muhammad jakfar
DESCRIPTION
rth 56TRANSCRIPT
Jurnal Administrasi Pendidikan ISSN 2302-0156 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pp. 1- 21
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 1
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PAKET B
PADA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB)
KABUPATEN ACEH BESAR
Muhammad Jakfar1, Djailani AR
2, Khairuddin
3
1) Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Abstract: Today education issues in Indonesia are the low of education quality and 9-year compulsory education program through package B. this is related to the poor implementation of education system caused by Economic capacity of parents and learning community in the learning of Package B program. This research aimed at describing the effectiveness of package B implementation, preparation of lesson plan, and implementation and obstacles in package B learning program. This research employed descriptive analysis method with qualitative approach. The subjects of the research were the head of Learning Activity Workshop, the coordinator of learning tutor, and learning tutor of Learning Activity Workshop of Aceh Besar. Data were collected by using observation, interview, and documentation study technique. The data obtained were analyzed by using reduction, display, and verification technique. The results showed that 1. the process of lesson plan preparation (document I and II) at Learning activity workshop, vision and mission formulation, and analysis of requirement were conducted through learning tutor meeting at the end of academic year; 2. The implementation of package B program at Learning Activity Workshop of Aceh Besar showed that: a. the learning was effective and useful, b. learning approach was centered to the students, c. attention was given to the differences of each individual, d. learning experience involved knowledge, skill, and attitude, e. principle of complete learning was implemented, f. the learning was active, effective and fun. 3. A routine learning evaluation can improve motivation of the learning community and it was useful for the tutor in order to know the level of learning completeness of the students. There were obstacle faced in the field, which is lack of allocated fund and poor facilities and infrastructure that influenced the goal of package B program achievement in its implementation.
Keywords: Effectiveness, implementation, Package B program
Abstrak: Permasalahan pendidikan di Indonesia pada saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan serta
program wajib belajar sembilan tahun melalui program paket B hal ini berkaitan dengan penerapan
sistem pendidikan yang kurang disebabkan oleh kemampuan ekonomi orang tua dan warga belajar
dalam proses pembelajaran program paket B. Penelitian ini bertujuan untuk menggambaran tentang efektivitas pelaksanaan program Paket B dan proses penyusunan RPP, pelaksanaan dan hambatan
dalam pembelajaran program Paket B pada SKB Aceh Besar. Metode penelitian ini bersifat deskriptif
analitis dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah kepala SKB, Koordinator Pamong
Belajar, dan Pamong Belajar SKB Aceh Besar. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawancara dan telaah dokumensi. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik reduksi, display dan
verifikasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa : 1. Proses penyusunan RPP (dokumen I dan II) pada SKB
Aceh Besar melakukan perumusan visi, misi dan analisis kebutuhan yang dilaksanakan dalam suatu
Musyawarah Pamong Belajar di akhir tahun pelajaran; 2. Pelaksanaan program paket B pada SKB
Aceh Besar menunjukkan a. pembelajaran efektif dan bermakna,b. pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, c. perhatian perbedaan individu,d. pengalaman belajar mencakup aspek
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. e. prinsip belajar tuntas f. pembelajaran yang aktif, efektif dan
menyenangkan 3. Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan secara rutin dapat meningkatkan motivasi warga belajar dan berguna bagi pamong belajar dalam mengetahui tingkat ketutasan belajar peserta
didik. Masih adanya hambatan yang dihadapi dilapangan berupa masih kurangnya dana yang
dialokasikan sehingga saran dan prasarana yang tersedia masih kurang sehingga mempengaruhi tujuan
percapaian program paket B dalam pelaksanaanya belum optimal.
Kata Kunci : Efektivitas,Pelaksanaan, Program Paket B.
Jurnal Administrasi Pendidikan ISSN 2302-0156 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pp. 2- 21
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 2
Pendidikan sumber daya manusia
mempunyai peranan penting bagi keikut
sertaan dan kesinambungan pembangunan
suatu bangsa. Oleh karena itu,
pembangunan dan peningkatan sumber
daya manusia mutlak diperlukan dalam
kontek pengembangan sumber daya
manusia. Dalam hal ini pendidikan akan
berpengaruh terhadap produktivitas, dan
juga akan berpengaruh terhadap fertilitas
masyarakat. Pendidikan menjadi sumber
daya manusia lebih cepat mengerti dan
siap menghadapi perubahan dilingkungan
masyarakat.
Maka tidaklah mengherankan jika
Sejak dicanangkan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun oleh pemerintah
pada tahun 1994, maka peluang
memperoleh pendidikan dasar setingkat
SLTP semakin terbuka. Dalam Undang
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Seorang disebut tamat pendidikan
apabila ia telah menyelesaikan pendidikan
dasar SD 6 tahun dan SLTP 3 tahun.
Dengan demikian pengertian wajar (wajib
belajar) 9 tahun adalah kewajiban warga
negara Indonesia yang berusia 7 tahun
untuk memasuki pendidikan dasar hingga
sekurang-kurangnya selama 9 tahun.
Dengan kata lain, semua anak usia 7-15
tahun (7-12 tahun di SD dan 13-15 tahun
di SLTP) diharapkan mengikuti proses
belajar disekolah atau luar sekolah.
Program Paket B antara lain menyebutkan
bahwa kejar paket B adalah suatu jenjang
pendidikan luar sekolah yang setara
dengan SLTP.
Sesuai Kepetusan Mendikbud Nomor
023/0/1997 Menetapkan bahwa SKB
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPTD)
kegiatan belajar Pendidikan luar Sekolah,
pemuda dan olahraga yang mempunyai
tugas melakukan perbuatan percontohan
pengendalian mutu pelaksanaan program
pendidikan luar sekolah, pemuda dan
olahraga (Dirjen Dikklusepora). Pada Pasal
8 Keputusan Mendikbud Nomor
023/0/1997 Menjelaskan bahwa tenaga
fungsional SKB adalah Pamong Belajar.
Pamong Belajar mempunyai tugas pokok
sesuai dengan jenjang jabatannya. Pamong
Belajar Merupakan ujung tombak SKB
dalam pelaksanaan program kegiatan
dilapangan. Namun faktor internal dan
ekternal warga belajar sangat bervariasi,
sehingga sering menjadi kendala yang
tidak mudah mudah untuk
menanggulanginya, pasal 13 ayat I
Keputusan Bupati Nomor 402 tahun 2002
menguraikan tugas pokok Pamong belajar
mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan dan pembinaan pendidikan
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 3
Luar Sekolah, pembinaan pemuda olahraga
dan pendidikan masyarakat.
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Aceh
Besar Provinsi Aceh merupakan satuan
Unit Pelaksan Tehnis (UPTD) yang berada
dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada kepala Dinas Pendidikan kabupaten
Aceh Besar. Keberadaan warga belajar
dikejar Paket B pada umumnya
dikarenakan ketidakmampuan orang tua
untuk menyekolahkan anaknya. Apabila
dicermati mengakibatkan kelanjutan
pendidikan anak menjadi terhalang. Hal ini
sangat dimungkinkan karena untuk
menyekolahkan anak tentu memerlukan
biaya yang tidak sedikit, sedangkan untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari
sulit. Dengan asumsi tersebut SKB sebagai
UPT Diklusepora diberi tugas untuk dapat
mengantisipasi kondisi sosial masyarakat
yang kurang beruntung dengan tanpa
mengurangi kualitas hasil pembelajaran.
