laporan sistematika tumbuhan tnap

Upload: aby-latifa-r

Post on 07-Jan-2016

94 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan mengenai beberapa sistematika tumbuhan yang ada di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur.

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG

SISTEMATIKA TUMBUHAN

DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP)

BANYUWANGI

PTERIDOPHYTA DAN LICHENoleh:

Kelompok 2B1. Aby Latifa Rochma(145090100111014)

2. Daniel Wangsa Perdana (145090101111001)

3. Feri Eko Hermanto (145090100111001)

4. Megawati Ayuningsih(145090101111008)

5. Meyla Restia D.

(145090101111026)

6. Retno Purwaningtyas (145090101111020)

7. Sayyidatul Awalia N.(145090100111008)

8. Suhadi Syamsuddin(145090107111020)

9. Wahyuningyan Arini (145090101111014)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Alas Purwo atau TNAP merupakan salah satu taman nasional yang terdapat di Indonesia tepatnya di Kecamatan Tegaldimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis terletak di ujung timur Pulau Jawa wilayah pantai selatan antara8264584700 LS dan 11420161143600 BT (Alas Purwo National Park, 2012).

Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa.Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 13 jenis bamboo (Dephut, 2007).

Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan yang mempunyai berbagai macam tipe ekosistem yang tergolong utuh di Pulau Jawa. Ekosistem yang dimiliki mulai dari pantai (hutan pantai) sampai hutan hujandataran rendah, hutan mangrove, hutan bambu, savana dan hutan tanaman. Keanekaragaman jenis flora darat di kawasan Taman Nasional Alas Purwo termasuk tinggi. Diketahui lebih dari 700 jenis tumbuhan mulai dari tingkat tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat pohon dari berbagai tipe/formasi vegetasi (Keliling Nusantara, 2012). Oleh karena itu penting dilakukan praktik lapang ini karena Taman Nasional Alas Purwo masih memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi serta lingkungan yang masih utuh dan alami.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah praktikum lapang di taman Nasional Alas Purwo yaitu:

1. Bagaimana cara identifikasi tumbuhan di Taman Nasional Alas Purwo?

2. Bagaimana ciri-ciri dari tumbuhan paku (Pterydophyta) dan lumut kerak (Lichen)?

3. Apa saja yang tergolong dalam kelompok pterydophyta dan lichen?

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum lapang adalah:

1. Melakukan identifikasi tumbuhan di Taman Nasional Alas Purwo

2. Mengetahui ciri-ciri dari tumbuhan paku (Pterydophyta) dan lumut kerak (Lichen)

3. Mengetahui tumbuhan apa saja yang tergolong dalam kelompok pterydophyta dan lichen.

1.4 ManfaatManfaat dari praktikum lapang yang dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi yaitu praktikkan dapat mengidentifikasi tumbuhan di Taman Nasional Alas Purwo, mengetahui tumbuhan yang termasuk Pterydophyta dan lichen serta mengetahui ciri-cirinya, bermanfaat bagi taksonom untuk memudahkan klasifikasi tumbuhan, pembuatan herbarium sebagai inventarisasi dan dapat digunakan untuk memudahkan identifikasi tumbuhan di masa mendatang.

BAB II

METODE PENELITIAN2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum lapang dilaksanakan pada 2-3 Mei 2015 pukul 08.00-selesai di dua tempat yaitu Sadengan dan Pancur, Taman Nasional Alas Purwo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Identifikasi spesimen temuan dan herbarium dilaksanakan pada Selasa, 5 dan 12 Mei 2015 pukul 09.45-12.00 WIB di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.2.2 Prosedur Kerja

Praktikum lapang dilaksanakan dalam dua hari yang terdiri dari dua tempat yang berbeda yaitu Sadengan yang berupa padang savana dan Pancur yang berupa pantai.Praktikum dimulai dengan tracking atau menyusuri jalan yang bertujuan untuk mencari spesimen yang akan dijadikan bahan pengamatan. Alat alat yang digunakan adalah GPS untuk menentukan titik koordinat spesimen, kamera digital atau SLR untuk mengambil gambar specimen dan buku morfologi yang digunakan untuk bantuan dalam proses pendeskripsian. Spesimen yang ditemukan berupa kelompok Lichen dan paku dengan berbagai spesies.

Spesies yang telah ditemukan kemudian ditentukan letak titik koordinat kemudian di foto untuk dokumentasi. Spesimen temuan diberi label berisi koordinat dan dimasukkan dalam kantong plastik untuk selanjutnya dilakukan identifikasi lebih lanjut.Setelah tracking selesai, dilakukan identifikasi terhadap spesies yang telah berlabel dengan bantuan buku morfologi dan aplikasi lichen guide, kemudian dilakukan herbarium. Herbarium dilakukan pada spesimen pteridophyta sedangkan lichen hanya dilakukan proses identifikasi tanpa herbarium. Perlakuan pertama yang dilakukan dalam proses herbarium yaitu spesimen yang telah berlabel, diidentifikasi kemudian dibungkus dalam kertas koran, selanjutnya dimasukkan dalam penjepit kayu dan ditutup. Spesimen yang belum teridentifikasi dibawa ke laboratorium untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut.

Pembuatan herbarium dilanjutkan di laboratorium biologi dasar. Spesimen yang telah dijepit pada penjepit kayu kemudian dibuka dengan hati hati agar spesimen tidak rusak. Setelah dibuka,spesimen yang telah kering dipindahkan dan ditempel pada kertas A4.Sebelum dimasukkan pada kantung plastik,kertas manila yang sudah ditempel dengan spesimen diberi cover. Kertas manila dan cover sebelumnya telah diberi label dari hasil identifikasi.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 PTERIDOPHYTA

3.1.1 Aspleniun salignuma. Deskripsi

Aspleniun salignum memiliki habitus berupa kormus yang lebih maju daripada lumut. Aspleniun salignum memiliki bagian-bagian tubuh yang mirip tumbuhan. Struktur morfologi Aspleniun salignum yaitu akar, rhizome, frond, serta sorus. Aspleniun salignum tumbuh menjalar di atas tanah dengan akar pendek. Bentuk rhizome Aspleniun salignum memanjang dan merambat ke atas, serta berukuran pendek. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sunarmi dan Sarwono (2004) yang menyatakan bahwa rhizome Aspleniun salignum pendek ditutupi oleh sisik berwarna coklat yang halus dan lebat (gambar 1 A).Aspleniun salignum berdasarkan pengamatan memiliki frond majemuk. Anak daun Aspleniun salignum memiliki tulang daun menyirip dengan permukaan yang kasar karena terdapat sisik-sisik yang menyebar. Posisi petiole terhadap blade kurang lebih 5 cm. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Thani (2012) yang memaparkan bahwa daun berukuran panjang 5-150 cm, lebar 3 30 cm, perlahan-lahan menyempit sampai bagian ujung. Ujung meruncing atau membulat, tepi rata dengan permukaan yang berombak dan mengkilat. Daun bagian bawah warnanya lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang, daun bentuk lanset, tersusun melingkar, ujung meruncing, warna daun bagian atas hijau terang, bagian bawah hijau pucat. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah (gambar 1 B).Sorus Aspleniun salignum berada di ujung daun dengan bentuk seperti pinna sederhana. Hasil pengamatan berbeda dengan pendapat Thani (2012) yang menyatakan bahwa sorus terletak di permukaan bawah daun, tersusun mengikuti venasi atau tulang daun, bentuk garis dan warna coklat tua (gambar 1 C). Hal tersebut terjadi karena perbedaan lingkungan serta spesies yang telah beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan tekanan dapat mempengaruhi struktur morfologi suatu tumbuhan, termasuk Aspleniun salignum.Struktur morfologi Aspleniun salignum hasil pengamatan sebagai berikut:

Gambar 1. Morfologi Aspleniun salignum: a. Rhizome (Thaiferns, 2008). b. Frond c. Spora (Thani, 2012).b. Habitat

Aspleniun salignum ditemukan di daerah Sadengan, Taman Nasional Alas Purwo. Aspleniun salignum hidup di tanah atau terestrial yang lembab, epifit pada pohon tinggi, tumbuh tersebar di seluruh kawasan mulai 1.060-1.240 m dpl. Tumbuh epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon besar. Tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl, sering menumpang di batang pohon tinggi, dan menyukai daerah yang agak lembab dan tahan terhadap sinar matahari langsung. Aspleniun salignum tersebar di daerah dataran rendah hingga sedang Cina, Burma, Malaysia dan Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis (Thani, 2012).c. Tabel deskripsiNO. CHARACTERCHARACTER STATE

1. HABITATPohon (terestrial), dataran rendah

2. AKAR tipeSerabut, pendek dan menjalar

3. RHIZOME bentukMerambat ke atas, pendek dan menjalar

OrientasiTegak

Warna Coklat

Bentuk+ bentuk lanset

4. FROND tipeMajemuk, 15 cm

Frond/bentuk anak daunMenyirip

Frond/bentuk dasar pinnate/pinggir/ujungUjun meruncing, tepi bergelombang,pangkal tumpul

