buku ajar sistematika tumbuhan tinggi

Upload: lgiebozcaffe

Post on 06-Jul-2018

760 views

Category:

Documents


82 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    1/191

    i

    LAPORAN

    PENULISAN BUKU AJAR

    SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI

    OLEH:

    DR. JUHRIAH, M.Si

    DR. HJ. SRI SUHADIYAH, M.Agr

    DR. ELIS TAMBARU, M.Si

    DR. A. MASNIAWATI, M.Si, S.Si

    Dibiayai oleh Dana BOPTN Universitas Hasanuddin Sesuaidengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

    No: 1042/UN4.12/PP.13/2014

    JURUSAN BIOLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HASANUDDINSEPTEMBER 2014

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    2/191

    ii

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    3/191

    iii

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    4/191

    iv

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

     petunjuk, inayah dan hidayahNya sehingga penulisan buku ajar Sistematika

    Tumbuhan Tinggi ini dapat diselesaikan.

    Buku ajar ini disusun sebagai bahan acuan dalam mata kuliah Sistematika

    Tumbuhan Tinggi, merupakan rangkuman berbagai sumber pustaka.

    Tumbuhan yang termasuk Divisio Spermatophyta sangat beragam, dalam

     buku ajar ini hanya menjelaskan beberapa contoh tumbuhan yang mewakili

     beberapa kelas anggota Divisio Spermatophyta yang ada di alam maupun yang

    telah punah. Buku ajar ini juga dilengkapi dengan berbagai sistem klasifikasi,

    sumber data untuk Sistematika dan juga hal yang berkaitan dengan penamaan

    (tatanama) tumbuhan

    Mudah-mudahan buku ajar ini dapat membantu mahasiswa dalam

    melakukan proses pembelajaran dan bermanfaat untuk pengembangan bidang ilmu

    Sistematika Tumbuhan TInggi.

    Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan buku ajar

    ini, untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik yang membangun

    demi penyempurnaan penulisan buku ajar ini di masa datang. Penulis juga

    menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada DIKTI yang

    mendanai penulisan buku ajar ini melalui Dana BOPTN Universitas Hasanuddin

    Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan No:

    1042/UN4.12/PP.13/2014. Semoga buku ajar ini bermanfaat dan menjadi salah satu

    sarana pembelajaran Sistematika Tumbuhan Tinggi.

    Makasssar, September 2014

    Penulis

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    5/191

    v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman sampul i

    Halaman Pengesahan ii

    Surat Pernyataan iii

    Kata Pengantar iv

    Daftar Isi v

    BAB I. PENDAHULUAN 1

    I.1. Profil Lulusan Program Studi 1

    I.2. Kompetensi lulusan 1

    I.3. Analisis Kebutuhan Pembelajaran  3

     I.4. Garis Besar rencana Pembelajaran (GBRP) 4

    BAB II. RUANG LINGKUP SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI 8

    DAN SISTEM KLASIFIKASI

    II.1. Pendahuluan 8

    II.2. Pengertian Dan Ruang Lingkup Sistematika Tumbuhan Tinggi 8

    II.3. Fase Perkembangan Sistematika Tumbuhan 10

    II.4. Relevansi Dengan Lapangan dan Hubungannya Dengan ilmu lain. 11

    II.5. Sistem Klasifikasi Tumbuhan 13

    II.6. Tugas Untuk Mahassiwa 20

    BAB III. SUMBER INFORMASI BAGI SISTEMATIKA TUMBUHAN 21

    III.1. Pendahuluan 21

    III. 2. Sumber Data Sistematika Tumbuhan 21

    III.3. Informasi Struktur 21

    III.4. Informasi Kimia 26

    III.5. Informasi Kromosom 31

    III.6. informasi Sistem Penangkaran 34

    III.7.Tugas Untuk Mahassiwa 36

    BAB IV. IDENTIFIKASI DAN TATA NAMA TUMBUHAN 38

    IV.1. Pendahuluan 38

    IV.2. Pengertian dan cara Identifikasi Tumbuhan 38

    IV.3. Tatanama Tumbuhan 43

    IV.4. Tugas Untuk Mahasiswa 53

    http://pembelajaran/http://pembelajaran/http://pembelajaran/

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    6/191

    vi

    BAB V. DIVISIO SPERMATOPHYTASUB DIVISIO GYMNOSPERMAE 54

    V.1. Pendahuluan 54

    V.2. Diviso Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji) 54

    V.3. Sub Dividio Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji terbuka) 55

    V.4.Tugas Untuk Mahassiwa 70

    BAB VI. SUB DIVISIO ANGIOSPERMAE CLASSIS DICOTYLEDONEAE

    SUB CLASSIS MONOCLAMIDAE (APETALAE) 71

    VI.1. Pendahuluan 71

    VI.2. Anak Divisi (Sub Divisio) Angiospermae 71

    VI.3. Anak Kelas (Sub Classis)Monoclamidae (Apetalae) 71

    VI.4.Tugas Untuk Mahassiwa 100

    BAB VII. SUB CLASSIS DIALYPETALAE 101

    VII.1. Pendahuluan 101

    VII.2. Sub Classis Dialypetalae 101

    VII.3.Tugas Untuk Mahassiwa 139

    BAB VIII. SUB CLASSIS SYMPETALAE 140

    VIII.1. Pendahuluan 140

    VIII.2. SUB CLASSIS SYMPETALAE 140

    VIII.3.Tugas Untuk Mahassiwa 156

    BAB IX. CLASSIS MONOCOTYLEDONEAE 157

    IX.1. Pendahuluan 157

    IX .2. Kelas (Classis) Monocotyledoneae 157

    IX.3.Tugas Untuk Mahassiwa 184

    DAFTAR PUSTAKA 185

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    7/191

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Profil Lulusan Program Studi: Membina dan menghasilkan lulusan yang cerdas,

    terampil, berwawasan luas, dan berbudaya sehingga bisa bersaing dan mampu menghadapi

     persaingan secara global. 

    I.2. Kompetensi lulusan:

    Kompetensi utama (U):

    1.  Mampu dalam pemahaman tentang pengetahuan dasar biologi dan ilmu

     pengetahuan alam.2.  Mampu menerapkan perinsip–perinsip dasar biologi dalam pengelolaan dan

     pemanfaatan sumberdaya hayati yang berkelanjutan serta dalam mempertahankan

    keragaman hayati flora dan fauna.

    3. 

    Mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dasar biologi

    yang dimilikinya secara profesional dalam kegiatan produktif dan pelayanan

    kepada masyarakat/industri.

    4.  Mampu mengoperasikan peralatan laboratorium biologi dan bioteknologi atau

    yang relevan dan menjadi periset handal sesuai dengan bidang keahliannya

    5.  Mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dasar biologi

    yang dimilikinya secara profesional dalam kegiatan produktif serta pelayanan

    kepada masyarakat, industri dan kesehatan

    6.  Mampu mendayagunakan potensi biota laut dan sumberdaya alam laut lainnya

     pada berbagai bidang untuk kesejahteraan masyarakat.

    Kompetensi Pendukung (P) 

    1.  Mampu bersaing dan unggul sebagai ilmuwan yang profesional, serta bersifat

    terbuka dan tanggap terhadap kemajuan ipteks secara global.

    2.  Mampu membuat tulisan karya ilmiah; penguasaan bahasa Inggeris; serta

     penguasaan software dan hardware komputer.

    3.  Mampu mendayagunakan potensi mahluk hidup dan sumberdaya alam lainnya

     pada berbagai bidang untuk kesejahteraan masyarakat.

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    8/191

    2

    Kompetensi lainnya (L)

    1. Mampu mengamalkan nilai moral, bersikap, dan berperilaku dalam berkarya dibidang

    keahliannya maupun dalam bermasyarakat.

    2. Mampu mengembangkan diri dan pemikiran berdasarkan wawasan dan budaya bahari.

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    9/191

    3

    I.3. Analisis Kebutuhan Pembelajaran 

    Mata kuliah Taksonomi Tumbuhan II adalah mata kuliah dengan bobot 3 SKS dengan

    kode 336H413, merupakan mata kuliah Program Studi Biologi yang termasuk dalam

    kelompok mata kuliah keahlian dan ketrampilan, disajikan pada semester genap tahun kedua

    (Semester 4). Mata kuliah ini wajib bagi seluruh mahasiswa jurusan Biologi FMIPA

    UNHAS. Mahasiswa yang akan mengambil mata kuliah ini disyaratkan telah mengikuti

    antara lain Struktur & Perkembangan Tumbuhan I (SPT I) dan Sistematika Tumbuhan

    Rendah

    Mata kuliah ini sangat penting diketahui oleh mahasiswa yang akan mengaplikasikan

    ilmu tersebut pasca kuliah yang akan bergelut dibidang biologi, pertanian, farmasi, pemuliaan

    tumbuhan ataupun biokimia, sehingga penguasaan terhadap ilmu ini perlu dimiliki oleh

    seorang mahasiswa. Identifikasi, tatanama dan klasifikasi tumbuhan Spermatophyta

    merupakan inti (ruang lingkup) mata kuliah ini. Spermatophyta mencakup semua tumbuhan

     berbiji ataupun berbunga dengan jumlah jenis yang sangat banyak, merupakan tumbuhan

    sumber kehidupan manusia baik untuk pangan, sandang dan papan, tersebar di segala penjuru

    dengan berbagai kondisi iklim, hidup baik di darat ataupun di perairan.

    Salah satu komponen dalam proses komunikasi dalam pembelajaran yang

    menentukan tercapainya tujuan pembelajaran adalah sumber dan media informasi. Buku ajar

    ini disusun dan diharapkan menjadi salah satu sumber informasi, menjadi salah satu sarana

     pembelajaran dan menjadi acuan bagi dosen maupun mahasiswa peserta mata kuliah

    Sistematika Tumbuhan Tinggi sehingga menunjang tercapainya tujuan metode pembelajaran

    Student Center Learning. Diharapkan dengan adanya buku ajar ini dapat membantu

    menambah wawasan dan penguasaan mahasiswa tentang Sistematika Tumbuhan Tinggi.

    http://pembelajaran/http://pembelajaran/http://pembelajaran/

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    10/191

    4

    GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP)

    MAMA MATAKULIAH : SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI

    NOMOR KODE/SKS : 336H413/3

    SEMESTER : GENAP

    Komptensi utama : Mampu memahami prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan alam (1)

    Mampu memahami struktur, klasifikasi dan dan manfaat ekonomi serta aspek anatomi dan fisiologis

     pada hewan dan tumbuhan (2)

    Mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar biologi dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian

    lingkungan serta pendayagunaan sumberdaya hayati secara berkelanjutan (3)

    Mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan dasar biologi yang dimilikinya secara professional

    dan kegiatan produktif serta pelayanan kepada masyarakat, industri dan kesehatan (5)

    Kompetensi Pendukung  : Mampu bersaing dan unggul sebagai ilmuan yang professional serta bersikap tanggap terhadap kemajuan

    iptek secara global (1)

    Mampu mendayagunakan potensi makhluk hidup dan sumberdaya alam lainnya pada berbagai bidang

    untuk kesejahteraan masyarakat (3)

    Kompetensi Lainnya : Mampu mengamalkan nilai moral, bersikap dan berprilaku dalam berkarya dibidang keahliannya dalam

    masyarakat 

    SASARAN PEMBELAJARAN : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa akan dapat mengaplikasikan ilmu Sistematika Tumbuhan

    (identifikasi, klasifikasi dan penamaan) tumbuhan Spermatophyta dalam praktek.

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    11/191

    5

    MINGGU

    KE

    MATERI PEMBELAJARAN BENTUK

    PEMBELAJA

    RAN (RAGAM

    METODE

    SCL)

    KOMPETENSI AKHIR SESI

    PEMBELAJARAN

    INDIKATOR

    PENILAIAN

    BOBO

    T

    NILAI

    1s/d 2 -  Kontrak kuliah

    -  Pembentukan kelompok

    -  Ruang lingkup Sistematika

    Tumbuhan Tinggi.-  Pengertian dan sasaran

    -  Fase Perkembangan sistematika

    Tumbuhan

    -  Relevansi dengan lapangan dan

    hubungannya dengan ilmu lain

    -  Macam-macam sistem

    klasifikasi

    Teaching

    learning,

    diskusi

    Mahasiswa mampu: Menjelaskan

    tentang ruang lingkup Sistematika

    Tumbuhan Tinggi dan sistem

    klasifikasi

    -  Ketepatan menjelaskan

    tentang ruang lingkup

    Sistematika Tumbuhan

    Tinggi dan sistemklasifikasi

    10%

    3 s/d 4 Sumber informasi bagi

    Sistematika Tumbuhan Tinggi:- Informasi struktur tumbuhan

    - Informasi kimiawi

    - Informasi kromosom

    - Informasi sist. Penangkaran.

