laporan sistrans

8
LAPORAN PRAKTIKUM LABOLATORIUM SISTEM TRANSMISI SEMESTER V TH 2013/2014 GELOMBANG BERDIRI DAN LOKASI KESALAHAN AGAM GILANG ABDUL HAKIM ESTI HANDAYANI MUHAMMAD HUSAIN EFFENDI GROUP 2 5D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Upload: agam-gilang-abdul-hakim

Post on 26-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

LAPORAN SISTRANS

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN SISTRANS

LAPORAN PRAKTIKUM

LABOLATORIUM SISTEM TRANSMISISEMESTER V TH 2013/2014

GELOMBANG BERDIRI DAN LOKASI KESALAHAN

AGAM GILANG ABDUL HAKIM

ESTI HANDAYANI

MUHAMMAD HUSAIN EFFENDI

GROUP

2

5DPROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Page 2: LAPORAN SISTRANS

A. TUJUAN

1. Menentukan lokasi putus dan terhubung singkatnya kabel.2. Menghitung penundaan phasa pada kabel.

B. PENDAHULUAN

Formasi gelombang berdiri pada saluran terhadap frekuensi, dapat digunakan untuk menentukan lokasi putusnya kabel atau terhubungsingkat kabel.

Metode yang digunakan :

1. Tegangan yang digunakan diberikan pada awal kabel dan diukur di sepanjang saluran. Jika kabel putus maka pada frekuensi tertentu tegangan akan maksimum di titik putus tersebut. Sedangkan pada awal kabel tegangan akan minimum. Dengan mengubah – ubah frekuensi akan terjadi perubahan tegangan input secara periodic dan jarak antara frekuensi pada titik minimum tersebut tercatat sebagai ∆f1.

2. Kemudian ujung kabel diberikan tegangan dengan cara seperti 1 akan didapatkan ∆f2.3. Dengan menggunakan rumus (1) didapatkan lokasi kesalahan atau lokasi putus dan

terhubungsingkatnya kabel.

LF = ∆ f 2

(∆ f 1+∆ f 2) X Ltot................................................................................(1)

Untuk mencari lokasi terhubungsingkatnya kabel juga dapat digunakan cara seperti di atas.

Waktu tunda phasa adalah :- Merupakan pergeseran phasa antara tegangan output dan input kabel. Untuk

pengukuran kabel diterminasi dengan impedansi karakteristik 60 Ω.

Page 3: LAPORAN SISTRANS
Page 4: LAPORAN SISTRANS

C. ALAT DAN KOMPONEN

NO Alat dan Komponen Jumlah1 Osiloskop 12 Function Generator 13 Multimeter 14 BNC to BNC 75 Ω 25 T-Connector 26 BNC to Banana 27 Banana to Banana Secukupnya

D. LANGKAH KERJA

1. Merangkai sirkit seperti pada gambar 1, berikan Vs 0 dBm, 10 KHz.2. Mengukur V1 saat didapatkan tegangan minimum, menaikkan terus frekuensinya

sehingga didapatkan tegangan minimum selanjutnya.3. Mengulangi langkah 1 dan 2 untuk gambar 2.4. Mengulangi langkah 1 dan 2 untuk gambar 3.5. Mangulangi langkah 1 dan 2 untuk gambar 4.

E. DATA HASIL PERCOBAAN

Tabel 1. Frekuensi saat tegangan minimum dan maksimum (kabel terputus pada titik 75 cm)

Minimum Frekuensi Rata – rata frekuensiFn – F(n-1)

Minimum 1 513 KHz1,45 MHz1,3 MHz

1,28 MHz1,37 MHz1,23 MHZ1,43 MHz1,1 MHz

Minimum 2 1,96 MHzMinimum 3 3,26 MHZMinimum 4 4.54 MHzMinimum 5 5,91 MHzMinimum 6 7,14 MHzMinimum 7 8,57 MHzMinimum 8 9,67 MHz

Page 5: LAPORAN SISTRANS

Maksimum Frekuensi Rata – rata frekuensiFn – F(n-1)

Maksimum 1 1,25 MHz1,25 MHz1,45 MHz1,16 MHz1,43 MHz1,22 MHz1,27 MHz

Maksimum 2 2,5 MHzMaksimum 3 3,95 MHzMaksimum 4 5,13 MHzMaksimum 5 6,56 MHzMaksimum 6 7,78 MHzMaksimum 7 9,05 MHz

Tabel 2. Frekuensi saat tegangan minimum dan maksimum (kabel terputus pada titik 25 cm)

Minimum Frekuensi Rata – rata frekuensiFn – F(n-1)

Minimum 1 1,76 MHz3,72 MHz3,86 MHZ

Minimum 2 5,48 MHzMinimum 3 9,33 MHz

Maksimum Frekuensi Rata – rata frekuensiFn – F(n-1)