Salah satu bentuknya adalah dengan
melaksanakan program belajar kejar Paket
B binaan SKB.
Untuk mewujudkan hal tersebut
program kejar Paket B dalam proses
pembelajaran yang bervariasi dan
menekankan aspek praktis dengan
melibatkan warga belajar secara mendalam
dalam program belajar. Untuk
mewujudkan tujuan ini proses
pembelajaran menggunakan pendekatan
yang berorientasi pada kebutuhan warga
belajar, mengali potensi warga belajar,
memamfaatkan dan mengembangkan apa
yang ada pada warga belajar. Untuk
mewujutkan hendaknya lebih
mencerminkan pada ciri ciri kemandirian
pribadi warga belajar bukan pemaksaan
sehingga yang ditekankan adalah
kebebasan pribadi dalam memilih
pendidikan yang bersifat fungsional yang
diyakini dapat memperbaiki kualitas
kehidupannya.
Dengan demikian yang diperlukan
bukan programstandar dalam arti isi,
metode, bahan belajar, waktu, tetapi
standar kebiasaan dari tiap warga belajar
agar program ini dapat menghasilkan
pengetahuan /ketrampilan yang dituntut
oleh suatu lapangan kerja. Untuk itu
pengelola program perlu memikirkan
bagaimana menggali potensi warga belajar
dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan
yang harus dikuasai warga belajar sesuai
dengan pilihannya, agar nantinya warga
belajar merasakan mamfaatnya.
Saat ini pelaksaan program paket B
tidak mengikut sertakan warga belajar
dalam penyusunan kegiatan proses belajar
mengajar terutama dalam hal jadwal
belajar dan bentuk ketrampilan yang
dilaksanakan dipaket B, sehingga membuat
warga belajar terkesan adanya
keterpaksaan dalam mengikuti proses
pembelajaran, disamping itu kurang
koordinasi dengan pihak terkait dalam hal
ini penilik PLS dan kurangnya koordinasi
dengan camat.
Dalam keputusan bupati Aceh Besar
nomor 20 tahun 2002, Bab III pasal 3 ayat
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
4 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
(2) dikatakan UPTD SKB Aceh Besar
dipinpim oleh seorang kepala yang
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Pendidikan dan secara oprasional
dikoordinasikan oleh camat.
Atas dasar pemikiran diatas, maka
penulis menetapkan efektivitas pelaksana
program paket B sebagai topik penelitian
ini dan SKB Aceh Besar sebagai objek
penelitian.
Rumusan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan
kopetensi SKB sebagai penyelenggara
program penuntasan wajib 9 tahun dengan
memperhatikan komponen tim gugus
kendali mutu. Adapun tim gugus kendali
mutu sebagai berikut : Kepala SKB
sebagai Ketua TIM, Kaur TU sebagai
penunjak pelaksanaan program, Pamong
Belajar sebagai Penanggung Jawab
pelaksana program SKB, Kasi PLS Dinas
Pendidikan sebagai pengawas program.
Berdasarkan pembatasan masalah
seperti tersebut diatas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan program
paket B dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
2. Bagaimana pelaksanaan program
kejar paket B binaan SKB dalam
meningkatkan kualitas hasil belajar.
3. Sejauh mana hasil yang dicapai
Pamong Belajar dalam pelaksanaan
program Paket B.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas pelaksana program
Kejar paket B binaan SKB yang selama ini
sedang berlangsung, sesuai dengan tugas
fungsi SKB sebagai unit pelaksana tehnis
pendidikan luar sekolah pendidikan non
formal.
Sedangkan tujuan khusus penelitian
ini adalah untuk mengetahui :
1. Proses Rencana Pembelajaran
Program kejar paket B binaan SKB
Aceh Besar dalam upaya
meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran.
2. Pelaksanaan Program Paket B yang
dilaksanakan oleh Pamong Belajar
dalam mengupayakan pengentasan
pendidikan warga belajar binaan SKB
sesuai tugas pokoknya.
3. Proses Penilaian Hasil belajar
Program Paket B .
4. Faktor yang menghambat dalam
pelaksanaan program belajar Paket B.
Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini menjawab beberapa
permasalahan tentang pengembangan
Program Paket B sebagai berikut :
1. Bagaimana proses perencanaan
Pembelajaran Program belajar paket
B.binaan SKB Aceh Besar.
2. Bagaimana proses pelaksanaan
program paket B binaan SKB Aceh
besar3. Bagaimana proses penilaian
program paket B binaan SKB Aceh
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 5
Besar
3. Faktor Apakah yang menghambatan
pelaksanaan program Paket B binaan
SKB Aceh Besar.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis penelitian ini ingin
memberi kontribusi terhadap
pengembangan ilmu pendidikan
khusus program Paket B. Disamping
itu, Penelitian ini dapat dimanfaatka
sebagai acuan bagi penyelenggara dan
pengelola program kejar paket B
binaan SKB pada khususnya serta
penyelenggara dan pengelola Kejar
paket B SKB pada umumnya.
b. Penelitian ini dapat dijadikan pola dan
strategi yang efektif untuk
mengsukseskan program wajib belajar
9 tahun melalui jalur pendidikan luar
sekolah dan pendidikan non Formal.
Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini sebagai bahan
masukan dan sumbangan pemikiran
kepada penyelenggara dan pengelola
program paket B khususnya agar
dalam pelaksanaan kelompok belajar
paket B dapat berjalan efektif.
b. Hasil penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai bahan masukan
dan pertimbangan bagi setiap SKB
dalam menentukan kebijakan guna
meningkatkan efektivitas dan efesiensi
manajemen pelaksanaan program paket
B agar dapat berjalan efektif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif, pendekatan kulitatif, tehnik
pengumpulan data observasi, wawancara,
dokumentasi. Subjek penelitian kepala
SKB, koordinator pamong belajar, pamong
belajar, dan kepala tata usaha di SKB Aceh
Besar. Tehnik pengelohan data analisis
kualitatif.
HASIL PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Sesuai dengan pokok masalah
penelitian yang telah diajukan pada bagian
awal laporan penelitian ini, maka hasil
penelitiannya terdiri dua bagian yaitu :
Proses penyusunan Program Paket B
UPTD SKB Aceh Besar merupakan
salah satu lembaga yang melaksanakan
program Paket B.yang saat ini dibina oleh
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar
telah menerapkan Program Paket B. Dalam
upaya mewujud visi dan misi UPTD SKB
Aceh Besar meningkat prestasi melalui
upaya mengidentifikasi kegiatan
pembelajaran melalui peningkatan mutu
proses penyusunan kurikulum dalam
aktivitas pembelajaran sesuai dengan
Program Paket B yang berprinsip
diverifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah dan peserta
didik dengan menerapkan pembelajaran
aktif, kreatif dan menyenangkan.
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
6 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
Proses identifikasi standar isi dan
standar kompetensi lulusan sebagai sumber
dan acuan penyusunan Program Paket B
terlaksana dengan baik. Kepala SKB dalam
wawancara dengan peneliti mengenai
identifikasi standar isi dan standar
kompetensi lulusan mengatakan :
Mengidentifikasi standar isi dan
standar Program Paket A, Program Paket B,
dan Program Paket C kompentensi lulusan
dengan berpedoman pada Permendiknas
No. 14 tahun 2007 untuk SI dan Peraturan
Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) No.0009/P/BSNP/VI/2011 tentang
Prosedur oprasional standar Ujian Nasional
Program Paket A, Program Paket B,
Program Paket C, dan Program Paket C
Lanjutan
Analisis kondisi yang ada dilapangan
yang meliputi peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
biaya dan program-program sekolah untuk
mengetahui kondisi nyata tentang keadaan
sekolah sehingga bisa menentukan
indikator yang sesuai dengan kondisi
lapangan dalam penyusunan silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Kepala UPTD SKB Aceh Besar dalam
wawancara dengan peneliti mengatakan :
Untuk melatih ketajaman dan
pemahaman analisis kondisi yang ada di
lapangan mengembangkan kemampuan
anggota tim penyusun RPP atau Pamong
Belajar untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan di tingkat sekolah, kabupaten,
provinsi, saya juga berupaya agar forum
Pamong Belajar dapat berperan sebagai
ajang diskusi antar Pamong Belajar dalam
mencari masukan, sehingga dapat
menentukan indikator pembelajaran dan
penilaian yang sesuai dengan kondisi
lapangan.
Dari pengamatan peneliti dalam hal
pembuatan RPP, tampak bahwa Pamong
Belajar belum memahami konsep dan
teknik pembuatan RPP terutama pada
bagian perumusan indikator, pengalaman
belajar yang sesuai, dan teknik penilaian
yang dapat mengukur pencapaian
kompetensi Warga Belajar.
Berkaitan analisis peluang dan
tantangan yang ada di masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Kepala SKB dalam
wawancara dengan peneliti mengatakan :
Analisis peluang dan tantangan yang
ada di masyarakat dan lingkungan
sekitarnya telah dilaksanakan baik tetapi
belum bisa melibatkan semua unsur karena
faktor kesibukan masing-masing, sehingga
hasilnya pun belum maksimal .
Berkaitan dengan peranan Forum
Pamong Belajar terhadap peningkatan
kemampuan Pamong Belajar dalam
merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran dan
mengevaluasi bedasarkan wawancara
dengan peneliti mengemukakan :
Dalam menyusun RPP kami tidak
banyak menghadapi kendala, pada
umumnya Pamong Belajar telah memiliki
silabus dan petunjuk pembuatan RPP, pada
umumnya Pamong Belajar di misi UPTD
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 7
SKB Aceh Besar aktif dalam kegiatan
musyawarah Pamong Belajar yang
dikoordinir oleh kepala SKB melalui
Koordinator Pamong Belajar.
Menurut pengamatan peneliti kepala
KB memiliki peran yang penting dalam
rangka mengkoordinir dan mendorong
Pamong Belajar untuk membuat semua
perangkat pembelajaran agar semua
Pamong Belajar memiliki referensi yang
cukup, SKB telah menganggarkan dana
untuk memfotokopi semua bahan yang
dibutuhkan oleh Pamong Belajar seperti
contoh silabus, RPP, perangkat penilaian.
Perencanaan pengajaran harus disusun
secara sistematis utuh dan menyeluruh,
mengacu pada prinsip pembelajaran yang
kontektual, fungsi RPP lebih ditujukan
untuk mengaktifkan proses pembelajaran.
Pamong Belajar di misi UPTD SKB
Aceh Besar didorong untuk dapat
mengembangkan RPP yang baik, logis,
sistematis karena di samping untuk
melaksanakan pembelajaran, Pamong
Belajar mengembangkan tanggung jawab
profesional RPP yang dikembangkan oleh
Pamong Belajar memiliki makna yang
cukup mendalam, RPP bukan hanya
sebagai alat kelengkapan administrasi
tetapi merupakan cermin, pandangan dan
sikap profesionalisme guru mengenai apa
yang terbaik untuk peserta didik. Pamong
Belajar dalam wawancara dengan peneliti
mengenai RPP mengemukakan :
Dengan adanya RPP sangat berguna
sebagai pedoman bagi Pamong Belajar,
sehingga dalam pengajaran tidak
menyimpang, apabila dalam silabus beban
Pamong Belajar lebih berat dimana
Pamong Belajar dituntut dapat memadukan
tiga aspek yaitu : aspek kognitif, afektif
dan psikomotor. Jika Pamong Belajar
memiliki RPP dapat mendorong agar
Pamong Belajar lebih siap dalam
melaksanakan pembelajaran jadi paling
tidak RPP dapat dijadikan rambu-rambu
dalam pelaksanaan pembelajaran
Kepala UPTD SKB Aceh Besar
secara berkala melaksanakan pemeriksaan
RPP yang dibuat oleh Pamong Belajar
pada waktu penanda tanganan DP3
biasanya Pamong Belajar harus
mengumpulkan semua perangkat
pembelajaran untuk mendapatkan
penilaian dari kepala SKB. Pada waktu
tertentu pengawas pendidikan kabupaten
Aceh Besar mengadakan monitoring ke
SKB untuk melihat pelaksanaan
pembelajaran.
Dari hasil pengamatan menunjukkan
bahwa dalam melaksanakan fungsi
sebagai pembimbing Kepala UPTD SKB
Aceh Besar memiliki strategi dalam
rangka meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan dan berupaya
mengkordinasi segala kegiatan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran,
dengan adanya pembinaan terus menerus
terhadap guru diharapkan tidak ada lagi
Pamong Belajar yang tidak mengerti
dalam membuat RPP.
Menurut Koordinator Pamong Belajar
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
8 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
dalam wawancara dengan peneliti
mengemukakan :
Dalam mengembangkan RPP Pamong
Belajar perlu memperhatikan langkah-
langkah (1) mengindentifikasikan dan
mengelompokkan kompetensi yang ingin
dicapai (2) mengembangkan standar
kompetensi dalam rangka pembentukan
kompetensi bagi peserta didik (3)
menentukan metode pembelajaran (4)
menetapkan krikteria ketuntasan minimal
(KKM) .
Berdasarkan deskripsi data diatas
dapat dijelaskan bahwa dalam penyusunan
RPP kepala SKB memiliki peran yang
penting dalam mengarahkan dan
mengkoornisasikan serta memfasilitasi
Pamong Belajar dalam menyusun
perencanaan pembelajaran hal ini dapat
dilihat dan usaha Kepala SKB untuk
mengadakan pelatihan dan menyediakan
dana serta segala kebutuhan yang
mendukung pembuatan Program Paket B.
Penyelesaian pembelajaran oleh warga
belajar Program Paket B.
a. Prinsip Pembelajaran Program Paket
B.
Pembelajaran merupakan aktualisasi
kurikulum yang menuntut keaktifan
Pamong Belajar dalam menciptakan proses
pembelajaran pembelajaran yang
mendorong peserta didik dapat aktif sesuai
dengan rencana yang telah diprogram.
Aktivitas pembelajaran pada Program
Paket B adalah untuk membentuk
kompetensi bagi peserta didik, oleh karena
itu dalam pelaksanaan pembelajaran
Pamong Belajar harus dapat menguasai
prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai
dengan pendekatan Program Paket B.
Kepala SKB menurut pengamatan
peneliti memiliki perhatian dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran, hal
tersebut dapat terlihat dari upaya-upaya
yang dilakukan dalam meningkatkan
pemahaman dan peningkatan pembelajaran
antara lain dalam bentuk (1) mengikut
sertakan Pamong Belajar dalam penataran
yang diselenggarakan kabupaten, provinsi
dan nasional., (2) mengadakan pelatihan
melalui kegiatan BPKB yang diadakan di
sekolah (3) mengusahakan buku referensi
bagiPamong Belajar dan buku pelajaran
kepada peserta didik (4) melengkapi sarana
dan alat pembelajaran (5) melakukan
pengarahan dan bimbingan kepada
Pamong Belajar terutama dalam hal
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran
dan evaluasi (6) melakukan kegiatan
supervisi kelas dan bimbingan konseling.
Dalam melaksanakan fungsi sebagai
pembimbing kepala memiliki strategi yang
tepat untuk mewujudkan visi dan misi
untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga pendidikan serta menciptakan iklim
yang kondusif dan terus menerus
memberikan dorongan kepada Pamong
Belajar untuk dapat menguasi prinsip-
prinsip pembelajaran Program Paket B
Berkaitan dengan prinsip pembelajaran
Program Paket B Ketua Pamong Belajar
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 9
dalam wawancara dengan peneliti
mengatakakan :
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran Program Paket B
antara lain (1) pembelajaran efektif dan
bermakna (2) pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik (3) harus
memperhatikan perbedaan individu (4)
pengalaman belajar mencakup aspek
pengetahuan, ketrampilan dan sikap (5)
prinsip belajar tuntas (6) pembelajaran
yang aktif, efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran memiliki sifat yang
sangat komplek karena melibatkan aspek
pedagogis, psikologis dan didaktis secara
bersamaan oleh karena itu hal yang perlu
diperhatikan oleh Pamong belajar
khususnya dalam pembelajaran adalah
melakukan pendampingan peserta didik
untuk menuju kesuksesan serta memahami
bahwa anak memiliki kemampuan yang
berbeda maka Pamong belajar harus
merancang materi yang berbeda pula.
Menurut Pamong belajar dalam
wawancara dengan peneliti mengenai
pembelajaran Program Paket B
menyatakan :
Dalam rangka pembentukan
kompetensi kegiatan pembelajaran harus
didesain sedemikian rupa yang diawali
dengan kegiatan awal atau pembukaan,
kegiatan inti atau pembentukan kompetensi
dan kegiatan penutup, pada kegiatan awal
diupayakan agar Pamong belajar dapat
menjalin keakraban guna menciptakan
suasana yang kondusif dan dilanjutkan
dengan fre test, kegiatan inti guna
membentuk kompetensi mencakup
penyampaian materi dengan menggunakan
metode yang bervariasi yang pada intinya
peserta didik dapat aktif dalam
pembelajaran dalam suasana yang
menyenangkan kemudian diakhiri dengan
penutup dapat dilakukan dengan
pemberian tugas dan dapat juga dalam
bentuk post test.
Dari pengamatan peneliti di lapangan
menunjukkan adanya upaya dari Pamong
Belajar untuk memberdayakan peserta
didik dalam pembelajaran, Pamong belajar
tidak lagi sebagai satu-satunya sumber
pembelajaran. Proses pembelajaran tidak
lagi didominasi oleh Pamong belajar
dimana Pamong belajar lebih sering
menggunakan metode ceramah, dalam
rangka pengembangan Program Paket B
Pamong belajar dapat menerapkan
prinsip-prisip pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik dapat lebih
aktif dalam pembelajaran, fungsi Pamong
belajar dalam pembelajaran Program Paket
B, fungsi Pamong belajar tidak lebih
sebagai fasilitator dan motivator. Menurut
Pamong belajar dalam wawancara dengan
peneliti mengenai pembelajaran yang
efektif mengemukakan :
Dalam pelaksanaan pembelajaran
saya melakukan tahapan-tahapan dalam
pembelajaran antara lain (1) tahap
pemanasan dan apersepsi yang berguna
untuk menjajaki pengetahuan peserta didik
dan memotivasi peserta didik dengan
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
10 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
menyajikan materi yang menarik (2) tahap
eksplorasi dimana pada tahap ini kita
memperkenalkan bahan pembelajaran
sambil menggaitkan dengan pengetahuan
peserta didik (3) tahap konsolidasi, pada
tahap ini diupayakan agar anak dapat aktif
belajar guna pembentukan kompetensi (4)
pembentukan kompetensi sikap dan prilaku
(5) melakukan penilaian formatif.
Pembelajaran yang diterapkan oleh
Pamong Belajar UPTD SKB Aceh Besar
lebih menekankan pada upaya mendorong
partisipasi anak dalam pembelajaran
sehingga dalam pembelajaran anak akan
aktif. Keterlibatan anak didik merupakan
hal yang penting dan menentukkan
keberhasilan pembelajaran, hal ini dapat
dicapai apabila peserta didik memiliki
keterlibatan emosional dan mental, adanya
konstribusi peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Untuk menciptakan
pembelajaran diupayakan bahan
pembelajaran yang diajarkan memiliki
kaitan langsung dengan kehidupan sehari-
hari peserta didik. Menurut Pamong
Belajar dalam wawancara dengan peneliti
mengenai prinsip pembelajaran tuntas
mengatakan:
Agar anak didik memperolah hasil
yang maksimal dalam proses pembelajaran
Pamong belajar dituntut dapat
melaksanakan pembelajaran secara
sistematis dan terorganisir, keberhasilan
pembelajaran dapat diukur dari hasil yang
diperoleh peserta didik, ini dapat diketahui
dari hasil evaluasi. Kemampuan anak
untuk menyerapkan materi pembelajaran
memiliki korelasi dengan bagaimana upaya
Pamong belajar dalam melaksanakan
pembelajaran dan membantu peserta didik
untuk dapat menuntaskan pembelajaran
sesuai dengan standar minimal ketuntasan
belajar yang telah ditetapkan oleh Pamong
Belajar.
Dari studi dokumentasi peneliti
mendapat informasi bahwa peserta didik
dinyatakan tuntas apabila sudah
mendapatkan nilai di atas karakteria
ketuntasan minimal (KKM) yang sudah
dituntaskan oleh SKB, KKM untuk
pelajaran normatif dan adaptif adalah 6.00
dan untuk pembelajaran produktif 7.00
bagi peserta didik yang belum tuntas
biasanya Pamong belajar akan
mengadakan kegiatan remedial yaitu
memberi pelajaran tambahan atau
mengulang kembali materi pembelajaran
yang kurang dimengerti oleh peserta didik.
b. Strategi dan Metode Pembelajaran
Program Paket B
Dalam proses pembelajaran Pamong
Belajar memiliki strategi tersendiri guna
menciptakan pembelajaran yang aktif,
efektif dan menyenangkan. Untuk itu
Pamong Belajar dituntut dapat memahami
dan melaksanakan pembelajaran dengan
strategi dan metode pengajaran yang sesuai
dengan tuntutan Program Paket B, dengan
menggunakan metode yang bervariasi anak
didik lebih terdorong untuk aktif dalam
pembelajaran. Peserta didik tidak sekedar
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 11
mendengar tetapi lebih diutamakan anak
dapat melakukan dan mempraktikkan apa
saja yang telah dipelajari, jadi fungsi
Pamong Belajar hanya sebagai fasilitator,
Pamong Belajar tidak lagi dominan dalam
proses pembelajaran, pada intinya
pembelajaran berfokus pada peserta didik.
