

Indeks Tekanan

penduduk

TP= Z .

TP < 1 ringan

TP= 1-2 sedang

TP> 2 berat

T= waktu dalam 5 tahun

Z= luas lahanpertanian minimal untuk hidup

layak/jumlah petani

F= proporsi petani terhadap populasi penduduk

DAS

Po= jumlah penduduk tahun 0

L= luas lahan pertanian

r= pertumbuhan penduduk/tahun

Ekonomi 1.ketergantungan

penduduk terhadap

lahan

Kontribusi pertanian

terhadap total

pendapatan keluarga

.75% tinggi

50-75% sedang

<50% rendah

Dihitung KK/tahun data dari instansi terkait

atau petani sample

2.Tingkat

pendapatan

Pendapatan keluarga

/tahun

Garis kemiskinan BPS Data dari instansi terkait atau petani sample

3.produksivitas

lahan

Produksi/Ha/tahun Menurun,tetap, meningkat Data BPS atau petani Sample

4.jasa lingkungan

(air,wisata, iklim

micro, umur

waduk)

Internalitas dari

esternalitas

pembiayaan

pengelolaan bersama

(cost sharing)

Ada, tidak Dalam bentuk pajak, restribusi untuk dana

lingkungan

Kelembagaan 1.pemberdayaan

lembaga dan atau

lokal

Peranan lembaga lokal

dalam pengelolaan

DAS

Berperan, tidak berperan Data hasil pengamatan

2.ketergantungan

masyarakat kepada

pemerintah

Intervensi pemerintah Tinggi, sedang, rendah Data hasil pengamatan

3.KISS Konflik Tinggi , sedang, rendah Data hasil pengamatan

4.Kegiatan usaha

bersama

Jumlah unit usaha Bertambah, berkurang, tetap Data dari instansi terkait

Sumber; Muta‟ali, 2012

Catatan:

Analisis kemampuan lahan, sama halnya dengan analisis yang dijelaskan sebelumnya, analisis ini dapat dilakukan dengan overlay

peta dan merujuk kepada faktor-faktor penentu yang laninya yang tidak tersaji dalam data spasial.

Lakukan analisis Qmax Qmin, dari debit rata-rata harian dari sebuah sungai pada wilayah das/musim hujan.

Tabel 1.4. Contoh Analisis Koefisien Rezim Sungai (KRS) Tahun 2004- 2012

No Tahun QMax QMin QMax/Qmin Keterangan

1 2004 10,919 2,828 3,861 Baik

2 2005 45,011 3,096 14,538 Baik

3 2006 59,35 6,202 9,569 Baik

4 2007 47,276 6,133 7,708 Baik

5 2008 45,011 3,096 14,538 Baik

6 2009 16,838 2,591 6,498 Baik

7 2010 292,51 1,63 179,453 Buruk

8 2011 67,53 0,27 250,111 Buruk

9 2012 33,12 0,23 144 Buruk

Sumber: Berdasarkan analisis koefisien rezim sungai (KRS) batang Pariaman.

Page 18: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 18

Gambar: Contoh grafik Q maximum dan Q minimum DAS.

Grafik Debit Sungai Tahun 2004 DAS Batang Parimaman

Metode Pengindraan Jauh Untuk Mengukur Vegetasi Tutupan DAS

Penerapan Transformasi NDVI

Model indeks vegetasi (NDVI) Normalized Difference Vegetation Index, Meruapakan kombinasi antara teknik

penisbahan dengan teknik pengurangan citera. Transformasi NDVI ini merupakan salah satu produk standar NOAA

(National Oceanic and Atmospheric Administration). Berbagai penelitian mengenai perubahan liputan vegetasi dibenua

Afrika banyak menggunakan transformasi ini trucker, 1986 didalam Formulasinya adalah sebagai berikut:

BV inframerah dekat= sinar inframerah dekat

BV merah = sinar merah

NDVI mampu menonjolkan aspek kerapatan vegetasi, secara implisit berbagai penelitian. Dengan melakukan analisis

citra dengan menggunakan metoda NDVI maka tingkat kerapatan vegetasi dapat di analisa. Pada NDVI nilai selalu

berkisar dari -1 hingga 1 (Danoedoro.2012:248).

Untuk mengetahui luas Vegetasi pentup lahan pada wilayah DAS dapat digunakan salah satu perangkat

pengindraan Jauh Digital yaitu ENVI, yang menyediakan sistem analisis untuk kerapatan vegetaqsi dengan formula

NDVI, NDVI akan membagi gelombang spektral hasil analisis berkisar dari -1 hingga 1 ntuk faktor penetu kerapatan

vegetasi penutup lahan,

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Q.Maximum

Q.Minimum

Page 19: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 19

Gambar: Contoh Tutupan Vegetasi DAS.

Sumber: Hasil analisis NDVI citra Landsat, Patamuan dan Padang sago.

Mengitung Luas Vegetasi Penutup DAS dapat dihitung menggunakan

Tool calculator geometri pada program ArcGIS.

Page 20: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 20

ANALISIS RAWAN BENCANA

Menurut Peraturan Kepala BNPB No.2 Tahun 2012,

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,

biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya,

politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk

jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan

mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi

kemampuan untuk menanggapidampak buruk bahaya tertentu.

Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau

masyarakat yang mengarah atau menyebabkan

ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan

akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu

yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam,

hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan

harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Dalam Peraturan Mentri Pekerjaan Umum kawasan

rawan bencana di Indonesia digolongkan kepada 3 jenis, yaitu

kawasan rawan bencana letusan gunung berapi dan gempa

bumi, kawasan rawan bencana longsor dan kawasan rawan

bencana banjir. Kawasan rawan bencana itu sendiri

didefinisikan sebagai suatu kawasan yang sering atau

berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Sedangkan

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dilalui oleh 2

sirkum dunia yaitu mediterania dan pasifik serta dialui oleh

jalur pegunungan api yang sangat aktif, sehingganya

Indonesia salah satu kawasan yang rawan bencana

Metode yang digunakan dalam analisis rawan bencana

longsor dan Banjir yaitu metode

Scoring (pengharkatan) adalah metode pemberian

skor/harkat terhadap masing-masing nilai parameter

lahan untuk menentukan tingkat kemampuan lahannya.

terdiri dari;

1. Penjumlahan: teknik scoring yang dilakukan secara

obyektif berdasarkan harkat yang diberikan kepada tiap

variabel variabel yang nilanya sudah ditentukan pada

satuan lahan yang dijumlahkan sehingga didapat nilai

kemampuan lahan.

2. Perkalian/pembobotan. adalah teknik scoring yang

dilakukan secara subyektif dengan pemberian bobot pada

setiap nilai parameter yang ada sesuai dengan tujuan

pembuatan kemampuan lahan.

Analisis Rawan Bencana longsor

MENGACU PADA ATURAN PERMEN PU No.22 tahun

2007 Analisis rawan bencana longsor dapat ditentukan

dengan cara mengoverlay peta lereng, jenis tanah, dan

zona

Pembagian zona untuk rawan bencana longsor:

1) Zona Tipe A

Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung,

lereng pegunungan, lereng perbukitan dan tebing sungai

dengan kemiringan lereng lebih dari 40 %, dengan

ketinggian di atas 2000 meter di atas perbukitan laut.

2) Zona Tipe B

Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki

pegunungan, kaki bukit, kaki perbukitan , dan tebing

sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21%

sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai

dengan 2000 meter di atas permukaan laut.

4

ANALISIS KERAWANAN BENCANA

Mengenal perbedaan rawan, rentan, ancaman dan risiko bencana

Analisis rawan bencan longsor

Analisis rawan bencana banjir

Analisis kerawanan kebakaran gedung dan pemukiman

Page 21: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 21

3) Zona Tipe C

Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi,

dataran rendah, dataran tebing sungai, atau lembah sungai

dengan kemiringan lereng berkisar antara 0% sampai

dengan 20% dengan ketinggian 0 sampai dengan 500

meter di atas permukaan laut.

Penentuan kelas masing - masing tipe zona berpotensi

longsorberdasarkan kriteria dan indikator tingkat

kerawanan

Sumber Permen PU.

Untuk menentukan kelas tipe zona berpotensi longsor

berdasarkan tingkatkerawanan ditetapkan 2 (dua) kelompok

kriteria, yakni kelompok kriteriaberdasarkan aspek fisik alami

dan kelompok kriteria berdasarkan aspek aktifitasmanusia.

Untuk mengukur tingkat kerawanan berdasarkan aspek

fisik alami ditetapkan 7 (tujuh) indikator yakni faktor-faktor:

kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng,

curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi.

Sedangkan untuk mengukur tingkat kerawanan berdasarkan

aspek aktifitas manusia yakni tingkat risiko kerugian manusia

dari kemungkinan kejadian longsor, ditetapkan 7 (tujuh)

indikator: pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng,

pencetakan kolam, drainase, pembangunan konstruksi,

kepadatan penduduk, dan usaha mitigasi. Masing-masing

indikator tingkat kerawanan berdasarkan aspek fisik alami

diberikan bobot indikator: 30% untuk kemiringan lereng, 15%

untuk kondisi tanah, 20% untuk batuan penyusun lereng, 15%

untuk curah hujan, 7% untuk tata air lereng, 3% untuk

kegempaan, dan 10% untuk vegetasi.Sedangkan terhadap

indikator tingkat kerawanan berdasarkan aspek aktifitas

manusia (tingkat risiko) diberi bobot: 10% untuk pola tanam,

20% untuk penggalian dan pemotongan lereng, 10% untuk

pencetakan kolam, 10% untuk drainase, 20% untuk

pembangunan konstruksi, 20% untuk kepadatan penduduk,

dan 10% untuk usaha mitigasi.

Setiap indikator diberi bobot penilaian tingkat kerawanan :

a. 3 (tiga) apabila dinilai dapat memberi dampak besar

terhadap terjadinya longsor.

b. 2 (dua) apabila dinilai dapat memberi dampak sedang

terhadap terjadinya longsor.

c. 1 (satu) apabila dinilai kurang memberi dampak

terhadap terjadinya longsor.

Penilaian bobot tertimbang setiap indikator dihitung

melalui perkalian antara bobotindikator dengan bobot

penilaian tingkat kerawanan setiap indikator. Nilai ini

menunjukkan tingkat kerawanan pada masing-masing

indikator.Kriteria tingkat kerawanan masing-masing indikator

fisik alami (7 indikator) danaktifitas manusia (7 indikator)

serta selang nilainya pada setiap tipe zona berpotensi longsor

disajikan pada Tabel 2 untuk zona tipe A, Tabel 3 untuk zone

tipe B, dan Tabel 4 untuk zona tipe C.Penilaian terhadap

tingkat kerawanan suatu zona berpotensi longsor pada

aspekfisik alami dilakukan melalui penjumlahan nilai bobot

tertimbang dari 7 (tujuh) indikator pada aspek fisik alami.

Total nilai ini berkisar antara 1,00 sampai dengan 3,00.

Sedangkan untuk menetapkan tingkat kerawanan zona

tersebut dalam aspek fisik alami, digunakan kriteria sebagai

berikut:

Page 22: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 22

a. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor tinggi apabila

total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 2,40–3,00.

b. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor sedang bila

total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 1,70–2,39.

c. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor rendah

apabila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran

1,00–1,69.

Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona

berpotensi longsor pada aspek aktifitas manusia dilakukan

melalui penjumlahan nilai bobot tertimbang dari 7 (tujuh)

indikator pada aspek aktifitas manusia. Total nilai ini berkisar

antara 1,00 sampai dengan 3,00. Sedangkan untuk

menetapkan tingkat kerawanan zona tersebut dalam aspek

aktifitas manusia (tingkat risiko), digunakan kriteria sebagai

berikut:

a. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor tinggi apabila

total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 2,40–3,00.

b. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor sedang bila

total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran 1,70–2,39.

c. Tingkat kerawanan Zona Berpotensi Longsor rendah

apabila total nilai bobot tertimbang berada pada kisaran

1,00–1,69.

Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona

berpotensi longsor pada seluruh aspek dilakukan dengan

menjumlahkan total nilai bobot tertimbang pada aspek fisik

alami dengan total nilai bobot tertimbang pada aspek aktifitas

manusia, dan membaginya menjadi dua.

Sumber: Permen Pu No.22 tahun 2007.

