laporan teknologi pengolahan sawit
DESCRIPTION
laporan praktikum teknologi pengolahan sawitTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Dosen Pembimbing
Teknik Instrumentasi Zuchra Helwani, ST,m MT,m PHD
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAWIT
Kelompok : VII ( TUJUH)
Nama Kelompok : 1. ALIM KURNIAWAN (1107036533)
2. HAFIZOH RAMADANI (1107021233)
3.IVAN SIDABUTAR (1107035727)
LABORATORIUM INSTRUKSIONAL DASAR PROSES &
OPERASI PABRIK
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2013
Abstrak
Sawit adalah salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat
menghasilkan minyak. Praktikum ini bertujuan mengolah sawit off-grade
menggunakan metode artisanal dan menganalisa karakteristiknya. Parameter yang
digunakan adalah dengan menvariasikan air panas keras yaitu 10%, 20% dan 30%.
Dari percobaan hasil percobaan didapatkan kadar ALB lebih besar dari standar
mutu yaitu 7,68, persen kadar air yang didapatkan 13%, persen kadar kotoran 8%
dan yield yang didapat 6,76%.
Kata kunci : sawit, parameter.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
1. Mengolah sawit off-grade menggunakan metode artisanal.
2. Menentukan yield dan karakteristik minyak dari sawit off-grade menggunakan
metode artisanal.
1.2. Sawit
Sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah colonial
Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit sawit yang dibawa dari
Mauritius dab Amsterdam untuk di tanam di kebun Raya Bogor. Tanaman sawit
mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis
usaha perkebunan sawit di Indonesia adalah Adrien Haller, seorang berkebangsaan
Belgia yang telah belajar banyak tentang sawit di Afrika.
Sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama di Indonesia.
Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti
sawit (PKO) ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu penyumbang
devisa Negara yang terbesar di bandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya.
Hingga saat ini sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik
pengolahan sawit sehingga menjadi minyak dan produk turunannya.
1.3 Pengolahan Sawit
Pengolahan buah sawit diawali dengan proses pemanenan buah sawit. Untuk
memperoleh hasil produksi (CPO) dengan kualitas yang baik serta dengan rendemen
minyak yang tinggi, pemanenan dilakukan berdasarkan kriteria panen (tandan matang
panen ).
Tabel 1.1 Kriteria Kematangan Buah Sawit
No Fase buah Fraksi buah Jumlah berondolan yang jatuhTingkat
kematangan
1 Mentah
00Tdk ada tandan buah yg berwarna hijau
atau hitamSangat mentah
01 %-12,5 % buah luar atau 0-1
berondolan/kg tandan membrondolMentah
2 Matang
1
12,5-25% buah luar atau 2
berondolan/kg tandan 25 % dari buah
luar membrondol
Kurang matang
2 25-50 % buah luar membrondol Matang
3 50-75 % buah luar membrondol Matang
3 Lewat
4 75-100% buah luar membrondolLewat matang
(ranum)
5100 % buah luar membrondol dan
sebagian berbau busuk
Lewat matang
(busuk)
Pemanenan buah sebaiknya dilakukan tepat waktu buah telah mencapai
kematangan. Cara pemanenan sawit harus dilakukan dengan baik sesuai dengan
standar yang telah ditentukan hal ini bertujuan agar pohon yang telah dipanen tidak
terganggu produktifitasnya atau bahkan lebih meningkat dibandingkan sebelumnya.
Pemanenan buah yang dilakukan dalam keadaan lewat matang akan meningkatkan
kadar ALB, sebaliknya jika buah dipanen terlalu cepat akan berakibat pada kuantitas
minyak yang dihasilkan mengandung air yang tinggi. Proses pengolahan sawit adalah
sebagai berikut.
1. Pemeriksaan kualitas
Buah yang masuk ke pabrik pada umumnya berasal dari kebun seinduk dan dari
pihak ketiga.Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya.Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya adalah Jenis Tenera
dan Jenis Dura dengan spesifikasi berbeda.Kriteria matang panen merupakan faktor
penting dalam pemeriksaan kualitas buah di stasiun penerimaan TBS.