    - Teaching

    learning- collaborative

    learning

    Mahasiswa mampu:

    - Menjelaskan tentang berbagai pengetahuan sebagai sumber

    informasi bagi Sistematika

    Tumbuhan

    -Ketepatan menjelaskan

    tentang sumber-sumberinformasi

    -Kerjasama tim,

    kedisiplinan dan

    ketelitian

    10%

    5 Identifikasi dan tatanama

    tumbuhan:- Pengertian identifikasi

    - Identifikasi tumbuhan yang

     belum dan sudah dikenal dunia

    ilmu pengetahuan

    -Nama biasa dan nama ilmiah

    - Teaching

    learning- collaborative

    learning

    Mahasiswa mampu Menjelaskan:

    - Pengertian identifikasi- Langkah dentifikasi tumbuhan

    yang belum dan sudah dikenal

    dunia ilmu pengetahuan

    -Nama biasa dan nama ilmiah

    -Azas tatanama tumbuhan

    - Ketepatan menjelaskan

    tentang pengertian danlangkah identifikasi serta

    tatanama tumbuhan

    -Kerjasama tim,

    kedisiplinan dan

    ketelitian

    5%

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    12/191

    6

    -Azas tatanama tumbuhan

    6 s/d 7 Identifikasi, klasifikasi dan

     penamaan Spermatophyta dan Sub

    Divisi Gymnospermae

    - Kelas Pteridospermae

    - Kelas Gynkoinae

    - Kelas Cycadinae

    - Kelas Coniferinae

    - Kelas Gnetinae

    - Teaching

    learning

    - collaborative

    learning

    - Contextual

    instruction

    -presentasi tgs

    - praktikum

    Mahasiswa mampu:

    -Menjelaskan tentang ciri-ciri,

    tatanama dan klasifikasi

    Gymnospermae

    - Ketepatan menjelaskan

    tentang ciri-ciri,

    tatanama dan klasifikasi

    Gymnospermae

    -Kerjasama tim,

    kedisiplinan dan

    ketelitian

    15%

    8 UJIAN TENGAH SEMESTER

    9 Identifikasi, klasifikasi dan

     penamaan Dicotyledoneae sub

    clas Apetalae:

    - Ordo Urticales

    - Ordo Piperales- Ordo Polygonales

    - Ordo Caryophyllales

    - Ordo Euphorbiales

    - Teaching learning

    - collaborative

    learning

    - Contextual

    instruction- presentasi tgs

    - praktikum

    Mahasiswa mampu:

    Menjelaskan tentang ciri-ciri,

    tatanama dan klasifikasi Clas

    Dikotil sub clas Apetalae

    -

    - Ketepatan menjelaskan

    tentang ciri-ciri, tatanama

    dan klasifikasi Clas

    Dikotil sub clas Apetalae

    - Kerjasama tim,kedisiplinan dan ketelitian

    15%

    10 s/d 11 Identifikasi, klasifikasi dan

     penamaan Sub Classis

    Dialypetalae:

    - Ordo Ranales- Ordo Rosales

    - Ordo Myrtales

    - Ordo Brassicales

    - Ordo Parietales

    - Ordo Malvales

    - Teaching learning

    - collaborative

    learning

    - Contextualinstruction

    - presentasi tgs

    - praktikum

    Mahasiswa mampu:

    -Menjelaskan tentang ciri-ciri,

    tatanama dan klasifikasi

    tumbuhan dari Sub ClassisSympetalae

    -Ketepatan menjelaskan

    tentang ciri-ciri, tatanama

    dan klasifikasi tumbuhan

    dari Sub ClassisSympetalae

    -Kerjasama tim,

    kedisiplinan dan ketelitian

    15%

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    13/191

    7

    - Ordo Graniales

    - Ordo Rutales

    - Ordo Sapindales

    - Ordo Apiales

    12 Identifikasi, klasifikasi dan

     penamaan Sub Classis

    Sympetalae

    - Ordo Asterales

    - Ordo Rubiales- Ordo Apocynales

    - Ordo Solanales- Ordo Cucurbitales

    - Teaching learning

    - collaborative

    learning

    - Contextual

    instruction- presentasi tgs

    - praktikum

    Mahasiswa mampu

    -Menjelaskan tentang ciri-ciri,

    tatanama dan klasifikasi sub

    classis Sympetalae

    - Ketepatan menjelaskan

    tentang ciri-ciri, tatanama

    dan klasifikasi sub classis

    Sympetalae

    - Kerjasama tim,kedisiplinan dan ketelitian

    15%

    13 s/d 15 Identifikasi, klasifikasi dan

     penamaan Classis Monokotil

    - Ordo Alismatales- Ordo Bromeliales

    - Ordo Liliales

    - Ordo Cyperales

    - Ordo Poales

    - Ordo Zingiberales

    - Ordo Arecales

    - Ordo Pandanales

    - Ordo Orchidales

    - Teaching learning

    - collaborative

    learning- Contextual

    instruction

    - presentasi tgs

    - praktikum

    Mahasiswa mampu:

    Menjelaskan tentang ciri-ciri,

    tatanama dan klasifikasiClassis Monokotil

    - Ketepatan menjelaskan

    tentang ciri-ciri, tatanama

    dan klasifikasi ClassisMonokotil

    - Kerjasama tim,

    kedisiplinan dan ketelitian

    15%

    16 UJIAN AKHIR SEMESTERDOSEN PENGASUH MATA KULIAH SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI:

    1. Dr .Juhriah, M.Si.

    2. Dr. Sri Suhadiyah, M.Agr

    3. Dr. Elis Tambaru, M.Si

    4. Dr. A. Masniawati , S.Si, M.Si

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    14/191

    8

    BAB II

    RUANG LINGKUP SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI

    DAN SISTEM KLASIFIKASI

    II.1. PENDAHULUAN: 

    SASARAN PEMBELAJARAN: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang ruang lingkup

    Sistematika Tumbuhan Tinggi dan Sistem klasifikasi

    STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning,

    II.2. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SISTEMATIKA TUMBUHAN

    TINGGI

    Sistematika tumbuhan adalah ilmu yang berkaitan sangat erat dengan taksonomi

    tumbuhan. Sistematika tumbuhan lebih banyak mempelajari hubungan tumbuhan dengan

     proses evolusinya, namun dalam mata kuliah Sistematika Tumbuhan Tinggi ini ruang

    lingkupnya mencakup identifikasi, tatanama dan klasifikasi objek yaitu tumbuhan Divisio

    Spermatophyta.

    Sistematika ataupun taksonomi tumbuhan adalah salah satu cabang ilmu yang telah

    dipelajari sejak jaman purba, karena manusia purba waktu itu telah mengelompokkan

     beratus-ratus tumbuhan disekitar mereka misalnya untuk pangan, obat-obatan, tanaman

    serat, dan lain-lain. Setelah manusia berkembang menjadi kelompok-kelompok suku

    dengan masing-masing bahasanya dan telah dikenalnya bahasa tulisan, maka hasil

     pengelompokan tumbuhan yang mereka buat menjadi tercatat. Adanya catatan tersebut dan

     bertambahnya pengetahuan mereka maka ilmu tentang tumbuhan bertambah banyak darigenerasi ke generasi berikutnya.

    Pengelompokan secara sederhana berdasarkan kegunaan dan bahayanya (tumbuhan

     beracun) ini, merupakan awal dari ilmu taksonomi dan sistematika tumbuhan saat ini. Ilmu

    ini berkembang menjadi ilmu yang sangat kompleks dengan memperhatikan prihal

     pengelompokan alami dan memberi nama pada setiap kelompok.

    Para ilmuan yang berkecimpung dalam bidang biokimia, ekologi, fisiologi tentang

    tumbuhan selalu membutuhkan nama tumbuhan yang digunakannya. Oleh karena itu

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    15/191

    9

    taksonomi dan sistematika tumbuhan akan selalu berguna bagi para ilmuan yang mengkaji

    tumbuhan sesuai kebutuhannya.

    Taksonomi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari keanekaragaman tumbuhan

     baik identifikasinya, namanya, klasifikasi dan evolusinya. Taksonomi berasal dari kata

    Yunani yaitu taxis  yang berarti susunan, dan nomos yang berarti hukum. Kata takson

    (jamak= taksa) diartikan sebagai kesatuan kelompok seperti divisi, kelas, ordo, famili

    genus, spesies dan lain-lain.

    Taksonomi tumbuhan dapat pula didefinisikan sebagai studi dan pertelaan dalam

    hal variasi tumbuhan, penelitian tentang sebab dan konsekuensi dari variasi dan

    memanipulasi data-datanya sehingga didapatkan sistem klasifikasi, karena itulah

    taksonomi tumbuhan sering juga disebut sistematika tumbuhan. Pada kenyataannya kedua

    istilah tersebut biasa dianggap sinonim, akan tetapi bebarapa ilmuan menganggap bahwa

    sistematika tumbuhan mempunyai pengertian yang lebih luas semenatar ilmuan lain

     berpendapat sebaliknya.

    Klasifikasi tumbuhan adalah penempatan tumbuhan dalam kelompok-kelompok

    yang mempunyai persamaan karakter dan ditata dalam suatu sistem. Setiap spesies

    tumbuhan yang mirip satu sama lain ditempatkan pada satu genus. Setiap genus yang mirip

    satu sama lain ditempatkan dalam satu famili, demikian seterusnya. Klasifikasi ini akan

    menghasilkan hierarki yang berurutan atau kategori seperti : spesies, genus, famili, ordo,

    dan seterusnya.

    Identifikasi atau determinasi adalah pengenalan beberapa ciri tumbuhan seperti

     bunga, buah, daun dan batang suatu spesies dan membandingkannya dengan spesies

    tumbuhan yang ciri-cirinya telah diketahui. Jika tumbuhan yang dibandingkan dengan

    spesies yang telah diketahui tersebut walaupun memang mirif tetapi tidak sama berarti itu

    adalah spesies yang lain.Tata nama adalah aturan pemberian nama tumbuhan di dalam taksa dengan sistem yang

    telah diatur dalam International Code of Botanical Nomenclature (ICBN) = Kode

    Internasional TatanamaTumbuhan (KITT)

    Sasaran mempelajari Sistematika/Taksonomi Tumbuhan Tinggi:

    a.  Mempelajari tumbuhan disuatu daerah atau di dunia mengenai macamnya,

    namanya, perbedaan dan persamaannya, tempat tumbuhnya, serta hubungannya

    dengan penelitian botani lainnya

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    16/191

    10

     b.  Mengunpulkan pengetahuan untuk menyusun suatu publikasi berupa flora,

    manual, monografi dan sebagainya.

    c.  Mempelajari sistem klasifikasi yang logis dan universal

    d.  Mempelajari evolusi berbagai jenis tumbuhan

    2.3. FASE PERKEMBANGAN SISTEMATIKA/TAKSONOMI TUMBUHAN

    a.  Fase eksplorasi dan penemuan

    Ilmu ini pada awalnya timbul karena adanya inventarisasi tumbuhan di dunia.

    Aktivitas ini dimulai sejak jaman purba, akan tetapi aktivitas paling menonjol sekitar tahun

    1400 yaitu saat orang-orang Eropa Barat mengadakan pelayaran menjelajahi pulau-pulau

    di berbagai penjuru dunia untuk mendapatkan bahan rempah. Puncak kegiatan eksplorasi

     botani terjadi pada akhir tahun 1800, walaupun kegiatan tersebut masih dilakukan orang

    sampai saat ini terutama di daerah tropika.

