Transcript
  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    1/30

    PELINDIAN TANAH SULFAT MASAM PADA BEBERAPA

    KONDISI POTENSIAL REDOKS MENGGUNAKAN

    SUMBER AIR PELINDI

    Abstrak

    Pelindian merupakan salah satu strategi pengelolaan air untuk mengurangi

    kelarutan ion-ion Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    pada tanah sulfat masam. Potensial redoks

    (Eh) pada tanah tergenang dapat menentukan proses-proses kimia yang terjadi di

    dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sumber air pelindi

    dan kondisi awal Eh tanah terhadap konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al pada air

    hasil lindian dan tanah yang dilindi. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

    Lengkap faktorial dengan tiga ulangan. Sebagai faktor pertama adalah tiga sumber

    air pelindi yaitu: air hujan, air payau, dan air gambut. Sedangkan faktor kedua adalah

    kondisi awal Eh tanah meliputi: -100 25, 0 25, 100 25, 200 25, 300 25, dan

    400 25 mV. Rata-rata konsentrasi Fe2+, Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    pada air hasil

    lindian selama delapan minggu menunjukkan bahwa pelindian menggunakan air

    payau dapat menyebabkan rata-rata konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, dan Al3+

    terbesar

    (348,86 ppm Fe2+

    ; 407,07 ppm Fe-total; dan 62,56 ppm Al3+

    ), sedang air gambut

    menyebabkan rata-rata konsentrasi SO42-

    terbesar (673,29 ppm SO42-

    ). Kondisi

    Eh 100 mV dapat menyebabkan rata-rata konsentrasi Fe2+

    terbesar (362,48 ppm

    Fe2+

    ), sedang kondisi Eh 400 mV menyebabkan rata-rata konsentrasi Fe-total,

    SO42-

    , dan Al3+

    terbesar (427,21 ppm Fe-total; 741,88 ppm SO42-

    ; dan 91,13 Al3+

    ).

    Kemudian konsentrasi ion-ion tersebut pada tanah yang telah dilindi selama

    delapan minggu menunjukkan bahwa pelindian menggunakan air payau dapat

    menyebabkan konsentrasi Fe2+

    dan Al3+

    tanah terkecil (362,71 ppm Fe2+

    dan

    1.116,00 ppm Al3+

    ), sedang air gambut menyebabkan konsentrasi Fe-total dan

    SO42-

    terkecil (3.099,60 ppm Fe-total dan 425,17 ppm SO42-

    ). Kondisi Eh 400

    mV dapat menyebabkan konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    dan Al3+

    tanah terkecil

    (350,11 ppm Fe2+

    ; 3.095,00 ppm Fe-total; 345,25 ppm SO42-

    ; dan 1061,10 ppm

    Al3+

    ).

    Kata kunci: Pelindian, potensial redoks, tanah sulfat masam

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    2/30

    33

    Pendahuluan

    Tanah sulfat masam memiliki lapisan bahan sulfidik dan/atau horizon

    sulfurik yang mengandung pirit dengan ketebalan dan kedalam bervariasi dari

    permukaan tanah. Jika lapisan bahan sulfidik atau horizon sulfurik dekat dengan

    permukaan tanah, maka pengelolaan tanah ini perlu lebih hati-hati. Kesalahan

    dalam pengelolaan tanah dapat mengakibatkan tingkat produktivitas tanah

    menurun. Perbaikan tingkat produktivitas tanah umumnya dilakukan dengan

    mempertahankan lapisan pirit dalam keadaan reduktif dan pelindian secara alami.

    Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa perbaikan tanah seperti ini memerlu-

    kan waktu puluhan tahun. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

    mempercepat perbaikan tanah ini adalah membiarkan pirit teroksidasi kemudian

    dilindi menggunakan sumber air insitu.

    Pembukaan lahan pasang surut tanah sulfat masam menggunakan eksapator,

    pengolahan tanah yang terlalu dalam, dan drainase berlebih merupakan penyebab

    utama turunnya tingkat produktivitas tanah. Menurut Suriadikarta (2006);

    Subagyo (2006) proses oksidasi dan reduksi pirit akan menyebabkan: (a)

    perubahan potensial redok (Eh) tanah dan kemasaman tanah serta air, (b)

    kelarutan aluminium (Al3+), sulfat (SO42-), hidrogen (H+) dan besi II (Fe2+)

    meningkat, (c) ketersediaan (fosfor) P menurun akibat terbentuknya aluminium-

    fosfat yang tidak larut, (d) kadar basa-basa tertukar menurun, (e) terjadi defisiensi

    hara, dan (f) pencemaran lingkungan pertanian di sekitarnya.

    Sumber air yang umum dijumpai di lingkungan lahan pasang surut adalah

    air laut, air payau, air tawar, dan air gambut. Air gambut mengandung senyawa

    organik yang berperan penting dalam pembentukan kelat. Gugus fenolat dan

    karboksilat dari asam-asam organik tersebut mempunyai affinitas sangat kuat bagi

    ion-ion Al dan Fe membentuk kelat. Sedangkan air payau mengandung kation-

    kation seperti Na+, K

    +, Ca

    2+, dan Mg

    2+yang dapat mendesak ion-ion Fe dan Al

    dari kompleks jerapan sehingga dapat menyebabkan kelarutan Fe2+

    dan Al3+

    pada

    air hasil lindian meningkat dan konsentrasinya dalam tanah menurun.

    Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menemukan kondisi awal Eh

    tanah sulfat masam dan sumber air pelindi yang dapat menurunkan konsentrasi

    Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    pada air hasil lindian serta tanah yang dilindi.

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    3/30

    34

    Metode

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,

    Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB dari

    Maret hingga Juli 2009.

    Percobaan ini merupakan percobaan laboratorium yang menggunakan

    Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan tiga ulangan. Sebagai faktor I adalah

    sumber air pelindi yang terdiri dari: (1) air hujan, (2) air payau, dan (3) air

    gambut, sedangkan faktor II adalah beberapa kondisi awal Eh tanah sulfat masam

    masing-masing: (1) -100 25, (2) 0 25, (3) 100 25, (4) 200 25, (5) 300

    25, dan (6) 400 25 mV.

    Perubahan pH dan Eh bahan sulfidik tanah selama proses oksidasi di

    laboratorium, diketahui melalui contoh tanah yang diambil mengikuti cara yang

    dilakukan (Konstens et al., 1990). Bahan sulfidik tanah sulfat masam diambil

    menggunakan pipa paralon berdiameter 10,8 cm (4 inchi) dengan kedua bagian

    ujungnya ditutup rapat. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada saat pasang

    besar sehingga lapisan bahan sulfidik dalam keadaan tergenang (tidak

    teroksidasi). Untuk memudahkan proses oksidasi pirit di laboratorium, tabung

    terlebih dahulu dibelah, diikat kuat, kemudian baru dimasukkan ke dalam lapisan

    bahan sulfidik tanah. Setelah di laboratorium tabung langsung dibuka tutupnya

    dan diputus ikatannya, sehingga terbelah menjadi dua bagian, kemudian

    dilakukan pengukuran pH dan Eh tanah.

    Contoh tanah diambil dari kedalaman 85-125 cm, yang merupakan bahan

    sulfidik dengan kadar pirit 3,8 % diangkat ke atas, sehingga mengalami oksidasi

    dan pada beberapa bagian permukaan tanahnya telah terbentuk goetit. Waktu

    yang diperlukan untuk proses tersebut adalah enam bulan dari September 2008

    hingga Maret 2009. Contoh tanah ditumbuk dan diayak dengan saringan

    berukuran 2 mm selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung berdiameter 3,99 cm

    (1,5 inchi) dengan panjang 25 cm seberat 220 g/tabung (berat tanah kering

    oven). Agar tanah di dalam tabung tidak keluar, pada ujung bagian bawah

    tabung diberi saringan yang tidak tembus liat, diperkuat dengan saringan kawat

    dan ditutup rapat dengan plastik agar dapat menahan air selama penggenangan.

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    4/30

    35

    Pelindian tanah menggunakan air hujan, air payau, dan air gambut dilakukan

    setelah tercapai kondisi Eh sesuai dengan perlakuan yang diinginkan.

    Tanah dengan kondisi Eh 400 mV diperoleh dari pengukuran contoh tanah

    yang telah ditumbuk dan diayak dengan saringan 2 mm pada keadaan kering

    udara. Sedangkan kondisi Eh 300 mV terjadi setelah tanah dijenuhi dengan air

    hujan, air payau, dan air gambut selama 12 jam. Berikutnya kondisi Eh 200 mV

    untuk tanah yang dijenuhi dengan air payau setelah penjenuhan selama 14 jam,

    sedang untuk tanah yang dijenuhi dengan air hujan dan air gambut kondisi Eh 200

    mV diperoleh setelah penjenuhan berlangsung 24 jam. Selanjutnya kondisi Eh

    100 mV terjadi setelah penggenangan tanah dengan air hujan, air payau, dan air

    gambut selama tujuh hari. Kemudian kondisi Eh 0 dan -100 mV diperoleh

    melalui pemompaan gas N2ke dalam tabung yang berisi tanah. Kondisi Eh 0 mV

    diperoleh setelah tanah dalam tabung dipompa dengan gas N2 pada tekanan 1,2

    atm selama 2 menit ditutup dan dibuka beberapa kali. Sedangkan kondisi Eh -

    100 mV dicapai setelah tanah dalam tabung dipompa dengan gas N2 pada tekanan

    1,5 atm selama 3 menit ditutup dan dibuka beberapa kali. Air payau diperoleh

    dengan cara mengencerkan air laut (58.000 S cm-1

    ) hingga mencapai nilai DHL

    (daya hantar listrik) yang sesuai dengan rata-rata tiga kali pengukuran DHL saat

    air pasang besar dan pasang kecil di KP Balandean (1.610,5 S cm-1

    ).

