lp resiko bunuh diri

Upload: firdakusumaputri

Post on 03-Mar-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

firdha kusuma putri

220112150105[firdha kusuma putri]

LP dan SP Tindakan Keperawatan Risiko Bunuh Diri

Definisi:

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

Etiologi:

Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :

1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.

2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan

3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.

4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.

5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Faktor predisposisi

Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :

1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.a. Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.b. Lingkungan psikososial Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.c. Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktifd. Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.Faktor Presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.

2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.

3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.

4. Cara untuk mengakhiri keputusan.

Patopsikologi

Semua perilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:

1. Ancaman bunuh diri

Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2. Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.

3. Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).

Peningkatan verbal/non verbal

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ambivelensi tentang kematianKurangnya respon positif

(Stuart&Sundeen, 2006)

Manfes

Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.

Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia.

Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/ kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan kepribadian antisosial.

Pohon masalah

Harga diri rendah

Core problem

Koping tak efektif

( Stuart , 2009)Rencana tindakan keperawatan

1. Harga diri rendah

Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan lain secara optimal untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada orang yang dipercaya.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal.

Perkenalkan diri dengan sopan.

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

Jelaskan tujuan pertemuan.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.

Utamakan memberi pujian yang realistik.

c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Diskusikan penggunaannya.kemampuan yang masih dapat digunakan.

Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

2. Resiko bunuh diri

Tujuan umum: Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan kepada seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah dan sopan.

Perkenalkan diri dengan sopan

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang diuskai klien.

Juluskan tujuan pertemuan.

Jujur dan menepati janji.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Beri perhatian kepda klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.

Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri

Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.

Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.

c. Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa dilakukan.

Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.

Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.

d. Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri.

Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.

Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.

e. Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko bunuh diri.

Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat untuk menghadapi masalah.

f. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.

Bantu klien untuk mengatasi masalah.

Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dipilih.

g. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.

Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.

h. Klien dapat menggunakan obat secara benar.

Jelaskan cara minum obat dengan klien.

Diskusikan manfaat minum obat.

i. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.

Identifikasi keluarga merawat klien.

Jelaskan cara merawat klien.

j. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri.

Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri.3. Koping yang tak efektif

Tujuan umum: Klien dapat memilih koping yang efektif agar tidak melakukan bunuh diri.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menerapakan prinsip komunikasi terapetik.

Sapa klien dengan ramah dan sopan.

Perkenalkan diri dengan sopan,

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

Jelaskan tujuan pertemuan.

Jujur dan menepati janji.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

Beri perhatian kepada klien.

b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.

c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.

Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri yang dialami.

d. Klien dapat mengidentivikasi resiko binuh diri yang biasa dilakukan.

Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa dilakukan.

Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan salah.

e. Klien dapat mengidentivikasi akibat resiko bunuh diri.

Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.

Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh diri.

f. Klien dapat mengidentivikasi cara berespon resiko bunuh diri.

Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara yang sehat untuk menghadapi masalah.

g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan resiko bunuh diri.

Bantu klien untuk mengatasi masalah.

Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dilih.

h. Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara spiritual.

Menganjurkan klien untuk berdoa dan sholat.

i. Klien dapat menggunakan obat secara benar.

Jelaskan cara minum obat dengan klien.

Diskusikan manfaat minum obat.

j. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol tindakan bunuh diri.

Identifikasi keluarga merawat klien.

Jelaskan cara merawat klien.

k. Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri.

Lindungi klien untuk tidak melakukan bunuh diri (Stuart , 2009).

Pelaksanaan

Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.

Evaluasi

1. Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang dalam sifat, jumlah asal atau waktu.

2. Klien menggunakan koping yang adaptif.

3. Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri.

4. Prilaku klien menunjukan kepedualiannya terhadap kesehatan fisik, psikologi dan kesejahteraan sosial.

REFERENSI

Captain, C, 2008, Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6, Alih Bahasa Budi Santosa, Philadelphia.

Stuart GW & Laraia, 2005, Principles and practice of psychiatric nursing, Elsevier Mosby, Alih Bahasa Budi Santosa, Philadelphia.

