makalah pertempuran surabaya
DESCRIPTION
Tentang Peristiwa Pertempuran SurabayaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pahlawan peperanagn yang berjuang mati-matian telah menjadikan negara ini
merdeka, walaupun terkadang kita selalu mengecewakan perjuangan mereka. Banyak
sekali perjuang mereka. Banyak pula peperangan yang telah mereka alami, meski
terasa menderita tetapi rela berkorban untuk negara kita. Salah satu perjuangannya
adalah dalam pertempuaran Ambarawa.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945,
menyebabkan vacuum of Power (kekosongan kekuasaan) di Hindia Belanda
(Indonesia). Kekosongan kekuasaan tersebut tidak disia-siakan oleh bangsa Indonesia
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta. Hal ini berarti, bangsa lain tidak
lagi mempunyai hak untuk melakukan penjajahan di atas bumi Indonesia. Proklamasi
berarti pengumuman yang dilakukan oleh suatu bangsa yang menyatakan bahwa
bangsa tersebut telah merdeka dan lepas dari penjajahan.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pertempuran ambarawa terjadi?
2. Bagaiman peristiwa pertempuran Ambarawa?
3. Bagaimana akhir dari pertempuran tersebut?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Pertempuran Ambarawa
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945,
menyebabkan vacuum of Power (kekosongan kekuasaan) di Hindia Belanda
(Indonesia). Kekosongan kekuasaan tersebut tidak disia-siakan oleh bangsa
Indonesia untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Bangsa Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta. Hal ini berarti,
bangsa lain tidak lagi mempunyai hak untuk melakukan penjajahan di atas bumi
Indonesia. Proklamasi berarti pengumuman yang dilakukan oleh suatu bangsa yang
menyatakan bahwa bangsa tersebut telah merdeka dan lepas dari penjajahan.
Meskipun demikian, terdapat pihak-pihak yang berusaha untuk
mengembalikan Indonesia sebagai jajahan Belanda. Hal ini dikarenakan pemerintah
Belanda merasa masih mempunyai historiesch recht (hak sejarah) untuk meneruskan
pemerintahan kolonialnya. Hal ini didasarkan dari perjanjian yang dilakukan Inggris
dengan Belanda yang disebut Civil Affairs Aggreement pada tanggal 24 Agustus
1945 yang mengatur pemindahan kekuasaan di Indonesia dari British Military
Administration kepada NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Oleh sebab
itu, Belanda dengan organisasi pemerintahannya, NICA membonceng tentara sekutu
kembali ke Indonesia.
Maksud kedatangan Sekutu adalah
pertama, menerima penyerahan
kekuasaan dari tangan Jepang. kedua,
membebaskan para tawanan perang
dan inteniran Sekutu. Ketiga,
melucuti dan mengumpulkan orang
Jepang untuk kemudian dipulangkan.
Keempat, menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian
diserahkan kepada pemerintah sipil. Kelima, menghimpun keterangan tentang dan
menuntut penjahat perang. Oleh sebab itu, RI menerima kedatangan Sekutu dengan
sambutan yang baik.
2
Pendaratan tentara Sekutu pada tanggal 20 Oktober 1945 di Semarang,
berbarengan dengan usaha perebutan kekuasaan dan senjata rakyat Indonesia
terhadap Jepang. Usaha melucuti tentara Jepang oleh para pejuang Indonesia ini
memang merupakan tindakan yang harus dilakukan sesegera mungkin. Sebab, usaha
tersebut sudah diperhitungkan akan adanya suatu kemungkinan bahaya yang
ditimbulkan sehubungan dengan mendaratnya Sekutu di Indonesia. Bagaimanapun,
pasti Sekutu tidak akan rela melepaskan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
merdeka begitu saja. Dengan demikian, tujuan kedatangan Sekutu yang bermaksud
untuk melucuti tentara Jepang telah dilakukan oleh para pejuang Indonesia, sehingga
menimbulkan kekecewaan dari pihak Sekutu.
Selanjutnya, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan
Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut
justru dipersenjatai. Ketegangan dimulai ketika tawanan-tawanan Belanda yang
dibebaskan bertingkah congkak dan sombong, serta mengabaikan kedaulatan
pemerintah dengan terang-terangan berusaha untuk menduduki kembali Indonesia.
