bab ii tinjauan pustaka 2.1 analisa evaporasi metode pennman

13
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman Untuk perhitungan evapotranspirasi potensial dilakukan dengan menggunakan Metode Penman yang telah dimodifikasi yang secara umum dirumuskan sebagai berikut : Eto = C [W . Rn + (1-w). F(u). (ea-ed) } Dengan : C = faktor pergantian kondisi cuaca akibat siang dan malam W = faktor berat yang mempengaruhi penyinaran matahari pada evapotranspirasi potensial. ( mengacu pada tabel penman hubungan antara temperature dengan ketinggian ) (1 - W) = factor berat sebagai pengaruh angin dan kelembaban pada ETo (ea ed) = perbedaan tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap air nyata Ed = ea x RH Rn = Radiasi penyinaran matahari dalam perbandingan penguapan atau radiasi matahari bersih (mm/hr) Rn = Rns Rn1 Rns = Rs ( 1- α ) ( α = Koefisien pemantulan = 0.25 ) Rs = (0.25 + 0.5 (n/N)) Ra Rn1 = 2.01 x 109 . T4(0.34 0.44 ed0.5) (0.1 + 0.9 n/N) f(u) = Fungsi pengaruh angina pata ETo = 0.27 x (1+U2/100) Dimana u merupakan kecepatan angin rata-rata di siang hari dalam m/dt di ketinggian 2 m.

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

Untuk perhitungan evapotranspirasi potensial dilakukan dengan menggunakan

Metode Penman yang telah dimodifikasi yang secara umum dirumuskan sebagai

berikut :

Eto = C [W . Rn + (1-w). F(u). (ea-ed) }

Dengan :

C = faktor pergantian kondisi cuaca akibat siang dan malam

W = faktor berat yang mempengaruhi penyinaran matahari pada

evapotranspirasi potensial. ( mengacu pada tabel penman

hubungan antara temperature dengan ketinggian )

(1 - W) = factor berat sebagai pengaruh angin dan kelembaban pada ETo

(ea – ed) = perbedaan tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap air nyata

Ed = ea x RH

Rn = Radiasi penyinaran matahari dalam perbandingan penguapan

atau radiasi matahari bersih (mm/hr)

Rn = Rns – Rn1

Rns = Rs ( 1- α )

( α = Koefisien pemantulan = 0.25 )

Rs = (0.25 + 0.5 (n/N)) Ra

Rn1 = 2.01 x 109 . T4(0.34 – 0.44 ed0.5) (0.1 + 0.9 n/N)

f(u) = Fungsi pengaruh angina pata ETo

= 0.27 x (1+U2/100)

Dimana u merupakan kecepatan angin rata-rata di siang hari

dalam m/dt di ketinggian 2 m.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

6

2.2 Analisa Data Hujan

Untuk menghitung besaran hujan rerata dapat ditempuh dengan beberapa metode

berikut ini :

1. Metode Rata-Rata Aljabar,

2. Metode Poligon Thiessen,

3. Metode Isohyet.

Dalam studi ini digunakan perhitungan curah hujan wilayah dengan merata-

ratakan semua jumlah curah hujan yang ada pada wilayah tersebut. Dipilih karena

daerah seragam dengan variasi CH kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur

serempak untuk lama waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan

seluruhnya. Kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan

maka akan dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Menurut Sosrodarsono

(2003), secara matimatik ditulis persamaan sebagai berikut :

Dimana :

R = curah hujan rata-rata (mm)

n = jumlah stasiun pengukuran hujan

∑R = besarnya curah hujan pada masing-masing stasiun (mm)

2.3 Curah Hujan Efektif

Hujan yang turun jumlahnya tidak selalu tepat untuk membuat kondisi tanah

sedemikian rupa sehingga memudahkan tanaman untuk mengabsorbsi air. Di dalam

memperhitungkan kebutuhan air untuk irigasi, curah hujan diperhitungkan sebagai

penambah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Dan jika hujan turun dalam jumlah

yang cukup besar maka hanya sebagian saja yang dimanfaatkan oleh tanaman,

sedangkan sisanya limpasan permukaan atau berinfiltrasi ke lapisan tanah yang lebih

n

RRRRR n....321

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

7

bawah. Air hujan yang jatuh dan dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi

kebutuhan air konsumtif disebut curah hujan efektif.