Stuart & Sundeen, 2006, Keperwatan psikitrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta : EGC.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

RESIKO BUNUH DIRIA. MASALAH UTAMA

Resiko bunuh diriB. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:

Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional

Bunuh diri dilakukan dengan intensi

Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri

Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

Tanda dan gejala : Sedih Marah

Putus asa

Tidak berdaya

Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal2. PenyebabSecara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah. Terbagi menjadi:1. Faktor Genetik

2. Faktor Biologis lain

3. Faktor Psikososial & LingkunganFaktor genetik (berdasarkan penelitian): 1,5 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.

Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.

Faktor Biologis lain:

Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:

Stroke

Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)

DiabetesPenyakit arteri koronaria

Kanker

HIV / AIDS

Faktor Psikososial & Lingkungan:

Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan terakhir depresi.

Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang berkembang, memandang rendah diri sendiri

Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem pendukung sosial3. Akibat Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :

Keputusasaan

Menyalahkan diri sendiri

Perasaan gagal dan tidak berharga

Perasaan tertekan

Insomnia yang menetap

Penurunan berat badan

Berbicara lamban, keletihan

Menarik diri dari lingkungan social

Pikiran dan rencana bunuh diri

Percobaan atau ancaman verbalC. POHON MASALAH

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri

Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria Usia: lebih tua, masalah semakin banyak Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalah. Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social. Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri. Lain lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku bunuh diri.1. Masalah keperawatan Resiko Perilaku bunuh diriDS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup. DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri. Koping maladaptive

DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa 1

: Resiko bunuh diri2. Tujuan umum: Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri 3. Tujuan khusus:

Klien dapat membina hubungan saling percayaTindakan: Perkenalkan diri dengan klien Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur. Bersifat hangat dan bersahabat. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Tindakan : Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain). Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat. Awasi klien secara ketat setiap saat. Klien dapat mengekspresikan perasaannyaTindakan: Dengarkan keluhan yang dirasakan. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain lain. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup. Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan: Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.

Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Tindakan:

Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.)

Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif

1. Diagnosa 2

: Gangguan konsep diri: harga diri rendah2. Tujuan umum

: Klien tidak melakukan kekerasan3. Tujuan khusus

:1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.Tindakan:

1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.Tindakan:

2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga

Tindakan:

3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.

4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

1. Diagnosa

: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan2. Tujuan umum

:

Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3. Tujuan khusus

:

Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya

Pasien mampu mengungkapkan perasaannya Pasien mampu meningkatkan harga dirinya

Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik

4. Tindakan : Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :

Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya

Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif

Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting

Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

Merencanakan yang dapat pasien lakukan

Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :

Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah

Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

F. RENCANA TINDAKAN KPERAWATANa. Ancaman atau percobaan bunuh diri

1. Intervensi pada pasien

a) Tujuan keperawatan

Pasien tetap aman dan selamat.

b) Tindakan keperawatan

Melindubgi pasien dengan cara:

Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke tempat yang aman

Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas, dan tali pinggang)

Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien mendapatkan obatnya.

Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRIA. Kondisi KlienSedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun non verbalB. Diagnosa Keperawatan

Resiko Bunuh Diri

C. Tujuan1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya

2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya

3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya

4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

D. Tindakan Keperawatan1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.

2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara: a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.

b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.

c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya pentingd) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:

a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah

c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

E. Strategi Pelaksanaan

SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diriMelindungi pasien dari percobaan bunuh diri. Orientasi:

Selamat pagi Pak, kenalkan saya suster O, biasa di panggil O, saya mahasiswa Keperawatan Universitas Padjadjaran yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi 2 siang .

Bagaimana perasaan A hari ini?

Bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?

Kerja

Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?

Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda benda yang membahayakan A)

Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri

Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?

Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.

Saya percaya A dapat mengatasi masalah. Terminasi :

Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin bunuh diri?

Coba A sebutkan lagi cara tersebut!

Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang. (jangan meninggalkan pasien).

Daftar Pustaka

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.Ancaman bunuh diri

Upaya bunuh diri

Bunuh diri

Bunuh diri

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan