lp resiko bunuh diri

Upload: ilham

Post on 09-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAANRESIKO BUNUH DIRI

Disusun oleh:

ILHAM SEPTYAWAN 140116PROFESI NERSSTIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

2014 / 2015LAPORAN PENDAHULUANRESIKO BUNUH DIRIA. LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006). 2. KLASIFIKASIPerilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):

Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.

Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.

Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.

Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi:

Bunuh diri anomik

Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri.

Bunuh diri altruistik

Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.

Bunuh diri egoistik

Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

3. RENTANG RESPON

Respon adaptifrespon maladaptif

peningkatan diripengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhanperilaku destruktif-diri tidak langsungpencederaan diribunuh diri

4. FAKTOR PREDISPOSISIStuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko bunuh diri meliputi: Diagnosis psikiatriTiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia. Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi. Lingkungan psikososialBaru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri. Riwayat keluargaRiwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri Faktor biokimiaProses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.

5. FAKTOR PRESIPITASI

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

6. MANIFESTSI KLINISa. Mempunyai ide untuk bunuh diri.

b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

d. Impulsif.

e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan).

h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri).

i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).

j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).

l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

n. Pekerjaan.

o. Konflik interpersonal.

p. Latar belakang keluarga.

q. Orientasi seksual.

r. Sumber-sumber personal.

s. Sumber-sumber social.

t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.7. PSIKODINAMIKA

Psikodinamik memandang tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang individu adalah merupakan masalah depresi klasik, dalam hal ini, seseorang yang mempunyai agresifitas yang tinggi dalam menyerang dirinya sendiri (Meningger, dalam Meyer & Salmon, 1998). Konsep Freud tentang insting mati (death instinct), thanatos, merupakan konsep yang mendasari hal tersebut dan menjadi pencetus bagi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Teori Psikodinamik menyatakan bahwa kehilangan kontrol ego individu, menjadi penyebab individu tersebut melakukan bunuh diri.

Freud menyatakan jika depresi adalah kemarahan seseorang yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Secara spesifik, ego yang terdapat pada seseorang yang berada pada kondisi seperti hal tersebut, dihadirkan kepada orang yang telah meninggalkannya. Kemarahan akan menjadi lebih besar jika orang yang depresi berharap untuk menghapus kesan atau sosok dari orang yang meninggalkannya. Penghapusan atau penghilangan kesan atau gambar tersebut dilakukan kepada dirinya sendiri dengan jalan bunuh diri.Teori ini menyatakan jika bunuh diri merujuk pada suatu manifestasi kemarahan kepada orang lain. Teori psikodinamik menyepakati atau menghendaki orang-orang yang bunuh diri jangan mengekspresikan kemarahannya ke dalam catatan atau surat, karena mereka tidak akan bisa mengekspresikan emosi tersebut dan mengembalikan perasaan tersebut kepada diri mereka.Aliran-aliran psikodinamik terbaru yang muncul, masih terfokus pada kemarahan pada diri sendiri sebagai inti permasalahan atau penyebab terjadinya tindakan bunuh diri atau usaha bunuh diri (Maltsberger, dalam Hoeksema, 2001).

8. MEKANISME KOPING

Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.9. SUMBER KOPING

Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien secara sadar memilih untuk bunuh diri.

Pohon Masalah

Perilaku kekerasan (resiko mencederai diri sendiri)

Resiko bunuh diri

Isolasi sosial

Harga diri rendah

10. PENATALAKSANAANa. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara : Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah. Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan.b. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat. Mengidentifikasi dan mengamankan benda benda yang dapat membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya. c. Membantu meningkatkan harga diri klien Tidak menghakimi dan empati Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.d. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang adekuat Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses. Dorong klien untuk melakukan aktivitas social e. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip. Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri. Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi apa yang terjadi sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping Explorasi perilaku alternative Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai11. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko bunuh diri Perilaku kekerasan

Gangguan interaksi sosial

Gangguan konsep diri

12. FOKUS INTERVENSI

Kriteria hasil: Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik

Diagnosa keperawatan

TujuanKriteria hasil

Intervensi

Resiko bunuh diri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 12 x 30 menit di harapkan klien tidak mengalami bunuh diriPasiePasien mampu :

1. Klien tetap aman dan selamat

2. Klien tidak mngalami percobaan bunuh diriPasien

Sp 1 :

1. Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri

2. Identifikasi benda-benda berbahaya dan menagamankanya

3. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri

4. Masukkan pada jadwal latihan berfikir positif 5 kali perhari

Sp 2:1. Evaluasi kegiatan berfikir positiv tentang diri sendiri2. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri

3. Masukkan pada jadwal latihan berfikir positif tentang diri kelurga dan lingkungan

Sp 3:

1. Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang diri keluarga dan lingkungan

2. Diskusikan harapan dan amsa depan

3. Diskusikan cara mencapai harapan dan amsa depan

4. Latih cara-cara mencapai harapan dan amsa depan secara bertahap

5. Masukka pada jaswal latihan berfikir positif tentang diri keluarga dan lingkungan dan tahapan kegiatan yang dipilih

Sp 4 :

1. Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang diri, keluarga dan lingkunagn serta kegiatan yang dipilih beri pujian

2. Latih tahap kedua kegiatan mancapai masa depan

3. Masukakn pada jadwal latihan berfikir positif tentang diri eluarga dan lingkungan serta kegiatan yang dipilih untuk persiapan masa depan

Sp 5:

1. Evaluasi kegiatan latihan

peningkatan positif diri keluarga dan lingkungan.

2. Evaluasi tahapan kegiatan

mencapai harapan masa depan

3. Latih kegiatan harian

4. Nilai kemampuan yang telah

mandiri

5. Nilai apakah resiko bunuh diri teratasi

Keluarga

Sp 1 :

1. Diskusikan masalah yang dirasakn merawat pasien

2. Jelaskanpenegrtian tanda dan gejala dan proses terjadinya resiko bunuh diri

3. Jelaskan cara merawat resiko bunuh diri

4. Latih cara memberikan pujian hal positif pasien, memberi dukungan mencapai masa depan

5. Anjurkan membentu pasien sesui jadwal dan memberi pujian

Sp 2:

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dana spek positif pasien

2. Latih cara memberi penghargaan pada pasien dan menciptakan suasana positif dalam keluarga

3. Anjurkan membantu pasien sesui jadwal dan memberi pujian

Sp 3:

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian dan penghargaan pada pasien serta menciptakan suasana positif dalam keluarga

2. Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang harapan masa depan serta langkah-langkah mencapainya

3. Anjurkan membantu pasien sesui jadwal dan berikan pujian

Sp 4 ;

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian, penghargaan, menciptakan suasana keluarga yang positif dan kegiatan awal; dalam mencapai harapan masa depan. Beri pujian

2. Bersama keluatraga berdiskusi tentang langkah dan kegiatan untuk mnecapai harapan masa depan.

3. Jelaskan folowup ke rsi/pkm tanda kambuh, rujukan

4. Anjurkn membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

Sp 5 ;

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam memberikan pujian,penghargaan, menciptakan suasana positif dan membimbng langkah-langkah mencapai harapan masa depan. Beri pujian

2. Nilai kemmapuan keluaraga dalam merawat pasien

3. Nilai kemmapuan keluarga dalam mengontrol k rsj/pkm

DAFTAR PUSTAKAStuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta