makalah kimia hijau

22
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu tentang polusi, limbah, pemanasan global sering diberitakan dalam media masa. Di era modern ini, isu-isu tersebut menjadi isu yang sensitif. Peningkatan kadar polutan yang relatif besar, membuat pembuat kebijakan, aktivis lingkungan dan juga masyarakat umum mulai memikirkan masa depan bumi ini. Hal ini melahirkan istilah ramah lingkungan. Dewasa ini, hampir setiap kegiatan, baik kegiatan sosial maupun industri, dituntut untuk memenuhi kriteria ramah lingkungan. Kimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang memegang peranan penting dalam menentukan keberlanjutan kehidupan manusia di Bumi. Kondisi pembangunan industri dan kondisi saat ini masih didominasi oleh ketergantungan pada penggunaan sumber daya alam yang sebagian besar merupakan sumber daya yang tidak terbaharukan. Pembangunan selanjutnya mengganti sumber daya yang diambil dari lingkungan dengan limbah yang seringnya tidak ramah lingkungan, dan akhirnya membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Baru dalam beberapa tahun belakangan ini, Ilmu Kimia dipandang sebagai salah satu ilmu dasar yang sangat diperlukan untuk mengatasi dan kemudian

Upload: yusran-yusuf

Post on 08-Feb-2016

825 views

Category:

Documents


148 download

DESCRIPTION

Kimia Hijau

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kimia Hijau

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu tentang polusi, limbah, pemanasan global sering diberitakan dalam

media masa. Di era modern ini, isu-isu tersebut menjadi isu yang sensitif.

Peningkatan kadar polutan yang relatif besar, membuat pembuat kebijakan, aktivis

lingkungan dan juga masyarakat umum mulai memikirkan masa depan bumi ini.

Hal ini melahirkan istilah ramah lingkungan. Dewasa ini, hampir setiap kegiatan,

baik kegiatan sosial maupun industri, dituntut untuk memenuhi kriteria ramah

lingkungan.

Kimia merupakan salah satu disiplin ilmu yang memegang peranan

penting dalam menentukan keberlanjutan kehidupan manusia di Bumi. Kondisi

pembangunan industri dan kondisi saat ini masih didominasi oleh ketergantungan

pada penggunaan sumber daya alam yang sebagian besar merupakan sumber daya

yang tidak terbaharukan. Pembangunan selanjutnya mengganti sumber daya yang

diambil dari lingkungan dengan limbah yang seringnya tidak ramah lingkungan,

dan akhirnya membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Baru dalam beberapa tahun belakangan ini, Ilmu Kimia dipandang sebagai

salah satu ilmu dasar yang sangat diperlukan untuk mengatasi dan kemudian

menghentikan timbulnya permasalahan lingkungan dalam rangka menunjang

pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan atau pembangunan lestari.

Kesinambungan dalam ilmu dan teknologi dimulai ketika kita mulai

berfikir bagaimana untuk memecahkan masalah atau bagaimana untuk

mengaplikasikan ilmu ke dalam teknologi. Kimia sebagai ilmu dari materi dan

transformasinya, berperanan penting dalam proses ini dan menjembatani ilmu

fisika, material dan hayati. Hanya proses kimia yang telah dicapai melalui

optimasi yang hati-hati-maksimum dalam efisiensi, akan membawa pada produksi

dan produk yang berkesinambungan. Ilmuwan dan teknokrat, yang menemukan,

mengembangkan dan mengoptimasi proses tersebut, oleh karenanya mereka

memegang peranan penting. Kepedulian, kreativitas dan pandangan ke depan

mereka dibutuhkan untuk menghasilkan reaksi dan proses kimia dengan efisiensi

Page 2: Makalah Kimia Hijau

11

maksimum. Term "Kimia Hijau" telah digunakan untuk usaha-usaha mencapai

tujuan ini.

Pertumbuhan industri kimia yang ramah lingkungan semakin dibutuhkan.

