makalah bunuh diri
DESCRIPTION
bunuh diriTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada zaman globalisasi ini, berbagai macam teknologi dari luar negeri telah
memasuki Indonesia, kemajuan pengetahuan tentang teknologi pun telah berdampak baik
dalam pengembangan Negara Indonesia, dan membantu Indonesia dalam membuka pasar
bebas. Akan tetapi, globalisasi juga berdampak negatif terhadap moral generasi muda bangsa
Indonesia. Generasi muda jaman sekarang lebih menginginkan yang instan dan tak mau
melalui berbagai macam cobaan. Sehingga ketika kegagalan itu melanda generasi muda kita,
maka kemungkinan yang akan terjadi adalah depresi yang luar biasa. Ketika sesorang
mengalami depresi maka logikanya tak dapat digunakan lagi, yang berperan adalah
emosional tanpa di dasari oleh kecerdasan spiritual
Kejadian bunuh diri akhir-akhir ini perlu kita sadari disebabkan sulitnya seseorang
untuk menerima apa yang telah terjadi dan putus asa karena masalah yang dibebannya ,
penyebab bunuh diri, antara lain karena seseorang yang mempunyai niat bunuh diri tidak
mempunyai solusi lagi atas masalah yang dialami dan tidak ada tempat berkeluh kesah untuk
mendapat solusi tentang masalahnya . ” percayalah saudara bahwa sesungguhnya kematian
itu memang akan datang dan menjemput kita dan janganlah kita yang mencoba menjemput
suatu kematian karena merupakan dosa besar “
\
2. Tujuan
a. Mengetahui definisi bunuh diri
b. Memahami motif seseorang melakukan bunuh diri
1
c. Mengetahui pandangan islam dalam menyikapi orang yang melakukan bunuh diri
d. Mengetahui hokum menyolati jenazah yang matinya dengan cara bunuh diri
e. Mengetahui hukum bom bunuh diri
f. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Bunuh Diri
Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh
individu itu sendiri atau atas permintaannya.
Dalam pandangan islam bunuh diri adalah perbuatan yang sangat keji, dan termasuk
dosa yang sangat besar. Dimana, kegiatan bunuh diri ini adalah kegiatan manusia-manusia
pengecut/pecundang hidup (looser), sebab kekalahan memang sudah mutlak menjadi milik
mereka jika mereka membunuh dirinya sendiri.
2. Motif Bunuh Diri
Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah
sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab
tindakan yang disebut motif. Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penulis
menggolongkan :
a. Dalam kategori sebab, misalkan :
1. Dilanda keputusasaan dan depresi
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
3
4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
b. Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu
1. egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi),
2. altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan
3. anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).
3. Pandangan Islam
a. Ayat Al-Qur'an tentang larangan bunuh diri
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29)
"Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah
mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)."
(QS. Al-Kahfi ; 6)
b. Hadits-Hadits tentang larangan bunuh diri
Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw.,
bersabda : “Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan
ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-
lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula
sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri
dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti
(berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.”
Hadits 87. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi saw., sabdanya :
“Tidak wajib bagi seseorang melaksanakan nazar apabila dia tidak sanggup
4
melaksanakannya.” “Mengutuk orang Mu’min sama halnya dengan membunuhnya.”
“Mengadakan tuduhan bohong atau sumpah palsu untuk menambah kekayaannya
dengan menguasai harta orang lain, maka Allah tidak akan menambah baginya,
bahkan akan mengurangi hartanya.”
Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw.,
sabdanya : “Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik
sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya
sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka
jahanam dengan cara itu pula.”
Hadits 89. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : “Kami ikut perang
bersama-sama Rasulullah saw., dalam perang Hunain. Rasulullah saw., berkata
kepada seorang laki-laki yang mengaku Islam, “Orang ini penghuni neraka.” Ketika
kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan gagah berani, sehingga dia
terluka. Maka dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah saw., katanya “Orang yang
tadi anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan
sekarang dia tewas.” Jawab Nabi saw., “Dia ke neraka.” Hampir saja sebahagian
kaum muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian,
tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum mati, tetapi luka parah. Apabila malam
telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri.
Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw., bersabda, :
“Kemudian beliau memerintahkan Bilal supaya menyiarkan kepada orang banyak,
bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk
patuh).
Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar Hasan ra,
bercerita : “Masa dulu, ada seorang laki-laki keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi
menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu dengan anak panah, menyebabkan darah
banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan
baginya surga.” (Karena dia sengaja bunuh diri.) Kemudian Hasan menunjuk ke
masjid sambil berkata, “Demi Allah! Jundab menyampaikan hadits itu kepadaku dari
Rasulullah saw., di dalam masjid ini.”
5
4. Hukum Menyolati Orang Mati Bunuh Diri
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum menyalati jenazah orang-orang fasik
(al-fussaaq), seperti orang yang tidak shalat dan tidak berzakat (namun masih meyakini akan
kewajibannya), orang pezina, peminum khamr, termasuk juga yang bunuh diri. Sebagian
ulama seperti Umar bin Abdul Aziz dan al-Auza’i berpendapat bahwa jenazah orang fasik
tidaklah dishalati. Imam Abu Hanifah dan para sahabatnya menyetujui pendapat itu khusus
untuk orang yang memberontak (al-baaghi) dan orang pembegal (al-muharib). Dalam salah
satu riwayatnya, Imam Syafi’i sepakat dengan pendapat itu khusus untuk para pembegal
(qathi’uth tahriq).
Sementara di sisi lain, Imam Malik, Syafi’i, Abu Hanifah, dan jumhur ulama
berpendapat bahwa jenazah orang fasik tetap wajib dishalati. (Imam Syaukani, Nailul Authar,
[Beirut : Dar Ibn Hazm], 2000. hal. 746; Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, I/191-192; Imam
Shan’ani, Subulus Salam, II/99).
Menurut pentarjihan kami, pendapat jumhur ulama ini lebih kuat (rajih) dikarenakan
dalilnya lebih kuat. Jadi, jenazah orang-orang fasik (al-fussaaq) tetap wajib hukumnya
dishalati. Sebab mereka adalah muslim, bukan kafir. Maka menyalati mereka hukumnya
tetap wajib secara fardhu kifayah (Imam Syirazi, Al-Muhadzdzab, I/135).
Dalilnya antara lain sabda Nabi SAW, “Shalatlah kamu di belakang siapa saja yang
mengucapkan laa ilaaha illallah dan shalatilah oleh kamu siapa saja yang mengucapkan laa
ilaaha illallah.” (shallu khalfa man qaala laa ilaaha illallah wa shallu ‘ala man qaala laa
ilaaha illallah) (HR Ad-Daruquthni dan Ath-Thabrani) (Lihat Imam Syaukani, Nailul
Authar,. hal. 597, Bab Maa Ja`a fi Imamah al-Fasiq).
Imam Syaukani berkata,”Shalat jenazah atas orang fasik telah ditunjukkan oleh hadits
shallu ‘ala man qaala laa ilaaha illallah sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya pada
bab Maa Ja`a fi Imamah al-Fasiq sebagai salah satu bab mengenai shalat jamaah.” (Imam
Syaukani, Nailul Authar, hal. 746).
Adapun bagi para pemimpin atau tokoh masyarakat (al-fudhalaa`), seperti imam
(khalifah) atau para ulama (ahlul ‘ilmi wa ad-diin), maka boleh tidak menyalati jenazah
orang-orang fasik itu, sebagai hukuman (‘uqubah) dan pelajaran (ta`diib) atas jenazah yang
bersangkutan, sekaligus sebagai celaan/kecaman (zajran) agar orang banyak tidak
6
menirunya. (Imam Shan’ani, Subulus Salam, II/99; Nashiruddin Al-Albani, Ahkamul Jana`iz,
[Riyadh : Maktabah al-Maarif], 1992, hal. 108-109)
Dalilnya antara lain hadits dari Zaid bin Khalid al-Juhaniy RA, bahwa seorang laki-
laki dari kaum muslimin meninggal dunia di Khaibar dan hal itu telah diberitahukan kepada
Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW berkata,“Shalatilah teman kamu itu!” Maka
berubahlah wajah orang-orang karena perkataan Rasuluillah itu. Maka tatkala Rasulullah
melihat keadaan mereka itu, berkatalah Rasululah,“Sesungguhnya temanmu itu telah
mengambil harta secara curang di jalan Allah.” Maka kami pun memeriksa harta laki-laki
tadi dan kami dapati ada sebuah untaian mutiara (kharaz) milik kaum Yahudi senilai dua
dirham.” (HR Khamsah, kecuali Tirmidzi) (Lihat Imam Syaukani, Nailul Authar, hal. 746).