Frond/permukaan frond

Panjang relatif petiole terhadap blade 5 cm

5. SORUS

PosisiUjung daun

Bentuk Seperti pinna sederhana

6. STROBILUS-

d. KlasifikasiTaksonomi Aspleniun salignum menurut Thani (2012) diklasifikasikan termasuk Kingdom Plantae karena dapat melakukan fotosintesis untuk mendapat energi menggunakan klorofil yang dimilikinya; Divisi Pteridophyta atau kelompok tumbuhan berkormus yang strukturnya lebih maju daripada Bryophyta, namun lebih primitif dari tumbuhan berbiji; Kelas Polypodiopsida; Ordo Polypodiales; Famili Aspleniaceae; Genus Asplenium dan Spesies Aspleniun salignum.

e. Manfaat

Aspleniun salignum memiliki manfaat ekologis sebagai produsen yang menjadi makanan herbivora, serta pemasok oksigen di alam. Aspleniun salignum dapat menghasilkan keuntungan secara ekonomis, yaitu sebagai obat penyubur rambut, obat demam, sakit kepala, kontrasepsi, penawar gigitan atau sengatan hewan berbisa. Daunnya ditumbuk dan dicampur dengan parutan kelapa kemudian dioleskan pada rambut. Anti radang dan dapat memperlancar peredaran darah. Tumbuhan paku ini dapat digunakan sebagai obat bengkak dengan cara sebanyak 15 gram Aspleniun salignum dicuci, ditumbuk halus dan ditambah sedikit anggur kemudian dioleskan ke bagian yang sakit, serta obat luka memar (Sunarmi dan Sarwono, 2004).3.1.2 Asplenium nidusa. Deskripsi

Asplenium nidus tumbuh secara epifit atau menempel pada pohon-pohon besar yang letaknya di atas. Daunnya berwarna hijau cerah serta bisa dikatakan sangat besar dan lebar jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan paku yang lain (gambar 2 a). Sama halnya dengan jenis tumbuhan paku pada umumnya, Asplenium nidus juga memiliki spora yang letaknya di bagian abaksial dari daun (gambar 2 c). Asplenium nidus berbeda dengan yang biasa ditemukan di lingkungan kampus, dimana Asplenium nidus yang berada di Taman Nasional Alas Purwo memiliki pertumbuhan yang jauh lebih baik, bahkan daun yang dihasilkan sangat banyak dan dengan ukuran yang besar pula serta tersebar di banyak tempat. Daunnya termasuk daun tunggal dan batangnya tidak terlihat (gambar 2 a). Ujung daun menyempit dan bagian tepi daun bergelombang. Hasil literatur menunjukkan bahwa Asplenium nidus merupakan tumbuhan paku yang tidak hanya tumbuh secara epifit, tetapi ia juga dapat tumbuh di tanah (terestrial). Di Indonesia, Asplenium nidus dikenal sebagai paku sarang burung. Hal ini dikarenakan susunan daun melingkar dalam bentuk roset dan saling berdekatan, seperti bentuk sarang burung (Petanibogor, 2010). Daunnya berwarna hijau mengkilap tumbuh memanjang dengan ujung meruncing dan tepi yang bergelombang. Ibu tulang daun terlihat menonjol. Daunnya berbentuk seperti pedang yang tingginya bisa mencapai 60 120 cm dengan lebar 7 20 cm. Sporanya tersusun dalam barisan di bagian abaksial daun, tepatnya pada tulang daun sekunder (Ntbg, 2015). Perbanyakan Asplenium nidus dapat melalui spora atau dengan cara pemisahan anakan (Petanibogor, 2010). Berikut merupakan gambar struktur dari Asplenium Nidus (Gambar 2).

Gambar 2. Morfologi Asplenium nidus.(a) Rhizome (Lindsay, 2015).(b) Frond. (c) Spora. b. Habitat

Habitat Asplenium nidus adalah terestrial maupun epifit pada pohon tinggi. Asplenium nidus yang kami jumpai ini berada pada titik koordinat S 08o 36.952 E114o 22.041ACC 6.0 pada saat perjalanan (tracking) menuju Pancur. Asplenium nidus tumbuh tersebar di seluruh kawasan yang diamati mulai 1.060-1.240 m dpl. Biasanya ia tumbuh epifit di batang pohon yang telah ditebang sampai di ranting pohon besar. Secara umum tumbuhan ini banyak ditemukan baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan sampai ketinggian 2.500 m dpl., dan sering menumpang di batang pohon tinggi, serta menyukai daerah yang agak lembab dan tahan terhadap sinar matahari langsung. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis (Guidetohouseplant, 2008). Selain itu, Asplenium nidus juga dapat tumbuh pada tempat yang memiliki bahan organik yang baik. Ia juga sering tumbuh pada tanaman bromeliad yang mengumpulkan air dan humus (Asbindo, 2014).

c. Tabel DeskripsiNoCharacterCharacter State

1HabitatEpifit di pohon; tumbuh di dataran rendah di ketinggian 200 m dpl

2Akar tipeSerabut

3Rhizome bentukMemanjang, berwarna coklat dan bersisik

OrientasiTegak

WarnaCoklat kehijauan dan adapula yang hijau kekuningan

Sisik (+/-)(+) di bagian pangkal

4Frond tipe Tunggal

Frond / bentuk anak daun-

Frond / bentuk dasar pinnate/pinggir/ujung Bentuknya seperti pedang / tepinya bergelombang / ujungnya meruncing. Tulang daun primer terlihat jelas sedikit menonjol

Frond / permukaan frondHalus dan rata pada bagian adaksial, dan sedikit kasar pada bagian abaksialnya.

Panjang relatif petiole terhadap blade-

5Sorus

PosisiDi bagian abaksial daun

BentukSempit, memanjang mengikuti urat daun

6Strobilus-

d. Klasifikasi

Klasifikasi Asplenium nidus menurut Plantamor adalah termasuk kingdom Plantae dimana ia sudah digolongkan ke dalam tumbuhan, divisinya adalah Pteridophyta yang merupakan jenis tumbuhan paku-pakuan. Asplenium nidus termasuk dalam kelas Pteropsida yang merupakan paku sejati dan dicirikan oleh ukuran daun yang lebih besar dibandingkan jenis tumbuhan paku dari kelas lainnya, daun mudanya menggulung dan letak sporanya berada pada daun sporofil. Ordonya adalah Polypodiales. Familinya adalah Aspleniaceae yang dicirikan dengan adanya akar rizoma yang pendek, kebanyakan batang merunduk, terdapat tangkai majemuk yang sederhana, tulang daun yang menyebar, tulang daunnya bebas, dari ujung akan menyatu membentuk suatu submarginal tulang daun. Sori memanjang sepanjang tulang daun, dangkal (superficial), indusial yang sama panjang, spora bilateral dengan perispora (Tagawa, 2008). Genusnya adalah Asplenium dan spesiesnya Asplenium nidus (Plantamor, 2012).

e. Manfaat

Asplenium nidus sering dimanfaatkan sebagai tanaman dekoratif, akan tetapi Asplenium nidus juga dapat dimanfaatkan sebagai teh tradisional yang berfungsi menjaga daya tahan tubuh. Selain itu, ia dapat digunakan untuk obat penyubur rambut dengancara menumbuk daunnya dan dioleskan di kepala, dapat pula digunakan sebagai obat demam dan sakit kepala. 2 Helai ental mudanya yang dikonsumsi pagi hari dapat mengurangi nyeri saat haid (Ling dkk., 2009).

3.1.3 Adiantum cuneatum

a. Deskripsi

Hasil pengamatan terhadap tumbuhan paku Adiantum cuneatum menunjukkan bahwa ia memiliki habitus berupa semak dan habitatnya terestrial atau tumbuh di tanah (Gambar 3 b). Adiantum cuneatum memiliki tipe akar serabut dengan orientasi pertumbuhan yang tegap. Tangkai entalnya berwarna hitam mengkilap. Daunnya tidak memanjang seperti paku-paku lain yang ditemukan, melainkan memiliki bentuk yang membulat (Gambar 3 c). Daunnya merupakan daun majemuk dengan tepi daun bergerigi, sedangkan ujungnya tumpul. Permukaan daun bagian adaksial halus, sedangkan pada permukaan bawahnya dapat ditemukan adanya sorus dengan bentuk bulat, tersusun di tepi daun dan berwarna orange.