Gambar: penampan kelerangan fisik dari pengolahan citra

SRTM

Kriteria Aspek Fisik Alami

No. Indikator Bobot Indikator (%) Sentivitas Tingkat

Kerawanan

Bobot Penilaian Nilai Bobot Tertimbang Tingkat

Kerawanan Longsor

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 . Kemiringan

Lereng

30 % = 0,3 Tinggi 3 0,90

Sedang 2 0,60

Rendah 1 0,30

2. Kondisi Tanah 15 % = 0,15 Tinggi 3 0,45

Sedang 2 0,30

Rendah 1 0,15

3. Batuan Penyusun

Lereng

20 % = 0,2 Tinggi 3 0,60

Sedang 2 0,40

Rendah 1 0,20

4. Curah Hujan 15 % = 0,15 Tinggi 3 0,60

Sedang 2 0,40

Rendah 1 0,20

5. Tata Air Lereng 7 % = 0,07 Tinggi 3 0,21

Sedang 2 0,14

Rendah 1 0,07

6. Kegempaan 3 % = 0,03 Tinggi 3 0,09

Sedang 2 0,06

Rendah 1 0,03

7. Vegetasi 10 % = 0,1 Tinggi 3 0,03

Sedang 2 0,02

Rendah 1 0,01

Jumlah Bobot 100 % 0,96 – 2,88 (1,00 – 3,00)

Page 23: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 23

Tabel. Indikator rawan banjir faktor Fisisk Alami

Daerah Rawan Terkena Banjir

Alami (55 % = 0,55)

a

.

Bentuk Lahan

( 30 % = 0,3)

Pegunungan, perbukitan

Kipas dan lahar

Dataran, teras

Dataran, teras (lereng < 2 %)

Dataran aluvial, lembah alluvial, jalur

kelokan

Rendah

Agak rendah

Sedang

Agak Tinggi

Tinggi

1

2

3

4

5

b

.

Lereng lahan kiri –

kanan sungai (%)

(10 % = 0,10)

>8 (Sangat Lancar)

2-8 (Agak Lancar)

<2 (Terhambat)

Rendah

Sedang

Tinggi

1

3

5

c

.

Pembendungan oleh

percabangan sungai/ air

pasang

(10 % = 0,1)

Tidak ada

Anak Cabang Sungai Induk

Cabang Sungai Induk

Sungai induk/ Bottle neck

Pasang Air Laut

Rendah

Agak rendah

Sedang

Agak Tinggi

Tinggi

1

2

3

4

5

d

.

Meandering Sinusitas

(P) = panjang/ jarak

sungai sesuai belokan:

jarak lurus

(5% = 0,05)

1,0 – 1,1

1,2 – 1,4

1,5 – 1,6

1,7 – 2,0

>2

Rendah

Agak rendah

Sedang

Agak Tinggi

Tinggi

1

2

3

4

5

Sumber: Paimin Peneliti

Catatan:

Langkahnya bobot x skor= nilai bobot. Nilai bobot dijumlahkan semua untuk memperoleh bobot total.

Jumllah (dari bobot x skor) / 100 setiap parameter

Contoh=

1) Meandering

5% x 4 = 0,2

Karena didalam analisis kita hanya membahas kerawanan banjir berdasarkan faktor alami, maka interval kelasnya sebagai berikut.

Kerentanan Tinggi 1,92-2,6

Kerentanan Sedang 1,24 – 1, 92

Kerentanan Rendah 0-1,24

Rawan Bencana Banjir

Metode yang digunkan “Paimin”

Analisa rawan bencana banjir dapat di tentukan dengan mengoverlay peta

DAS dan Satuan lahan. Dari sana dapat di hitung medear, cabang sungai,

drainase, dan bentuk lahan. Untuk dapat memperoleh hasil klasifikasi banjiR

nya maka hasil dari mendear, cabang sungai, drainase dan bentuk lahan tadi,

di jumlahkan dan lihat skor klasifikasi banjirnya.

Page 24: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 24

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan

menggunakan metode penskoran dari tabel diatas maka

wilayah kecamatan batang anai dan ulakan tapakis didapatkan

analisis kerawanan banjir memiliki potensi sedang dengan

luas.

Untuk pemodelah kerawanan banjir dapat digunakan

metode GIS dengan perangkat Quantum GIS.

ANALISIS KERAWANAN KEBAKARAN

GEDUNG DAN PEMUKIMAN

Bangunan Gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau

diletakkan dalam suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya

pada, di atas, atau di dalam tanah dan/atau perairan secara

tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan

kegiatannya. Permukiman adalah bagian dari lingkungan

hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan

perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Kawasan permukiman adalah kawasan budidaya yang

ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan fungsi utama

untuk permukiman (PP No.80 Tahun 1999). Manajemen

penanggulangan kebakaran di perkotaan adalah segala

upaya yang menyangkut sistem organisasi, personel, sarana

dan prasarana, serta tata laksana untuk mencegah,

mengeliminasi serta meminimasi dampak kebakaran di

lingkungan dan kota. Lingkungan adalah beberapa gugus

bangunan yang diikat oleh jalan kolektor, yang merupakan

tingkatan ketiga yang menjadi obyek dalam penataan

bangunan.

Kota adalah lingkungan binaan bukan pedesaan yang

secara fisik merupakan bagian unit perkotaan

wilayah/kawasan terbangun dan berperan dalam

pengembangan perkotaan sesuai rencana tata ruang wilayah

serta tata bangunan dan lingkungan (Keputusan Mentri

Negara Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000.

Analisis ini menggunakan metode analisis data meliputi

metode analisis deskriptif yang digunakan untuk men-

guraikan dari data yang diperoleh di lapangan dan

menjelaskan data yang diolah sehingga dengan mudah

dipahami dalam mendeskriptifkan daerah penelitian juga

menggunakan citra satelit quidbird beresolusi tinggi.

Penelitian ini juga menggunakan metode pengharkatan

(scoring) yang merupakan suatu cara menilai dengan

memberikan nilai atau harkat pada masing-masing

karakteristik suatu variabel sehingga dapat dihitung

nilainya. Pada setiap variabel juga diberi nilai sebagai

pembobot. Alasan digunakan faktor pembobot karena tiap

parameter memiliki pengaruh berbeda dalam menciptakan

kondisi rawan kebakaran. Hasil faktor pembobotan di

timbang dengan faktor-faktor yang juga berperan dlam

penyajian kerawanan kebakaran berupa historis kejadian,

kepadatan penduduk, sebaran pemukiman, kontruksi

bangunan Salah satu prinsip atau teknik analisa GIS yang

penting adalah teknik overlay (tumpang susun lapisan).

Dalam teknik inidata input yang berupa informasi spasial

tematik dimanipulasi dengan teknik tumpang susun untuk

menghasilkan satu peta tematik untama sabagai output

(Muta‟ali.326.2013).

Tabel 05. Indikator Pertimbangan Kerawanan Kebakaran

Gedung dan Permukiman

Sumber: Suharyadi (2000) didalam Fiska Yanuar 2012 .

Langkahnya bobot x skor= nilai bobot.

Nilai bobot dijumlahkan semua untuk memperoleh bobot

total.

Parameter Bobot Harkat Tiap

Variabel

Bobot x harkat

Terendah Tertinggi Terenda

h

Tertinggi

Kepadatan rumah 3 1 3 3 9

Tata Letak 2 1 3 2 6

Jarak

permukiman dari

jalan

3 1 3 3 9

Lokasi sumber

air

3 1 3 3 9

Lokasi Pemadam

Kebakaran

2 1 3 2 6

Lebar Jalan

Masuk

3 1 3 3 9

Jaringan istrik 3 1 3 3 9

Hidran 1 1 3 1 3

Bahan Bangunan 2 1 3 2 6

Skor Total 22 66

Page 25: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 25

Lakukan Penggunaan harkatan dengan pemberian

faktor pembobot. Harkat 1 adalah untuk setiap parameter

yang tidak berpengaruh menciptakan kondisi rawan

kebakaran, sedangkan harkat dengan nilai 3 adalah untuk

kelas dari tiap parameter yang menyebabkan kondisi

rawan kebakaran cukup tinggi. Alasan digunakan faktor

pembobot juga karena setiap parameter memiliki pengaruh

yang berbeda dalam menciptakan kondisi rawan keba-

karan.

Klasifikasi kerawanan kebakaran ditentukan dari

jumlah skor total pada setiap blok permukiman. Skor total

adalah harkat dari viariabel di setiap poligon atau blok

permukiman yang sudah dikalikan dengan faktor

pembobot kemudian dijumlahkan. Skor total terendah

penilaian parameter kebakaran adalah 22 sedangkan skor

total tertinggi adalah 66. Selisih nilai tertinggi dengan

terendah kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang

diinginkan untuk mendapat nilai interval dan digunakan

untuk klasifikasi kelas kerawanannya.

Keterangan:

R= Range

K= Kelas yang diinginkan

Interval Kelas= 15

Setelah diperhitungkan harkat dan dikalikan bobotnya

maka dihasilkan harkat total dengan klasifikasi sebagai

berikut ini:

Tabel 06. Klasifikasi Kelas kerawanan Kebakaran

20 – 33 tingkat kerawanan rendah

34 – 47 tingkat kerawanan sedang

48 – 60 tingkat kerawanan tinggi

Sumber: Yanuar 2012

Page 26: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 26

BAB III

METODE ANALISA KEPENDUDUKANDAN KESEJAHTERAAN

Page 27: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 27

Fenomena Kependudukan

Fertilitas

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil

reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau kelompok

wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya

bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan kelahiran

pada perubahan penduduk.

Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live

birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan

dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak,

bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya (Mantra,

2003:145).

Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak

selalu melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia

mengatur fertilitas dengan abstinensi atau menggunakan alat-

alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang perempuan

unuk melahirkan sangat sulit untuk diukur. Ahli demografi

hanya menggunakan pengukuran terhadap kelahiran hidup

(live birth).

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan

pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya

meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari

seorang bayi. Disamping itu seorang yang meninggal pada

hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut

tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya seorang

perempuan yang telah melahirkan seorang anak tidak berarti

resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun.

Angka Kelahiran Umum atau General Fertility Rate (GFR)

Angka Kelahiran Umum adalah banyaknya kelahiran tiap

seribu wanita yang berumur 15-49 tahun atau 15-44 tahun.

Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

GFR : Tingkat Fertilitas Umum

B : Jumlah kelahiran

Pf (15-49) : Jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun

pada pertengahan

Tahun

Kebaikan dari perhitungan GFR ini adalah perhitungan ini

lebih cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita

yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang

exposed to risk. Kelemahan dari perhitungan GFR ini adalah

tidak membedakan risiko melahirkan dari berbagai kelompok

umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap

mempunyai risiko melahirkan yang sama besarnya dengan

wanita yang berumur 25 tahun.

Transisi Demografi Pada abad ke -20, nampaknya fertilitas telah turun di banyak

Negara baik di Negara maju ataupun di Negara berkembang,

termasuk Indonesia. Kemudian penurunan pada fertilitas juga

dibarengi dengan penurunan pada mortalitas, hal ini

mengakibatkan adanya transisi demografi, sehingga disebut

dengan teori “ transisi demografi”.

Pada dasarnya teori ini menjelaskan tentang perubahan dari

suatu situasi stasioner di mana pertumbuhan penduduk nol

atau pun sangat rendah sekali karena, baik tingkat fertilitas

maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di

mana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi,

sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat

rendah. Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi

) menuju stasioner kedua ( fertilitas dan mortalitas rendah )

mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan ketiga.

Dan tahapan-tahapan inilah yang disebut dengan transisi

demografi.

4

ANALISIS KEPENDUDUKAN DAN KESEJAHTERAAN

Fenomena Kependuduk

Pentingnya Analisis Keppendudukan

Kesejah Teraan

Metode Analisis Penduduk dan Kesejahteraan

Page 28: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 28

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa transisi demografi di

bagi atas tiga tahap yaitu I,II dan III. Pada transisi pertama

(pre-transitional) yaitu dari A ke B di mana tingkat kelahiran

dan tingkat kematian masih sama-sama tinggi, sedangkan

angka perumbuhan penduduk sangat rendah.dilanjutkan pada

transisi ke dua (transitional) yaitu dari B ke E, dimana tingkat

kematian dan kelahiran menurun, kematian lebih rendah dari

kelahiran, mengakibatkan tingkat pertumbuhan sedang atau

tinggi. Pada transisi ke dua ini dibagi lagi menjadi tiga tahap

yaitu :

a. Permulaan transisi (early transitional), yakni dari B ke C ,

ditandai dengan tingkat kematian menurun, tetapi tingkat

kelahiran semakin meninggi, malah cenderung meningkat.

perengahan transisi (mid-transitional), yakni dari C ke D

dimana tingkat kelahiran dan kematian sama–sama menurun,

tetapi penurunan kematian lebih cepat dari tingkat kelahiran.

c. Akhir transisi (late transitional), yakni dari D ke E di mana

tingkat kematian rendah dan tidak berubah atau menurunnya

hanya sedikit, sedangkan angka kelahiran cenderung menurun,

hal ini dapat diakibatkan karena sudah banyaknya masyarakat

yang mengetahui bagaimana cara mencegah kehamilan.