    Material yang didapatkan dari hasil ekspedisi awal ini telah dikirim kepada para

    ahli botani di Eropa untuk diteliti dan diberi nama. Pada akhir tahun 1700 sampai awal

    tahun 1800, para ahli botani dibanjiri oleh material tumbuhan yang ditemukan untuk

    diteliti. Tumbuhan koleksi tersebut kemudian di-pres dan dikeringkan yang selanjutnya

    disebut sebagai herbarium. Para ahli botani kemudian saling tukar menukar herbarium

    untuk diteliti lebih intensif dan beberapa dari herbarium tersebut dikumpulkan pada pusat

    herbarium termashur.

    Pada akhir tahun 1800 banyak terdapat pusat penelitian botani yang telah mantap

     baik di Eropa maupun di Amerika Utara. Herbarium yang dimilikinya bertambah dengan

     pesat yang berasal dari berbagai daerah di dunia. Pada fase ini banyak spesies tumbuhan

    yang telah diteliti, diberi nama, dan diklasifikasikan dalam genera atau famili untuk yang

     pertama kalinya. Flora atau tumbuhan yang berasal dari suatu daerah dapat diketahui dari

    hasil penelitian herbarium.

     b.  Fase sintesis

    Klasifikasi pada fase ini dilakukan berdasarkan data morfologi dan antomi, yang

    dilihat dari herbarium atau di laboratorium. Para ahli botani pada fase ini melakukan

     pengamatan dan penelitian yang lebih mendalam tentang ciri-ciri tiap taksa.

    Taksonomi/sistematika dengan klasifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi dan anatomi ini

     biasa disebut Taksonomi/sistematika klasik. Masa berlangsungnya fase sintesis ini dimulai

     pada akhir tahun 1800 hingga sekarang.

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    17/191

    11

    c.  Fase penelitian/ Taksonomi Penelitian/ Biosistematika

    Taksonomi yang klasifikasinya berdasarkan pada penelitian. Biosistematika dapat

     pula dikatakan sebagai studi taksonomi organisme dilihat dari segi populasinya bukan dari

    segi individunya, serta penelitian proses evolusi yang terjadi di alam dari populasi tersebut.

    Bidang-bidang yang diteliti untuk maksud tersebut meliputi bidang genetika, sitologi dan

    aspek ekologi dari suatu populasi di lapangan atau di kebun poercobaan. Penelitian

    demikian saat ini masih dilakukan orang terus menerus terutama di Eropa Barat, Amerika

    Utara, Rusia, Australia, Selandia Baru dan Jepang.

    Penelitian proses evolusi dari suatu populasi dapat dilihat dari adanya

    kemungkinan terjadinya proses hibridisaasi dari populasi tersebut secara alami. Apabila

     proses hibridisasi ini terjadi, maka pada akhirnya akan dijumpai yang menyimpang dari

    induknya. Berbagai macam informasi yang didapat dari hasil penelitian spesies-spesies

    dari suatu populasi di dalam hal kandungan unsur kimia, bentuk sel, jumlah kromosom,,

    morfologi dan lain-lain akan melengkapi perbendaharaan pengetahuan mengenai spesies-

    spesies tersebut, dan dapat pula dilihat apakah diantara spesies-spesies tersebut ada

    hubungan satu dengan lainnya terutama bagi spesies-spesies yang berasal dari satu genus

    Fase penelitian ini didasarkan pada kombinasi data yang digunakan untuk

    menginterpretasikan evolusi atau keeratan keluarga (phylogeni), dimulai sejak timbulnya

    teori evolusi dari Charles Darwin pada pertengahan abad XIX hingga sekarang. Disamping

    itu dengan banyaknya penelitian dan majunya teknologi, maka saat ini telah timbul

     berbagai cabang ilmu taksonomi seperti kemotaksonomi, yaitu taksonomi yang didasarkan

     pada data kimianya. Sitotaksonomi yaitu taksonomi yang didasarkan pada data

    kromosomnya. Taksonomi numerik yaitu taksonomi yang didasarkan pada data

    numeriknya dan untuk pelaksanaannya digunakan komputer.

    II.4. RELEVANSI DENGAN LAPANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN

    ILMU LAIN

    Pada saat ini ilmu tentang identifikasi, pemberian nama dan klasifikasi tumbuhan

    merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan di lapangan. Pada bidang pertanian, terutama bagi

     pemulia tanaman yang akan meningkatkan potensi ekonomi suatu jenis tanaman,

    memerlukan tumbuhan liar yang dianggap paling dekat hubungan kekeluargaannnya

    dengan jenis tumbuhan tersebut diatas. Tumbuhan liar mempunyai beberapa sifat unggul

    yang diperlukan oleh para pemulia tanaman untuk memperbaiki mutu tanamannya. Sifat-

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    18/191

    12

    sifat tersebut antara lain: ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, ketahanan

    terhadap keasaman tanah, umur yang relatif lebih pendek dan sebagainya. Kesemuanya ini

    dapat dilakukan oleh taksonomi dengan jalan eksplorasi.

    Aktifitas para ahli taksonomi merupakan dasar dari semua ilmu biologi lain karena

    ilmu taksonomi erat kaitannya dengan pelaksaan inventarisasi tumbuhan, identifikasi,

     pemberian nama dan klasifikasinya. Para ahli taksonomi mempunyai tanggungjawab yang

     berat kepada masyarakat ilmu-ilmu lainnya, karena harus dapat menyajikan nama dan

    klasifikasi yang benar atas tumbuhan yang dibutuhkan orang. Nama dan klasifikasi

    tumbuhan besar manfaatnya bagi mereka yang mepelajari ilmu ekologi, kimia, pemuliaan

    tanaman, farmakologi, hortikultura, kehutanan dan lain-lain.

    Manusia berkomunikasi antara satu dengan lainnya untuk mengemukakan masalah

    tumbuhan. Hal ini dengan sendirinya membutuhkan nama tumbuhan tersebut agar mudah

    dimengerti. Pemberian nama tersebut merupakan tugas para ahli taksonomi. Nama

    umumnya diberikan dalam bentuk nama ilmiah karena nama lokal atau nama daerah

    sangat bervariasi. Nama ilmiah tumbuhan kadang-kadang sulit dimengerti dan kurang

    menarik bagi orang awam, namun demikian nama ilmiah sudah diakui secara international

    karena proses pemberian nama atau perubahan nama tidak dapat dilakukan dengan cara

    sembarangan, tetapi harus mengikuti aturan yang berlaku secara internasional pula.

    Klasifikasi berubah dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan banyaknya

     penemuan-penemuan baru. oleh karena itu banyak juga nama tumbuhan yang lama diubah

    menjadi nama baru. Klasifikasi khusus untuk tanaman budidaya sulit dibuat karena masih

     banyak variasinya. Informasi tumbuhan liar yang erat hubungannnya dengan tanaman

     budidaya perlu dikemukakan agar suatu saat mungkin diperlukan bagi pengembangan

    tanaman budidaya.

    Inventarisasi tumbuhan di daerah tropika sangat diperlukan dan hal ini merupakantantangan bagi ahli taksonomi sebelum ekosistemnya rusak sebagai akibat perkembangan

    daerah pertanian dan pemukiman. Banyak tumbuhan hutan hujan tropis yang belum

    diketahui nama dan klasifikasinya telah musnah karena peningkatan kebutuhan dan

    aktifitas manusia. Hilangnya spesies-spesies tersebut maka hilang pula kemungkinan dan

    kesempatan untuk memperbaiki mutu salah satu tanaman budidaya yang ada sekarang.

    Taksonomi/sistematika tergantung pada banyak ilmu lain, demikian juga

    sebaliknya ilmu-ilmu lain banyak tergantung pada ilmu taksonomi/sistematika seperti:

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    19/191

    13

    Morfologi yaitu ilmu yang mempelajari struktur luar organ vegetatif dan

    reproduktif tumbuhan, memegang peranan penting dalam penggolongan taksa atau

    klasifikasi tumbuhan. Anatomi yaitu ilmu yang meliputi sitologi, histologi struktur

    vegetatif dan reproduktif tumbuhan , banyak membantu dalam menentukan golongan

    tumbuhan. Embriologi yang mempelajari perkembangan sel telur sampai pembuahan pada

    tumbuhan. Ilmu ini juga banyak membantu dalam menentukan derajat keeratan

    kekeluargaan taksa tumbuhan. Genetika ilmu yang mempelajari sifat-sifat yang

    diturunkan, letak faktor sifat, kromosom dan lain-lain. Ilmu ini membantu dalam

    menentukan penggolongan taksa. Fisiologi atau ilmu faal banyak membantu dalam

    menentukan taksa tumbuhan. Evolusi mempelajari perkembangan organism dari yang

     paling sederhana sampai yang modern/kompleks. Palaeobotani ilmu tentang tumbuhan

     purba yang pada saat sekarang telah punah. Fosil-fosil yang didapatkan dapat membantu

     para ahli untuk menghubungkan kekeluargaan dengan tumbuhan yang hidup sekarang.

    Ekologi ilmu yang mempelajari hubungan antara tumbuhan dan berbagai faktor

    lingkungan tempat tumbuhnya seperti tanah, iklim, organisme hidup serta modifikasi

     bentuk dan fungsi yang memungkinkan tumbuhan menyesuaikan dengan keadaan

    lingkungan. Fitogeografi yaitu ilmu tentang penyebaran tumbuhan di dunia. Berdasarkan

    sejarah populasi tumbuhan, asal dan penyebarannya dapatlah ditarik kesimpulan tentang

    keeratan pertalian kekeluargaannya. Palinologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang spora

    dan tepung sari. Ini sangat membantu dalam penggolongan taksa tumbuhan berdasarkan

    tanda-tanda yang ada pada spora maupun tepung sari.

    II.5. SISTEM KLASIFIKASI TUMBUHAN

    Pada saat ini klasifikasi tumbuhan di dunia masih terus mengalami perubahan

     berdasarkan pada penemuan-penemuan baru. Klasifikasi tersebut antara lain dibuat olehRobert Torne (1976), dari Amerika, Armen Takhtajan (1969) dari Rusia dan Arthur

    Cronquist (1968) dari Amerika. Ketiga ahli tersebut membuat klasifikasi tumbuhan

    mengikuti sistem yang dibuat oleh Bessey.

    Sistem klasifikasi tumbuhan berdasarkan sejarah perkembangannya dapat

    dikelompokkan dalam empat golongan yaitu berdasarkan bentuk, buatan, alami dan

     phylogenetik. Disamping keempat golongan ini, bagi manusia prasejarah dan para tabib

    menggolongkan tumbuhan berdasar pada penggunaannya. Beberapa contoh klasifikasi dari

    keempat golongan tersebut adalah:

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    20/191

    14

    a. Klasifikasi Berdasarkan Bentuk

    Sistem klasifikasi berdasar bentuk adalah sistem klasifikasi berdasarkan pada

    keadaan, sifat atau bentuk yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebagai contoh

    Theophrastus dalam bukunya Historia Plantarum membangi tumbuhan berdasarkan :

    Sifat : pohon, perdu, semak

    Umur : setahun, dua tahun, tahunan

    Bunga majemuk : terbatas, tidak terbatas

    Perlekatan tajuk bunga: polypetalus, gamopetalus

     b. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Buatan

    Sistem klasifikasi berdasarkan sistem buatan adalah klasifikasi berdasar pada

     bentuk organ kelamin tumbuhan. Sistem ini dibuat oleh C. Linnaeus dengan maksud

    untuk memudahkan identifkasi tumbuhan yang diamati. Sistem ini pertama kali dimuat

    dalam buku  Hortus uplandicus  (1732) yang kemudian diperluas pada buku Genera

    Plantarum (1737). Pada sistem ini Linnaeus membagi tumbuhan dalam 24 klas berdasar

     jumlah dan panjang benang sari (stamen) sebagai berikut:

    1.  Klas Monandria. Benang sari satu. Contoh pada genus Lemna, Scirpus

    2.  Klas Diandria. Benang sari dua. Contoh pada genus veronica, Salvia

    3.  Klas Triandria. Benang sari tiga. Contoh pada genus iris, Sisyrinchium

    4.  Klas Tetra Andria. Benang sari empat. Contoh pada genus Mentha, Ulmus dan

    Cornus

    5.  Klas Pentandria. Benang sari lima. Contoh pada genus Primula

    6.  Klas Hexandria. Benang sari enam. Contoh pada genus Myosotis

    7.  Klas Heptandria. Benang sari tujuh. Contoh pada genus Aesculus

    8.  Klas Oktandria. Benang sari delapan. Contoh pada genus Fagopyrum

    9. 