Adiantum cuneatum biasa disebut juga dengan tanaman suplir. Sebenarnya, suplir adalah sebutan awam bagi tanaman paku yang bergenus Adiantum dan berasal dari famili Adiantaceae, akan tetapi ada pula yang menggolongkannya ke dalam famili Polypodiaceae. Pada mulanya, tanaman suplir ini diberi nama Adiantum cuneatum, akan tetapi kemudian populer dengan nama Adiantum raddianum (Rukmana, 2001). Umumnya, tumbuhan ini hidup secara terestrial dan bergerombol atau membentuk rumpun yang cukup padat. Adiantum cuneatum memiliki tipe akar serabut dengan bagian ujung akar yang dilindungi kaliptra. Adiantum cuneatum memiliki rimpang pendek. Tangkai entalnya memiliki warna khas, yaitu coklat kehitaman yang mengkilap dan kadang-ladang bersisik halus di bagian dasar ketika dewasa (Gambar 3 a). Tinggi batangnya kurang lebih hanya 15 sampai 45 cm dengan pertumbuhan yang tegak dan sedikit melengkung pada bagian ujungnya. Rimpangnya pendek dan daunnya sangat berbeda dengan jenis paku-pakuan yang lain, dimana daun pada Adiantum cuneatum bentuknya cenderung membulat (Gambar 3 c). Pada bagian daun mudanya berwarna kuning keemasan yang kemudian menjadi hijau cerah (Vermuelen dan Rosenfeld, 1999). Sorus terdapat pada bagian abaksial dari tepi daun dan berbentuk huruf U (U-shaped). Dalam satu pinnatus, daunnya tersusun atas 2 hingga 4 helai dengan bentuk luas dan kemudian menyempit sehingga bentuknya seperti segitiga (triangular-shaped) atau terkadang membentuk percabangan lagi pada tangkainya. Ia juga memiliki sebutan sebagai evergreen leaf, karena daunnya yang tetap menghijau sepanjang tahun. Suplir atau Adiantum cuneatum dalam daur hidupnya tidak menghasilkan bunga dan perbanyakan secara generatifnya menggunakan spora. Adiantum cuneatum merupakan salah satu tumbuhan paku yang sering dijumpai (Palmer, 2003). Berikut merupakan gambar struktur dari Adiantum cuneatum (Gambar 3).

Gambar 3. Morfologi Adiantum cuneatum. (a) Rhizome (discoverylife, 2015).

(b) Frond. (c) Spora (discoverylife, 2015).b. Habitat

Habitat Adiantum cuneatum hidup terestrial di tempat yang lembap atau bahkan di bebatuan yang basah. Tanaman paku Adiantum cuneatum ini ditemukan pada saat perjalanan menuju Pancur, pada titik koordinat S.08o 40.643 E 114o 22.470 ACC 2.0 yang tumbuh di tanah-tanah dengan tingkat kelembapan tinggi. Ia juga biasanya tumbuh di tempat yang teduh, dimana Adiantum cuneatum ini dapat ternaungi (Palmer, 2003). Adiantum cuneatum dapat hidup pada iklim tropis dan subtropis, ia bahkan dapat ditemukan hingga di ketinggian 4000 m dpl, bahkan persebarannya sudah mencapai Amerika, Asia, Afrika dan daerah Pasifik. Adiantum cuneatum yang ditemukan di Hawai dapat tumbuh hingga di ketinggian 4400 m dpl. Adiantum cuneatum banyak di temukan di hutan, di dinding-dinding, di celah batu, sepanjang jalur pada sungai serta di pinggir-pinggir jalan (Cabi, 2015).

c. Tabel DeskripsiNoCharacterCharacter State

1HabitatTerrestrial di tanah yang lembap

2Akar tipeSerabut

3Rhizome bentukPendek di bawah permuka tanah, terkadang berisik

OrientasiTegak

WarnaHijau kekuningan

Sisik (+/-)(+) bersisik halus di bagian pangkal (Vermuelen dan Rosenfeld, 1999)

4Frond tipe Majemuk

Frond / bentuk anak daunBulat telur

Frond / bentuk dasar pinnate/pinggir/ujung Bentuknya membulat / tepinya bergerigi / ujungnya tumpul.

Frond / permukaan frondHalus

Panjang relatif petiole terhadap blade-

5Sorus

PosisiDi bagian abaksial daun, tepatnya di tepi tepi daun

BentukMembentuk huruf U (U-shaped) (Palmer, 2003)

6Strobilus-

d. Klasifikasi

Klasifikasi Adiantum cuneatum menurut Plantamor (2012) adalah termasuk kingdom Plantae dari divisi Pterydophyta atau tanaman paku-pakuan. Adiantum cuneatum masuk dalam kelas Filicopsida atau yang lebih dikenal dengan Pteridopsida yang sudah merupakan paku sejati. Ordonya adalah Polypodiales dan familinya termasuk dalam Pteridaceae. Akan tetapi, biasanya juga dikatakan sebagai famili Adiantaceae karena dicirikan dengan dauunya yang berukuran kecil dan banyak, serta sorus yang berbentuk huruf U (U-shaped). Genusnya adalah Adiantum dan spesiesnya adalah Adiantum cuneatum.3.1.4 Vittaria elongata

a. Deskripsi

Vittaria elongata merupakan jenis paku dari family Pteridaceae. Paku ini merupakan paku epifit yang biasanya tumbuh menempel pada pohon-pohon (Gambar 4 b). Vittaria elongata memiliki akar yang pendek dan kaku dengan tipe perakaran serabut dan memiliki rizhome yang memanjang dan tumbuh menjalar. Rizhome dari Vittaria elongata ini memiliki warna hijau dan bersisik (Gambar 4 a). Paku ini memiliki tipe frond yang sederhana/tunggal dengan tepi bergelombang, ujung runcing, pangkal tumpul, dan permukaan halus (Gambar 4 b). Tumbuhan ini memiliki alat perkembangbiakan berupa spora dimana sorus atau kumpulan dari spora-sporanya teletak pada bagian tepi daun (gambar 4 c).

Vittaria elongata memiliki rimpang (Rizhome) yang pendek dan ramping dengan skalanya 10 mm. Rimpang ini tumbuh merayap, memanjang, bercabang, bersisik padat, dan tebal serta permukaan rimpang tersebut ditutupi oleh sisik-sisik yang ujungnya seperti rambut berwarna coklat gelap kehitaman. Rimpang Vittaria elongata berwarna cokelat kemerahan ketika masih muda dan ketika sudah tua warnanya menjadi hitam. Rimpang ini tersusun atas dinding sel yang tebal dan memiliki apeks rambut dengan margin yang tidak teratur dan bergerigi (Gambar 4 a). Vittaria elongata memiliki ental yang panjangnya mencapai kurang lebih 1,5 m. Permukaan atas ental berwarna hijau gelap mengkilap. Ketika sudah dewasa, ental tersebut akan tumbuh berjumbai karena panjang daunnya. Daun ental ini agak melengkung ke permukaan bagian bawah, menutupi kumpulan spora-spora yang terdapat di sepanjang tepi daun (Gambar 4 c). Daun Vittaria elongata mempunyai panjang 30-60 cm, dan lebar 8-16 mm, daun berbentuk linear tersusun bergerombol, tebal, halus, dan berwarna hijau tua. Permukaan daunnya, mengkilap, dengan bentuk meruncing pada kedua ujung dan memiliki vena lateralis yang sangat miring. Sorus berwarna coklat tua yang tersusun linear di bawah permukaan daun, dan membentang dari bagian atas sampai ke pertengahan bawah daun (Fern, 2013). Berikut ini merupakan gambar struktur dari Vittaria elongata (Gambar 4).

Gambar 4. Struktur morfologi Vittaria elongata: (a) Rhizome, (b) Frond (Park, 2010)

(c) Sorus (Palguna, 2012).b. Habitat

Vittaria elongata di temukan di hutan Alas Purwo pada saat perjalanan menuju Sadengan. Tumbuhan ini di temukan menempel pada pohon dengan titik koordinat S083909.5E1142140.9. Vittaria elongata biasanya tumbuh menempel pada batang pohon yang tua, atau pada batu-batuan yang tertutup lumut. Tumbuhan ini banyak dijumpai pada pohon Nyamplung di daerah pantai. Selain itu jenis paku ini juga dapat ditemukan pada pohon Pasang-pasang, yang tumbuh di pegunungan pada ketinggian sampai 2.400 m dpl. Pertumbuhan paku ini akan lebih subur di tempat-tempat yang ternaungi dan lembab (Wilson, 2000).

c. Tabel DeskripsiNoCharacterCharacter State

1HabitatPohon

2Tipe akarSerabut

3Bentuk RizhomeMemanjang

OrientasMenjalar

WarnaHijau

Sisik (+/-)+

4Tipe FrondSederhana/tunggal

Frond/ bentuk anak daun-

Frond/ bentuk dasar pinnate/pinggir/ujungTepi bergelombang, ujung runcing, pangkal tumpul

Frond/ permukaan frondHalus

Panjang relative petiole terhadap blade-

5Sorus

PosisiPada tepi daun

Bentuk

6Strobilus

d. Klasifikasi

Klasifikasi dari Vittaria elongata menurut Zuhud (2013) adalah berasal dari kingdom Plantae karena merupakan kelompok tumbuhan. Vittaria elongata termasuk dalam divisi Pteridophyta karena merupakan tumbuhan tingkat rendah yang sudah berpembuluh, kelas Polypodiopsida dan Ordo Polypodiales karena merupakan jenis tumbuhan paku yang bersifat epifit. Vittaria elongata termasuk dalam famili Pteridaceae karena dicirikan dengan rizhomenya yang menjalar dan memanjang. Genusnya adalah Vittaria dan spesies Vittaria elongata karena merupakan tumbuhan paku yang memiliki frond tunggal/sederhana dan memiliki kumpulan spora yang berada di tepi daun.

