laporan llaporan lengkap tumbuhan airengkap tumbuhan air

Upload: fadly-bosan-perkodet

Post on 18-Oct-2015

103 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

perikanan

TRANSCRIPT

LAPORAN LENGKAP

PAGE 14

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi dan transformasi energi yang berlangsung diantara kedua komponen dalam sistem tersebut, maupun dengan komponen- komponen lain dari sistem diluarnya. Kelangsungan suatu fungsi ekosistem menentukan kelestarian dari sumberdaya alam sebagai komponen yang terlibat dari sistem tersebut. Karena itu untuk menjamin kelestarian sumberdaya alam perlu memperhatikan hubungan-hubungan ekologis yang berlangsung diantara komponen-komponen sumberdaya alam yang menyusun suatu sistem.

Kata mangrove mempunyai dua arti Pertama sebagai kunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam (salinitas) pasang surut air laut, dan Kedua sebagai individu atau spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono, 2002).

Hutan bakau sering juga disebut hutan mangrove. Dinamakan hutan bakau karena sebagian besar didominir oleh jenis bakau. Arti kata mangrove digunakan untuk masyarakat tumbuh-tumbuhan (hidrosere communities) dari beberapa spesies yang mempunyai kemampuan tumbuh pada air asin (Trianoadi, 2003)

Selanjutnya Bengen (1999) mengemukakan, bahwa hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Selanjutnya dikemukakan bahwa karakteristik hutan mangrove tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung, atau berpasir, daerah yang tergenang air laut secara berkala, menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.

Padang lamun merupakan hamparan tumbuhan seperti rumput atau alang-alang yang terbenam di dalam laut yang dangkal, tenang, berpasir atau berlumpur. Tumbuhan lamun terdiri dari rhizoma, daun dan akar. Rhizoma adalah batang yang terbenam dan mendatar di atas permukaan dasar laut. Laut Indonesia terkenal akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beraneka ragam. Salah satunya yaitu algae. Algae merupakan tumbuhan thallophyta yang belum dapat dibedakan antara batang, daun maupun akarnya.

Sehubungan dengan manfaat ekologis dan ekonomis yang penting tersebut, ekosistem Mangrove, lamun dan alga sebagai ekosistem produktif di wilayah pesisir dan lautan sudah layaknya di pertahankan keberadaan dan kualitasnya. Untuk dapat mempertahankan keberadaan dan kualitasnya tersebut, di perlukan suatu pengelolaan secara berkelanjutan .1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktek lapang tumbuhan air ini adalah

1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan air yang ditemukan2. Mahasiswa dapat memahami biologi dan ekologi dari tiap tumbuhan air yang dilihat

Manfaat dari praktek lapang tumbuhan air yaitu untuk menambah Pengetahuan (informasi) mengenai tumbuhan air, identifikasi tumbuhan air maupun biologi dan ekologi tumbuhan air.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Mangrove

Klasifikasi Mangrove

a. Mangrove Jenis Avicennia sp Kingdom : Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Scrophulariales

Famili : AcanthaceaeGenus : AvicenniaSpesies : Avicennia sp

(doc. Anonim, 2010)Gambar 1 Morfologi Avicennia spb. Mangrove Jenis Rhizophora apiculataKingdom : Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : MalpighialesFamili : RhizophoraceaeGenus : RhizophoraSpesies : Rhizophora apiculata

(Doc. Pribadi, 2010)Gambar 2.Morfologi Rhizophora apiculataMorfologi Mangrove

Menurut Nybakken (1992), struktur hutan mangrove lebih sederhana jika dibandingkan dengan hutan tropis di daerah kering yang mempunyai zonasi yang lebih jelas. . Selajutnya Bengen (1999), menyatakan ;

Pada pantai terbuka pohon-pohon yang dominan dan merupakan pohon-pohon perintis (pioneer) umumnya jenis Avicennia dan jenis Sonneratia. Pada daerah yang lebih dekat dengan laut, substrat agak berpasir sering ditumbuhi oleh jenis Avicennia spp, pada zona ini biasa berasosiasi jenis Sonneratia spp yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.

Lebih dekat ke darat hutan mangrove umumnya didominasi oleh jenis Rhizophora spp, pada zona ini juga dijumpai jenis Bruguiera spp dan Xylocarpus spp. Zona berikutnya umumnya didominasi Bruguiera spp. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan daratan ditumbuhi oleh jenis Nypa fruticans dan beberapa jenis palem lainnya.Habitat Dan Penyebaran Mangrove a. Mangrove Jenis Avicennia sp

Jenis tanaman api-api yang telah diketahui dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan adalah Avicennia marina, Avicennia officinalis. Jenis tanaman ini tersebar di sebagian besar pantai di Indonesia. Termasuk jenis pionir (pada zonasi terdepan), cepat dan mudah tumbuh, serta permudaan alaminya sangat cepat, bahkan diperkirakan tanaman berumur 2 tahun telah mulai menghasilkan buah. Penggunaan buah tanaman yang telah masak perlu ada perlakuan, yaitu: pengupasan kulit atau pembuangan kulit, dicampur dengan abu dapur dan dibilas air bersih, lalu direndam 2 x 24 jam (untuk menghilangkan racun), ditiriskan dan diap dipergunakan sebagai bahan baku makanan. b. Mangrove Jenis Rhizophora apiculata

bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar).Jenis tanaman ini juga tersebar di seluruh wilayah pantai di Indonesia.Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Mangrove

1. Topografi Pantai

Topografi adalah keadaan suatu tempat atau lapangan atau medan tentang kemiringan dan ketinggian. Topografi pantai merupakan faktor penting yang mempengaruhi karakteristik struktur mangrove, khususnya komposisi spesies, ukuran serta luas hutan mangrove. Semakin lebar pantai dan pasang surut, maka semakin lebar hutan mangrove yang akan tumbuh. Begitupun sebaliknya semakin curam topografinya maka semakin tipis mangrove yang akan tumbuh di kawasan tersebut.

2. Iklim

a. Cahaya

Umumnya vegetasi mangrove membutuhkan intensitas cahaya matahari tinggi dan penuh (optimal), sehingga zona pantai tropis merupakan habitat ideal bagi mangrove.

b. Curah Hujan

Curah hujan mempengaruhi faktor lingkungan seperti suhu air dan udara, salinitas air, permukaan tanah dan air tanah yang berpengaruh pada daya tahan spesies mangrove. Vegetasi mangrove tumbuh subur dengan curah hujan rata-rata 1500-3000 mm/th.

c. Suhu Udara

Suhu penting dalam proses fisiologis seperti fotosintesis dan respirasi. Pertumbuhan vegetasi mangrove yang baik memerlukan suhu rata-rata minimal lebih besar dari 20OC.

d. Angin

Angin berpengaruh terhadap gelombang dan arus pantai, yang dapat menyebabkan abrasi, mengubah struktur tegakan mangrove, dan meningkatkan evapotransporasi. Angin yang kuat dapat menghalangi pertumbuhan dan menyebabkan karakteristik fisiologis abnormal, namun demikian diperlukan proses polinasi dan penyebaran benih tanaman.

3. Pasang Surut

Pasang surut menentukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove. Durasi pasang surut berpengaruh terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove.

4. Salinitas

Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan, dan zonasi spesies mangrove. Vegetasi mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt. Beberapa spesies dapat tumbuh di daerah dengan salinitas sangat tinggi contohnya di Australia jenis Sonneratia spp tumbuh pada 44 ppt.

Rizal (2001) menyatakan, salinitas perairan di hutan mangrove umumnya dipengaruhi oleh jumlah air tawar yang masuk ke dalam hutan mangrove. Massa air tawar yang masuk dapat melalui aliran permukaan seperti sungai, mata air, dan apabila terjadi hujan.

5. Substrat

Tanah mangrove dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari pantai dan erosi daerah hulu sungai. Vegetasi mangrove dapat tumbuh terutama pada tanah berlumpur, namun berbagai jenis mangrove dapat tumbuh di tanah berpasir, koral, tanah, berkerikil, bahkan gambut.

Ekosistem Lamun

Klasifikasi Lamun a. Lamun Jenis Enhalus acoroidesKingdom : Plantae

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Famili : Hydrocharitaceae

Sub famili : Hydrocharytoidea

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides

(Doc. Pribadi, 2010)Gambar 3. Morfologi Lamun Enhalus acoroides

b. Lamun jenis Cymodocea rotundataKingdom : Plantae

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Famili : Potamogetonaceae

Sub famili : Cymodoceoidea

Genus : Cymodocea

Spesies : Cymodocea rotundata

(Doc. Pribadi, 2010)Gambar 4. Morfologi Lamun jenis Cymodocea rotundatac. Lamun jenis Cymodocea serrulataKingdom : Plantae