Menurut pengamatan peneliti pada
umumnya Pamong Belajar UPTD SKB
Aceh Besar sudah menerapkan
pembelajaran Program Paket B, namun ada
sebagian Pamong Belajar yang masih
memadukan antara Program Paket B
dengan sistem pembelajaran kurikulum
1994 dimana Pamong belajar lebih banyak
menggunakan metode ceramah, namun
sebagian besar Pamong belajar sudah
menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran
Program Paket B, terutama bagi pamong
belajar yang sudah sering mengikuti
penataran dan pelatihan mereka sudah
memahami dan sudah menerapkan model-
model pembelajaran Contextual Teaching
Learning (CTL), pembelajaran berbasis
masalah, pembelajaran cooperative dan
model-model pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan Program Paket B.
Berkaitan dengan model-model
pembelajaran Pamong belajar dalam
wawancara dengan peneliti menyatakan :
Sering menggunakan metode
pembelajaran langsung dengan
menggunakan cooperatif learning dan
metode tugas, dalam pembelajaran ini anak
dilatih untuk dapat bekerja sama dalam
memecahkan masalah dengan berdiskusi,
anak-anak diberi tugas untuk menyusun
laporan hasil diskusi yang kemudian akan
dibahas bersama di kelas, tetapi dengan
jumlah peserta didik yang terlatih pada
saya agak sulit untuk membagi kelompok,
paling tidak saya dapat membagi
kelompok dengan membalik bangku
sehingga anak saling berhadapan, sesuai
dengan petunjuk penyusunan kelompok
yang terdiri dari peserta didik laki-laki dan
perempuan.
Untuk meningkatkan mutu
pembelajaran UPTD SKB Aceh Besar
secara rutin menyelenggarakan pelatihan
yang dikoordinasi oleh Balai Pendidikan
Kegiatan Belajar (BPKB) yang
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan
kabupaten Aceh Besar pada prinsipnya
pelatihan Pamong belajar bidang studi
adalah untuk meningkatkan kemampuan
Pamong belajar, pada kegiatan ini Pamong
belajar dapat bertukar pikiran guna
mencari metode dan strategi yang sesuai
dengan pembelajaran Program Paket B
dan karakteristik anak didik. Dalam
kegiatan ini biasanya membahas mengenai
masalah yang dihadapi Pamong Belajar di
lapangan dan dicari jalan keluar agar
pembelajaran Program Paket B lebih
efektif. Dalam wawancara dengan Pamong
Belajar mengenai strategi pembelajaran
Program Paket B mengungkapkan sebagai
berikut :
Dalam pembelajaran saya berusaha
memberikan hal-hal yang baru, berupaya
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
12 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
menghubungkan apa yang dipelajari
dengan apa yang ada dilingkungan anak.
Saya menjelaskan dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh anak dan selalu
mengambil sampel yang ada dilingkungan
anak, untuk mendorong agar peserta didik
dapat aktif saya sering memberikan tugas-
tugas yang dapat mereka kerjakan secara
berkelompok anak-anak dibiasakan
menemukan sendiri materi yang diajarkan
diupayakan memiliki relevansi dengan
kehidupan peserta didik dengan demikian
peserta didik merasa apa yang dipelajari
akan berguna bagi kehidupannya.
Selanjutnya kepala SKB dalam
wawancara dengan peneliti mengenai
model pembelajara menyatakan :
Menurut informasi yang saya dapat
dari Pamong Belajar bahwa model
pembelajaran yang cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran Program Paket B
adalah model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) dimana di dalam
pembelajaran Pamong belajar dapat
menghubungkan antara kompetensi yang
diajarkan sesuai dengan dunia nyata
sehingga anak dapat menghubungkan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan
kehidupan sehari-hari model pembelajaran
kontektual pembelajaran berlangsung
secara alamiah dimana anak mengalami
dan melakukan sendiri, baik pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas maupun
pembelajaran yang dilaksanakan di luar
kelas ataupun dilingkungan masyarakat.
Pembelajaran kontektual dapat
menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan bagi peserta didik karena
pembelajaran dilakukan secara alamiah,
sehingga anak didik dapat langsung
mempraktikkan apa yang dipelajari dengan
kata lain bahwa anak akan mendapatkan
pengalaman dari kegiatan pembelajaran
dalam pembelajaran kontektual peserta
didik dapat memahami makna
pembelajaran sehingga dapat memotivasi
peserta didik untuk dapat belajar dengan
baik. Menurut Pamong belajar dalam
wawancara dengan peneliti mengenai
strategi pembelajaran menyatakan:
Pada mulanya para Pamong Belajar
kurang mengetahui model-model
pembelajaran Program Paket B, tetapi
setelah dikirim mengkuti penataran dan
pelatihan serta mempelajari sendiri.
Sehingga baru diketahui bahwa model-
model pembelajaran yang selama ini
terapkan hampir sama dengan model
pembelajaran Program Paket B.
Dalam wawancara dengan Pamong
belajar mengenai strategi pembelajaran
Program Paket B mengemukakan :
Dalam pembelajaran biasanya ada
materi-materi yang harus saya jelaskan
pada peserta didik tetapi saya lebih
mendorong agar anak dapat belajar sendiri
dan belajar berkelompok baik didalam
kelas maupun diluar kelas. Jadi menurut
saya jika materi pelajaran sulit dan
terbatasnya bahan saya akan menjelaskan,
sebaliknya kalau materi yang mudah saya
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 13
akan menugaskan anak untuk belajar
kelompok yang kemudian akan dibahas
dikelas.
Menurut pengamatan peneliti di
lapangan bahwa kepala UPTD SKB Aceh
Besar memiliki peran yang penting dalam
rangka pembinaan guru terutama dalam
proses pembelajaran, dalam kegiatan
BPKB kepala SKB banyak memberikan
strategi dan model-model pembelajaran,
dalam hal ini faktor pengalaman kepala
SKB akan mempengaruhi profesionalisme
kepala SKB, sehingga ketika Pamong
belajar kurang memahami tentang suatu
hal dapat langsung berkonsultasi dengan
kepala SKB.
Berdasarkan deskripsi data diatas
jelaslah bahwa untuk menunjang
keberhasilan proses pembelajaran Program
Paket B diperlukan strategi yang agar
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan Pamong Belajar dituntut
untuk menerapkan model-model
pembelajaran yang sesuai dengan Program
Paket B seperti model pembelajaran
kontektual, model pembelajaran, koperatif,
model pembelajaran langsung,
pembelajaran berbasis masalah dan model-
model pelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran Program Paket B.
c. Evaluasi Pembelajaran Program Paket
B
Evaluasi pembelajaran yang
dilakukan pada UPTD SKB Aceh Besar
lebih menekankan pada evaluasi berbasis
kelas yaitu evaluasi yang dilakukan
menyeluruh terhadap kegiatan peserta
didik dari awal pembelajaran sampai akhir
pelajaran, evaluasi pembelajaran biasanya
dilaksanakan melalui ulangan harian yang
dilakukan oleh Pamong Belajar pada akhir
pelajaran atau blok, ulangan umum atau
ujian semester dilakukan pada akhir satu
semester yang dilaksanakan untuk
mengetahui perkembangan prestasi peserta
didik serta melaporkannya dalam bentuk
nilai rapor.
