laporan reaksi widal 2015

Upload: akbar

Post on 02-Mar-2018

239 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    1/23

    REAKSI WIDAL

    Nama : Reinhard S. Simbolon

    NIM : B1J013150

    Rombonan : III

    Kelom!o" : #

    A$i$%en : A&ri'al

    LA()RAN (RAK*IK+M IM+N)BI)L),I

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    2/23

    KEMEN*ERIAN RISE*- *EKN)L),I- DAN (ENDIDIKAN *IN,,I

    +NIERSI*AS JENDERAL S)EDIRMAN

    /AK+L*AS BI)L),I

    (+RW)KER*)

    01

    I; (ENDA2+L+AN

    1.1;La%ar Bela"an

    Respon imun dapat dikatakan sebagai proses metabolik kompleks

    yang diinisiasi oleh suatu substansi antigen dan menghasilkan pembentukan

    protein-protein spesifik tinggi. Berbagai mekanisme yang berkaitan dengan

    respon tersebut belum sepenuhnya dipahami, namun bukti adanya sel-selpembentuk nukleus antibodi setidaknya mampu menunjukkan garis besar

    dari sistem kerja imunitas. Telah diketahui bahwa adanya paparan antigen

    pada hewan uji menyebabkan sejumlah perubahan morfologi dan

    biokimiawi pada jaringan pembentuk antibodi. Perubahan struktural seperti

    hipertropi dan proliferasi selular yang disertai reaksi biokimiawi

    direfleksikan oleh peningkatan nitrogen, asam nukleat deoksiribosa, dan

    asam ribonukleat pada jaringan tubuh tersebut. Berbagai perubahan ini

    terjadi selama respon imun primer dan sekunder aktif. Banyak studi

    mengindikasikan bahwa pembentukan antibodi berkaitan erat dengan

    metabolisme asam nukleat (Shwart! et al., "#$#%.

    Paparan antigen yang berasal dari patogen terkadang tidak dapat

    diatasi oleh sistem imun, sehingga menimbulkan penyakit dari tingkatan

    ringan hingga kronis. Salah satu penyakit yang berkaitan dengan sistem

    imun adalah demam tifoid, atau sering disebut tifus. &emam tifoid pada

    tahun ' diperkirakan diderita oleh '",) juta dengan angka kematian

    '").. *al tersebut berlangsung pada kanak-kanak hingga remaja, pada

    rentang usia $ hingga "# tahun. *asil studi terbaru pada tahun '"+

    menunjukan bahwa angka kematian menjadi "". kasus, turun jika

    dibandingkan dengan angka kematian pada tahun "##, yaitu sebesar

    "". kasus. &emam tifoid setidaknya telah dikategorikan sebagai

    penyakit epidemi di kawasan sia Selatan dan Tenggara. /aju fatalitas kasus

    demam tifoid pada era pre-antibiotik menakup "-'0, dan kini angka

    tersebut telah dapat ditekan menjadi kurang dari "0 (1rump 2 3int!,

    '"%.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    3/23

    Salmonella enterica sero4ar Typhi (S. typhii% merupakan salah satu

    patogen intraselular fakultatif yang menyebabkan demam tifoid pada

    manusia. 5rganisme ini tidak memiliki kapsul dan spora, merupakan basili

    anaerobik 6ram negatif, yang diirikan dengan adanya flagela, somatik, dan

    antigen-antigen pelindung pada bagian terluarnya. S. typhii ditransmisikan

    melalui makanan dan air yang terkontaminasi, bersamaan dengan ingesti,

    bakteri akan menyebar dari usus melalui darah ke nodus limfa, hati, dan

    kantung empedu sebagai situs perbanyakannya. &emam tifoid menjadi

    semakin sulit untuk didiagnosis dan ditangani karena kemunulan dan

    penyebaran serotipe baru dari S. typhii sangatlah epat, sehingga resistensi

    terhadap berbagai antibiotik dan perubahan mode pengenalannya semakin

    rumit (7aur 2 8ain, '"'%.