Sedangkan pada transisi ke tiga (post transitional), yaitu dari E

ke F dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Di tingkat

inilah kelahiran.

Angka Harapan Hidup Saat Lahir Secara umum, tingkat kesehatan penduduk di suatu wilayah

yang dapat di nilai dengan menilai angka harapan hidup.

Angka harapan hidup suatu umur didefinisikan sebagai rata-

rata jumlah tahun kehidupan yang masih dijalani oleh

seseorang yang telah berhasil mencapai umur tepat X dalam

situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.

Angka harapan hidup waktu lahir misalnya, merupakan rata-

rata tahun kehidupan yang akan dijalani oleh bayi yang baru

lahir. Angka harapan hidup pada suatu usia merupakan

indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial-

ekonomi secara umum.

Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem

pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu wilayah dan

masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk

akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara

keseluruhan. Kebijakan kesadaran masyarakat dalam

membiasakan diri untuk sehat, diperkirakan akan membantu

memperpanjang angka harapan hidup. Apabila angka harapan

hidup atau umur perkiraan naik, maka angka kelahiran turun.

Orang tua biasanya menginginkan setidaknya-tidaknya satu

anak lelakinya berumur panjang, untuk menjaganya di hari tua

dan meneruskan nama keluarga. Sering kali seorang wanita

harus beranak enam atau lebih supaya pasti bahwa satu anak

laki-laki dapat hidup sampai dewasa. Sebuah penelitian yang

diadakan Harvard University di bawah pimpinan David Heer

menekankan betapa pentingnya kepastian anak-anak dapat

hidup terus sampai dewasa pada dorongan untuk membina

keluarga kecil. Dimana angka kematian sangat tinggi, disitu

orang tua berusaha mempunyai anak sebanyak mungkin.

Dimana pada angka kematian rendah dan angka harapan hidup

atau umur perkiraan 50 tahun atau lebih, disitu setiap

menurunnya angka kematian disertai menurunnya angka

kelahiran. Lebih besar lagi, dan dengan demikian

memperlambat perkembangan penduduk secara keseluruhan

(Brown,1986: 165-166).

Indeks Tingkat Pendidikan

Adalah terdiri dari dua bagian, dimana bobot dua pertiganya

untuk kemampuan baca tulis dan bobot sepertiganya adalah

untuk masa bersekolah (Todaro, 2004 :69). Hal ini dapat

dirumuskan adalah :

Index Angka Melek Huruf

Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran

kesejahteraan sosial yang merata adalah dengan melihat tinggi

randahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingkat

melek huruf atau sebaliknya tingkat buta huruf dapat dijadikan

ukuran kemajuan suatu bangsa. Adapun kemampuan

membaca dan menulis yang dimiliki akan dapat mendorong

penduduk untuk berperan lebih aktif dalam proses

pembangunan (BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat: 2007).

Masa bersekolah bruto dapat melebihi 100 persen hal ini

dikarenakan siswa yang tua dapat kembali bersekolah. Indeks

Angka Melek Huruf ini dibatasi hingga seratus persen

(Todaro, 2004 :69). Rumusnya adalah:

Rata-rata lama sekolah

Rata-rata perkiraan lamanya penduduk untuk menyelesaikan

pendidikan dari yang berusia sekolah dasar, sekolah menegah,

dan sekolah tingkat lanjut terdaftar untuk belajar di sekolah

yang satuannya dalam persen (Todaro, 2004 :69). Adapun

rumusnya adalah :

Indeks masa bersekolah bruto =

Kaitan Indeks Tingkat Pendidikan terhadap Fertilitas

New household economics berpendapat bahwa bila

pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak

waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat

anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. Sehingga hal ini dapat

mengurangi angka kelahiran (Mundiharno, 1997 :7).

no Tahap Tingkat

Kelahira

n

Tingkat

kematian

Pertumbuha

n Alami

1

2

3

4

5

Stasioner Tinggi

Awal

Perkembangan.

Ahir

perkembangan

Stasioner rendah

Menurun

Tinggi

Tinggi

Menurun

Rendah

Rendah

Tinggi

Lambat

Menurun

Menurun

cepat

daripada

kelahiran

Menurun

cepat

daripada

kelahiran

Nol/Sangat

Rendah

Lambat

Cepat

Nol/Sangat

NegatifCepat

Page 29: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 29

Serupa dengan teori tradisional perilaku konsumen, penerapan

teori fertilitas di Negara-negara berkembang memberikan

pemahaman bahwa seandainya harga relatif atau biaya anak-

anak meningkat akibat dari, misalnya, meningkatnya

kesempatan bagi kaum wanita untuk memperoleh pendidikan

dan pekerjaan, atau adanya undang-undang mengenai batas

usia minimum bagi anak-anak yang hendak bekerja, maka

keluarga-keluarga akan menginginkan sedikit anak-anak

“tambahan”.

Kontrasepsi Obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsin (kehamilan).

Jenis kontrasepsi ada dua macam:

1. kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan

implant)

a. Pil merupakan tablet yang yang diminum untuk mencegah

kehamilan, mengandung hormon estrogen dan progesteron

sintetik, disebut juga sebagai pil kombinasi, sedangkan jika

hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut Mini Pil

atau Pil Progestin.

b. Suntik

c. Implant merupakan kapsul berisi levenorgestrol

dimasukkan di bawah kulit lengan atas wanita untuk

mencegah terjadinya kehamilan.

2. kontrasepsi non hormonal (IUD, Kondom)

a. IUD/ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim, terbuat dari

plastik halus dan fleksibel (polietilin) Yang beredar di

Indonesia.

b. Kondom (karet KB)

A. Kepadatan Bruto dan Nettro

B. Perhitungan Angka Kematian bayi Kecamatan

patamuan Dan Kecamatan Padang Sago

(Infratmortalitiy bayi)

C. Perhitungan Angka kematin Ibu Kecamatan

patamuan Dan Kecamatan Padang

Sago

D. Fertiitas Umum

Kelahiran hidup per 1.000 wanita usia reproduktif 15-

44 thn.

E. Sex Ratio 2011

F. TPAK (Angka Ketergantugan) 2011

Contoh Piramida Penduduk

Setellah hasil perhitungan analisis kependudukan, sajikan data

dengan perangkat GIS, dengan output peta tamatik

kependudukan,

Page 30: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 30

BAB IV

METODE ANALISA EKONOMI WILAYAH DAN SARANA PRASARANA

Page 31: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 31

Sarana prasarana merupakan fasilitas pelayanan sosial

berkaitan biasanya dikaitkan dengan pemenuhahan kebutuhan

dasar manusia. Pada umunya ada kesamaan pendapat

bahwasanya kebutuhan dasar tersebut tiga kategori,

diantaranya: konsumsi barang-barang dasar, pelayanan dasar,

dan hak berpartispasi.

Metode Perhitungan Pendapatan Regional

Metode tahap pertama dapai di bagi dalam dua metode yaitu

metode langsung dan metode tidak langsung. Metode

langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data

daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan

berasal dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri.

Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan tiga

macam cara, yaitu pendekatan produksi, pendekatan

pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Metode tidak

langsung adalah perhitungan dengan mengalokasikan

pendapatan nasional menjadi pendapatan regional memakai

berbagai macam indikator antara lain jumlah produksi, luas

areal sebagai alokatornya.

a. Metode langsung :

1. Pendekatan produksi

Pendekatan produksi merupakan cara perhitungan nilai

tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan

ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total

produk bruto sektor atau subsektor di suatu wilayah dalam

suatu periode tertentu, biasanya satu tahun

Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai

tambah dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang

seperti :

a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan.

b. Pertambangan dan penggalian

c. Industri pengolahan

d. Listrik, gas dan air bersih

e. Bangunan

f. Perdagangan, hotel dan restoran

g. Pengangkutan dan komunikasi

h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

Jasa-jasa

i.

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output)

dan nilai biaya (intermediate cost), yaitu bahan baku dari luar

yang dipakai dalam proses produksi. Nilai tambah itu sama

dengan balas jasa atas ikut sertanya berbagai faktor produksi

dalam proses produksi.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat

tergantung pada data yang tersedia. Pada hakekatnya,

pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu

sama lain, karena metode langsung akan mendorong

peningkatan kualitas data daerah, sedangkan metode tidak

langsung akan merupakan koreksi dalam perbandingan bagi

data mentah.

Kaitan Pendapatan Per Kapita terhadap Fertilitas

Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa

permintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat.

New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua

mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi

dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli”

meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat

maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang

digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih

mahal.

Leibenstein berpendapat bahwa anak dilihat dari 2 segi

kegunaannya (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah

memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi

atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan

sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan.

Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah

biaya dari mempunyai anak tersebut. daripada kegunaannya.

Hal ini mengakibatkan demand terhadap anak menurun atau

dengan kata lain fertilitas turun (Mundiharno, 1997 :5).

Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan PDRB

Persektor Atas Dasar Harga KonstanProduksi Domestik

Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang

dapat menggambarkan kegiatan ekonomi suatu daerah,

diantaranya untuk melihat nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh perekonomian dan perkembangan pendapatan

perkapita pada satu tahun atau periode pada suatu daerah hasil

perhitungan (PDRB) yang disajikan atas dasar harga berlaku

dan atas dasar harga konstan.

Apabila kita mengamati pertumbuhan ekonomi

wilayah dari tahun ke tahun berarti tingkat pertumbuhan yang

tercapai di setiap tahunnya, sehingga dapat dinilai hasil dari

4

ANALISIS EKONOMI WILAYAH DAN SARANA PRASARANA

Metode Pendapatan regional

Kaitan Pendapatan Perkapita terhadap Fertilitas

Pembangunan Ekonomi daerah

Analisa LQ (Location Quotient)

Page 32: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 32

pertumbuhan suatu wilayah di dalam mengendalikan kegiatan

ekonomi untuk waktu jangka pendek dan usaha trntuk

pengembangan perekonomian dalam jangka waktu panjang

dan juga dapat dilihat perbedaan tingkat kesuksesan suatu

wilayah dengan wilayah lain.

Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di

mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola

kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta

untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)

dalam wilayah tersebut.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah

terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan

pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang

bersangkutan (endogenous development) dengan

menggunakan potensi sumberdayi manusia, kelembagaan, dan

sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini

mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang

berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk

menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang

peningkatan kegiatan ekonomi.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu

proses,yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-

institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk

menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi

pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan

perusahaanperusahaan baru.

Pengembangan metode yang menganalisis

perekonomian suatu daerah penting sekali kegunaannya untuk

mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang

bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian

dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-

tindakan apa yang harus diambil untuk laju pertumbuhan

yang ada. Namun di pihak lain harus diakui bahwa

menganalisis perekonomian suatu daerah sangat sulit karena:

a. Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah

dibedakan berdasarkanpengertian daerah nodal. Dengan

data yang sangat terbatas sangat sukar

untukmenggunakan metode yang telah dikembangkan

dalam memberikan gambaran mengenaiperekonomian

suatu daerah.

b. Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data

yang dibutuhkan untuk analisisdaerah, karena data yang

terkumpul biasanya ditujukan untuk memenuhi

kebutuhananalisis perekonomian secara nasional.

c. Data tentang perekonomian daerah sangat sukar

dikumpulkan, sebab perekonomiandaerah lebih terbuka

dibandingkan dengan perekonomian nasional. Hal

tersebutmenyebabkan data tentang aliran-aliran yang

masuk dan keluar dari suatu daerah sukardiperoleh.

d. Bagi Negara Sedang Berkembang, di samping

kekurangan data sebagai kenyataan yangumum data yang

ada yang terbatas itu pun banyak yang sulit untuk

dipercaya, sehinggimenimbulkan kesulitan untuk

melakukan analisis yang memadai tentang

keadaanperekonomian suatu daerah.