Kecenderungan tersebut dikenal dengan istilah green chemistry atau teknologi

berkesinambungan. Green chemistry muncul karena adanya pergeseran paradigma

konsep tradisional tentang efisiensi konsep yang berfokus utama pada hasil reaksi

kimia, yang secara ekonomis bisa mengeliminasi limbah dan menghindari

pemakaian material yang bersifat toksik dan atau berbahaya.

Aktivitas green chemistry diformulasikan sebagai usaha pemakaian bahan

dasar (terutama yang dapat diperbaharui) secara efisien, penghilangan limbah dan

penghindaran pemakaian reagen dan pelarut yang bersifat toksik dan atau

berbahaya dalam industri dan aplikasi produk kimia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan Green Chemistry (kimia hijau)?

2. Bagaimana konsep dari kimia hijau serta penerapannya sebagai upaya

menanggulangi permasalahan dimasa mndatang?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan disusunnya makalah ini yaitu untuk menyelesaikan tugas yang

telah diberikan. Selain itu penyusunan ini juga untuk membuka jendela

pengetahuan tentang “green chemistry (kimia hijau)” yang ada saat ini. Harapan

penulis adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, akan

tetapi bermanfaat juga bagi meraka yang membutuhkan untuk referensi ataupun

bahan bacaan semata.

Page 3: Makalah Kimia Hijau

11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Green Chemistry

Green chemistry (kimia hijau) adalah desain produk kimia dan proses yang

mengurangi atau menghilangkan penggunaan atau generasi zat berbahaya. Green

chemistry adalah suatu falsafah atau konsep yang mendorong desain dari sebuah

produk ataupun proses yang mengurangi ataupun mengeliminir penggunaan dan

produksi zat-zat (substansi) toksik dan atau berbahaya. Konsep green chemistry

berkaitan dengan Kimia Organik, Kimia Anorganik, Biokimia, dan Kima

Analitik. Bagaimanapun juga, konsep ini cenderung mengarah ke aplikasi pada

sektor industri. Patut digaris bawahi di sini, bahwa green chemistry berbeda

dengan environmental chemistry (Kimia Lingkungan). Green chemistry lebih

berfokus pada usaha untuk meminimalisir penghasilan zat-zat berbahaya dan

memaksimalkan efisiensi dari penggunaan zat-zat (substansi) kimia. Sedangkan,

environmental chemistry lebih menekankan pada fenomena lingkungan yang telah

tercemar oleh substansi-substansi kimia (Nurma, 2008).

B. Konsep Green Chemistry

a. Lebih mengedepankan usaha mencegah timbulnya limbah dibanding usaha

menangani limbah yang dihasilkan dalam proses produksi.

b. Ekonomi atom.

c. Mengurangi pemakaian bahan kimia barbahaya dan atau toksik.

d. Mendesain produk yang lebih ramah lingkungan.

e. Meningkatkan usaha penggunaan pelarut dan bahan kimia lain yang tidak

berbahaya.

f. Mendesaian pemakaian energi yang efisien.

g. Lebih mengutamakan penggunakan bahan dasar yang dapat diperbaharui.

h. Melakukan proses sintesis yang relatif lebih pendek (menghindari proses

penurunan hasil sintesis).

i. Mengutamakan reaksi katalisis dibandingkan reaksi stoikiometrik.

j. Mendesain produk yang dapat didegradasi (didaur ulang).

k. Melakukan metode analitik pada usaha pencegahan polusi.

Page 4: Makalah Kimia Hijau

11

l. Minimalisasi potensi kecelakan kerja.

Berdasarkan prinsip tersebut, fokus utama green chemistry yang juga

menjadi fokus utama penelitian dewasa ini adalah:

a. Rute alternatif proses sintesis yang didasarkan pada efisiensi atom, dapat

dicapai dengan pemakaian katalis dan biokatalis, proses sintesis alami

(misalnya fotokimia dan elektrokimia).

b. Kondisi reaksi alternatif yang didasarkan pada pemakaian pelarut yang

mempunyai dampak kecil terhadap lingkungan, menaikkan selektifitas dan

menurunkan jumlah limbah dan emisi yang dihasilkan.

c. Desain, penggunaan dan produksi bahan kimia yang relatif tidak toksik yang

bisa menurunkan potensi kecelakaan.

d. Pemakaian bahan dasar dan reagen yang bisa meninggalkan ketergantungan

pada bahan bakar minyak.

e. Evaluasi bahaya yang ditimbulkan oleh proses kimia, produk kimia dan

reagen serta produk samping.

