literasi digital anak berkebutuhan khusus di sekolah …repository.uinjambi.ac.id/433/1/skripsi -...
TRANSCRIPT
LITERASI DIGITAL ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS DI SEKOLAH LUAR BIASA
PROF. DR. SRI SOEDEWI MASJCHUN SOFWAN, SH
TELANAIPURA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna
Memperoleh Gelar Sarjana Starata Satu (S.1)
dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi
OLEH:
M. IQRAM HIDAYATULLAH
NIM. IPT.140339
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
ii
iii
iv
v
MOTTO
حن الرحىم الر بسم الل
ولاتعجل بلقران من قبل ان ي قض اليك ج فتعل الل المل الحق
وحيه, وقل رب زدن علما
Artinya:
Maka maha tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah
kamu tergesa-gesa membaca Al’quran sebelum disempurnakan
mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: ”Ya Tuhanku,
tambahkanlah ilmu kepadaku”( QS.Thaha 114)2
2Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta: Maktabah al-fatih,
2010). hlm. 230
( QS.Thaha 114)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku Ayahanda Abdurahman dan Ibunda Misirah,
Adikku Hasbi Assyidiqi Bimas Buqin. Terima kasih telang mendukungku untuk
tetap semangat menulis skripsi ini sampai selesai.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb. puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, Tuhan yang maha
Esa yang menciptakan alam semesta beserta isinya, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata
Satu (S.1) pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, sholawat beriring salam kita haturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umat-Nya ke jalan Islam
dan Ilmu pengetahuan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyelesaian skripsi ini banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi, namun atas
bantuan dan bimbingan semua pihak terutama dari dosen pembimbing skripsi,
maka selesailah skripsi ini yang berjudul “ Literasi Digital Anak Berkebutuhan
Khusus di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH ”.
Penulis juga menyadari masih banyaknya kekurangan maupun kesalahan, untuk
itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini, selanjutnya
penulis sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Muhammad Rum, S.Ag, S.S, M.Si selaku pembimbing I sekaligus
Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Muhammad Nuur, S.Sos, M.Sy selaku
pembimbing II yang selalu meluangkan waktu dalam bimbingan skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A sebagai Rektor Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Prof. Dr. Maisah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi dan semua jajaran
Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi yang
telah memberikan pengetahuannya kepada penulis.
viii
Para karyawan dan karyawati Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui literasi digital anak berkebutuhan
khusus, aktivitas anak berkebutuhan khusus dalam partisipasi menggunakan media
digital, kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam mengakses, mengintegrasikan
informasi pada media digital, menganalisa informasi pada media digital,
mengevaluasi informasi pada media digital, pengelolaan informasi pada media
digital, penciptaan informasi pada media digital, komunikasi pada media digital dan
pemberdayaan pada media digital. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif, metode pengambilan sampel menggunakan purpossive
sampling, teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan partisipasi anak berkebutuhan khusus dalam
menggunakan media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi dikategorikan medium, kemampuan siswa luar biasa
dalam mengakses media digital dapat dikategorikan advanced, kemampuan siswa
dalam mengintegrasikan informasi pada media digital dapat dikategorikan medium,
kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam menganalisa informasi pada media
digital dikategorikan medium, kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam
mengevaluasi informasi pada media digital dapat dikategorikan medium, kemampuan
anak berkebutuhan khusus dalam pengelolaan informasi pada media digital dapat
dikategorikan medium, kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam penciptaan
informasi pada media digital dapat dikategorikan advanced, kemampuan anak
berkebutuhan khusus dalam komunikasi pada media digital dapat dikategorikan
advanced, kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam pemberdayaan pada media
digital dapat dikategorikan advanced.
M. Iqram Hidayatullah IPT.140339 Literasi Digital Anak Berkebutuhan
Khusus di Sekolah Luar Biasa Prof.
Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Jambi
Pembimbing I : Muhammad Rum, S.Ag., SS., M.Si
Pembimbing II : Muhammad Nuur, S.Sos, M.Sy
Key Word: Literasi Digital, Anak Berkebutuhan Khusus, Sekolah Luar Biasa
x
ABSTRACT
This study aims to determine the digital literacy of children with special
needs, the activities of children with special needs in participation using digital
media, the ability of children with special needs to access, integrate information on
digital media, analyze information on digital media, evaluate information on digital
media, manage information on media digital, information creation on digital media,
communication on digital media and empowerment on digital media. This study
uses a qualitative method with a descriptive approach, the sampling method uses
purposive sampling, data collection techniques using observation and interview
methods. The results of the study show the participation of children with special
needs in using digital media at the Extraordinary School Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi is categorized as medium, the ability of
exceptional students to access digital media can be categorized as advanced,
students' ability to integrate information on digital media can be categorized as
medium, ability of children with special needs to analyze information on digital
media categorized as medium, children's ability with special needs in evaluating
information on digital media can be categorized as medium, the ability of children
with special needs in managing information on digital media can be categorized as
medium, the ability of children with special needs in creating information on digital
media can be categorized as advanced, the ability of children with special needs in
communication on digital media can be categorized as advanced, the ability of
children with special needs in empowering digital media can be categorized as
advanced.
M. Iqram Hidayatullah IPT.140339 Digital Literacy Children with Special
Needs in Special Schools Prof. Dr. Sri
Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi
Advisor I: Muhammad Rum, S.Ag., SS., M.Si
Supervisor II: Muhammad Nuur, S.Sos, M.Sy
Key Word: Digital Literacy, Children with Special Needs, Extraordinary School
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
NOTA DINAS ........................................................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................................ iii
MOTTO...................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
D. Batasan Masalah ........................................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
F. Kerangka Teori .......................................................................................... 9
1. Pengertian Literasi Digital .................................................................... 9
2. Manfaat Literasi Digital ........................................................................ 10
3. Elemen Penting Literasi Digital ............................................................ 12
4. Prinsip Dasar Pengembangan Literasi Digital ...................................... 14
5. Indikator Literasi Digital di Sekolah .................................................... 16
6. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ............................................... 17
7. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus dan Ciri-Cirinya .................... 18
G. Studi relevan .............................................................................................. 20
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................ 23
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 23
C. Subjek penelitian ....................................................................................... 23
D. Objek penelitian ......................................................................................... 24
E. Jenis dan sumber data ................................................................................ 24
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 25
G. Metode Analisis Data ................................................................................ 26
BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi...................................................................................... 28
B. Struktur Organisasi .................................................................................... 30
xii
C. Visi dan Misi ............................................................................................. 31
D. Sejarah Berdirinya Sekolah Luar Biasa ..................................................... 31
E. Satuan Pendidikan dan Jenis Layanan ....................................................... 32
F. Data Guru Pengajar dan Karyawan ........................................................... 33
G. Data Jumlah Murid .................................................................................... 36
H. Ruangan Sekolah Luar Biasa ..................................................................... 37
I. Fasilitas ...................................................................................................... 39
J. Profil Prestasi Siswa ................................................................................. 43
BAB IV : TEMUAN PENELITIAN
A. Partisipasi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menggunakan Media
Digital ........................................................................................................ 45
B. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Mengakses Media
Digital ........................................................................................................ 49
C. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Mengintegrasikan
Informasi pada Media Digital .................................................................... 51
D. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menganalisa Informasi
pada Media Digital .................................................................................... 52
E. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Mengevaluasi
Informasi pada Media Digital .................................................................... 54
F. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Pengelolaan Informasi
pada Media Digital .................................................................................... 55
G. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Penciptaan Informasi
pada Media Digital .................................................................................... 57
H. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Komunikasi pada
Media Digital ............................................................................................. 59
I. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Pemberdayaan pada
Media Digital ............................................................................................ 60
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 63
B. Saran .......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Guru PNS.............................................................................. 33
Tabel 3.2 Data Karyawan PNS .................................................................... 34
Tabel 3.3 Data Guru Honorer ...................................................................... 34
Tabel 3.4 Data Karyawan Honorer ............................................................. 35
Tabel 3.5 Jumlah Murid Menurut Kelas dan Jenjang Pendidikan .......... 36
Tabel 3.6 Jumlah Murid Menurut Jenis Kecacatan .................................. 37
Tabel 3.7 Ruang Kelas .................................................................................. 37
Tabel 3.8 Ruang Pendukung ........................................................................ 38
Tabel 3.9 Fasilitas Tunanetra ....................................................................... 39
Tabel 3.10 Fasilitas Tunarungu ................................................................... 40
Tabel 3.11 Fasilitas Tunagrahita ................................................................. 40
Tabel 3.12 Fasilitas Tunadaksa ................................................................... 41
Tabel 3.13 Fasilitas Autis ............................................................................. 41
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa ........................................ 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Literasi digital adalah ketertarikan sikap dan individu dengan menggunakan
teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola,
mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun
pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat
berpatisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Komputer sebagai media alat bantu penelusuran informasi sangat
menganggumkan kemampuannya jika diamati secara seksama. Mulai dari hanya
digunakan untuk mengetik naskah, membuat surat, mengolah data angka,
menelusuri informasi hingga penggunaannya yang serba canggih dewasa ini.3
Perkembangan jumlah data berformat digital di abad sekarang ini begitu
menakjubkan. Jumlah informasi yang tercipta di internet, baik dalam jenis teks,
gambar, audio, video adalah salah satu ciri bahwa di era ini setiap individu
memiliki kebebasan untuk membuat sekaligus menyebarkan suatu informasi.
Akibatnya, dari tahun ke tahun jumlah informasi yang ada di internet itu akan
terus mengalami peningkatan tanpa terkontrol hingga menyebabkan kelebihan
informasi. Pada akhirnya kelebihan informasi tersebut akan menyebabkan
kesulitan bagi setiap individu dalam mencari informasi yang benar-benar
dibutuhkan. Maka diperlukan kemampuan literasi digital bagi setiap individu agar
3Pawit M. Yusup, ”Teori dan praktik penelusuran informasi”, Jakarta: Kencana, 2010.
Hal. 286
2
dapat dengan mudah dalam mencari, menemukan, mengevaluasi, membuat,
memanfaatkan hingga menyebarkan kembali informasi tersebut.4
Salah satu tokoh yang mempopulerkan istilah literasi digital adalah Paul
Gilster yang menerbitkan bukunya pada tahun 1997 dengan judul Digital
Literacy. Menurut Paul Gilster literasi digital adalah kemampuan untuk
memahami dan menggunakan informasi dalam banyak format dari berbagai
sumber ketika itu disajikan melalui komputer.5 Peralihan perhatian dari
konvensional ke digital membawa dampak perubahan diberbagai aspek
kehidupan. Dari perilaku yang terbiasa didukung oleh perangkat konvensional,
menjadi perilaku yang terbiasa menggunakan bantuan perangkat digital.6 Setiap
individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang
dibutuhkan untuk dapat berpatisipasi di dunia modern saat ini. Literasi digital
sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya.
Generasi yang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital
mempunyai pola pikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Menjadi literat
digital berarti dapat memproses berbagai informasi, dapat memahami pesan dan
berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini,
bentuk yang dimaksud adalah menciptakan, mengolaborasi, mengkomunikasikan,
dan bekerja sesuai aturan etika, dan memahami kapan dan bagaimana teknologi
harus digunakan agar efektif untuk mencapai tujuan.
4Murad Maulana, Elemen penting literasi digital. Sumber:
http://www.muradmaulana.com/2015/12/definisi-manfaat-dan-elemen-penting-literasi-digital.pdf
diakses pada tanggal 12 januari 2018 5Ibid., Hal. 3
6Wiji Suwarno, Organisasi Informasi Perpustakaan: Pendekatan Teori dan Praktik,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2016). Hal, 212
3
Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat
secara bersama-sama. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah
satu indikator pencapaian dalam bidang pendidikan.7 Literasi digital akan
menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis dan
kreatif serta menciptakan masyarakat informasi. Pengertian dari masyarakat
informasi adalah suatu keadaan masyarakat ketika produksi, distribusi, dan
manipulasi suatu informasi menjadi kegiatan utama.8 Disisi lain literasi digital
memiliki tanggung jawab dari setiap penyebaran informasi yang dilakukan karena
menyangkut dampaknya terhadap masyarakat. Lalu bagaimana dengan anak yang
memiliki kebutuhan khusus? bagaimana mereka menerapkan literasi digital?
sedangkan di era informasi ini menuntut keterampilan menemukan dan
menggunakan informasi secara efektif dan efisien.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan
khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak,
bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti
autism.9 Keterbatasan karena hambatan tertentu yang dialaminya, anak
berkebutuhan khusus membutuhkan alat bantu khusus termasuk dalam teknologi
informasi. Melalui teknologi asistif mereka diharapkan dapat mengikuti
pembelajaran sebagaimana anak lainnya. Istilah teknologi asistif merujuk secara
7Rullie Nasrullah dkk, Gerakan Literasi Nasional, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan,2017. Sumber: http: //Kemdikbud.go.id/uploads/2017/10/materi_pendukung_literasi
_digital.gerakan_literasi_nasional.pdf diakses pada tanggal 12 januari 2018
8Wiji Suwarno, Ilmu perpustakaan dan kode etik pustakawan, (Yogyakarta: Ar-ruzz
media, 2010). Hal, 48 9 Dinie Ratri Desiningrum, Psikologis Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Ruko
Jambusari, 2016). Hal. 1
4
luas pada teknologi apapun yang dapat mengembangkan kemampuan anak
berkebutuhan khusus yang menghadapi hambatan belajar agar mereka dapat
mengikuti pembelajaran.10
Fungsi teknologi digital dalam aktivitas pembelajaran yaitu teknologi
sebagai alat bantu bagi siswa untuk membantu aktivitas pembelajaran, teknologi
berfungsi sebagai ilmu pengetahuan sebagai bagian disiplin ilmu yang harus
dikuasai oleh siswa, teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk
proses pembelajaran guna membimbing siswa untuk menguasai kompetensi.11
Aktivitas siswa dalam proses belajar menggunakan media digital di Sekolah Luar
Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi ditemukan
karena berbagai macam keterbatasan mental, fisik dan emosi dalam aktivitas
belajar siswa membutuhkan bantuan media digital dalam proses belajar maka dari
itu banyak siswa menggunakan alat bantu dari media digital seperti komputer,
teknologi pendidikan dan alat bantu lainnya.