    Klas Enneandria. Benang sari sembilan. Contoh pada genus Rheum,Ranunculus10. Klas Decandria. Benang sari sepuluh. Contoh pada genus Acer, Kalmia

    11. Klas Dodecandria. Benang sari sebelas sampai sembilan belas. Contoh pada genus

    Euphorbia

    12. Klas Icosandria. Benang saridua belas atau lebih dan episepalus. Contoh pada genus

    Rosa, Rubus

    13. Klas Polyandria. Benang sari 20 atau lebih dan melekat pada sumbu. Contoh pada

    genus Tilia, Papaver dan Nymphaea

    14. Klas Didynamia. Benang sari didynamous. Contoh pada genus Linaria, Linnaea

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    21/191

    15

    15. Klas Tetradynamia. Contoh pada semua anggota Cruciferae

    16. Klas Monodelphia. Contoh pada anggota familia Malvaceae dan Graniaceae

    17. Klas Diadelphia, Contoh pada genus Lathyrus, Trifolium

    18. Klas Polyadelphia. Contoh pada genus Hypericum

    19. Klas Syngenesia. Contoh pada genus Lobella , Viola dan anggota familia

    Compositae

    20. Klas Gynandria. Gynoecium dan Androecium bersatu. Contoh pada anggota familia

    Orchidaceae

    21. Klas Monoecia. Berumah satu. Contoh pada genus Typha, Quercus dan Thuja

    22. Klas Dioecia. Berumah dua. Contoh pada genus Salix, Urtica

    23. Klas Polygamia. Contoh pada genus Empetrum dan beberapa anggota family

    Compositae

    24. Klas Cryptogamia . \contoh pada semua anggota ganggang, fungi, lumut dan paku-

     pakuan.

    3. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Alami

    Pada akhir abad ke XIX, pengetahuan tentang tumbuhan semakin banyak. Para

    ilmuan saat itu menganggap bahwa di alam selain mempunyai organ kelamin tertentu

    seperti yang dikemukakan oleh Linnaeus, ternyata mempunyai hubungan yang erat

    diantara mereka. Kemajuan pengetahuan saat ini terutama pengetahuan tentang pelukisan

    organ-organ tumbuhan dan fungsinya. Beberapa contoh klasifikasi berdasarkan sistem

    alami yang popular adalah:

    a.  Sistem klasifikasi de Jussieu, yang tertera pada buku  Exposition d’un nouvel

    orde de plant  (1774)

     b.  Sistem klasifikasi de Candolle yang tertera pada buku Produrmus systematis

     Naturalis regni vegetabilis (1800)c.  Sistem klasifikasi Bentham dan Hooker, yang tertera pada buku Genera

    Plantarum (1862-1883)

    A.  Sistem klasifikasi de Jussieu dengan bagan:

    Acotyledons (tidak berbiji, tidak berbunga)

    Monocotyledons

    a. Hypogynous

     b. Perigynous

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    22/191

    16

    c. Epigynous

    Dicotyledons

    1. Apetalae (tidak berpetal)

    a. Hypoginous

     b. Perigynous

    c. Epigynous

    2. Monopetalae (petal berlekatan jadi satu)

    a. Hypogynous

     b. Perigynous

    c. Epigynous dengan benangsari lepas

    d. Epiginous dengan benangsari berlekatan.

    3. Polypetalae (petal lepas)

    a. Hypogynous

     b. Perigynous

    c. Epigynous

    4. Diclines irregulares (unisexual, tidak bercorolla)

    B. Sistem klasifikasi de Candolle dengan bagan sebagai berikut:

    Vasculares (dengan sistem pembuluh)

    A. Exogenae (dengan pertumbuhan keluar/dengan kambium, dicot).

    1. Diplochorydeae (dengan calyx dan corolla)

    a. Thalmiflorae (chloripetalous dan hypogynous)

     b. Calyciflorae (chloripetalous dan peri atau epigynous atau sympetalous dan

    epigynous)

    c. Corolliflorae (sympetalous dan hypogynous)

    2. Monoclamydeae (hanya bercalyx)B. Endopgenae (dengan pertumbuhan kedalam tanpa kambium).

    Cellulares (tanpa sistem pembuluh)

    C.  Sistem klasifikasi Bentham dan Hooker dengan bagan :

    Dicotyledons

    1- Polypetalae (corolla tidak berlekatan)

    a.Thalamiflorae (benangsari hypogynous dan biasanya banyak, tidak mempunyai

    cawan).

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    23/191

    17

     b. Disciflorae (benangsari hupogynous dan mempunyai cawan).

    c. Calyciflorae (benangsari perigynous atau epigynous, bakal buah kebanyakan

    inferior)

    2. Gamopetalae (corolla terbagi-bagi sebagian atau seluruhnya berlekatan).

    a. Inferae (bakal buah inferior)

     b.Heteromerae (bakal buah superior, androecium 1 atau 2, karpel kebanyakan lebih

    dari 2)

    c. Bicarpellattae (bakal buah superior, androecium 1, karpel 2)

    3. Monochlamydeae (bunga apetalous)

    Curvembryeae (embrio terputar,ovule kebanyakan 1)

    Multiovulatae aquaticae (beberapa biji, tumbuh di air)

    Multiovulatae terrestres

    Microembryeae (embrio kecil di dalam endosperm)

    Daphnales (ovary berkarpel tunggal, ovule tunggal)

    Achlamydosporeae (bakal buah biasanya inferior, unilocular, ovule 1 - 3)

    Unisexuales (bunga unisexual)

    Gymnospermae

    Monocotyledons

    Miscropermae (bakal buah inferior, biji kecil) Epigynae (bakal buah biasanya

    inferior, biji besar) Coronarieae .(bakal buah superior, perianth berwarna)

    Calycineae (bakal buah superior, perianth berwarna hijau)

     Nudiflorae (perianth kebanyakan tidak ada, biji albuminous)

    Apocarpae (putik lebih dari 1 dan terang), Glumaceae (perianth tereduksi, brachtea

     bersisik dan menyolok

    4. Klasifikasi berdasarkan phylogeny.

    Pada abad ke XIX sejak tercetusnya teori evolusi oleh Darwin, para ilmuan

    menganggap bahwa organisme hidup yang ada saat ini adalah keturunan organisme masa

    lalu melalui proses evolusi. Oleh karena itu untuk menyusun klasifikasi tumbuhan mereka

    memasukkan unsur keturunan dan hubungan kekeluargaan antara tumbuhan satu dengan

    tumbuhan lainnya. Beberapa sistem klasifikasi yang popular berdasarkan sistem phylogeny

    adalah:

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    24/191

    18

    a.  Sistem klasifikasi A.W. Eichler yang tertera pada buku  Bluthendiagram

    Construirt und erlautet  (1875-1878) dengan bagan:

    Cryptogamae

    A. Thallophyters

    1. Cyanophyceae.

    2. Chlorophyceae.

    3. Rhodophyceae.

    B. Bryophytes.

    1. Hepaticeae.

    2. Musci.

    C. Pteridophytes.

    1. Equisetineae.

    2. Lycopodineae.

    3. Filicinae.

    Phanerogamae

    A. Angiospermae: Monocotyledonneae, Dicotyledoneae.

    B. Gymnospermae.

     b.  Sistem klasifikasi Adolph Engler dan Karl Prantl, yang tertera pada buku  Die

     Naturlichen phflanzenfamilien (1887-1889), dengan bagan sebagai berikut:

    Myxothallophyta Euthallophyta

    Embryophyta asiphonogama

    1. Bryophyta

    2. Pteridophyta

    Embryophyta siphonogama

    1. Gymnospermae

    2. Angiospermae:

    a. Monocotyledoneae

     b. Dicotyledoneae

     bl. Archychlamydeae (tanpa perinth/hanya calyx/ calyx dan petal lepas:

    - chorypetalae

    - apetalae

     b2. Metachlamydeae (dengan calyx dan petal coalescent).

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    25/191

    19

    c.  Sistem klasifikasi Richard Von Wettstein, yang tertera pada buku  Handbuch

    der Systematichen Botanik (1935). Dengan bagan : 

    Schizophyta

    Monodophyta

    Myxophyta

    Conjugatophyta

    Bacillariophyta

    Phaeophyta

    Rhodophyta

    Euthallophyta

    Cormophyta

    1. Archegoniatae

    a. Bryophyta

     b. Pteridophyta

    2. Anthophyta:

    a. Gymnos pe rmae

     b. Angiospermae

     bl. Dicotyledoneae:

    Choripetalae

    - Monochlamydeae

    - Dialypetalae

    Sympetalae

     b2. Monocotyledoneae

    d.  Sistem klasifikasi Charles E. Bessey tyercatat dalam buku  Evolution and

    Classification (1894)

    Ilmu taksonomi/sistematika tumbuhan mengalami banyak perubahan cepat

    semenjak digunakannya berbagai teknik biologi molekular dalam berbagai kajiannya.

    Pengelompokan spesies ke dalam berbagai takson sering kali berubah-ubah tergantung dari

    sistem klasifikasinya.

    Berdasarkan kesepakatan Internasional nama-nama takson tumbuhan berturut-turut

    dari yang besar ke yang kecil adalah: divisio (divisi), classis (kelas), ordo (bangsa).

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    26/191

    20

    Familia (suku), tribus (rumpun), genus (marga), series (seri), species (jenis), varietas

    (varitas), forma (bentuk). Jika setiap bagian yang lebih kecil pada setiap takson itu diaebut

    dengan istilah yang sama dengan diberi awalan Sub (anak), maka seluruh tumbuhan dapat

    memiliki duapuluh lima takson sebagai berikut:

    Regnum = Dunia Genus = marga

    Sub regnum = anak dunia subgenus = anak marga

    Division = divisi sectio = seksi

    Subdivisio = anak divisi subsectio = anak seksi

    Classis = kelas series = seri

    Subclassis = anak kelas subseries = anak seri

    Ordo = bangsa species = jenis

    Subordo = anak bangsa subspecies = anak jenis

    Familia = suku varietas = varitas

    Subfamilia = anak suku subvarietas = anak varitas

    Tribus = rumpun forma = bentuk

    Subtribus = anak rumpun subforma = anak bentuk

    Individuum = individu

    Menurut kesepakatan internasional, istilah-istilah untuk menyebut masing-masing

    takson bagi tumbuhan itu tempatnya tidak boleh diubah, sehingga masing-masing istilah

    itu sekaligus menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki takson tumbuhan

    artinya menunjukkan kategorinya dalam system klasifikasi.

    II.5. TUGAS UNTUK MAHASISWA

    Mahasiswa diharuskan membuat makalah tentang sistem klasifikasi dengan

    membaca dari sumber-sumber buku literatur, materi bahan ajar atau penelusuran melalui

    internet.

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    27/191

    21

    BAB III

    SUMBER INFORMASI BAGI SISTEMATIKA TUMBUHAN

    III.1. PENDAHULUAN: 

    SASARAN PEMBELAJARAN: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang ruang lingkup

    Sistematika Tumbuhan Tinggi dan Sistem klasifikasi

    STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning,

    III.2.SUMBER DATA SISTEMATIKA TUMBUHAN

    Data untuk klasifikasi tumbuhan telah mencakup bidang-bidang studi yang jauh

    lebih luas dibandingkan dengan sistem klasifikasi alami. Hal ini menyebabkan

    dibutuhkannya penelitian-penelitian yang mencakup berbagai macam cabang ilmu biologi.