Hal ini menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia, sehingga muncul gerakan
pemboikotan keperluan makanan dan kebutuhan sehari-hari terhadap Sekutu yang
semula dibantu oleh rakyat Indonesia dalam usaha melucuti tentara Jepang. Akhirnya
pecah pertempuran melawan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945,
disusul tanggal 31 Oktober 1945 di Magelang.
Di Magelang tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba
melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen
Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan
mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari
kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan
suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang
menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di
bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka
dan meluas sampai ke Ambarawa.
Pertempuran di Ambarawa, merupakan pertempuran yang cukup penting.
Sebab pertempuran Ambarawa merupakan salah satu dari rangkaian peristiwa
mempertahankan kemerdekaan pada masa revolusi. Sebab, bagi Indonesia revolusi
Indonesia bertujuan untuk melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan
3
kebangkitan nasional yang telah dimulai empat dasawarsa sebelumnya. Namun di
lain pihak, bagi Belanda masa revolusi sebagai suatu zaman yang merupakan
kelanjutan dari masa lampau untuk melakukan penjajahan yang menurut mereka
sudah dilakukan selama 300 tahun. Pada masa ini pulalah, hak Indonesia akan
kemerdekaan dan kedaulatan atas nama revolusi mendapatkan banyak dukungan dari
rakyat Indonesia.
Demikian pentingnya arti pertempuran Ambarawa bagi bangsa Indonesia
dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sehingga meskipun
pertempuran itu berlangsung singkat (12 Desember 1945 – 15 Desember 1945) tetapi
memberikan kemenangan yang gilang-gemilang bagi Indonesia. Dipimpin oleh
Kolonel Sudirman, para pejuang berhasil memukul Sekutu yang terdesak ke mundur
Semarang.
Disamping itu, pertempuran di Ambarawa berhasil mempengaruhi dan
melemahkan kekuatan Belanda, sehingga Belanda kesulitan dalam melakukan
pertempuran di wilayah lainnya. Berakhirnya pertempuran pada tanggal 15
Desember 1945 dengan kemenangan di pihak Indonesia tersebut kini diperingati
sebagai Hari Infanteri/hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
Peristiwa tersebut diabadikan dalam sebuah karya monumental, yaitu Monumen
Palagan Ambarawa yang dibangun pada tanggal 15 Desember 1974.
Dalam pertempuran Ambarawa,
memunculkan tokoh yang paling berjasa dalam upaya
mengusir Sekutu dari bumi Ambarawa yang kelak
menjadi Jenderal Panglima Besar Republik
Indonesia, yaitu Kolonel Sudirman. Dalam
pertempuran ini pulalah dikenal strategi yang sangat
jitu yang dapat dirumuskan dari hasil pemikiran dan
kerja keras beliau bersama para pejuang lainnya.
Strategi tersebut dikenal dengan sebutan “Strategi
Supit Urang” atau dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut “Strategi Supit
udang”. Dengan kedisiplinan yang tinggi dari para pejuang yang termasuk dalam
bagian strategi Kolonel Sudirman, dan dengan didukung perencanaan yang matang,
strategi tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik sehingga membawa kemenangan
yang gilang gemilang bagi para pejuang tanah air.
4
B. Pertempuran Ambarawa
Pada tanggal 20 Oktober 1945 tentara Sekutu dibawah pimpinan Brigadir
Jendral Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan Jepang
yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi NICA. Mulanya
kedatangan Sekutu disambut baik, bahkan gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro
menyepakati untuk menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran
tugas Sekutu. Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik
Indonesia.
Namun ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan
Magelang untuk membebaskan para tawanan, tentara Belanda justru mempersenjatai
mereka sehingga menimbulkan amarah pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di
kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang tentara Sekutu bertindak
sebagai penguasa yang melucuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan membuat
kekacauan.