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Famili : Potamogetonaceae

Sub famili : Cymodoceoidea

Genus : Cymodocea

Spesies : Cymodocea serrulata

(Doc. Pribadi, 2010)Gambar 5. Morfologi Lamun jenis Cymodocea serrulatad. Lamun jenis Thallasia hempricciKingdom : Plantae

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Famili : Potamogetonaceae

Sub famili : Thallasioidea

Genus : Thallasia

Spesies : Thallasia hempricci

(Doc. Pribadi, 2010)Gambar 6.Morfologi Lamun jenis Thallasia hempricciMorfologi Lamun

Dari hasil koleksi bebas specimen lamun pada perairan pantai desa Tanjung Tiram dengan stasiun pengamatan sepanjang 200 m dari garis pantai, ditemukan beberapa jenis lamun. Dengan morfologi yang tampak, yaitu adanya tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai merayap yang dinamakan rimpang (rhizome) dan dilengkapi akar. Menurut Romimohtarto K. dan S. Juwana (2001), tangkai merayap ini merupakan alat efektif untuk perkembang-biakan. Ia juga menambahkan bahwa lamun mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara.Habitat Dan Penyebaran Lamun

Diketahui pula bahwa lamun dapat tumbuh pada semua jenis substrat di perairan pantai baik itu pasir, lumpur, batu, potongan karang, ataupun cangkang Mollusca; sesuai dengan yang dinyatakan Kikuchi dan Peres (1977), bahwa hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai substrat yang berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang khas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang mulai dari substrat yang berlumpur hingga berbatu.

Lamun tumbuh subur terutama pada daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil dan patahan karang mati dengan kedalaman 4 meter. Padang lamun terbentuk di dasar laut yang masih ditembusi cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhannya. Pada perairan yang sangat jernih, beberapa jenis lamun ditemukan tumbuh dalam kedalaman 8 15 meter. Lamun biasanya terdapat dalam jumlah yang melimpah dan sering membentuk padang yang lebat dan luas diperairan tropis. Hampir semua substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai substrat berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering ditemukan disubstrat Lumpur berpasir yang tebal antara hutan mangrove dan terumbu karang.

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Lamun1. Kecerahan

Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses fotosintesis. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa distribusi padang lamun hanya terbatas pada perairan yang tidak terlalu dalam.

2. Temperatur

Walaupun padang lamun secara geografis tersebar luas yang diindikasikan oleh adanya kisaran toleransi yang luas terhadap temperatur. Pada kenyataannya spesies lamun di daerah tropis mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan temperatur. Kisaran temperatur optimal bagi spesies lamun adalah 28 30oC.

3. Salinitas

Spesies lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu antara, 10 dan 400/00. Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas.

4. Substrat

Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe substrat, mulai dari Lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari endapan Lumpur halus sebesar 40%. Kedalaman substrat berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencakup dua hal, yaitu pelindung tanaman dari arus laut, dan tempat pengolahan serta pemasok nutrient.

5. Kecepatan Arus Perairan

Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Turtle grass mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.

Ekosistem Alga

Klasifikasi Alga

a. Alga Jenis Codium genuinense SilvaKingdom : Plantae

Filum : Thallopyta

Divisi : Phaeophyta

Kelas : Chlorophyceae

Famili : Udoteaceae

Genus : Halimeda

Spesies : Halimeda opuntia

(Doc. Pribadi, 2010)Gambar 7 Morfologi Halimeda opuntiab. Alga Jenis Padina australisKingdom : Plantae

Filum : Thallopyta

Divisi : Phaeophyta

Kelas : Phaeophyceae

Ordo : Dictyotales

Famili : Dictyotaceae

Genus : Padina

Spesies : Padina australis

(Doc. Pribadi, 2010)Gambar 8. Morfologi Padina australisc. Alga Jenis Turbinaria conoidesKingdom : Plantae

Filum : Thallopyta

Divisi : Phaeophyta

Kelas : Phaeophyceae

Famili : Sargassaceae

Genus : Turbinaria

Spesies : : Turbinaria conoides

(Doc. Pribadi, 2010)Gambar 9. Morfologi Turbinaria conoidesCiri Morfologi Alga

a. Alga Jenis Codium genuinense Silva

Algae jenis ini mempunyai nama latin Codium genuinense Silva dengan cirri-ciri tumbuh tegak, konsistensi thallus seperti spon, warna hijau, melekat pada subtrat padat dengan sejenis rhizoid, tinggi mencapai 10 cm, thallus tersusun oleh filmen-filamen halus yang berbentuk unik dan terjalin teratur. Algae jenis ini banyak hidup di zona pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang atau subtrat padat lainnya. Algae jenis ini jarang membentuk koloni.