Dalil lainnya adalah hadits Jabir bin Samurah RA, bahwa seorang laki-laki telah
membunuh dirinya sendiri dengan tombak maka Nabi SAW tidak menyalatinya.” (HR
Muslim) (Imam Sha’ani, Subulus Salam, II/99).
Imam Tirmidzi mengomentari hadits Jabir bin Samurah di atas (atau yang semakna
dengannya) dengan mengatakan,”…Para ulama (ahlul ‘ilmi) telah berbeda pendapat dalam
masalah ini. Sebagian mereka berkata,’Dishalati setiap siapa saja yang shalat menghadap
kiblat, juga setiap orang yang bunuh diri. Inilah pendapat Sufyan Ats-Tsauri dan Ishaq.
Ahmad berkata,’Imam [khalifah] tidak menyalati orang yang bunuh diri, sedangkan selain
imam menyalatinya.” (Nashiruddin Al-Albani, Ahkamul Jana`iz, hal. 110).
Dari seluruh uraian di atas, jelaslah bahwa jenazah orang yang bunuh diri tetap wajib
dishalati oleh kaum muslimin. Hanya saja bagi para pemimpin dan pemuka masyarakat,
sebaiknya tidak menyalatinya, sebagai celaan kepada jenazah yang bersangkutan dan agar
orang banyak tidak melakukan dosa yang serupa. Wallahu a’lam bish-shawab
5. Hukum Bom Bunuh Diri
Syaikh rahimahullah berkata tatkala menerangkan hadist tentang kisah “Ashabul
Ukhdud” (orang-orang yg memuntuk parit), ketika menyebutkan faidah-faidah yg terdpt
dalam kisah tersebut, ‘bahwasa seseorang dibenaran mengorbankan diri untuk kepentingan
orang banyak, krn pemuda ini memberitahukan kpd raja cara membunuh yaitu dgn
mengambil anak panah milik pemuda itu” [1]
7
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : ‘Karena hal ini mrpk jihad fi
sabilillah, yg menyebabkan orang banyak beriman, sedangkan pemuda tadi tdk rugi krn ia
telah mati, dan memang ia akan mati cepat atau lambat”
Adapun peruntukan sebagian orang yg mengorbankan diri, dgn jalan membawa bom
kemudian ia datang kpd kaum kuffar lalu meledakkan mrpk bentuk bunuh diri Ã
¢â‚¬â€œsemoga Allah melindungi kita-. Barangsiapa yg melakukan bunuh diri maka ia kekal
di Neraka Jahannam selama seperti telah disinyalir oleh sebuah hadits Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam [2], krn orang tersebut melakukan bunuh diri bukan untuk kemaslahatan
agama Islam. Sebab jika ia membunuh diri serta membunuh sepuluh, seratus atau dua ratus
orang, hal itu tdk mendatangkan manfaat bagi Islam dan tdk ada orang yg mau masuk Islam,
berbeda dgn kisah pemuda tadi. Bahkan boleh jadi hal ini akan memunculkan kemarahan di
hati para musuh sehingga mereka membinasakan kaum muslimin dgn sekuat tenaga.
Contoh apa yg diperuntuk oleh orang-orang Yahudi terhadap orang-orang Palestina.
