makalah b. arab maf'ul liajlih

12

Click here to load reader

Upload: bang-jai

Post on 22-Nov-2015

580 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Arab ialah salah satu daripada unit keluarga Bahasa Semiti. Dr. Subhi Salleh (1388H:47) mengatakan ia berasal daripada keturunan anak-anak Nabi Nuh a.s. iaitu Sam, Ham dan Yafis yang akhirnya membentuk puak-puak dan kabilah-kabilah Arab berikutnya. Tempat awal perkembangan bahasa Arab ialah bahagian Barat Daya Semenanjung Tanah Arab. Bahasa Arab adalah unit keluarga Bahasa Semiti yang paling banyak mendapat perhatian para pengkaji. Ia dianggap sebagai bahasa semiti yang tertua. Ilmu Bahasa Arab adalah Ilmu agar dapat memahami dan membuat kalam (ucapan) dalam bahasa Arab. Kalam (atau disebut juga Jumlah) dalam istilah Nahwu adalah lafadz yang tersusun dari beberapa kalimat yang dapat memberikan kefahaman.Tujuan mempelajari bahasa Arab adalah agar dapat memahami makna-makna Al-Quran dan Sunnah-sunnah Rasul. Untuk menyusun, membaca maupun memahami dengan sebuah Kalam benar harus mengetahui tentang Kalimat (Kata), dan Posisinya dalam suatu kalam. Karena itu, pembahasan dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga bagian penting, yakni pembahasan Kalam, pembahasan tentang kalimat sebagai penyusun kalam, dan pembahasan Kedudukan kalimat dalam suatu kalam. Pembahasan mengenai Kalam misalnya; mengenai pengertiannya dan macam-macamnya Kalam. Bahasa Arab adalah bahasa kesatuan kaum muslimin sedunia, bahasa yang digunakan untuk komunikasi Allah swt. dengan hamba-Nya (Rasulullah saw.) berupa al-Quran. Bahasa yang telah dipilih oleh Allah swt. ini adalah bahasa yang kaya dan sempurna di antara bahasa-bahasa yang ada di bumi ini. Suatu bahasa yang tetap akan terjaga (keaslian) sampai hari qiyamat, tak akan terkontaminasi oleh lajunya peradaban dunia. Tidak seperti bahasa lain yang mudah tercemar seiring dengan globalisasi dan majunya peradaban.

Belajar bahasa Arab memang sebuah keharusan yang layak dikuasai oleh umat Islam. Sebab sejak awal mula diturunkan ajaran Islam sampai hari ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab. Seseorang tak akan mampu memahami Islam dengan benar tanpa melalui kaidah bahasa Arab. Menafsirkan al-Quran wajib menggunakan kaidah bahasa Arab, bukan dengan kaidah/tata bahasa-bahasa selainnya. Seorang muslim tak akan mungkin (mustahil) berpisah dari bahasa Arab. Untuk itu kita mempunyai kewajiban untuk terus berusaha medalami dan mensyiarkannya dalam kehidupan sehari hari. Oleh karena itu, orang yang mempelajari sumber-sumber asli ajaran agama Islam mustilah memahami dengan baik bahasa Arab yang meliputi berbagai aspek. Di antara aspek bahasa Arab yang sangat urgen adalah dan menjadi faktor utama adalah Ilmu Nahwu Sharaf (Tata Bahasa Arab) yang mempunyaio nilai strategis dalam menggali ajaran-ajaran Islam. Orang yang tidak memahai Ilmu Nahwu dan Sharaf akan memamahami buku-buku berbahasa arab dengan melenceng. Begitu pula orang yang hendak menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia, mutlak harus mendalami dan memahami Ilmu Nahwu dan sharaf secara baik untuk terhindar dari kesalahan-kesalahan.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan singkat latar belakang tentang urgensi mempelajari, mendalami dan memahami bahasa arab maka salah satu bagian dari proses pemahaman bahasa mulia ini adalah mempelajari kaidah-kaidahnya. Dengan demikian, penting (dalam pembahasan ini) membatasi makalah dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud Maful Li Ajlih?