e. Manfaat

Vittaria elongata merupakan tumbuhan paku yang dapat bermanfaat sebagai bahan untuk menumbuhkan rambut dan juga banyak digunakan sebagai tanaman hias. Selain itu tumbuhan ini juga memiliki peran ekologis, yaitu sebagai salah satu pemasok oksigen di bumi. Tumbuhan ini juga habitat bagi serangga-serangga kecil seperti semut (Rajesh, 2015).3.1.5 Drynaria sp.

a. Deskripsi

Drynaria sp. merupakan jenis paku dari famili Polypodaceae. Paku ini merupakan paku epifit yang biasanya tumbuh menempel pada pohon-pohon. Tumbuhan ini memiliki akar yang menjalar dengan tipe perakaran tunggang. Drynaria sp. memiliki rizhome dengan pertumbuhannya yang menjalar dan bersifat distiostelic. Rizhome dari Drynaria sp. ini ada yang berukuran panjang dan ada pula yang berukuran pendek dan berwarna hijau. Pada rizhome ini terdapat sisisk yang berwarna cokelat dengan bentuk perisai dan berkristal (Gambar 5 a). Drynaria sp. memiliki tipe frond tunggal dengan tepi bergelombang, ujung runcing, pangkal meruncing, dan permukaan yang halus dengan panjang relative antara petiole terhadap blade sekitar 10 cm (Gambar 5 b). Tumbuhan ini memiliki sorus yang terletak dibagian bawah daun dan tersusun menyebar dengan bentuk bulat. Paku ini juga memiliki strobilus yang berbentuk bulat (Gambar 5 c).

Drynaria sp. memiliki rimpang (Rizhome) yang tumbuh merambat, bersisik, dan berwarna cokelat (Gambar 5 a). Biasanya pada rimpang (Rizhome) tumbuhan ini ditempeli oleh stipula. Akar tumbuhan ini merupakan akar tunggang yang berbentuk silindris dan berwarna coklat. Pada Drynaria sp. daunnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu daun fertil dan daun steril. Daun steril merupakan daun yang tidak mengandung spora sehingga daun ini hanya digunakan untuk fotosintesis. Sedangkan daun fertil adalah daun yang mengandung spora yang biasanya digunakan untuk berkembangbiak. Pada umumnya, daun Drynaria sp. berwarna hijau dengan ujung daun yang runcing dan pangkalnya yang tumpul. Daun paku ini tidak berdaging dan bertekstur halus. Drynaria sp. memiliki daun penyangga yang panjangnya sekitar 25 cm, dengan bentuk ramping dan jumlahnya yang banyak. Tumbuhan ini memiliki spora yang berbentuk bulat dan berkumpul membentuk sorus yang terdapat dalam dua deretan di permukaan bawah daun dan tersusun teratur diantara tulang daun (Gambar 5 c) (Sein, 2014).

Gambar 5. Struktur morfologi Drynaria sp.: (a) rhizome (Khan, 2011) (b) frond (c) sorus

b. Habitat

Drynaria sp. di temukan di hutan Alas Purwo pada saat perjalanan menuju Sadengan. Tumbuhan ini di temukan menempel pada pohon dengan titik koordinat S0839.889E11421.989acc 8.0. Drynaria sp. biasanya hidup pada semak-semak atau tumbuh epifit menepel pada pohon-pohon besar. Persebaran jenis paku ini meliputi pulau Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya (ITM, 2014).

c. Tabel DeskripsiNoCharacterCharacter State

1HabitatPohon

2Tipe akarTunggang menjalar

3Bentuk RizhomePanjang/pendek, bersisisk, menjalar, distiostelic

OrientasMenjalar

WarnaHijau

Sisik (+/-)+

4Tipe FrondTunggal

Frond/ bentuk anak daun-

Frond/ bentuk dasar pinnate/pinggir/ujungTepi bergelombang, ujung runcing, pangkal meruncing

Frond/ permukaan frondHalus

Panjang relative petiole terhadap blade10 cm

5SorusMenyebar

PosisiDi bawah daun

BentukBulat

6StrobilusBulat

d. Klasifikasi

Klasifikasi Drynaria sp. menurut Sein (2014) adalah termasuk kingdom Plantae karena merupakan jenis tumbuhan. Drynaria sp. termasuk divisi Pteridophyta karena merupakan tumbuhan tingkat rendah yang sudah berpembuluh serta kelas Polypodiopsida, Ordo Polypodiales dan Famili Polypodiaceae, yang dicirikan dengan rizhomenya yang panjang/pendek, menjalar, dichostelic, dan bersisik. Genusnya adalah Drynaria dan spesies Drynaria sp. karena merupakan tumbuhan paku yang memiliki dua tipe daun yaitu daun fertile dan daun steril.

e. Manfaat

Manfaat dari Drynaria sp. adalah dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional seperti untuk obat sakit di pinggul, lutut, tendon, dan tulang serta cedera traumatis. Selain itu, Drynaria sp. juga bermanfaat secara ekologis sebagai salah satu pemasok oksigen di bumi. Drynaria sp. ini juga dapat digunakan sebagai tanaman hias (ITM, 2014).

3.1.6 Lygodium scandens

a. Deskripsi

Lygodium scandens atau paku kawat memiliki karakteristik, dimana akarnya merupakan akar serabut yang liat dan kaku dengan warna cokelat kemerahan. Rhizomenya berbentuk tegak dengan orientasi merambat dan berwarna hijau. Paku kawat ini tidak memiliki sisik. Tipe frondnya adalah majemuk yang artinya paku ini memiliki anak daun. Bentuk dari anak daun dari paku kawat adalah bergerigi dan bulat seperti telur (Gambar 6 a). Bentuk dasar pinnatenya terlihat tepi daunnya bergerigi, menyirip, dan ujung runcing dengan pangkal tumpul. Permukaan frond paku kawat adalah halus. Paku kawat ini memiliki daun fertile bentuknya yang melingkar. Pada saat dilakukan pengamatan, tidak didapatkan adanya sorus maupun strobilus.

Lygodium scandens memiliki habitus berupa herba, merambat, memanjat dengan tinggi 1-3 meter. Batangnya bulat, liat, kaku, dan berwarna hijau kecoklatan (Gambar 6 B). Daunnya merupakan daun majemuk, menyirip ganjil, dimana helaian daun berbentuk bulat telur dengan ujung runcing, pangkal tumpul, dan tepinya rata atau bergerigi. Panjang daunnya 1-3 cm dengan lebar 0,5-2 cm dengan pertulangannya menyirip dan permukaannya halus dan licin serta berwarna hijau. Pada bagian spora, paku kawat memiliki sorus yang terdapat pada bagian bawah permukaan daun bagian tepinya, terdapat juga pada daun-daun yang fertil, tersusun melingkar di semua tepi daun dan berwarna putih kekuningan. Akarnya merupakan serabut dengan tekstur kaku dan berwarna cokelat kehitaman (Herbalis Nusantara, 2015). Berikut merupakan foto hasil literatur dari paku kawat (Gambar 6).

Gambar 6. Struktur morfologi Lygodium scandens L.: (a) habitus; (b) stipe; (c) frond

b. Habitat

Lygodium scandens atau paku kawat ini ditemukan saat tracking menuju Sadengan dengan titik koordinat S08o3902.5E114o2142.2. Menurut Herbalis Nusantara (2015), Lygodium scandens merupakan tumbuhan liar yang dapat hidup di pinggir-pinggir jalan, semak belukar atau bahkan di hutan-hutan, sering juga terlihat memanjat di pohon. Lygodium scandens dapat tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan dari ketinggian 100-2000 m dpl.c. Tabel Pengamatan

NoCharacterCharacter State

1HabitatTanah dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1-2000 mdpl

2Tipe akarSerabut, liat, kaku, cokelat kehitaman

3Bentuk RizhomeTegak

OrientasMerambat

WarnaHijau

Sisik (+/-)-

4Tipe FrondMajemuk

Frond/ bentuk anak daunBergerigi, bentuk bulat telur

Frond/ bentuk dasar pinnate/pinggir/ujungTepi daun bergerigi, menyirip, ujung runcing, pangkal tumpul

Frond/ permukaan frondHalus

Panjang relative petiole terhadap blade-

5Sorus

PosisiDi bawah permukaan daun fertile bagian tepi

BentukMelingkar

6Strobilus-

d. Klasifikasi

Klasifikasi paku kawat menurut Plantamor (2012) adalah termasuk dalam kingdom Plantae karena paku kawat telah termasuk dalam tumbuhan tingkat tinggi, hal ini dikarenakan paku-pakuan telah memiliki jaringan vaskuler akan tetapi belum memiliki biji. Lygodium scandens termasuk dalam divisi Pteridophyta, hal ini jelas karena paku kawat merupakan anggota dari paku-pakuan, Ordonya adalah Schizaeales dan berasal dari famili Lygodiaceae, dengan genus Lygodium dan Lygodium scandens.e. Manfaat

Menurut Herbalis Nusantara (2015), pada bagian daun paku kawat atau seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan baik dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan, dimana daun pakunya memiliki khasiat sebagai obat herbal yang dapat diperjual-belikan. Khasiat dari paku kawat yaitu merupakan obat dari penyakit batu kandung kemih, sakit kuning, dan anti radang karena pada seluruh bagian tanaman paku mengandung saponin, kardenolin, dan tanin.