    Pada saat ini telah banyak diketemukan teknologi baru untuk memperoleh data

    yang sangat diperlukan oleh para ahli taksonomi. Data seperti: jumlah kromosom, bentuk

    tepung sari, bentuk stomata, unsur yang terbentuk dari proses metabolisme sekunder,

    rangkaian asam amino dalam protein, dan Iain-lain yang memerlukan alat dan dana

    khusus, Informasi yang penting untuk setiap ahli taksonomi adalah berbeda-beda. DAVIS

    dan HEYWOOD (1936) mengemukakan yang penting adalah: morfologi dan anatomi,

    sitologi dan fitokimia. BENSON (1962) mengemukakan yang penting adalah: studi

    herbarium, observasi lapangan, morfologi secara mikroskopis, paleobotani, biogeografi,

    kimia, ekologi dan sitogenetik. SNEATH dan SOKAL (1973) mengemukakan yang pen-

    ting adalah : anatomi dan morfologi, fisiologi dan kimia, ekologi dan geografi. Pada buku

    ajar ini dikemukakan beberapa sumber informasi/data bagi sistematika tumbuahan seperti:

    Informasi struktur, informasi kimia, informasi kromosom dan informasi sistem

     penangkaran

    III.3. INFORMASI STRUKTUR

    Struktur tumbuhan meliputi: morfologi dan anatomi, reproduksi dan vegetatif,

    tumbuhan saat ini dan fosil (neobotany dan paleobotany), perkembangan dan kematangan.

    Secara garis besar struktur tumbuhan yang sering digunakan orang untuk menyusun

    klasifikasi tumbuhan adalah sebagai berikut:

    a.  Struktur Reproduktif dan Vegetatif Tumbuhan

    Struktur reproduksi dan vegetatif adalah informasi tertua yang digunakan para ahli

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    28/191

    22

    taksonomi untuk mengklasifikasikan tumbuhan hingga saat ini. Berbagai macam bentuk

    variasi karangan bunga, daun penumpu, dasar bunga. hypanthium, calyx, corolla, benang

    sari, bakal buah, buah, dan Iain-lain merupakan ciri-ciri yang berharga bagi ahli taksonomi

    untuk mengklasifikasikan antara satu dan lain kelompok tumbuhan berbunga. Pada kunci

    identifikasi dari taksa suatu flora, ciri-ciri bunga merupakan ciri terpenting dibandingkan

    dengan ciri-ciri lainnya.

    Berdasakan cir-ciri bunga, dapatlah dikelompokan ciri-ciri taksa secara umum ;

    artinya ciri suatu taksa membutuhkan beberapa ciri-ciri bunga tertentu, sedangkan taksa

    yang lain membutuhkan ciri-ciri lainnya. Sebagai contoh : pada famili Ranunculaceae, ciri-

    ciri daun penumpu, kelopak dan mahkota adalah ciri-ciri utama untuk membedakan taksa

    dibawahnya. Pada famili-famili lain seperti Asteraceae (Compositae) dan Poaceae

    (Graminae) adalah : karangan bunga, daun penumpu dan tipe bunga. Pada familia

    Fabaceae adalah benang sari dan dinding buah; pada familia Scrophulariaceae dan

    Lamiaceae adalah corolla dan benang sari; Pada klasifikasi tumbuhan dalam skala besar,

    ciri-ciri buah dan biji kurang besar peranannya, kecuali hanya untuk beberapa taksa. Pada

    famili Carryophyllaceae, biji merupakan ciri penting untuk membedakan tribe dan

    generanya, sedangkan pada familia lainnya tidak.

    Pada tumbuhan tingkat tinggi, ciri-ciri vegetatifnya lebih banyak mirip antara satu

    dengan lainnya, Pada tumbuhan yang tidak ada hubungannya, misalnya tumbuhan

     berbentuk pohon, herba dan semak; daun majemuk menyirip, menjari dan lain-lain.

    Sebagai contoh: daun pada genus  Acer   dan Plotanus  sangat mirip bentuknya padahal

    kedua genus tersebut berasal dari famili yang sangat jauh hubungannya. Banyak sekali ciri

    vegetatif yang mirip satu dengan lainnya padahal berasal dari taksa yang sangat jauh

     berbeda. Oleh karena itu ciri-ciri vegetatif dipergunakan seperlunya saja, dan biasanya

    digunakan sebagai ciri kelompok, misalnya: berbentuk herba, berbentuk pohon dan Iain-lain. Ciri-ciri bentuk tum-buhan biasanya konstan dalam satu genus atau familia, meskipun

    ada yang tidak. Familia Cruciferae seluruh anggotanya berbentuk herba, sedangkan familia

    Compositae anggotanya ada yang berkayu dan ada yang berbentuk herba. Familia atau

    genera yang anggotanya sebagian dari daerah tropika dan sebagian lagi dari daerah

    subtropika biasanya ada yang berkayu dan ada yang berbentuk herba.

    Struktur vegetatif lain yang sering digunakan dalam klasifikasi tumbuhan antara

    lain: .bentuk batang, bentuk daun, tulang daun, dan tepi daun. Bentuk batang yang

    menyimpang dari bentuk umum, yaitu berupa struktur yang berada di bawah permukaan

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    29/191

    23

    tanah, sering digunakan sebagai ciri khusus suatu taksa.

    Daun mempunyai nilai yang cukup tinggi dalam klasifikasi tumbuhan. Beberapa

    anggota tumbuhan berbunga tidak mempunyai daun, sedang anggota yang lain mempunyai

    daun dengan berbagai bentuk. Daun yang dari satu tangkai daun hanya terdiri dari satu

    helai daun disebut sebagai daun tunggal, sedangkan yang lebih dari satu helai daun disebut

    daun majemuk. Pada beberapa taksa, daun tidak mempunyai tangkai daun dan untuk daun

    yang demikian ini disebut daun duduk atau sessila. Pada buku tempat tangkai daun

    melekat kadang-kadang terdapat bentuk tambahan yang mirip daun atau selaput dan

    disebut daun penumpu atau stipula. Bentuk stipula bervariasi. Pada beberapa tumbuhan

    seperti rerumputan atau tetekian, bagian pangkal daun melebar dan menyelimuti batang

    yang disebut pelepah. Ada rerumputan, pada tempat pertautan antara pelepah dan helai

    daun, terdapat bentuk lidah daun atau ligula. Bentuk daun majemuk untuk berbagai spesies

    tumbuhan sangat bervariasi 

    Daun yang melekat pada batang biasanya dalam kedudukan tertentu yaitu : (1)

     berseling atau alternate, (2) berhadapan atau opposite, dan (3) melingkar atau whorled ,

     bila dalam satu buku terdapat lebih dari tiga helai daun.

    Walaupun secara keseluruhan ukuran helai daun kemungkinan di pengaruhi oleh

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    30/191

    24

    faktor lingkungan, bentuk daun atau helai daun sering digunakan sebagai ciri bagi spesies

    tumbuhan. Secara umum bentuk daun, bentuk ujung dan pangkal daun sebagai berikut

    .

    .

    Setiap spesies tumbuhan mempunyai bentuk tepi daun yang berbeda-beda,

    meskipun ada juga beberapa yang mempunyai bentuk tepi daun yang sama. Variasi

    struktur vegetatif pada tumbuhan memang tidak sebanyak struktur reproduktifnya,

    sehingga didalam klasifikasi tumbuhan tidak begitu besar peranannya. Akan tetapi ada

     juga kekecualiannya misal pada genus Ulmus, bunga dan buahnya tidak banyak variasinya

    sehingga pembagian spesiesnya sangat tergantung pada bentuk daunnya; demikian juga

     pada genus Quercus, dan Betula.

     b.  Struktur Anatomi

    Penggunaan ciri-ciri anatomi tumbuhan dalam taksonomi baru berjalan lebih

    kurang 100 tahun, setelah diketemukannya mikroskop berkekuatan tinggi. Penelitian

    dengan penggunaan mikroskup ini menjadi lebih jelas dan meyakinkan, terutama pada ciri-

    ciri yang meragukan apabila dilihat dengan mata telanjang. Revolusi penggunaan anatomi

    tumbuhan untuk klasifikasi berjalan selama lebih kurang 30 tahun.Prinsip-prinsip struktur anatomi dapat digunakan untuk klasifikasi adalah: (1)

     bentuk anatomi mempunyai kaitan si-fat dengan ciri-ciri lainnya, (2) ciri-ciri anatomi

    harus di kombinasikan dengan ciri-ciri lainnya, (3) ciri-ciri anatomi condong bermanfaat

    untuk klasifikasi katagori besar dan kurang bermanfaat bagi katagori di bawah genus.

    Sejak tahun 1930 telah dilakukan penelitian dan diketahui bahwa evaluasi pada tumbuhan

     berbunga terjadinya cenderung khusus pada xylem sekundernya

    Tumbuhan berbunga yang tidak berpembuluh dianggap lebih primitif. Gambaran

     perkembangan pembuluh kayu, digabungkan dengan ciri-ciri morfologi lain, digunakan

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    31/191

    25

    untuk menguji hipotesa keeratan kekeluargaan (philogeni) diantara tumbuhan berbunga.

    Pada familia Euphorbiaceae untuk semua anggotanya, dicirikan oleh adanya pembuluh

    lateks, walaupun bentuknya mirip kaktus, sedangkan pada famili Cactaceae tidak.   Pada

     pengamatan anatomi daun Acer dan Platonus yang secara morfo logi sangat mirip, ternyata

     bentuk anatominya sangat jauh berbeda. 

    Variasi pola rambut epidermal atau "trikhoma" mungkin juga dapat digunakan

    sebagai ciri klasifikasi pada tingkat spesies - genus - familia. Pada familia Combretaceae

    didapatkan informasi bahwa anatomi trikhoma besar sekali kegunaannya untuk klasifikasi

     pada semua tingkat dari familia sampai spesies bahkan sampai varietas. Hasilnya dapat

    memperbaiki klasifikasi khususnya tribe dalam familia dan subgenus dalam genus

    Combretum. Penelitian beberapa spesies dari genus Vernonia, didapatkan informasi bahwa

    struktur trikhoma berbeda-beda dalam hal besarnya, bentuknya dan kumpulan sel yang

    membentuk rambutnya. Pada familia Compositae dan beberapa familia lainnya, trikhoma

    mempunyai nilai yang cukup tinggi untuk menganalisa beberapa bentuk hibrida yang

     belum diketahui.

    Pada familia Graminae yang bunganya mengalami reduksi sangat besar, sehingga

    sulit untuk diidentifikasi berdasar ciri-ciri morfologinya, maka identifikasi dapat dilakukan

     berdasar struktur anatomi dan sitologinya. Ciri-ciri seperti: susunan schlerenchyma,

    susunan serta bentuk ikatan pembuluh, perbedaan panjang pendek sel-sel epidermal,

     bentuk dan penyebaran silikat, serta bentuk trikhoma, berperanan sangat penting untuk

    meninjau kembali klasiflkasi familia Graminae dari subfamilia sampai spesies. Salah satu

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    32/191

    26

    contoh, spesies Vulpiella termis  dan Vulpia alopecorus  tadinya dianggap sinonim, akan

    tetapi setelah dilihat anatominya secara mikroskopik ternyata tidak sama.

    Diantara bentuk khusus pada tumbuhan yang sering digunakan sebagai dasar

    klasifikasi adalah bentuk sel penjaga atau guard cell dan sel tetangga atau subsidiary cell 

     pada stomata. Diduga salah satu ciri yang sangat membedakan subklas dari monokotil

    adalah kedudukan kedua sel tersebut di atas.. Terdapat 31 bentuk pola kedua sel tersebut

    yang terdapat pada tumbuhan berpembuluh secara keseluruhan termasuk Pteridophyta,

     perbedaan tipe-tipe tersebut umumnya bervariasi pada katagori besar. Pada familia

    Acanthaceae, stomatanya anomacytic. Diantara familia Combretaceae, stomata pada

    subfamilia Strephonnematoideae adalah  paracytic, sedangkan pada subfamilia

    Combretoidae adalah anomocytic. Pada suatu tumbuhan kadang-kadang dijumpai lebih

    dari satu bentuk stomata. Pada genus Streptocarpus dari familia Gesneriaceae, stomata

     pada kotiledonnya berupa anomocytic. Pada genus  Lippia nodiflora  dari familia

    Verbenaceae, dalam satu daun terdapat bentuk stomata anomocytic, anisocytic, diacytic,

    dan paracytic.

    III.4 INFORMASI KIMIA

    Kemotaksonomi tumbuhan, kemosistematik, taksonomi kimia tumbuhan,

    sistematik kimia tumbuhan atau fitokimla adalah nama yang diberikan untuk ilmu

    taksonomi tumbuhan yang didasarkan pada kandungan unsur kimianya . Ilmu ini

     berkembang dengan cepat, yang menggambarkan penggunaan unsur kimia yang

    terkandung dalam tumbuhan sebagai bahan untuk memlengkapi klasifikasi tumbuhan.