Contoh Metode Analisis

Teknik Analisis Data :

Metode yang dapat digunakan antara lain adalah:

Metode Analisis SLQ dan DLQ

Untuk mengetahui sektor unggulan yang ada di daerah

dapat dilihat dari sektor yang mempunyai kemampuan

melakukan ekspor atau disebut juga sektor basis. Metode

Location Quotient (LQ) merupakan metode sederhana yang

mampu menunjukkan kemampuan ekspor sektor tertentu di

suatu daerah terhadap daerah yang lebih besar (Daryanto, dan

Hafizrianda. 2010; Setiono. 2011). Untuk mengetahui sektor

ekonomi unggulan dapat dilakukan perhitungan LQ dengan

pendekatan nilai tambah produksi (PDRB) dan tenaga kerja.

(Di dalam Susanto.2012) Perhitungan LQ dapat dinyatakan

sebagai berikut:

Metode LQ tersebut mempunyai keterbatasan karena bersifat

statis dan hanya digunakan untuk mengestimasi perubahan

sektor unggulan pada tahun tertentu saja. Untuk mengatasi

keterbatasan metode LQ statis, maka akan digunakan metode

LQ dinamis yang mampu mengakomodasi perubahan struktur

ekonomi wilayah dalam kurun waktu tertentu. Menurut

Saharuddin (2006) secara umum metode LQ dinamis

mempunyai kesamaan dengan metode LQ statis, hanya yang

membedakan model LQ dinamis memasukkan laju

pertumbuhan rata-rata terhadap masing-masing nilai tambah

sektoral maupun PDRB untuk kurun waktu antara tahun 0

sampai tahun t. Bentuk persamaan matematis LQ dinamis

adalah sebagai berikut:

Metode Analisis Spasial

Pengujian statistik seperti Moran‟s I dapat digunakan untuk

menganalisis secara formal adanya ketergantungan spasial.

Dalam uji Moran, struktur spasial dalam data dapat

dimodelkan melalui matriks bobot spasial W. Matriks ini

mendefinisikan struktur data spasial dengan mengkhususkan

pada kedekatan masing-masing wilayah. Dengan uji statistik

Page 33: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 33

Moran‟s I dapat dianalisis apakah model yang diusulkan

mampu menyajikan secara tepat hubungan spasial antar

wilayah (Longhi and Nijkamp, 2007(Di dalam

Susanto,dkk.2012)). Moran‟s I dihitung menggunakan

persamaan berikut:

Dimana x adalah vektor realisasi variabel interes, μ adalah

rata-ratanya, dan W adalah matriks bobot spasial. N adalah

jumlah observasi, sedangkan S adalah faktor standarisasi.

Moran‟s I memberikan nilai negatif yang mengindikasikan

korelasi negatif, dimana area dengan nilai x lebih tinggi

daripada rata-rata secara umum dikelilingi area dengan nilai x

lebih rendah daripada rata-rata dan sebaliknya. Nilai 0

mengindikasikan tidak adanya autokorelasi spasial.

Metode Analisis Shift Share

Analisis Shift-Share (SS) bertujuan untuk mengetahui

kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan

membandingkan dengan perekonomian nasional. Shift- Share

yaitu teknik yang menggambarkan kinerja sektor-sektor

disuatu wilayah dibandingkan dengan kinerja perekonomian

nasional. Perubahan relatif kinerja pembangunan daerah

terhadap nasional dapat dilihat dari Pergeseran Differensial

atau Differential Shift. Pergeseran differensial adalah sebuah

nilai untuk mengetahui seberapa komparatif sector tertentu

daerah dibanding nasional. Apabila bertanda positif (+) berarti

bahwa sektor I mempunyai kecepatan untuk tumbuh

dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional,

atau dapat dinyatakan pula bahwa share suatu wilayah atas

tenaga kerja nasional pada sektor tertentu mengalami

peningkatan. Apabila bertanda negatif berarti bahwa sektor i

mempunyai kecenderungan menghambat pertumbuhan

dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat nasional.

Secara matematis, analisis ini dapat dihitung dengan

menggunakan

rumus :

Contoh Analisa LQ (Location Quotient)

Konsep basis ekonomi untuk mengetahui suatu sektor

pembangunan ekonomi wilayah dan kegiatan basis, yang

dapat melayani pasar daerah itu sendiri maupun pasar luar

daerah (Kadariah, 1985).Sedangkan untuk mengetahui kondisi

Analisis Kuantitatif dilakukan dengan metode Location

Quotient (LQ) tujuannya untuk mengetahui pembangunan

sektor unggulan pada daerah yaitu :

=

=

= 1,87

1) Jika LQ > 1, maka dapat dikategorikan wilayah

perencanaan mempunyai spesialisasi dalam sektor

tertentu dibandingkan wilayah yang lebih luas. Hasil

produksi komoditi sangat mencukupi kebutuhan dalam

daerah dan cenderung diekspor.

2) Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi wilayah

perencanaan dalam sektor tertentu sama dengan

wilayah yang lebih luas. Hasil produksi komoditi

mencukupi kebutuhan dalam daerah.

3) Jika LQ < 1, maka dalam sektor tertentu, tingkat

spesialisasi wilayah berada di bawah wilayah yang

lebih luas. Dan wilayah cenderung mengimpor

komoditi dari luar daerah untuk mencukupi kebutuhan

di dalam daerah.

Bila angka LQ suatu sector lebih besar dari satu,

berarti bahwa sector ini merupakan sector basis di

Kota/Kabupaten yang bersangkutan. Sebaliknya, angka LQ

yang lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa sector tersebut

bukan sector basis. Dengan demikian, semakin tinggi nilai LQ

dari suatu sector maka semakin tinggi pula keunggulan

komparatif daerah yang bersangkutan pada sector tersebut.

Berdasarkan hasil dari LQ diatas maka dapat diambil

kesimpulanbahwa LQ > 1 artinya sektor basis dikota/

kecamatan yang bersangkutan yaitu dengan nilainya 1,87 yang

artinya semakin tinggi keunggulan komperatif dearah yang

bersangkutan.

Untuk mengetahui tingkat keunggulan komoditas maka

perlu diketahui bagaimana kondisi komoditas unggulan dari

setiap setiap sektor komoditinya yaitu dengan cara :

=

Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai

tambah dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang.

Page 34: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 34

Contoh Penyajian data Spasial Analisis Ekonomi Sektor

Pertanian

Berikut ini merupakan pemetaan sektor unggulan di bidang

pertanian untuk Kab/Kota di Jawa Timur.

Sumber Gambar:Susanto,dkk.2012

ANALISIS SARANA PRASARANA

Landasan Teori

Teori Christahler

Teori Tempat Pusat oleh Christaller (1933)

menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah

kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model

Christaller menggambarkan area pusat-pusat kegiatan jasa

pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah membentuk

pola segi enam, yang secara teori bisa memberikan

keuntungan optimal pada kegiatan tersebut. Tempat – tempat

pusat tersebut yakni sebagai suatu tempat yang menyediakan

barang dan jasa-jasa bagi penduduk daerah belakangnya.

Elemen – elemen tempat pusat yakni range

(jangkauan), threshold, dan fungsi sentral Ketiga elemen itu

yang mempengaruhi terbentuknya tempat pusat dan luasan

pasar baik pelayanan barang maupun jasa pada suatu wilayah.

Teori tempat pusat merupakan teori mengenai hubungan

fungsional antara satu tempat pusat dan wilayah sekelilingnya.

Juga merupakan dukungan penduduk mengenai fungsi

tertentu. Christaller tidak mendasar pada jangkauan wilayah

pasar, dan meiliki hirarki – hirarki dalam pola heksagonalnya.

Luas wilayah pasar juga tidak tergantung pada barang yang

diproduksi, Analisis ketersediaan: christahler (jaringan

pelayanan), contoh jangkauan sekolah: 500m untuk kategori

anak-anak (dekat),6km kategori (jauh) maka harus

menggunakan transportasi sebagai alternative.

B. Metode Buffer

Analisa yang digunakan dalam sarana dan prasarana

adalah teknik buffer. Analisis Buffer digunakan untuk

mengidentifikasi daerah sekitarnya fitur geografis. Proses ini

melibatkan menghasilkan penyangga sekitar fitur geografis

yang ada dan kemudian mengidentifikasi atau memilih fitur

berdasarkan apakah mereka jatuh dalam atau di luar batas

buffer.

Buffering pada umumnya mengacu pada penciptaan

zona dengan lebar tertentu di sekitar titik atau garis ataupun

area.Juga disebut sebagai zona jarak tertentu di sekitar fitur

cakupan. Secaraumum ada dua jenis buffer, yaitu buffer lebar

konstan dan lebar penyangga. Kedua jenis dapatdihasilkan

untuk satu set fitur cakupan berdasarkan setiap nilai atribut

fitur Zona atau bufferdapat digunakan dalam query untuk

menentukan entitas yang terjadi baik di dalam ataupun diluar

zona penyangga yang ditetapkan. Analog dengan zona

penyangga di raster GIS adalahanalisis jarak.

Page 35: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 35

B. Pendidikan

Sarana pendidikan di suatu wilayah merupakan faktor

penting penunjang pendidikan. Untuk menentukan rasio usia

sekolah terhadap jumlah sarana pada suatu wilayah.

a. Rasio Jumlah Guru Terhadap Murid

Rumus :

×100%

1) Rasio Jumlah Guru Terhadap Murid

Tingkat SD

×100%

Page 36: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 36

STANDAR SARANA PRASARANA WILAYAH

Perencanaan fasilitas pelayanan selain sarana prasarana wilayah yang berbasis pada penguatan struktur wilayah, dalam

RTRW khusunya skala mikro, juga dibahas fasilitas pelayanan langsung yang dimanfaatkan, dan langsung dimanfaatkan dan

melayani masyarakat.

Pelayanan sosial yang bersifat dasar biasanya dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

KRITERIA KEBUTUHAN SARANA PRASARANA DAN INFRASTRUKTUR

Fasilitas Data Ketentuan (Standar Normatif Pellayanan) Keterangan

Pendidikan Jumlah dan Jenis

fasilitas pendidikan - Tk : 700 pendudk

- SD: 6400 penduduk

- SLTP: 12000 Penduduk

- SMU : 28000 Penduduk

Fasilitas

Pelayanan

Lingkungan

Pemukiman

Kesehatan Jumlah dan Jenis

Fasilitas Kesehatan - Balai pengobatan : 3000

- Pustu : 6000

- RS Bersalin : 10.000

- Puskemas : 30.000

- RS : 240.000

- Apotik : 10.000

- Dokter : 5.000 penduduk

Ekonomi Jumlah dan jenis

fasilitas ekonomi - Warung, Kios : 250

- Pertokooan : 2500

- Pusat perbelanjaaan : 30.000

- Pusat Niaga : 120.000

- Pasar : 30.000 penduduk

- Koperasi : 5000mpetani

- Saprotan: 2500 petani

- Bank, pusat Industri : 120.000

- Shoppig Center : 480.000

Sarana umum

a. Taman,

tempat

bermain,

dan

lapangan

olah raga

Jumlah dan jenis - Taman tempat main anak kecil :

250

- Taman tempat bermain : 2500

- Taman bermain dan lapangan olah

raga : 30.000

- Tempat main dan lapangan olah

raga (GOR) : 480.000

- Jalur hijau

Failitas pelayanan

lingkungan

pemukiman

b. Kebutuha

n Listrik

Jumlah rumah

tangga, kapasitas

trafo

- 450 VA/KK(90 VA/warga)

- Kebutuhan travo : 25 KVA/KK

- Jarak anatr tiang listrik : 40 meter

- Sebelum ke rangkayan instalasi

dalam, arus listrik harus

dilewatkan KWH dengan kapasitas

450 VA 2 Amp.230V\untuk

penerangan jalan disesuaikan

dengan pola pengembangan

lingkungan. Jumlah dan sebaran

listrik sesuai urgensi.

PUIL 1977,syarat

penyambungan

listrik

c. Jaringan

telepon

Jumlah sambungan

yang di perlukan - 1 SR (sambungan rumah)/100

penduduk

Pedoman teknik

Penataan Ruang

DTKTD PU Cipta

Karya d. Kebutuha

n Air

Bersih

Jumlah keluarga dan

penduduk eksisting

dan rencana

- Kebutuhan air bersih Ruta : 150

liter/orang/hari

- Fasilitas kebutuhan sosial ekonomi

30 % dari kebutuhan ruta.