    &emam tifoid, atau yang lebih populer dengan sebutan penyakit tifus

    adalah suatu infeksi akut pada usus yang disebabkan oleh bakteri

    Salmonella enteria sero4ar Typhi. &emam tifoid merupakan problem

    kesehatan masya-rakat yang umumterjadi di negara-negara berkembang di

    benua frika dan sia, termasuk 9ndonesia.*al ini disebabkan oleh

    kurangnya kesadaran masyarakat di negaranegara berkembang terhadap

    pentingnya kebersihan dalam pengolahan makanan dan minuman yangdikon-sumsinya. Selain itu, buruknya sanitasi dan kurang memadainya

    sarana air bersih di negara berkembang turut menjadi salah satu penyebab

    penyebaran demam tifoid (3aktiningsih et al., '"%.

    Berbagai metode telah dikembangkan untuk mendeteksi adanya

    demam tifoid pada penderita seefektif dan seefisien mungkin. Beberapa

    metode tersebut di antaranya adalah metode non-kon4ensional seperti

    penggunaan antibodi monoklonal, Polymerase Chain Reaction (P1R%,

    Enzym Immunoassay Dot (:9 dot%, dan Enzyme Linked Immunosorbent

    Assay (:/9S%, serta metode kon4ensional yang paling umum digunakan

    yaitu uji ;idal.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    4/23

    ;idal adalah mudah dilakukan dan tidak membutuhkan waktu analisis serta

    biaya yang tinggi (*andojo et al., '=%.

    &emam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid e!er.

    &emam tifoid juga merupakan penyakit masyarakat dengan standar hidup

    dan kebersihan rendah, enderung meningkat dan terjadi seara endemis.

    Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik. Sumber penularan

    penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase

    kon4alesen, dan kronik karier. Penyakit ini tergolong sistemik akut dengan

    karakter berupa demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen

    berlangsung lebih kurang + minggu yang juga disertai gejala-gejala perut

    pembesaran limpa dan erupsi kulit (Rahman, '""%.

    Sistem imun memungkinkan tubuh mengenali benda asing yang

    memasuki tubuh, dan merespon terhadapnya. /imfosit B ditransformasi

    menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi, khas terhadap protein

    asing tertentu atau antigen, terjadi pada respon imun humoral. /imfosit lain

    (limfosit T% terlibat dalam renspon imun bermedia sel. Berbagai unsur dari

    mikroorganisme bersifat protein, terkat pada protein, atau berupa molekul

    karbohidrat besar dan bersifat antigenik. Pada sel bakteri, disebut unsur

    unsur yang dapat dianggap sebagai antigen somatik (badan sel sendiri%

    disebut antigen 5 (antigen permukaan%, antigen flagela disebut antigen *

    atau antigen kapsula pada spesies yang mempunyai fagela. &ibentuknya

    antibodi berbeda sebagai respon terhadap antigen merupakan petunjuk

    diagnostik untuk penyakit infeksi (Staf Pengajar >7

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    5/23

    typhiimelalui kontak langsung maupun tidak langsung penderita demam

    tifoid atau karier. 7arier adalah orang yang telah sembuh dari demam tifoid

    dan masih menginfeksi bakteri Salmonella typhii dalam tinja atau urin

    selama lebih dari satu tahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan

    karier intestinal (intestinal type%, 7ekambuhan yang ringan pada karier

    demam tifoid. Pada karier jenis intestinal, sukar diketahui karena gejala dan

    keluhannya yang tidak jelas (3uliawan 2 Surjawidjaya, "###%.

    S. typhii adalah bakteri yang berdasarkan kebutuhan oksigen bersifat

    fakultatif anaerob, membutuhkan suhu optimal +)o1 untuk

    pertumbuhannya, memfermentasikan &-glukosa menghasilkan asam tetapi

    tidak membentuk gas, oksidase negatif, katalase positif, tidak memproduksi

    indol karena tidak menghasilkan en!im triptofanase yang dapat memeah

    triptofan menjadi indol, methyl red (C99R.% positif menunjukkan bahwa

    fermentasi glukosa menghasilkan sejumlah asam yang terakumulasi di

    dalam medium sehingga menyebabkan p* medium menjadi asam (p* D

    =,'%, dengan penambahan indikator methyl redmaka warna medium menjadi

    merah. Eoges-Proskauer (EP% negatif, itrat negatif, menghasilkan *'S yang

    dapat ditunjukkan pada media TS9 (Triple Su"ar lron A"ar%. Bakteri

    menghasilkan *'S yang merupakan produk hasil reduksi dari asam amino

    yang mengandung sulfur, *'S yang dihasilkan akan bereaksi dengan garam

    >e dalam media yang kemudian menjadi senyawa >eS berwarna hitam yang

    mengendap dalam media.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    6/23

