mekrek 3 1 pendahuluan

Upload: anonymous-ywxx0hmpe

Post on 07-Jul-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    1/39

    1- PENDAHULUANContoh Struktur

    MEKANIKA REKAYASA III MK-142003-Unnar-Dody Brahmantyo 1

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    2/39

    2MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    3/39

    3MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    4/39

    4MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Pemodelan Struktur

    Pemodelan gedung bertingkat

    Pemodelan jembatan

    kolom 

     balok  

    Kolom = tiang-tiang vertikal

    Balok = batang-batang horisontal 

     perletakan 

     perletakan 

     balok  

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    5/39

    5MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Pemodelan Beban

    Pemodelan beban terpusat

    P1  P2 

    Kendaraan berhenti diatas jembatan 

    Penggambaran dalam mekanika teknik  

    P1 dan P2 adalah beban terpusat 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    6/39

    6MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Pemodelan Beban

    Pemodelan beban merata

    q ton/m  Penggambaran dalam mekanika teknik  

    q adalah beban terbagi rata ke arah memanjang 

    orang berbaris diatas jembatan 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    7/39

    7MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Pemodelan Tumpuan

    Pemodelan tumpuan jembatan

    Penggambaran perletakan pada mekanika teknik  

    struktur jembatan 

     perletakan 

     perletakan 

    Struktur jembatan(bangunan atas) 

    Pondasi

    (bangunan bawah) 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    8/39

    8MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Pemodelan Tumpuan

    Pemodelan tumpuan gedung

     perletakan (tumpuan) 

    Penggambaran perletakan pada mekanika teknik  

    muka tanah 

    Pondasi (bangunan bawah) 

    Perletakan (tumpuan) 

    Bangunan gedung (bangunan atas) 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    9/39

    9MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Pemodelan Tumpuan

    Pemodelan tumpuan rol

    Pemodelan tumpuan sendi

    Struktur  

    silinder

     baja 

    Rv 

    Penggambaran perletakan rol dalam

     bidang mekanika teknik, ada reaksivertikal, tidak ada reaksi horisontal dan

    tidak ada reaksi momen. 

    Rol 

    Rv 

    Rv 

    Balok jembatan 

    Struktur  

    silinder

     baja 

    Rv 

    R H 

    Penggambaran perletakan sendi

    dalam mekanika teknik, ada

    reaksi vertikal dan horisontal,tidak ada reaksi momen 

    Rv 

    R H 

    R H 

    Rv 

     balok jembatan 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    10/39

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    11/39

    11MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Keseimbangan Gaya

    Gaya adalah suatu besaran yang mempunyai besar dan arah.

    Dalam bidang teknik sipil mahasiswa selalu diajak berbicara tentang

    bangunan gedung, jembatan dan lain sebagainya. Bangunan –bangunantersebut supaya tetap berdiri, maka struktur-strukturnya harus dalam

    keadaan keseimbangan statis, hal itu merupakan syarat utama.

    Keseimbangan Vertikal :

    Meja

    Pv 

    Rv 

    Kotak

    Lem 

    Kotak  

    Lumpur  

    Kotak

    Pv 

    Pv 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    12/39

    12MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Keseimbangan Gaya

    Keseimbangan Horisontal :

    Keseimbangan Momen :

    Kotak  Lem 

    R H 

    PH 

    meja 

    PH 

    kotak yang

     bergeser  

    PM 

    Kotak  

    Lem 

    Meja 

    R M 

    Kotak yang

    terangkat 

    PM 

    Meja 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    13/39

    13MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Keseimbangan Gaya

    Keseimbangan Statis :

    Kalau kotak tersebut di lem diatas meja, yang berarti harus stabil, benda tersebutharus tidak bisa turun, tidak bisa bergeser horisontal, dan tidak bisa terangkat.