2. Stasiun Rebusan (Sterilizer)
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan
sterilizer. Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:
1. Mematikan enzyme.
2. Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan.
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan
5. pengepressan.
6. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.
2. STASIUN PENEBAH (THRESHING STATION)
Hoist crane adalah pesawat angkat yang digunakan untuk memindahkan lori
yang berisi cook fruit bunch ke hopper thresher. Kapasitas/berat angkat alat ini ± 5
ton untuk setiap hoist crane. Biasanya jumlah hoist crane yang tersedia untuk Pabrik
Kelapa Sawit 30 ton/jam ada 2 unit (1 unit beroperasi) dan untuk Pabrik Kelapa Sawit
60 ton/jam dipasang 3 unit (2 unit beroperasi).
3. THRESSER DRUM ( Bantingan)
Thresher berfungsi untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara
membanting tandan buah segar (TBS) ke dalam drum thresher. Thresher ini berupa
drum silinder panjang yang berputar secara horizontal dengan kecepatan putar 21
rpm. Drum dirancang dengan kisi–kisi yang berfungsi untuk meloloskan berondolan.
Thresher ini berkapasitas 30 ton/jam.
Stasiun Threshing terdiri dari beberapa bagian alat atau mesin dan dalam
proses pengoperasiannya sangat berkaitan satu sama lain. Maksud dan tujuan desain
dari pada stasiun ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk melepaskan buah (tandan buah segar yang sudah direbus) dengan
tandannya dengan sistem bantingan.
2. Untuk menjaga kestabilan/pemerataan secara kontinu agar kapasitas pengolahan
Tandan Buah Segar dapat tercapai sesuai desain pabrik dengan pengoperasian
hoist cycle, rpm auto feeder maupun supervisi yang benar.
3. Menjaga oil loss maupun kernel loss seoptimal mungkin agar berada dibawah
target/parameter yang sudah disepakati perusahaan.\
4. Jadi, kapasitas desain saja tidaklah cukup untuk mendapatkan tujuan di atas tanpa
kesatuan sistem pengoperasian alat yang benar pada stasiun ini maupun
dukungan dari stasiun-stasiun lainnya.
5. Hasil proses pada stasiun ini adalah memisahkan brondolan (cook fruitless) dari
tandannya dengan cara beberapa kali bantingan pada drum thresher. Brondolan
(cook fruitless) dibawa ke stasiun press dengan fruit elevator maupun conveyor
untuk diekstraksi, kemudian tandan kosongnya (janjangan kosong/jjk) dibawa ke
lokasi penimbunan sementara (empty bunch area) di luar Pabrik Kelapa Sawit
dan dimanfaatkan menjadi pupuk. Stasiun Threshing merupakan satu desain
dengan sistem yang sederhana, namun tak kalah pentingnya untuk menjembatani
kelangsungan dan keberhasilan proses pengolahan tandan buah segar (TBS) pada
Pabrik Kelapa Sawit.
6. Thresher merupakan tujuan utama pada stasiun ini, yakni proses pembrondolan
cook fruit bunch. secara bantingan, dimana cook fruitless dibawa ke stasiun press
dan janjangan kosongnya dibawa keluar Pabrik Kelapa Sawit (empty bunch area).
2.3. SCREW CONVEYOR
Screw Conveyor adalah satu diantara alat transportasi/ material handling bahan
bahan untuk diproses atau sisa proses. screw conveyor berfungsi sebagai penampung
dan sekaligus pembawa cook fruitlets hasil pemipilan dari drum thresher. Pada
umumnya alat ini selalu tepat simetris di bawah drum dan bersatu dengan body
thresher.
2.4 STASIUN KEMPA (PRESSING STATION)
Stasiun pengempaan adalah stasiun dimana pengambilan minyak dari pericarp
dilakukan dengan jalan melumat dan mengempa. Pelumatan dilakukan
dalam Digester sedangkan pengempaan dilakukan didalam Screw Press
A. Pelumatan
Tujuan pelumatan adalah supaya pericarp terlepas dari biji dan menghancurkan
sel sel yang mengandung minyak sehingga minyak dapat diperas sebanyak
banyaknya pada proses ini. Pelumatan dilakukan dalam digester yang berbentuk
silinder tegak dengan kapasitas 10 ton/jam dan dilengkapi dengan steam jackted.
Didalam digester dipasang impeller pengaduk yang terdiri dari pisau pemotong dan
pisau pelempar untuk proses pelumatan. Pisau pisau ini dibuat bersilang antara satu
dengan yang lainnya, agar daya aduk dari pisau ini cukup besar maka letak pisau
pisau dibuat miring, sehingga buah yang diaduk turun naik dan dengan demikian
pelumatan dapat lebih sempurna. Dalam digester brondolan diaduk dengan pisau
pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga pericarp pecah dan terlepas dari
bijinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengadukan ini adalah :
1. Minyak yang terbentuk dalam proses pengadukan harus dikeluarkan karena jika
minyak dan air tersebut tidak dikeluarkan maka akan bertindak sebagai bahan
pelumas sehingga gaya gesekan akan berkurang.
2. Digester harus selalu penuh, atua sedikitnya ¾ dari kapasitas digester jika diisi
penuh agar tekanan yang ditimbulakn dapat mempertinggi daya gesekan yang
diperlukan untuk memperoleh hasil yang sempurna.
B. Pengempaan (Pressing)
Massa yang merupakan hasil proses pelumatan dari digester masuk ke dalam alat
pengempa yang berbentuk double screrw press. Pengemn[paan ini bertujuan untuk
memeras minyak kasar (crude oil) sebanyak mungkin dari pericarp sehingga
kehilangan minyak sekecil kecilnya. Alat ini terdiri dari sebuah silinder horizontal
yang berlubang dan didalamnya terdapat dua buah ulir (horizontal double screw press
worm). Tekanan kempa diatur oleh dua buah konis yang berada pada bagian
ujung pengempa yang dapat digerakkan maju mundur secara hidrolis. Kapasitas
screw press ini 10 ton/jam dengan tekanan kempa 50-60 kg/cm2.
2.5 STASIUN PEMURNI (CLARIFICATION STATION)
Fungsi dari stasiun pemurnian adalah untuk memisahkan minyak dari fase
lainnya dengan pemurnian supaya tidak terjadi penurunan mutu. Unit pemurnian
minyak yaitu:
1. Stand trap tank
2. Vibrating screen
3. Crude oil tank
4. Clarifikasi tank
5. Oil tank
6. Sludge tank
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Alat dan bahan
Metodologi percobaan yang dilakukan yaitu bahan yang digunakan yaitu
sawit off-grade dan air. Peralatan utama terdiri dari unit sterilisasi (pengukusan) dan
pengepres. Sistem pengukusan yang digunakan yaitu dengan menggunakan steam
basah dimana steam basah dihasilkan di dalam tempat yang sama dengan brondolan
yang akan dikukus. Pengepres yang akan digunakan jenis spindle hydraulic press.
Gambar 2.1 Peralatan Percobaan
2.2. Prosedur Kerja
Prosedur atau langkah kerja dalam percobaaan ekstraksi sawit off-grade
menggunakan metode artisanal adalah sebagai berikut:
1. Sawit off-grade dicuci sebelum dikukus untuk menghilangkan kotoran berupa
pasir dan kelopak buah.
2. Air dalam dandang dipanaskan hingga suhu steam yang terbentuk kurang
lebih 1000C
3. Brondolan ditimbang seberat 3 Kg kemudian dimasukkan kedalam dandang
untuk dikukus
4. Brondolan dipress menggunakan press hydraulic press dan dilakukan
penambahan air panas secara bertahap saat pengepresan dengan
menvariasikan volume air panas.
5. Minyak didiamkan dalam corong pisah sampai terbentuk dua lapisan yaitu
minyak dan air kemudian dipisahkan.
6. Minyak yang telah diperoleh kemudian dianalisa untuk mengetahui
karakteristik minyak yang diperoleh.
BAB III
HASIL DAN DISKUSI
3.1 HASIL DAN DISKUSI
Pada percobaan teknologi pengolahan sawit waktu menggunakan alat press
hidroulik pada tekanan 20 bar dan pengukusan selama 60 menit dengan variasi
penambahan air panas 10%, 20%, 30% didapatkan karakteristik minyak olah sawit.