    Menurut kriteria LPT (1983), bahan sulfidik tanah menunjukkan tingkat

    kemasaman yang sangat masam (pH 3,21), ketersediaan hara N tergolong rendah

    (0,20% N), P-tersedia tergolong sangat rendah (1,26 ppm P2O5), K-dd tergolong

    sedang (0,26 me/100 g K), Ca-dd tergolong sangat rendah (0,46 me/100 g Ca)

    dan Mg-dd tergolong rendah (0,84 me/100 g Mg) (Tabel 2). Kondisi ini

    menunjukkan bahwa lapisan tanah tersebut sangat masam dengan tingkatkesuburan yang sangat rendah. Kemasaman tanah ini disebabkan oleh

    konsentrasi Fe-total (3.680 ppm), SO42-

    (13,338 ppm), dan Al (18,32 me/100 g)

    sangat tinggi.

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    5/30

    36

    Tabel 2. Hasil analisis contoh tanah pada kedalaman 85-125 cm dari KP

    Balandean, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan tahun 2009

    serta air hujan, air payau, dan air gambut yang digunakan sebagai

    sumber air pelindi

    Sifat Kimia Tanah dan Air Pelindi Nilai Keterangan

    Tanah

    pH H2O 3,21 Sangat Masam

    N-total (%) 0,20 Rendah

    P-tsd (ppm P2O5) 1,26 Sangat Rendah

    K-tsd (me/100 g) 0,26 Sedang

    Ca-dd (me/100 g) 0,46 Sangat Rendah

    Mg-dd (me/100 g) 0,84 Rendah

    Al-dd (me/100 g) 18,32 -

    SO4-(ppm) 13.338 -

    Fe-total (ppm) 3.680 -Kandungan pirit (%) 3,80 -

    Air Hujan

    Al (ppm) Tu -

    Fe+(ppm) 2,50 -

    Fe-total (ppm) 5,50 -

    SO4-(ppm)

    K+

    (ppm)

    Na+(ppm)

    Ca2+

    (ppm)

    Mg

    2+

    (ppm)

    5,39

    1,81

    1,35

    2,12

    4,72

    -

    -

    -

    -

    -Air Payau

    Al (ppm) 0,50 -

    Fe+(ppm) 3,75 -

    Fe-total (ppm) 5,70 -

    SO4-(ppm)

    K+

    (ppm)

    Na+(ppm)

    Ca2+

    (ppm)

    Mg2+

    (ppm)

    6,88

    3,80

    87,00

    4,20

    12,90

    -

    -

    -

    -

    -

    Air Gambut

    Al (ppm) 0,50 -Fe

    +(ppm) 3,75 -

    Fe-total (ppm) 5,60 -

    SO4-(ppm)

    K+

    (ppm)

    Na+(ppm)

    Ca2+

    (ppm)

    Mg2+

    (ppm)

    6,18

    3,20

    16,51

    3,15

    7,22

    -

    -

    -

    -

    -

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    6/30

    37

    Jumlah air hujan, air payau, dan air gambut yang digunakan untuk melindi

    tanah setara dengan curah hujan sebesar 25 mm/hari, yaitu 25 x 1.250 mm2(luas

    tabung dengan diameter 3,99 cm) = 31.250 mm3atau 31,3 ml/tabung setiap 24

    jam. Agar mendekati kondisi lapang, maka pelindian dilakukan dua kali dalam

    24 jam yaitu 16 ml/tabung setiap 12 jam, sesuai dengan interval pasang surut air.

    Air hasil lindian ditampung dalam tabung berkapasitas 500 ml untuk dianalisis

    konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    . Agar tidak terjadi perubahan Fe2+

    menjadi Fe3+

    akibat kenaikan pH, maka air hasil lindian diberi HCl 1 N sebenyak

    3 sampai 7 tetes sehingga nilai pH dipertahankan 2,5.

    Parameter yang diukur meliputi: (1) Sifat-sifat tanah awal terdiri dari:

    pHH2O, Al-dd, Fe-total, SO42-, N-total, P-tds, K-dd, Ca-dd, dan Mg-dd; (2)

    konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al-dd tanah setelah dilindi selama delapan

    minggu; (3) konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    pada air hasil lindian

    (setiap minggu); (4) konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    pada air pelindi;

    dan (5) perubahan pH dan Eh selama sebelas minggu.

    Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi Fe2+

    , Fe-total,

    SO42-

    , dan Al pada air hasil lindian serta tanah yang dilindi dilakukan analisis

    ragam. Jika hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan yang signifikan, maka

    dilakukan uji lanjutan dengan Uji Jarak Ganda Duncan. Selanjutnya untuk

    melihat hubungan antara konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    pada air hasil

    lindian dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh

    dilakukan analisis regresi.

    Hasil dan Pembahasan

    Perubahan Pirit Menjadi Goetit

    Hasil pengukuran pH dan Eh tanah setiap minggu selama sebelas minggu

    diperlihatkan pada Gambar 10. Penurunan pH tanah sangat cepat (curam) pada

    pengukuran tiga minggu pertama dan berkurang (melandai) pada minggu

    selanjutnya. Patrick dan Reddy (1978); Gotoh dan Patrick (1974); Moraghan

    dan Patrick (1974) menyatakan bahwa perubahan kelarutan Mn dan Fe akan

    berpengaruh terhadap perubahan pH tanah yang dapat diprediksi dari persamaan

    oksidasi Mn dan Fe. Pada Eh + 220 hingga + 280 mV terjadi oksidasi Mn2+

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    7/30

    38

    menjadi Mn4+

    , dan pada Eh + 150 hingga +180 mV terjadi oksidasi Fe2+

    menjadi

    Fe3+

    , kedua proses ini menghasilkan ion H+dan berlangsung dalam waktu cepat.

    Alloway dan Ayres (1997) menyatakan bahwa masuknya oksigen ke dalam tanah

    menyebabkan terjadinya reaksi pirit dengan O2 dan H2O membentuk ion Fe2+,

    H+,dan SO4

    2-. Adanya ion H

    +dan SO4

    2-menyebabkan tanah menjadi masam,

    jika pH tanah lebih rendah dari 4, maka Fe3+

    larut dan mengoksidasi pirit dengan

    kecepatan lebih tinggi.

    Nilai Eh tanah meningkat cepat pada tiga minggu pengukuran kemudian

    melandai setelah pengukuran minggu ketiga. Keadaan ini disebabkan oleh

    peningkatan kandungan dan laju difusi oksigen di dalam bahan sulfidik yang

    disebabkan oleh pergantian isi pori tanah dari semula air berubah menjadi udara.

    Difusi oksigen mula-mula terjadi pada pori makro yang berlangsung cepat,

    kemudian kecepatannya menurun setelah difusi oksigen mengarah ke pori mikro.

    Peningkatan kadar dan laju difusi oksigen di dalam bahan sulfidik tanah oleh

    pergantian isi pori mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai Eh tanah.

    Peningkatan nilai Eh tanah menyebabkan terjadinya perubahan kondisi bahan

    sulfidik tanah yang semula reduktif menjadi oksidatif.

    Gambar 10. Hubungan antara pH dengan Eh (x 100 mV) bahan sulfidik tanah

    sulfat masam yang dioksidasi pada kondisi laboratorium selama

    sebelas minggu

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    8/30

    39

    Bahan sulfidik tanah yang dianalisi menggunakan difraksi sinar-X diambil

    dari lokasi yang sama, tetapi waktu pengambilan berbeda (tidak sequensial).

    Hasil analisis mineral pada bahan sulfidik tanah sulfat masam sebelum dioksidasi

    menunjukkan bahwa bahan sulfidik mengandung mineral kuarsa, kaolinit, dan

    pirit (Gambar 11). Menurut Van Ranst (1995) bahwa puncak 4,24 Aomerupakan

    mineral kuarsa, puncak 3,56 Aomineral kaolinit, puncak 3,33 A

    omineral kuarsa,

    dan puncak 2,70 Aomineral pirit. Mulyanto et al.(1999) menyatakan bahwa hasil

    analisis mineral liat dari semua contoh tanah sulfat masam yang diperlakukan

    dengan penjenuhan K+, Mg

    2+, dan Mg

    2+ ditambah glycol menunjukkan bahwa

    tanah sulfat masam mengandung mineral kaolinit, mika, mineral liat campuran

    mika-smektit, mika-vermikulit, smektit-kaolinit dan smektit. Dent (1986)

    menyatakan bahwa selain mineral-mineral di atas, dijumpai juga mineral kuarsa

    dan pirit yang terbentuk sehubungan dengan lingkungan air payau.