3.1.7 Lygodium flexuosuma. Deskripsi

Lygodium flexuosum dikenal juga sebagai paku hata atau paku. Lygodium flexuosum memiliki tipe akar yang padat dengan orientasinya yaitu menjalar dan berwarna hijau. Pada paku hata ini juga tidak terdapat sisik. Paku ini memiliki frond tipe majemuk yang artinya memiliki anak daun. Bentuk anak daunnya adalah menjari dengan 3-7 lobus. Bentuk dasar dari pinnatenya yaitu pada bagian pinggirnya bergerigi. Permukaan frond paku ini adalah kasar. Pada saat pengamatan terhadap Lygodium flexuosum tidak terlihat adanya sorus maupun strobilus pada bagian frondnya.

Lygodium flexuosum berukuran pendek, merayap, dan rimpang dikotomi berada di bawah tanah, memiliki cabang dan tertutup bulu.Tingginya hanya dapat mencapai 50 cm atau bahkan lebih. Stipenya panjang dan memiliki rachis yang panjangnya dapat lebih dari 2 meter dengan bentuk yang ramping dan melilit.Rachis primer bercabang sangat pendek yaitu hanya mencapai 5 mm dengan apek aktif yang ditutupi dengan rambut-rambut. Rachis sekundernya memiliki cabang yang terdapat 3-4 alternatif pinnately yang disusun dalam selebaran daun dengan dasar berbentuk hati dan tepinya bergerigi.Terdapat adu terminal sederhana atau bercabang.Lygodium flexuosum memiliki daun fertil lebih sempit daripada daun steril. Lobusnya sempit berukuran 4-5 mm, yang masing-masing dikenakan dua baris sporangia dan ditutupi dengan indusium (Wee, 2005). Berikut merupakan foto hasil literatur dari paku hata kembang (Gambar 7). Gambar 7. Daun Lygodium flexuosum: (a) steril; (b) fertil (Rodd, 2004) b. Habitat

Lygodium flexuosum ditemukan pada saat tracking menuju Sadengan pada koordinat S08o3903.2E114o2146.0. Habitat dari Lygodium flexuosum adalah pada tanah terbuka dan hutan gugur 1000 mdpl. Paku ini terkadang terlihat memanjat pada tumbuhan berpohon di daerah terbuka dan tersebar di tempat-tempat yang terbuka di daun atau hutan campuran. Menurut Holttum (1963), terkadang paku ini ditemukan merayap pada semak belukar atau pada cabang pohon tinggi, di daerah terbuka, di hutan gugur atau di hutan campuran, serta umumnya ditemukan pada ketinggian yang rendah atau sedang.c. Tabel Deskripsi NoCharacterCharacter State

1HabitatTanah terbuka, hutan gugur, ketinggian 1000 mdpl.

2Tipe akarPadat

3Bentuk RizhomePendek dan menjalar diselimuti rambut cokelat

OrientasMenjalar

WarnaHijau

Sisik (+/-)-

4Tipe FrondMajemuk

Frond/ bentuk anak daunMenjari 3-7 lobus

Frond/ bentuk dasar pinnate/pinggir/ujungTepi bergerigi

Frond/ permukaan frondKasar

Panjang relative petiole terhadap bladeSangat dekat

5Sorus-

Posisi-

Bentuk-

6Strobilus-

d. Klasifikasi

Klasifikasi dari Lygodium flexuosum ini menurut Wee (2005) adalah termasuk dalam kingdom Plantae, Divisi Filicophyta dan Kelas Pteridopsida. Lygodium flexuosum termasuk dalam Ordo Schizaeales, Famili: Schizaeaceae serta Genus Lygodium dan spesies: Lygodium flexuoxum.e. Manfaat

Lygodium flexuosum memiliki manfaat secara ekonomi cukup beragam, dimana pada setiap bagiannya dapat dimanfaatkan. Menurut Wee (2005), pada daun mudanya dapat dimasak dan dimakan sebagai sayuran. Pada bagian rachisnya dapat digunakan untuk anyaman dan tenun untuk bahan pembuatan topi, tas, keranjang, dan kotak anyam. Rachisnya juga dimanfaatkan petani sebagai pengikat karung beras. Di Malaysia, tanaman ini digunakan secara eksternal untuk masalah kulit seperti kurap. Di Vietnam dapat digunakan sebagai diuretik atau diterapkan untuk penyembuhan luka. 3.1.8 Goniophlebium prainia. Deskripsi

Goniophlebium praini merupakan tumbuhan paku yang termasuk dalam famili Polipodiaceae. Tumbuhan ini memiliki orientasi akar yang menjalar dengan panjang 0,4 mm dan berwarna hijau. Daunnya berupa daun majemuk dan menyirip, anak daun pada tumbuhan ini memiliki bentuk yang bergerigi, ujung daunnya lancip, pangkal daunnya meruncing serta permukaan daunnya kasar. Panjang relatif antara petiole terhadap blade sekitar 5 cm (Gambar 8 a). Letak sorusnya areola costal dan bentuknya soliter (gambar 8 b). Tumbuhan ini ditemukan tumbuh terestrial.

Goniophlebium praini memiliki tipe daun majemuk, dengan panjang bisa mencapai 10 120 cm, panjang tipe 5 63 cm, serta panjang blade-nya 5 25 cm. Goniophlebium praini tumbuh membentuk rhizome yang menempel pada pohon dan ada pula yang berada di dalam tanah. Goniophlebium praini memiliki spora yang berukuran sama besar antara satu dengan yang lainnya, berkumpul berbentuk bulat dan posisinya areola costal (Go Botany, 2011). Berikut merupakan foto pengamatan dan foto literatur dari Goniphlebium praini (Gambar 8).

Gambar 8. Goniophlebium prainii (a) Frond (b) Sorus (Thani, 2012)b. Habitat

Goniophlebium praini ditemukan di lokasi tracking menuju ke arah Sadengan, pada koordinat S 08 39 04.7 E 114 21 40.2. Habitat dari Goniophlebium praini sendiri merupakan terrestrial/bukan termasuk tanaman aquatik. Tumbuhan ini dapat kita temukan pada permukaan tanah, dan juga epifit pada pohon. Goniophlebium praini dapat kita temukan pada ketinggian mencapai 1300 m dpl. (Go Botany, 2011).c. Tabel Deskripsi NoCharacterCharacter State

1HabitatTanah; mencapai ketinggian 1300 m dpl

2Akar tipeMenjalar

3Rhizome bentukPanjang dan menjalar 0,4 mm

OrientasiMenjalar

WarnaHijau

Sisik (+/-)-

4Frond tipe Menyirip; majemuk

Frond / bentuk anak daunBergerigi

Frond / bentuk dasar pinnate/pinggir/ujung Tepi bergerigi, ujung lancip, pangkal meruncing

Frond / permukaan frondKasar

Panjang relatif petiole terhadap bladeKurang lebih 5 cm

5Sorus

PosisiAreoles cosal

BentukSoliter

6Strobilus-

d. Klasifikasi

Klasifikasi dari Goniophlebium praini menurut Global Biodiversity Information Facility Australia (2015) ini adalah termasuk dalam kingdom Plantae, kelas Equisentopsida, Ordonya adalah Polypodiales dan Famili Polypodiaceae dengan genus Goniphlebium dan spesies Goniophlebium praini.e. Manfaat

Goniophlebium prainii adalah salah satu jenis paku yang dapat dijadikan sebagai ramuan obat herbal, selain itu tanaman ini juga dapat menjadi produsen pada rantai makanan yang dikonsumsi hewan-hewan herbivora (Go Botany, 2011).3.1.9 Osmunda cinnamomeaa. Deskripsi Morfologi

Osmunda cinnamomea termasuk dalam famili Osmundaceae ini memiliki akar serabut yang berwarna cokelat gelap, selain itu juga memiliki rhizome yang keras dengan orientasi tegak serta berwarna hijau. Tumbuhan ini memiliki tipe daun majemuk, dengan permukaannya yang halus, berwarna hijau, tepi daun bergerigi, dan daun mudanya menggulung. Tumbuhan ini memiliki sorus yang terletak di tepi daunnya dan bentuk sorusnya besar bulat dan padat.