Peningkatan penambahan air panas meningkatkan kadar ALB, kadar air, dan kadar
kotoran, sedangkan yield yang dihasilkan cenderung meningkat. Hubungan variasi
penambahan air panas terhadap kadar yield dapat diamati pada gambar 3.1.
100 200 3002
4
6
8
10
Variasi Penambahan Air (%)
Kad
ar Y
ield
(%
)
Gambar 3.1 Hubungan Variasi Penambahan Air panas terhadap Kadar Yield
Pada penambahan 300 ml air panas terjadi penurunan yield yang dihasilkan,
kemungkinan penyebapnya adalah bahwa penambahan 30 % air panas pada proses
pengepresan tidak efisien, dimana banyaknya air panas yang digunakan pada proses
pengepresan dapat mempengaruhi jumlah kehilangan minyak dalam ampas press,
karena pemakaian air panas yang digunakan berfungsi sebagai air pengencer untuk
memisahkan minyak dengan ampas press. terbukti dengan banyaknya kadar kotoran
dan air yang terdapat pada hasil pengepresan. Kuantitas air pengencer yang
digunakan pada proses pengepresan dapat mempengaruhi jumlah kehilangan minyak
dalam ampas press, penambahan air pengencer yang optimal akan memperkecil
jumlah kehilangan minyak (Harry, 2010). Variasi Penambahan air mempengaruhi
kadar kotoran minyak olah, hubungan variasi penambahan air panas terhadap kadar
kotoran dapat dilihat pada gambar 3.2
100 200 3002
4
6
8
10
12
14
16
18
Variasi Penambahan Air (%)
Kad
ar K
otor
an (
%)
Gambar 3.2 Hubungan Variasi Penambahan Air panas terhadap Kadar Kotoran
Semakin besar penambahan air panas, terjadi kenaikan kadar ALB, air, dan
kotoran. Kenaikan kadar kotoran disebabkan banyaknya kotoran yang terbawa oleh
air panas yang ditambahkan, dimana semakin banyak penambahan air panas maka
semakin banyak air dan kotoran yang terbawa. Hubungan variasi penambahan air
terhadap kadar ai dapat dilihat pada gambar 3.3
100 200 3000
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Variasi Penambahan Air (ml)
Kad
ar A
ir(%
)
Gambar 3.3 Hubungan Variasi Penambahan Air panas terhadap Kadar Air
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 3007.4
7.5
7.6
7.7
7.8
7.9
8
8.1
8.2
8.3
Variasi Penambahan Air (ml)
Kad
ar A
LB
(%
)
Gambar 3.1 Hubungan Variasi Penambahan Air Terhadap Kadar ALB
Kenaikan kadar ALB disebabkan semakin banyak minyak yang terhidrolisa
oleh air. Mutu minyak sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,5% dan
kadar kotoran lebih kecil dari 0,5%, kandungan adam lemak bebas maksimum 0,5%
(SNI-01-2901,2006). Berdasarkan hasil percobaan didapatkan kandungan asam lemak
bebas lebih kurang 7,68, nilai ALB yang didapatkan ini tergolong tinggi
kemungkinan penyebabnya adalah hidrolisa minyak sehingga menghasilkan asam
lemak jenuh yang tinggi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat adalah sebagi berikut:
1. Kadar ALB yang didapat lebih besar dari 0,5% (SNI, 2006)
2. Kadar air yang didapat lebih tinggi dari standar mutu, variasi
penambahan air panas meningkatkan kadar air minyak sawit, semakin
banyak air panas maka kadar air nya meningkat.
3. Kadar kotoran yang didapat lebih besar dari 0,5% (SNI, 2006) variasi
penambahan air panas meningkatkan kadar air minyak sawit, semakin
banyak air panas maka kadar air nya meningkat.
4. Penambahan air panas yang palin baik adalah 200 ml, untuk
mendapatkan yield maksimum.
1.2 SARAN
Pada penambahan air panas keras dilakukan pada saat pengepresan dikurangi
lebih sedikit. Sebaiknya dilakukan peningkatan tekanan press pada brondolan
agar yield yang didapatkan lebih besar
Harap jangan dicopy paste, hargailah hasil karya orang lain, maka demikian juga karya anda akan punya nilai.