    Gambar 11. Hasil analisis difraksi sinar-X terhadap bahan sulfidik tanah sulfat

    masam yang diambil pada kedalaman 85-125 cm di KP Balandean,

    Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan

    Hasil analisis mineral pada bahan sulfidik tanah yang telah dioksidasi

    selama sebelas minggu di laboratorium menunjukkan bahwa bahan sulfidik

    mengandung goetit dan sulfur (Gambar 12). Berry (1974) menyatakan bahwa

    puncak 4,18 Ao

    merupakan mineral goetit, puncak 3,29 Ao

    mineral sulfur, dan

    4,24 A

    Kuarsa 3,56 A

    Kaolinit

    3,33 A

    Kuarsa

    2,70 APirit

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    9/30

    40

    puncak 2,43 Ao mineral goetit . Hasil ini menunjukkan bahwa oksidasi bahan

    sulfidik tanah sulfat masam pada kondisi laboratorium akan membentuk mineral

    goetit dan sulfur. Prasetyo (1990) menyatakan bahwa bahan sulfidik yang terus

    menerus dioksidasi, pirit akan berubah menjadi goetit tidak menjadi jarosit. Hal

    ini disebabkan oleh proses pembentukan jarosit memerlukan kondisi basah

    (reduksi) dan kering (oksidasi). Menurut Dent (1986), jarosit terbentuk pada

    kondisi oksidasi kuat (Eh > + 400 mV) yang menyebabkan tanah sangat masam

    (pH < 3,7. Selain itu dalam proses pembentukan jarosit diperlukan ketersediaan

    K tanah yang tinggi, sedang bahan sulfidik tanah sulfat masam mengandung K

    tersedia sangat rendah (0,090 me/100 g).

    Gambar 12. Hasil analisis difraksi sinar-X terhadap bahan sulfidik tanah sulfat

    masam yang telah dioksidasi pada kondisi laboratorium selama

    sebelas minggu

    Konsentrasi Fe2+

    pada Air Hasil Lindian

    Sumber air pelindi hanya berpengaruh nyata terhadap konsentrasi Fe2+

    pada

    air hasil lindian minggu III dan IV (Tabel 3). Konsentrasi Fe2+

    pada air gambut

    (404,99 ppm) tidak berbeda nyata dengan air payau (386,54 ppm), tetapi nyata

    lebih besar dari air hujan (378,54 ppm). Hal ini disebabkan oleh kandungan

    kation-kation Ca2+

    (4,2 ppm ), Mg2+

    (12,9 ppm ), Na+ (87 ppm), dan K

    + (3,8

    ppm) pada air payau dan air gambut Ca2+ (3,50 ppm ), Mg2+ (7,22 ppm ), Na+

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    10/30

    41

    (16,51 ppm), dan K+(3,20 ppm) lebih besar dibandingkan dengan air hujan Ca

    2+

    (2,12 ppm ), Mg2+

    (4,72 ppm), Na+ (1,35 ppm), dan K

    + (1,81 ppm). Akibatnya

    kemampuan pertukaran kation antara kation-kation tersebut dengan ion Fe2+

    yang

    terjerap pada permukaan koloid tanah yang dilindi menggunakan air payau dan air

    gambut lebih besar dibandingkan dengan air hujan. Rata-rata konsentrasi Fe2+

    pada air hasil lindian untuk tanah yang dilindi menggunakan air payau (348,86

    ppm) dan air hujan (348,52 ppm) lebih besar dibandingkan dengan air gambut

    (345,83 ppm).

    Rata-rata konsentrasi Fe2+

    pada air hasil lindian turun dari kondisi Eh -100

    mV (354,21 ppm) hingga 400 mV (330,99 ppm) dan dari minggu I (413,43 ppm)

    hingga minggu V (318,78 ppm), kemudian naik minggu VI (349,43 ppm) dan

    turun lagi hingga minggu VIII (253,79 ppm). Perubahan ini disebabkan oleh

    adanya bentuk keseimbangan antara Fe2+

    (sukar larut) Fe2+

    (mudah larut)

    Fe2+

    (larut) dalam tanah. Mula-mula yang terlindi Fe2+

    larut, kemudian Fe2+

    mudah larut, selanjutnya baru Fe2+

    sukar larut. Oleh karena itu, konsentrasi Fe2+

    pada air hasil lindian di minggu I pelindian lebih besar, kemudian turun. Pada

    minggu VI terjadi pergeseran keseimbangan reaksi ke kanan, sehingga konsentrasi

    Fe2+

    pada air hasil lindian meningkat.

    Konsentrasi Fe2+

    pada kondisi Eh 400 mV

    minggu I (376,76 ppm) dan II (396,33 ppm) pelindian nyata lebih rendah

    dibandingkan dengan kondisi Eh 200 mV (407,78 dan 419,40 ppm), 100 mV

    (438,72 dan 426,38 ppm), 0 mV (430,61 dan 433,24 ppm), dan -100 mV (432,37

    dan 431,63 ppm). Sedangkan pada minggu III pelindian konsentrasi Fe2+

    pada air

    hasil lindian untuk kondisi Eh 200 (378,10 ppm), 300 (380,32ppm), dan 400

    mV(381,63 ppm) tidak berbeda nyata. Selanjutnya memasuki minggu IV

    pelindian konsentrasi Fe

    2+

    pada air hasil lindian untuk kondisi Eh 100 mV(394,87 ppm) nyata lebih besar dibandingkan dengan kondisi Eh 200 mV (378,10

    ppm). Pada minggu-minggu selanjutnya, kondisi Eh sudah tidak berpengaruh

    nyata lagi terhadap konsentrasi Fe2+

    pada air hasil lindian. Hal ini menunjukkan

    bahwa pelindian tanah pada kondisi Eh 100 mV menyebabkan rata-rata

    konsentrasi Fe2+

    pada air hasil lindian terbesar (362,48 ppm). Ritsema et al.

    (1992) menyatakan bahwa tanah sulfat masam semakin dioksidasi, maka

    konsentrasi Fe2+

    semakin menurun, karena terjadi perubahan Fe2+

    menjadi Fe3+

    .

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    11/30

    42

    Tabel 3. Pengaruh sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah sulfat masam

    terhadap konsentrasi Fe2+pada air hasil lindian setiap minggu selama

    delapan minggu pelindian

    Konsentrasi Fe+(ppm) Minggu I

    Perlakuan (Eh1) (Eh2) (Eh3) (Eh4) (Eh5) (Eh6) Rataan S(S1) 432,61 430,71 442,68 414,39 395,95 383,26 416,60 a

    (S2) 434,16 434,96 430,95 403,64 390,80 372,57 411,18 a

    (S3) 430,33 426,16 442,52 405,32 396,21 374,45 412,50 a

    Rataan Eh 432,37 c 430,61 c 438,72 c 407,78 b 394,32 ab 376,76 a

    Konsentrasi Fe+(ppm) Minggu II

    (S1) 435,78 439,27 435,92 424,86 402,76 396,09 421,45 a

    (S2) 431,43 430,47 432,07 426,11 403,14 397,47 420,12 a

    (S3) 427,67 429,99 411,15 407,22 400,90 395,43 412,06 a

    Rataan Eh 431,63 c 433,24 c 426,38 c 419,40 bc 402,27 ab 396,33 a

    Konsentrasi Fe+(ppm) Minggu III

    (S1) 382,73 384,07 387,67 373,70 367,90 375,17 378,54 a

    (S2) 400,50 397,50 403,43 370,40 371,50 375,90 386,54 ab

    (S3) 411,70 416,17 416,47 390,20 401,57 393,83 404,99 b

    Rataan Eh 398,31 b 399,25 b 402,52 b 378,10 a 380,32 a 381,63 a

    Konsentrasi Fe+(ppm) Minggu IV

    (S1) 380,57 387,60 391,00 373,70 367,90 371,83 378,77 a

    (S2) 395,40 386,20 390,47 370,40 371,50 375,90 381,65 ab

    (S3) 392,87 394,63 403,13 390,20 402,23 393,83 396,15 bRataan Eh 389,61 ab 389,48 ab 394,87 b 378,10 a 380,54 ab 380,52 ab

    Konsentrasi Fe+(ppm) Minggu V

    (S1) 308,26 306,89 314,17 400,29 289,51 343,50 327,10 a

    (S2) 306,07 311,56 371,64 325,09 335,77 350,37 333,42 a

    (S3) 282,94 293,67 320,14 259,84 322,43 295,87 295,82 a

    Rataan Eh 299,09 a 304,04 a 335,32 a 328,42 a 315,90 a 329,91 a

    Konsentrasi Fe+(ppm) Minggu VI

    (S1) 340,26 342,68 349,30 395,10 366,71 328,23 353,71 a

    (S2) 338,89 338,11 377,39 349,00 345,99 353,84 350,54 a

    (S3) 379,78 359,13 356,17 308,08 340,45 320,60 344,04 a

    Rataan Eh 352,98 a 346,64 a 360,95 a 350,73 a 351,05 a 334,22 aKonsentrasi Fe+(ppm) Minggu VII

    (S1) 269,59 253,20 252,66 293,68 259,68 226,77 259,26 a

    (S2) 265,09 267,77 266,10 231,29 264,98 219,28 252,42 a

    (S3) 256,93 272,89 284,92 209,31 242,28 218,16 247,42 a

    Rataan Eh 263,87 a 264,62 a 267,89 a 244,76 a 255,65 a 221,40 a

    Konsentrasi Fe+(ppm) Minggu VIII

    (S1) 251,69 243,76 254,78 295,71 247,47 222,74 252,69 a

    (S2) 269,93 262,61 253,58 226,71 269,56 247,73 255,02 a

    (S3) 275,84 274,27 311,23 211,44 238,01 211,13 253,65 a

    Rataan Eh 265,82 a 260,21 a 273,20 a 244,62 a 251,68 a 227,20 aKeterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata

    menurut UJGD pada taraf = 0,05. S1= air hujan, S2= air payau, S3= air

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    12/30

    43

    gambut, Eh1= -100, Eh2= 0, Eh3= 100, Eh4= 200, Eh5= 300, dan Eh6= 400

    mV.