- Asumsi kebocoran : 10%

- Cadangan kebakaran : 10 kali

kebutuhan wilayah

- Faktor pemakayan pada jam

puncak 1,75

e. Sarana

pengelola

an

sampah

Jumlah penduduk - Standar produksi sampah : 3,5

lieter/jiwa/hari

- Jumlah produksi sampah : umlah

penduduk x standar produksi

sampah /hari

- Gerobak : 1 m3/1000 jiwa

- Dump Truck : 63/10.000 jiwa

- Depo sementara : 100-1503/20-

30.000 jiwa

Kasiba/Lisiba

f. Fasilitas

Pemerint

ahan dan

- Kantor Kecamatan : 1.000 m2

- Kantor kelurahan 500m2

- Pos Polisi (tk,Polsek) 300m2

Penduduk 20.000-

30.000 sebagai

penghuni kasiba

Page 37: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 37

ruang

Publik - Kantor Pos Pembantu ; 100m2

- Parkiran umum : 1000m2

- Pemadam kebakaran 200m2

- Bioskopp : 2000m2

dan lisiba

Transportasi Fungsi jalan, Beban

arus lalu Lintas - Jaringan arteri : min 60km/jam

- Jaringan kolektor : min 40 km/jam

- Jalan lokal min 20 km/jam

UU Nomor 13

Tahun 1980 dan

Perpu no 26

Tahun 1985

Tentang Jalan

Sumber :Banyak hal yang diambil dari SNI 03-1733-2004 tentang cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan.

sumber Lutfi muta‟ali, penataan ruang wilayah kota. 2013.UGM.

Contoh Tabel kebutuhan fasilitas Pendidikan (sumber Lutfi Muta‟ali)

Wilayah Penduduk

2010

Penduduk

2030

Proyeksi kebutuhan fasilitas Pendidikan *

TK SD SLTP SMU

2010 2030 2010 2030 2010 2030 2010 2030

*) Kebutuhan = (Jumlah penduduk tahun tertentu/standar minimum jumlah penduduk yang dilayani).

Contoh dasar minimum jumlah penduduk yang dilayani SD 64.000 orang, untuk mengetahui kebutuhan fasilitas SD pada tahun

2030 maka digunakan formula (Jumlah penduduk 2030 /64000).

Tambahan jumlah penduduk 2030 , dipredksi dari pertumbuhan penduduk.

Contoh table analisis proyeksi kebutuhan Luas lahan Fasilitas pendidikan (m2)

Wilayah Penduduk

2010

Penduduk

2030

Proyeksi kebutuhan fasilitas Pendidikan *

TK SD SLTP SMU

2010 2030 2010 2030 2010 2030 2010 2030

Catatan:

Kebutuhan lauas lahan untuk satu fasilitas pelayanan disesuaikan dengan kriteria luas lahan yang dibutuhkan untuk fasilitas

pelayanan. Formula perhitungan adalah:

Luas fasilitas Pelayanan= (jumlah kebutuhan Fasilitas Pelayanan) x ( standar kebutuhan luas lahan fasilitas pelayanan ) selanjutnya

luas kebutuhan tersebut di alokasikan dalam ruang (Peta RTRW).

Dari data fasilitas yang dimiliki sebuah wilayah, untuk menentukan apakah sarana prasarana memadai dapat dilaukakn melalui

perbandingan dengan table standar sarana prasarana wilayah.

Page 38: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 38

BAB V

GEOSTRATEGI DAN KAWASAN STRATEGIS

Page 39: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 39

DEFENISI GEOGRAFI POLITIK

Geografi politik sebetulnya merupakan bahagian dari

rumpun geografi sosial yang tertua, memang tidak heran lagi

geografi politik memang tidak begitu tren didengan sekarang

ini, Daljoeni.1991. didalam bukunya menjelaskan penyebab

keterbelakangan geografi politik dikarenakan oleh dua faktor

yang menyebabkan geografi politik ketinggalan isi ilmiahnya.

Yang pertama usia yang amat tua dan tidak terpelihara. Kedua

adanya gagasan imperialistis yang menempeli geografi politik.

Sekarang setiap gejala plitik (artinya pengorganisasian ruang

secara politis) pada level apapun (internasional, nasional,

regional, lokal), dianggap menjadi pokok bahasan yang sah

dari geografi politik. Tetapi ada persyaratannya juga: pertama,

selama itu memiliki komponen territorial, teknik analisa

spatialnya relevan bagi penelaahnya.

Dalam arti sempit, geografi politik sebenarnya menelaah

negera (national state) menjadi serba menyerap atau

menembus bagi manusia modrn yang kegiatan politinya

diperoleh atau diinspirasikan oleh negara. Adapun fungsi dari

national state kini mencakup pelaksanaan melindungi,

mengasuh, mengekspresikan secara politis lembaga-lembaga

ideology serta cita-cita yang mencirikan suatu bangsa. Jadi

negara itu memiliki ekspresi politik belaka(Daljone.1991.

Istilah geografi politik muncul pada akhir abad 19, oleh

seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman bernama Friedrich

Ratzel (1844-1904) di dalam Ruslin.2012.Meskipun demikian

menurut Blake dan Drysdale6 akar geografi politik telah ada

sejak Yunani Kuno melalui pemikiran Aristoteles, juga dikaji

oleh sejarawan Arab IbnKhaldun7 serta filsuf Perancis

Montesquieu.Ketiga pemikir tersebut secara eksplisit

mempertimbangkan faktor-faktor geografi dalam karya-karya

mereka tentang negara. Namun belakangan karya Ratzel

dianggap lebih fokus mengkaji studi

geografi politik dalam karyanya yang yang terbit 1897

berjudul politischegeographie kemudian

mengantarkannyadijulukisebagai “bapak geografi politik”.

Ratzel mendefinisikan geografi politik yaitu studi tentang

negara sebagai space organism.dimana negara

digambarkannya sebagai suatu organisme yang terlekat pada

bumi, yang nasibnya ditentukan oleh dua variabel pokok

yaitu: Raum (ruang) dan Lage(posisi). Sebagai ilmuwan yang

juga dipengaruhi oleh cara berfikir Charles Darwin, Ratzel

memandang negara sebagai organisme yang harus bersaing

dengan organismelain, dan agar bisa berkembang “organisme”

itu memerlukan labensraum (ruang untuk hidup). Dengan kata

lain, Ratzel dengan model biologis ini ingin menunjukkan

bahwasetiap negara punya kebutuhan yang berbeda-beda

tergantung pada kondisi fisik eksistensi masing-masing

negara. Dan salah satu syarat fundamental

yaitukeberlangsungan kehidupan bagi penduduknya.

SEKILAS MENGENAI IKLIM DAN POLITIK

Iklim dan politik memiliki keterkaitan, baik dari sector militer,

ekonomi, ataupun sosial.

Iklim Dingin

Zona iklim dingin umumya digin beku karena tertutup salju

dan es. Wilayah padang lumut tundra dapat menampung

penduduk banyak dan hanya dimanfaatkan untuk berternak

rusa kutub. Jikapun disini terdapat sumberdaya mineral,

seperti batubara, Svalbard, bijji besi di swedia utara, serta

emas di Alaska, nilai ekonominya hanya sedikit saja.

5

APA ITU GEOGRAFI POLITIK ?

Defenisi Geografi Politik

Sekilas Mengenai Iklim dan Politik

Beberapa Faktor Dalam Geografi Politik

Faktor Konflik Geografi Politik Timur Tengah

Ancaman Konflik Geostrategi Maritim Indonesia

Pentingnya Geostrategi Dalam Analisa Wilayah

Strategi Dalam Penetapan Kawasan Strategis

Dalam Rencana Tata Ruang

Page 40: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 40

Yang dapat meningkatkan kepentingan wilayah-wilayah

dingin hanyalah strategisnya bagi kegiatan militer.

Iklim Panas

Iklimpanas merupakan unsur kedua yang fungsinya

membatasi politik. Ini terdapat disepanjang garis ekuator dan

kawasan yang berbatasan dengan itu kearah kutup.

Darata rendah tropika di dunia kita tak memiliki musim kering

tak memiliki musim kering bahagian yang pertama. Hujan

yang turun sehari-sehari kerjanya mencuci tanah (soil

leaching) sehingga tak subur bagi pertanian.

Contoh: wilayah-wilayah bumi iklimnya terlalu terik menurut

pengalaman sejarah, menghambat munculnya perkembangan

pilitik yang modern. Jikapun pernah muncul kerajaan Maya di

Yakuta, energy dorongan maju sebenarnya berasal dari

wilayah iklim lain.

Kekeringan dan Stepa

Unsur ketiga iklim yang fungsinya menghambat

perkembangan politik adalah kekeringan. Wilayah-wilayah di

permungkaan bumi yang terdiri atas gurun-gurun dapat

menyajikan kehidupan bagi manusia apabila masih dapat

menyajikan air dlam jumlah yang cukup untuk mendukung

usaha pertanian atau menyediakan sumeberdaya tambang

yang dapat diolah.

Contoh: Pertmbangan nitrat chili utara yang berupa gurun

memberikan pemasukan pajak-pajak yang tinggi sehingga

pemasukan ini mendukung negara muda tersebut.

Contoh: Negera Saudi Arabia yang pusat negerinya dulukala

hanya berupa kelompok-kelompok oasis, setelah ditemukan

sumberdaya tambang minyak bumi yang tersebar diwalayah

Timur laut negera tersebut penting dan harus diperhitungkan

sebagai negara berwibawa di tepi teluk parsi.

Letak Astronomis

Biasanya letak astronomis dinyatakan dalam lintang dan

bujur. Corak iklim negri akan mempengaruhi hasil

pertanianya, sumberdaya, dan kebutuhanya. Hal ini akan

menimbulkan interaksi antar wilayah dalam memenuhi

kebutuhanya berupa politik dalam perdangan antar wilayah.

Lokasi Maritim

Adanya pengaruh besar sebuah struktur politik suatu bangsa

dalam mengelola wilayahnya, tergantung dari seluk beluk

pantaninya, sering terlihat seperti perniagaan ,

contoh: Siapura dengan posisi maritime yang merupakan

wilayah perlintasan transportasi laut , menjadikan negara ini

salah satu pusat bisnis diwilayah asia tenggara.

Beberapa Faktor Berpengaruh Dalam Geografi Politik

Kependudukan

Geografi politik merupakan bahagian dari kajian ilmu

geografi manusia, maka geografi politik pun tidak lepas dari

kependudukan. Kependudukan dalam geografi politik

menyangkut jumlah, persebaran, kualitas dan strukturnya,

Letak Accecibility

Accecibility atau di Indonesiakan akasesibilitas artinya

keterkjangkauan (mudah atau sukarnya dicapai). Jadi dapat

terjadi misalnya suatu negara letaknya terjepit dipedalaman

benua, misalnya Mongolia (antara rusia dan cina). Letak

sentral tak perlu berarti terkjepit yang serba melemahkan,

sebaliknya letak preferis belum tentu serba menguntungkan.

Letak Strategis

Strategis mula mula berarti mengunungkan bagi peperangan,

tetapi makna politis dan militer, juga dapat ekonomis.

Contohnya: Selat Giblartar, teluk Dardadella, dan Bosporus,

semuanya strategis berhubungan dengan laut Tengah.

Perhatikan pula Letak Terusan Panama.

Gagasan Mahan Geostrategise Determinan negara

Penguasa Lautan di dalam Daljone 1991.

Faktor penentu negara peguasa lautan menjadi sea power

sebagai berikut,

1. Lokasi Geografis Negara

Sehubungan ini terdapat dua aspek, berhadapan

dengan banyak lautan, komunikasi antar bagianya

berjalan baik musuh sulit menaklukanya.

2. Tata letak alami negara bersangkutan

Negara kepulauan yang pantainya mudah dicapai dari

pedalaman pulau-pulaunya mudah dicapai dari

pedalaman pulau-pulaunya. Menjadikan penduduk

negara tersebut berhubungan dengan dunia luar dengan

lancar.

3. Cakupan Wilayah

4. Huunganantar wilayah panjangnya garis pantai dengan

sulit mudahnya negara itu dipertahankan dimasa

perang. Jika dipelajari dengan seksama tiap wilayah

mempynyai titik-titik yang penting yang menentukan

kekuatan ataupun kelemahan secara militer.