Evaluasi pembelajaran Program Paket
B mencakup tiga aspek kemampuan yaitu:
(1) evaluasi pembelajaran untuk mengukur
kemampuan kognitif (pengetahuan) yang
dapat dilakukan dengan menggunakan tes
lisan dan tes tulisan (2) evaluasi
pembelajaran psikomotorik (ketrampilan)
dilakukan dengan menggunakan ujian
praktik (3) evaluasi pembelajaran sikap
dilakukan dengan menggunakan daftar
isian sikap yang diseuaikan dengan tujuan
pembelajaran. Pamong belajar dalam
wawancara dengan penelti mengatakan :
Setiap akhir pembelajaran saya selalu
memberikan penilaian dalam bentuk tes
objektif dalam bentuk pilihan ganda dan
tes esay (dalam bentuk uraian ) terdiri dari
5 sampai 10 soal. Jika ada peserta didik
belum mencapai standar nilai minimal saya
langsung memberi remedial atau
memberikan tugas tambahan.
Dalam wawancara dengan Kordinator
Pamong Belajar mengenai evaluasi
pembelajaran mengatakan :
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
14 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
Evaluasi pembelajaran yang
dilaksanakan di lapangan kami mencakup
(1) pre test yaitu tes yang dilaksanakan
sebelum pembelajaran dilaksanakan guna
menjajaki kemampuan awal yang dimiliki
oleh peserta didik dan untuk
mempersiapkan peserta didik untuk belajar
(2) evaluasi proses yaitu penilaian yang
dilakukan oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung, evaluasi proses
dilakukkan untuk memberi kualitas
pembelajaran. Suatu pembelajaran
dikatakan berhasil apabila 75% anak aktif
baik fisik maupun mental dalam proses
belajar (3) post test dilaksanakan pada
akhir pelajaran yang berguna untuk
mengetahui tingkat keberhasilan proses
belajar mengajar.
Evaluasi pembelajaran Program Paket
B di UPTD SKB Aceh Besar dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan
sehingga akan menjadi bahan informasi
yang bermakna dalam mengambil
keputusan, untuk itu dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajaran perlu
memperhatikan aspek-aspek kualitas dan
efektivitas sehingga hasil evaluasi benar-
benar bermanfaat bagi Pamong belajar.
Kepala SKB dalam wawancara dengan
peneliti mengenai evaluasi pembelajaran
mengatakan :
Saya selalu menekankan kepada
Pamong belajar untuk melakukan evaluasi
pembelajaran secara sistematis dan
bersinambungan guna memantau kemajuan
dan mendiagnosis kemampuan belajar
peserta didik. Pada umumnya Pamong
belajar telah membuat kumpulan soal
(bank soal) yang siap digunakan sesuai
dengan materi pembelajaran, untuk
pembuatan soal ujian sumatif (ujian
semester) pihak SKB memberikan intensif
kepada Pamong belajar.
Menurut pengamatan peneliti di
lapangan menunjukkan bahwa Pamong
Belajar UPTD SKB Aceh Besar secara
rutin melakukan evaluasi pembelajaran
terutama ulangan harian dan blok, peserta
didik sangat senang dalam mengikuti
ulangan, apalagi peserta didik akan diberi
tahu hasil ulangan, evaluasi pembelajaran
yang dilaksanakan secara rutin dapat
meningkatkan motivasi peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran hasil
evaluasi sangat bermanfaat bagi Pamong
belajar dan mengetahui tingkat ketuntasan
belajar peserta didik.
Evaluasi pembelajaran dalam rangka
implementasi Program Paket B berupaya
menjaga keseimbangan antara aspek
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
aspek ketrampilan (psikomotorik)
penilaian aspek kognitif dilakukan setelah
peserta didik mempelajari satu kompetensi
pada akhir satu semester, penilaian
terhadap aspek sikap (afektif) dilakukan
selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran di lapangan, penilaian
psikomotorik dilakukan selama proses
belajar mengajar berlangsung. Kepala SKB
dalam wawancara dengan peneliti
mengenai evaluasi pembelajaran
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 15
mengatakan :
Dengan evaluasi memungkinkan
Pamong Belajar melakukan fungsi kontrol
terhadap kemampuan peserta didik dalam
penguasaan kompetensi dan sebagai
umpan balik bagi Pamong Belajar terutama
dalam hal (1) apakah peserta didik sudah
mengusai kompetensi yang sudah
ditentukan oleh Pamong Belajar (2) untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran
mana yang belum dikuasai oleh peserta
didik (3) dapat memberikan informasi
kepada pamong belajar apakah strategi dan
metode pembelajaran sudah sesuai atau
belum.
Selanjutnya Koordinator Pamong
Belajar dalam wawancara dengan peneliti
mengemukakan :
Di lapangan kami sampai saat ini
masih melakukan ulangan semester,
mengadakan rapat untuk menyusun
organisasi kepanitian dalam ulangan
semester. Pamong belajar diminta untuk
membuat soal yang terdiri dari 40 soal
pilihan ganda dan 5 soal uraian (essay)
naskah soal dikumpulkan kepada wakil
kepala bidang kurikulum untuk diketik dan
diperbanyak oleh petugas tata usaha
dibawah pengawasan Koordinator Pamong
Belajar, seluruh biaya untuk untuk
kepentingan ulangan umum berasal dari
dana rutin yang sudah dianggarkan dalam
rancangan anggaran pendapatan dan
belanja (RAPB).
Hasil evaluasi pembalajaran sangat
berguna bagi Pamong Belajar dalam
rangka memantau dan mendiagnosis
kemampuan belajar peserta didik sehingga
memingkinkan Pamong Belajar
mengadakan kegiatan remedial jika ada
peserta didik yang mendapatkan nilai
diatas standar minimal ketuntasan belajar,
bagi peserta didik hasil evaluasi
pembelajaran akan dapat mengetahui
kemampuan dan kekurangan hal ini akan
mendorong motivasi anak untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
Hambatan-hambatan yang dihadapi
pamong belajar dalam pelaksanaan Paket
B
a. Sarana dan prasarana belajar yang
kurang memadai
b. Media pembelajaran yang kurang
c. Tingkat motivasi belajar warga belajar
kurang
d. Dukungan instasi lain kurang
e. Kurangnya dana pendukung
pelaksanaan program
Pembahasan
Temuan peneliti dilapangan
menunjukkan bahwa pengembangan
Program Paket B dalam rangka
meningkatkan efektivitas pembelajaran
pada UPTD SKB Aceh Besar mencakup :
Kesimpulan
Proses identifikasi warga belajari dan
standar kompetensi lulusan sebagai sumber
dan acuan penyusunan Program Paket B
belum terlaksana dengan baik. Analisis
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
16 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
kondisi yang ada di lapangan yang
meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, biaya
dan program-program indentifikasi untuk
mengetahui kondisi nyata tentang keadaan
lapangan sehingga bisa menentukan
indikator yang sesuai dengan kondisi
lapangan dalam penyusunan silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Belum berhasilan pengembangan
Program Paket B pada SKB Aceh Besar
tidak terlepas daripada kemampuan kepala
SKB dalam memimpin dan menerapkan
fungsi manajemen terutama dalam hal
perencanaan, pengorganisasian,
menggerakkan semua komponen dan
melakukan pengawasan baik langsung
maupun tidak langsung, kepala SKB selalu
melakukan monitoring tingkat efektivitas
proses pembelajaran. Kepala SKB dalam
melaksanakan fungsinya sebagai
supervisor bertanggung jawab
terselenggaranya proses pembelajaran
yang baik, kepala SKB harus dapat
memastikan proses pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan rencana, kepala
SKB tidak percaya begitu saja kepada
Pamong Belajar dalam melaksanakan
tugasnya, untuk itu kepala SKB melakukan
monitoring dan pengawasan. Kepala SKB
dengan pengetahuan dan pengalamannya
diharapkan dapat memberikan bantuan
kepada Pamong Belajar dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dalam hal pembuatan RPP, tampak
bahwa pemahaman Pamong Belajar
tentang konsep dan teknik pembuatan RPP
belum cukup baik terutama pada bagian
perumusan indikator, pengalaman belajar
yang sesuai, dan teknik penilaian yang
dapat mengukur pencapaian kompetensi
warga belajar.