    Persamaan regresi hubungan antara konsentrasi Fe2+

    pada air hasil lindian

    dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah

    disajikan pada Tabel 4. Hubungan antara konsentrasi Fe2+

    pada air hasil lindian

    dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah

    diperlihatkan pada Gambar 13. Tabel 4 menunjukkan bahwa konsentrasi Fe2+

    pada air hasil lindian menurun sejalan dengan bertambahnya waktu pengukuran

    yang ditandai oleh bobot nilai dari X negatif. Penurunan konsentrasi Fe2+

    pada air

    hasil lindian yang paling curam untuk air hujan dan payau terjadi pada kondisi Eh

    100 mV, ditandai oleh nilai koefisien regresi terbesar masing-masing (507,2) dan

    (505,8) dan bobot nilai dari X masing-masing (-0,08) dan (-0,07). Sedangkan

    untuk air gambut terjadi pada kondisi Eh 200 mV dengan koefisien regresi (504,7)

    dan bobot nilai dari X (-0,10). Hasil ini menunjukkan bahwa pelindian

    menggunakan air hujan dan payau pada kondisi Eh 100 mV dan air gambut pada

    kondisi Eh 200 mV akan menyebabkan penurunan konsentrasi Fe2+

    pada air hasil

    lindian lebih cepat. Menurut Dent (1986); Jaynes et al. (1984) proses reduksi

    pada tanah sulfat masam akan menghasilkan Fe2+(aq). Sedangkan Moses dan

    Hermann (1991) menyatakan bahwa oksidasi pirit terjadi pada pH tanah < 4 dan

    dapat menyebabkan perubahan besi II menjadi besi III, akibatnya konsentrasi besi

    II tanah turun dan besi III meningkat.

    Tabel 4. Persamaan regresi hubungan antara konsentrasi Fe2+

    pada air hasil

    lindian dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan

    kondisi Eh tanah sulfat masam

    Eh(mV) Sumber Air PelindiHujan Payau Gambut

    -100y = 492,9 e

    -0,08 X

    R = 0,897

    y = 496,3 e-0,07 X

    R = 0,899

    y = 488,6 e-0,07 X

    R = 0,697

    0y = 504,5 e

    -0,08 X

    R = 0,880

    y = 495,1 e-0,07 X

    R = 0,913

    y = 488,4 e-0,07 X

    R = 0,795

    100y = 507,2 e-0,08 X

    R = 0,878

    y = 505,8 e-0,07 X

    R = 0,802

    y = 475,8 e-0,05 X

    R = 0,812

    200y = 455,4 e-0,04 X

    R = 0,643

    y = 490,4 e-0,08 X

    R = 0,808

    y = 504,7 e-0,10 X

    R = 0,825

    300y = 451,2 e

    -0,06 X

    R = 0,739

    y = 445,3 e-0,06 X

    R = 0,828

    y = 483,7 e-0,08 X

    R = 0,786

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    13/30

    44

    400y = 472,7 e-0,08 X

    R = 0,781

    y = 457,2 e-0,07 X

    R = 0,645

    y = 482,7 e-0,09 X

    R = 0,770

    Gambar 13. Hubungan antara konsentrasi Fe2+

    pada air hasil lindian dengan

    waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh

    tanah sulfat masam (, ------ = air hujan; , = air payau; dan ,

    = air gambut)

    Konsentrasi Fe-total pada Air Hasil Lindian

    Sifat kimia tanah tergenang lebih didominasi oleh Fe dibandingkan dengan

    unsur-unsur redoks lainnya (H2O, N2, Mn2+

    , S2-

    , CH4, dan H2). Penyebab yang

    umum dari dominasi ini adalah banyak Fe yang dapat direduksi, biasanya sepuluh

    kali lebih banyak dibandingkan dengan unsur redoks lainnya (Patrick dan Reddy,

    1978). Meskipun senyawa Fe dalam tanah sulit dikurangi dan seringkali berada

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    14/30

    45

    dalam bentuk ferri selama ada O2, NO3-, dan NO2

    - (Van Breemen dan Buurman,

    1998).

    Tabel 5 memperlihatkan rata-rata konsentrasi Fe-total pada air hasil

    lindian turun dari minggu I (503,43 ppm) hingga minggu V (374,54 ppm),

    kemudian naik pada minggu VI (399,84 ppm) dan turun kembali hingga minggu

    VIII 310,26 ppm). Keadaan ini disebabkan oleh keseimbangan antara Fe (sukar

    larut) Fe (mudah larut) Fe (larut) pada tanah. Oleh karena itu pada awal

    pelindian, Fe yang terlindi adalah Felarut, kemudian Fe mudah larut, selanjutnya

    baru Fe sukar larut. Rata-rata konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian

    meningkat dari kondisi Eh -100 mV (372,64 ppm) hingga Eh 400 mV (554,44

    ppm). Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin tanah dioksidasi, maka

    konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian semakin besar. Olomu et al. (1973)

    menyatakan hubungan antara pH, Eh, dan Fe-total, peningkatan Eh tanah akan

    meningkatkan Fe-total dan menyebabkan penurunan pH. Moses dan Hermann

    (1991); Wakao et al. (1984) mengemukakan bahwa oksidasi pirit akan

    menghasilkan ion-ion Fe3+

    , SO42-

    dan H+. Oleh karena itu, konsentrasi Fe-total

    pada air hasil lindian meningkat sejalan dengan meningkatnya kondisi Eh tanah.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada minggu I konsentrasi Fe-total pada air

    hasil lindian terbesar (573,00 ppm) terjadi pada kondisi Eh 400 mV dan dilindi

    menggunakan air payau. Kemudian pada minggu II pelindian menggunakan air

    hujan (517,11 ppm) tidak berbeda nyata dengan air payau (494,28 ppm), namun

    nyata lebih besar dari air gambut ( 481,00 ppm). Keadaan ini disebabkan oleh

    terjadinya pertukaran kation antara kation-kation Ca2+

    (4,2 ppm ), Mg2+

    (12,9

    ppm ), Na+(87 ppm), dan K

    +(3,8 ppm) pada air payau dengan ion Fe-total yang

    terjerap pada permukaan koloid, sehingga konsentrasi Fe-total pada air hasillindian lebih besar. Konsentrasi Fe-total selalu lebih kecil pada tanah yang dilindi

    menggunakan air gambut. Keadaan ini disebabkan oleh terbentuknya kelat antara

    asam-asam organik yang larut dalam air gambut dengan kation Fe, akibatnya

    konsentrasi Fe pada air gambut menjadi lebih kecil.

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    15/30

    46

    Tabel 5. Pengaruh sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah sulfat masam

    terhadap konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian setiap mingguselama delapan minggu pelindian

    Konsentrasi Fe-total (ppm) Minggu I

    Perlakuan (Eh1) (Eh2) (Eh3) (Eh4) (Eh5) (Eh6)

    (S1)469,33 b

    (a)

    478,67 a

    (a)

    503,00 b

    (b)

    510,67 b

    (b)

    526,00ab

    (c)

    560,00 b

    (d)

    (S2)466,33 ab

    (a)

    476,67 a

    (a)

    498,67 b

    (b)

    505,67 ab

    (b)

    535,00 b

    (c)

    573,00 c

    (d)

    (S3)457,67 a

    (a)

    469,33 a

    (b)

    484,33 a

    (c)

    496,67 a

    (d)

    520,33 a

    (e)

    530,33 a

    (e)

    Konsentrasi Fe-total (ppm) Minggu II Rataan S(S1) 452,67 459,00 480,67 531,33 581,67 597,33 517,11 b

    (S2) 443,33 452,67 472,33 495,67 533,33 568,33 494,28 ab

    (S3) 441,67 455,00 462,33 471,67 493,00 562,33 481,00 a

    Rataan Eh 445,89 a 455,56 ab 471,78 ab 499,56 bc 536,00 cd 575,99 d

    Konsentrasi Fe-total (ppm) Minggu III(S1) 426,00 425,67 436,00 430,00 425,33 434,00 429,50 a