Batang Osmunda cinnamomea berdiri tegak karena mengandung lignin.Daunmudanya menggulung dan memerlukan waktu yang cukup lama sampai daun itu membuka sepenuhnya serta terdapat rambut-rambut yang menghasilkan lender. Pada bagian bawah daun terdapatsori(kumpulan sorus). Akarnya merupakan akar serabut, terlihat kurus, massa akar merupakan substrat yang sangat baik untuk tanaman epifital. Sporangianya telanjang yang ditanggung dalam massa padat pada daun sepenuhnya dimorfik atau pinnae. Apabila sporangia Osmunda cinnamomea matang akan berwarna emas mencolok, pakis terlihat seperti Osmunda cinnamomea, sehingga kelompok ini disebut pakis berbunga. (Phipps dkk, 1998). Berikut merupakan foto literatur dari Osmunda cinnamomea (Gambar 9).

Gambar 9. Osmunda cinnamomea (a) Frond (b) habitus (c) sorus (Steyermark, 2007)b. Habitat

Tumbuhan Osmunda cinnamomea ini ditemukan pada saat tracking menuju Sadengan dengan titik koordinat S.08o3902.5 E 114o2142.2. Osmunda cinnamomea biasanya dapat kita temukan pada tanah di kawasan hutan hujan tropis dengan ketinggian sekitar kurang dari 1000 m dpl. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan pembantu ekosistem pada hutan tropis (Agric, 2001).

c. Tabel PengamatanNoCharacterCharacter State

1HabitatTanah; ketinggian > 100 m dpl

2Akar tipeSerabut; hitam

3Rhizome bentukKeras dan tegak

OrientasiTegak

WarnaHijau

Sisik (+/-)-

4Frond tipeMajemuk

Frond / bentuk anak daunMemanjang dan bergerigi

Frond / bentuk dasar pinnate/pinggir/ujung Ujung daun muda menggulung

Frond / permukaan frondHalus, berwarna hijau

Panjang relatif petiole terhadap blade-

5Sorus

PosisiDaun fertil (tepi daun)

BentukBesar, bulat, padat

6Strobilus-

d. Klasifikasi

Klasifikasi Osmunda cinnamomea menurut Smith (2006) ialah termasuk dalam kingdomPlantae, divisi Pteridophyta yang termasuk dalam tumbuhan paku-pakuan dimana ia sudah berpembuluh. Osmunda cinnamomea termasuk dalam kelasPolypodiopsida, Ordonya adalahOsmundales dan termasuk dalam kelompok Famili Osmundaceae. Osmunda cinnamomea berasal dari genus Osmunda dan spesies Osmunda cinnamomea.e. Manfaat

Osmunda cinnamomea dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat, selain itu saat ini Osmunda cinnamomea sedang diteliti sebagai immunomodulator pada ekstrak komposisi dari fenol (Kmonickova dkk, 2013).3.2 LICHEN3.2.1. Caloplaca microphyllinaa. Deskripsi

Caloplaca microphyllina memiliki talus yang berwarna oranye cerah. Caloplaca microphyllina yang dijumpai, hidup berkelompok pada suatu pohon besar di daerah hutan pesisir. Strukturnya tidak terlalu halus dan ketika disentuh terasa berbintil-bintil. Caloplaca microphyllina tersebut terlihat menempel pada pepagan atau kulit kayu bagaian luar, sehingga strukturnya mengikuti bagaimana struktur dari pepagan tersebut (Gambar 10). Warna orange terang dari Caloplaca microphyllina yang ditemukan ini sejalan dengan pendapat Wetmore (2007) yang menyatakan bahwa warna talus Caloplaca microphyllina sangat mencolok, yaitu berwarna oranye, sehingga mudah ditemukan. Caloplaca microphyllina tumbuh epifit pada pohon besar maupun yang sudah mati. Sruktur morfologi Caloplaca microphyllina sebagai berikut:

Gambar 10. Struktur morfologi Caloplaca microphyllina (a) Hasil pengamatan, (b) literature (Wetmore, 2007)b. Habitat Caloplaca microphyllina saat pengamatan ditemukan di daerah Pancur, Taman Nasionala Alas Purwo tepatnya pada titik koordinat S 08 39.467 E 114, yang mana daerah tersebut merupakan ekosistem hutam tropis yang berbatasan langsung dengan pantai. Caloplaca microphyllina termasuk jenis lichen yang banyak ditemukan di daerah dataran rendah, terutama pesisir pantai. Hal tersebut menurut Demand (2010) merupakan faktor yang menjadikan jamur dan alga membentuk simbiosis sehingga menjadi lichen Caloplaca microphyllina. Caloplaca microphyllina tumbuh menempel di pohon-pohon besar yang masih hidup maupun yang sudah mati.Caloplaca microphyllina hidup alam lingkungan dengan kondisi temperatur sedang hingga tinggi, tekanan udara rendah serta kelembaban udara rendah. Habitat Caloplaca microphyllina yang paling ideal yaitu di daerah pesisir pantai yang agak lembab, hutan tropis yang kering karena jamur akan membentuk simbiosis dengan alga untuk membantunya mendapatkan air dan mineral dan mendapatkan hasil metabolisme alga. Caloplaca microphyllina dapat pula hidup di daerah hutan yang berbatasan langsung dengan pantai (USDA, 2008). c. Tabel deskripsiNO. KARAKTERKETERANGAN

1. HabitatMenempel di pohon (terestrial)

2. Bentuk talusFruktas

Diameter talus5 cm

Wana talusOranye

d. KlasifikasiKlasifikasi Caloplaca microphyllina menurut Wetmore (2004) adalah termasuk kingdom Fungi karena terbentuk dari simbiosis antara jamur denagan alga. Divisinya termasuk dalam Ascomycota dengan bentuk yang sangat kecil dan hidup dalam koloni, kelasnya Ascomycetes. Ordo Caloplaca microphyllina adalah Teloschistales, dengan famili Teloschistaceae, genus Caloplaca dan spesies Caloplaca microphyllina.e. Manfaat

Caloplaca microphyllina secara ekologis berlaku sebagai tumbuhan epifit di pohon yang mana mampu menguraikan zat-zat organik yang telah mati dan mengubahnya menjadi zat-zat anorganik sebagai bahan baku humus atau tanah yang subur dan baik bagi pertumbuhan tumbuhan. Bentuk dan warnanya yang unik, yaitu oranye cerah, Caloplaca microphyllina memiliki nilai ekonomis dan estetika yang tinggi apabila digunakan sebagai hiasan eksterior maupun interior ruangan. Caloplaca microphyllina mudah tumbuh di daerah kering, maka mudah untuk mengembangkannya menjadi hiasan pada pohon maupun dinding yang terbuat dari kayu (Wetmore, 2007).3.2.2 Ramalina sp.a. Deskripsi

Ramalina sp. yang ditemukan tumbuh di pohon Barringtonia sebagai epifit pada batangnya. Pengamatan menunjukkan bahwa Ramalina sp. memiliki warna hijau pudar dengan bentuk menyerupai rambut-rambut. Bagian rambut-rambut atau talus tersebut tidaklah berbentuk silindris, melainkan sedikit melebar atau seperti lempeng. Bentuk cabangnya juga menunjukkan percabangan tak beraturan (Gambar 11.A). Apabila disentuh, talus dari lichen tersebut tidak kaku, melainkan lentur dan seperti elastis.

Lichen dari genus Ramalina merupakan lichen dengan bentuk fruticose, yang mana bagian thalus atau hifanya tegak atau menjuntai. Lichen ini umumnya mempunyai holdfast pada bagian basalnya yang berguna untuk menempel pada substratnya. Beberapa bentuknya menunjukkan percabangan dikotom atau tidak beraturan. Warna permukaannya adalah kuning, abu-abu kehijauan, atau hijau muda dan struktur ppermukaannya berbentuk rata, teres, linear berongga, atau meruncing dari bagian dasar menuju ke ujung (CNALH, 2011).