    ke organ tersebut. Bakteri ini akan menginfeksi empedu, kemudian jaringan

    limfoid dari usus halus, terutamanya ileum. 9n4asi bakteri ke mukosa akan

    memiu sel epitel untuk menghasilkan berbagai sitokin seperti 9/-", 9/-,

    9/-, TC>-F, 9C>, 63-1S> (Singh, '"%. *ukstep ("#'% dalamSingh

    ('"% membagi keadaan patologi diPayer#s patchakibat S. typhii menjadi

    = fase sebagai berikut G

    >ase " G hiperplasia dari folikel limfoid.

    >ase ' G nekrosis dari folikel limfoid pada minggu kedua yang

    mempengaruhi mukosa dan submukosa.

    >ase + G ulserasi sepanjang usus yang memungkinkan terjadinya perforasi

    dan perdarahan.

    >ase = G penyembuhan mungkin terjadi pada minggu keempat dan tidak

    terbentuk striktur.

    Ileum memiliki jumlah dan ukuranPayer#s patch yang lebih banyak

    dan besar, meskipun begitu $e$unum dan usus besar juga mungkin

    mengalami kelainan dari folikel limfoid. :gglestone ("#)#% dalam Singh

    ('"% mengatakan bahwa perforasi pada demam tifoid biasanya sederhana

    dan mempengaruhi tepian antimesentrik dari usus dimana lubang munul.

    &itemukan pembesaran dan kongesti dari limpa dan kelenjar mesentrik pada

    sistem retikuloendotelial. 7emungkinan ditemukan nekrosis fokal hati yang

    berhubungan dengan infiltrasi mononuklear (nodul tifoid% dilatasi dan

    kongesti sinusoidal dan infiltrasi sel mononuklear pada area portal. *al yang

    penting diperhatikan untuk infeksi S. typhii adalah adanya infiltrat neutrofil

    dan pada hewan oba ditemukan dominasi dari leukosit mononuklear

    (Santos, '+%.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    7/23

    kemungkinan infeksi ini.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    8/23

    lat yang digunakan dalam praktikum adalah ob$ect "lass% mikropipet

    seukuran ' l , " l , dan $ l , yello& tips% dan mikroskop

    ahaya.

    Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah serum darah manusia

    (positifIpernah sakit tifus, dan negatifIbelum pernah sakit tifus%, serum

    kontrol positif, serum kontrol negatif, dan suspensi bakteri Salmonella

    typhiiantigen * dari produk 3ureA.

    2.1;ara Ker4a

    3etode yang digunakan dalam aara praktikum kali ini adalah sebagai

    berikutG

    ". Pengeneran " G . dibuat dengan ara memipet serum darah manusia,

    serum kontrol positif, dan negatif sebanyak ' l pada ob$ect "lass

    terpisah, lalu ditambah dengan " tetes (= l % reagen S. typhii *,

    serta dihomogenkan dengan ara menggoyangkan ob$ect "lass. pabila

    terjadi aglutinasi melalui pengamatan di bawah mikroskop, maka

    dihitung titer antibodinya dengan formula ' A "I" D "I kali.

    '. Pengeneran " G ". dibuat dengan ara memipet serum darah manusia,

    serum kontrol positif, dan negatif sebanyak " l pada ob$ect "lass

    terpisah, lalu ditambah dengan " tetes (= l % reagen S. typhii *,

    serta dihomogenkan dengan ara menggoyangkan ob$ect "lass. pabila

    terjadi aglutinasi melalui pengamatan di bawah mikroskop, maka

    dihitung titer antibodinya dengan formula " A "I" D "I" kali.

    +. Pengeneran " G +'. dibuat dengan ara memipet serum darah manusia,

    serum kontrol positif, dan negatif sebanyak $l

    pada ob$ect "lassterpisah, lalu ditambah dengan " tetes (= l % reagen S. typhii *,

    serta dihomogenkan dengan ara menggoyangkan ob$ect "lass. pabila

    terjadi aglutinasi melalui pengamatan di bawah mikroskop, maka

    dihitung titer antibodinya dengan formula $ A "I" D "I+' kali.