    Ilmu ini baru timbul sebagai ilmu yang menonjol sejak lebih kurang tahun 1960, dengan

    dua buah pemikiran: (1) ilmu kemotaksonomi yang me-rupakan pembaharuan dari ilmu

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    33/191

    27

    yang sudah ada, (2) kandungan unsur kimia adalah merupakan sifat dasar dari tumbuhan,

    dan kandungan tersebut terdapat pada organ-organ tertentu. Kandungan unsur kimia tidak

    terlepas dari uraian morfologi dan sitologi, sehingga datanya menjadi lebih penting dalam

    klasifikasi tumbuhan.

    Asal mula timbulnya ilmu kemotaksonomi dimulai pada saat manusia mengetahui

     bahwa berbagai tumbuhan mempunyai kegunaan tertentu bagi manusia misalnya untuk

    obat, racun, stimulan, pemyedap, gula, dan sebagainya, belumlah diketahui unsur apa

    yang terkandung didalamnya.

    Pencarian tumbuhan liar yang mungkin mempunyai nilai penting sebagai sumber

     bahan obat-obatan masih dilakukan oleh manusia. Sebelum manusia menemukan tanaman

    obat-obatan, manusia purba telah mencoba-coba mencari tumbuhan sebagai bahan

    makanan, banyak sekali tanaman sebagai sumber karbohidrat (Graminae), sumber protein

    (Leguminosae), dan Iain-lain. Warna tumbuhan adalah menggambarkan salah satu ciri

    morfologi atau kandungan kimia tertentu, sedangkan bentuk kristal yang terdapat dalam

    tumbuhan menggambarkan salah satu ciri anatomi atau kandungan kimia tertentu.

    Beberapa warna dapat digunakan sebagai dasar penduga adanya sesuatu atau kombinasi

    dari beberapa molekul yang berbeda-beda, sedangkan kristal atau bentuk lain, tidak hanya

     berva-riasi dalam hal unsur kimianya (kalsium oksalat, kalsium karbonat, pati, silikat, dan

    Iain-lain), tetapi juga berva-riasi dalam hal struktur fisiknya. Perbedaan bentuk seperti

    halnya butir-butir pati, silikat dan kalsium karbonat dijum-pai dalam sel-sel tumbuhan,

     pada umumnya berharga digunakan sebagai sumber informasi bagi taksonomi tumbuhan.

    Sebagai contoh, pada familia Graminae dijumpai duapuluh bentuk silikat, sedangkan

    kalsium karbonat yang berbentuk seperti jarum dijumpai hanya sangat sedikit pada

    tumbuhan dikotil, kecuali familia Rubiaceae dan Onagraceae. lebih kurang empat belas

     bentuk butir pati dapat dijumpai pada tumbuhan berbu-nga dan dapat digunakan sebagaisumber informasi bagi semua tingkat taksa. Rasa dan bau dari tumbuhan tidak saja dapat

    digunakan sebagai dasar untuk menentukan kegunaannya seperti untuk pangan, obat atau

    kosmetika bagi manusia, tetapi juga dapat menarik bagi hewan atau patogen tertentu. Pada

    tahun terakhir ini banyak perhatian difokuskan pada "ko-evolusi" antara hewan dan

    tumbuhan, terutama kesukaan hewan akan tumbuhan tertentu sebagai sumber

    makanannya. Fenomena ini banyak ditunjukan oleh serangga, yaitu spesies serangga yang

    hanya senang makan satu spesies tumbuhan saja. Misalnya larva dari kupu-kupu Danaidae

    senang makan tumbuhan dari familia Asclepiadaceae, ulat sutera senang makan daun

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    34/191

    28

    murbei dan Iain-lain. Demikian pula banyak contoh mamalia herbivora atau molusca yang

    makan spesies tumbuhan tertentu, beberapa serangga melaksanakan polinasi pada

    tumbuhan tertentu. Penyakit cendawan tertentu hanya menyerang spesies tumbuhan

    tertentu pula, dan Para ahli hortikultura pada abad ini berhasil mengembangkan beberapa

    spesies tumbuhan dari taksa yang berlainan, misal pohon "pear" dan "apel" ; Laburnum

    dan cytisus, dan semuanya ini diduga karena menyangkut masalah kandungan unsur kimia.

    Perkembangan ilmu kemotaksonomi berjalan dengan cepat hal ini mungkin disebabkan

    oleh tiga sebab utama, yaitu: (1) adanya perkembangan beberapa teknik baru seperti

    adanya perkembangan berbagai bentuk khromatografi atau elektroforesis yang dapat

    menganalisa produk-produk tumbuhan dengan cepat dan sederhana, (2) realisasi dibalik

    kejadian-kejadian yang terjadi berdasar pengalaman orang di alam, menyebabkan

    diketemukannya berbagai unsur kimia penting diantara beberapa taksa, (3) timbulnya

     banyak pendapat yang menganggap bahwa unsur-unsur kimia pada tumbuhan banyak yang

    dapat digunakan sebagai dasar klasifikasi tumbuhan.

    Senyawa-senyawa kimia yang berguna bagi taksonomi tumbuhan dapat dikelompokan

    dalam tiga katagori besar yaitu: (1) hasil metabolisme primer, (2) hasil metabolisme

    sekunder, dan (3) semantida.

    Hasil metabolisme primer adalah senyawa hasil metabolisme utama pada

    tumbuhan, dan kebanyakan dari senyawa tersebut terdapat pada sebagian besar tumbuhan.

    Sebagai contoh: Asam akonitik (dari genus Aconitum) atau asam sitrik (dari genus

    Cytrus), berperan dalam "Siklus Krebs" (asam trikarboksilat) terdapat pada semua

    organisme hidup. Ada tidaknya beberapa senyawa dalam tumbuhan tidak berpengaruh

    dalam taksonomi tumbuhan, misalnya asam amino, gula dan lain-lain. Dalam beberapa

    kasus, jumlah dari hasil metabolisme primer sangat bervariasi diantara taksa, dan data ini

    dapat digunakan sebagai dasar taksonomi tumbuhan.Hasil metabolisme sekunder adalah hasil ikatan yang tidak dijumpai pada semua

    tumbuhan. Oleh karena itu senyawa ini dapat digunakan sebagai dasar

    taksonomi/sistematika tumbuhan. Senyawa hasil metabolisme sekunder yang sangat

    terkenal dan dapat digunakan sebagai dasar klasifikasi tumbuhan antara lain adalah:

    alkaloid, fenolik, glukosin, asam amino tertentu, terpen, minyak lilin, dan karbohidrat

    tertentu. Semantida adalah molekul-molekul pembawa sifat, yang terdiri dari: DNA yang

    merupakan semantida primer, RNA yang merupakan semantida sekunder, dan protein

    merupakan semantida tersier.

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    35/191

    29

    Penggunaan data senyawa kimia untuk taksonomi tumbuhan banyak ditunjukan oleh

    molekul mikro khususnya dari tingkat genus ke bawah, sedangkan molekul makro banyak

    membantu untuk menentukan keeratan kekeluargaan pada tingkat di atas genus.

    Ciri-ciri yang digunakan dalam kemotaksonomi, seperti halnya ciri-ciri yang lain, dapat

    digunakan pada semua tingkat hirarki taksonomi, walaupun kadang-kadang ada

    kelemahan-nya juga. Misalnya: pada suatu spesies tanaman hias, ada yang berbunga putih,

    merah, kuning, biru dan Iain-lain, padahal mereka dalam satu spesies dan hal ini sulit

    untuk dideteksi; sedangkan pada genus lain warna bunga adalah salah satu dasar untuk

    membedakan spesies. Tragopogon porrifolius  adalah spesies tumbuhan yang bunganya

     berwarna ungu, sedangkan T. pratensis mempunyai bunga berwarna kuning; Silene alba 

    adalah spesies tumbuhan yang bunganya berwarna putih, sedangkan S. dioica mempunyai

     bunga berwarna merah; Medigago sativa mempunyai mahkota berwarna ungu, sedangkan

     M. falcate  mempunyai mahkota berwarna kuning;  Endimion nonscirpus  mempunyai

    kepala sari berwarna krem, sedangkan  E. hispanicus  mempunyai kepala sari berwarna

     biru; kesemua kelompok spesies tersebut di atas mempunyai hubungan antara satu dengan

    lainnya dalam kelompok, warna bunganya atau kepala sarinya berbeda, dan warna ini

    merupakan ciri pembeda yang penting.

    Semua kelompok hasil metabolisme sekunder yang digunakan oleh para ahli

    kemotaksonomi, yang paling penting adalah senyawa fenolat . Bentuk senyawa ini meru-

     pakan senyawa bebas dengan senyawa dasar berupa  fenol (C6H5OH). Senyawa fenolat

    yang terpenting untuk taksonomi tumbuhan adalah flavonoids, yang relatif mempunyai inti

    sederhana Biasanya senyawa fenolat mempunyai bentuk yang berbeda-beda pada

     beberapa spesies, beberapa diantaranya tersebar luas dalam banyak spesies, dan ada juga

    yang sangat jarang dijumpai, sehingga pola dan kombinasinya mempunyai nilai yang

    cukup tinggi untuk dijadikan dasar klasifikasi dari batas ordo ke bawah.Salah satu contoh penggunaan dalam taksonomi tumbuhan berdasar hasil

    metabolisme sekunder adalah melihat adanya pigmen tertentu. Kebanyakan dari warna

    merah, biru dan warna yang mendekati keduanya pada bunga atau organ-organ lainnya,

    menandakan adanya senyawa anthocyanidin, yang merupakan bentuk perkembangan dari

    flavonoid, malvidin keseluruhan bentuk senyawa ini disebut anthocyanin. Kombinasi

    antara bentuk anthocyanidin dan bentuk gula yang melekat padanya menyebabkan

    terjadinya berbagai bentuk anthocyanin, yang terdapat pada hampir seluruh famili

    tumbuhan, anthocyanin tidak ada, hanya pada beberapa familia dikoliledoneae yang

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    36/191

    30

    fungsinya diambil alih oleh senyawa betacyanin. Senyawa ini berbeda dengan

    anthocyanidin karena adanya nitrogen hetero-siklik yang mengandung cincin aromatik,

    dan merupakan hasil metabolisme yang berbeda dari anthocyanidin; contohnya adalah

    Betanidin terdapat pada Beta vulgaris. Betacyanin-betacyanin yang berhubungan sangat

    rapat disebut betaxanthin, berupa pigmen berwarna kuning, sedang-kan betacyanin-

     betacyanin yang hubungannya tidak rapat (longgar) disebut anthoxanthin, yang terdapat

     pada sebagian besar tumbuhan.

    Secara elektroforesis telah dideterminasi variasi dari allozyme yang sangat

     berpengaruh dalam biologi populasi dan genetika. Kebanyakan dari data yang ada sangat

    membantu pada tingkat populasi, subspesies, spesies, atau kadang-kadang genera.

    Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang biologi

    molekuler, sistematika juga mengembangkan cabang ilmu baru yaitu sistematika

    molekuler. Sistematika molekuler merupakan disiplin ilmu yang mengklasifikasikan

    organisme-organisme ke dalam taksa-taksa tertentu berdasarkan kemiripan (similaritas)

    dan ketidakmiripan (disimilaritas) karakter asam nukleat (DNA dan RNA) dan protein

    yang dimiliki organisme tersebut.

    Cabang ilmu ini berkembang mengingat data morfologi saja tidak cukup kuat untuk

    menjadi satu-satunya dasar klasifikasi, karena organisme yang berkerabat jauh juga dapat

    memiliki morfologi yang serupa sebagai akibat adanya proses adaptasi maupun evolusi.

    Penggunaan data-data molekuler sebagai penunjang data morfologi diharapkan akan dapat

    menjadi dasar yang lebih kuat dalam penentuan klasifikasi.

    Sistematik molekuler juga memudahkan ilmuwan untuk mengetahui seberapa

     banyak perubahan yang terjadi akibat proses evolusi dan hubungan antara beberapa spesies

    yang tidak memiliki kemiripan morfologi. Perubahan molekuler yang terjadi tersebut juga

    dapat digunakan untuk mengekplorasi filogeni dari organisme yang akan diteliti.