Gambar 11.Struktur morfologi Ramalina sp.

b. Habitat

Ramalina sp. ditemukan melekat di batang pohon Barringtonia sp. di sekitar kawasan hutan pesisir pantai Triangulasi. Titik koordinat dari lokasi penemuan spesies ini adalah S08 39.548 E114 21.740. Liken dari genus Ramalina sp. sendiri biasa memiliki substrat pepagan pohon, kayu, batu, atau tanah namun sangat jarang (CNALH, 2011). Liken anggota genus Ramalina seringkali ditemui pada daerah dekat pantai hingga ketinggian 400 mdpl. Spesies dari genus ini sangat jarang ditemukan pada daerah pedalaman hutan.Pada daerah dataran tinggi, spesies dari genus Ramalina seringkali ditemui bersama dengan Usnea spp. atau bahkan keberadaannya digantikan oleh Usnea spp. Beberapa angota spesiesnya juga dapat ditemui di daerah kering (Aptroot dan Bungartz, 2007).

c. Tabel Deskripsi No.KarakterKeterangan

1.HabitatBatang pohon Barringtonia

2.Bentuk talusFrutikose

Diameter talus1,5 cm

Warna talusHijau

d. Klasifikasi

Klasifikasi Ramalina delicerata menurut GBIF (2013) termasuk dalam Kingdom Fungi karena merupakan tumbuhan epifit dan tidak memiliki klorofil; Divisi Ascomycota karena berbentuk kecil dan hidup berkoloni; Kelas Lecanoromycetes; Ordo Lecanorales; Famili Ramalinaceae; Genus Ramalina; Spesies Ramalina delicerata.

e. Manfaat

Pemanfaatan liken dari genus Ramalina sp. sangat beragam. Pada penerapan dalam bidang klinis, aktivitas bakterisida ekstrak kasar dari lichen Ramalina pacifica terhadap 20 strainpatogen klinis yang diisolasi dari sumber infeksi yang berbeda yaitu P. aeruginosa, Klebsiella pneumonia, Salmonella typhi, S. paratyphi, E. coli, dan S. aureus menunjukkan hasil positif dalam menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri tersebut sehingga berpotensi untuk pengobatan pada pasien penderita infeksi saluran pernafasan, saluran kemih dan pneumonia. Fraksi yang larut dalam etilasetat dari lichen Ramalina farinacea mempunyai kemampuan antivirus terhadap virus RNA (HIV-1 dan RSV) maupun virus DNA (adenovirus dan HSV-1) melaui mekanisme penghambatan siklus replikasi dan enzimatisnya. Pada penelitian ekstrak metanol, aseton, kloroform, etil asetat dan petroleum eter dari Ramalina hossei dan juga ekstrak metanol lichen R. conduplicans diketahui bahwa semua ekstrak memiliki aktivitas antelmintik (anticacing). Hal ini sangat membantu dalam pengembangan obat anti cacing terutama pada kasus penyakit cacing gelang Ascaris lumbricoides (Septiana, 2011).3.2.3 Graphis scripta

a. Deskripsi

Graphis scripta hasil pengamatan lapang di Taman Nasional Alas Purwo diperoleh data yaitu memiliki warna putih ke abu-abuan, berbentuk bulat dengan pinggir yang tidak beraturan, di dalamnya terdapat bercak-bercak menghitam yang tak beraturan atau ttersusun acak. Thallus berbentuk fructose, tipis, datar dan seluruhnya menempel pada subtratnya sehingga terlihat menyatu dengan subtratnya, padahal spesies Graphis scripta memiliki rhizoid yang seluruhnya menempel pada subtrat. Graphis scripta menempel kuat pada subtratnya sehingga tidak mudah jika dilepas, tetapi jika dipaksa maka sebagian subtratnya ikut terangkat.

Secara anatomi lichenes juga memiliki bagian-bagian yang menarik karena adanya lapisan fungi atau lapisan luar korteks yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat untuk menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh dan lapisan alga yang mengandung ganggang serta terdapat rhizome yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat dan menempel kuat pada substrat yang dikenal sebagai rhizoid atau lapisan lichens yang paling kuat melekat atau menempel pada substrat ini yang paling terkenal adalah pyrenolichenes (Campbell, 2004). Graphis scripta memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis, dan selalu melekat pada permukaan batu, kulit pohon, atau pada permukaan tanah. Jenis lichens ini susah di cabut tanpa merusak substratnya (Subandi, 2010).

Gambar. 12 Graphis scripta (a) Hasil pengamatan, (b) literatur (Ariyani, 2008).b. Habitat

Graphis scripta ditemukan pada saat tracking menuju Pancur menempel pada pohon Ketapang di dekat pesisir Pantai Trianggulasi, Taman Nasional Alasa Purwo, tepatnya pada koordinat S0839.388E11421.600. Habitat Graphis scripta umumnya ditemukan melekat pada pohon atau batang kayau yang telah lapuk (Setyawan, 2004).

c. Tabel PengamatanNoKARAKTERKETERANGAN

1HabitatDi pohon ketapang

2Bentuk TalusFruktus

3Diameter Talus

4Warna TalusAbu-abu dengan bintil hitam memanjang

d. Klasifikasi

Klasifikasi dari Graphis scripta adalah menurut Setyawan (2004) adalah termasuk dalam Kingdom Fungi; Divisi Lichenes; Kelas Ascolichenes; Ordo Graphidales; Family Graphidace;Genus Graphis;Spesies Graphis scripta.e. Manfaat

Manfaat umum dari Graphis scripta yang berada di alam umumnya adalah sebagai tumbuhan perintis (Setyawan, 2004).

3.2.4 Caloplaca cinnabarina

a. Deskripsi

Caloplaca cinnabarina yang ditemukan berbentuk bulat, namun sebagian berbentuk oval, selain itu Caloplaca cinnabarina memiliki warna orange dengan bagian pada tengahnya berwarna kecoklatan. Thallus berbentuk fructose dengan diameter thallus sebesar 2 cm dan bagian tepinya tidak rata. Bentuk tipis dan datar, sehingga tampak seperti menyatu dengan substratnya, berbeda dengan spesies Graphis scripta yang bagian tengah terdapat garis-garis seperti ulat, namun pada spesies Caloplaca cinnabarina bagian tengah berbentuk garis-garis persegi dengan bagian tengah berwarna kecoklatan.

Caloplaca cinnabarina merupakan lichen berwarna merah kekuningan. Talusnya biasa menempel pada substrat berupa batu. Caloplaca cinnabarina tampak lebih jelas ketika warnanya menjadi orange, kadang-kadang berwarna merah terang meskipun berukuran sangat kecil (kurang dari 1mm) (Regiono, 2015).

Gambar 13 Caloplaca cinnabarina (a) Hasil pengamatan, (b) literatur (Anbg, 2015)b. Habitat

Caloplaca cinnabarina yang ditemukan pada saat tracking menuju Pancur di Taman Nasional Alas Purwo, tepatnya pada koordinat S0839774E11421.892. Caloplaca cinnabarina umumnya hidup menempel pada batang kayu, khususnya di daerah tropis dan daerah yang lembab (Regiono, 2015). c. Tabel Pengamatan NoKARAKTERKETERANGAN

1HabitatDi pohon

2Bentuk TalusFruktus

Diameter Talus2 cm

Warna TalusOranye dengan titik-titik hitam

d. Klasifikasi

Klasifikasi dari spesies Caloplaca cinnabarina menurut Usda (2015) adalah termasuk anggota dari Kingdom Fungi, divisi Ascomycota, kelas Ascomycetes, ordo Teloschitales. Caloplaca cinnabarina termasuk dalam famili Teloschistacaea, genus Caloplaca dan spesies Caloplaca cinnabarina.e. Manfaat

Manfaat Caloplaca cinnabarina adalah sebagai tanaman perintis, bioindikator lingkungan dan indikator udara berkualitas (Regiono, 2015).3.3 Tabel Spesies yang Ditemukan di TNAP dan Titik Koordinatnya

Tabel 1. Petridophyta di TNAPNoNama spesiesHabitatTitik korrdinat

1.Asplenium salignumMenempel pada pohon/terrestrial (Pancur, TNAP)S 08 3907.3 E 114 2157.9

2.Asplenium nidusTanah lembab/terestrial (Sadengan, TNAP)S 08 39116 E 114 2141

3.Lygodium flexuosumTanah lembab/terestrial (Sadengan, TNAP)S 08 3903.2 E 114 2146.0

4.Lygodium scandensTanah lembab/terestrial (Sadengan, TNAP)S 08 3902.5 E 1142142.2

5.Goniophlebium prainiiTanah lembab/terestrial (Sadengan, TNAP)S 08 3904.7 E 114 2140.2

6.Drinaria sp.Pancur, Taman Nasional Alas PurwoS 08 E 114

7.Osmunda sp.Tanah lembab/terestrial (Sadengan, TNAP)S 08 3902.5 E 114 2142.2

8.Adiantum sp.