Pengembangan kurikulum
mempunyai makna yang cukup luas.
Menurut Sukmadinata dalam Sanjaya
(2009:77) mengatakan bahwa :
Pengembangan kurikulum bisa berarti
penyusunan kurikulum yang sama sekali
baru (curriculumn construction), bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang telah
ada (curriculum improvement).
Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada
satu sisi pengembangan kurikulum berarti
menyusun seluruh perangkat kurikulum
mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur
dan sebaran mata pelajaran, garis-garis
besar program pengajaran, sampai dengan
pedoman-pedoman pelaksanaan (macro
curriculum). Pada sisi lainnya berkenaan
dengan penjabaran kurikulum (GBPP)
yang telah disusun oleh tim pusat menjadi
rencana dan persiapan-persiapan mengajar
yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh
Pamong Belajar di lapangan, seperti
penyusunan rencana tahunan, caturwulan,
satuan pelajaran, dan lain-lain (micro
curriculum).
Yang dimaksud pengembangan
kurikulum dalam bahasan ini bisa
mencakup keduanya, tergantung pada
konteks pendekatan dan model
pengembangan kurikulum itu sendiri.
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 17
Dilihat dari cakupan pengembangannya
apakah curriculumn construction atau
curriculum improvement, ada dua
pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pengembangan kurikulum. Pertema,
pendekatan top down atau pendekatan
administratif, yaitu pendekatan dengan
sistem komando dari atas ke bawah; dan
kedua adalah pendekatan grass root, atau
pengembangan kurikulum yang diawali
oleh inisiatif dari bawah lalu
disebarluaskan pada tingkat atau skala
yang lebih luas, dengan istilah singkat
sering dinamakan pengembangan
kurikulum dari bawah ke atas.
Implementasi dalam aktivitas
pembelajaran
Keberhasilan sekolah dalam
implemetasi dalam aktivitas pembelajaran
banyak dipengaruhi oleh kemampuan dan
pemahaman Pamong Belajar terhadap
Program Paket B serta adanya respon
positif dari Pamong Belajar dalam
menghadapi perubahan kurikulum, hal ini
dapat dilihat dari besarnya antusias
Pamong Belajar dalam mengikuti
penataran dan pelatihan yang diadakan
oleh Dinas Pendidikan dan pelatihan di
BPKB, dimana dalam forum ini Pamong
Belajar dapat bersama-sama membahas hal
yang berkaitan dengan perencanaan
pembelajaran dan hal-hal yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang dihadapi
dilapangan.
Kepala UPTD SKB Aceh Besar dalam
melaksanakan fungsinya sebagai
pembimbing memiliki strategi untuk
meningkatkan kemampuan profesional
Pamong Belajar dengan memberi
dorongan kepada seluruh komponen untuk
dapat melaksanakan tugas dengan baik,
penuh dedikasi, hal ini dapat dilakukan
berkat adanya perhatian kepala SKB
terhadap kesejahteraan Pamong Belajar,
memenuhi segala alat dan sarana
pembelajaran dan mampu menciptakan
kondisi yang kondusif yang
memungkinkan proses pembelajaran dapat
berjalan lancar.
Menurut Mulyasa (2004:24) ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
pamong belajar dalam pelaksanaan
pembelajaran, yaitu : (1) menguasai bahan
pembelajaran yang sajikan (2) dapat
merencanakan program pembelajaran
dengan baik (3) mampu mengelola kelas
dengan baik (4) menggunakan
media dan sumber belajar (5) menguasai
landasan pendidikan (6) melakukan
penilaian pembelajaran Program Paket B.
Sebagai sebuah temuan bahwa
strategi dan model pembelajaran yang
dikembangkan oleh Pamong Belajar dalam
rangka implementasi Program Paket B
pada UPTD SKB Aceh Besar menekankan
pada pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik, tugas Pamong Belajar adalah
memberdayakan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik, pembelajaran berlangsung
alamiah dimana peserta didik mengalami
dan melakukan sendiri, fungsi Pamong
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
18 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
Belajar tidak lagi sebagai transformator
ilmu kepada peserta didik, dalam
pembelajaran Program Paket B Pamong
Belajar hanya berfungsi sebagai fasilitator
dan mediator.
Peningkatan kualitas pembelajaran
lebih menekankan pada aspek kerjasama,
tanggung jawab dan peningkatan
kemampuan Pamong Belajar dalam
menguasai strategi dan model-model
pembelajaran, Pamong Belajar yang
profesional dapat menciptakan
pembelajaran yang aktif, efektif dan
bermakna melalui tahapan pembelajaran
yaitu : (1) melakukan pemanasan dan
apersepsi untuk menjajaki kemampuan
peserta didik (2) eksplorasi yaitu kegiatan
untuk memperkenalkan bahan dan
menggaitkan dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh peserta (3) tahap konsolidasi
guna mengaktif peserta didik dalam
pelajaran (4) pebentukan kompetensi (5)
melakukan penilain formatif.
Pembelajaran yang aktif dan
bermakna yang dikembangkan dalam
rangka implementasi Program Paket B
dikembangkan melalui strategi
pembelajaran dan pemilihan model-model
pembelajaran yang sesuai dengan Program
Paket B, Pamong Belajar dapat
menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi, dari temuan dilapangan model-
model pembelajaran kontektual menjadi
pilihan banyak Pamong Belajar menjadi
model pembelajaran yang paling sering
digunakan, pada pembelajaran kontektual
lebih menekankan pada keterkaitan antara
materi pelajaran dengan dunia kehidupan
peserta didik secara nyata.
Menurut UU RI No. 20 tahun 2003
ada beberapa alasan pembelajaran
kontektual menjadi pilihan yaitu : (1)
sejauh ini masih ada pandangan dalam
pendidikan kita bahwa pengetahuan
sebagai perangkat fakta-fakta yang
harus dihafal (2) pendekatan
kontektual memungkinkan peserta didik
dapat belajar sendiri (3) peserta didik
dapat mempraktikkan apa yang
dipelajarinya.
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Di
UPTD SKB Aceh Besar menekankan
pada evaluasi berbasis kompetensi
keahlian yaitu evaluasi yang dilaksanakan
secara menyeluruh mencakup aspek
kognitif (pengetahuan), afaktif (sikap),
psikomotorik (ketrampilan). Melalui
ulangan harian blok dan ulangan umum,
hasil evaluasi pembelajaran sangat berguna
untuk memantau kemampuan peserta didik
dan sebagai umpan balik bagi untuk
melakukan perbaikan proses pembelajaran
dan pelaksanaan remedial.
Tanggung jawab dan integritas
seorang Pamong Belajar sangat
mempengaruhi keberhasilan implementasi
Program Paket B pada SKB Aceh Besar,
kesadaran untuk mau berubah dan terus
menerus meningkatkan kompetensi harus
dijadikan budaya bagi seluruh warga,
peranan Pamong Belajar sebagai pendidik
harus dapat membimbing dan
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 19
menggerakkan warga belajar dengan
mengedepankan semangat kekeluargaan.