    Data karakter molekuler yang dapat digunakan pada sistematik molekuler secara

    garis besar dapat dibedakan menjadi data karakter protein dan asam nukleat (DNA dan

    RNA). Data molekuler yang paling sering digunakan pada sistematik molekuler tanaman

    antara lain isozyme, allozyme, sekuen DNA, DNA restriction sites, microsatelit, RAPD,

    dan AFLP.

    Data sekuen DNA merupakan salah satu data molekuler yang paling sering

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    37/191

    31

    digunakan dalam sistematika molekuler tanaman.DNA memiliki struktur untai ganda

    sehingga relatif lebih stabil dibandingkan dengan RNA, sehingga lebih memudahkan pada

    tahap isolasi. Data sekuen DNA pada dasarnya merujuk pada urutan basa nitrogen pada

    sekuen tertentu (A = adenine, C = sitosin, G = guanine, dan T = timin).

    Pada tanaman, data sekuen DNA yang dapat digunakan adalah yang berasal dari

    DNA yang terdapat pada inti sel (nDNA), kloroplas (cpDNA), dan mitokondria (mtDNA).

    Contoh penelitian pemanfaatan molekuler ataupun gabungan dengan data lainnya

    dalam sistematika Tumbuhan sebagai berikut: Keragaman Genetik Beberapa Kultivar

    Tanaman Mangga Berdasarkan Penanda Molekuler Mikrosatelit, Keanekaragaman Padi

    (Oryza sativa L.) Berdasar Karakteristik Botani Morfologi dan Penanda RAPD ( Random

     Amplified Polymorphic DNA), Analisis Keragaman Genetik Tanaman Jarak Pagar Lokal

    ( Jatropha curcas L.) Berdasarkan Penanda Molekuler  Random Amplified Polymorphic

     DNA.  Keragaman genetik jagung lokal Sulawesi Selatan berdasarkan marka molekuler

    Simple Sequence Repaet. Kekerabatan jagung lokal Tana Toraja dan jagung asal

    CIMMYT berdasarkan marka Simple Sequence Repaet, dan lain-lain.

    Secara teori, teknik hibridisasi DNA dan RNA telah di-terapkan pada sistematika

    tumbuhan karena semua organisme mengandung komponen atau bahan campuran ini

    III.5. INFORMASI KROMOSOM

    Data kromosom dapat dilihat dari dua sudut pandangan bila digunakan untuk

    kepentingan klasifikasi, yaitu: (1) dilihat dari segi anatomi, jumlah kromosom sama

     pentingnya dengan jumlah dinding buah, dan dilihat dari bentuk morfologi, kromosom

    dapat digambarkan seperti halnya menggambar bentuk permukaan daun atau mahkota

     bunga, atau bentuk senyawa fenol yang dikandung oleh tumbuhan; (2) jumlah kromosom

    dan homolognya secara luas akan menggambarkan ciri yang khas pada saat meiosis, yang

    merupakan bagian dari proses yang mengatur tingkat fertilitas dan sifat-sifat keturunannya

    serta variasi bentuk populasinya. Pandangan yang kedua lebih penting apabila digunakan

    untuk studi biosistematik atau filogenetik. Kromosom mengandung gen yang

    merupakan sumber informasi genetik dan dinyatakan/terekspresi pada fenotipiknya.

    Taksonomi yang didasarkan pada data kromosom ini disebut sebagai sitotaksonomi.

    Data kromosom yang berperan untuk taksonomi ini adalah meliputi: jumlah

    kromosom, struktur kromosom dan sifat kromosom

    a. 

    Jumlah Kromosom

    Jumlah kromosom pada setiap sel pada semua individu dari setiap spesies adalah

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    38/191

    32

    konstan. Pentingnya jumlah kromosom dalam taksonomi merupakan hasil dari serentetan

     penelitian. Diantara spesies yang mempunyai hubungan rapat (dalam satu genus) kadang-

    kadang mempunyai jumlah kromosom berbeda, dan hal ini merupakan dasar dari

    fenomena yang disebut poliploidy; misal pada genus Festica, terdapat spesies dengan 2n =

    14, 28, 42, 56 dan 70, dan untuk itu dikatakan sebagai diploid, tetraploid, heksaploid,

    oktoploid dan dekoploid, dengan jumlah n=7; jumlah dasar tersebut kadang-kadang

    disebut sebagai jumlah dasar kromosom (X), yang menggambarkan genome  atau sifat

    dasar yang dimiliki oleh tumbuhan. Jumlah dasar kromosom kadang-kadang mudah

    diketahui tetapi kadang-kadang hanya bisa ditaksir atau diambil kesimpulannya saja. Misal

     pada genus Pandanus, semua spesiesnya mempunyai kromosom 2n = 60, jumlah dasar

    kromosomnya dapat 5, 6, 10, 15, atau 30. Sedangkan perhitungan kromosom pada spesies

    Freycinetra  yang merupakan kerabat dekat dengan Pandanus dari familia Pandanaceae

    adalah 2n = 30. Oleh karena itu jumlah dasar kromosom pada Pandanus diperkirakan 5

    atau 15, bukan 6, 10, atau 30, karena diperkirakan jumlah kromosom yang digambarkan

    oleh organ sporofitik adalah sama dengan jumlah rangkaiannya. Masalah yang terdapat

     pada familia Pandanaceae ini kadang-kadang cukup memusingkan, karena spesies nenek

    moyangnya yang diploid (2X) saat ini telah musnah.

    Jumlah dasar kromosom pada Angiospermae berkisar antara n = 2  pada

     Haplopappus gracilis (Compositae) sampai n = 132 pada Poa littoroa (Gramineae). akan

    tetapi sebagian besar anggota Angiospermae jumlah kromosom dasarnya n = 7 dan n = 12.

    Kelompok organisme yang jumlah kromosomnya mempunyai tingkat-tingkat

     poliploid, dikenal sebagai kelompok organisme yang mempunyai seri poliploid . Contoh-

    contoh pada beberapa spesies  Aster   jumlah kromosomnya n = 9, 18, atau 27. Tipe

     poliploidi yang saat ini dikenal sebagai aneuploidi adalah poliploid yang jumlah

    kromosomnya bukan merupakan kelipatan sepasang kromosom, tetapi dari kromosomtunggal atau kromosom sederhana. Pada genus Vicia jumlah kromosom-nya 2n = 10, 12,

    14, 24 dan 28, yang tersusun dalam kelompok pada tingkat diploid dan tetraploid.

    Demikian pula pada genus Crepis, jumlah kromosomnya 2n = 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 22,

    24, 42, 44, 66, 88 dan sebagainya, tersusun agak berkelompok (tidak berpasangan-

     pasangan).. Banyak kejadian kehilangan atau penambahan kromosom. Suatu diploid yang

    mendapatkan tambahan satu kromosom disebut trisomlk, yang kehilangan satu kromosom

    disebut sebagai monosomik, dan diploid yang normal disebut disomik.

    Jumlah kromosom umumnya digunakan untuk membahas ciri-ciri dari spesies,

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    39/191

    33

    tetapi untuk ini belum seluruhnya terpenuhi. Setiap familia tumbuhan umumnya

    mempunyai anggota dengan jumlah kromosom yang sangat bervariasi, kecuali beberapa

    familia seperti Pinaceae, semua anggotanya mempunyai jumlah kromosom disekitar 2n =

    24. Variasi jumlah kromosom pada tingkat familia dari seluruh tumbuhan berbunga telah

    dikemukakan bahwa jumlah dasar kromosom dari Angiospermae adalah X = 7. Demikian

     pula klasifikasi tumbuhan yang dibuat oleh Cronquist juga mengemukakan bahwa jumlah

    dasar kromosom bagi seluruh familia tumbuhan adalah X = 7, kecuali beberapa klas dan

    subklas, seperti Caryophillidae,, X = 9. Selain itu dengan dijumpainya benyak diploid (2X)

     pada semua subklas, dapatlah disimpulkan bahwa awal dari proses evolusi pada tumbuhan

     berbunga adalah pada tingkat diploid.

    Jumlah kromosom seringkali berguna untuk membedakan anggota tumbuhan

    dalam satu familia pada tingkat tribe dan genera. Pada famili Ranunculaceae, kebanyakan

    generanya mempunyai kromosom dasar XXX = 8, akan tetapi ada beberapa genera yang

    mempunyai kromosom dasar X = 7, dan untuk kasus ini akan dibedakan dalam tribe yang

     berbeda. Demikian pula pada familia ini dijumpai genus yang kromosom dasarnya X = 9,

    dan XX = 13, sehingga genus tersebut harus ditempatkan pada tribe yang berbeda lagi.

    Pada familia Poaceae, perbedaan sub familia, tribe dan genera dapat dilakukan dengan

    melihat jumlah dasar kromosomnya, misal: Pada sub familia Bambusoideae XX = 12;

    sedangkan subfamili Poideae X = 7; pada tribe Glyccerieae X = 10 dan pada genus Molcus

    x = 5. Variasi jumlah kromosom interspesifik adalah merupakan salah satu sumber terkaya

    diantara data sitologi yang bermanfaat bagi para ahli taksonomi. Data yang terpenting

    adalah jumlah dasar yang kemudian dapat menurunkan berbagai macam bentuk aneuploid

    dan poliploid. Pada tumbuhan rumput dari genus Vulpia terdapat spesies yang diploid (2n

    = 28) dan heksaploid (2n = 42). Genus ini kemudian dibagi dalam lima seksi: Tiga seksi

     berupa diploid, satu seksi (monachne) berupa diploid dan tetraploid, sedang seksi terakhir(Vulpia) mencakup tiga tingkat ploidi. Pada seksi Monachne hanya terdiri dari tiga

    spesies, dua diantaranya diploid, dan satu tetradiploid. Salah satu spesies yang diploid dan

    yang tetraploid mempunyai hubungan yang sangat rapat sehingga sering dianggap sebagai

    satu spesies. Perbedaan antara diploid dan tetraploid dapat dilihat pada pola kedudukan

     bakal buah yang tertutup bulu-bulu halus, dan bila spesies itu tumbuh pada keadaan

    ekologi atau geografi yang berbeda, orang akan dapat melihat bahwa kedua spesies

    tersebut adalah berbeda. Pada seksi Vulpia terdapat tiga spesies yang diploid, dua spesies

    yang tetraploid dan lima spesies yang heksaploid. Dua spesies yang tetraploid sangat mirip

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    40/191

    34

    satu dengan lainnya, tetapi menunjukkan perbedaan bila tumbuh pada tempat yang

     berbeda.

    Genus Vicia mempunyai anggota spesies dengan jumlah kromosom yang berbeda-

     beda yaitu 2n= 10, 12, 14, 24, dan 28. Spesies yang banyak adalah dengan 2n = 12 dan 14,

    sedangkan yang lainnya lebih sedikit. Spesies yang tetraploid dengan 2n = 24 kelihatannya

    diturunkan dari induk diploid 2n = 12, sedangkan yang 2n = 28 diturunkan dari induk

    diploid 2n = 14. Pada umumnya setiap spesies tumbuhan dicirikan oleh jumlah kromosom

    dasarnya, sehingga dapat menambah ciri-ciri lainnya dalam taksonomi.

     b.  Struktur Kromosom

    Struktur kromosom yang paling penting adalah po-sisi sentromer dan perbandingan

     panjang lengari setiap kromosom pada genome. Aspek-aspek struktur kromosom ditambah

     besarnya kromosom dan jumlah kromosom secara keseluruhan, merupakan data yang

    sangat berguna untuk semua tingkat hirarki taksonomi Pentingnya ukuran atau besarnya

    kromosom te-lah diuji untuk membedakan tribe pada familia Ranunculaceae. Paling

    terkenal adalah dalam mempelajari beberapa genus tumbuhan monokotil seperti Yucca,

    Agave dan tumbuhan sejenisnya. Tumbuhan tersebut adalah tumbuhan yang berdaun

    sangat panjang dan kuat, berbentuk roset, tumbuh sangat lama dalam bentuk vegetatif, dan

    kemudian baru keluar bunga. Setekah tumbuhan tersebut berbiji kemudian akan mati atau

    akan melewatkan hidupnya dalam bentuk vegetatif lagi untuk beberapa tahun sebelum

     berbunga kembali. Luzula dan beberapa tumbuhan lainnya mempunyai bunga dengan

     bakal buah di atas, sedangkan Agave dan beberapa tumbuhan lainnya mempunyai bunga

    dengan bakal buah di bawah.