    (S2) 423,67 428,33 426,67 419,33 428,67 430,00 426,11 a

    (S3) 415,67 423,33 429,33 429,00 434,00 448,67 430,00 a

    Rataan Eh 421,78 a 425,78 a 430,67 a 426,11 a 429,33 a 437,56 a

    Konsentrasi Fe-total (ppm) Minggu IV(S1) 397,33 404,67 405,00 398,33 405,67 417,67 404,78 a

    (S2) 402,67 406,67 403,00 408,67 398,67 408,00 404,67 a(S3) 403,00 406,67 413,67 423,67 430,67 430,33 418,00 a

    Rataan Eh 401,00 a 406,11 a 407,22 a 410,22 a 411,67 a 418,67 a

    Konsentrasi Fe-total (ppm) Minggu V(S1) 322,33 326,33 373,33 455,33 348,33 399,00 370,78 a

    (S2) 321,67 348,00 435,67 386,33 438,00 445,67 395,89 a

    (S3) 301,33 306,67 395,67 334,67 389,00 414,33 356,95 a

    Rataan Eh 315,11 a 327,00 a 401,56 a 392,11 a 391,78 a 419,67 a

    Konsentrasi Fe-total (ppm) Minggu VI(S1) 351,67 368,33 417,67 449,67 429,33 393,33 401,67 a

    (S2) 356,67 364,00 446,33 421,00 420,00 420,67 404,78 a

    (S3) 389,33 372,33 416,00 390,33 392,67 397,67 393,06 aEh 365,89 a 368,22 a 426,67 a 420,33 a 414,00 a 403,89 a

    Konsentrasi Fe-total (ppm) Minggu VII(S1) 277,67 270,00 304,00 341,67 351,67 304,67 308,28 a

    (S2) 285,00 297,00 335,67 300,00 339,67 286,00 307,22 a

    (S3) 268,00 287,00 307,33 281,00 317,00 295,00 292,56 a

    Eh 276,89 a 284,67 a 315,67 a 307,56 a 336,11 a 295,22 a

    Konsentrasi Fe-total (ppm) Minggu VIII(S1) 274,33 271,33 314,67 348,33 347,00 327,67 313,89 a

    (S2) 305,33 280,67 341,33 317,33 332,00 309,67 314,39 a

    (S3) 290,67 289,00 364,33 280,33 291,33 299,33 302,50 a

    Eh 290,11 a 280,33 a 340,11 a 315,33 a 323,44 a 312,22 a

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    16/30

    47

    Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata

    menurut UJGD pada taraf = 0,05. Huruf dalam tanda ( ) dibaca arah

    horizontal dan huruf tanpa tanda ( ) dibaca arah vertikal. S1 = air hujan,

    S2= air payau, S3= air gambut, Eh1= -100, Eh2= 0, Eh3= 100, Eh4= 200,

    Eh5= 300, dan Eh6= 400 mV.

    Tebel 6 memperlihatkan bahwa konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian

    menurun sejalan dengan bertambahnya waktu pengukuran, ditandai oleh bobot

    nilai dari X negatif. Hubungan antara konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian

    dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah

    diperlihatkan pada Gambar 14. Pelindian menggunakan air payau pada kondisi

    Eh 400 mV menyebabkan penurunan konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian

    lebih curam, ditandai oleh nilai koefisien regresi (633,4) terbesar. Hasil ini

    menunjukkan bahwa pelindian tanah menggunakan air payau pada kondisi Eh 400mV lebih cepat menurunkan konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian.

    Tabel 6. Persamaan regresi hubungan antara konsentrasi Fe-total pada air hasil

    lindian dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan

    kondisi Eh tanah sulfat masam

    Eh

    (mV)

    Sumber Air Pelindi

    Hujan Payau Gambut

    -100y = 529,7 e

    - ,

    R = 0,926

    y = 508,1 e- ,

    R = 0,876

    y = 506,6 e- ,

    R = 0,7470

    y = 542,7 e- ,

    R = 0,896

    y = 53,0e- ,

    R = 0,947

    y = 519,7e- ,

    R = 0,839

    100y = 543,3 e

    - ,

    R = 0,853

    y = 518,8 e- ,

    R = 0,714

    y = 507,2 e- ,

    R = 0,730

    200y = 548,5 e

    - ,

    R = 0,695

    y = 547,2 e- ,

    R = 0,826

    y = 556,7 e- ,

    R = 0,871

    300y = 565,1 e

    - ,

    R = 0,701

    y = 568,9 e- ,

    R = 0,834

    y = 574,0 e- ,

    R = 0,943

    400y = 624,8 e

    - ,

    R = 0,872

    y = 633,4 e- ,

    R = 0,818

    y = 620,7 e- ,

    R = 0,900

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    17/30

    48

    Gambar 14. Hubungan antara konsentrasi Fe-total pada air hasil lindian dengan

    waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh

    tanah sulfat masam (, ------ = air hujan; , = air payau; dan ,

    = air gambut)

    Konsentrasi SO42-

    pada Air Hasil Lindian

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap

    konsentrasi SO42-

    pada air hasil lindian dari minggu I hingga minggu VIII (Tabel

    7). Rata-rata konsentrasi SO42-

    pada air hasil lindian meningkat dari kondisi Eh -

    100 mV (549,07 ppm) hingga kondisi Eh 400 mV (741,95 ppm). Jaynes et al.

    (1984) menyatakan bahwa sulfida stabil pada kondisi tergenang (anaerobik) tetapi

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    18/30

    49

    Tabel 7. Pengaruh sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah sulfat masam

    terhadap konsentrasi SO42-

    pada air hasil lindian setiap minggu selama

    delapan minggu pelindian

    Konsentrasi SO4-

    (ppm) Minggu IPerlakuan (Eh1) (Eh2) (Eh3) (Eh4) (Eh5) (Eh6)

    (S1)650,73a

    (a)

    700,21 a

    (ab)

    743,52 a

    (b)

    785,54 a

    (b)

    811,58 a

    (b)

    946,12 a

    (c)

    (S2)649,76 a

    (a)

    672,44 a

    (a)

    746,48 a

    (b)

    781,20 a

    (bc)

    831,83 a

    (c)

    918,63 a

    (d)

    (S3)646,72 a

    (a)

    672,24 a

    (a)

    760,95 a

    (b)

    898,38 b

    (c)

    943,23 b

    (cd)

    1.019,90 b

    (d)

    Konsentrasi SO4-(ppm) Minggu II Rataan S

    (S1) 739,1 750,4 864,0 955,1 1.023,1 1.059,3 898,5 a

    (S2) 738,3 776,0 885,7 1.007,2 1.086,8 1.095,5 931,6 ab

    (S3) 841,3 947,0 1.030,4 1.111,4 1.220,0 1.289,4 1.073,2 b

    Rataan Eh 772,9 a 824,5 a 926,7 ab 1.024,6 bc 1.110,0 bc 1.148,1 c

    Konsentrasi SO4-(ppm) Minggu III

    (S1) 549,32 565,85 586,90 604,33 635,16 754,20 615,96 a

    (S2) 530,97 536,71 604,18 622,48 661,91 797,12 625,56 ab

    (S3) 576,59 587,24 630,92 712,18 799,93 829,51 689,40 b

    Rataan Eh 552,29 a 563,27 a 607,33 ab 646,33 bc 699,00 c 793,61 d

    Konsentrasi SO4-(ppm) Minggu IV

    (S1) 499,28 507,72 516,86 528,13 526,68 571,88 525,09 a

    (S2) 479,73 505,26 525,31 553,48 567,56 623,88 542,54 ab

    (S3) 519,87 546,67 570,58 659,10 656,28 692,05 607,43 b

    Rataan Eh 499,63 a 519,88 ab 537,58 ab 580,24 bc 583,51 bc 629,27 c

    Konsentrasi SO4-

    (ppm) Minggu V(S1) 704,17 693,97 728,98 724,41 723,28 742,15 719,49 b

    (S2) 568,82 623,18 649,64 697,43 665,06 636,30 640,07 a

    (S3) 548,40 603,18 615,10 651,89 630,54 642,52 615,27 a

    Rataan Eh 607,13 a 640,11 ab 664,57 ab 691,24 b 672,96 ab 673,66 ab

    Konsentrasi SO4-(ppm) Minggu VI

    (S1) 414,73 434,21 593,53 580,72 683,20 627,69 555,68 a

    (S2) 509,18 530,15 670,39 649,04 619,15 563,64 590,26 a

    (S3) 505,28 514,89 755,78 533,75 465,43 670,39 574,25 a

    Rataan Eh 476,40 a 493,08 a 673,23 a 587,84 a 589,26 a 620,57 a

    Konsentrasi SO4-(ppm) Minggu VII

    (S1) 433,40 458,43 543,71 568,07 600,65 586,00 531,71 a(S2) 472,25 483,96 593,93 628,11 583,57 577,41 556,54 a

    (S3) 482,23 480,11 569,56 559,37 604,09 642,51 539,65 a

    Rataan Eh 462,63 a 474,17 ab 569,07 bc 585,18 c 595,10 c 601,97 c

    Konsentrasi SO4-(ppm) Minggu VIII

    (S1) 356,52 367,19 424,31 433,75 467,92 467,91 419,60 a

    (S2) 375,89 381,50 441,33 480,12 482,14 504,46 444,24 ab

    (S3) 385,06 393,23 452,25 487,01 514,65 548,21 463,40 b

    Rataan Eh 372,49 a 380,64 a 439,30 ab 466,96 b 488,24 b 506,86 bKeterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata

    menurut UJGD pada taraf = 0,05. Huruf dalam tanda ( ) dibaca arah

    horizontal dan huruf tanpa tanda ( ) dibaca arah vertikal. S1= air hujan, S2=

    air payau, S3= air gambut, Eh1= -100, Eh2= 0, Eh3= 100, Eh4= 200, Eh5=300, dan Eh6= 400 mV.