Pancur, Taman Nasional Alas PurwoS 08o 40.643 E 114o 22.470

9.Vittaria elongateEpifit pada pohon/terestrial (Sadengan, TNAP)S 08 3909.5 E 114 2140.9

Tabel 1. Lichen di TNAP

NoNama spesiesHabitatTitik korrdinat

1. Caloplaca microphyllinaMenempel di pohon/terrestrial (Pancur, TNAP)S 08 39.467 E 114 acc = 6.0

2. Ramalina delicerataMenempel di pohon/terrestrial (Pancur, TNAP)S 08 39.548 E 114 21.740 acc = 8

3. Caloplaca cinnabarinaMenempel di pohon/terrestrial (Pancur, TNAP)S 08 39.774 E 114 21.892 acc = 4

4. Graphis scriptaMenempel di pohon/terrestrial (Pancur, TNAP)S 08 39.388 E 114 21.600

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KesimpulanKesimpulan dari praktikum lapang di Taman Nasional Alas Purwo adalah ditemukan beberapa tumbuhan paku dan lichen. Setelah ditemukan kemudian diambil sampel dan di identifikasi lebih lanjut menggunakan buku dan lichen guide. Lokasi penemuan spesimen adalah di perjalanan menuju Pancur dan Sadengan. Tumbuhan yang ditemukan di perjalanan menuju Sadengan meliputi tumbuhan paku antara lain Asplenium nidus (S 08 39116 E 114 2141), Lygodium flexuosum (S 08 39116 E 114 2141), Lygodium scandens (S 08 3903.2 E 114 2146.0), Goniophlebium prainii (S 08 3902.5 E 1142142.2), Osmunda sp. (S 08 3904.7 E 114 2140.2), Vittaria elongata (S 08 3909.5 E 114 2140.9). Sedangkan tumbuhan yang ditemukan saat perjalanan ke Pancur meliputi tumbuhan paku yaitu Asplenium salignum (S 08 3907.3 E 114 2157.9), Drinaria sp. (S 08 E 114), Adiantum cuneatum (S 08o 40.643 E 114o 22.470 acc 2.0) dan lichen yaitu Caloplaca microphyllina (S 08 39.467 E 114 acc = 6.0), Ramalina sp. (S 08 39.548 E 114 21.740 acc = 8), Caloplaca cinnabarina (S 08 39.774 E 114 21.892 acc = 4), Graphis scripta (S 08 39.388 E 114 21.600). Ciri-ciri tumbuhan paku yang ditemukan adalah memiliki batang yang belum sejati dan akarnya berupa rhizome. Beberapa tumbuhan paku ada yang ditemukan ditanah dan epifit pada pohon. Ciri-ciri lichen adalah menempel pada kulit batang pohon, menyerupai kerak dan berwarna,tetapi kebanyakan berwarna abu-abu atau hijau yang menyerupai lumut.4.2 Saran

Praktikum lapang yang dilaksanakan di dua tempat yaitu Sadengan dan Pancur berjalan dengan cukup lancar,tetapi alangkah baiknya jika waktu praktikum disesuaikan dengan jadwal yang telah disusun,lebih teliti pada saat melakukan tracking,ditingkatkan tentang efisien waktu,dan sebelum berangkat diberi pengarahan tentang cara penggunaan alat dan cara bertingkah laku yang benar agar praktikum lapang selanjutnya dapat berjalan lebih baik.DAFTAR PUSTAKAAgric. 2001. Agriculture and Rular Departement. http://www1.agric.gov.ab.ca/. Diakses tanggal 14 Mei 2015.Aptroot, A. dan F. Bungartz. 2007. The lichen genus Ramalina on the Galapagos. The Lichenologist 39(6): 519542

Ariyani, Indah. 2008. http://rumahbaca.klasifikasi-lumut-macam-macam. Diakses pada tanggal 14 Mei 2015.

Asbindo. 2014. Asplenium nidus. http://www.asbindo.org/. Diakses tanggal 13 Mei 2015.

Beautifulbotany. 2015. Osmunda sp. www.beautifulbotany.com. Diakses tanggal 17 Mei 2015.Cabi. 2015. Adiantum cuneatum. www.cabi.org. Diakses tanggal 16 Mei 2015.

Campbell, N. A. 2004. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.CNALH. 2011. Consortium of North America Lichen Herbaria :Ramalina spp. lichenportal.org. Diakses pada 16 Mei 2015.Demand. 2010. Orange Lichen Caloplaca microphyllina. http://www.gardenguides.com/taxonomy/orange-lichen-caloplaca-microphyllina/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.

Fern. 2013. Vittaria elongata Sw. http://bie.ala.org.au. Diakses pada tanggal 14 Mei 2015.Global Biodiversity Information Facility Australia. 2015. www.bie.ala.org.au. Diakses tanggal 17 Mei 2015.Go Botany. 2011. Polypodium praini. https://Gobotany.newenglandwild.org. Diakses tanggal 17 Mei 2015.Guidetohouseplant .2008 .Bird Nest Fern. http://www.guide-to-houseplants.com/ . Diakses tanggal 10 Mei 2015.Hauser, S. 2015. Goniophlebium prainti. http://www.gardenworldimages.com. Diakses tanggal 17 Mei 2015.USDA.2008.http://plants.usda.gov/java/Classificationservletsource=display&classid=CACI9. Diakses pada tanggal 17 Mei 2015.http://www.regione.toscana.it/documents/10180/320308/Biodiversita+dei+licheni. Diakses pada tanggal 17 Mei 2015.ANBG.2015.https://www.anbg.gov.au/lichen/photos-captions/caloplaca-cinnabarina-f-388.html. Diakses pada tanggal 17 Mei 2015.ITM. 2014. An Analysis of Drynaria 12 (Seven Forests). http://www.itmonline.org. Diakses pada tanggal 14 Mei 2015

Khan. 2011. Family Polypodiaceae. www.stuartxchange.org. Diakses pada tanggal 17 Mei 2015

Kmonickova, E., Dong Zhang , Lan Yang , Xiao-gang Weng , Xiao-xin Zhu ,Qing Yang ,Ying Chen , Yu-jie Li ,Zdenk Zdek. 2013. Divergent immunomodulatory effects of extracts and phenolic compounds from the fernOsmunda japonica Thunb. Chinese Journal of Integrative Medicine. Volume 19,Issue 10,pp 761-770)Ling, H.K., C.T. Kian dan T.C Hoon. 2009 .A Guide to Medicinal Plants. World Scientific Publishing .Singapore.

Palguna. 2012. PAKU PITA (Vittaria elongata). http://lintangluku.net. Diakses pada tanggal 17 Mei 2015.Palmer, D.D. 2003. Hawaiis Ferns and Fern Allies. The Maple Veil Book. USA.Park .2010.Vittaria elongata. https://floraofsingapore.wordpress.com/ . Diakses pada tanggal 17 Mei 2015.Phipps, C. J. , Taylor, T. N. , Taylor, E. L. , Cuneo, N. R. , Boucher, L. D. , and Yao, X. 1998.Osmunda(Osmundaceae) from the Triassic of Antarctica: An example of evolutionary stasis. American Journal of Botany (85: 888-895)

Plantamor. 2012. Paku Sarang Burung (Asplenium nidus). www.plantamor.com. Diakses tanggal 10 Mei 2015.Plantamor. 2012. Paku kelor (Adiantum cuneatum). www.plantamor.com. Diakses tanggal 12 Mei 2015.

Rajesh. 2015. Vittaria elongata Sw. http://indiabiodiversity.org. Diakses pada tanggal 14 Mei 2015.Rukmana, R. 2001. Suplir. Seri Tanaman Hias. Jakarta.

Sein. 2014. Drinaria. http://www.siamgreenculture.com. Diakses pada tanggal 14 Mei 2015.

Septiana, Eris. 2011. Potensi Lichen sebagai Sumber Bahan Obat: Suatu Kajian Pustaka. Jurnal Biologi 25(1): 1-5

Setyawan, A. D dan Sugiyarto. 2001. Keanekaragaman Flora Hutan Jobolarangan. Kanisius. Yogyakarta.Silverside, A. J. 2008.Ramalina calicaris.www.lichens.lastdragon.org diakses pada 16 Mei 2015.Silverside, A. J. 2008.Ramalina farinacea.www.lichens.lastdragon.org diakses pada 16 Mei 2015.Smith, A.R.2006. "A classification for extant ferns".Taxon55(3):705731Subandi. 2010. Biologi Itu Gampang. Remaja Rosdakarya. Bandung.Tagawa, M. 2008. Flora of Thailand. Auspices of Danida at The Chutima Press. Bangkok.

Thaiferns. 2008. Asplenium sp. http://rbg-web2.rbge.org.uk/thaiferns/factsheets/data/images/Asplenium_interjectum/thumbs/Asplenium_interjectum_Middleton_et_al_4974_DJM_0328_sml.JPG. Diakses pad tanggal 17 Mei 2015.

Thani, Nor Ezzawanis Abdullah. 2012. Asplenium salignum. http://www.chm.frim.gov.my/Gallery.aspx?page=354. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.

USDA.2008. Caloplaca microphyllina. http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CAMI38. Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.

Vermuelen, N. dan R. Rosenfeld. 1999. Encyclopedia of House Plants. Rebo Press. Great Britain.

Wetmore, C.M. 2004. The sorediate corticolous species ofCaloplacain North and Central America.The Bryologist107(4): 505-520.

Wetmore, C.M., Gries, C. and Bungartz, F.2007. Lichen Flora of the Greater Sonoran Desert Region Vol. 3. Arizona State University Press. Arizona.

Wilson. 2000. Vittaria elongata Sw. http://plantnet.rbgsyd.nsw.gov.au. Diakses pada tanggal 14 Mei 2015

Zuhud, E.A.M., Siswoyo, E. Sandra, A.Hikmat dan E.Adhiyanto. 2013. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid X. Dian Rakyat. Jakarta.

b

a

c

b

a

c

b

a

c

a

a

a

b

a

c

b

a

c

b

a

b

a

b

a

c

b

a

b

a