    =. *asil perlakuan diinterpretasi dengan ketentuan sebagai berikut G

    a. Tidak ada aglutinasi menunjukkan hasil negatif (-%, penderita tidak

    terinfeksi bakteri S. typhii *.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    9/23

    b. danya aglutinasi menunjukkan hasil positif (K%, penderita terinfeksi

    bakteri S. typhii *.

    "% Pada serum ' l , titer ntibodi "I dikategorikan sebagai

    infeksi ringan.

    '% Pada serum " l , titer ntibodi "I" dikategorikan sebagai

    infeksi aktif atau sedang.

    +% Pada serum $ l , titer ntibodi "I+' dikategorikan sebagai

    infeksi berat.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    10/23

    III; 2ASIL DAN (EMBA2ASAN

    3.1;2a$il

    *abel 3.1.1. Da%a 2a$il (enama%an Al%ina$i !ada Serm

    Kelom!o" 1670 1610 1630

    1 K K K

    K K K

    3 - - -

    # - - -

    In%er!re%a$i GTiter "I (-% D tidak terinfeksi

    Titer "I (K% D infeksi ringan

    Titer "I" (K% D infeksi aktif

    Titer "I+' (K% D infeksi berat

    ,ambar 3.1.Serm (o$i%i&

    ,ambar 3.. Serm (o$i%i& 108L

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    11/23

    3. (embaha$an

    Berbagai respon imun terhadap antigen dapat dikategorikan sebagai

    respon primer dan sekunder. Respon imun primer tubuh terhadap antigen

    berlangsung sejak pemaparan pertama kali. Bergantung pada sumber

    antigen dan situs pemaparannya, respon ini membutuhkan waktu sekitar "=

    hari untuk memperbaiki imunitas dan mengawali pembentukan sel-sel

    memori dengan spesifitas tinggi terhadap antigen penginduksi. Respon

    humoral dimediasi oleh sel B yang dibantu oleh sel T untuk menghasilkan

    antibodi spesifik antigen dengan afinitas tinggi. *al tersebutlah yang

    membedakannya dengan respon sel T 1&-, yang memau pembentukan

    sejumlah besar sel yang spesifik terhadap antigen dan mampu membunuh

    sel-sel terinfeksi seara langsung. Sel T 1&-= spesifik terhadap antigen yang

    membantu sel B dalam pembentukan sitokin dan faktor penstimulasi lainnya

    dapat memperluas fungsinya dalam stimulasi antigenik. Respon sekunder

    oleh sel B dan T diteliti dengan memaparkan antigen yang sama, dan hasil

    studi menunjukkan bahwa akti4asi sel-sel memori yang dibentuk pada

    pemaparan sebelumnya berlangsung lebih epat. *al tersebut membuktikan

    bahwa terdapat sejumlah perbedaan kuantitatif dan kualitatif dibandingkan

    dengan respon primer (demokun 2 ;alters, '"%.

    Beberapa konsep kuni yang perlu diperhatikan dalam memahami

    respon imun primer dan sekunder adalah sebagai berikut, sistem imun

    bawaan merupakan garis pertahanan pertama untuk melawan agen

    penginfeksi. Sistem imun adaptif akan menyediakan respon imunitas yang

    lebih efisien untuk membebaskan diri dari patogen setelah sistem imun

    tersebut mampu dilewati. Sistem imun adaptif memiliki kapasitas untuk

    mengingat berbagai antigen yang telah memapar sistem imun melalui proses

    ,ambar 3.3. Serm (o$i%i& 58L ,ambar 3.#.Serm Nea%i&

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    12/23

    yang disebut pengingatan imunologis. Sel-sel T spesifik terhadap antigen

    diseleksi selama respon imun primer dan meluas untuk menghasilkan klon-

    klon sel T dengan spesifitas tinggi untuk antigen pengakti4asi. Sistem imun

    pada respon primer terhadap antigen bergantung timus akan memilih sel B

    dengan afinitas dan spesifitas tinggi dan menjadi sel-sel memori. Pemilihan

    sel-sel B dengan afinitas tinggi terhadap antigen yang dipaparkan

    berlangsung di pusat germinal dari setiap folikel limfoid sekunder, dan

    membutuhkan en!im deaminase sitidin penginduksi akti4asi (9&% serta

    interaksi dengan sel imun lainnya. 7emampuan untuk mengubah isotipe

    dari antibodi yang diproduksi oleh sel B juga berlangsung di situs yang

    sama dan membutuhkan en!im 9&. Sel-sel memori pada respon imun

    sekunder terhadap antigen yang sama akan seara epat terakti4asi. Proses

    ini berlangsung lebih epat dan efektif daripada respon primer (demokun

    2 ;alters, '"%.