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    19/30

    50

    bila oksigen masuk ke dalam sistem tersebut, maka sulfida akan teroksidasi

    menjadi asam sulfat. Sedangkan Schwab dan Lindsay (1983) memperlihatkan

    hubungan antara Eh dengan SO42-

    , penurunan nilai Eh tanah dari 450 mV menjadi

    -200 mV akan menyebabkan penurunan konsentrasi SO42- dari 144 menjadi 6

    ppm. Kemudian Ritsema (1992) menyatakan bahwa tanah sulfat masam semakin

    dioksidasi, kelarutan SO42-

    dalam larutan tanah akan meningkat semakin cepat.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelindian tanah sulfat masam

    menggunakan air gambut pada minggu I, II, III, IV, dan VIII dapat menyebabkan

    konsentrasi SO42-

    pada air hasil lindian tidak berbeda nyata dengan air payau,

    namun berbeda nyata dengan air hujan (Tabel 7). Keadaan ini disebabkan oleh

    terjadi pertukaran anion antara anion SO42- yang terikat pada ion logam yang

    terjerap di permukaan koloid tanah dengan asam-asam organik pada air gambut.

    Akibatnya konsentrasi SO42-

    pada air hasil lindian untuk tanah yang dilindi

    menggunakan air gambut menjadi lebih besar. Selain itu anion SO42-

    dan

    kompleks koloid tanah sama-sama bermuatan negatif, dengan demikian tidak

    terjadi penjerapan ion SO42-

    oleh permukaan koloid tanah. Noor et al. (2005)

    menyatakan bahwa air payau di Tabunganen, Kalimantan Selatan mengandung

    ion Cl-

    sebesar 148,3 me/l. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya pertukaran

    anion antara anion Cl- dengan anion SO4

    2- yang terjerap pada ion logam di

    permukaan koloid tanah, sehingga konsentrasi ion SO42-

    pada air hasil lindian

    yang dilindi menggunakan air payau semakin besar.

    Persamaan regresi hubungan antara konsentrasi SO42-

    pada air hasil lindian

    dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah

    diperlihatkan pada Tabel 8. Konsentrasi SO42-

    pada air hasil lindian menurun

    sejalan dengan bertambahnya waktu pengukuran yang ditandai oleh bobot nilaidari X negatif. Hubungan antara konsentrasi SO4

    2-pada air hasil lindian dengan

    waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah

    diperlihatkan pada Gambar 15. Pelindian tanah menggunakan air gambut pada

    kondisi Eh 400 mV menyebabkan penurunan konsentrasi SO42-

    pada air hasil

    lindian lebih cepat, ditandai oleh koefisien regresi terbesar (1.205,0).

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    20/30

    51

    Tabel 8. Persamaan regresi hubungan antara konsentrasi SO42-

    pada air hasil

    lindian dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan

    kondisi Eh tanah sulfat masam

    Eh(mV)

    Sumber Air PelindiHujan Payau Gambut

    -100y = 782,6e

    - ,

    R = 0,653

    y = 732,5e- ,

    R = 0,721

    y = 790,0e- ,

    R = 0,746

    0y = 805,0e

    - ,

    R = 0,802

    y = 770,0e- ,

    R = 0,644

    y = 857,1e- ,

    R = 0,705

    100y = 836,6e

    - ,

    R = 0,558

    y = 826,6e- ,

    R = 0,502

    y = 929,1e- ,

    R = 0,694

    200y = 895,2e

    - ,

    R = 0,594

    y = 885,0e- ,

    R = 0,500

    y = 1073,0e- ,

    R = 0,826

    300y = 917,2e

    - ,

    R = 0,503

    y = 969,3e- ,

    R = 0,654

    y = 1152,0e- ,

    R = 0,741

    400y = 1079,0e

    - ,

    R = 0,769

    y = 1085,0e- ,

    R = 0,837

    y = 1205,0e- ,

    R = 0,773

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    21/30

    52

    Gambar 15. Hubungan antara konsentrasi SO42-

    pada air hasil lindian dengan

    waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Ehtanah sulfat masam (, ------ = air hujan; , = air payau; dan ,

    = air gambut)

    Konsentrasi Al pada Air Hasil Lindian

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap

    konsentrasi Al3+

    pada air hasil lindian hingga minggu VI. Konsentrasi Al3+

    pada

    air hasil lindian lebih besar terjadi pada pelindian menggunakan air payau (Tabel

    9). Keadaan ini disebabkan oleh terjadinya pertukaran kation-kation antara

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    22/30

    53

    Tabel 9. Pengaruh sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah sulfat masam

    terhadap konsentrasi Al3+

    pada air hasil lindian setiap minggu selama

    delapan minggu pelindian

    Konsentrasi Al3+ (ppm)Minggu I

    Perlakuan (Eh1) (Eh2) (Eh3) (Eh4) (Eh5) (Eh6)

    (S1)72 b(a)

    90 a(ab)

    96 a(b)

    105 a(b)

    135 a(c)

    165 a(d)

    (S2)63 ab

    (a)

    87 a

    (b)

    135 b

    (c)

    135 b

    (c)

    180 b

    (d)

    195 b

    (d)

    (S3)51 a

    (a)

    87 a

    (b)

    90 a

    (b)

    90 a

    (b)

    165 b

    (c)

    180 ab

    (c)

    Konsentrasi Al+(ppm) Minggu II

    (S1)60 a(a)

    66 a(ab)

    66 ab(ab)

    75 a(bc)

    87 a(c)

    102 a(c)

    (S2)51 a

    (a)

    84 b

    (b)

    87 b

    (b)

    93 b

    (b)

    111 b

    (c)

    114 a

    (c)

    (S3) 57 a(a) 72 ab(ab) 60 a(a) 87 ab(b) 108 b(c) 114 a(c)

    Konsentrasi Al3+(ppm) Minggu III Rataan S

    (S1) 57 63 63 81 90 102 76,00 b

    (S2) 45 57 75 87 92 102 76,33 b(S3) 42 45 39 81 84 93 64,00 a

    Rataan Eh 48 a 55 a 59 a 83 b 88.7 b 99 b

    Konsentrasi Al3+(ppm) Minggu IV

    (S1)75 b

    (abc)

    81 b

    (abc)

    60 ab

    (a)

    63 a

    (ab)

    84 a

    (bc)

    96 a

    (c)

    (S2)48 a

    (a)

    54 a

    (a)

    81 b

    (b)

    114 c

    (c)

    117 b

    (c)

    120 b

    (c)

    (S3)42 a

    (a)

    66 ab

    (b)

    51 a

    (ab)

    84 b

    (bc)

    99 ab

    (c)

    96 a

    (c)Konsentrasi Al

    3+(ppm) Minggu V

    (S1)42 b

    (a)

    42 a

    (a)

    42 a

    (a)

    63 a

    (b)

    87 a

    (c)

    87 a

    (c)

    (S2)27 a

    (a)

    42 a

    (b)

    60 b

    (c)

    96 c

    (d)

    105 b

    (d)

    111 b

    (d)

    (S3)39 a

    (a)

    39 a

    (a)

    63 b

    (b)

    78 b

    (bc)

    93 ab

    (c)

    90 a

    (c)

    Konsentrasi Al3+(ppm) Minggu VI

    (S1) 48 51 42 60 48 63 52,0 b

    (S2) 30 51 51 69 72 48 30,5 a

    (S3) 30 36 36 39 63 48 42,0 ab

    Rataan Eh 36 a 46 ab 43 ab 56 b 61 b 53 ab

    Konsentrasi Al +(ppm) Minggu VII(S1) 39 42 45 42 42 39 41.5 a

    (S2) 24 42 60 51 48 42 44.5 a

    (S3) 30 27 39 48 33 48 37.5 aRataan Eh 31 a 37 a 48 a 47 a 41 a 43 a

    Konsentrasi Al3+(ppm) Minggu VIII

    (S1) 45 39 36 51 36 27 39,00 a

    (S2) 45 39 21 39 45 54 40,50 a

    (S3) 21 24 24 15 42 51 29,50 a

    Rataan Eh 37 a 34 a 27 a 35 a 41 a 44 a

    Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut UJGD

    pada taraf = 0,05. Huruf dalam tanda ( ) dibaca arah horizontal dan huruf tanpatanda ( ) dibaca arah vertikal. S1= air hujan, S2= air payau, S3= air gambut, Eh1= -

    100, Eh2= 0, Eh3= 100, Eh4= 200, Eh5= 300, dan Eh6= 400 mV.

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    23/30

    54

    kation-kation Ca2+

    , Mg2+

    , Na+, dan K

    +pada pada air payau dengan ion Al

    3+yang

    terjerap pada permukaan koloid tanah.

    Tanah yang dioksidasi hingga kondisi Eh 400 mV menyebabkan rata-rata

    konsentrasi Al3+ (91,13 ppm) pada air hasil lindian lebih besar dibandingkan

    dengan kondisi Eh -100 mV (45,13 ppm). Yuliana (1989) menyatakan bahwa

    oksidasi tanah sulfat masam akan meningkatkan konsentrasi Al-dd dari 7,61

    menjadi 18,21 me/100 g. Sedangkan Konsten (1990) menyatakan bahwa reduksi

    pada tanah sulfat masam akan mengakibatkan peningkatan pH dan penurunan

    tingkat aktivitas Al3+

    .

    Persamaan regresi hubungan antara konsentrasi Al3+

    pada air hasil lindian

    dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah

    menunjukkan bahwa bobot nilai dari X negatif. Hal ini berarti bahwa konsentrasi

    Al3+

    pada air hasil lindian menurun sejalan dengan bertambahnya waktu

    pengukuran. Hubungan antara konsentrasi Al3+

    pada air hasil lindian dengan

    waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah

    diperlihatkan pada Gambar 16. Nilai koefisien regresi terbesar (28,6) terjadi pada

    pelindian menggunakan air payau dan kondisi Eh 400 mV. Ini berari bahwa

    penurunan konsentrasi Al3+

    pada air hasil lindian tercepat terjadi pada pelindian

    menggunakan air payau dan kondisi Eh 400 mV. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa peningkatan kondisi Eh tanah hingga 400 mV akan meningkatkan

    konsentrasi Fe-total dan SO42-

    pada air hasil lindian. Peningkatan konsentrasi

    kedua ion tersebut akan menyebabkan penurunan pH dan peningkatan kelarutan

    Al3+

    . Kollmeier et al. (2001) menyatakan bahwa pada kondisi oksidatif

    konsentrasi Fe dan SO42-

    tinggi, akibatnya pH tanah turun dan mobilitas Al3+

    dalam tanah meningkat. Van Mensvoort dan Dent (1998) menyatakan bahwaproses oksidasi pirit pada tanah sulfat masam akan menghasilkan ion-ion Fe

    3+,

    SO42-

    , dan H+. Adanya ion H

    +menyebabkan kemasaman tanah meningkat yang

    diikuti oleh meningkatnya konsentrasi Al3+

    . Dent (1986) menyatakan bahwa

    pemanfaatan air laut untuk memperbaiki sifat kimia tanah sulfat masam

    digambarkan menurut persamaan reaksi kimia berikut:

    Al-liat(s) + Na+

    (aq) + Mg2+

    (aq) Na/Mg-liat(s) + Al3+

    (aq)

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    24/30

    55

    Keadaan pH larutan yang tinggi, mengakibatkan Al mengendap sebagai hidroksi

    atau garam sulfat, sedang asam-asam terlarut terbebaskan untuk selanjutnya

    terlindi dan keluar dari sistem.

    Tabel 10. Persamaan regresi hubungan antara konsentrasi Al3+ pada air hasil

    lindian dengan waktu pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan

    kondisi Eh tanah sulfat masam

    Eh

    (mV)

    Sumber Air Pelindi

    Hujan Payau Gambut

    -100y = 75,69 e

    - ,

    R = 0,606

    y = 60,54 e- ,

    R = 0,452

    y = 65,54 e- ,

    R = 0,896

    0y = 93,78 e

    - ,

    R = 0,745

    y = 91,63 e- ,

    R = 0,842

    y = 101,2 e- ,

    R = 0,889

    100y = 93,39 e- ,

    R = 0,874y = 153,1 e- ,

    R = 0,781y = 86,25 e- ,

    R = 0,667

    200y = 104,7 e

    - ,

    R = 0,838

    y = 156,3 e- ,

    R = 0,781

    y = 148,6 e- ,

    R = 0,693

    300y = 153,6 e

    - ,

    R = 0,881

    y = 193,2 e- ,

    R = 0,840

    y = 183,0 e- ,

    R = 0,833

    400y = 206,4 e

    - ,

    R = 0,899

    y = 208,6 e- ,

    R = 0,783

    y = 185,9 e- ,

    R = 0,873

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    25/30

    56

    Gambar 16. Hubungan antara konsentrasi Al pada air hasil lindian dengan waktu

    pengukuran pada setiap sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah

    sulfat masam (, ------ = air hujan; , = air payau; dan , =

    air gambut)

    Konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , Al dan pH tanah

    Konsentrasi Fe2+

    tanah yang dioksidasi hingga kondisi Eh 300-400 mV dan

    dilindi dengan air payau (299,81 dan 297,13 ppm) lebih rendah dibandingkan

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    26/30

    57

    dengan yang dilindi menggunakan air hujan (448,52 dan 382,97 ppm) dan air

    gambut (375,09 dan 370,23 ppm). Rata-rata konsentrasi Fe2+

    pada air hasil

    lindian terbesar terjadi pada kondisi Eh 100 mV (362,68 ppm), sedang konsentrasi

    Fe2+pada tanah terkecil (299,81 dan 297,13 ppm) terjadi pada kondisi Eh 300-

    400 mV. Keadaan ini disebabkan oleh perbedaan waktu pengukuran, dimana air

    hasil lindian diukur setiap minggu sedang tanah setelah pelindian berakhir.

    Akibatnya pengaruh kondisi awal Eh tanah tidak berpengaruh lagi terhadap

    konsentrasi Fe2+

    tanah.

    Tabel 11. Pengaruh sumber air pelindi dan kondisi Eh tanah sulfat masam

    terhadap konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    tanah setelah dilindi

    selama delapan minggu

    Konsentrasi Fe+

    (ppm)

    Perlakuan (Eh1) (Eh2) (Eh3) (Eh4) (Eh5) (Eh6)

    (S1)385,46 a

    (ab)

    396,82 a

    (ab)

    415,03 ab

    (b)

    348,59 a

    (a)

    448,52 b

    (b)

    382,97 b

    (ab)

    (S2)390,85 a

    (b)

    381,93 a

    (b)

    371,66 a

    (b)

    434,86 b

    (b)

    299,81 a

    (a)

    297,13 a

    (a)

    (S3)371,36 a

    (a)

    375,72 a

    (ab)

    440,00 b

    (b)

    407,67 ab

    (ab)

    375,09 b

    (a)

    370,23 b

    (a)

    Konsentrasi Fe-total (ppm) Rataan S

    (S1) 3416,67 3411,67 3328,33 3361,67 3291,67 3221,67 3338,61 c

    (S2) 3261,67 3248,33 3271,67 3240,00 3163,33 3086,67 3211,95 b(S3) 3173,33 3146,67 3153,00 3091,67 3056,67 2976,67 3099,67 a

    Rataan Eh 3283,89 c3268,89 bc 3251,00 bc 3231,11b 3170,56 ab 3095,00 a

    Konsentrasi SO42-

    (ppm)

    (S1) 589,33 560,07 470,10 422,56 409,39 369,58 470,17 b

    (S2) 567,30 581,78 448,46 458,48 427,23 358,65 473,65 b

    (S3) 577,59 507,53 435,26 371,18 351,92 307,53 425,17 a

    Rataan Eh 578,07 c 549,79 c 451,27 b 417,41 b 396,18 ab 345,25 a

    Konsentrasi Al+(me/100 g)

    (S1) 12,34 13,37 15,61 18,63 14,18 12,45 14,43 b(S2) 11,88 11,66 12,73 13,70 12,66 11,75 12,40 a

    (S3) 11,93 12,37 12,66 14,04 13,47 11,18 12,61 abRataan Eh 12,05 a 12,47 a 13,67 ab 15,46 b 13,44 a 11,79 a

    pH Tanah(S1) 3,24 3,26 3,27 3,28 3,31 3,37 3,29 a(S2) 3,14 3,20 3,19 3,24 3,30 3,36 3,24 a(S3) 3,25 3,26 3,32 3,29 3,39 3,40 3,32 aRataan Eh 3,21 a 3,24 a 3,26 ab 3,27 ab 3,33 bc 3,38 c

    Keterangan: Angka-angka yang dikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata

    menurut UJGD pada taraf = 0,05. Huruf dalam tanda ( ) dibaca arah

    horizontal dan huruf tanpa tanda ( ) dibaca arah vertikal. S1= air hujan, S2=

    air payau, S3= air gambut, Eh1= -100, Eh2= 0, Eh3= 100, Eh4= 200, Eh5=

    300, dan Eh6= 400 mV.