2. Syarat-syaratnya?

3. Perbandingan dengan maf'ul yang lainnya.

BAB II

Maful Min ajlih Ialah Isim mansub yang dinyatakan sebagai penjelas bagi penyebab terjadinya fiiil (perbuatan).

Maful Li ajlih ( )Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fiil untuk menjelaskan sebab terjadinya perbuatan (merupakan jawaban dari mengapa perbuatan itu terjadi)

Misal : (hadhoro Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali hadir karena memuliakan Muhammad. Kata (penghormatan) merupakan maful liajlih, karena menjelaskan sebab Ali hadir, yaitu karena memuliakan ( ) Muhammad.

Dari definisi di atas sudah jelas bahwa maful min ajlih merupakan masdar mansub yang didatangkan untuk menjelaskan penyebab terjadinya perbuatan.

Contoh :

Muhammad pergi ke Mesir untuk mencari ilmu

Berdirilah sebagai penghormatan untuk gurumu !

Contoh IROB :

Aku bersujud untuk bersyukur

:

Aku bersujud : Fil Madhy mabny atas Sukun,

dan Ta adalah Dhomir Fail mabny atas Dhommah ditempat Rofi.

:

Untuk bersyukur : Maful Li Ajlih Manshub dengan Fathah

Ada banyak contoh dalam Alqur'an seperti:

(((( (((((((((((( ((((((((((((( (((((((( (((((((((

"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan...."

(((((((((( ((((((((((((( (((((((((((( ((((((((( (((( "Orang-orang yang membelanjakan hartanya Karena mencari keridhaan Allah..."

I. Syarat Maful Li ajlih

Dari definisi di atas maka Ibn Aqil dalam al-Tahzib menegaskan setidaknya ada tiga syarat dalam menetapkan Maful Li ajlih :

1. Hendaklah merupakan Masdar

2. Hendaknya berdiri sebagai illat (alasan) dari kejadian sebelumnya.

3. Hendaknya menyatu dalam satu waktu antara amil dan fail.

Apabila 3 syarat di atas tidak dipenuhi maka harus dijarkan dengan huruf jar yang menunjukkan arti sebab. Seperti , ,, dll. Dengan kata lain ketika dimasuki huruf jar maka tela keluar dari pengertian Maful Li ajlih dan beralih kepada kaidah jar dan majrur.II. Penggunaan Maful Li ajlih

Maful Li ajlih kebanyakan digunakan pada dua tempat :

1. Nakirah

2. Mudaf

Pada dasarnya, yang menasabkan maful li ajlih itu adalah fiil. Adapun amil-amil yang lain yaitu :

1. Masdar

: Mubtada : mudaf ilaih Majrur Maful mudaf khabar mubtada. Adapun masdar yang menasabkan maful liajlih.

2. Isim Fail

3. Isim Maful

4. Sigah Mubalagah

5. Isim Fiil

HYPERLINK "http://www.arabic.com.my/pdf/Pendekatan." http://www.arabic.com.my/pdf/Pendekatan. download tgl. 05/10/2011

Ibid.,

K. H. Moch. Anwar, Ilmu Nahwu: Terjemahan Matan al-Ajurumiyyah dan 'Imrithy Berikut Penjelasannya, (Cet. XV; Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), h. V

AH. Akrom Fahmi, Ilmu Nahwu dan Sharaf 3 (Tata Bahasa Arab), (Jilid : Raja II. Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. V.

Syekh Syamsuddin Muhammad Araa'ini, Ilmu Nahwu. Diterjemahkan oleh K. H. Moch Anwar, Ilmu Nahwu, Terjemahan Mutammimah Ajurumiyyah, (Cet. XI; Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010), h. 254. Bandingkan dengan K. H. Moch. Anwar, op.cit., h. 155

HYPERLINK "http://www.islamicunderground.wordpress.com/" www.islamicunderground.wordpress.com dan HYPERLINK "http://almasakbar45.blogspot.com/2011/01/blog-post.html" http://almasakbar45.blogspot.com/2011/01/blog-post.html), download 12/10/2011

K. H. Moch. Anwar, op.cit., h. 254