Green chemistry ditujukan pada dampak produk dan proses industri

terhadap lingkungan. Prinsip utama dalam green chemistry adalah “mencegah

lebih baik daripada mengobati”, sehingga tujuan Green chemistry adalah

mencegah timbulnya polusi daripada menangani limbah yang terjadi.

Definisi alternatif green chemistry yang lebih disukai oleh kalangan idustri

adalah teknologi berkesinambungan (sustainable technologies). Teknologi

berkesinambungan bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan masa kini tanpa

mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

Teknologi berkesinambungan merupakan tujuan utama dari konsep green

chemistry.

C. Manfaat Green Chemistry

Alasan utama dan tak bisa dibantah lagi karena hampir semua aspek dalam

kehidupan sehari–hari berkaitan dengan produk kimia. Kedua perkembangan

produk kimia telah menimbulkan masalah baru bagi lingkungan dan kesehatan

bahkan efek-efek lain yang belum diketahui. Salah satu contoh adalah pemakaian

pestisida DDT.

Page 5: Makalah Kimia Hijau

11

Konsep Green Chemistry dapat dilakukan yaitu mendorong pencegahan

terhadap polusi mulai dari tingkat molekuler melalui desain sintesis dan

mendukung lebih lanjut penemuan proses kimia yang lebih ramah lingkungan

yang tidak hanya dapat mengurangi sisa bahan beracun tapi menghilangkan sama

sekali substansi-substansi yang berpotensi racun dan berbahaya.

Paul Anastas sang “Bapak Green Chemistry” bersama John C.Warner

telah mengembangkan 12 prinsip Green Chemistry yang dapat menterjemahkan

teori menjadi tindakan. 12 prinsip yang dijadikan pedoman untuk kampanye

gerakan Green Chemistry ini adalah :

1. Mencegah terjadinya limbah lebih baik daripada mengolah dan

membersihkannya.

Yaitu bagaiamna kemampuan kimiawan untuk merancang ulang

transformasi kimia untuk meminimalkan produksi limbah berbahaya

merupakan langkah pertama yang penting dalam pencegahan polusi. Dengan

mencegah generasi sampah, kita meminimalkan bahaya yang berhubungan

dengan limbah, transportasi, penyimpanan dan perawatan.

2. Ekonomi atom, metoda sintesis yang efisien

Adalah sebuah konsep perancangan proses kimia yang bisa mengubah

semaksimal mungkin bahan baku menjadi produk target ketimbang

menghasilkan senyawa sampingan (side product). Metode sintetis seharusnya

didesain untuk memaksimalkan penggabungan dari semua bahan yang

digunakan dalam proses menjadi produk akhir. Pemanfaatan atom, efisiensi

atom atau konsep ekonomi dari atom merupakan sarana yang sangat berguna

untuk mempercepat evaluasi jumlah limbah yang dihasilkan pada proses

alternatif. Efisiensi atom dihitung dari massa molekul produk dibagi dengan

jumlah total massa molekul senyawa yang terbentuk pada kondisi reaksi

stoikiometrik yang terlibat. Atom ekonomi bisa didekati dengan perhitungan

sebagai berikut:

% Atom ekonomi = (berat molekul produk target)/(berat molekul semua

bahan baku) x 100%

Page 6: Makalah Kimia Hijau

11

3. Melakukan sintesis kimia yang tidak berbahaya

Mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang

tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya.

Memilih metode yang lebih aman dikimia adalah seperti menggunakan obeng

bukan pisau untuk mengencangkan sekrup. Pisau mungkin mampu

mengencangkan sekrup, tapi itu berbahaya. Contoh dari konsep ini adalah

penggantian reaksi klorinasi dalam pembentukan intermediet 4-

aminodifenilamina pada produksi karet dimana klorin merupakan senyawa

yang beracun, yang diganti dengan rekasi kopling langsung aniline dengan

nitrobenzene yang teraktifkan oleh basa. Hasil dari penggantian tersebut

berupa limbah organic, anorganik, dan air yang masing-masing 70,99, dan

97% lebih kecil.