    Kalau kotak tersebut dibebani secara vertikal (Pv), tumpuannya mampu memberi

    perlawanan secara vertikal. Agar kotak tersebut tidak turun, syarat minimum Rv =

    Pv, atau Rv – Pv = 0 atau ∑V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara beban dan reaksi

    harus sama dengan nol)

    Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (Ph), maka tumpuannya mampu

    memberi perlawanan secara horisontal (Rh). Agar kotak tersebut tidak bergeser

    secara horisontal, maka syarat minimum Rh = Ph, atau Rh – Ph = 0 atau ∑H = 0

    (jumlah gaya-gaya horisontal antara beban dan reaksi harus sama dengan nol)

    R M 

    R V 

    Kotak  

    Lem 

    R H 

    Meja 

    P

    M PV 

    PH 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    14/39

    14MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Kalau kotak tersebut dibebani momen (Pm), maka tumpuannya mampu memberi

    perlawanan secara horisontal (Rm). Agar kotak tersebut tidak bergeser secara

    horisontal, maka syarat minimum Rm = Pm, atau Rm – Pm = 0 atau ∑M = 0 (jumlah

    gaya-gaya momen antara beban dan reaksi harus sama dengan nol)

    Dari hal tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa suatu benda yang stabil atau

    dalam keadaan seimbang, maka harus memenuhi syarat-syarat sbb :

    ∑V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan nol)

    ∑H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan

    nol)

    ∑M = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengannol)

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    15/39

    15MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Contoh 1-1 :

    Balok AB ditumpu di A (sendi) dan B (rol). Beban terpusat P = 8 ton bekerja

    dengan sudut 450 . Carilah gaya-gaya reaksi di perletakan ?

    ∑ H = 0 ;  RHA  – P . cos a = 0

    RHA = 8 . cos 450 = 5,66 ton ( )

    ∑ MA = 0 ; P . sin a . 4 – RB . 6 = 0

    RB = . sin 450 = 3,77 ton (  )

    ∑ MB = 0 ; RVA . 6 - P . sin a . 2= 0RVA = . sin 45

    0 = 1,89 ton (  )

    Kontrol ∑ V = 0 ; RVA + RB  – P . sin a = 0

    1,89 + 3,77 – 5,66 = 0 (ok)

    4 m 

    2 m 

    R HA  A  B 

    R VA R B 

    a = 450 

    P = 8 ton 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    16/39

    16MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Contoh 1-2 :

    Balok AB ditumpu di A (sendi) dan B (rol). Balok menerima beban merata q =

    1 ton/m . Carilah gaya-gaya reaksi di perletakan ?

    ∑ H = 0 ;  RHA = 0

    ∑ MA = 0 ; q . 5 . (½ . 5) – RB . 5 = 0

    RB = 1 . 2,5 = 2,5 ton (  )

    ∑ MB = 0 ; RVA . 5 - q . 5 . (½ . 5) = 0

    RVA = 1 . 2,5 = 2,5 ton (  )Kontrol ∑ V = 0 ; RVA + RB  – q . 5 = 0

    2,5 + 2,5 – 5 = 0 (ok)

    = 5 m 

    R HA 

    A  B 

    R VA  R B 

    q = 1 ton/m 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    17/39

    17MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Contoh 1-3 :

    Balok kantilever AB ditumpu di A (jepit). Balok menerima beban merata q =

    1,5 ton/m dan beban terpusat P = 8 ton yang membentuk sudut 450 

    (Gambar 1.26). Carilah gaya-gaya reaksi di perletakan ?

    ∑ H = 0 ;  RHA  – P . cos a = 0

    RHA = 8 . cos 450 = 5,657 ton ( )

    ∑ MA = 0 ; -RMA + q . 4 . (½ . 4) + P . sin a . 2 = 0

    RMA = 1,5 . 4 . 2 + 8 . sin 450

     . 2 = 23,314 ton-m ( )∑ V = 0 ;  RVA  – q . 4 – P sin a = 0

    RVA = 1,5 . 4 + 8 . sin 450 = 11,657 ton (  )

    Kontrol ∑ MB = 0 ; -RMA - q . 4 . (½ . 4) – P . sin a . 2 + RVA . 4 = 0

    -23,314 – 1,5 . 4 . 2 – 8 . sin 450 . 2 + 11,657 . 4 = 0 (ok)