5. Banyaknya penduduk

Makin banyak penduduk makinbanyak tenaga yang

akan dijadikan tentara.

6. Watak nasional

Kecintaan tanah air, kebangga akan kebesaran sejarah

masa lampau.

Page 41: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 41

7. Politik kenegaraan, kebijakan pemerintah interen ,

memanfaatka kepadatan penduduk dan sikap terhadap

negara lain.

BERAPA CONTOH MASALAH GEOGRAFI POLITIK

YANG TERJADI DI WILAYAHTIMUR TENGAH

YANG BERKAITAN DENGAN SUMBERDAYA ALAM

WILAYAH

Ruslin.2013 di dalam karya penelitianya jurnal yang

berjudul Memetakan Konflik di Timur Tengah (Tinjauan

Geografi Politik). Menjelaskan besarnya pengaruh fisiografis

wilayah memicu timbulnya konflik:

1 Masalah Perbatasan (Boundary Dispute)

Perbatasan wilayah adalah simbol kedaulatan dan kekuasaan

nasional suatu negara. Perbatasan is like human skin, dimana

perbatasan suatu negara berfungsi untuk melindungi

keamanan wilayah negara, penduduknya, sumber daya

alamnya, juga berfungsi untuk menjaga hubungan baik dengan

tetangga, good fence makes good neighbour.

2 Masalah Air

Air adalah salah satu sumber vital kehidupan manusia,

sehingga tidak mengherankan jika terjadi konflik yang

disebabkan oleh air, dan tidak sedikit konflik yang terjadi di

kawasan Timur-Tengah yang disebabkankan oleh air.

Berikut faktor-faktor penyebabnya

Keterbatasan air Tawar

Masalah air tawar sebagai komoditas utama pemenuhan

kebutuhan hidup sehari-hari sangat terbatas

keberadaannya di kawasan ini. Sementara kebutuhan

akan air semakin lama semakin meningkat dari tahun ke

tahun yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah

penduduk, dan semakin ditingkatkannya produksi

pertanian. Sungai-sungai mengalir melalui beberapa

negara Di Timur-Tengah yang terdiri dari kurang lebih 20

negara, ternyata hanya memiliki 4 sungai besar sebagai

sumber kehidupan masyarakatnya, yaitu Sungai Nil,

Sungai Yordan, Sungai Eufrat dan Tigris.

Permasalahannya ditengah keterbatasan sumber air tawar,

sungai-sungai tersebut mengalir melewati banyak negara.

Sehingga tidak jarang konflik terjadi karena beberapa

negara membangun dam-dam dan waduk-waduk di

wilayahnya yang mengakibatakan jumlah aliran sungai /

debit air ke negara lain menjadi

berkurang.

Secara geografis lembah Sungai Yordan terbagi kedalam

empat wilayah, yaitu Libanon, Syiria, Yordan dan Israel

seperti pada gambar di atas. Beberapa anak Sungai Yordan

terbagi yaitu Sungai Hasbani di Libanon, Banias di Syiria,Dan

di Israel, sedangkan Yarmuk di Yordania dan Syiria. Konflik

Sungai Yordan “hanya” melibatkan Yordan dan Israel lebih

dikarenakan kepentingan kedua negara akan keberadaan

Sungai Yordan lebih besar / vital dibandingkan negara

lainnya. Konflik lainnya terjadi dalam memperebutkan debit

keuntungan Sungai

Sumber: Ruslin.2013.

3 Perbatasan Laut

Laut yang memiliki arti penting dan strategis di Timur-

Tengah, disisi lain juga mendatangkan masalah, khususnya

masalah perbatasan laut. Hal ini umumnya disebabkan oleh

jarak laut yang merupakan perbatasan antarnegara sangat

pendek, terlalu dekat antara satu negara dengan negara yang

lain.15 Masalah berikutnya yaitu kandungan kekayaan alam

laut seperti minyak, mineral, dan ikan, memicu konflik

negara-negara yang berbatasan dengan lautlaut tersebut

mengenai hak pengelolahannya.Keberadaan pulau-pulau kecil

di daerah perbatasan laut juga sering menimbulkan sengketa.

4 Beberapa negara dalam kondisi “land locked country”

Meskipun beberapa negara Timur Tengah berbatasan dengan

banyak laut, namun keadaan masing-masing negara akan

pemilikan Laut/Samudra tidaklah sama.

5 Masalah Minyak

Faktor minyak selalu menjadi isu sentral dan senantiasa

mendapat “tudingan” sebagai pemicu utama konflik di Timur-

Tengah khususnya di bagian Asia Barat,18 baik itu konflik

interen regional, maupun konflik skala internasional yang

melibatkan pihak-pihak asing (Barat) yang berkepentingan

di kawasan. Berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab

konflik minyak di

kawasan ini;

Page 42: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 42

- Minyak selalu menimbulkan kegelisahan, khususnya

pada masyarakat Irak karena komoditas itu sebagai

satu-satunya kekuatan yang dimiliki Irak untuk

memenuhi kebutuhan rakyatnya, dan juga menjadi

tawar-menawar di dunia internasional. J

- Adanya perbedaan yang mencolok antara negara yang

memiliki minyak melimpah dengan negara yang

memiliki sedikit minyak. Diantara negaranegara Arab

terdapat beberapa negara yang relatif kaya karena

menghasilkan banyak minyak.

Tidak hanya di wilayah Timur Tengah, Indonesia sendiri

pernah mengalami masalah politik yang berkaitan dengan

kajian Geostrategis seperti kasus perebutan Pulau Ambalat,

Konflik dengan Timor Leste dll.

Dari masalah Geofrafi Politik yang terjadi di wilayah Timur

Tengah, kita dapat melihat gambaran yang nyata tentang

konflik yang sering terjadi yang diakibatkan kepentingan

sumberdaya alam, bahasan geografi politik dalam analisa

wilayah merupakan bahagian yang ditekankan dalam

pembahasan ini.

HANKAM di dalam jurnalnya yang berjudul “Kajian

Lemhannas” RI Edisi 14 Desember 2012

Mejelaskan adanya ancaman yang berkaitan dengan

geostrategic wilayah maritim Indonesia. Posisi geografis

Indonesia yang strategis, banyak pihak-phak terentu

melakukan kegiatan diwilayah maritime Indonesia yang

melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan baik

secra nasional, maupun internasional yang dapat digolongkan

sebagai berikut:

a. Ancaman kekerasan (violence threat) yaitu ancaman

dengan menggunakan kekuatan bersenjata

terorganisasi, antara lain: pembajakan, perampokan,

aksi terror, sabotase.

b. Ancaman terhadap sumberdaya laut (natural resources

tribulation); berupa pencemaran dan pengrusakan

terhadap ekosistem laut yang di politisasi dan diikuti

dengan penggelaran kekuatan militer.

c. Ancaman pelanggaran hukum (low transgression

threat); yaitu tidak dipatuhinya hukum nasional

maupun internasional yang berlaku di perariaran antara

lain; illegal loging, illegal fishing, penyelundupan.

d. Ancaman navigasi (navigational hazard); yaitu

nacaman yang ditimbulkan oleh kondisi geografis

maritime dan hidrografi akibat kurang memadainya

sarana bantu navigasi sehingga membahayakan

keselamatan pelayaran.

Data Pelanggaran di Perairan Indonesia

Sumber: Hankam 2012.

PENTINGNYA GEOSTRATEGI DALAM ANALISA

WILAYAH

Dari uraian teori yang menjelaskan geografi politik,

konflik yang dapat terjadi menenai sumberdaya di daratan

maupun di lautan, analisa wilayah, sistim Informasi Geografi,

geografi politik, geostrategi perlu dipahami dalam

menganalisa perlindungan dan penempatan kawasan strategis,

mengetahui strategis wilayah, mengetahui sifat wilayah

tetangga dalam merancang dan mengembangkan wilayah agar

terciptanyaa keamanan dan menekan terjadinya konflik.

Geostrategi tidak hanya digunakan untuk peperangan, politik

dan ekonomi, geostrategic juga dapat dimanfaatkan dalam

rancangan evaluasi wilayah dalam memajukan wilayah.

Pentingnya strategi dalam pengembangan ekonomi wilayah,

kita perlu mengkaji dari analisis ekonomi, dapat kita

asumsikan, misalkan:

- Geostraegi dalam ekonomi perdagangan antar

wilayah, kita perlu mengetahui tipe sekotor produksi

dominan, tipe kebutuhan wilayah tetangga, jarak

interaksi anatar wilayah meliputi akses

keterjangkauan, dan lainya. Untuk memperoleh

keuntungan yang lebih besar dalam perancangan

produksi untuk pemasaran pada wilayah tetangga.

Dengan sector unggulan yang menyuplai keuntungan

besar untuk pendapatan daerah.

- Geostrategi dalam Analisa aplikas industry, dalam

membangun sebuah industry, geostrategi perlu

diperhitungkan dalam penerapan persaingan bisnis

industry antar wilayah, dan pemasaranya.

- Geostrategi dalam pengengembangan Pariwisata

daerah, kita perlu menganalisa tipe kebencanaan yang

ada karena itu akan merusak diman pariwsata, kita

perlu mengetahui karakteristi tujuan wisatawan, kita

perlu tau tipe budaya dan sifat wisatawan, asal

wisatawan, pola perjalanan, dan karteristik wilayah

tetangga. Dari informasi-informasi kita dapat

menerapkan geostrategi untuk mengevaluasi

sumberdaya pariwisata dan promosi wisata antar

wilayah, sesuai informasi-informasi sebenarnya.

Page 43: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 43

- Geostrategi dalam pembangunan sarana prasarana

wilayah untuk fasilitas umum, dalam mebangun sarana

prasarana wilayah fasilitas umum, kita perlu

menerapkan geostrategic dalam menganalisa aspek

aksesibilatas, tingkat kebutuhan, posisi letak. Jika hal

tersebut tidak dikaji maka dapat terjadinya kegagalan

pembangunan sarana fasilitas umum, misalkan pasar

amour koto baru, atau terminal air pacah yang tidak

beroperasi dengan maksimal.

- .

Penetuan Kawasan Strategis dari “Lutfi Muftaali

2013”

Beberapa faktor yang menetukan pentingnya kawasan

strategis :

1) Fakor internal wilayah meliputi perkembangan

penduduk dan tingkat urbanisasi yang meningkat,

proses produksi dan industrialisasi, peningkatan

pertumbuhan ekonomi yang membutuhkan lahan,

tingkat kemiskinan yang masih tinggi dan

perlunya pemerataan wilayah.

2) Faktor eksternal, meliputi perubahan global,

revolusi teknologi dan informasi serta leberalisai

ekonomi dan perdangangan bebas menuntut

perubahan manajemen dan peningkatan

keunggulan daya saing wilayah.

3) Faktor politik, pertahanan, dan keamanan berkaitan

dengan posisi Geotrategis dan Geopolitik negara

terhadap ancaman konflik dengan negara lain

mengharuskan negara menetapkan kawasan

strategis pertahanan kemananan untuk menjaga

kutuhan NKRI.

UU Nomor 26 tahun 2007 membagi kawasan strategis UU

Nomor 26 tahun 2007 membagi kawasan strategis dasarkan

luas wilayah, cakupan pengaruhnya, yaitu kawasan strategis

nasional, provinsi, kabupaten kota.

Penetapan nkawasan strategis pada jenjang wilayah

adminstratif didasarkan pada pengaruh aspek kedaulatan

negara , pertahanan, ekonomi, sosial, budaya atau lingkungan,

termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

UU no 26 tahun 2007 menjelaskan jenis kawasan strategis.

1) Kawasan strategis pertahanan dan keamanan, terdiri

atas (a) kawasan perbatasan negara, termasuk pulau

kecil terdepan, dan (b) kawasan latihan militer.

2) Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, terdiri atas

(a) kawasan metropolitan (b) kawasan ekonomi khusus

(c) kawasan pengembangan ekonomi terpadu (d)

kawasan tertinggal (e) kawasan perdangan dan

pelabuhan bebas.

3) Kawasan strategis sosial budaya, terdiri atas (a)

kawasan adat tertentu (b) kawasan konservasi warisan

budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai

warisan dunia.

4) Kawasan strategis pendayagunaan sumberdaya alam

atau teknologi tinggi, terdiri atas (a) kawasan

pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai, serta

(b) kawasan menjadi instalasi tenaga nuklir (c)

kawasan operasional pemanfaatan teknologi bumi,

dirgantara.