Peranan teknologi dalam pendidikan memiliki potensi yang mempengaruhi
proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan produktivitas pendidikan
dengan mempercepat tahap belajar, memberikan kemungkinan pelajar untuk
belajar secara mandiri, memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap
pembelajaran, lebih memantapkan pembelajaran, memungkin untuk belajar
(mengakses materi) dengan cepat, dan memungkinkan penyajian pembelajaran
10
Mohammad Sugiarmin, Pengembangan Teknologi Asistif. Sumber:
http:/file.upi.edu/direktori/Fip/Jur_Pend_Luar_Biasa/195405271987031Mohammad_Sugiarmin/Pe
ngembangan_Teknologi_Asistif.pdf diakses pada tanggal 13 januari 2018 11
Abdulhaidar, Peran Teknologi Dalam Pembelajaran. Sumber:
http://abdulhaidar.web.ugm.ac.id/2016/04/22/peran-teknologi-dalam-pembelajaran/diakses pada
tanggal 11 maret 2018
5
yang lebih luas. Bentuk teknologi pembelajaran dapat berupa teks, audio, visual,
media gerak, manipulasi tiga dimensi, dan perangkat lunak. Teknologi dalam
pembelajaran dapat memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada para
siswa untuk mempelajari hal yang lebih esensial.12
Teknologi digital harus
diterapkan di Sekolah Luar Biasa dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
prestasi anak berkebutuhan khusus, prestasi belajar adalah hasil atau taraf
kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar
dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan.13
Siswa di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi dalam hal teknologi digital ditemukan bahwa
terdapat beberapa siswa berprestasi. Namun ditemukan siswa berkebutuhan
khusus yang tidak berprestasi dalam penggunaan media digital karena
keterbatasan fisik maupun kurangnya minat dan penguasaan dalam penggunaan
media digital.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Literasi Digital Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Telanaipura
Jambi”
12
Kristiani Hesti Padmini, Teknologi pendidikan sebagai pembelajaran kompetitif untuk
meningkatkan prestasi siswa: studi kasus di salah satu SMA di Salatiga, 2015. Sumber :
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pip/article/view/7505diakses pada tanggal 11 maret
2018 13
Sarjanaku, Pengertian Prestasi Belajar Defenisi Menurut Para Ahli. Sumber:
http://www.sarjanaku.com/2011/02/prestasi-belajar.html?m=1diakses pada tanggal 11 maret 2018
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana partisipasi anak berkebutuhan khusus dalam menggunakan media
digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi?
2. Bagaimana kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam mengakses media
digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi?
3. Bagaimana kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam mengintegrasikan
informasi pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi dalam hal teknologi digital?
4. Bagaimana kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam menganalisa
informasi pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi dalam hal teknologi digital?
5. Bagaimana kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam mengevaluasi
informasi pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi dalam hal teknologi digital?
6. Bagaimana kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam pengelolaan
informasi pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi dalam hal teknologi digital?
7. Bagaimana kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam penciptaan informasi
pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi dalam hal teknologi digital?
7
8. Bagaimana kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam komunikasi pada
media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan,
SH Telanaipura Jambi dalam hal teknologi digital?
9. Bagaimana kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam pemberdayaan pada
media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan,
SH Telanaipura Jambi dalam hal teknologi digital?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui partisipasi anak berkebutuhan khusus dalam menggunakan
media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan,
SH Telanaipura Jambi.
2. Untuk mengetahui kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam mengakses
media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan,
SH Telanaipura Jambi.
3. Untuk mengetahui kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam
mengintegrasikan informasi pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr.
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi.
4. Untuk mengetahui kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam menganalisa
informasi pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi.
5. Untuk mengetahui kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam mengevaluasi
informasi pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi.
8
6. Untuk mengetahui kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam pengelolaan
informasi pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi.
7. Untuk mengetahui kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam penciptaan
informasi pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi.
8. Untuk mengetahui kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam komunikasi
pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi.
9. Untuk mengetahui kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam
pemberdayaan pada media digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi.
D. Batasan Masalah
Pembatasan ruang lingkup penelitian ditetapkan agar dalam penelitian nanti
terfokus pada pokok permasalahan yang ada beserta pembahasannya, sehingga
diharapkan tujuan penelitian nanti tidak menyimpang dari sasarannya agar tujuan
dari penelitian ini lebih jelas, tidak membingungkan, dan dikarenakan
keterbatasan waktu dan biaya maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada
siswa di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Jambi,
yang belajar menggunakan media digital, khususnya pada anak yang belajar di
ruang komputer dan ruang tunanetra.
9
E. Manfaat Penelitian
1. Memberi masukan mengenai literasi digital pada anak berkebutuhan khusus di
Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Telanaipura
Jambi.
2. Menambah wawasan bagi penulis tentang literasi digital pada anak
berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan SH Telanaipura Jambi.
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Literasi Digital
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy
(1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang
sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Menurut pendapat Bawden
(2001) literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan cara
mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.14
Douglas A.J. Belshaw dalam tesisnya What is ‘Digital Literacy’?
mengatakan bahwa ada delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi
digital, yaitu sebagai berikut.
a. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital.
b. Kognitif, yaitu daya fikir dalam menilai konten.
c. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.
14
Kemdikbud. Materi Pendukung Literasi Digital Gerakan Literasi Nasional. 2017.
Sumber:http://Kemdikbud.go.id/uploads/2017/10/materi_pendukung_literasi_digitalgerakan_litera
si_nasional.pdf diakses pada tanggal 12 januari 2018
10
d. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia
digital.
e. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab.
f. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru.
g. Kritis dalam menyikapi konten.
h. Bertanggung jawab secara sosial.
Aspek kultural, menurut Belshaw, menjadi elemen terpenting karena
memahami konteks pengguna akan membantu aspek kognitif dalam menilai
konten.15
2. Manfaat Literasi Digital
Menurut Brian Wright dalam infograpics yang berjudul Top 10 Benefit of
Digital Literacy: Why You Should Care About Technology, bahwa ada 10
manfaat penting dari adanya literasi digital yaitu:
a. Menghemat waktu
Seorang pelajar atau mahasiswa yang mendapatkan tugas dari guru
atau dosennya, maka ia akan mengetahui sumber-sumber informasi
terpecaya yang dapat dijadikan referensi untuk keperluan tugasnya. Waktu
akan lebih berharga karena dalam usaha pencarian dan menemukan
informasi itu menjadi lebih mudah. Dalam beberapa kasus pelayanan online
juga akan menghemat waktu yang digunakan karena tidak harus
mengunjungi langsung ketempat layanannya.
15
Ibid, hal.8
11
b. Belajar lebih cepat
Pada kasus ini misalnya seorang pelajar yang harus mencari istilah
kata-kata penting. Dibandingkan dengan mencari referensi yang berbentuk
cetak, maka akan lebih cepat dengan memanfaatkan sebuah aplikasi khusus
yang berisi istilah-istilah penting.
c. Menghemat uang
Saat ini banyak aplikasi khusus yang berisi tentang perbandingan
diskon sebuah produk. Bagi seseorang yang bisa memanfaatkan aplikasi
tersebut, maka ini bisa menghemat pengeluaran ketika akan melakukan
pembelian online di internet.
d. Membuat lebih aman
Sumber informasi yang tersedia akan bernilai di internet jumlahnya
sangat banyak. Ini bisa menjadi referensi ketika mengetahui dengan tepat
sesuai kebutuhannya. Sebagai contoh ketika seseorang akan pergi ke luar
negeri, maka akan merasa aman apabila membaca berbagai macam
informasi khusus tentang negara yang akan datang dikunjungi itu.
e. Selalu memperoleh informasi terkini
Kehadiran teknologi informasi terpecaya akan membuat seseorang
akan selalu memperoleh informasi baru.
f. Selalu terhubung
Mampu menggunakan beberapa aplikasi yang dikhususkan untuk
proses komunikasi, maka akan membuat orang akan selalu terhubung.
Dalam hal-hal yang bersifat penting dan mendesak, maka ini akan manfaat
tersendiri.
12
g. Membuat keputusan yang lebih baik
Literasi digital membuat individu dapat membuat keputusan yang
lebih baik karena dapat memungkinkan mampu untuk mencari informasi,
mempelajari, menganilisis dan membandingkan kapan saja.
h. Dapat membuat anda bekerja
Kebanyakan pekerjaan saat ini membutuhkan beberapa bentuk
keterampilan komputer. Dengan literasi digital, maka ini dapat membantu
pekerjaan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan
komputer misalnya penggunaan Microsoft Word, Power Point dan lain-lain.
i. Membuat lebih bahagia
Internet banyak sekali berisi konten-konten seperti gambar atau video
yang bersifat menghibur. Oleh karena itu, dengan mengaksesnya bisa
berpengaruh terhadap kebahagiaan seseorang.
j. Mempengaruhi dunia
Pada internet tersedia tulisan-tulisan yang dapat mempengaruhi
pemikiran para pembacanya. Dengan penyebaran tulisan melalui media
yang tepat akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan
perubahan dinamika kehidupan sosial.16
3. Elemen Penting Literasi Digital
Elemen penting literasi digital adalah menyangkut kemampuan apa saja
yang harus dikuasai dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.17
Ada sembilan elemen penting literasi digital seperti:
16
Murad Maulana, Elemen penting literasi digital. Sumber:
http://www.muradmaulana.com/2015/12/definisi-manfaat-dan-elemen-penting-literasi-digital.pdf
diakses pada tanggal 12 januari 2018 17
Ibid, hal. 6
13
a. Social Networking
Kehadiran situs jejaring sosial adalah salah satu contoh yang ada
dalam social networking atau kehidupan sosial online.
b. Transliteracy
Diartikan sebagai kemampuan memanfaatkan segala platform yang
berbeda khususnya untuk membuat konten, mengumpulkan, membagikan
hingga mengkomunikasikan melalui berbagai media sosial, grub diskusi,
smartphone dan layanan online yang tersedia.
c. Maintining Privacy
Hal penting dalam literasi digital adalah tentang menjaga privasi
dalam dunia online. Memahami dari segala jenis cybercrime seperti
pencurian online lewat kartu kredit. Mengenal ciri-ciri situs palsu, penipuan
via email dan lain sebagainya. Menampilkan identitas online hanya
seperlunya saja untuk menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan.
d. Managing Digital Identity
Managing digital identity berkaitan dengan bagaimana cara
menggunakan identitas yang tepat diberbagai jaringan sosial.
e. Creating Content
Creating Content berkaitan dengan suatu keterampilan tentang
bagaimana caranya membuat konten di berbagai aplikasi online.
f. Organising and Sharing Content
Organising and Sharing Content adalah mengatur dan berbagi konten
informasi agar lebih mudah tersebarkan.
14
g. Reusing/repurposing Content
Mampu membuat konten dari berbagai jenis informasi yang tersedia
hingga menghasilkan konten baru dan dapat dipergunakan kembali untuk
berbagai kebutuhan.
h. Filtering and Selecting Content
Kemampuan mencari, menyaring dan memilih informasi dengan tepat
sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan misalnya lewat berbagai mesin
pencari di internet.
i. Self Broadcasting
Self broadcasting bertujuan untuk membagikan ide-ide menarik atau
gagasan pribadi dan konten multimedia misalnya melalui blog dan forum.
Hal tersebut adalah bentuk partisipasi dalam masyarakat sosial online.18
4. Prinsip Dasar Pengembangan Literasi Digital
Prinsip dasar pengembangan literasi digital, antara lain sebagai berikut:
a. Pemahaman
Prinsip pertama dari literasi digital adalah pemahaman sederhana
yang meliputi kemampuan untuk mengekstrak ide secara implisit dan
ekspilisit dari media.
b. Saling Ketergantungan
Prinsip kedua dari literasi digital adalah saling ketergantungan
yang dimaknai bagaimana suatu bentuk media berhubungan dengan
yang lain secara potensi, metaforis, ideal, dan harfiah. Dahulu jumlah
media yang sedikit dibuat dengan tujuan untuk mengisolasi dan
penerbitan menjadi lebih mudah daripada sebelumnya. Sekarang ini
18
Ibid, hal. 9
15
dengan begitu banyaknya jumlah media, bentuk-bentuk media
diaharapkan tidak hanya sekedar berdampingan, tetapi juga saling
melengkapi satu sama lain.
c. Faktor Sosial
Berbagi tidak hanya sekedar sarana untuk menunjukkan identitas
pribadi atau distribusi informasi, tetapi juga dapat membuat pesan
tersendiri. Siapa yang membagikan informasi, kepada siapa informasi
itu diberikan, dan melalui media apa informasi itu diberikan tidak hanya
dapat menentukan keberhasilan jangka panjang media itu sendiri, tetapi
juga dapat membentuk ekosistem organik untuk mencari informasi,
berbagi informasi, menyimpan informasi, dan akhirnya membentuk
ulang media itu sendiri.
d. Kurasi
Berbicara tentang penyimpanan informasi, seperti penyimpanan
konten pada media sosial melalui metode “save to read later”
merupakan salah satu jenis literasi yang dihubungkan dengan
kemampuan untuk memahami nilai dari sebuah informasi dan
menyimpannya agar lebih mudah diakses dan dapat bermanfaat jangka
panjang. Kurasi tingkat lanjut harus berpotensi sebagai kurasi sosial,
seperti bekerja sama untuk menemukan, mengumpulkan, serta
mengorganisasi informasi yang bernilai.