4. Mendesain senyawa kimia yang tak beracun

Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan

fungsisebagaimana yang diinginkan dan memberikan toksisitas seminimal

mungkin. Misalnya biosida ramah lingkungan yang berbasis pada 4,5-dikloro-

2-oktil-4-isotyiazolin-3-on yang dibuat oleh Albright and Wilson Americas

sebagai pengganti biosida konvensional yang sangat beracun pada organism

air dan manusia

5. Pemakaian pelarut dan bahan-bahan yang aman

Pelarut sangat diperlukan dalam sebagian besar reaksi karena pelarut

merupakan media untuk campur, transfer panas, dan kadang mengontrol

reaktifitas pereaksi. Penggunakan pelarut biasanya mengarah ke produksi

limbah. Oleh karena itu penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan

total pelarut akan lebih baik. Dalam kasus di mana pelarut diperlukan,

hendaknya perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang cukup aman.

Kebanyakan pelarut bersifat mudah terbakar atau beracun, dan hampir

semuanya merupakan senyawa organic yang mudah menguap sehingga

menyumbang pencemaran udara.

Supercritical Carbon Dioxide adalah karbon dioksida (CO2) yang

berada dalam fase cair (liquid phase),yang berada di atas ataupun pada

Page 7: Makalah Kimia Hijau

11

temperatur dan tekanan kritis. Yaitu pada temperatur 31,1oC ke atas dan

tekanan 73,3 atm. Zat ini banyak dimanfaatkan sebagai pelarut dalam

industri,dikarenakan oleh zat ini memiliki kandungan racun yang rendah dan

memiliki tidak memiliki dampak lingkungan yang berarti. Selain itu,

rendahnya temperatur dari proses dan stabilitas CO2 memungkinkannya

berfungsi sebagai pelarut layaknya aqua distilata.

6. Mendesain pemakaian energi yang efisien

Kebutuhan energi yang berdampak pada lingkungan dan ekonomi

harus diminimalkan. Jika mungkin, metode sintetis dan pemurnian harus

dirancang untuk suhu dan tekanan ruang, sehingga biaya energi yang

berkaitan dengan suhu dan tekanan ekstrim dapat diminimalkan.

7. Pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui

Minyak bukan merupakan sumber daya terbarukan. 90-95% dari

produk yang kita gunakan (botol plastik, farmasi, cat, non-stick coating, kain,

dll) berasal dari minyak. Bahan baku terbarukan (jagung, kentang, biomassa)

dapat digunakan untuk membuat banyak Produk: bahan bakar (etanol dan bio-

diesel), plastik dan lainnya.

8. Mengurangi senyawa turunan yang tak perlu

Derivatisasi yang tidak perlu (penggunaan kelompok „blocking“,

proteksi/ deproteksi, modifikasi sementara proses fisika / proses kimia) harus

dikurangi atau dihindari jika mungkin, karena langkah-langkah seperti ini

membutuhkan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah. Transformasi

Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan atau mengurangi kebutuhan

untuk proteksi gugus fungsi. Selain itu, urutan sintetis alternatif dapat

menghilangkan kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi dengan ada gugus

fungsi lain yang lebih sensitif.

9. Pemakaian katalis sangat baik secara stoikiometris

Secara stoikiometri katalis dengan selektivitas yang tinggi memang

lebih unggul dalam reaksi. Katalis dapat memainkan beberapa peran dalam

proses transformasi, antara lain dapat meningkatkan selektivitas reaksi,

mengurangi suhu transformasi, meningkatkan tingkat konversi produk dan

Page 8: Makalah Kimia Hijau

11

mengurangi limbah reagen (karena mereka tidak dikonsumsi selama reaksi).

Dengan mengurangi suhu, kita dapat menghemat energi dan berpotensi

menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.