    2 m 

    a = 450 

    P = 8 ton 

    2 m 

    R HA 

    A  B 

    R VA 

    R MA 

    q = 1,5 ton/m 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    18/39

    18MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Struktur Statis Tertentu

    • Suatu konstruksi pada bidang disebut statis tertentu jika konstruksi

    tersebut bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan. Ada 3 (tiga)

    syarat keseimbangan yaitu : ∑V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan nol)

    ∑H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan

    nol)

    ∑M = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan

    nol)

    • Kalau dalam syarat keseimbangan ada 3 persamaan (∑ V = 0, ∑ H = 0, ∑ M

    = 0), maka pada konstruksi statis tertentu yang harus bisa diselesaikan

    dengan syarat-syarat keseimbangan, jumlah bilangan yang tidak diketahui

    dalam persamaan tersebut maksimum adalah 3 buah. Jika dalam

    menyelesaikan suatu konstruksi, tahap awal yang harus dicari adalah

    reaksi perletakan, maka jumlah reaksi perletakan yang tidak diketahuimaksimum adalah 3. 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    19/39

    19MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Contoh 1-4 :

    Balok di atas dua perletakan dengan beban P seperti pada gambar.

    • A = perlertakan sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui (RAV dan RAH 

    adalah reaksi-reaksi vertikal dan horizontal di A).

    • B = perletakan rol dengan 1 reaksi yang tidak diketahui (RBV adalah reaksi

    vertikal di B)

    • Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 3 buah, maka konstruksitersebut adalah konstruksi statis tertentu.

    R AV  R BV 

    R AH 

    A  B 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    20/39

    20MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Contoh 1-5 :

    Suatu konstruksi kolom yang berkonsol dengan perletakan di A adalah jepit.

    • A = perletakan jepit dengan 3 reaksi yang tidak diketahui.

    • RAV = reaksi vertikal di A

    • RAH

     = reaksi horizontal di A

    • RM = momen di A.

    • Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 3 buah, maka konstruksi

    tersebut adalah konstruksi statis tertentu.

    R M 

    R AH 

    R AV 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    21/39

    21MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Contoh 1-6 :

    Balok di atas 2 perletakan

    • A = perletakan sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui RAV dan RAH 

    (reaksi vertikal dan reaksi horisontal di A).

    • B = perletakan sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui RBV dan RBH(reaksi vertikal dan reaksi horizontal di B).

    • Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 4 buah, sedang persamaan

    syarat keseimbangan hanya ada 3, maka konstruksi tersebut disebut

    konstruksi statis tidak tertentu.

    R AV  R BV 

    R AH 

    A  B R BH 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    22/39

    22MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Gaya Dalam Struktur Statis Tertentu

    • Bangunan teknik sipil pada umumnya terbuat dari struktur beton, kayu,

    baja dan lain-lain. Dalam pembuatan struktur-struktur tersebut perlu

    diketahui ukuran atau yang lazim disebut dengan dimensi dari tiap-tiapelemen strukturnya (balok, kolom, pelat, dan sebagainya). Untuk

    menentukan dimensi-dimensi dari elemen struktur tersebut, diperlukan

    analisa struktur untuk menghitung gaya dalam.

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    23/39

    23MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Macam-Macam Gaya Dalam

    • Suatu balok terletak pada 2 perletakan dengan beban seperti padagambar, maka balok tersebut akan menderita beberapa gaya dalam yaitu :

     – Balok menderita beban lentur yang menyebabkan balok tersebut berubah

    bentuk melentur. Gaya dalam yang menyebabkan pelenturan balok tersebut

    disebut Momen yang bernotasi M.

     –

    Balok tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P2 dari kanan.Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu batang, maka akan

    menerima beban gaya dalam yang disebut Normal yang diberi notasi N.

     – Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat adanya reaksi perletakan atau

    gaya-gaya yang tegak lurus ( ) sumbu batang, balok tersebut menerima gaya

    dalam yang disebut gaya Lintang dan diberi notasi D.