Pendekatan yang dapat dilakukan pada literasi digital mencakup dua
aspek, yaitu pendekatan konseptual dan operasional. Pendekatan konseptual
berfokus pada aspek perkembangan kognitif dan sosial emosional, sedangkan
16
pendekatan operasional berfokus pada kemampuan teknis penggunanaan media
itu sendiri yang tidak dapat diabaikan.19
Prinsip pengembangan literasi digital menurut Mayes dan Fowler
bersifat berjenjang. Terdapat tiga tingkatan pada literasi digital. Pertama,
kompetensi digital yang meliputi keterampilan, konsep, pendekatan, dan
perilaku. Kedua, penggunaan digital yang merujuk pada pengaplikasian
kompetensi digital yang berhubungan dengan konteks tertentu. Ketiga,
transformasi digital yang membutuhkan kreativitas dan inovasi pada dunia
digital.20
5. Indikator Literasi Digital di Sekolah
a. Basis kelas
1) Jumlah pelatihan literasi digital yang diikuti oleh kepala sekolah, guru,
dan tenaga kependidikan.
2) Intensitas penerapan dan pemanfaatan literasi digital dalam kegiatan
pembelajaran.
3) Tingkat pemahaman kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan
siswa dalam menggunakan media digital dan internet.
b. Basis budaya sekolah
1) Jumlah dan variasi bahan bacaan dan alat peraga berbasis digital.
2) Frekuensi peminjaman buku bertema digital.
19
Kemdikbud. Materi Pendukung Literasi Digital Gerakan Literasi Nasional. 2017.
Sumber:http://Kemdikbud.go.id/uploads/2017/10/materi_pendukung_literasi_digital
gerakan_literasi_nasional.pdf diakses pada tanggal 12 januari 2018 20
Ibid., hal.10
17
3) Jumlah kegiatan di sekolah yaang memanfaatkan teknologi dan
informasi.
4) Jumlah penyajian informasi sekolah dengan menggunakan media digital
atau situs.
5) Jumlah kebijakan sekolah tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan sekolah.
6) Tingkat pemanfaatan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi
dalam hal layanan sekolah.
c. Basis masyarakat
1) Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi digital di sekolah.
2) Tingkat keterlibatan orang tua, komunitas, dan lembaga dalam
pengembangan literasi digital.21
6. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Berdasarkan Directgov, istilah ABK merujuk pada anak yang memiliki
kesulitan atau ketidakmampuan belajar yang membuatnya lebih sulit untuk
belajar atau mengakses pendidikan dibandingkan kebanyakan anak seusianya.22
Pedoman ABK (DfES) menyatakan bahwa anak-anak dikatakan
berkebutuhan khusus jika mereka memiliki kesulitan belajar sehingga
menuntut dibuatnya ketentuan pendidikan khusus untuk mereka.
Anak-anak dikatakan memiliki kesulitan belajar jika mereka:
a. Memiliki kesulitan belajar yang jauh lebih besar dibandingkan
kebanyakan anak seusia mereka
21
Ibid., hal 11 22
Thompson Jenny. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. (Jakarta: Erlangga. 2012).
Hal. 2
18
b. Memiliki ketidak mampuan yang menghambat atau menghalangi
mereka dalam menggunakan fasilitas pendidikan yang umumnya
disediakan untuk anak-anak seusia mereka di sekolah
c. Berada dalam usia wajib belajar dan memenuhi definisi (a) atau (b) di
atas, atau akan memenuhi definisi tersebut jika ketentuan pendidikan
khusus tidak dibuat untuk mereka. Anak- anak tidak boleh dianggap
memiliki kesulitan belajar semata-mata karena bahasa atau ragam
bahasa yang mereka gunakan dirumah berbeda dari bahasa yang
digunakan dalam proses belajar–mengajar.
Pedoman ABK (DfES) menunjukkan empat wilayah prinsip dari
kebutuhan pendidikan khusus:
1) Komunikasi dan interaksi
2) Kognisi dan pembelajaran
3) Perkembangan tingkah laku, emosional, dan sosial
4) Kebutuhan sensori dan atau fisik23
7. Jenis–jenis Anak Berkebutuhan Khusus dan Ciri–cirinya
a. Tunanetra
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya
penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun
telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus masih tetap
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
23
Ibid., hal. 3
19
b. Tunarungu
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara
verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar
masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
c. Tunalaras
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian
diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku
dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya,
sehingga merugikan dirinya maupun orang lain.
d. Tunadaksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang
menetap pada alat gerak (tulang, sendi,otot) sedemikian rupa sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
e. Tunagrahita atau down syndrome
Tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata (IQ di bawah
70) sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi
maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus.
f. Celebral palsy
Anak yang memiliki gangguan atau hambatan karena kerusakan otak
sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik.
g. Gifted
Anak yang memiliki potensi kecerdasan, kreativitas dan tanggung
jawab terhadap tugas di atas anak-anak seusianya.
20
h. Autisme
Gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya
gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
i. Asperger Disorder atau AD
Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan
anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi,
interaksi sosial dan tingkah lakunya. Bedanya gangguan pada Asperger
lebih ringan dan sering disebut dengan istilah High-fuctioning autism.24
G. Studi Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian Dian nurbaiti rachma(2016), berjudul “Peranan perpustakaan
dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra di
Sekolah Luar Biasa bagian tunanetra (SLB/A) panti rehabilitasi penyandang
cacat netra (PRPCN) Palembang”, menggunakan metode penelitian kualitatif
menunjukan hasil bahwa kendala dalam menumbuhkan kemampuan literasi
informasi yaitu kurangnya motivasi siswa untuk mengunjungi perpustakaan,
karna, kurangnya media dalam pelaksanaan literasi informasi. Persamaan
penelitian di atas dengan skrispi penulis yaitu, menjadikan Sekolah Luar Biasa
sebagai objek penelitian dan menjadikan anak berkebutuhan khusus sebagai
subjeknya, meneliti kemampuan literasi informasi. Perbedaan penelitian di atas
dengan skripsi penulis yaitu, penelitian di atas meneliti tentang peranan
24
Benita Permatasari, Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus, Ciri-ciri dan Terapinya.
Sumber: https://id.linkedin.com/pulse/jenis-jenis-anak-berkebutuhan-khusus-ciri-ciri-dan-benita.
diakses pada tanggal 28 Januari 2018
21
perpustakaan dalam menumbuhkan kemampuan literasi sedangkan penulis
meneliti tentang media digital sebagai literasi informasi.
2. Hasil penelitian Nela anriani (2015), berjudul “Literasi informasi guru SMP
dan SMA Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi”, menggunakan metode penelitian kualitatif menunjukan
hasil bahwa guru di SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi belum cukup baik dalam hal akses, evaluasi dan
penggunaan informasi. Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis
yaitu, membahas tentang literasi informasi, memiliki objek yang sama di
Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Telanaipura
Jambi. Perbedaan penelitian ini dengan skripsi penulis yaitu, subjek pada
penilitan ini adalah guru SMP dan SMA sedangkan pada skripsi penulis
menjadikan siswa di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi sebagai subjeknya.
3. Hasil penelitian Primadhita (2016), berjudul “Literasi digital oleh siswa
tunarungu: studi kasus di SMPLB Negeri Kabupaten Semarang”,
menggunakan metode penelitian kualitatif menunjukan hasil bahwa siswa di
SMPLB Negeri Kabupaten Semarang telah mengenal komputer, telepon seluler
dan internet dan dapat menggunakannya dengan tingkat keahlian yang berbeda.
Persamaan penelitian ini dengan skripsi penulis yaitu, sama-sama meneliti
tentang literasi digital pada anak berkebutuhan khusus. Perbedaan penelitian ini
dengan skripsi penulis yaitu, hanya pada objek penelitian di SMPLB Negeri
22
Kabupaten Semarang, sedangkan skripsi penulis di Sekolah Luar Biasa Prof.
Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi.
23
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam upaya mencari dan mengumpulkan data yang akurat, peneliti
menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah25
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan SH Telanaipura Jambi.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang berada di Sekolah Luar Biasa
Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Telanaipura Jambi. Dalam penulisan
ini penulis menggunakan metode pendekatan Purposive Sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan.26
Setelah penulis
memasuki lapangan, penulis menentukan bahwa kepala sekolah yang menjadi key
informan dalam penelitian ini, lalu kepala sekolah merekomendasikan beberapa
guru di kelas, ruang tunanetra dan ruang komputer. Guru tersebut
25
Lexy J, Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya.
2007). Hal. 6 26
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi untuk pendidikan, hukum, ekonomi,
dan manajemen, sosial, humaniora, politik, agama, dan filsafat. (Jakarta: Gunung Persada Press,
2009). Hal. 144
24
merekomendasikan kepada peneliti beberapa orang siswa yang belajar
menggunakan media digital yang berada di ruang komputer dan ruang tunanetra,
untuk dijadikan responden berdasarkan kriteria tertentu.27
Kriteria tersebut: Siswa
yang belajar menggunakan media digital, dapat diwawancarai dengan baik oleh
penulis.
D. Objek Penelitian
Literasi digital anak berkebutuhan khusus terhadap pemanfaatan media
digital di sekolah.
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan dari sumber
utama.28
Data primer dalam penelitian adalah data pokok yang diperoleh
melalui hasil wawancara dan observasi yang didapat dari siswa di Sekolah
Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Telanaipura Jambi.
b. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan diolah dan disajikan oleh pihak
lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah data pendukung yang diperoleh dari buku, jurnal dan
dokumentasi lain yang berhubungan dengan data di Sekolah Luar Biasa
Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Telanaipura Jambi.
27
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)
hal. 94 28
Tim penyusun buku pedoman skripsi, Pedoman penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra
dan Kebudayaan Islam, (Jambi: Fakultas Adab-Sastra dan Kebudayaan Islam Iain Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi,2011). Hal. 9
25
2. Sumber Data
Sumber data adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati
atau diwawancarai merupakan sumber data utama.29
Sumber data utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio, foto, film. Adapun
sumber yang diperoleh:
a. Wawancara
1) Guru
2) Siswa yang dipilih sebagai sampel berdasarkan kriteria yang sudah
ditentukan dan siswa yang direkomendasikan oleh guru.
b. Keadaan di lapangan
1) Observasi
2) Masuk kelas
3) Mengamati literasi digital
c. Dokumentasi
1) Foto kegiatan
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara
langsung ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya.30
Metode ini
digunakan untuk mengamati secara komprehenshif tempat penelitian yaitu
Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan SH Telanaipura
Jambi, mengamati kegiatan literasi digital siswa.
29
Ibid., hal. 9 30
Husein Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. (Jakarta: Rajawali Pers
2009). Hal. 51
26
2. Wawancara
Wawancara adalah tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan
berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada si
peneliti. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh
melalui observasi.31
Peneliti melakukan wawancara kepada guru di ruang
komputer dan ruang tunanetra beserta murid yang belajar di ruang tersebut.
Peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur, hal-hal yang akan
ditanyakan telah ditetapkan secara rinci sebelum melaksanakan wawacara.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh data dengan cara dokumentasi, yaitu mempelajari dokumen yang
berkaitan dengan seluruh data yang diperlukan dalam penelitian. Dokumentasi
dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.32
Dokumentasi
dalam penelitian ini meliputi:
a. Profil sekolah
b. Struktur organisasi
c. Data guru dan karyawan
d. Data siswa
31
Mardialis. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Ed. 1, Cet. 12. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010). Hal. 64 32
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003). Hal. 79
27
G. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
yang dapat diceritakan kepada orang lain.33
Teknik analisis data pada penelitian ini penulis menggunakan tiga prosedur
perolehan data, yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan
terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak relevan, maupun
penambahan data yang dirasa masih kurang. Data yang diperoleh di lapangan
mungkin jumlahnya sangat banyak.
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang akan direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan.34
33
Ibid, hal. 224 34
Ibid., hal. 247
28
2. Penyajian Data/ Display
Dengan mendisplay atau menyajikan data akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Setelah itu perlu
adanya perencanaan kerja berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam
penyajian data selain menggunakan teks secara naratif, juga dapat berupa
bahasa nonverbal seperti bagan, grafik, denah, matriks, dan tabel. Penyajian
data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan
kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan, flowchart dan
sejenisnya. Ia mengatakan “yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”.35
3. Verifikasi Data (Conclusions drowing/verifiying)
Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan ada perubahan-perubahan bila tidak
dibarengi dengan bukti-bukti pendukung yang kuat untuk mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang dapat dipercaya.36
35
Ibid., hal. 249 36
Ibid., hal. 252
29
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi37
1. Nama Sekolah : SLB/ABCD Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Jambi
2. Alamat Sekolah : Jl. Depati Purbo Kel. Pematang Sulur
Kec.Telanaipura
3. Kelurahan : Pematang Sulur
4. Kecamatan : Telanaipura
5. Kota : Jambi
6. Provinsi : Jambi
7. Status Sekolah : Swasta
8. Status Yayasan : SLB “Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH” Jambi
9. No. dan Tgl. Akte Notaris : Sedang dalam proses
10. Bagian : A, B, C, D
11. Tahun Pendirian : 1984
12. Waktu Kegiatan : Pagi
13. Sistem Pelayanan : Individual/Kelompok/Klasikal
14. Nomor Statistik Sekolah : 91.4.10.60.01.001
15. Izin Operasional : No.112/110/F/Fc-1994 tanggal 9
Februari1994
16. SK Pendirian SLB : Nomor 94/1984 tanggal 26 Maret 1984
17. Website : www. Slbjambi.sch.id
18. Email : [email protected]
19. NPSN : 1050494
37
Dokumentasi Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Telanaipura
Jambi, 2 Mei 2018.