b. Alga Jenis Padina australis

Algae jenis ini memiliki ciri-ciri bentuk thallus seperti kipas membentuk segment-segment lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial dan perkampuran di bagian permukaan daun. Warna coklat kekuning-kuningan atau kadang kadang memutih karena terdapat perkapur.

c. Alga Jenis Turbinaria conoides

Algae jenis ini memiliki ciri-ciri batang berbentuk silindris, tegak, kasar, terdapat bekas-bekas percabangan. Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berekspansi radial. Percabangan berputar sekeliling batang utama dan daun merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran.Habitat Dan Penyebaran Alga

Algae Tersebar luas di perairan Indonesia. Alge banyak ditemukan di pinggir pantai di bebatuan, zona pasang surut, Menempel pada batu karang atau subtrat padat, rataan terumbu. Penyebaran algae ini tersebar luas di perairan Pasifik selatan dan perairan Samudera Hindia dan mudah ditemukan di perairan Indonesia. banyak hidup di zona pasang surut hingga di subtidal. Menempel pada batu karang atau subtrat padat lainnya. Algae juga jarang membentuk koloni.Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Alga1. Kecerahan

Alga membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses fotosintesis.

2. Temperatur

Walaupun Alga secara geografis tersebar luas yang diindikasikan oleh adanya kisaran toleransi yang luas terhadap temperatur. Pada kenyataannya spesies alga di daerah tropis mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan temperatur.

3. Salinitas

Spesies alga memiliki kemampuan toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas.4. Substrat

Alga hidup pada berbagai macam tipe substrat, mulai dari Lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari endapan Lumpur halus sebesar 40%. Kedalaman substrat berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencakup dua hal, yaitu pelindung tanaman dari arus laut, dan tempat pengolahan serta pemasok nutrient.

5. Kecepatan Arus Perairan

Produktivitas alga juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Turtle grass mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.

III. METODE PRAKTIKUM3.1. Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel koleksi bebas tumbuhan air dilakukan pada hari Minggu, 5 Desember 2010 yang di mulai pada pukul 08.00 12.00 WITA yang bertempat di perairan pantai Desa Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam dalam praktikum ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1. Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan dalam Praktikum.

NoNama Alat

Kegunaan

1.Kantong plastik

Untuk menyimpan sampel

2.Kertas label

Untuk memberi label nama specimen.3.Alat tulis

Untuk mencatat hasil pengamatan dan

identifikasi specimen.4.Kamera

Untuk dokumentasi

3.3. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada praktikum lapangan ini adalah koleksi bebas, dengan prosedur kerja sebagai berikut:

1. Melakukan pengumpulan jenis-jenis lamun dan alga yang berada di perairan melalui metode koleksi bebas.

2. Memasukkan jenis-jenis Lamun dan Alga tersebut ke dalam kantong plastic

3. Mengidentifikasi jenis-jenis lamun dan alga tersebut dengan bantuan laminating identifikasi.

4. Menyimpan contoh specimen untuk dijaikan herbarium.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Pengamatan4.1.1. Pengamatan pada Mangrovea. Hasil Pengamatan Pada Jenis Mangrove Avicennia sp

b. Hasil Pengamatan Pada Jenis Mangrove Rhizophora apiculata

4.1.2. Pengamatan pada Lamuna. Lamun Jenis Enhalus acoroidesb. Lamun jenis Cymodocea rotundatac. Lamun jenis Cymodocea serrulata d. Lamun jenis Thallasia hempricci

4.1.3. Pengamatan pada Alga

a. Alga Jenis Halimeda opuntia

b. Alga Jenis Padina australisc. Alga Jenis Turbinaria conoides

4.2. Pembahasan

Hutan mangrove sampai dengan saat ini masih lebih banyak dimanfaatkan sebagai penghasil kayu baik untuk kebutuhan bahan baku chip, memenuhi kebutuhan bahan baku arang, tiang pancang dan sebagainya. Selain itu lahan dari hutan mangrove saat ini telah banyak dikonversi baik untuk kebutuhan lahan budidaya (tambak, sawah, dll.) maupun untuk perumahan, pelabuhan maupun industri. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman dari masyarakat maupun pihak pengembang dan pemegang kebijakan tentang fungsi lain dari hutan mangrove. Salah satu fungsi hutan mangrove yang masih sangat sedikit sekali diketahui oleh masyarakat umum adalah sumberdaya tanaman mangrove sebagai salah satu bahan baku makanan alternative. Informasi tentang sejarah pemanfaatan tumbuhan mangrove sebagai bahan baku Makanan jarang sekali dipublikasikan.