    A  B 

    HA  P2 

    P1 

    R B VA 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    24/39

    24MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Gaya Dalam Momen (M)

    • Momen adalah perkalian antara gaya dengan jarak.

    • Untuk memberi perbedaan antara gaya dalam momen yang mempunyai

    arah berbeda, maka perlu memberi tanda terhadap momen tersebut. Jikabalok tersebut mampu melentur sehingga serat atas tertekan dan serat

    bawah tertarik maka gaya dalam momen tersebut diberi tanda positif (+).

    Sebaliknya jika balok tersebut melentur sehingga serat atas tertarik dan

    serat bawah tertekan maka gaya dalam momen tersebut diberi tanda

    negatif (-).

    Tanda gaya dalam momen (+)  Tanda gaya dalam momen (-) 

    tertekan 

    tertarik  

    tertekan 

    tertarik  

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    25/39

    25MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Gaya Lintang (D)

    • Gaya lintang adalah gaya-gaya yang dengan sumbu batang.

    • Untuk membedakan tanda dari gaya lintang, maka perlu memberi tanda (+)

    dan (-). Gaya lintang diberi tanda positif jika dilihat di kiri potongan titik yang

    ditinjau, jumlah gaya arahnya ke atas, atau kalau dilihat di kanan potongan, jumlah gaya arahnya ke bawah.

    • Gaya lintang diberi tanda negatif, jika dilihat di kiri titik potongan yang ditinjau,

    total gaya arahnya kebawah ( ↓) dan bila ditinjau di kanan titik potongan yang

    ditinjau , total gaya arahnya ke atas.

    c R B R A 

    A  B 

    R B 

    R A c 

    D B 

    R B R A 

    R B R A 

    Skema gaya lintang

    dengan tanda negatif (-) 

    Skema gaya lintang

    dengan tanda negatif (+) 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    26/39

    26MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Gaya Normal (N)

    • Gaya normal adalah gaya-gaya yang arahnya sejajar (//) terhadap sumbu balok.

    • Jika gaya yang ada arahnya menekan balok, maka tanda gaya normalnya adalah

    negatif (-) . Jika gaya yang ada arahnya menarik balok, maka tanda gaya

    normalnya adalah positif (+).

    tanda gaya lintang negatif (-) 

    tanda gaya lintang positif (+) 

    tanda gaya normal positif (+) 

    tanda gaya normal negatif (-) 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    27/39

    27MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Contoh 1-7 :

    Sebuah balok statis tertentu di atas dua perletakan dengan beban seperti

    pada gambar, P1 = 2 t (), P2 = 6 t (), P3 = 2 t (), P4 = 3 t() ; q1 = 2

    t/m ; q2 = 1 t/m,dengan jarak seperti pada gambar. Gambarkan bidangmomen, gaya lintang, dan bidang normal. (Bidang M, N, dan D)

    45

    ° 

    R BH P3 = 2 ton 

    R BV R AV 

    P2 = 6 ton  q2 = 1 t/m 

    P4 = 3 ton P1H = 2 t 

    P1v = 2 t 

    P1 = t

    2 m  2 m 10 m 

    6 m 

    A  B D 

    q1 = 2 t/m 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    28/39

    28MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Jawab : 

    a) Mencari reaksi perletakan

    Dimisalkan arah reaksi vertikal di A ( RAV ) keatas () dan arah reaksi vertikal di B (RB )

     juga keatas ().

    Mencari RAV  dengan  MB = 0 (jumlah momen terhadap titik B = 0)

    RAV . 10 () – P1v . 12 () – q1 . 6 . 7 () – P2 . 4 () + 2 . q2 . 1 ()= 0

    RAV = = 13 ton ()

    Karena tanda RAV adalah (+) berarti arah reaksi sama dengan permisalan.

    Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas arah momen, yang searah diberi

    tanda sama, sedang yang berlawanan arah diberi tanda berlawanan.