TKR resimen Magelang pimpian M Sarbini membalas tindakan tersebut
dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun Sekutu berhasil
diselamatkan dari kehancuran berkat campur tangan presiden Sukarno yang
menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara dian-diam meninggalkan
kota Magelang menuju benteng Ambarawa. Resimen Kedu Tengah di bawah
pimpinan Letnan Kolonel M Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap
Sekutu. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di desa Jambu karena dihadang
oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Ono Sastrodihardjo yang diperkuat
oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh, dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang di Ngipik. Tentara Sekutu mencoba
menduduki dua desa disekitar Ambarawa. Tetapi pasukan Indonesia dibawah
pimpinan Letnan Kolonel Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut.
Pada pertempuran ini Letnan Kolonel Isdiman gugur.
Gugurnya Letkol Isdiman, membuat Komandan divisi V Banyumas Sudirman
merasa kehilangan perwira terbaiknya sehingga ia langsung turun ke lapangan dan
memimpin pertempuran. Kehadiran Kolonel Sudirman memberikan semangat baru
kepada pasukan RI. Pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang
diterapkan adalah serangan mendadak secara serentak di semua sektor.
5
Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah terjadi
tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan
pekuburan Belanda di jalan Margo Agung. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-
tawanan Jepang untuk menyusup dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia
pindah ke Bedono. Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman mengadakan
rapat dengan komandan sektor TKR dan Laskar.
Pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 pagi, serangan mulai
dilancarkan. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian,
jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran
Ambarawa berlangsung sengit, Kolonel Sudirman langsung memimpin pasukannya
yang menggunakan taktik pengepungan rangkap sehingga musuh benar-benar
terkurung. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945
pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat
mundur ke Semarang.
Untuk memperingati pertempuran itu, maka di kota Ambarawa didirikan
Monumen Palagan Ambarawa.
C. Kesimpulan
Pertempuran Ambarawa diawali oleh mendaratnya tentara Sekutu di bawah
pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang. Tentara Sekutu mendarat di
Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk
mengurus tawanan perang dan tentara Jepang di Jawa Tengah. Kedatangan Sekutu
semula disambut baik oleh rakyat Semarang.
Bentrokan bersenjata mulai timbul di Magelang. Bentrokan itu mulai meluas
menjadi pertempuran antara pasukan Sekutu dengan pejuang Indonesia.
Penyebabnya adalah tentara Sekutu diboncengi NICA. NICA adalah singkatan dari
Netherlands Indies Civil Administration, yaitu pemerintahan peralihan Belanda.
NICA hendak membebaskan tawanan perang.
Belanda di Magelang dan Ambarawa. Setelah diadakan perundingan antara
Presiden Sukarno dengan Brigadir Jenderal Bethel, tentara Sekutu kemudian
meninggalkan Magelang menuju Ambarawa pada tanggal 21 November 1945. Para
pejuang Indonesia yang dipimpin Letnan Kolonel M. Sarbini mengejar pasukan
Sekutu yang mundur ke Ambarawa. Di desa Jambu, pasukan Sekutu dihadang
6
pejuang Angkatan Muda yang dipimpin oleh Sastrodiharjo. Di desa Ngipik, pasukan
Sekutu diserang pejuang Indonesia yang dipimpin oleh Suryosumpeno. Pada saat
mundur, pasukan Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Dalam
pertempuran untuk membebaskan kedua desa tersebut, Letnan Kolonel Isdiman
gugur. Letnan Kolonel Isdiman adalah Komandan Resimen Banyumas.
Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Kolonel Sudirman turun langsung
ke medan pertempuran Ambarawa. Kolonel Sudirman adalah Panglima Divisi
Banyumas. Kehadiran Kolonel Sudirman memberi semangat baru bagi pejuang
Indonesia. Pasukan Indonesia mengepung kota Ambarawa dari berbagai jurusan.
Siasat yang dipakai adalah mengadakan serangan serentak dari berbagai jurusan pada
saat yang sama. Pasukan Indonesia mendapat bantuan dari Yogyakarta, Surakarta,
Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain. Pada tanggal 12 Desember
1945 pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak ke Ambarawa. Pada tanggal
15 Desember 1945 pasukan Sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang. Dalam
pertempuran di Ambarawa ini banyak pejuang yang gugur.
7