    .

    c.  Sifat Kromosom

    Sifat pasangan-pasangan kromosom dan kemudian pemisahannya pada saatmeiosis. Bukan saja sifat pasangan ini yang akan menceritakan fertilitas tumbuhan, akan

    tetapi juga perbandingan derajat homolog antar genome dari satu kromosom dan

    kromosom lainnya.

    Studi pasangan kromosom mempunyai arti sa-ngat penting pada studi sitogenetik,

    terutama peranan dari pasangan kromosom ini pada hereditas. Informasi taksonomi dapat

     pula dilakukan dengan mempe-lajari mekanisme meiosis; misalnya: meiosis pada familia

    Juncaceae dan Cyperaceae yang mempunyai kromosom kecil dan sentromernya tidak

    terpusat, harus dipertimbangkan secara terbalik. Pengusutan terjadinya meiosis yang

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    41/191

    35

    terbalik pada hewan, menunjukkan bahwa fenomena ini tidak selalu ada hubungannya

    dengan sentromer yang tidak terpusat. Akan tetapi fakta ini justru menunjukkan adanya

    heterozygositas; oleh karena itu pada saat meiosis sesuatu yang dilihat adalah pasangan-

     pasangan yang tidak mirip dengan genome. Perbedaan yang mungkin terjadinya sering

    disebabkan oleh adanya duplikasi, defisiensi, inversi dan translokasi dari materi

    kromosom, dan gambaran meiosis biasanya merupakan fakta penyusunan kembali secara

    sekasama materi kromosom tersebut. Beberapa spesies tumbuhan terkenal bersifat

    heterozigot secara terus menerus untuk beberapa translokasi, dengan menunjukkan adanya

    formasi multivalen pada saat meiosis. Pada genus Oenothera semua spesiesnya adalah

    diploid dengan 2n = 14. Banyak dari spesies ini menunjukkan adanya proses meiosis yang

    normal, tetapi pada subgenus Oenothera spesies-spesiesnya bersifat heterozigot dengan

    adanya translokasi yang meliputi berbagai macam kromosom sehingga pada saat meiosis

    akan terbentuk multivalen kromosom.

    III.6. INFORMASI DARI SISTEM PENANGKAPAN

    Sistem penangkaran atau breeding system tumbuhan didefinisikan sebagai cara,

     pola dan tingkat terjadinya penangkaran antara tumbuhan dengan tumbuhan lain pada

    taksa yang berbeda atau yang sama. Pe-nangkar dalam atau inbreeder adalah tumbuhan

    yang sebagian besar atau secara keseluruhan dihasilkan dari proses penyer-bukan sendiri;

    Penangkar luar atau outbreeder adalah tumbuhan yang dihasilkan dari proses penyerbukan

    silang dialam.

    Pandangan yang mengemukakan bahwa sistem penangkaran penting bagi

    taksonomi adalah karena: (1) tingkat penangkaran antar tumbuhan (interbereeding) secara

    luas dapat menen-tukan pola variasi tumbuhan dan kemudian dapat diberi batas-an

    taksanya; (2) pengetahuan tentang sistem penangkaran seringkali dapat membantu untuklebih mendalami masalah taksonomi yang kompleks, meskipun sering tidak dapat

    memecahkan masalah secara sempurna; (3) studi sistem penangkaran sering sangat penting

    untuk menelusuri seluk beluk proses evolusi atau taksa.

    Sampai pada tingkat mana sistem penangkaran dapat menentukan pola variasi

    tumbuhan, adalah berdasar argumentasi melalui dua tahap :

    1. Perbandingan terjadinya penangkaran dalam (inbreeding) dan penangkaran luar

    (outbreeding) yang menghasilkan bebe-rapa spesies tumbuhan, umum dikenal sebagai

    terjadinya variasi diantara populasi. Spesies yang dihasilkan dari penangkaran luar, tiap

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    42/191

    36

     populasinya bervariasi akan tetapi agak mirip satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan oleh

    adanya pertukaran gen antar populasi. Spesies yang dihasilkan dari penangkaran dalam

    cenderung menunjukkan bentuk populasi yang relatif seragam, walaupun antara

     populasinya sangat berbeda satu dengan lainnya pada jarak yang sangat dekat, karena per-

    tukaran gen antar mereka sangat sedikit atau tidak terjadi sama sekali.

    2. Bila suatu takson mengalami proses penangkaran dengan takson lain, maka kadang-

    kadang keturunannya mempunyai bentuk fenotip yang tidak begitu berbeda dengan kedua

    induknya, dengan kata lain hibridanya mempunyai bentuk kabur antara kedua induknya.

    Faktor yang mengatur jumlah rekombinasi per unit waktu

    1. Panjangnya generasi

    Faktor yang mengatur jumlah rekombinasi per generasi.

    2. Jumlah kromosom

    3. Frekwensi dari penyerbukan silang

    4. Barier sterilitas post sigotik

    5. Sistem penangkaran

    6. Sistem penyerbukan

    7. Potensi untuk melakukan penyebaran

    8. Besarnya populasi

    9. Mekanisme isolasi eksternal dan kemampuan mencegah penyerbukan silang

    Spesies yang ideal dalam taksonomi adalah spesies yang tidak ada masalah

    taksonomi, merupakan suatu kesatuan yang terpisah dari kesatuan lainnya, tidak

    mengalami perubahan fenotip, dan mudah dibedakan dengan spesies lainnya.

    Banyak spesies yang diturunkan dari isolasi genetik spesies lain, yang dengan

    sendirinya merupakan hasil dari proses penangkaran luar. Spesies ini adalah hasil dari per-

    kawinan penangkaan luar, akan tetapi bukan merupakan hi-brida, misal beberapa anggotafamili Fabaceae dan Apiaceae seperti Sedium, Campanula dan Allium.

    III.7. TUGAS UNTUK MAHASISWA

    Buatlah ringkasan tulisan tentang pemanfaatan data kimia dan data molekuler

    dalam Sistematika Tumbuhan dengan menggunakan berbagai sumber literature.

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    43/191

    38

    BAB IV

    IDENTIFIKASI DAN TATA NAMA TUMBUHAN

    IV.1. PENDAHULUAN: 

    SASARAN PEMBELAJARAN: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sistem

    identifikasi dan tatanama tumbuhan

    STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning,

    IV.2. IDENTIFIKASI

    Tugas utama taksonomi/sistematika tumbuhan selain penggolongan atau

    klasifikasi, juga tidak kalah pentingnya adalah identifikasi atau pengenalan. Melakukan

    identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas (jati diri) suatu

    tumbuhan yang tidak lain adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang

    tepat dalam sistem klasifikasi. Selain istilah identifikasi sering juga digunakan istilah

    determinasi (dari bahasa Belanda determinatie = penentuan).

    Seseorang yang menemukan benda yang tidak dikenalnya, maka pasti akan muncul

     pertanyaan benda apakah ini? Demikian pula halnya jika seseorang menghadapi tumbuhan

    yang tidak dikenalnya, maka akan muncul pula pertanyaan tumbuhan apakah ini?

    Pertanyaan tersebut muncul karena umbuhan yang ada di bumi ini sangat beragam. Hal ini

    menandakan bahwa yang ingin diketahuinya lebih dulu adalah identitas tumbuhan itu,

    yang berarti pula bahwa yang pertama harus dilakukan oleh siapapun yang tidak atau

     belum mengenal tumbuhan yang dia hadapi adalah berusaha mengenali atau melakukan

    identifikasi terhadap tumbuhan tersebut.

    Keanekaragaman tumbuhan yang ada dipermukaan bumi menyebabkan ada

    diantaranya yang telah kita kenal namun masih banyak juga yang belum kita kenal.

    Tumbuhan yang telah kita kenal mungkin juga telah dikenal orang lain tetapi mungkin

     juga orang lain belum mengenalnya. Sebaliknya juga dapat terjadi, kita belum mengenal

    tumbuhan tersebut tapi orang lain sudah mengenalnya. Namun dapat juga terjadi tumbuhan

    yang tidak kita kenal ternyata itu juga tidak dikenal oleh siapapun artinya belum dikenal

    oleh dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka setiap orang yang

    akan mengidentifikasi suatu tumbuhan selalu menghadapi dua kemungkinan yaitu:

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    44/191

    39

    a.  Tumbuhan yang diidentifikasi belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,

    artinya belum ada nama ilmiahnya, demikian juga kategorinya.

     b.  Tumbuhan yang akan diidentifkasi sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,

    artinya sudah ditentukan namanya dan tempatnya yang tepat dalam sistem

    klasifikasi.

    a.  Identifikasi Tumbuhan yang Belum Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan

    Kehidupan manusia sebagian besar bergantung pada tumbuhan karena itu sejak

    dahulu kala manusia telah melakukan pengenalan tumbuhan dan semakin banyak yang ia

    kenal semakin dirasakan pula perlunya untuk mengadakan penggolongan atauklasifikasinya. Masalah identifikasi ini bukan suatu yang baru, yang relatif baru adalah

    kesepakatan intemasional menuju ke keseragaman dalam pemberian nama, yang secara

    eksplisit kemudian disebut sebagai nama ilmiah. Untuk klasifikasinya pun diharapkan,

    agar dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu dengan

    menerapkan sistem filogenetik.

    Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas spesimen (bahan) yang nil, baik

    spesimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan, biasanya dengan cara

    dikeringkan atau dalam bejana yang berisi cairan pengawet, misalnya alkohol atau

    formalin. Oleh pelaku identifikasi, spesimen yang belum dikenal itu melalui studi yang

    seksama kemudian dibuatkan candra atau deskripsinya di samping gambar-gambar

    terinci mengenai bagian-bagian tumbuhan yang memuat ciri-ciri diagnostiknya, yang

    atas dasar hasil studinya kemudian ditetapkan spesimen itu merupakan anggota populasi

     jenis apa, dan berturut-turut ke atas dimasukkan kategori yang mana (marga, suku,

     bangsa, dan kelas serta divisinya). Penentuan nama jenis dan tingkat-tingkat takson

    ke atas berturut-turut tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku

    seperti dimuat dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) .  Nama takson

     baru itu selanjutnya harus dipublikasikan melalui cara-cara yang diatur pula oleh KITT.

    Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan oleh dan ke

    dunia ilmiah itu memerlukan bekal yang lazimnya hanya dimiliki oleh mereka

    yang berpendidikan ilmu hayat, khususnya taksonomi tumbuhan. Oleh karena itu pekerjaan

    identifikasi yang pertama kali itu hanya dilakukan oleh ahli-ahli yang bekerja dalam

  • 8/18/2019 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

    45/191

    40

    lembaga penelitian taksonomi tumbuhan (herbarium), jarang sekali oleh pihak-pihak lain

    di luar mereka.

    Suatu hal yang perlu disadari ialah, bahwa kegiatan ini berjalan terus. Setiap

    ekspedisi ke wilayah tertentu baik yang belum dikenal atau bahkan yang telah dikenal pun,

     biasanya ada saja di antara spesimen-spesimen yang dikumpulkan itu yang ternyata

    merupakan anggota populasi yang tergolong dalam jenis yang belum pernah dikenal

    sebelumnya. Hal ini memang tak perlu mengherankan kita bila teori evolusi merupakan

    suatu konsep yang tak lagi diragukan kebenarannya karena selama evolusi masih

     berlangsung, selama itu akan selalu dihasilkan jenis-jenis yang baru.

    b.  Identifikasi Tumbuhan yang Sudah Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan

    Publikasi ahli-ahli taksonomi yang memuat nama takson baru yang

    diperkenalkan kepada khalayak ramai, sekurang-kurangnya kepada khalayak ilmu

     pengetahuan disebut publikasi yang asli. Seperti telah disebut di muka baik nama yang

    diberikan maupun cara mempublikasikannya harus sesuai dengan ketentuan yang

    tercantum dalam KITT.  Nama yang diberikan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang

     berla