    3enurut 8awet! et al. ("#)=%, uji reaksi ;idal merupakan salah satu

    uji serologi melalui penggunaan serum darah manusia yang diketahui

    dengan adanya aglutinasi untuk mendiagnosis demam tifoid. Prinsip dari

    pengujian ini adalah reaksi aglutinasi yang terjadi pada serum penderita

    setelah diampur dengan suspensi antigen Salmonella. Pemeriksaan yang

    positif dikatakan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan

    antibodi (aglutinin% pada serum penderita. Pada pemeriksaan uji ;idal

    terdapat beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter penilaian hasil uji

    ;idal, antigen tersebut adalah G

    a. ntigen 5

    ntigen 5 merupakan antigen somatik yang terletak di lapisan luar tubuhkuman. Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. ntigen ini tahan

    terhadap pemanasan "L1 selama '?$ jam pada alkohol dan asam yang

    dienerkan. &engan serum yang mengandung anti 5, antigen ini

    mengadakan aglutinasi dengan lambat membentuk gumpalan berpasir.

    b. ntigen *

    ntigen * merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili

    Salmonella typhii dan berstruktur kimia protein. Salmonella typhii

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    13/23

    mempunyai antigen * fase " tunggal yang juga dimiliki beberapa

    Salmonella lain. ntigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu

    L1 dan pada pemberian alkohol atau asam.

    . ntigen Ei

    ntigen Ei ini terdapatpada kapsul 7 yang terletak pada daerah tepi

    kuman. Strain yang baru diisolasi dengan anti sera yang mengandung

    aglutinin anti 5 dan antigen Ei dirusak oleh pemanasan selama satu jam

    pada M1 dan oleh asam fenol. Biakan yang mempunyai antigen Ei

    enderung lebih 4irulen. &ari ketiga maam antigen tersebut di atas di

    dalam tubuh penderita akan menimbulkan pembentukan + maam

    antibodi yang la!im disebut aglutinin. &ari ketiga anglutinin (5, *, Ei%

    hanya anglutinin 5 dan * yang ditentukan titernya untuk diagnosis,

    semakin tinggi titer anglutininnya semakin besar pula kemungkinan

    untuk diagnosis demam tifoid. Pada infeksi yang aktif titer aglutinin akan

    meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang waktu paling

    sedikit lima hari.

    d. 5uter 3embrane Protein (53P%

    ntigen 53P S.

    typhii merupakan bagian dinding sel yang terletak di

    luar membran sitoplasmadan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel

    terhadap lingkungan sekitarnya. 53P ini terdiri dari ' bagian yaitu

    protein porin dan protein nonporin. Porin merupakan komponen utama

    53P, terdiri atas protein 53P 1, 53P &, 53P > dan merupakan

    saluran hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan B3 N

    .Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan terdenaturasi pada suhu

    $?"L1. Protein nonporin terdiri atas protein 53P , protein a danlipoprotein, bersifatsensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih

    belum diketahui dengan jelas.Beberapa penelitimenemukan antigen 53P

    S typhi yang sangat spesifik yaitu antigen protein $ k&aI$' k&a.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    14/23

    kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut'o point%. Beberapa

    keterbatasan uji ;idal adalah

    "% Positif Palsu

    3erupakan sebuah pengukuran untuk mengetahui probabilitas seorang

    pasien benar-benar mengidap suatu penyakit. Cilai positif palsu dihitung

    dengan membandingkan hasil benar positif dengan seluruh hasil tes

    positif menurut uji skrining dalam persen. Semakin tinggi kemampuan

    tes skrining memperkirakan seseorang menderita penyakit akan

    membantu petugas kesehatan memberikan penanganan yang tepat dan

    segera.