DAFTAR PUSTAKA
POEDJIADI,A, Dasar Dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta : 1995
S KETAREN, Pengantar Minyak Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan,
Universitas Indonesia, Jakarta : 2005
SNI 01 2901 2006, Standar Mutu Minyak Olah Sawit
Tim penyusun, Penuntun praktikum teknik reaksi kimia, program studi teknik
kimia D III, Pekanbaru: 2013
LAMPIRAN
2. Pengukuran yield minyak
Yield minyak dihitung dengan menggunakan persamaan:
Y=M oe
M m
x100 %
3. Uji Kadar Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas dihitung sebagai persentase berat asam palmitat
Normalitas KOH=Nas . oksalat XV as .oksalat
V KOH
Penyajian hasil uji
Persentase asam lemak bebas dihitung sebagai asam palmitat dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
% ALB=25,6 X N X VW
4. Uji kadar Air
Pengujian kadar air menggunakan metode oven. Adapun prosedur yang akan
dilakukan yaitu :
Penyajian hasil uji :
Kadar air dihitung berdasarkan rumus dibawah ini dan dinyatakan dalam 3 desimal
% Kadar air= initialweig h t−final weigh tfinal weigh t
x100 %
Keterangan :
Initial weight : berat wadah + berat minyak sebelum dioven (g)
Final weight : berat wadah + berat minyak setelah dioven (g)
5. Uji Kadar Kotoran
Kadar kotoran dihitung sebagai bahan yang terdapat dalam minyak sawit dan tidak
larut dalam n-heksan atau light petroleum
Penyajian hasil uji:
% kadar kotoran=weig ht of dirtyweigh t of oil
x 100 %
Lampiran Data
1. Tabel 3.1 Perhitungan Kadar Air
N
o
Perhitungan kadar air
Berat wadah + 10 (gr) Berat akhir (gr) % Kadar air
1 102.09 91.36 11
2 80.02 70.5 13
3 105.02 90.5 16
2. Tabel 3.2 Perhitungan Yield
No
Massa brondolan sawit
(gr)
Massa minyak ekstrak
(gr) % Yield
1 3000 173.69 5.78
2 3000 245.15 8.17
3 3000 202.89 6.763
3. Tabel 3.3 Perhitungan Kadar ALB
3.3.1 Percobaan Pada Variasi Penambahan 10 Persen Air Panas
No Berat sampel ujiPenambahan KOH % kadar ALB
% ALB
rata2
I II I II
1 10 20 22 5.12 5.632 5.376
2 5 10 13 5.12 6.656 5.888
3 2.5 7 8 7.168 8.192 7.68
3.3.2 Percobaan Pada Variasi Penambahan 20 Persen Air Panas
No Berat sampel ujiPenambahan KOH % kadar ALB % ALB
rata2I II I II
1 10 21 23 5.376 5.888 5.632
2 5 12 13 6.144 6.656 6.4
3 2.5 8 7 8.192 7.168 7.68
3.3.3 Percobaan Pada Variasi Penambahan 30 Persen Air Panas
No Berat sampel ujiPenambahan KOH % kadar ALB % ALB
rata2I II I II
1 10 24 23 6.144 6.144 6.144
2 5 11 14 5.632 5.632 5.632
3 2.5 8 9 8.192 8.192 8.192
4. Tabel 3.4 Perhitungan Kadar Kotoran
Perhitungan kadar Kotoran
No Berat kotoran (gr) Berat minyak (gr) % kadar kotoran
1 0.65 10 6.5
2 0.8 10 8
3 1.37 10 17
5. Tabel 3.5 Hasil Anilis Karakteristik Minyak Olah Sawit (CPO)
No
waktu
Pengukusan
(menit)
Tekanan
Pengepresan
(barr)
Penambahan
Air Panas (ml)
Yield
(%)
ALB
(%)
Kadar
air (%)
Kadar
kotoran
(%)
1 60 20 100 5,78 7,68 11 6,5
2 60 20 200 8,17 7,68 13 8
3 60 20 300 6,76 8,19 16 17