30
B. Struktur Organisasi
Gambar Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa38
38Ibid., hal. 2
Kurikulum
Karsim, S.Pd, M.Pd
Kesiswaan
Budi Prasetyo, S.Pd
Kepala Sekolah
Solbi, S.Pd, M.Pd
Tata Usaha
Wakil Kepsek
Sarpras
Suratman, S.Pd
Humas
Yaomal Basyar, S.Pd
Koord. Satuan Pend. Ketua Jurusan
TKLB
Nyi. Nilawati, S.Pd
SDLB
Sumarsih, S.Pd
SMPLB
Supriyanto, S.Pd
SMALB
Mukh. Jumaidi, S.Pd
Tunanetra
Tridaswati, S.Pd
Tunarungu
Andam Litarasi, S.Pd
Tunagrahita
Hendri Marza, S.Pd
Tunadaksa
Masnarita, S.Pd
Autis
Titin Yuniarsih, S.Pd
Wali Kelas
Peserta Didik
31
C. Visi dan Misi
a. VISI:
Terwujudnya manusia yang bertakwa, terampil, mandiri dan cinta lingkungan.
b. MISI:
1) Menanamkan nilai–nilai keimanan dan ketakwaan melalui pendidikan moral
dan agama.
2) Mengoptimalkan potensi akademik siswa sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
3) Mengembangkan berbagai keterampilan hidup sesuai dengan bakat dan
minat siswa.
4) Menerapkan kecakapan hidup untuk kemandirian siswa di rumah dan
masyarakat.
5) Menerapkan rasa cinta terhadap lingkungan sehingga terwujud lingkungan
yang bersih, indah dan nyaman.39
D. Sejarah Berdirinya Sekolah Luar Biasa
Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH berdiri
sejak tahun 1982 atas prakarsa ketua Dharma Wanita Provinsi Jambi, ibu Prof. Dr.
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH. Seorang guru besar Universitas Gajah Mada
dan juga istri dari gubernur Jambi 2 periode tahun 1980. SLB diresmikan
langsung oleh ibu Tien soeharto pada tanggal 4 april 1984.
Pengelolaan dari segi kelembagaannya diserahkan kepada Dharma Wanita
Provinsi Jambi, sedangkan pengelolaan dari segi edukatifnya oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jambi dan dibantu oleh instansi-instansi lainnya. Sekolah
39 Ibid., hal. 3
32
Luar Biasa (SLB) secara resmi dengan persetujuan DPRD Provinsi Jambi tanggal
3 November 1982 No. 14/kpts/Dprd/1982, diberi nama Sekolah Luar Biasa (SLB)
Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH. Nama ini diberikan dengan maksud
untuk menghormati jasa almarhumah yang telah memprakarsai berdirinya
lembaga pendidikan yang bersifat kemanusiaan, juga untuk kemajuan di daerah
Provinsi Jambi.
Awalnya, sejak berdirinya sampai tahun 2014 SLB beralamat di Jl. Letjen
Suprapto no. 35 samping RS. Umum Raden Mattaher Jambi. Namun sejalan
dengan perkembangan dan bertambahnya jumlah siswa, sejak tanggal 29
November 2004 akhirnya pindah ke lokasi baru yang terletak di JL. Depati Parbo
Telanaipura Kota Jambi.40
E. Satuan Pendidikan dan Jenis Layanan
Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi
Menyelenggarakan satuan pendidikan mulai dari:
1. Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB)
2. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
3. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)
4. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)
Sedangkan untuk jenis layanan anak berkubutuhan khusus sebagai berikut:
1. Tunanetra
2. Tunarungu
3. Tunagrahita
40 Ibid., hal. 4
33
4. Tunadaksa
5. Terapi Autis
Sekolah Luar Biasa juga membuka kelas keterampilan khusus bagi alumni
yang akan menambah pengetahuan dan keterampilan.41
F. Data Guru Pengajar dan Karyawan
1. Data Guru dan Karyawan PNS
Tabel 3.1: Data Guru PNS42
No. Nama NIP L/P TEMPAT DAN
TANGGAL LAHIR
1 Solbi, S.Pd, M.Pd 19691016 199702 1 002 L
Belitang OKU, 16 Oktober
1969
2 Triyono,S.Pd.M.Ed 19631001 198602 1 007 L Boyolali, 01 Oktober 1963
3 Sumarsih,S.Pd 19630801 198603 2 002 P
Kulon Progo, 01 Agustus
1963
4 Sri Mumpuni,S.Pd 19640128 198602 2 001 P Jakarta, 28 Januari 1964
5 Suratman,S.Pd 19620614 198503 1 007 L Sleman, 04 Juni 1962
6 Nurmellidar,S.Pd 19630530 199003 2 003 P Padang, 30 Mei 1963
7 Hj. Sri Suryati,S.Pd.M.Pd 1970 0228 199412 2 003 P Jambi, 28 Februari 1970
8 Yaomal Basyar,S.Pd 19610601 198603 1 013 L Sumedang, 01 Juni 1961
9 Sri Handayani,S.Pd 19620626 199003 2 005 P Wonogiri, 28 Juni 1962
10 Hj. Risa Farida,S.Pd 19660214 199103 2 005 P
Majalengka, 14 Februari
1966
11 Tridaswati,S.Pd 19651003 199203 2 004 P Padang, 03 Oktober 1965
12 Andam Litasari,S.Pd 19690902 199203 2 003 P Jambi, 02 September 1969
13 Budi Surono,S.Pd 19710329 199702 1 002 L Bandung, 29 Maret 1971
14 Hardalena, S.Pd 19640208 199203 2 003 P Kumun, 08 Februari 1964
15 Umi Werdiyati, S.Pd 19660303 198903 2 005 P Padang, 03 Maret 1966
16 Budi Prasetyo,S.Pd 19681209 199702 1 002 L
Sukabumi, 09 Desember
1968
17 Karsim, M.Pd 19680110 199702 1 001 L Karawang,10 Januari 1968
18 Mukh.Jumadi,S.Pd 19670916 199702 1 001 L
Semarang, 16 September
1967
19 Suhaidi,S.Pd 19670410 199403 1 008 L Semurup, 10 April 1967
20 Sri Sadono,S.Pd 19650818 199501 1 001 L Sragen, 18 Agustus 1965
21 Evi Maidahlena, S.Pd 19670507 199203 2 008 P Jambi, 07 Mei 1967
22 Yarnida, S.Pd 19670710 199203 2 006 P Kerinci, 10 Juli 1967
23 Replianis,S.Pd, M.PdI 19700402 200701 2 009 L Kemantan, 02 April 1970
24 Nyimas Nilawati,S.Pd 19631226 200701 2 002 P Jambi, 26 Desember 1963
25 Ina Kesnaruta,S.Pd 19671008 200701 2 005 P Kerinci, 08 Oktober 1967
41 Ibid., hal. 5
42
Ibid., hal. 6
34
Tabel 3.2: Data Karyawan PNS43
No. Nama NIP L/P TEMPAT DAN TANGGAL
LAHIR
1 Fitriani, S.Pd 19840701 201001 2 023 P Jambi, 01 Juli 1984
2 Sumarjo 19650110 200901 1 002 L Klaten, 10 Januari 1965
3 Supriadi 19710912 200701 1 008 L Jambi, 12 September 1971
4 Murniati,S.Pd 19690901 201407 2 001 P
Sei Geringging, 01 September
1969
5 Sulaiman 19731231 201407 1 002 L Jambi, 03 Juni 1969
2. Data Guru dan Karyawan Honorer
Tabel 3.3: Data Guru Honorer44
No. Nama NIP L/P TEMPAT
1 Ermanita, S.Pd - P Jambi, 30 Mei 1980
2 Masnarita,S.Pd - P Jambi, 20 April 1969
3 Verdiansyah,S.Pt - L Jambi, 07 Nopember 1982
4 Rts. Fatmawati,S.Pd - P Jambi, 20 Mei 1988
5 Erry Zaidah Luthfiyah,S.Hum - P Lamongan,11 September 1983
6 Nurkhamid,S.Ag - L Jepara,16 Februari 1969
7 Supriyanto,S.Pd - L Purworejo,30 Juni 1969
8 Adi Kurniadi,SE - L Jambi, 21 Nopember 1977
9 Gustira Mayasari,S.Pd - P Jambi, 20 Agustus 1983
10 Titin Yuniasih, S.Pd - P Cilacap,06 Juni 1976
11 Sabar Widodo, S.Pd - L Klaten,28 Oktober 1988
12 Ari Kusumaratri,A.Md.TW - P Jakarta, 20 November 1971
13 Hendri Mariza,S.Pd - L Solok,07 Juli 1987
14 Lia Herliani, S.Sos - P Sumedang,20 Mei 1985
15 Ena Deslina - P Jambi,15 Desember 1985
16 Nana Triana, S.Pd - P Jambi,02 Mei 1990
17 Endang Purwanti, A.Md - P Jambi,05 April 1977
18 Rama Yulianti S, S.Kom - P Muara Bungo,03 Juli 1981
19 Erita Sapitri,S.Pi - P Jambi, 09 September 1980
20 Della Murniati, A.Md - P Jambi, 14 Januari 1981
21 Evi Lestari, S.Sn - P Palembang, 07 Agustus 1976
22 Muslih, S.Pd - L Bogor,04 September 1981
23 Alfi Azizah, S.Pd - P Jambi,30 Agustus 1985
24 Citra Oktavini, S.Pd - P Pasaman,06 Oktober 1990
25 Dian Novitasari - P Jambi,05 Nopember 1984
26 Nenden Agustin, S.Pd - P Muara Singoan,24 Agustus 1990
27 Endah Pratiwi - P Jambi,29 Januari 1980
28 Syarifah Hidayati, S.Pd - P Taba Penanjung,20 Mei 1989
29 Eka Pastiah, S.Pd - P Sei Kelumpang,20 Oktober
43 Ibid., hal. 7
44
Ibid
35
1983
30 Angga Nikola Fortuna, S.Pd - L Kerinci, 05 Februari 1991
31 Riszki Monica,S.Pd - P Sarolangun,17 Januari 1985
32 Mardhatillah, S.Pd - P Padang, 10 September 1991
33 Emi Yusnia, S.Pt - P OKU Timur,16 Maret 1991
34 Septia Nela Sari, S.Sos - P Jambi,22 September 1992
35 Dina Junita, S.Pd - P Jambi,12 Juni 1990
36 Syafrina Maulana, S.Pd - P Seleman,10 September 1991
37 Anita, S.Pd - P Suko Berajo,26 Agustus 1989
38 Ika Noor Hidayati, S.Sos - P Jambi,27 Desember 1990
39 Helda Desmayati, S.Pd - P Jambi,27 Desember 1990
40 Ayuningtyas Nurhastuti,S.Pd - P Boyolali, 23 Januari 1993
41 Nabila Muti Tanjung, S.Pd - P Jambi,02 Juni 1993
42 Suci Jannati, S.Pd - P Jambi,05 Maret 1993
43 Elvi Kusnadewi, S.KM - P Muara Kutur,13 Desember 1978
44 Yudi Alfisah,S.Pd - L Kampung Pandan,18 Mei 1988
45 Putri Rahmawati, S.Pd - P Jambi,06 Agustus 1988
46 Adisyahputra Gultom, S.Pd - L Bangko,24 Oktober 1992
47 Irma Fitriyani, S.Pd - P Jambi,09 Desember 1990
48 Debbi Rihan Dwi Putri, S.Psi - P Jambi,16 Desember 1992
49 Arie Pratiwi,S.Kom.I - P Jambi,06 Mei 1990
50 Siti Nurmala, A.Ma - P Teluk Sialang,15 April 1984
51 Hedia Rizki, S.Pd - P Kerinci, 21 Januari 1995
52 Jessy Marantika, S.Pd - P Padang, 07 Oktober 1994
53 Nicki Lia Triana S , S.Psi - P Tanjab Timur,05 Oktober 1992
54 Heru Ramdani Gumay, S.Pd - L Palembang,15 Mei 1987
55 Nurul Try Wahyu Ningsih,S.Pd - P Jambi,18 Agustus 1994
56 Ria Maharani, S.Pd.I, M.Pd.I P Jambi,19 Juli 1991
57 Seri Herliani, S.Pd - P Muaradua,05 Mei 1972
58 Lisa Pradina, S.Pd - P Jambi,08 September 1995
59 Septiawan Dwi Cahyo, S.Kom - L Jambi,17 September 1985
Tabel 3.4: Data Karyawan Honorer45
No. Nama NIP L/P TEMPAT
1 Nunuk Suheni, A.Md - P Sukoharjo, 04 Oktober 1970
2 Firda Fitriani - P Jambi, 17 September 1978
3 Aprillani - L Kedotan, 06 April 1987
4 Mahyudin Salim - L Jambi, 17 Oktober 1985
5 Sri Mulyani Prasetyawati - P Purworejo, 08 Juli 1967
6 Rahmat Irfan - L Jambi, 12 Agustus 1989
7 Santi - P Jambi, 24 September 1980
8 Bambang Suprijanto - L Pacitan, 24 Januari 1956
9 Debi Arisandi - L Jambi, 31 Desember 1994
10 Bangkit Resturama - L Jambi, 17 Mei 2000
45 Ibid., hal. 9
36
11 Fairah - P Jambi,15 Juli 1973
12 Katem - P Ciasem,06 Juli 1975
13 Andika Pratama - L Jambi,03 April 1990
14 Erman Gutama - L Jambi,13 Februari 1983
15 Siti Angraini, S.Kom - P Jambi,25 September 1993
16 Rahman Subagja - L Bogor,02 Maret 1979
17 Diego Armando, S.Pd - L Jambi,15 Maret 1988
18 Rizki Ananda Putri - P Jambi,09 Mei 1994
19 Gatot Subroto - L Boyolali,10 September 1982
20 Novirman - L Jambi,22 November 1979
21 Adam Abdullah - L Mekar Sari,13 Nopember 1998
22 Zainun - L Jambi,17 Juni 1967
23 Yuni Amalia - P Jambi,22 Juni 1995
24 Cipto Misdiono - L Jambi,21 April 1988
25 Rahmat Noprizal - L Jambi,03 Nopember 1993
26 Putri Zoraya Sari - P Jambi,08 Maret 1984
27 Suyatno - L Purworejo,06 Juni 1977
28 Saiful Bahri - L Jambi,16 Januari 1974
29 Nurul Hikmah - P Jambi,30 Maret 1996
G. Data Jumlah Murid
Tabel 3.5: Jumlah Murid Menurut Kelas dan Jenjang Pendidikan46
KELAS
JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
TKLB SDLB SMPLB SMALB
1 - 20 39 35
2 - 28 47 40
3 - 32 52 27
4 - 49
5 - 32
6 - 28
Autis 31
Jumlah 31 189 139 102 460
46 Ibid., hal. 10
37
Tabel 3.6: Jumlah Murid Menurut Jenis Kecacatan47
Jenis Kecacatan
JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
TKLB SDLB SMPLB SMALB
Tunanetra - 4 3 1 8
Tunarungu - 40 48 37 125
Tunagrahita ringan - 53 48 27 128
Tunagrahita sedang - 55 26 21 102