    '% Cegatif Palsu

    3enggambarkan probabilitas seorang pasien benar-benar tidak mengidap

    suatu penyakit. Cilai negatif palsu dihitung dengan membandingkan hasil

    benar negatif dengan seluruh hasil tes negatif menurut uji skrining dalam

    persen. Semakin tinggi kemampuan tes skrining memperkirakan

    seseorang tidak menderita suatu penyakit akan sangat membantu petugas

    kesehatan menghindarkan penanganan atau pengobatan yang tidak perlu

    sehingga terhindar dari efek samping pengobatan (Benson, "##%.

    lat-alat yang digunakan pada praktikum uji reaksi ;idal meliputi

    ob$ect "lass% mikropipet,yello& tips% dan mikroskop ahaya. >ungsi ob$ect

    "lass adalah sebagai media penetesan serum dan suspensi Salmonella typhii.

    3ikropipet dan yello& tipsberperan untuk memindahkan serum yang akan

    diuji. 3ikroskop ahaya berfungsi untuk melihat ada tidaknya reaksi

    aglutinasi setelah perlakuan seara detail. Bahan yang digunakan selama

    praktikum meliputi serum darah praktikan yang pernah sakit tifus dan belumpernah, serum kontrol positif dan negatif, serta suspensi bakteri Salmonella

    typhii antigen * produksi 3ureA. Penggunaan serum kontrol berperan

    sebagai pembanding dalam menganalisis hasil pengujian. dapun

    penggunaan serum darah praktikan dengan riwayat tifus dan tidak ada

    riwayat berperan sebagai objek utama pengujian. 3enurut *andojo et al.

    ('=%, larutan antigen 3ureA untuk uji ;idal harus dijaga dalam

    temperatur ruang setelah disimpan dalam lemari pendingin. Pengujian dapat

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    15/23

    dilakukan pada ob$ect "lass atau alat berupa lempeng transparan lainnya.

    *al ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya aglutinasi akibat

    terbentuknya kompleks ntigen-ntibodi setelah perlakuan. 7uantitas

    serum yang digunakan dapat disesuaikan dengan tingkat pengeneran yang

    dikehendaki.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    16/23

    a. Pengeneran " G , dibuat dengan ara memipet serum ' @l ditambah

    dengan " tetes (= @/% reagen Salmonella. pabila terjadi aglutinasi

    dihitung titer antibodinya. Perhitungan per titer antibodi adalah ' A

    "I" D "I.

    b. Pengeneran " G ", dibuat dengan ara memipet serum " @/ ditambah

    dengan " tetes (= @/% reagen Salmonella. pabila terjadi glutinasi

    dihitung titer antibodinya. Perhitungan per titer antibodi adalah " A

    "I" D "I".

    . Pengeneran " G +', dibuat dengan ara memipet serum $ @/ ditambah

    dengan " tetes (= @/% reagen Salmonella. pabila terjadi aglutinasi

    dihitung titer antibodinya. Perhitungan per titer antibodi adalah $ A

    "I" D "I+'.

    Titer antigen 5 dan * "I" menunjukkan hasil positif karena terdapat

    aglutinasi yang ditandai dengan adanya granula seperti pasir. Pada titer

    "I" perlunya dilakukan pemeriksaan ulang setelah $ hari dari

    pemeriksaan, guna melihat kenaikan titer. pada infeksi yang aktif titer uji

    ;idal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang

    waktu paling sedikit $ hari. Titer "I+' menunjukkan bahwa sampel daarah

    penderita yang digunakan mengalami infeksi sedang atau ringan. Titer "I=

    menunjukkan bahwa sampel penderita mengalami fase kronis atau berat dan

    perlunya dilakukan penanganan yang lebih lanjut. Semakin tinggi serum

    yang digunakan dan terdapat granula menunjukkan tingkat infeksi kuman

    Salmonella typhii(Robbins 2 7umar, "##$%.

    7elemahan yang penting dari penggunaan uji ;idal sebagai sarana

    penunjang diagnosis demam tifoid yaitu spesifisitas yang agak rendah dankesukaran untuk menginterpretasikan hasil, sebab adanya faktor yang

    mempengaruhi kenaikan titer. ntibodi terhadap antigen * bahkan mungkin

    dijumpai dengan titer yang lebih tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas

    silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan (;adhani 2

    Prihatini, '$%.

    >aktor faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan ;idal menurut

    Baron et al. ("##=% adalah

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    17/23

    a. >aktor faktor yang berhubungan dengan penderitaG

    "% 7eadaan umum gi!i penderita

    6i!i buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

    '% ;aktu pemeriksaan selama perjalanan penyakit

    glutinin baru dijumpai dalam darah setelah penderita mengalami sakit

    selama satu minggu dan menapai punaknya pada minggu kelima atau

    keenam sakit.