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    27/30

    58

    Konsentrasi Fe-total tanah pada kondisi Eh 400 mV (3.095,00 ppm) lebih

    rendah dibandingkan dengan kondisi Eh -100 mV (3.283,89 ppm). Konsentrasi

    Fe-total tanah yang dilindi dengan air gambut (3.099,67 ppm) lebih kecil

    dibandingkan dengan yang dilindi menggunakan air payau (3.211,95 ppm) dan air

    hujan (3.338,61 ppm). Sedangkan rata-rata konsentrasi Fe-total pada air hasil

    lindian terbesar terjadi pada tanah yang dilindi menggunakan air payau (407,07

    ppm). Terjadi ketidak selarasan antara total konsentrasi Fe-total pada air hasil

    lindian dengan konsentrasinya pada tanah. Harusnya tanah yang dilindi dengan

    air payau konsentrasi Fe-total lebih kecil, namun kenyataannya tanah yang dilindi

    menggunakan air gambut konsentrasi Fe-total tanah lebih kecil.

    Total konsentrasi SO42- pada air hasil lindian sesuai dengan konsentrasi ion

    tersebut pada tanah yang dilindi. Pelindian tanah pada kondisi Eh 400 mV

    menggunakan air gambut dapat menyebabkan rata-rata konsentrasi SO42-

    pada air

    hasil lindian terbesar (791,81ppm). Akibatnya konsentrasi SO42-

    pada tanah

    dengan kondisi Eh 400 mV dan dilindi menggunakan air gambut lebih kecil

    (307,53 ppm).

    Konsentrasi Al3+

    pada tanah juga sesuai dengan rata-rata konsentrasi ion ini

    pada air hasil lindian. Nilai rata-rata konsentrasi Al3+

    pada air hasil lindian

    terbesar (98,25 ppm) terjadi pada tanah dengan kondisi Eh 400 mV dan dilindi

    menggunakan air payau. Dengan demikian, konsentrasi Al3+

    terkecil (11,18

    me/100 g) terjadi pada tanah dengan kondisi Eh 400 mV dan dilindi menggunakan

    air payau.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar nilai Eh tanah, maka

    nilai pH tanah semakin meningkat. Keadaan ini disebabkan oleh waktu

    pengukuran pH tanah setelah pelindian selesai, akibatnya kondisi awal Eh tanahtidak berpengaruh lagi terhadap pH tanah. Pada penelitian ini perubahan pH tanah

    lebih disebabkan oleh perubahan konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    tanah.

    Pada kondisi Eh -100 mV, rata-rata nilai pH tanah 3,21 dan rata-rata konsentrasi

    Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    masing-masing (382,56 ppm Fe2+

    ; 3.283,89 ppm

    Fe-total; 578,07 ppm SO42-

    ; dan 12,05 me/100 g Al). Kemudian pada kondisi Eh

    400 mV, rata-rata nilai pH naik menjadi 3,38 dan rata-rata konsentrasi Fe2+

    , Fe-

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    28/30

    59

    total, SO42-

    , dan Al3+

    turun menjadi masing-masing (350,11 ppm Fe2+

    ; 3.095,00

    ppm Fe-total; 345,25 ppm SO42-

    ; dan 11,79 me/100 g Al).

    Kesimpulan

    Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    1. Pelindian tanah menggunakan air payau dapat menyebabkan rata-rata

    konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, dan Al3+

    pada air hasil lindian terbesar (348,86 ppm

    Fe2+

    , 407,07 ppm Fe-total, dan 62,56 ppm Al3+

    ), sedang air gambut

    menyebabkan rata-rata konsentrasi SO42-

    terbesar (673,29 ppm SO42-

    ).

    2.

    Kondisi Eh 100 mV dapat menyebabkan rata-rata konsentrasi Fe

    2+

    pada airhasil lindian terbesar (362,48 ppm Fe

    2+), sedang kondisi Eh 400 mV

    menyebabkan rata-rata konsentrasi Fe-total, SO42-

    , dan Al3+

    pada air hasil

    lindian terbesar (427,21ppm Fe-total, 741,95 ppm SO42-

    ; dan 91,13 ppm Al3+

    ).

    3. Pelindian menggunakan air payau dapat menyebabkan konsentrasi Fe2+

    dan

    Al3+

    tanah terkecil (362,71 ppm Fe2+

    dan 1.116,00 ppm Al3+

    ), sedang konsen-

    trasi Fe-total dan SO42-

    terkecil (3.099,60 ppm Fe-total dan 425,17 ppm SO42-

    )

    terjadi pada tanah yang dilindi menggunakan air gambut.

    4. Kondisi Eh 400 mV dapat menyebabkan konsentrasi Fe2+

    , Fe-total, SO42-

    dan

    Al3+

    tanah terkecil (350,11 ppm Fe2+

    ; 3.095,00 ppm Fe-total; 345,25 ppm

    SO42-

    ; dan 1.061,10 ppm Al3+

    ).

    Daftar Pustaka

    Alloway, B. J. and Ayres, D. C. 1997. Chemical Principles of Environmental

    Pollution. Second Edition. London. Blackie Acad. & Professional.

    Berry, L. G. 1974. Selected Powder Diffraction Data for Minerals. Dept. of

    Geological Sciences, Queen`s University, Kingston, Ontario, Canada.

    Bourbonniere, R. A. and I. F. Creed. 2006. Biodegradability of dissolved

    organic matter extracted from a chronosequence of forest-floor materials.

    Journal of Plant Nutrition and Soil Sci. 169:101-107.

    Dent, D. L. 1986. Acid sulphate soils: A baseline for research and development,

    Pub. 39, Int. Inst. Land Reclamation and Improvement, Wageningen. ISBN

    90 70260 980.

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    29/30

    60

    Gotoh. S. and W. H. Patrick. 1974. Transformation of iron in a water logged soil

    as affected by redox potential and pH. Soil Sci. Soc. Amer. Proc. 38:66-71.

    Jaynes, D. B., A. S. Rogowski, and H. B. Pionke. 1984. Acid mine drainage from

    reclaimed coal strip mines, I. Model description. Water Resources Research20:233-242.

    Moraghan, J. R. and W. H. Patrick. 1974. Selected metabolic processes in a

    submerged soil at controlled pH values. Int. Congr. Soil Sci. 11:264-269.

    Moses, C. O. and J. S. Hermann. 1991. Pyrite oxidation at circumneutral pH.

    Geochim. Cosmochim. Acta. 55: 471-482.

    Mulyanto, B., B. Sumawinata, Suwardi, dan G. Djajakirana. 1999. Sifat

    mineralogi liat tanah berpotensi sulfat masam pada Sistem Pengelolaan

    Lahan Orang Banjar (SPLOB) di Kalimantan Selatan. Jurnal IlmiahPertanian. Gakuryoku 4:273-281.

    Noor, M., A. Maas, dan T. Notohadikosomo. 2005. Pengaruh pelindian dan

    ameliorasi terhadap pertumbuhan pada di tanah sulfat masam. Jurnal Ilmu

    Tanah dan Lingkungan 2:38-54.

    Olomu, M. O., G. J. Racz, and C. M. Cho. 1973. Effect of flooding on the Eh,

    pH, and concentration of Fe and Mn in several Manitoba soil. Soil Sci. Soc.

    Amer. J. 37:220-224.

    Patrick, W. H. and C. N. Reddy. 1978. Chemical changes in rice soils. p. 362-

    379. In. Soil and Rice. 1978. IRRI. Los Banos. Philippines.

    Prasetyo, B. H. and J. Jansen. 1990. Soil charakteristics and nutrient status in acid

    sulphate soil in Pulau Petak, South Kalimantan. p. 109-135. In.

    AARD/LAWOO. Paper Workshop on Acid Sulphate Soils In The Humik

    Tropics. Bogor.

    Ritsema, C. J., J. E. Groenenberg, and E. B. A. Bisdom. 1992. The

    transformation of potential into actual acid sulphate soils studied in colomn

    experiments. Geoderma 55:259-271.

    Subagyo, H. 2006. Lahan rawa pasang surut. p. 23-99. Dalam. Karakteristik

    dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

    Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

    Suriadikarta, D. A. dan D. Setyorini. 2006. Teknologi pengelolaan lahan sulfat

    masam. p. 117-151. Dalam. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa.

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

    Bogor.

  • 7/24/2019 mal_Pelindian Tanah Sulfat Masam

    30/30

    Van Breemen N. and Buurman P. 1998. Soil Formation. Kluwer Academic Pub.

    Dordrecht, The Netherlands.

    Van Mensvoort, M. E. F. and D. L. Dent. 1998. Acid Sulphate Soil. p. 301-

    330. In. Lal, R., W. H., Blum, C.Valentine, and B. A. Steward (ed.).Method for Assessment of Soil Degradation. Florida. CRC Prees LLC.

    Van Ranst, E. 1995. Clay Mineralogy: Crystal structures, identivication analysis,

    and chemestry of clay mineral and clay. ITC. Ghent. Belgium.

    Wakao, N., M. Mishina, Y. Sakurai, and H. Shiota. 1984. Bacterial pyrite

    oxidation III. Adsorption of Thiobacillus ferrooxidans on solid surfaces and

    its effect on iron release from pyrite. J. Gen. Appl. Microbiol. 30: 63-77.

    Yuliana, E. D. 1998. Pengaruh lama pengeringan dan kedalaman muka air tanah

    terhadap sifat-sifat dan produktivitas tanah berpirit dari Karang Agung Ulu.Sumatera Selatan [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.


Top Related