10. Desain produk yang mudah terdegradasi

Produk kimia seharusnya didesain hingga pada akhir fungsinya nanti

mereka dapat terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya ketika

mereka dilepaskan ke lingkungan. Disinilah arti pentingnya sintesis material

sehari-hari yang biodegradable, misalnya biopolimer, plastik ramah

lingkungan dst.

11. Pencegahan polusi lingkungan

Metodologi analitis perlu lebih dikembangkan untuk memungkinkan

real-time proses monitoring dan kontrol sebelum pembentukan zat berbahaya.

Waktu analisis riil untuk ahli kimia adalah proses "memeriksa kemajuan

reaksi kimia seperti yang terjadi. "

12. Pencegahan terhadap kecelakaan

Salah satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah

memilih pereaksi dan pelarut yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran

dan kecelakaan yang tak disengaja. Risiko yang terkait dengan jenis

kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengubah bentuk

(padat, cair atau gas) atau komposisi dari reagen.

D. Permasalahan Besar Terkait Green Chemistry

Ada beberapa permasalahan yang akan dihadapi dimasa mendatang yaitu

mengenai energi, air, makanan, lingkungan dan penyakit, yang berkaitan erat

dengan kimia dan hanya dapat diselesaikan dengan konsep kimia yang baru, yaitu

kimia hijau.

1. Untuk masalah energi, terbuka lebar peluang baru yang bisa dimainkan oleh

kimia hijau dalam hal konversi dan penyimpanan. Dalam hal konversi energy

yang berasal dari bahan bakar minyak bumi, batu bara, gas, dan biomassa,

Kimia hijau dapat memberikan andil mengenai bagaimana menemukan

metode efisien untuk mendapatkan syngas (CO dan H2) dari gas alam,

Page 9: Makalah Kimia Hijau

11

bagaimana transformasi ramah lingkungan metana menjadi hidrokarbon yang

lebih besar, dan bagaimana meningkatkan produksi bahan bakar bio dari

selulosa dan komponen biomassa yang lain dengan memanfaatkan enzim

tertentu. Dalam hal konversi energy dari sinar matahari menjadi energy listrik.

Kimia hijau dapat berperan misalnya dalam aspek bagaimana mencari

pengganti teknologi berbasis silicon yang mahal namun efisiennya rendah.

Masalah kekurangan energi di dunia, dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak

dapat diperbaharui dan berpotensi merusak lingkungan seperti karbondioksida,

menipisnya lapisan ozon, dampak penambangan serta bahan beracun di sekitar

kita. Untuk masalah kekurangan energi ini Green chemistry dapat menjadi

pendorong dalam pembuatan energi alternative seperti photovoltaics, rekayasa

bahan bakar hidrogen, bahan bakar nabati atau biologis dan yang lainnya.

Selain itu gerakan Green Chemistry lain ialah meningkatkan pemakaian katalis

yang tepat dan mampu mengefisienkan pemakaian energi. Sebab jika alur

proses sintesis dapat dipotong otomatis pemakaian energi dapat dihemat.

2. Masalah Perubahan Iklim Global.

Perubahan iklim, kenaikan suhu lautan , kimia stratosfir, dan pemanasan

global adalah bidang kajian yang digarap oleh teknologi green chemistry.

3. Masalah Sumberdaya alam yang kian menipis.

Eksploitasi yang berlebihan atas sumber daya alam tak terbaharui,

menyebabkan ketidakseimbangan pada skala yang memprihatinkan .Oleh

karena itu pemakaian bahan bakar fosil menjadi isu utama dalam kajian Green

Chemistry. Upaya-upaya yang dapat dilakukan melalui Green Chemistry ialah

sintesis bahan bakar yang dapat diperbaharui secara berkesinambungan baik

dari segi ekonomi dan teknologi seperti: teknologi biomassa, teknologi

nanosains, biosolar, efisiensi karbondioksida, zat chitin dan pengolahan

limbah.

4. Masalah Kekurangan pangan.

Ketika terjadi kelangkaan pangan maka aliran distribusi pun melemah.