Tuna Daksa Ringan - - - - 0
Tuna Daksa Sedang - 17 13 16 46
Autis 31 20 - - 51
JUMLAH 31 189 139 102 460
H. Ruangan Sekolah Luar Biasa
Tabel 3.7: Ruang Kelas48
JENJANG PENDIDIKAN
JUMLAH TKLB SDLB SMPLB SMALB
2
36
15
15
68
47 Ibid., hal. 10
48
Ibid
38
Tabel 3.8: Ruang Pendukung49
NO. JENIS RUANG JUMLAH KET
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Wakil Kepala Sekolah
Ruang TU
Ruang Guru
Ruang Tamu
Ruang Yayasan
Ruang Perpustakaan
Ruang UKS
Mushola
Ruang Ketrampilan
Ruang Autis
Ruang Kantin
Gudang
Ruang BK
WC Guru
WC Siswa
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
3
2
4
1
3
16
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
49 Ibid., hal. 11
39
I. Fasilitas
Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi
memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai, terdiri dari:
1. Tunanetra
Tabel 3.9: Fasilitas Tunanetra50
No. Jenis/Nama Barang Jumlah Kondisi Asal Barang
1 Riglet + Pen 8 Set - Bantuan Pusat
2 Pusel 4 Set Baik
3 Mesin Ketik Braile 2 buah Rusak Bantuan Pusat
4 Miniatur Model Binatang 6 Buah Baik BK3S Jambi
5 Alat Olahraga Khusus 1 set Baik Pemda Propinsi Jambi
6 Alat Khusus Lainnya 1 set Baik Bantuan Pusat
7 Jam tangan Tunanetra 4 set Baik Bantuan Pusat
8 Laptop (Asus) 2 buah Baik Lion Club Jambi
9 Printer Braille 1 Buah Baik Lion Club Jambi
10 LCD komputer 16” (compact) 6 set Baik Bantuan pusat
11 LCD komputer 14” (LG) 4 set Baik Bantuan pusat
12 Laptop 14” (Toshiba) 6 buah Baik Bantuan pusat
13 CPU intel dual core 3.0 10 set Baik Bantuan pusat
14 UPS (APC 500 VA) 6 set Baik Bantuan pusat
15 UPS (erSys 600 VA) 4 set Baik Bantuan pusat
16 Headphone (Plantronics) 6 buah Baik Bantuan pusat
17 Headphone (SonicEar) 4 buah Baik Bantuan pusat
18 Keyboard PC (compact) 6 buah Baik Bantuan pusat
19 Keyboard PC (komic) 4 buah Baik Bantuan pusat
20 Speaker aktif untuk komputer
(atlec lambing)
6 set Baik Bantuan pusat
50 Ibid., hal. 12
40
21 Speaker aktif untuk komputer
(MacPower)
10 set Baik Bantuan pusat
2. Tunarungu
Tabel 3.10: Fasilitas Tunarungu51
No. Jenis/Nama Barang Jumlah Kondisi Asal barang
1 Alat Bantu dengar Perorangan 10 buah Baik King Aids
2 Alat Bantu dengar kelompok 1 Set Rusak Depdikbud Propinsi
3 Alat Latihan Artikulasi 10 buah Baik Pemda Provinsi Jambi
4 Pias/Pias Huruf/Kata/Kalimat 2 unit Baik Membeli
5 Alat Olahraga Khusus - - -
6 Alat Khusus lainnya 2 set Baik Membeli
3. Tunagrahita
Tabel 3.11: Fasilitas Tunagrahita52
No. Jenis/Nama Barang Jumlah Kondisi Asal Barang
1 Alat Latihan - - -
2 Alat Keseimbangan Badan 2 Buah/baik Baik Pemda Jambi
3 Pias–pias huruf/kata/kalimat 1 set/rusak Rusak BK3S Jambi
4 Alat–peraga IPA 5 buah/baik Baik Dir PLB
5 Alat Olahraga Khusus - - -
6 Alat Khusus Lainnya 5 buah/rusak Rusak Dir PLB
51 Ibid., hal. 13
52
Ibid
41
4. Tunadaksa
Tabel 3.12: Fasilitas Tunadaksa53
No. Jenis/Nama Barang Jumlah Kondisi Asal Barang
1 Alat latihan keseimbangan 1 set Baik Pemda Propinsi
2 Alat perbaikan wicara 1 set Baik Membeli
3 Alat latihan sensomotorik sepeda 2 buah Baik Pemda Propinsi Jambi
4 Alat Olahraga Khusus 2 buah Baik Dir PLB
5 Alat Khusus lainnya 6 buah rusak BK3S
5. Autis
Tabel 3.14: Fasilitas Autis54
No. Jenis/Nama Barang Jumlah Kondisi Asal Barang
1 Mandi bola 1 set Baik Dir PSLB
2 Alat peraga motorik 1 set Baik Dinas Pendidikan
Propinsi
3 Alat Bantu Konsentrasi 1 set Baik Dinas Pendidikan
Propinsi
4 Alat permainan 1 set Baik Dinas Pendidikan
Propinsi
5 Kartu huruf + angka 1 set Baik Dinas Pendidikan
Propinsi
6 Puzzle buah 44 set Baik Bantuan pusat
7 Puzzle hewan 44 set Baik Bantuan pusat
8 Puzzle angka 44 set Baik Bantuan pusat
9 Puzzle huruf 44 set Baik Bantuan pusat
10 Pohon angka 11 set Baik Bantuan pusat
11 Pohon huruf 11 set Baik Bantuan pusat
12 Kartu huruf 11 set Baik Bantuan pusat
53 Ibid., hal. 14
54
Ibid
42
13 Kartu angka 11 set Baik Bantuan pusat
14 Manik-manik kecil 5,50 kg Baik Bantuan pusat
15 Manik-manik sedang 5,50 kg Baik Bantuan pusat
16 Manik-manik besar 5,50 kg Baik Bantuan pusat
17 Bantalan untuk mencocok 44 buah Baik Bantuan pusat
18 Mobil-mobilan tanpa baterai 44 buah Baik Bantuan pusat
19 Kartu anggota tubuh 11 buah Baik Bantuan pusat
20 Krayon fabel fastel isi 48 22 kotak Baik Bantuan pusat
21 Bola kecil bahan pelastik isi 100 2,75 lusin Baik Bantuan pusat
22 Bola besar bahan pelastik isi 100 2,75 lusin Baik Bantuan pusat
23 Bola berduri kecil 22 lusin Baik Bantuan pusat
24 Bola berduri besar 22 lusin Baik Bantuan pusat
25 Boneka ukuran bayi/dapat
bongkar pasang
11 buah Baik Bantuan pusat
26 Celengan pelastik 5,50 lusin Baik Bantuan pusat
27 Donat kering 5,50 lusin Baik Bantuan pusat
28 Miniatur buah 44 buah Baik Bantuan pusat
29 Miniatur alat masak 44 buah Baik Bantuan pusat
30 Miniatur alat bangunan 44 buah Baik Bantuan pusat
31 Kaca cermin L.50cmxP.200cm
tebal 5mm
11 buah Baik Bantuan pusat
32 Ring basket ukuran sedang 22 buah Baik Bantuan pusat
33 Bola basket ukuran sedang 22 buah Baik Bantuan pusat
34 Barbel kecil 44 buah Baik Bantuan pusat
35 Barbel sedang 44 buah Baik Bantuan pusat
36 Barbel besar 44 buah Baik Bantuan pusat
37 Palu mainan 33 set Baik Bantuan pusat
38 Kertas lipat 55 set Baik Bantuan pusat
39 Paltisin 55 bungkus Baik Bantuan pusat
43
40 Sisir pelastik 22 lusin Baik Bantuan pusat
41 Puzzle jam 30 set Baik Bantuan pusat
J. Profil Prestasi Siswa
1. Juara III Desain Grafis Tingkat Nasional
Galib Fikar, siswa SMALB SLB Prof. Dr. Sri Soedewi ikut
membanggakan sekolah bahkan Provinsi Jambi atas prestasinya meraih juara
III pada lomba desain grafis tingkat nasional pada ajang FLS2N tanggal 28-1
September 2016 di Menado.
2. Juara III Cipta Baca Puisi FLS2N 2016
Rts. Kurnia, menorehkan prestasi pada lomba Cipta Baca Puisi Tingkat
Nasional di Menado 28-1 September 2016
3. Juara III Bocce Tingkat Nasional 2016
Eka putriana, juara III lomba bocce tingkat nasional pada ajang O2SN di
Jakarta pada tanggal 24-28 Juli 2016.
4. Juara I Nasional Lomba Hantaran
Serina ayu andini, berhasil mendapatkan juara I lomba hantaran pada ajang
gebyar PKLK tingkat nasional yang diselenggarakan di padang pada tanggal 2-
6 November 2015.
5. Juara Harapan III Lomba Tata Boga
Farah putri rafani, mendapatkan penghargaan sebagai juara harapan III
lomba tataboga pada kegiatan gebyar PKLK tingkat nasional di padang 2-6
Nopember 2015.
6. Juara Harapan I Desain Grafis Tingkat Nasional
Tris Fillia, memperoleh juara harapan I lomba desain grafis tingkat
nasional pada FLS2N di palembang yang dilaksanakan pada tanggal 23-28
Agustus 2015.
7. Juara Harapan I FLS2N Tahun 2015 di Palembang
Fitri Mulyasari, juara harapan I lomba menyanyi solo pada festival lomba
seni siswa nasional (FLS2N) tingkat SMALB. Dilaksanakan di Palembang
pada tanggal 23-28 Agustus 2015.
44
8. Mendali Emas pada Special Olympics World di Amerika Serikat
Anggi afriansyah, meraih mendali emas dalam cabang renang pada event
Special Olympics World Games 2015, yang diselenggarakan di Los Angeles,
Amerika Serikat 25 Juli- 2 Agustus 2015.
9. Juara I Desain Grafis Tingkat Nasional
Dedi Leo, pada ajang FLS2N tingkat nasional di Semarang meraih prestasi
gemilang , yaitu juara I lomba desain grafis. Kegiatan dilaksanakan pada
tanggal 1-5 Juni 2014.
10. Mehera Dhopi Merebut Mendali Perak di Australia
Silmiah, memperoleh mendali emas pada kejuaran Aspac Regional Games
2013 di Australia cabang renang.
11. Juara III Lomba Kewirausahaan Tingkat Nasional
Meranti, memperoleh juara III dalam lomba kewirausahaan tingkat
nasional, yang diselenggarakan oleh Direktorat PKLK Dikdas di Bandung pada
tahun 2013
12. Juara II Lompat Jauh Nasional
Ahmad Ridho, pada O2SN tingkat nasional di Palembang tahun 2012
memperoleh juara II.
13. Juara Harapan I Olimpiade IPA Tingkat Nasional di Bali
Bika Pratiwi, memperoleh juara harapan I pada Olimpiade Matematika
Tunanetra Tingkat Nasional di Bali tahun 2012
14. Juara Harapan III Olimpiade IPA Tingkat Nasional di Bali
Tris Filia, memperoleh juara harapan III pada olimpiade IPA Tingkat
Nasional di Bali tahun 2012.55
55 Ibid., hal. 22
45
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Partisipasi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menggunakan Media Digital
1. Ketertarikan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menggunakan Media
Digital
Ketertarikan adalah syarat mutlak seseorang untuk mengetahui,
memahami dan memiliki tentang sesuatu hal. Jika tanpa ketertarikan maka
sesuatu hal akan diabaikan. Untuk mengetahui ketertarikan siswa terhadap
media digital, peneliti melakukan wawancara kepada guru dan murid, dari
wawancara ditemukan bahwa:
Menurut pendapat guru di ruang komputer:
“Hanya siswa SMPLB dan SMALB yang dapat belajar di ruang
komputer, jumlah siswa SMPLB 139 dan siswa SMALB 102, namun
hanya 12 orang siswa yang berminat dan tertarik untuk belajar di ruang
komputer, jadi masih sangat sedikit”56
Ditambahkan pendapat guru di ruang tunanetra:
“Siswa di ruang tunanetra sangat tertarik menggunakan media
digital,karenaketerbatasan siswa tunanetra penggunaan media digital
dapat menunjang proses belajar siswa dan siswa di sini sudah terbiasa
menggunakan media digital seperti talking book, kompter dan printer
braille”57
Menurut murid di ruang komputer:
“Tertarik terhadap media digital karena awalnya ingin bisa bermain game
di komputer dan melihat video seperti teman lainnya, sekarang sudah
bisa bermain game, melihat video, mempelajari microsoft dan membaca
informasi di komputer”58
56Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 2 Mei 2018
57
Wawancara dengan (EP) pada tanggal 2 Mei 2018 58
Wawancara dengan (RI) pada tanggal 2 Mei 2018
46
Ditambahkan pendapat murid di ruang tunanetra:
“Dalam kegiatan belajar sudah biasa pakai media digital di ruang dan
media digital dapat belajar dengan mendengarkan suara karena mata
tidak terlalu jelas kalau membaca, maka dari itu saya sangat tertarik
menggunakan media digital”59
Dari wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketertarikan anak
berkebutuhan khusus dikategorikan basic, karena hanya siswa SMPLB dan
siswa SMALB yang belajar di ruang komputer, jumlah siswa SMPLB 139
orang dan SMALB 102 siswa yang tertarik belajar di ruang komputer hanya
berjumlah 12 orang, hal ini menunjukkan bahwa sangat sedikit siswa yang
tertarik dengan media digital. Untuk di ruang tunanetra siswa memang
membutuhkan bantuan media digital dalam proses belajar, karena keterbatasan
siswa tunanetra dalam melihat, dengan adanya media digital seperti komputer,
talking book dan printer braille dapat menunjang kegiatan belajar siswa.