Jadi curah hujan efektif adalah bagian-bagian dari keseluruhan curah hujan yang

secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman (Anonim, 1986 : 75). Jadi curah

hujan efektif adalah jumlah curah hujan di suatu daerah yang dapat digunakan secara

langsung oleh tanaman. Besarnya tergantung kebutuhan air tanaman, sesuai dengan

jenis tanaman. Untuk menghitung curah hujan efektif didasarkan pada penentuan curah

hujan rata-rata tahunan dari beberapa stasiun curah hujan dalam satu DAS, sub DAS.

Dalam studi ini untuk mendapatkan curah hujan efektif digunakan persamaan

probabilitas sebagai berikut : (Subarkah, 1980 : 111)

Dimana :

P80 = Curah hujan yang terjadi dengan tingkat kepercayaan 80 %

m = Nomor urut (rangking)

n = Jumlah data

Dengan probabilitas 80 % dan 50 % dapat dihitung curah hujan ektif untuk

tanaman padi dan palawija. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi dan

palawija adalah sebagai berikut (Kriteria Perencanaan Irigasi, 1986 : 165) :

Untuk tanaman padi dan palawija nilai curah hujan efektif

Re padi = (0,7xR80)/hari

Re plwj = (0,5R80 )/ hari

Dimana :

Re padi = curah hujan efektif untuk padi sawah (mm/hari)

Re plwj = curah hujan efektif untuk palawija (mm/hari)

Re80 = curah hujan dengan probabilitas 80 %

Re50 = curah hujan dengan probabilitas 50 %

%1001

80 xn

mP

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

8

hari = jumlah hari per periode

Data yang digunakan dalam studi ini adalah data hujan harian selama 3 tahun.

Adapun prosedur perhitungan curah hujan efektif adalah sebagai berikut :

a. Menghitung rerata data hujan 10 harian

b. Menjumlahkan data hujan menjadi data tahunan

c. Mengurutkan data tahunan dari kecil hingga besar

d. Menghitung R80 dan R50 sebagai curah hujan efektif.

2.4 Rencana Tata Tanam

Rencana Tata Tanam dalam Pekerjaan Studi Kelayakan Pencetakan Daerah Irigasi

Baru Di Kecamatan Poncokusumo ini mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya

:

a. Kondisi Jaringan Irigasi.

b. Kondisi Iklim.

c. Potensi Debit Andalan Berdasarkan Metode FJ MOCK.

d. Kondisi Topografi Lahan Daerah Irigasi Baru.

e. Kondisi Jenis Tanah Lahan Daerah Irigasi Baru.

f. Pengembangan Base Flow Sungai Berdasarkan hasil analisa potensi debit

yang tersedia dan potensi pencetakan area baku sawah baru.

2.5 Kebutuhan Air di Sawah untuk Padi

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan

memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air.

Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut:

a. Penyiapan lahan

b. Penggunaan konsumtif

c. Perkolasi dan rembesan

d. Pergantian lapisan air

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

9

e. Curah hujan efektif

Kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari atau lt/dt/ha. Kebutuhan air

belum termasuk efisiensi di jaringan tersier utama. Efisiensi dihitung dalam kebutuhan

pengambilan air irigasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan air

irigasi disajikan pada keterangan di bawah ini.

a. Penyiapan Lahan

Faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan

lahan adalah :

1. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan

penyiapan lahan untuk daerah kajian adalah rata-rata 1 bulan.

2. Pada umumnya kebutuhan air untuk pengolahan lahan lebih besar

dari kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman, yaitu antara 200

mm sampai dengan 300 mm.

Jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dihitung dengan rumus

yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstran (1968) dengan persamaan

sebagai berikut :

Dimana :

LP = (Land Preparation) kebutuhan air untuk persiapan lahan

(mm/hari)

M = Kebutuhan air untuk penggantian kehilangan air akibat evaporasi

1

.

k

k

e

eMLP

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

10

dan Perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)

= Eo + P

Eo = evaporasi air terbuka (mm/hari)

= 1,1 . Eto

P = Perkolasi

K = (M . T) / S

T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)

S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50

mm

e = bilangan eksponensial (2,71828)

b. Penggunaan Konsumtif

Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus:

Etc = kc x Eto

Dengan :

Etc = Evapotranspirasi tanaman, mm/hari

Eto = Evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari

kc = Koefisien tanaman

Evapotranspirasi tanaman acuan adalah evapotranspirasi tanaman yang

dijadikan acuan, yaitu rerumputan pendek. Eto adalah kondisi evaporasi

berdasar keadaan meteorologi seperti :

1. Temperatur

2. Sinar matahari (radiasi)

3. Kelembaban

4. Angin

Evapotranspirasi dihitung dengan rumus-rumus teoritis-empiris dengan

mempertimbangkan faktor-faktor meteorologi di atas dan menurut KP-01

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

11

dianjurkan menggunakan metode Penman. Harga koefisien tanaman mengacu

dari KP-01 yang berdasar dari Nedeco/Prosida atau FAO.

c. Perkolasi

Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah

lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat

mencapi 1–3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan laju perkolasi bisa

lebih tinggi. Adapun nilai perkolasi yang digunakan pada analisa perhitungan

pola tata tanam digunakan nilai perkolasi 2.

d. Penggantian lapisan air

1. Setelah pemupukan usahakan untuk menjadwal dan mengganti lapisan

air menurut kebutuhan.

2. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan sebanyak 2 kali,

masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama

sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.

e. Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman merupakan sejumlah air yang dibutuhkan sebagai

pengganti sejumlah air yang hilang akibat proses penguapan. Air dapat menguap

melalui permukaan air yang dipengaruhi oleh faktor iklim (suhu udara,

kecepatan angin, kelembaban udara dan kecerahan sinar matahari) dan disebut

evaporasi. Selain melalui permukaan air juga melalui daun-daun tanaman yang

dipengaruhi oleh iklim serta faktor tanaman (jenis, macam dan umur

pertumbuhan tanaman) dan disebut transpirasi. Bila kedua proses penguapan

tersebut terjadi bersama-sama, maka disebut proses evapotranspirasi. Dengan

demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang

akibat proses evapotranspirasi. Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman

dilakukan berdasarkan neraca air yang dipengaruhi oleh faktor iklim, persamaan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

12

netto kebutuhan air (NFR = Net Field Water Requirement) adalah sebagai

berikut : (Anonim, 1986 : 5).

NFRpadi = LP + ETcrop + WLR + P - Repadi

NFR plw = Et crop – Re plw

NFR tebu = Et crop – Re tebu

Dimana:

NFR padi = netto kebutuhan air padi sawah (mm/hari)

NFR plw = netto kebutuhan air palawija (mm/hari)

NFR tebu = netto kebutuhan air tebu (mm/hari)

LP = (Land Preparation) kebutuhan air untuk persiapan lahan

(mm/hari)

Et crop = kebutuhan air untuk konsumtif tanaman (mm/hari)

WLR = (Water Level Requirement) kebutuhan air untuk

penggantian lapisan air

P = perkolasi (mm/hari)

Re padi = curah hujan efektif untuk padi sawah (mm/hari)

Re plw = curah hujan efektif untuk palawija (mm/hari)

Re tebu = curah hujan efektif untuk tebu (mm/hari)

Perhitungan kebutuhan air di sawah untuk polowijo dan tebu dilakukan

dengan prosedur dan parameter yang berpengaruh sama dengan perhitungan

kebutuhan air untuk padi.

2.6 Kebutuhan Air Di Pintu Pengambilan

Kebutuhan air di pintu pengambilan adalah jumlah dari kebutuhan air di sawah

dikalikan dengan luas areal sawah yang akan diairi dibagi dengan faktor efisiensi

irigasi. Hal ini bertujuan agar faktor kehilangan dapat diatasi sehingga air yang sampai

di sawah diharapkan sama dengan kebutuhannya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

13

Efisiensi secara keseluruhan dihitung berdasarkan pada efisiensi jaringan tersier

(et) x efisiensi jaringan skunder (es) x efisiensi jaringan primer (ep) yang besarnya

berkisar antara 0,59 – 0,73. Besarnya kebutuhan air di pintu pengambilan bisa dihitung

dengan persamaan berikut:

DR = (NFR x A) / Eff

dimana:

DR = kebutuhan air di pintu pengambilan (m3/dt)

NFR = kebutuhan air di sawah (l/dt/ha)

A = luas areal irigasi (ha)

Eff = efisiensi = et x es x ep

2.7 Analisa Perhitungan Debit menggunakan metode FJ Mock

Prinsip metode Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada daerah tangkapan

air, sebagian akan hilang akibat evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi

direct runoff dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah atau terjadi infiltrasi.

Infiltrasi ini mula-mula akan menjenuhkan permukaan tanah, kemudian terjadi

perkolasi ke air tanah dan akan keluar sebagai base flow. Hal ini terdapat keseimbangan

antara air hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi, direct runoff dan infiltrasi, dimana

infiltrasi ini kemudian berupa soil moisture dan ground water discharge. Aliran dalam

sungai adalah jumlah aliran yang langsung di permukaan tanah dan base flow.

Curah hujan rata-rata bulanan di daerah pengaliran sungai dihitung berdasarkan

data pengukuran curah hujan dan evapotranspirasi yang sebenarnya dari data

meteorology dengan menggunakan metode Penman dan karakteristik vegetasi.

Perbedaan antara curah hujan dan evapotranspirasi mengakibatkan limpasan air hujan

langsung (direct runoff), aliran dasar/air tanah dan limpasan air hujan lebat (storm

runoff).

Pada studi ini untuk perhitungan debit andalan, menggunakan kriteria perhitungan

sebagai berikut :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

14

1. Soil moisture capacity = 100 mm (lapisan lahan penutup tipis)

2. Initial storage diambil 50 mm (pada saat mulai perhitungan, ada 50 % soil

moisture)

3. Harga infiltrasi i ditaksir 0,50

4. Harga faktor resesi aliran air tanah ditaksir 0,70

5. m, faktor singkapan lahan dan vegetasi ditaksir sebesar 35%

Berikut ini merupakan contoh analisa perhitungan metode F.J. Mock :

a. Input data curah hujan 10 harian.

Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 10 harian. Stasiun

curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi

hujan di daerah tersebut.

b. Menentukan besarnya nilai evapotranspirasi aktual (Et).

1. Input data Evapotranspirasi potensial (ET0) pada bulan Januari yang

di diperoleh dari perhitungan sebelumnya yakni sebesar 10,16

mm/bln.

2. Menentukan besarnya parameter permukaan lahan terbuka (m).

Untuk lahan pertanian yang di olah (sawah) ditaksir harga m sebesar

35 %.

3. E = ET0 . (m/20) . (18 - h)

4. ET = ETp – E

c. Menentukan besarnya parameter keseimbangan air dalam tanah :

1. Menghitung besarnya air hujan yang mencapai permukaan tanah

(DS )

DS = P – ET

DS = 64 – 7,67

DS = 56,33 mm/bln

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

15

2. Menentukan besarnya kandungan kelembaban air tanah. Jika nilai

DS > 0, maka kandungan kelembaban air di dalam tanah adalah 0,

sebaliknya jika DS < 0, maka besarnya kandungan kelembaban air

dalam tanah adalah nilai DS itu sendiri, ini berarti bila harga S

positif (P > ETa) maka air akan masuk ke dalam tanah bila kapasitas

kelembaban tanah belum terpenuhi, dan sebaliknya akan melimpas

bila kondisi tanah jenuh. Bila harga S negatif (R < ETa), sebagian

air tanah akan keluar dan terjadi kekurangan (deficit). Pada bulan

Januari P > ETa sehingga DS > 0, oleh karena itu besarnya

kandungan kelembaban air tanah pada bulan Januari adalah 0.

3. Menentukan parameter kapasitas kelembaban tanah (SMC). Nilai

SMC awal pada bulan Januari periode pertama ditaksir sebesar 100

mm. Untuk bulan / periode berikutnya, tergantung dari nilai

kandungan kelembaban air dalam tanah. Jika nilainya negatif, maka

besarnya SMC pada bulan berikutnya merupakan seleisih dari nilai

SMC bulan / periode sebelumnya dengan nilai DS pada bulan

berikutnya.

4. Menentukan besarnya kelebihan air di permukaan tanah (WS).

Besarnya WS tergantung dari nilai nilai DS. Jika DS > 0 artinya

permukaan tanah mendapat kelebihan air sebesar DS. Namun jika

DS < 0 artinya permukaan tanah tidak kelebihan air, justru

kandungan air tanahnya berkurang sebesar DS. Jadi pada bulan

Januari periode pertama nilai WS sama dengan nilai DS yakni

sebesar 56,33 mm/bln.

d. Menentukan besarnya aliran dan tampungan air tanah

1. Menghitung Menghitung besarnya Infiltrasi (I).

I = WS . i

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

16

i adalah nilai parameter, yakni koefisien infiltrasi bersasarkan

kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran.

Untuk daerah ini ditaksir harga i sebesar 0,5.

2. 0,5 . (1 + k) I

k adalah besarnya parameter, yakni faktor resesi aliran air tanah

yang ditaksir sebesar 0,7

3. k . V (n-1) = 0,7 . 0 = 0

V (n-1) adalah kandungan air tanah pada bulan sebelumnya.

Untuk penentuan pada awal bulan (initial storage) ditaksir

sebesar 50 mm.

4. Menentukan besarnya volume penyimpanan air tanah (Vn)

Vn = k . Vn-1 + ½ (1+k). I

5. Menentukan besarnya perubahan volume air (dVn)

dVn = Vn - Vn-1

6. Menentukan besarnya aliran dasar (BF)

7. BF = I - dVn

8. Menentukan besarnya aliran permukaan (DRo)

DRo = WS – I

9. Menentukan besarnya aliran (Ro)

e. Menentukan besarnya debit aliran sungai pada DAS

Perhitungan dilakukan untuk mengetahui ketersediaan air pada pintu

pengambilan Dam Dawuhan berdasarkan dari data hujan yang ada pada

DPS Lesti, dimana aliran sungai ini merupakan inflow bagi pengambilan di

Dam Dawuhan.

𝑄 =𝑅 ×𝐴 ×1000

𝑡

Q = debit (m3/dt)

R = Aliran (mm/bln)

A = Luas (m2)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Evaporasi Metode Pennman

17

T = Jumlah Hari

2.8 Debit Andalan

Perhitungan debit dilakukan untuk mengetahui ketersediaan air pada pintu

pengambilan Dam Dawuhan berdasarkan dari data hujan yang ada pada DPS Lesti

dimana aliran sungai ini merupakan inflow bagi pengambilan di Dam Dawuhan.

Adapun hasil perbandingan dari perhitungan debit andalan berdasarkan data hujan

yang tersedia dengan debit kebutuhan tanaman seperti disajikan pada tabel berikut ini.

:

2.9 Neraca Air ( Water Balance)

Perhitungan neraca air dilakukan untuk mengkaji apakah air yang tersedia cukup

memadai untuk mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi untuk Daerah Irigasi

Dawuhan. Pada studi ini perhitungan kebutuhan air merupakan perbandingan antara

debit ketersediaan pada analisa perhitungan FJ Mock dengan kebutuhan air irigasi.

Hasil dari perhitungan antara kebutuhan air irigasi dengan debit ketersediaan pada

bangunan pengambilan kemudian diolah untuk mengetahui neraca air (keseimbangan

air) pada Daerah Irigasi Dawuhan. Perhitungan neraca air dan grafik perbandingan

antara kebutuhan air irigasi dan debit ketersediaan di DI Dawuhan disajikan pada tabel

dan grafik.