    Mencari RBV  dengan  MA = 0 (jumlah momen terhadap titik A = 0)

    RBV . 10 () – q2 . 2 . 11 () – P2 . 6 () – q1 . 6 . 3 () + P1v . 2 () = 0

    RBV = = 9 ton ()

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    29/39

    29MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Karena tanda RBV adalah positif berarti arah reaksi RBV sama dengan permisalan yaitu

    () keatas.

    Untuk mengetahui apakah reaksi di A (RA) dan reaksi di B (RB) adalah benar, maka

    perlu memakai kontrol yaitu ∑V = 0 (jumlah gaya gaya vertikal sama dengan nol) 

    (P1 + q1 . 6 + P2 + q2 . 2) – (RA + RB) = 0

    (2 + 2 . 6 + 6 + 1 . 2)  – (13 + 9) = 0

    Karena perletakan A adalah rol maka tidak mempunyai reaksi perletakan horisontal

    RAH. Sedangkan perletakan B adalah sendi maka mempunyai reaksi perletakan

    horisontal RBH. Untuk mencari RBH dengan memakai syarat keseimbangan jumlah

    gaya gaya horisontal sama dengan nol ( ∑H = 0)

    ∑H = 0 RBH = P1H + P3 + P4 

    = 2 + 2 + 3 = 7 ton ()

    Beban vertikal  Reaksi vertikal 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    30/39

    30MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    b) Menghitung dan Menggambar Gaya Lintang (D)

    Dihitung secara bertahap.

    Dari C ke A lihat dari kiri (Gambar berikut)

    Gaya lintang dari C ke A bagian kiri adalah konstan

    DA-kr = P1 = - 2 ton.{ Gaya lintang (D) di kiri titik A, arah gaya lintang kebawah ()} 

    DA-kn  {gaya lintang (D) di kanan titik A} 

    DA-kn = - P1 + RA = (-2 + 13) ton = + 11 ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke atas).

    Dari A ke D

    Beban P1 = 2 ton dengan sudut 45° bisa diuraikan menjadi P1V = 2 t () dan P1H = 2 t (

    )

    P3 = 2 ton 

    P2 = 6 ton P1v = 2 t 

    R AV = 13 t 

    P1H = 2 t 

    6 m 

    A C 

    q1 = 2 t/m 

    2 m 

    Potongan struktur dari C ke D sebelah kiri potongan 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    31/39

    31MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Variabel x berjalan dari A ke D (sebelah kiri titik P2), sedang beban yang dihitung dimulai

    dari titik C.

    Dx = -P1V + RA  – q1 . x = -2 + 13 – q1 . x (Persamaan linier)

    Untuk x = 0 ; DA-kn = -2 + 13 = + 11 ton

    Untuk x = 6 m ; DD-kr = -2 + 13 – 2 . 6 = - 1ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke bawah)

    DD-kn : sedikit di kanan titik D, melampaui beban P2.

    DD-kn = -2 + 13 – 12 – 6 = - 7 ton (dikiri potongan arah gaya lintang ke bawah)

    Dari titik D sampai dengan B tidak ada beban, jadi Bidang D sama senilai DD-kn (konstan

    dari D sampai B).

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    32/39

    32MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Dari B ke E

    Gambar Potongan struktur dari E ke B

    Lebih mudah kalau dihitung dari kanan, dari E menuju B. (Gambar)

    Variabel x2 berjalan dari E ke B.

    DE = 0

    Dx2 = q2 . x2 = + x2 (persamaan liniear)DB-kn =Gaya lintang disebelah kanan perletakan B (x2 = 2 m) DB-kn = + 2 ton (kanan

    potongan arah ke kebawah)

    DB-kr  (kiri titik B) DB-kr = + 2 – 9 = - 7 ton (kanan potongan arah ke atas)

    x2 

    R BH 

    R BV = 9 t 

    q2 = 1 t/m 

    P4 = 3 ton 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    33/39

    33MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    c) Menghitung dan Menggambar Bidang Normal (N)

    Dari C ke D

    Lihat Gambar diatas. Dihitung dari kiri sampai titik D, P2 tidak termasuk. Dari C ke D

    nilai gaya normal konstan.