Maksimum 1 3,81 MHz3,47 MHz2,82 MHz

Maksimum 2 7,28 MHzMaksimum 3 10,10 MHz

Tabel 3. Frekuensi saat tegangan minimum dan maksimum (kabel terhubungsingkat pada titik 75 cm)

Minimum Frekuensi Rata – rata frekuensiFn – F(n-1)

Minimum 1 1,2 MHz1,2 MHz1,3 MHz

1,39 MHz1,07 MHz1,32 MHz1,4 MHz

2,02 MHz

Minimum 2 2,4 MHzMinimum 3 3,7 MHzMinimum 4 5,09 MHzMinimum 5 6,16 MHzMinimum 6 7,48 MHzMinimum 7 8,88 MHzMinimum 8 9,9 MHz

Maksimum Frekuensi Rata – rata frekuensiFn – F(n-1)

Maksimum 1 1,9 MHz1,3 MHZ1,1 MHz

Maksimum 2 3,2 MHzMaksimum 3 4,3 MHz

Page 6: LAPORAN SISTRANS

1,5 MHz1,2 MHz1,2 MHz1,3 MHz

Maksimum 4 5,8 MHzMaksimum 5 7,0 MHzMaksimum 6 8,2 MHzMaksimum 7 9,5 MHz

Tabel 4. Frekuensi saat tegangan minimum dan maksimum (kabel terhubungsingkat pada titik 25 cm)

Minimum Frekuensi Rata – rata frekuensiFn – F(n-1)

Minimum 1 3,5 MHz 2,9 MHzMinimum 2 7,4 MHz

Maksimum Frekuensi Rata – rata frekuensiFn – F(n-1)

Maksimum 1 5,5 MHz 3,5 MHzMaksimum 2 9,0 MHz

F. ANALISAPada praktikum kali ini, bertujuan untuk mencari titik putusnya saluran dengan

menggunakan metode gelombang berdiri. Cara yang dilakukan adalah dengan menentukan pada level frekuensi mana amplitude terjadi perubahan yang terlihat pada osiloskop, amplitude mengalami perubahan pada saat maksimum dan minimum.

Untuk praktikum pertama, yang ditentukan adalah lokasi putus pada 75 m. Dari percobaan pertama ini didapat nilai perubahan amplitude pada frekuensi sesuai dengan tabel 1. Power supply dipasang pada sebelah kiri berjarak 75 m dari jarak putusnya kabel. Lalu dicari selisih nilai frekuensi antara frekuensi yang satu dengan frekuensi setelahnya. Dengan cara yang sama lokasi putus kabel diubah pada jarak 25 m. Letak dari power supply terletak di sebelah kanan rangkaian dengan jarak 25 m dari lokasi putusnya kabel. Untuk tabel 1, rata ratanya adalah 1,295 dan tabel 2 adalah 3,467. Setelah itu didapatkan nilai jarak dari lokasi putusnya kabel dengan rumus :

LF = rata F2

rataF1+rata f 2 X L (panjang kabel)

Dari rumus diatas didapat nilai 72 m. Nilai tersebut mendekati dari nilai 75 m. Dengan demimkian bila menggunakan metode – metode diatas dan rumusnya dapat diketahui dimana posisi dari kabel tersebut terputus dari jarak sumber power supply diletakkan dari sebelah kiri rangkaian, maka secara otomatis di dapat jarak 25 m dari power supply dengan menggunakan rumus yang sama.

Praktikum selanjutnya adalah menentukan lokasi terhubungsingkatnya kabel yaitu ada 25 m. Cara kerja yang dilakukan sama dengan percobaan pertama, tetapi power supply diletakkan pertama kali di jarak 25 m dari lokasi kesalahan. Dengan cara yang sama, didapatlah nilai frekuensi pada saat amplitude gelombang berubah naik – turun. Setelah itu, didapatlah nilai –

Page 7: LAPORAN SISTRANS

nilai frekuensinya. Kemudian, dicari nilai rata – rata frekuensinya yaitu 1,25 dan 3,2. Setelah kedua nilai rata – rata didapat, maka nilai tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus diatas. Nilai yang didapat adalah 28,08 m. Mendekati nilai dari 25 m kareda didapat kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembacaan, redaman terhadap modul dan kabel yang digunakan.

G. KESIMPULAN

Dengan menggunakan metode gelombang berdiri, maka dapat ditemukan lokasi kesalahan atau putusnya kabel pada suatu rangkaian baik yang ada di atas dan di dalam tanah. Selain dengan menggunakan metode gelombang berdiri, menentukan lokasi terhubungsingkat dapat dicari dengan menggunakan metode menghitung waktu penundaan phasa pada kabel.

Metode gelombang berdiri ini digunakan pada pencarian kerusakan kabel dalam tanah yang mengalami kerusakan. Dengan menggunakan metode ini, kabel yang rusak di dalam tanah tersebut dapat diketahui lokasi kesalahannya dengan menggunakan cara ini.