Jika di antara penduduk Palestina satu orang yg mengorbankan diri dan ia bisa membunuh
enam, atau tujuh orang, maka orang-orang Yahudi akan membalas dgn memakan korban
enam puluh orang atau lebih. Hal tersebut tdklah memberikan manfaat bagi kaum muslimin,
dan tdk pula orang yg melakukannya.
Oleh sebab itu, kami berpandangan bahwasa peruntukan yg dilakukan oleh sebagian
orang dgn mengorbankan diri termasuk peruntukan bunuh diri yg tdk sesuai dgn kebenaran,
dan menyebabkan pelaku masuk ke dalam neraka –semoga Allah melindungi kita-.
Pelaku pun tdk dikatagorikan sebagai syahid. Akan tetapi jika pelaku beranggapan bahwasa
hal itu dbenarkan, maka kami berharap mudah-mudahan ia terbebas dari dosa, tetapi tetap
saja tdk dikatagorikan sebagai syahid, krn ia tdk menempuh jalan orang yg syahid. Dan
barangsiapa yg berijtihad lalu ia salah maka bagi satu pahala [3].
Orang yg meletakkan bom di badan lalu meledakkan diri di kerumunan musuh mrpk
suatu bentuk bunuh diri dan ia akan disiksa di Neraka Jahannam selamanya, disebabkan
peruntukan tersebut, sebagaimana telah disebutkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bahwa orang yg membunuh diri dgn sesuatu ia akan disiksa krn di Neraka Jahannam.
8
Sungguh aneh orang-orang yg melakukan peruntukan tersebut, sedangkan mereka
membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Arti : Dan janganlah kamu membunuh diri ; sesungguh Allah ialah Maha Penyayg
kpdmu” [An-Nisa’ : 29]
Akan tetapi mereka tetap saja melakukannya, apakah mereka mendptkan sesuatu ?
Apakah musuh telah kalah ? Ataukah sebaliknya, mereka semakin keras terhadap orang-
orang yg melakukan peuntukan ini, seperti yg sedang terjadi di negeri Yahudi, di mana
peruntukan-peruntukan tersebut menjadikan mereka semakin sombong bahkan kami
menemukan data bahwasa Negara Yahudi pada pertemuan terakhir golongan kanan menang
yaitu mereka yg ingin menguasai bangsa arab.
Akan tetapi orang yg beruntuk seperti ini yg beranggapan bahwa ini ialah
perngorbanan di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala kami mohon kpd Allah agar ia tdk disiksa
krn telah menakwilkan dgn takwil yg salah.
Adapun beralasan dgn kisah pemuda tadi, maka peruntukan pemuda tersebut
menjadikan orang masuk Islam bukan menghancurkan musuh. Oleh krn itu, ketika raja
mengumpulkan orang banyak lalu ia mengambil anak panah dari tempat pemuda itu seraya
berkata : Dengan nama Allah tuhan pemuda ini, orang-orang pun berteriak : Tuhan ialah
Tuhan pemuda ini, sehingga menghasilkan ke-Islaman orang banyak. Apabila terjadi seperti
kisah pemuda ini maka bolehlah beralasan dgn kisah tersebut. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menceritakan kpd kita agar diambil sebagai pelajaran. Akan tetapi orang-orang yg
beranggapan bahwasa boleh membunuh diri mereka jika mampu membunuh sepuluh atau
seratus dari pihak musuh, hal itu hanyalah menimbulkan kemarahan dalam diri musuh serta
mereka semakin berpegang dgn keyakinan mereka.
9
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Dari pembahasan tentang bunuh diri di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa,
bunuh diri merupakan suatu hal yang dilarang oleh agama islam. Dosa yng sangat besar
apabila seseorang melakukan perbuatan tersebut. Orang yang melakukan perbuatan bunuh
diri sangat disayangkan sekali,karena menyia-nyiakan hidup. Yang lebih penting ALLAH
SWT sangat membeci perbuatan tersebut.
2. Saran
a. Perbanyak Istighfar
b. Lebih mendekatkan diri pada Allah SWT
c. Lebih mensyukuri nikmat dari-Nya
d. Ridha dengan semua kehendak-Nya
e. Belajar mengontrol Emosional
10