    ND-kr = - P1H = - 2 ton (gaya normal menekan batang)

    Dari D ke B

    Dihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batang dari D ke B

    mempunyai gaya normal konstan).ND-kn = (-2 – 2) ton = - 4 ton (gaya normal menekan batang)

    NB-kr = ND-kn = - 4 ton

    Dari B ke E (Gambar )

    Dihitung dari kanan. Dari E ke B nilai gaya normal konstan.

    NB-kn = + 3 ton (gaya normal menarik batang)

    Kalau dihitung dari kiri, di mana gaya normal dihitung dari titik C.

    Dari kiri DB-kn = (-4 + 7) t = + 3 ton (gaya normal menarik batang)

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    34/39

    34MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    d) Menghitung dan Menggambar Bidang Momen (M)

    Gambar Potongan struktur dari C ke A

    Dari C ke A (Gambar)

    Variabel x berjalan dari C ke A

    Mx = - P1v . x = - 2 x (linier)

    Untuk x = 0 Mc = 0

    x = 2 MA = - 2 . 2 = - 4 t-m.(momen P1v . x mengakibatkan serat atas tertarik sehingga tanda negatif )

    P1v = 2 t 

    P1H = 2 t C 

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    35/39

    35MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Dari A ke D

    Gaya-gaya yang dihitung mulai dari titik C

    Variabel x1 berjalan dari A ke D

    Mx1 = -P1V . (2 + x1) + RA . x1  – ½ . q1 . x1²Mx1 = -2 (2 + x1) + 13 x1  – ½ q1 x1

    2 (persamaan parabola)

    = - ½ q1 x12  () + 11 x1  () – 4 ()

    P1v = 2 t 

    R AV = 13 t 

    P1H = 2 t 

    6 m 

    A C 

    q1 = 2 t/m’ 

    X1 

    2 m 

    Gambar Potongan struktur dari C ke D

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    36/39

    36MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Mencari momen Maksimum

    Momen maksimum dicari dengan menurunkan persamaan Mx1 ke dx1.

     

    Letak Mmax = Letak di mana harga D = 0 ( lihat pada Gambar 3.27).

    x1 = 5.5 m Mmax = - ½ .2 (5.5)² + 11.5,5 – 4

    = 26.25 t-m.

    Mencari titik di mana M = 0

    Mx1 = - ½ .q1.x12 + 11 x1  – 4 = 0

    = x12  – 11 x1  + 4 = 0

    x1 = 0.3756 m (yang dipakai)

    x1’ = 10.62 m (tidak mungkin) Untuk x1 = 6 MD = -36 + 66 – 4 = + 26 t-m

    0

    1xd

    1MxD   m.5.51x0111x1q

    1xd

    1Mxd

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    37/39

    37MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    Dari E ke-B

    Dihitung dari kanan (titik E ke titik B), variabel x2 berjalan dari E ke B

    Mx2 = - ½ q2 x22 (Parabola)

    Untuk x2 = 0 ; ME = 0Untuk x2 = 2 MB = - ½ . 1 . 4 = -2 t-m

    x2 

    R BH 

    R BV = 9 t 

    q2 = 1 t/m’ 

    P4 = 3 ton B 

    Gambar Potongan struktur dari E ke B

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    38/39

    38MEKANIKA REKAYASA III MK-142004-Unnar-Dody Brahmantyo

    4t 

    q1 = 2 t/m  P2 = 6 ton 

    D A 

    q2 = 1 t/m 

    P4 = 3 t 

    P1V = 2 t P1H = 2 t 

    C  R BH = 7t 

    R BV = 9 t 

    P3 = 2 t 

    R AV = 13

    11 

    6 t 

    7 t 

    1 t 

    2 t 

    BIDANG D 

    2

    2

    3

    BIDANG N 

    5.5 m 

    + + 

    Gambar Bidang D dan Bidang N

  • 8/19/2019 MEKREK 3 1 Pendahuluan

    39/39

    39

    Gambar Bidang D dan Bidang M