Menurut Mulyasa (2007: 246)
pembelajaran Program Paket B ditujukan
untuk: (1) memperkenalkan kehidupan
kepada peserta didik sesuai dengan konsp
learning to know, learning to do, learning
to be, dan learning to life together (2)
menumbuhkan kesadaran peserta didik
tentang pentingnya ilmu dalam kehidupan
(3) memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik (4) menumbuhkan
pembelajaran yang kondusif bagi
menumbuh kembangkan potensi peserta
didik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas
tersebut diatas, maka kami ambil
kesimpulan :
1. Proses penyusunan Program Paket B
pada SKB Aceh Besar yaitu
penyusunan dokumen I (visi misi dan
tujuan SKB, potensi skb, struktur dan
muatan kurikulum, kelender
pendidikan dan waktu efektif) dan
dokumen II (silabus dan RPP) telah
berhasil disusun SKB yang memuat
komponen-komponennya tetapi belum
menunjukkan rincian yang saling
berhubungan satu dengan yang lain
dan belum mengakomodasi kondisi
nyata yang ada di SKB Aceh Besar.
2. Pelaksanaan pembelajaran program
paket B pada SKB Aceh Besar
menunjukkan (a) pembelajaran efektif
dan bermakna, (b) pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik, (c) perhatian perbedaan
individu, (d) pengalaman belajar
mencakup aspek pengetahuan,
ketrampilan dan sikap (e) prinsip
belajar tuntas (f) pembelajaran yang
aktif, efektif dan menyenangkan.
3. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan
secara rutin berupaya menjaga
keseimbangan antara aspek
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif)
dan aspek ketrampilan (psikomotorik)
4. Masih adanya hambatan yang
dihadapi dalam pelaksanaan program
paket B terutama masalah alokasi
dana serta sarana dan prasarana yang
masih kurang
Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
kami sampaikan beberapa implikasi :
1. Supaya rincian proses penyusunan
Program Paket B (dokumen I dan II)
saling berhubungan satu dengan yang
lain dan mengakomodasi kondisi
nyata keadaan SKB, maka perlu
menyusun ulang (dokumen I dan II)
serta menganalisis kelengkapan
sarana, pra sarana pembelajaran guna
mendukung suksesnya pengembangan
Program Paket B.
2. Supaya Pamong Belajar bisa
mengembangkan kepribadian Warga
Belajar dengan baik, Pamong Belajar
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
20 - Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus 2012
dapat tampil prima didepan kelas
melalui perencanaan pembelajaran
yang baik menggunakan strategi dan
model pembelajaran yang bervariasi
serta lebih banyak melibatkan warga
Belajar guna menciptakan
pembelajaran yang aktif, efektif dan
menyenangkan. maka Pamong Belajar
harus meningkatkan kompetensinya
terutama kompetensi pedagogisnya.
Sehingga dapat mengurangi Warga
Belajar bermasalah seperti sering tak
hadir, datang terlambat, sering cabut
dan kurang semangat belajar.
Saran
Berdasarkan implikasi diatas, kami
sampaikan beberapa saran :
1. Agar Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Aceh Besar, Kepala dan
Koordinator Pamong Belajar SKB
Aceh Besar perlu menyusun ulang
Silabus (dokumen I dan II) serta
menganalisis kebutuhan yang sesuai
kondisi di lapangan dengan
melibatkan para pakar.
2. Agar Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Aceh Besar dan Kepala
SKB Aceh Besar memberi
kesempatan yang luas untuk
mengembangkan diri melalui
pendidikan lanjutan dan mengirim
pamong belajar untuk mengikuti
penataran atau pelatihan baik yang
diselenggarakan ditingkat provinsi,
kabupaten dan melalui Forum
Pamong Belajar, guna meningkatkan
kompetensi Pamong Belajar dalam
melaksanakan tugas pembelajaran
dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. (2002). Proses Penelian. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Bupati Kabupaten Aceh Besar. (2002). Susunan
Organisasi dan Urean Tugas Unit
Pelaksanaan Tehnis Sanggar Kegiatan
Belajar (SKB) Dinas Pendidikan
kabupaten Aceh Besar. Kota Jantho :
Keputusan Bupati Aceh Besar.
Bogdam, (2005) Metodelogi Penelitian.
Jakarta: Galia.
Dimyati, (2005) Metodelogi Penelitian.
Jakarta: Ghalia Depdikbud. (1998). Petunjuk Tehnis
Pengendalian Mutu Pelaksanaan
Program Diklusepora. Jakarta : Proyek
pembinaan tenaga kependidikan.
Depdikbud (1998). Tugas UPT serta
Kemampuan yang Harus Dimiliki
Tenaga Tehnis dan Tenaga
Kependidikan Dikluspora. Jakarta :
Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan Dikluspora.
Depdikbud. (1994). Petunjuk Tehnis Program Kejar Paket B Setara SLTP. Jakarta :
Proyek Pengembangan Pendidikan Luar
Sekolah.
Depdiknas. (2003). Undang-undang No.20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Depdiknas
Engkoswara, (2005) Dasar-dasar Administrasi
Negara. Jakarta : Depdiknas.
Etzioni, Amtai, (2005) Modern Organitation,
New Jersey : Prentice Hall Inc.Fauzan,
(2005) Manajemen Diklat Pegawai MAN Bandung, Tesis : Bandung.
Gaffar, M Fakri. (2006). Perencanaan
Pendidikan: Teori dan Metodelogi.
Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Dikbud.
Hermawan, (2006) Efektivitas Diklat
Keagamaan. Medan, Tesis.
Lembaga Administrasi Negara, (1996). Sistem
Administrasi Negara Republik
Indonesia. Edisi Ke Tiga, Jakarta Bumi
Aksara.
Moleong, Lexy. (2007). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munir, dan Budiarto. (1994). Kependudukan,
Lingkungan: Sumber Daya Alam dan
Jurnal Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala
Volume 1, Tahun I, No. 1, Agustus
2012 - 21
Kependudukan dalam Pembangunan.
Jakarta : UI-Press.
Nasution, S.(1996). Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Sudijarto. (1994). Kontribusi Pendidikan Luar
Sekolah dalam Mengsukseskan Wajib
Belajar 9 Tahun dan Mengikis
Kemiskinan. Solo : PT. Tiga Serangkai
Soewartoyo, (2005). Dasar-dasar Organisasi
dan Manajemen.cetakan. Jakarta .
Ghalia Indonesia. Sudjana,D. (2006). Manajemen Program
Pendidikan : Untuk Pendidikan
Nonformal dan Pengembangan sumber
daya manusia. Bandung : Falah
Produksi.
Sumidjo. Wahyo dan soehejo, (2006). Buku
Materi Pokok Kepemimpinan. Jakarta :
Penerbit Kamtesa. Uniersitas Terbuka.
Siagian,S.P.( 2006) Manajemen Suber Daya
Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Thoha, Miftah, (2005) Kepemimpinan Suatu
Pendekatan Prilaku. Rajawali. Jakarta
Oemar, Hemalik. (2007) Pengembangan Suber
Daya Manusia : Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan pendekatan Terpadu,
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Yoesoef. Soelaiman, (2006). Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya :
Usaha Nasional.