2. Kesenangan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menggunakan Media
Digital
Pencarian kesenangan hidup sebagai naluri dasar manusia menjadi pola
umum pencapaian kehidupan manusia sehari-hari, kesenangan menjadi salah
satu tujuan hidup. Pencapaian kesenangan memberikan kepuasaan hidup bagi
manusia.Untuk mengetahui kesenangan siswa terhadap media digital, peneliti
melakukan wawancara kepada guru dan murid, dari wawancara ditemukan
bahwa:
Menurut pendapat guru di ruang komputer:
59
Wawancara dengan (AG) pada tanggal 2 Mei 2018
47
“Siswa cukup senang dengan belajar menggunakan media digital, mereka
senang membaca informasi di komputer, bermain game edukasi, melihat
video dan bahkan senang mempelajari perangkat lunak pada komputer
seperti microsoft word, photoshop dan lain-lain”60
Ditambahkan pendapat guru di ruang tunanetra:
“Siswa di ruang tunanetra sudah terbiasa menggunakan media digital,
karena dengan keterbatasan yang dimiliki mereka membutuhkan media
digital untuk menunjang proses belajar. Siswa di ruang tunanetra sangat
senang dengan adanya media digital karena media digital dibutuhkan
sebagai alat bantu belajar”61
Menurut pendapat murid di ruang komputer:
“Sangat senang belajar pakai media digital karena disitu bisa belajar
sambil bermain game dan menonton video”62
Ditambahkan pendapat murid di ruang tunanetra:
“Dengan menggunakan media digital dapat membantu proses belajar jadi
sangat senang belajar memakai media digital di ruang tunanetra”63
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kesenangan anak
berkebutuhan khusus dalam menggunakan media digital advanced, karena
dengan menggunakan media digital dapat mengakses informasi yang
dibutuhkan, selain itu siswa dapat belajar sambil bermain seperti bermain game
edukasi dan siswa dapat melihat video dan siswa dapat mendalami minatnya
seperti mengedit foto atau video. Siswa di ruang tunanetra senang dengan
adanya media digital karena siswa tunanetra memiliki keterbatasan dapat
penglihatan dapat dibantu dalam kegiatan belajarnya dengan media digital.
60
Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 2 Mei 2018
61Wawancara dengan (EP) pada tanggal 2 Mei 2018
62
Wawancara dengan (RI) pada tanggal 2 Mei 2018
63Wawancara dengan (AG) pada tanggal 2 Mei 2018
48
3. Kemelekan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menggunakan Media
Digital
Kemelekan adalah sebuah kemampuan yang sangat diperlukan agar
seseorang dapat secara efektif untuk mempelajari dan menggunakan. Untuk
mengetahui kemelekan siswa di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Jambi terhadap media digital, peneliti melakukan
wawancara yaitu:
Menurut pendapat guru di ruang komputer:
“Karena dalam proses belajar sudah terbiasa praktek menggunakan
media digital siswa disini dapat dikatakan melek media digital karena
dapat menggunakan media digital dengan arahan guru bahkan ada siswa
yang berprestasi, namun terdapat juga siswa yang memiliki keterbatasan
daya fikir dan IQ di bawah rata-rata siswa lainnya seperti siswa
tunagrahita dan autis, siswa ini memerlukan perlakuan khusus dari guru
agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan siswa ini
membutuhkan waktu yang lebih lama agar dapat mengerti materi yang
diajarkan”64
Ditambahkan pendapat guru di ruang tunanetra:
“Guru sudah menerapkan media digital karena siswa di sini
membutuhkan media digital sebagai alat bantu dalam proses belajar jadi
siswa sudah melek akan media digital”65
Menurut pendapat murid di ruang komputer:
“Guru biasanya mengajarkan dan mempraktekkan cara menggunakan
media digital, jadi sudah mengerti cara menggunakan media digital untuk
belajar”66
Ditambahkan pendapat murid di ruang tunanetra:
“Sudah terbiasa saat belajar menggunakan alat bantu media digital, jadi
sudah mengerti kegunaan media digital yang digunakan disini, bisa tanya
ke guru juga kalau tidak tau menggunakannya”67
64Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 2 Mei 2018
65
Wawancara dengan (EP) pada tanggal 2 Mei 2018 66
Wawancara dengan (RI) pada tanggal 2 Mei 2018
49
Dari wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemelekan anak
berkebutuhan khusus dalam menggunakan media digital dikategorikan
advanced, karena siswa sudah terbiasa menggunakan media digital dalam
kegiatan belajarnya dimulai dari guru yang menjelaskan materi pelajaran
kemudia siswa akan mempraktekkannya menggunakan media digital, namun
terdapat siswa yang memiliki keterbatasan daya fikir dan IQ di bawah rata-rata
siswa lainnya seperti siswa tunagrahita dan autis, siswa ini memerlukan
perlakuan khusus dari guru agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar dengan
baik dan siswa ini membutuhkan waktu yang lebih lama agar dapat mengerti
materi yang diajarkan, terdapat 2 siswa tunagrahita dan 3 siswa autis. Kalau
siswa di ruang tunanetra dalam hal penggunaan media digital sudah terbiasa
praktek menggunakan media digital dalam proses belajar, mereka
menggunakan media digital sebagai kebutuhan untuk menunjang keterbatasan
mereka dalam kegiatan belajar.
B. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Mengakses Media Digital
Kemampuan untuk memasuki, memakai dan memanfaatkan suatu hal.
Sama halnya dengan mengakses media digital, kemampuan untuk memasuki,
memakai dan memanfaatkan media digital.Untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam mengakses media digital, peneliti melakukan wawancara yaitu:
Pernyataan guru di ruang komputer:
“Siswa di ruang komputer dapat mengakses media digital dengan baik,
mereka dapat menggunakan perangkat lunak, dapat mengedit foto, dapat
67
Wawancara dengan (AG) pada tanggal 2 Mei 2018
50
mencari informasi dan sebagainya. Guru terlebih dahulu menjelaskan lalu
siswa akan mempraktekkan cara mengakses media digital.Namun terdapat
juga siswa yang memiliki keterbatasan daya fikir dan IQ di bawah rata-rata
siswa lainnya seperti siswa tunagrahita dan autis, siswa ini memerlukan
perlakuan khusus dari guru agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar
dengan baik dan siswa ini membutuhkan waktu yang lebih lama agar dapat
mengerti materi yang diajarkan”68
Ditambahkan pernyataan guru di ruang tunanetra:
“Siswa di sini sudah terbiasa mengakses informasi dengan bantuan media
digital, jadi dalam mengakses siswa tidak ada kesulitan. Bahkan siswa
membutuhkan media digital ini sebagai alat bantu dalam proses belajar
tanpa media digital mereka kesulitan dalam proses belajar”69
Pernyataan siswa di ruang komputer:
“Sebelum mengakses media digital biasanya guru menjelaskan,
mengarahkan dan praktek menggunakan media digital. Karena sudah
terbiasa praktek, jadi dapat mengakses media digital, kalau masih kurang
mengerti bisa tanya ke guru”70
Ditambahkan pernyataan siswa di ruang tunanetra:
“Memakai media digital sebagai alat bantu dalam proses belajar, biasa
mengakses media digital yang tersedia seperti talking book, sudah terbiasa
mengakses dalam kegiatan belajar jadi dalam mengakses media digital
tidak ada kendala”71
Dari wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, siswa dapat
dikategorikan advanced dalam hal mengakses media digital, karena guru sudah
mengajarkan bagaimana cara menggunakan media digital dalam kegiatan belajar
siswa sudah terbiasa praktek menggunakan media digital, jadi tidak ada kesulitan
dari siswa untuk mengakses media digital, namun terdapat juga siswa yang
memiliki keterbatasan daya fikir dan IQ di bawah rata-rata siswa lainnya seperti
siswa tunagrahita dan autis di ruang komputer, siswa ini memerlukan perlakuan
68
Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 2 Mei 2018
69Wawancara dengan (HRG) pada tanggal 24 Mei 2018
70
Wawancara dengan (D) pada tanggal 23 Mei 2018 71
Wawancara dengan (GR) pada tanggal 2 Mei 2018
51
khusus dari guru agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan
siswa ini membutuhkan waktu yang lebih lama agar dapat mengerti materi yang
diajarkan.
C. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Mengintegrasikan
Informasi pada Media Digital
Mengintegrasikan berarti membuat atau menyempurnakan dengan jalan
menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah. Seperti informasi yang
didapat pada media digital dari berbagai sumber dapat dikumpulkan informasinya
lalu digunakan untuk menambah pengetahuan siswa dan sebagainya. Untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam mengintegrasikan media digital, peneliti
melakukan wawancara yaitu:
Pernyataan guru di ruang komputer:
“Untuk mengetahui sumber informasi dan informasi apa saja yang
dibutuhkan dalam kegiatan belajar, guru akan mengarahkan dan
menjelaskan lalu siswa mempraktekkan untuk mengintegrasikan informasi
siswa dapat melakukannya hanya saja terdapat siswa yang memiliki
keterbatasan dalam segi berfikirdan IQ dibawah rata-rata membutuhkan
perhatian khusus dan waktu yang lebih lama untuk mengintegrasikan
informasi pada media digital seperti siswa tunagrahita dan siswa autis”72
Ditambahkan pernyataan guru di ruang tunanetra:
“Siswa sudah terbiasa menggunakan alat media digital sebagai alat bantu
dalam kegiatan belajarnya, dengan berbagai sumber informasi yang ada.
Guru hanya menerangkan dan mengarahkan siswa agar mengetahui
sumber informasi apa saja yang digunakan lalu informasi yang didapat dari
berbagai sumber dikumpulkan sebagai pengetahuan siswa”73
72Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 2 Mei 2018
73Wawancara dengan (HRG) pada tanggal 24 Mei 2018
52
Menurut pernyataan siswa di ruang komputer:
“Guru akan memberikan arahan tentang informasi apa saja yang
dibutuhkan dan sumber informasi mana saja yang dapat digunakan sebagai
pengetahuan siswa, lalu informasi yang didapat akan dikumpulkan.”74
Ditambahkan pernyataan siswa di ruang tunanetra:
“Guru akan menerangkan tentang informasi apa saja yang berhubungan
dengan mata pelajaran yang ada pada media digital, lalu dari media digital
dapat diambil berbagai macam informasi, informasi tersebut dikumpulkan
dan dipelajari”75
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, siswa dapat
dikategorikan medium dalam hal mengintegrasikan informasi pada media digital,
dengan bantuan guru yang menjelaskan dan mengarahkan, lalu dari media digital
dapat diambil berbagai macam informasi yang tersebar pada media digital,
kemudian informasi tersebut dikumpulkan dan dipelajari sebagai pengetahuan,
hanya saja terdapat siswa yang memiliki keterbatasan dalam segi berfikir dan IQ
dibawah rata-rata membutuhkan perhatian khusus dan waktu yang lebih lama
untuk mengintegrasikan informasi pada media digital seperti siswa tunagrahita
dan siswa autis seperti pada proses mendapatkan informasi dari berbagai sumber
informasi dan mengumpulkan informasi yang didapat dari media digital.
D. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menganalisa Informasi
pada Media Digital
Menganalisa dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk mengamati
dengan rinci terhadap suatu objek untuk dikaji atau dipelajari lebih lanjut. Pada
media digital menganalisa suatu informasi yang didapat, apakah informasi yang
74Wawancara dengan (D) pada tanggal 23 Mei 2018
75Wawancara dengan (GR) pada tanggal 2 Mei 2018
53
didapat benar dan dibutuhkan dalam proses belajar siswa. Untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menganalisa, peneliti melakukan wawancara yaitu:
Pernyataan guru di ruang komputer:
“Untuk menganalisa informasi pada media digital, siswa biasanya bertanya
kepada guru apakah informasi ini benar dan apakah dibutuhkan dalam
kegiatan belajar, guru akan memantau informasi yang ditemukan siswa
pada media digital”76
Ditambahkan pernyataan guru di ruang tunanetra:
“Dalam kegiatan menganalisa siswa tentu sangat membutuhkan bantuan
guru, dari berbagai informasi yang didapat pada media digital. Guru akan
menjelaskan dan menerangkan tentang informasi yang akan dipelajari,
kemudian siswa akan mencari informasi menggunakan alat bantu media
digital, lalu biasanya siswa akan bertanya tentang informasi yang
didapatnya apakah dibutuhkan dalam kegiatan belajar atau tidak”77
Pernyataan siswa di ruang komputer:
“Dalam menganalisa informasi pada media digital, biasanya bertanya
kepada guru, apa informasi ini benar dan apa informasi ini dibutuhkan
untuk dipelajari”78
Ditambahkan pernyataan siswa di ruang tunanetra:
“Guru akan mengarahkan ke sumber-sumber informasi yang ada pada
media digital, terus informasi itu dikumpulkan. Untuk menganalisa
informasi dibaca dulu cocok atau tidak dengan mata pelajaran di sekolah
kalau masih bingung bisa meminta saran guru tentang informasi
tersebut”79
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam hal
menganalisa informasi pada media digital siswa dikategorikan medium, karena
walaupun siswa dapat menganalisa informasi pada media digital siswa masih
membutuhkan bantuan guru, siswa meminta saran atau bertanya tentang informasi
76
Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 24 Mei 2018
77Wawancara dengan (HRG) pada tanggal 24 Mei 2018
78
Wawancara dengan (D) pada tanggal 24 Mei 2018 79
Wawancara dengan (GR) pada tanggal 24 Mei 2018
54
yang didapatnya pada media digital tersebut kepada guru apakah informasi itu
benar dan dibutuhkan sebagai pengetahuan siswa. Selain itu, terdapat beberapa
siswa yang memiliki keterbatasan dalam daya berfikir dan IQ di bawah rata-rata
seperti siswa tunagrahita dan siswa autis yang terdapat di ruang komputer, siswa
yang memiliki keterbatasan ini memerlukan waktu yang lebih lama dan perlakuan
khusus dalam menganalisa informasi pada media digital.
E. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Mengevaluasi Informasi
pada Media Digital
Evaluasi dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu yang didasarkan
pada kriteria atau tujuan yang sudah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan
pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi. Seperti pada media digital,
informasi-informasi yang didapat akan dievaluasi menurut kegunaannya dalam
kegiatan belajar siswa. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengevaluasi,
peneliti melakukan wawancara yaitu:
Menurut pendapat guru di ruang komputer:
“Akan diarahkan oleh guru tentang sumber dan informasi apa saja yang
dibutuhkan, ketika siswa mendapatkan dan mengumpulkan informasi pada
media digital, biasanya untuk mengevaluasi informasi siswa akan bertanya
kepada guru”80
Ditambahkan pendapat guru di ruang tunanetra:
“Ketika siswa menelusuri sumber informasi pada media digital, mereka
akan mendapatkan berbagai macam informasi, maka guru akan membantu
mengevaluasi informasi tersebut apakah informasi tersebut penting atau
tidak untuk digunakan sebagai pengetahuan untuk siswa”81
80Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 24 Mei 2018
81Wawancara dengan (HRG) pada tanggal 24 Mei 2018
55
Menurut pendapat siswa di ruang komputer:
“Saat menggunakan media digital akan menemukan banyak informasi
tidak tau mana yang dibutuhkan mana yang tidak, biasanya akan bertanya
kepada guru untuk membantu menentukan informasi tersebut dibutuhkan
dalam kegiatan belajar atau tidak”82
Ditambahkan pendapat siswa di ruang tunanetra:
“Karena banyak mendapatkan informasi dari media digital maka akan
bertanya kepada guru, apakah informasi ini sesuai dengan materi
pelajaran? dan apakah informasi ini benar atau tidak?”83
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam
mengevaluasi informasi pada media digital kemampuan siswa dapat dikategorikan
medium, karena siswa menemukan banyak informasi dari berbagai sumber
informasi dari media digital, siswa akan meminta bantuan dan bertanya kepada
guru untuk membantu mengevaluasi informasi mana saja informasi yang benar
dan dapat digunakan dalam kegiatan belajar siswa, hal ini bertujuan agar dapat
menunjang prestasi siswa di sekolah. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang
memiliki keterbatasan dalam daya berfikir dan IQ di bawah rata-rata seperti siswa
tunagrahita dan siswa autis yang terdapat di ruang komputer, siswa yang memiliki
keterbatasan ini memerlukan waktu yang lebih lama dan perlakuan khusus dalam
kegiatan mengevaluasi informasi pada media digital.
F. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Pengelolaan Informasi
pada Media Digital
Pengelolaan adalah kegiatan pemanfaatan dan pengendalian atas semua
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan tujuan tertentu.
82Wawancara dengan (D) pada tanggal 24 Mei 2018
83Wawancara dengan (GR) pada tanggal 24 Mei 2018
56
Seperti pada media digital terdapat berbagai macam sumber informasi, kemudian
informasi yang dianggap penting dikumpulkan dan digunakan dalam proses
belajar, sebagai pengetahuan dan sebagai penunjang prestasi. Untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam pengelolaan, peneliti melakukan wawancara, yaitu:
Menurut pendapat guru di ruang komputer:
“Setelah siswa dapat mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
informasi pada media digital, guru akan mengarahkan informasi mana saja
yang dapat digunakan sebagai pengetahuan siswa, cari tahu kemampuan
dan minat siswa kemudian didukung dengan informasi dan pengetahuan
yang bersangkutan dengan kemampuan dan minat siswa”84
Ditambahkan pendapat guru di ruang tunanetra:
“Arahkan siswa kepada berbagai macam sumber informasi pada media
digital yang berguna, lalu perintahkan untuk mempelajari lebih lanjut di
kelas dan di rumah”85
Menurut pendapat siswa di ruang komputer:
“Karena dapat menemukan berbagai informasi pada media digital, saya
akan bertanya kepada guru informasi mana saja yang dapat dijadikan
pengetahuan dalam kegiatan belajar”86
Ditambahkan pendapat siswa di ruang tunanetra:
“Agar dapat mengelola informasi pada media digital, akan bertanya dan
meminta bantuan dari guru untuk menentukan informasi apa saja yang
dapat dijadikan pengetahuan kemudian informasi tersebut dikumpulkan
dan dipelajari”87
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam
kegiatan pengelolaan informasi pada media digital siswa dikategorikan medium,
karena dalam kegiatan pengelolaan siswa membutuhkan bantuan guru dalam
84
Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 24 Mei 2018
85Wawancara dengan (HRG) pada tanggal 24 Mei 2018
86
Wawancara dengan (DM) pada tanggal 24 Mei 2018 87
Wawancara dengan (BA) pada tanggal 24 Mei 2018
57
menentukan informasi apa saja yang dibutuhkan siswa dalam menunjang kegiatan
belajar. Guru akan mencoba mencari tahu tentang minat dan kemampuan siswa
tersebut kemudian guru akan mengarahkan siswa kepada informasi yang
bersangkutan lalu dikumpulkan dan dipelajari lebih lanjut sebagai pengetahuan
siswa. Namun terdapat beberapa siswa yang memiliki keterbatasan dalam daya
berfikir dan IQ di bawah rata-rata seperti siswa tunagrahita dan siswa autis yang
terdapat di ruang komputer, siswa yang memiliki keterbatasan ini memerlukan
waktu yang lebih lama dan perlakuan khusus dalam kegiatan pengelolaan
informasi pada media digital.
G. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Penciptaan Informasi pada
Media Digital
Penciptaan informasi adalah proses identifikasi dan penggalian sumber-
sumber informasi yang tepat. Sumber-sumber informasi yang dapat dan layak
digali sangat bervariasi, dan itu sangat tergantung pada pengambilan keputusan
dan untuk kepentingan apa informasi tersebut digunakan.Untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam penciptaan, peneliti melakukan wawancara, yaitu:
Menurut pendapat guru di ruang komputer:
“Agar siswa mengetahui dan mendapatkan informasi yang tepat, akan
diarahkan kebeberapa sumber-sumber informasi digital seperti web-web
yang memuat konten pendidikan, dari sumber-sumber informasi tersebut
siswa akan menciptakan informasi yang dibutuhkan sebagai pengetahuan
yang dapat menunjang prestasi siswa”88
Ditambahkan pendapat guru di ruang tunanetra:
88
Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 24 Mei 2018
58
“Agar siswa dapat menemukan informasi yang tepat dan benar, guru akan
mengarahkan kebeberapa sumber informasi pada media digital yang
berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah, siswa akan menjelajahi dan
mempelajari sumber informasi tersebut dan dapat menciptakan
informasi”89
Menurut pendapat siswa di ruang komputer:
“Guru sudah memberikan sumber-sumber informasi yang bagus pada
media digital, jika tertarik dengan informasi itu akan di simpan filenya di
dokumen komputer agar tidak lupa dibaca dan dipelajari di sekolah dan di
rumah”90
Ditambahkan pendapat siswa di ruang tunanetra:
“Ada banyak sumber informasi yang diberikan guru untuk di akses pada
media digital, baca informasinya mana yang tertarik di pelajari dan
berhubungan dengan pelajaran di sekolah”91
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam
kegiatan penciptaan informasi pada media digital dikategorikan advanced. Karena
siswa dapat menemukan berbagai sumber-sumber informasi yang diketahui dari
arahan guru kemudian informasi yang membuat siswa tertarik untuk dipelajari dan
informasi yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah mereka kumpulkan dengan
cara menyimpan file informasi tersebut di dalam komputer agar dapat dibaca dan
dipelajari ulang di sekolah maupun di rumah, namun terdapat beberapa siswa
yang memiliki keterbatasan dalam daya berfikir dan IQ di bawah rata-rata seperti
siswa tunagrahita dan siswa autis yang terdapat di ruang komputer, siswa yang
memiliki keterbatasan ini memerlukan waktu yang lebih lama dan perlakuan
khusus dalam kegiatan penciptaan informasi pada media digital.
89Wawancara dengan (HRG) pada tanggal 24 Mei 2018
90
Wawancara dengan (DM) pada tanggal 24 Mei 2018 91
Wawancara dengan (BA) pada tanggal 24 Mei 2018
59
H. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Komunikasi pada Media
Digital
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi berupa pesan, ide
dan gagasan dari satu pihak ke pihak lain. Jika dikaitkan oleh digital,
pengertiankomunikasi digital adalah komunikasi yang berbasis sinyal elektrik
komputer, sinyalnya bersifat terputus-putus dan menggunakan sistem bilangan
biner, bilangan biner tersebut akan membentuk kode-kode yang
merepresentasikan suatu informasi tersebut. Untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam komunikasi, peneliti melakukan wawancara, yaitu:
Menurut pendapat guru di ruang komputer:
“Siswa sudah dapat berkomunikasi menggunakan media digital, seperti
mengirimkan pesan melalui email, facebook dan aplikasi lainnya, hanya
saja perbedaan dengan siswa normal dari segi kecepatan dan ketepatan
dalam berkomunikasi dan terdapat ”92
Ditambahkan pendapat guru di ruang tunanetra:
“Siswa dapat berkomunikasi melalui media digital dengan baik, justru
dengan menggunakan media digital seperti mikrofon, audio, headset dan
lain-lain dapat menunjang keterbatasannya dalam melihat”93
Menurut pendapat siswa di ruang komputer:
“Saya dapat berkomunikasi melalui email, facebook banyak lagi aplikasi
di komputer yang dapat digunakan untuk komunikasi. Bisa juga
komunikasi lewat hp seperti WA dan BBM”94
Ditambahkan pendapat siswa di ruang tunanetra:
“Banyak media digital yang dapat dipakai untuk berkomunikasi, yang
biasa digunakan headset dan speaker”95
92
Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 24 Mei 2018
93Wawancara dengan (HRG) pada tanggal 24 Mei 2018
94
Wawancara dengan (DM) pada tanggal 24 Mei 2018 95
Wawancara dengan (BA) pada tanggal 24 Mei 2018
60
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, kegiatan siswa
dalam berkomunikasi menggunakan media digital dikategorikan advanced, hal itu
dapat dilihat dari siswa yang sudah bisa menggunakan email, facebook dan lain-
lain di ruang komputer, sedangkan anak di ruang tunanetra sudah terbiasa
menggunakan headset dan speaker dalam kegiatan komunikasinya. Namun
terdapat beberapa siswa yang memiliki keterbatasan dalam daya fikir dan IQ di
bawah rata-rata seperti siswa tunagrahita dan siswa autis yang terdapat di ruang
komputer, siswa ini membutuhkan waktu yang lebih lama agar dapat
berkomunikasi pada media digital dikarenakan keterbatasan yang mereka alami.
I. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Perbedayaan pada Media
Digital
Pemberdayaan dapat diartikan upaya untuk membangun daya itu dengan
mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimilikinya serta mengembangkannya. Seperti pada anak berkebutuhan
khusus dengan menggunakan media digital dapat membantu dalam kegiatan
belajar dan dengan media digital dapat membantu siswa dalam mengembangkan
potensi. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemberdayaan, peneliti
melakukan wawancara yaitu:
Menurut pendapat guru di ruang komputer:
“Dengan diajarkannya siswa menggunakan media digital, siswa dapat
mengakses informasi lebih cepat dan lebih banyak. Hal itu dapat
mengembangkan potensi anak berkebutuhan khusus sehingga dapat
berprestasi, setidaknya dengan media digital dapat membantu dan
memberikan motivasi tersendiri untuk siswa dalam menjalani kegiatan
belajar di sekolah. Namun untuk beberapa siswa yang memiliki
61
keterbatasan dalam hal pola fikir seperti anak autis mereka, tidak dapat
mengimbangi siswa lainnya, mereka membutuhkan perlakuan khusus dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses belajar”96
Ditambahkan pendapat guru di ruang tunanetra:
“Tersedianya media digital dapat membantu dalam proses belajar, untuk
anak tunanetra misalnya mereka memiliki keterbatasan penglihatan namun
dengan batuan media digital seperti talking book, komputer dan media
digital lainnya dapat membantu dan menjadi motivasi dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa”97
Menurut pendapat siswa di ruang komputer
“Menggunakan media digital dapat membantu dalam kegiatan belajar,
dengan berbagai aplikasi yang tersedia dapat membantu untuk
mengembangkan potensi, minat dan bakat siswa”98
Ditambahkan pendapat siswa di ruang tunanetra:
“Dengan adanya media digital seperti talking book dan komputer karena
ada keterbatasan penglihatan dengan media digital ini materi pelajaran
dapat dimengerti dengan bantuan suara, media digital dapat meningkatkan
potensi dan prestasi di sekolah”99
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, siswa
melakukan kegiatan pemberdayaan dikategorikan advanced, karena dengan
penggunaan media digital kegiatan siswa terbantu seperti dapat membantu siswa
dalam menelusuri informasi yang berkaitan dengan kegiatan belajar dengan cepat
dan siswa yang mengalami keterbatasan pada penglihatan dapat terbantu dengan
media digital yang dapat mengeluarkan suara seperti talking book atau buku
bicara. Media digital dapat membuat siswa mengembangkan potensi dirinya dan
mengembangkan prestasi belajar di sekolah. Namun di ruang komputer terdapat
siswa yang memiliki keterbatasan dalam pola berfikir dan IQ dibawah rata-rata
96
Wawancara dengan (SDC) pada tanggal 24 Mei 2018
97Wawancara dengan (HRG) pada tanggal 24 Mei 2018
98
Wawancara dengan (DM) pada tanggal 24 Mei 2018 99
Wawancara dengan (BA) pada tanggal 24 Mei 2018
62
seperti siswa tunagrahita dan siswa autis, siswa yang mengalami keterbatasan
seperti ini memerlukan waktu yang lebih lama dan perlakuan khusus agar dapat
melakukan kegiatan pemberdayaan dengan baik.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Partisipasi Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menggunakan Media
Digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi
Partisipasi anak berkebutuhan khusus dalam menggunakan media digital
dikategorikan medium. Jumlah siswa SMPLB 139 orang dan SMALB 102
siswa yang tertarik belajar di ruang komputer hanya berjumlah 12 orang, walau
hanya sedikit siswa yang tertarik dengan media digital, namun siswa cukup
senang dengan penggunaan media digital karena dapat menunjang dalam
proses kegiatan belajar di sekolah. Siswa melek dalam menggunakan media
digital, karena sudah terbiasa praktek menggunakan media digital dalam
kegiatan belajarnya.
2. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Mengakses Media
Digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi
Kemampuan siswa luar biasa dalam mengakses media digital dapat
dikategorikan advanced. Hal ini dapat dilihat dari siswa sudah terbiasa praktek
menggunakan media digital dalam kegiatan belajar, tersedia berbagai macam
media digital seperti komputer, laptop, talking book dan lain-lain.
64
3. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Mengintegrasikan
Informasi pada Media Digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi
Kemampuan siswa dalam mengintegrasikan informasi pada media digital
dapat dikategorikan medium, pada media digital dapat diambil berbagai macam
informasi, guru yang akan mengarahkan siswa tentang informasi apa saja yang
diperlukan untuk kegiatan belajar, kemudian informasi tersebut dikumpulkan
dan dipelajari sebagai pengetahuan.
4. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menganalisa Informasi
pada Media Digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi
Kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam menganalisa informasi
pada media digital dikategorikan medium, karena dalam kegiatan ini siswa
masih meminta saran dan bertanya kepada guru untuk mengetahui apakah
informasi itu benar dan dibutuhkan siswa dalam proses belajar.
5. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Mengevaluasi Informasi
pada Media Digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi
Kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam mengevaluasi informasi
pada media digital dapat dikategorikan medium. Siswa menemukan banyak
informasi, lalu siswa meminta bantuan guru untuk menjelaskan informasi mana
saja yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar, agar dapat menunjang
prestasi siswa.
65
6. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Pengelolaan Informasi
pada Media Digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi
Kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam pengelolaan informasi
pada media digital dapat dikategorikan medium, karena siswa masih
membutuhkan arahan dari guru yang mencari tahu tentang informasi yang
bersangkutan oleh minat dan kemampuan siswa, lalu kemudian siswa akan
mengumpulkan informasi tersebut dan dipelajari sebagai pengetahuan siswa.
7. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Penciptaan Informasi
pada Media Digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi
Kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam penciptaan informasi pada
media digital dapat dikategorikan advanced. Siswa dapat menemukan berbagai
informasi pada media digital, informasi yang berkaitan dengan pelajaran di
sekolah dikumpulkan dengan cara menyimpan file informasi tersebut di dalam
komputer agar dapat dibaca dan dipelajari.
8. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Komunikasi pada Media
Digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi
Kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam komunikasi pada media
digital dapat dikategorikan advanced. Hal itu dapat dilihat dari siswa yang
sudah bisa menggunakan email, facebook dan lain-lain di ruang komputer,
66
anak di ruang tunanetra sudah terbiasa menggunakan headset dan speaker
dalam kegiatan komunikasinya.
9. Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Perbedayaan pada
Media Digital di Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi
Kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam pemberdayaan pada
media digital dapat dikategorikan advanced, karena dengan penggunaan media
digital kegiatan siswa terbantu, seperti dapat membantu siswa dalam
menelusuri informasi yang berkaitan dengan kegiatan belajar dan dengan
menggunakan media digital dapat menunjang kekurangan siswa yang
dialaminya dalam kegiatan belajar.
B. Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh, penulis merekomendasikan saran yang
diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi Sekolah Luar Biasa Prof. Dr.
SriSoedewi Masjchun Sofwan, SH Jambi, yaitu sebagai berikut :
1. Partisipasi menggunakan media digital, sebaiknya guru memperkenalkan
media digital sebagai alat bantu dalam proses belajar, agar siswa juga
tahu tentang media digital dan berminat untuk berpartisipasi dalam
penggunaan media digital dalam kegiatan belajar.
2. Mengakses menggunakan media digital, sebaiknya penggunaan media
digital diterapkan di kelas-kelas sehingga siswa dapat belajar
menggunakan media digital dan dapat mengakses media digital yang
berguna menunjang kegiatan belajar siswa.
67
3. Mengintegrasikan informasi pada media digital, akan lebih baik jika
dalam kegiatan mengintegrasikan informasi lebih sering lagi agar siswa
terbiasa dalam kegiatan ini dan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam kegiatan mengintegrasikan informasi pada media digital.
4. Menganalisa informasi pada media digital, ada baiknya jika kegiatan ini
lebih sering dilakukan siswa agar dapat mengasah kemampuan siswa
dalam menganalisa informasi pada media digital.
5. Mengevaluasi informasi pada media digital, sebaiknya dalam kegiatan ini
selain sering dilakukan di sekolah bisa juga diberikan tugas di rumah
agar siswa dapat mandiri melakukan kegiatan mengevaluasi informasi
pada media digital.
6. Pengelolaan informasi pada media digital, sebaiknya agar siswa dapat
meningkatkan kegiatan ini siswa diberikan lebih banyak penjelasan dan
pengetahuan oleh guru agar siswa dapat lebih memahami pengelolaan
informasi pada media digital.
7. Penciptaan informasi pada media digital, ada baiknya guru lebih banyak
memberikan atau mengarahkan siswa kepada informasi-informasi yang
tersedia di media digital agar siswa lebih banyak menemukan informasi
yang dapat dibaca dan dipelajari.
8. Komunikasi pada media digital, untuk meningkatkan kemampuan siswa
berkomunikasi ada baiknya guru lebih sering mengajak siswa untuk
melakukan kegiatan ini dalam kegiatan belajar agar dapat membiasakan
siswa dalam kegiatan komunikasi pada media digital.
68
9. Pemberdayaan pada media digital, sebaiknya pihak sekolah lebih banyak
mengadakan pengadaan media digital agar lebih banyak lagi tersedia di
sekolah untuk menunjang kegiatan belajar siswa di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhaidar. Peran Teknologi dalam Pembelajaran.
http://abdulhaidar.web.ugm. ac.id/2016/04/22/peran-teknologi-dalam-
pembelajaran/ diakses pada tanggal 11 maret 2018
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Benita Pramasari. (2016). Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus, ciri-ciri dan
terapinya. https://id.linkedin.com/pulse/jenis-jenis-anak-berkebutuhan khusus-
ciri-ciri-dan-benita. diakses pada tanggal 28 Januari 2018
Dinie Ratri Desiningrum (2008). Psikologis Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Ruko Jambusari.
Husein Umar. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Jakarta: Rajawali Pers.
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi untuk pendidikan,
hukum, ekonomi, dan manajemen, sosial, humaniora, politik, agama, dan
filsafat. Jakarta: Gunung Persada Press.
Kristiani Hesti Padmini. (2015). Teknologi Pendidikan sebagai Pembelajaran
Kompetitif untuk Meningkatkan Prestasi Siswa: studi kasus di salah satu
SMA di Salatiga. http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pip/article
/view/7505 diakses pada tanggal 11 maret 2018
Mardialis. (2010). Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta:
Bumi Aksara. Ed. 1, Cet. 12.
Mohammad Sugiarmin. Pengembangan Teknologi.
http:/file.upi.edu/direktori/fip
/jur_pend_luar_biasa/195405271987031mohammad_sugiarmin/pengembanga
n_teknologi_asistif.pdf. diakses pada tanggal 13 januari 2018
Lexy J Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Murad Maulana. (2015). Definisi Manfaat dan Elemen Penting Literasi
Digital. http://www.muradmaulana.com/2015/12/definisi-manfaat-dan-
elemen-penting-literasi-digital.pdf diakses pada tanggal 12 januari 2018
Pawit M. Yusup. (2010). ”Teori dan praktik penelusuran informasi”. Jakarta:
Kencana.
Sarjanaku. Pengertian Prestasi Belajar Defenisi Menurut Para Ahli.
http://www. sarjanaku.com/2011/02/prestasi-belajar.html?m=1 diakses pada
tanggal 11 maret 2018
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi
Aksara.
Thompson Jenny. (2012). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Erlangga.
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi. (2011). Pedoman penulisan Skripsi
Fakultas ADAB-SASTRA DAN KEBUDAYAAN ISLAM. Jambi: Fakultas Adab-
Sastra dan Kebudayaan Islam Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Wiji Suwarno. (2010). ”Ilmu perpustakaan dan kode etik pustakawan”,
Jogjakarta: Ar-ruzz media.
. (2016). Organisasi Informasi Perpustakaan (Pendekatan Teori
dan Praktik). Jakarta: Rajawali Pers.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
Nama : M. Iqram Hidayatullah
NIM : IPT 140339
Judul :Literasi Digital Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar
Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH Telanaipura
Jambi
A. Wawancara
1. Partisipasi
a. Ketertarikan menggunakan media digital
1) Apa alasan anda belajar menggunakan media digital di sekolah?
2) Faktor apa saja yang mendorong anda tertarik menggunakan media
digital?
b. Kesenangan Menggunakan media digital
1) Apa alasan anda senang menggunakan media digital dalam proses
pembelajaran?
c. Kemelekan menggunakan media digital
1) Bagaimana cara anda mengetahui informasi yang anda butuhkan
dalam kegiatan belajar meggunakan media digital?
2) Bagaimana cara anda dapat menggunakan media digital dengan baik?
2. Kemampuan Mengakses
a. Bagaimana cara anda dalam mengakses media digital?
b. Apa saja yang anda lakukan agar dapat mengakses media digital?
c. Apa saja kendala yang dialami selama anda mengakses media digital?
3. Mengintegrasikan Informasi
a. Apa yang anda lakukan untuk mengetahui sumber informasi yang
dibutuhkan dari media digital dalam kegiatan belajar?
b. Bagaimana cara anda mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari
media digital?
4. Menganalisa Informasi
a. Bagaimana cara anda menganalisa informasi yang didapat dari media
digital?
b. Apa yang anda lakukan jika menemukan kendala ketika menganalisa
informasi pada media digital?
5. Mengevaluasi Informasi
a. Apa saja yang anda lakukan dalam mengevaluasi informasi dari media
digital?
b. Bagaimana cara anda mengatasi kendala yang terjadi saat evaluasi
informasi dari media digital?
6. Pengelolaan Informasi
a. Apa saja yang anda lakukan dalam proses pengelolaan informasi dari
media digital?
b. Apa yang anda lakukan setelah melakukan kegiatan pengelolaan
informasi pada media digital?
7. Penciptaan Informasi
a. Apa saja yang anda lakukan dalam proses penciptaan informasi pada
media digital?
8. Komunikasi Informasi
a. Bagaimana cara anda mengkomunikasikan informasi yang di dapat dari
media digital?
9. Pemberdayaan
a. Setelah informasi dikomunikasikan selanjutnya hal-hal apa saja yang
dilakukan dalam pemberdayaan infomasi dari media digital?
b. Apa dampak yang ditimbulkan dengan adanya media digital ?
B. Observasi
1. Mengamati langsung literasi digital anak berkebutuhan khusus di Sekolah
Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun sofwan, SH Telanaipura Jambi
C. Dokumentasi
1. Profil Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH
Telanaipura Jambi
2. Struktur organisasi Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi.
3. Sejarah singkat Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi
4. Keadaan sumber daya manusia Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH Telanaipura Jambi
5. Keadaan siswa-siswi Sekolah Luar Biasa Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Telanaipura Jambi
Lampiran II
DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN
NO. NAMA DAN INISIAL JABATAN
1 Solbi, S.Pd, M.Pd Kepala Sekolah
2 Murniati (MN) Wali Kelas
3 Karsim (KS) Waka Kurikulum
4 Septiawan Dwi Cahyo (SDC) Guru Ruang Komputer
5 Dimas Vyatra Arisyah Rahman (D) Siswa
6 Dimas Dwi Putra (DM) Siswa
7 Riki (RI) Siswa
8 Heru Ramdani Gumay (HRG) Guru Ruang Tunanetra
9 Eka Pastiah (EP) Guru Ruang Tunanetra
10 Budianto (BA) Siswa
11 Geri Satria (GR) Siswa
12 M. Erlangga (AG) Siswa
Lampiran III
JADWAL PENELITIAN
NO
Jenis Kegiata
Penelitian
Bulan
I
Jan
2018
II
Feb
2018
III
Mar
2018
IV
Apr
2018
V
Mei
2018
VI
Juni
2018
VII
Juli
2018
VIII
Agu
2018
IX
Sep
2018
X
Okt
2018
1 Pembuatan
Proposal √
√
2 Pengajuan
Proposal dan
Pengajuan
Dosen
Pembimbing
√
3 Konsultasi dan
Perbaikan
Proposal
√
4 Seminar
Proposal dan
Perbaikan Hasil
Seminar
√
√
5 Pengesahan
Judul dan Izin
Riset
√
6 Pengumpulan
Data dan
Penyusunan
Data
√
7 Analisa Data
dan Penulisan
Draf
√
8 Penyempurnaan
dan
Penggandaan
Skripsi
√
9 Ujian Skripsi
√