Sedangkan metoda pertanian sekarang ini tak mampu lagi mengatasi masalah

pangan di masa mendatang. Untuk itu perlu adanya metoda baru dalam

Page 10: Makalah Kimia Hijau

11

mengatasi masalah pangan ini dan Green chemistry secara sains dapat

berperan dalam teknologi produksi makanan masa depan dengan cara:

Pertama, mengembangkan sejenis pestisida yang hanya berpengaruh pada

organisme yang menjadi target dan dapat secara mudah terdegradasi menjadi

zat tak berbahaya.

Kedua, mendesain proses daur ulang sisa-sisa produk pertanian untuk dapat

diolah kembali. Ketiga Menbuat sejenis fertilizer (anti pertumbuhan) yang

digunakan dengan takaran sesedikit mungkin dengan tingkat keberhasilan

tinggi.

5. Masalah Alam Lingkungan yang semakin terpolusi.

Penerapan Green Chemistry pada sendi-sendi penelitian dan proses produksi

yang dilakukan secara konsisten dan tepat, dapat mengurangi bahkan

menghilangkan senyawa beracun yang berdampak manusia, biosfir dan

lingkungan sekitar.

E. Aplikasi Green Chemistry

Green Chemistry bukan sekedar konsep!! Cara terbaik memahami Green

Chemistry tentu haruslah dari aplikasinya juga. Hal ini penting guna menepis

anggapan bahwa Green Chemistry cuma Konsep yang bagus . Simak penemuan

dan aplikasi Green Chemistry yang memenangkan penghargaan dari Presidential

Green Chemistry Challenge Awards yang didukung ACS Green Chemistry

Institute.

1. Vitamin C (asam askorbat) untuk proses pembuatan polimer.

Professor Krzysztof Matyjaszewski dari Carnegie Mellon University

telah mengembangkan pelarut yang aman bagi lingkungan. Proses yang

ditelitinya disebut “ Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP)” yang

biasa dilakukan untuk proses pembuatan polimer.Menariknya proses ATRP

ini dilakukan dengan Vitamin C (asam askorbat) sebagai pereduksi (reduction

agent).Tentu saja hal ini menghemat pemakaian katalis serta aman bagi

lingkungan.

Page 11: Makalah Kimia Hijau

11

2. Gula dan minyak sayur sebagai bahan baku cat.

Procter and Gamble mengembangkan cat yang yang dapat

diperbaharui. Produsen cat biasanya memakai senyawa alkid sebagai bahan

baku cat karena sifatnya tahan lama, mengkilap dan dapat digunakan untuk

berbagai keperluan misalnya bahan bangunan, industri metal, alat pertanian

dan konstruksi. Namun sayangnya senyawa ini beracun. Oleh karena itu

Procter & Gamble menciptakan formulasi cat berbahan baku minyak Sefose®

menggantikan bahan baku yang berasal dari turunan minyak bumi. Minyak

Sefose® dibuat dari gula dan minyak sayur yang jauh lebih aman bahkan

pemakaiannya hanya separuh dari senyawa alkid.

3. Gula pati dan selulosa sebagai bahan bakar.

Virent Energy Systems, Inc. membuat bahan bakar yang berasal dari

Gula pati dan selulosa, Cadangan minyak bumi yang terus menipis

mendorong perusahaan ini mencari bahan bakar alternatif dari sumber yang

dapat diperbaharui.Dengan bahan dasar air dan katalis khusus gula pati dan

selulosa dapat diubah menjadi bahan bakar alternatif melalui proses yang

hemat energi dan mudah dimodifikasi sesuai kebutuhan. Ini suatu terobosan

yang menarik untuk mengimbangi harga minyak bumi yang tidak stabil.

4. Pemakaian enzim untuk pembuatan bahan dasar kosmetik.

Eastman Chemical dikenal sebagai perusahaan yang membuat

kosmetik dan perlengkapan mandi . Perusahaan seperti ini seringkali memakai

asam kuat dan pelarut yang beracun. Pemakaian bahan–bahan jenis ini

membutuhkan proses yang mahal . untuk mengatasi masalah ini Eastman

Chemical mengembangkan teknologi pembuatan ester yang biasa digunakan

sebagai bahan baku dengan secara enzimatis. Pembuatan ester dengan cara ini

ternyata lebih hemat dan aman karena berbahan baku alami.

5. Kacang kedelai sebagai Bahan Pembuatan Toner printer.

Umumnya toner printer dibuat dari turunan minyak bumi. Sifatnya

yang sulit lepas dari kertas mempersulit proses daur ulang. Perusahaan

Battelle bersama Advanced Image Resources dan badan kedelai Ohio.

Menciptakan toner yang berasal dari kedelai. Toner kedelai ini memiliki

Page 12: Makalah Kimia Hijau

11

kualitas yang sama dengan toner konvensional selain mudah dihapus dari

kertas dan pembuatannya yang hemat energi. Tentu saja ini berita baik karena

proses daur ulang jadi lebih mudah.

6. Kacang kedelai sebagai bahan baku pembuatan lem perekat.

Lem perekat banyak dipakai di perusahaan kayu dan kertas. Namun

lem perekat yang umum dipakai mengandung formaldehid yang diketahui

cukup berbahaya dan bisa menyebabkan kanker. Professor Kaichang Li dari

Oregon State University bersama perusahaan pengolahan hutan Columbia and

Hercules Inc. Mengembangkan bahan perkat berbahan dasar kacang kedelai

sebagai pengganti 47 juta pon perekat berbahan dasar formaldehid.

7. Green process ala S.C. Johnson & Son, Inc.

Mulai tahun 2005 S.C. Johnson & Son, Inc, membuat sistem yang

mengukur sejauh mana kandungan produk yang mereka buat memiliki

pengaruh pada lingkungan dan kesehatan. Sistem ini dinamakan Greenlist™.

Dengan sistem ini formulasi dari suatu produk lebih mudah di modifikasi,

hasilnya S.C. Johnson & Son berhasil mengurangi 4 juta pon pemakaian

polyvinylidene chloride (PVDC) per tahun.

Page 13: Makalah Kimia Hijau

11

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Green Chemistry atau kimia hijau yang disebut juga sebagai sustainable

chemistry (kimia yang berkelanjutan) merupakan desain produk dan proses kimia

dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan maupun penghasilan zat

berbahaya baik terhadap manusia maupun lingkungan. Konsep dari kimia hijau

memungkinkan terbentuknya penyelesaian dari berbagai permasalahan yang

belakangan ini disebabkan oleh sebagian besar aktifitas manusia. Aplikasi kimia

hijau dalam teknologi memberikan sejumlah manfaat antara lain, mengurangi

limbah, mengurangi biaya, produk yang lebih aman, dan mengurangi penggunaan

energi dan sumber daya alam.

B. Saran

Konsep kimia hijau dalam upaya pelestarian kehidupun yang sangat

menarik ini diharapkan tidak hanya berhenti dalam tulisan dan hanya dipelajari

dalam bangku perkuliahan saja. Namun dapat menjadi modal dalam hal

pengaplikasian dan penelitian-penelitian baru terkait kimia yang ramah

lingkungan. Selain itu diperlukan pula sosialisasi mengenai kimia hijau kepada

seluruh kalangan masyarakat sesuai dengan tingkat kebutuhannya sehingga akan

lebih mempercepat tercapainya tujuan dari kimia hijau dalam seluruh aspek

kehidupan.

Page 14: Makalah Kimia Hijau

11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Aplikasi Green Chemistry yang memenangkan penghargaan dari presidential Green Chemistry Challeg Awards. http://www.epa.gov/greenchemistry/ (diakses tanggal 19 Mei 2013).

Nurma, 2008. Green Chemistry. http://nurma.staff.fkip.uns.ac.id/green-chemistry/ (diakses tanggal 19 Mei 2013).

Santosa, Sri Juari, 2008, Kimia Hijau sebagai pilar Utama Pembanunan Lestari, Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Utomo, M. Pranjoto, 2010, GREEN CHEMISTRY DENGAN KIMIA KATALISIS, Prosiding