Romimohtarto k dan S Juwana (2001) menyatakan bahwa lamun (Seagrasses), atau disebtu juga ilalang laut adalah satu-satunya kelompoki tumbuh- tumbuhan berbunga yang tercatat di lingkungan laut. Tumbuh- tumbuhan ini hidup di lingkunga perairan yang dangkal.

Dari hasil koleksi bebas specimen lamun pada perairan pantai desa Tanjung Tiram dengan stasiun pengamatan sepanjang 200 meter dari garis pantai, di temukan beberapa jenis lamun. Dengan morfologi yang tampak, adanya tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai merayap yang dinamakan rimpang (Rhizome) dan di lengkapi akar. Menurut Romimohtarto k dan S Juwana (2001), Tangkai merayap ini merupakan alat efektif untuk perkembang-biakan. Ia juga menambahkan bahwa lamun mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara.

Diketahui pula bahwa lamun tersebut dapat tumbuh pada semua jenis substrat di perairan pantai baik itu pasir, lumpur, batu, potongan karang, ataupun cangkang mollusca, sesuai dengan pernyataan Kikuchi dan Peres (1977), bahwa hampir semua tipe substrat dapat di tumbuhi lamun, mulai substrat yang berlumpur sampai berbatu. Namun pada lamun yang khas lebih sering di temukan di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan mangrove dan terumbu karang .

Menurut Romimohtarto k dan S Juwana (2001), Enhalusacoroides adalah perdu bawah air yang mempunyai akar kuat dan di selimuti oleh benang-benang hitam dan kaku. Daun-daunnya terdapat dalam pasangan dua atau tiga dalam pelepah bonggol (basal sheat). Dilokasi pengamatan mereka di temukan tumbuh subur di tempat terlindung.

Dari pengamatan pada alga jenis Padina minor di ketahui bahwa alga jenis ini hidup menempel batu yaitu pada daerah rataa terumbu, baik pada daerah yang terbuka di laut maupun pada daerah yang terlindung. Menurut Nybakken (1992), alga ini merupakan alga coklat yang banyak di jumpai di bawah parasd pasang surut rata-rata.Ia juga mengemukakan bahwa alat perekatnya merekat pada batu atau pada pasir , terdiri dari delapan cakram pipih, biasanya terbagi menjadi cuping-cuping pipih, tangkai yang pipih dan pendek berhubungan dengan alat pelekat.

Nontji (2005) mengungkapkan bahwa perbedaan yang mencolok pada lamun dan alga dapat di lihat pada tempat melekatnya akar. Lamun tidak memerlukan substrat yang keras , seperti halnya alga. Dari segi fungsi tumbuhan lamun berfungsi sebagai mengstabilkan geraka air, sehingga perairan nampak tenang, dengan demikian ia bertindak sebagai penangkap sediment dan pelindung pantai, serta pencegah erosi. Sedangkan alga memerlukan perairan yang tenang untuk tempat hidupnya. V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan, simpulan yang dapat ditarik dari praktikum lapang ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis-jenis lamun yang ditemukan di perairan pantai pulau Tanjung Tiram adalah Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata , Cymodocea cerrulata, dan Thallassia hempricci.

2. Alga yang terdapat di perairan pantai pulau Tanjung Tiram adalah Halimeda simulans, Padina minor dan Turbinaria conoides3. Jenis-jenis Mangrove yang mendominasi perairan panta Desa Tanjung Tiram adalah. Jenis Rhizopora dan Avicennia.5.2. Saran

Saran saya adalah dalam pengambilan specimen keutuhan dan kelestarian habitat tumbuhan tetap dijaga , mengingat perannya sangat penting bagi ekosistem pantai di sekitarnya.DAFTAR PUSTAKABengen, D G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisr dan Lautan. Institut Peranian Bogor.

Kikuchi, T. and J. M. Peres. 1977. Consumer Ecology of Seagrass Beds. Dalam Azkab, M. H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana.

Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Romimohtarto K. dan Wardhana, 2001. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.

Romimohtarto K dan S. Juwana, 2005. Biologi laut. PT. Gramedia. Jakarta.