STRATEGI DALAM RENCANA TATA RUANG

DR. Ir. A. Hermanto dardak di dalam Makalah berjudul

Strategi implementasi rencana tata ruang Pulau Jawa – Bali

dan Sumatera, Memberikan bentuk strategi dalam penataan

ruang:

A. Strategi Pengembangan Kawasan Lindung dan

Budidaya

Strategi Pemanfaatan Ruang Kawasan Lindung meliputi

pemanfaatan pada kawasan yang melindungi kawasan

bawahannya seperti kawasan hutan lindung, kawasan

bergambut, kawasan resapan air serta kawasan mangrove.

Selain itu juga memanfaatkan kawasan yang melindungi

kawasan setempat yaitu; sempadan pantai, sempadan sungai,

kawasan sekitar danau dan waduk serta kawasan sekitar mata

air. Kawasan lindung juga merupakan pemanfaatan kawasan

suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya, dan kawasan

bencana lingkungan.

Strategi untuk meningkatkan perkembangan kawasan

budidaya berdasarkan potensi dan perannya dalam suatu

wilayah, maka dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali

dan Sumatera dikembangkan kawasan-kawasan andalan yang

di dalamnya berisikan rencana pengembangan kawasan-

kawasan budidaya berdasarkan komoditas unggulan dan

kawasan lindung yang direncanakan sebagai berikut:

a. Pengembangan kawasan andalan yang mendukung

langsung koridor pengembangan ekonomi meliputi

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Bandar Aceh Darusalam, Kawasan Andalan

Lhokseumawe dsk, Kawasan Andalan Medan dsk,

Kawasan Andalan Rantau Prapat – Kisaran, Kawasan

Andalan Duri-Dumai dsk, Kawasan Andalan Pekanbaru

dsk, Kawasan Andalan Rengat-Kuala Enok-Teluk

Kuantan-Pangkalan Kerinci, Kawasan Andalan Muara

Bulian, Kawasan Andalan Palembang dsk dan Kawasan

Andalan Bandar Lampung – Metro.

b. Pengembangan kawasan andalan yang mendukung koridor

keseimbangan antar wilayah adalah meliputi, Kawasan

Page 44: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 44

Andalan Pantai Barat Selatan (Meulaboh dsk, NAD),

Kawasan Andalan Padang – Pariaman, Kawasan

Andalan Agam-Bukittinggi, Kawasan Andalan Ujung

Batu – Bagan Batu dsk, Kawasan Andalan Pekanbaru

dsk, Kawasan Andalan Bengkulu dsk, Kawasan Andalan

Lubuk Linggau dsk, Kawasan Andalan Muara Enim dsk

dan Kawasan Andalan Kotabumi dsk.

c. Pengembangan kawasan andalan yang mendukung kawasan

perbatasan meliputi Kawasan Kawasan Pengembangan

Ekonomi Terpadu (KAPET) Bandar Aceh Darusalam,

Kawasan Andalan Lhokseumawe dsk, Kawasan Andalan

Medan dsk, Kawasan Andalan Rantau Prapat dsk,

Kawasan Andalan Duri-Dumai dsk, Kawasan Andalan

Pekanbaru dsk, Kawasan Andalan Rengat-Kuala Enok-

Teluk Kuantan-Pangkalan Kerinci, dan Kawasan

Andalan Tanjung Pinang – Batam dsk.

B. Strategi Pengembangan Sistim Pusat Permukiman

Strategi untuk mendukung pengembangan sistem

permukiman dalam rangka pengembangan wilayah Sumatera

ditetapkan, sistem kota yang sinergis, yang meliputi 14 kota

Pusat Kegiatan Nasional (PKN), 36 Kota Pusat Kegiatan

Wilayah (PKW) dan 125 Kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

Selain itu terdapat 18 kota yang terletak di tepi pantai yang

potensial menjadi outlet di pulau Sumatera. Adapun sistem

pusat permukiman yang akan dikembangkan adalah :

a. Pengembangan sistem pusat permukiman untuk mendukung

pengembangan ekonomi di koridor Timurmatera antara

lain Banda Aceh, Lhokseumawe, Metropolitan

Mebidang (Medan – Binjai – Deli Serdang), Dumai,

Pekan Baru, Jambi, Palembang, Pangkal Pinang dan

Bandar Lampung.

b. Pengembangan sistem pusat permukiman untuk mendukung

keseimbangan pembangunan wilayah adalah kota-kota

di koridor Barat Sumatera yaitu Banda Aceh, Meulaboh,

Tapak Tuan, Sibolga, Pariaman, Padang, Painan,

Mukomuko, Bengkulu dan Manna, Kota Agung, dan

Bandar Lampung.

C. Strategi Pengembangan Sistem Transportasi

Untuk mendukung perwujudan konsep pengembangan

Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera yaitu mengembangkan

Jawa-Bali dan Sumatera sebagai satu wilayah yang

berkembang dan maju, dengan memperhatikan kondisi fisik,

geografis dan sosial ekonomi serta mengembangkan Jawa-

Bali dan Sumatera dengan orientasi global atau internasional

serta memperbesar peluang terjadinya interaksi dengan

kawasan pertumbuhan dalam lingkup regional dan

internasional, maka dirumuskan strategi pengembangan

wilayah baik dalam pengelolaan kawasan lindung,

pengembangan kawasan budidaya, pengembangan sistem kota

maupun pengembangan infrastruktur yang merupakan langkah

operasional mengimplementasikan arahan pola pemanfaatan

ruang dan struktur ruang wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.

Untuk mendukung pengembangan kawasan andalan dan kota-

kota diperlukan ketersediaan infrastruktur untuk memenuhi

kebutuhan dasar penduduk di kawasan dan kota-kota.

Dukungan transportasi dalam perwujudan rencana ke

depan pengembangan ruang wilayah Jawa-Bali dan Sumatera

dirumuskan ke dalam strategi spasial pengembangan sistem

jaringan transportasi dengan esensi sebagai berikut :

a. Pengembangan transportasi untuk mendukung

pengembangan keterkaitan antar pusat pengembagan

kawasan darat dan laut di Pulau Jawa-Bali :

� Pemantapan fungsi jaringan jalan Lintas Utara, Lintas

Tengah, dan Lintas Selatan Pulau Jawa, serta jalan

Lintas Pulau Bali dan Pulau Madura.

� Pemantapan fungsi jalan-jakan pengumpan di Pulau

Jawa-Bali yang menghubungkan jalan Lintas Utara,

Tengah, dan Selatan.

� Peningkatan aksesibilitas kawasan tertinggal di Pesisir

Selatan Pulau Jawa.

b. Pengembangan transportasi untuk mendukung

pengembangan 70 sentra produksi pangan, 165 sentra

produksi perkebunan, serta sentra produksi sumberdaya

alam lainnya dalam 43 kawasan andalan yang dikaitkan

dengan simpul-simpul/pusat-pusat pengembangannya,

berupa pengembangan jaringan jalan lintas timur di sub

wilayah dataran rendah pantai timur, lintas tengah di sub

wilayah pegungungan bukit barisan, lintas barat di sub

wilayah pesisir pantai barat, dan feeder road, serta jaringan

kereta api dan feeder di Sumatera bagian selatan, untuk

mendukung sentra produksi dalam 31 kawasan andalan di

darat yang dikaitkan dengan 50 simpul-simpul/kota-kota

pengembangannya.

c. Pengembangan transportasi untuk mendukung

pengembangan keterkaitan antar pusat pengembangan

kawasan andalan darat dan laut di Pulau Sumatera :

• Pengembangan jalur lintas pantai Timur untuk

mendukung pengembangan keterkaitan antar 9 PKN

dan 14 PKW sebagai pusat pengembangan 10 kawasan

andalan, dari Banda Aceh ke Bandarlampung.

• Pengembangan jalur lintas pantai Barat untuk

mendukung pengembangan keterkaitan antar 2 PKN

Page 45: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 45

dan 6 PKW sebagi pusat pengembangan 8 kawasan

andalan dari Bandarlampung – Meulaboh

• Pengembangan jalur lintas Tengah untuk mendukung

pengembangan keterkatian antar 2 PKN dan 15 PKW

sebagai pusat pengembangan 6 kawasan andalan dari

Bandarlampung ke Takengon – Banda Aceh.

• Pengembangan feeder Meulaboh-Beureun, Meulaboh –

Peurelak (Ladia Galaska), Tapaktuan – Lhokseumawe,

Sibolga-Belawan, Pematang bandar – Belawan,

Sipirok – Belawan, Kaban Jahe – Belawan, Tarutung-

Belawan, Padang--Bukittinggi-Pekanbaru-Dumai,

Bengkulu-Jambi-Kualatungkal, Bengkulu – Lbk

Linggau – Lahat – Palembang, Baturaja-Kayuagung-

Palembang.

d. Pengembangan transportasi antar pulau dan ekspor untuk

mendukung pengembangan komoditi unggulan yang

berorientasi ekspor dan perdagangan antar pulau berupa

Pengembangan jalur lintas timur yang merupakan bagian

Asian Highway, untuk mendukung keterkaitan dan

kerjasana ekonomi dengan negara tetangga

e. Pengembangan transportasi antar pulau untuk mendukung

penanganan kawasan tertinggal terutama di Pantai Barat

Sumatera melalui peningkatan penyeberangan atau

transportasi pulau yang menghubungkan Nias – Sibolga,

Simeluleu – Meulaboh, Siberut – Padang, dan Enggano –

Bengkulu, Dumai – Batam dan Batam – Natuna.

f. Pengembangan sistem jaringan transportasi secara sinergis

dan terpadu (interkoneksi multimoda) antara jaringan jalan

– jaringan kereta api – penyeberangan – transportasi

laut/udara

g. Pengembangan transportasi secara selektif dan terbatas bila

melintasi kawasan lindung strategis nasional terutama

Kawasan Ekosistem Leuser, Kawasan T.N Kerinci Seblat,

T.N Berbak, T.N Bukit 30, T.N Bukit 12, H.L Mahato dan

H.L Bukit Batabuh di Pulau Sumatera.

h. Keterpaduan prasarana antar moda Meningkatnya

produksi pertanian, perkebunan dan pemafaatan sumber

daya alam menyebabkan perlunya alternatif penggunaan

jasa transportasi. Tingginya pemanfaatan jalur lintas

tersebut dikarenakan terpusatnya gerbang keluar (outlet) di

kawasan pantai Timur Sumatera yang memanfaatkan

pelabuhan dan penyeberangan. Kurang terpadunya

pengembangan prasarana yang mendukung sistem inter-

moda transportasi di Sumatera yang dapat diperhatikan

dari hal-hal sebagai berikut :

� Transportasi jalan raya yang pada saat ini sangat

intensif digunakan, tidak dapat efektif lagi mengingat

kapasitasnya terutama struktur jalan tidak bisa lagi

mendukung jumlah barang dan orang yang diangkut

terutama beban muatan antara lain, tercermin dari

kerusakan berat jalan.

� Alternatif mengatasi adalah pengembangan sistem

jaringan kereta api (Trans Sumatera Railway) yang

sinergis, tetapi saat ini sistem kereta api baru terbatas

pada pelayanan daerah tertentu seperti di Sumatera

Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan

Lampung

� Moda lainnya adalah sistem transportasi laut dan udara.

Akan tetapi prasyarat teknis tertentu menyebabkan

kedua prasarana dari moda ini relatif kurang optimal

dimanfaatkan termasuk penataan pengembangan

pelabuhan dan bandara

D. Strategi Kerjasama Regional (ALKI, KESR, APEC)

Dalam skala makro, gejala globalisasi mendorong

kerjasama ekonomi bilateral maupun multilateral dalam

bentuk perdagangan internasional. Perdagangan internasional

terjadi akibat adanya keunggulan komperatif antara dua atau

lebih negara dimana kebutuhan suatu negsara dipenuhi oleh

kelebihan dari negara yang lain. Berbagai hambatan tarif

seperti pajak ekspor/impor, kuota, dumping dan lain-lain

sering ditemukan dalam perdagangan internasional. Untuk

mengurangi hambatan tersebut, sekelompok negara di

ASEAN dan Asia Pasific membentuk suatu integrasi ekonomi

yang dikenal dengan kawasan perdagangan bebas.

Keterbukaan ini akan secara langsung berpengaruh terhadap

sistem produksi di Pulau Jawa-Bali dan Sumatera, baik berupa

tumbuhnya kawasan-kawasan industri, eksploitasi sumber

daya alam, pengembangan lahan pertanian dan perkebunan

serta kebutuhan infrastruktur pendukungnya berupa jaringan

transportasi maupun pelabuhan. Dalam rangka peningkatan

ekspor ke pasar Asia Pasific dan Eropa, ke depan

pengembangan Sumatera perlu didorong untuk memanfaatkan

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), dimana untuk ALKI-

1 ditetapkan berdasarkan PP No. 36 dan 37 Tahun 2002.

Pemanfaatan ALKI ini diharapkan melalui daerah-daerah

yang dilalui agar mempunyai akses ke pasar internasional

melalui ALKI tersebut, terutama Asia Pasifik. Di wilayah

Sumatera, terdapat 2 jalur ALKI yang merupakan bagian dari

jalur ALKI I secara utuh. ALKI I dimanfaatkan untuk

pelayaran dari Laut China Selatan melintasi Laut Natuna,

Selat Karimata, Laut Jawa dan Selatan Sunda ke Samudera

Hindia atau sebaliknya. Sementara itu ALKI IA dimanfaatkan

untuk pelayaran dari Selat Singapura atau sebaliknya, atau

melintasi Laut Natuna ke Laut Cina Selatan atau sebaliknya.

Page 46: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 46

Sistem pelabuhan yang dapat dikembangkan untuk

memanfaatkan jalur ALKI I antara lain Batam, Jambi,

Tanjung Pinang, Pangkal Pinang, Panjang, Tanjung Balai,

Medan, Dumai, Kuala Enok, Muara Sabak, Lhokseumawe,

Banda Aceh dan Palembang. Dalam konteks hubungan

regional tersebut, juga telah ditetapkan bahwa Ruas jalan

Trans Sumatera merupakan bagian dari sistim jaringan jalan

trans ASEAN dan Asian highway, yang kedepan diharapkan

akses melalui kapal Roro (Roll On Roll Off) di selat Malaka

dapat berupa jembatan atau terowongan.

Pengembangan jaringan sistem transportasi laut sebagai upaya

untuk meningkatkan efisiensi dan skala ekonomi investasi

pengembangan pelabuhan laut dengan memanfaatakan jalur

ALKI I dan ALKI II, yang melintasi Selat Malaka dan Selat

Sunda, serta Selat Makasar dan Selat Lombok, dan

memantapkan hubungan fungsional antar pelabuhan melalui

penetapan fungsi-fungsi pelabuhan secara berhirarkis dan

saling melengkapi serta mengembangkan jaringan transportasi

laut antar provinsi, antar pulau, antar negara utnuk menjamin

mobilitas dan aksesibiliats seluruh lapisan masyarakat.

Penerapan Zoning Regulation/Zoning Ordinance/Zoning

Regualtion sebagai Perangkat Pengendalian Pemanfaatan

Ruang

Zoning adalah suatu sistem dari pengaturan pemanfaatan

ruang yang menetapkan penggunaan yang diijinkan pada

suatu lokasi. Salah satu tujuan dari zoning adalah untuk

melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak

mengganggu penghuni atau pemanfaat ruang yang telah ada.

Zoning secara umum berisi aturan-aturan atas jenis-jenis

kegiatan yang akan diperbolehkan pada suatu zona/kawasan

(seperti ruang terbuka, perumahan, pertanian, komersial, atau

industri), kepadatan dari kegiatan-kegiatan tersebut (misalnya

perumahan

13 kepadatan rendah seperti rumah tunggal, hingga

perumahan kepadatan tinggi seperti bangunan-bangunan

apartemen), sempadan bangunan, ketinggian bangunan,

koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien

dasar hijau, penyediaan tempat parkir, dan sebagainya. Akan

tetapi hampir sebagian besar sistem zoning memiliki suatu

prosedur untuk pemberian “variances” – pengecualian-

pengecualian aturan zoning, biasanya karena beberapa

kesulitan akibat kondisi khusus dari properti/kapling tersebut.

Penataan ruang di Indonesia menggunakan Zoning System

dengan perangkat Zoning Regulation dalam penataan ruang.

Sekaligus nantinya kita akan mencoba membenahi implikasi

negatif yang timbul dari zoning system ini dengan

memodifikasinya ke arah pemanfaatan ruang kompak &

integratif yang lebih ramah lingkungan dan menjamin

keberlanjutan dalam segala bidang.

Contoh penetapan kawasan strategis di dalam rencana tata

ruang wilayah kabupaten sukabumi 2012-2032

Sumber: Lampiran IV Perda Suka Bumi

s

Page 47: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 47

Dengan menetapkan kawasan strategis sesuai karakteristik

geografi wilayah, sesuai strategis pemanfaatan kita dapat

memperoleh keuntungan untuk kemajuan wilayah dan segala

sector yang menoang kemajuan wilayah tersebut.

Page 48: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 48

DAFTAR PUSTAKA

Muta‟ali lutfi.2013. Penataan ruang wilayah Kota.UGM

Muta‟ali Lutfi.2012.Daya Dukung Untuk Perencanaan

Wilayah.UGM

Daljone N Drs.1991.Dasar-Dasar Geografi Politik.PT Citra

Aditiya Bakti.Bandung.s

Panduan Permen PU Pedoman Penataan Ruang Kawasan

Rawaan Longsor.No.22.2007

SK/Mentri Kehutanan/ Nomor 837 /Kpts /Um /11/ 80.

Paimin Peneliti.Panduan Mitigasi Banjir dan Longsor.

Arsad Rahim Ali. 2007.Latihan Analisis kependudukan. Staf

Dinas Kesehatan Kab Polewali Mandar.

Peraturan Kepala BNPB No.14 tahun 2010, tentang

Pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat

Bencana.

Peraturan Kepala BNPB No.02 tahun 2012, tentang Pedoman

Umum Pengkajian Resiko Bencana.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.21 Tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000

tentang ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan

Kebakaran di Lingkungan Perkotaan

Edwards Janet EU and International Affairs Department.

Handbook for Vulnerability Mapping Disaster

Reduction through Awareness.2007. Swedish Rescue

Services Agency.

Yanuar Fiska. 2012. Pemantauan Teknik Pengindraan Jauh

Untuk Pemetaan Tingkat Kerawanan Kebakaran

Permukiman.Universitas Negeri Semarang.Journal.

Suryabrata Sumadi, B.A , M.A, Ed.S, Ph.D. 2012. Metodologi

Penelitian. Jakarta: PT.Raja Grasindo Persada.

Alvis Suhardi.2011.Masa Depan Hutan di Indonesia.Duren

Tigaraya: Pensil-324

Sitanala, Arsyad,dkk.2012. Penyelamatan Tanah,Air, dan

Lingkungan di Indonesia. Jakarta. Jl.Plaju no.10:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia .

Muhammad Fandeli Chafid.2009.Prinsip-Prinsip dasar

Mengkonservasi Lanskap.Gadjah Mada University

Press.

Santoso Budi Eko,dkk.2012.Analisis Keterkaitan Wilayah

secara Sektoral Ditinjau dari Sektor Unggulan

Kawasan GKS Plus terhadap Jawa Timur Implikasinya

terhadap Pengembangan Perkotaan

HANKAM.2012.Kajian Lemhannas” RI Edisi 14.

Prof. R.Bintarto, Hadisumarno Surastop.1982. Metode

Analisa Geografi.Jakarta : LP3ES

Arthur B. Gallion, FAIA Simon Eisner, APA, AICP. 1994.

Pengantar Perancangan Kota. Jakarta : Erlangga

Hermon Dedi, Khairani.2009.Geografi Tanah. Simpang

Lalang Padang: Yayasan Jihadul Khair Center.

I madesandy. Penggunaan Tanah (Land Use) di Indonesia

Travis William.2007Land Use dan Changing Patterns Of

Place..University Of Colorado at

Boulder.Washington.Island Press.

Rahardjo Adisasmita. 2010. Dinamika Perkotaan di Indonesia.

Ruslin Tita Imah.2013.Memetakan Konflik di Timur Tengah

(tinjauan geografi politik) Dosen Ilmu Politik pada

FakultasUshuluddin,

Fidel Miro S.E.,MSTr .2005.Teknik Rancangan

Transportasi.Bunghatta University Pres

Ahuni Aziz.Hand Out. Perencnaan Penggunaan Tanah.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi..2014.Hand Out.

Perencanaan Revitaslisasi /Rekonstruksi

Pemukiman Rawan Bencana Bukittinggi.

PT.Sintak.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi. 2014.Laporan

Pendahuluan Penyusunan Rencana Detail tata

Ruang RDTR Kawasan MKS dan Guguak

Panjang. Pt.Inasa Sahka Kirana

Page 49: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 49

RIWAYAT PENULIS

Nama: Muhammad Hanif

Tempat tanggal lahir: 12 Oktober 1992 Kubang Putiah

Golongan Darah: Ab

No Handpone: +6285 766 031 922

Email: [email protected]

Mahasiswa Program Studi Geografi Universitas Negeri

Padang

Riwayat Pendidikan,

Memasuki sekolah dasar sejak tahun 1998-2005 di Yayasan

Pendidikan Islam Ibnuysam Kubang Putiah, melanjutkan

sekolah menegah awal di Pondok Pesanteran MTsTI Yayasan

Alirsyad Bulaan Kamba, melanjutkan pendidikan sekolah

menegah akir di SMA N 1 Sungai Puar pada program studi

IPS, dan melanjutkan keperguruan tinggi negri Universitas

Negeri Padang sampai sekarang.

Saat ini meminati keilmuan, Sistem Informasi Geografi

,Pengindraan Jauh Digital, Analisis Perencanaan

Wilayah, Perencangan Evaluasi Sumberdaya lahan,

Perancangan Zoning Ordinance RDTR, Kajian Ilmu

tanah dan Pengembangan Pertanian, Geomorfologi dan

Kebencanaan.

Nama :Tommy Adam

Tempat &Tanggal Lahir:

Kec. Lubuk Basung, 19 September 1993

Phone : 089650158893

E-Mail : [email protected]

Status Marital : Belum Menilah

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan: Mahasiswa

Riwayat Pendidikan,

Menjalani SD dari tahun1999-2005 di SD Negeri 63

Surabayo, kemudian melanjutkan pendidikan sekolah

menengah di SMP N 3 Lubuk Basung, setelah itu melanjutkan

pendidikan sekolah mengeah atas di SMA Negeri 2 Lubuk

Basung pada program studi IPS dan melanjutkan pendidika di

saah satu perguan tinggi negri di kota Padang di Universitas

Negeri Padang sampai sekarang.

Keahlian Keilmuan: Menguasi Sistem Informasi Geografi

dalam bentuk Perangkat QuantumGIS, ArcGIS, Open

Street Map, Globall Mapper dan Pengindraan Jauh.

Geografi Fisik dalam Bidang Kajian Geomorfologi,

Hydrology , Mampu membuat pemodelan bencana

alam.

Page 50: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 50

Mencari Pesan Mu

Didalam dirimu ada jiwa, jiwa mu menginspirasikan ku

Inspirasiku pernah berkata, bahasamu pasti merubah dunia

Inspirasiku sekali lagi berkata, aku pasti bisa melebihinya,

Inspirasiku sekali dan sekali lagi bekata, aku pintar dari dirinya

Pesan terakir mu padaku, aku takan mengetahui jika ku tak ingin mengetahui

Kini semangat Ku selalu membara, walau ku tak sepandai inspirasi ku

Ambisis ku melawan kegelisahan, walau dunia menekan ku

Kuasa ku tak cukup untuk merampas dunia, Tapi bahasalah pastinya jembatan

dunia,

Dan selalu aku mengerti hanya satu, aku tak pernah menyerah untuk mencoba

Saat aku menagis dan terasa terdesak, senyum inspirasiku mengokohkan ku

Tapi janji hidupku, aku bisa sama sepertimu tapi bukan bayang-bayang mu,

Berbuat baik menuntunku menemukan kebenaran,

Karna ku tak akan tau, kebaikan apa yang mungkin mengantarkan ku ke surga?

Tak sulit bagi mu memuji seseorang? Pujian mu mebangunkan impian yang goyah,

Puji aku saat aku menyerah.

Page 51: Metode Dasar Analisa Wilayah

.Geografi.2015, Panduan Beberapa Metode dalam Analisis Wilayah Untuk Perencanaan 51