    +% Pengobatan dini dengan antibiotik

    Pemberian antibiotik dengan obat antimikroba dapat menghambat

    pembentukan antibodi.

    =% Penyakit-penyakit tertentu

    Pada beberapa penyakit yang menyertai demam tifoid tidak terjadi

    pembentukan antibodi, misalnya pada penderita leukemia dan karsinoma

    lanjut.

    $% Pemakaian obat imunosupresif atau kortikosteroid dapat menghambat

    pembentukan antibodi.

    % 9nfeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya

    7eadaan ini dapat menyebabkan uji ;idal positif, walaupun titer

    aglutininnya rendah. &i daerah endemik demam tifoid dapat dijumpai

    aglutinin pada orang-orang yang sehat.

    )% Eaksin

    Pemberian 4aksin demam tifoid akan menyebabkan peningkatan titer

    anglutinin 5 dan *.

    b. >aktor-faktor teknis

    "% glutinasi silang7arena beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen 5 dan

    * yang sama, maka reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat juga

    menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies lain. 5leh karena itu,

    spesies Salmonellapenyebab infeksi tidak dapat ditentukan dengan uji

    ;idal.

    '% 7onsentrasi suspensi antigen

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    18/23

    7onsentrasi suspensi antigen yang digunakan pada uji ;idal akan

    mempengaruhi hasilnya.

    +% Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen

    &aya aglutinasi suspensi antigen dari strain Salmonella setempat lebih

    baik daripada suspensi antigen dari strain lain.

    &emam tifoid adalah penyakit ineksi akut yang terdapat pada saluran

    penernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhii ditandai dengan

    adanya demam ) hari atau lebih, gangguan penernaan dan sistem saraf

    pusat (sakit kepala, kejang dan gangguan kesadaran%. &emam tifoid juga

    merupakan penyakit masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan

    rendah, enderung meningkat dan terjadi seara endemik. Biasanya angka

    kejadian tinggi pada daerah tropis. Sumber penularan penyakit demam

    tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase kon4alesen, dan

    kronik karier. Salmonella typhii dan Salmonella paratyphi masuk kedalam

    tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian

    kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus

    halus dan berkembang biak (7aur 2 8ain, '"'%.

    8ika respon imunitas humoral mukosa 9g usus kurang baik maka

    kuman akan menembus sel-sel epitel terutama sel 3 dan selanjutnya ke

    lamina propia. &i lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh

    sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. 7uman dapat hidup dan berkembang

    biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke pla(ue Peyeri ileum

    distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya

    melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk

    ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yangasimtomatik% dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh

    terutama hati dan limpa. &i organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel

    fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan

    selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan

    bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala

    penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan

    sakit perut. 6ejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    19/23

    dibanding dengan penderita dewasa. 3asa inkubasi rata-rata " ? ' hari.

    Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan

    tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat

    (*andojo et al., '=%.

    6ejala klinis yang biasa ditemukan setelah masa inkubasi Salmonella

    typhii usai menurut 1rump 2 3int! ('=% yaitu G

    a. &emam

    Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung + minggu. Bersifat

    febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama,

    suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun

    pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. &alam

    minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. &alam

    minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun dan normal kembali

    pada akhir minggu ketiga.

    b. 6angguan pada saluran penernaan

    Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan peah-

    peah (ragaden% . /idah ditutupi selaput putih kotor (oated tongue%,

    ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen

    mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus%. *ati dan

    limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan

    konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

    . 6angguan kesadaran

    aktor-faktor yang mempengaruhi (determinan% penularan demamtifoid menurut Rahman ('""% adalah G

    a. >aktor 9nang

    3anusia adalah sebagai reser4oir bagi kuman Salmonella thypi.

    Terjadinya penularan Salmonella thypi sebagian besar melalui

    makananIminuman yang teremar oleh kuman yang berasal dari

    penderita atau arrier yang biasanya keluar bersama dengan tinja atau

    urin. &apat juga terjadi trasmisi transplasenta dari seorang ibu hamil

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    20/23

    yang berada dalam bakterimia kepada bayinya. Penelitian yang dilakukan

    dengan desain case control, mengatakan bahwa kebiasaan jajan di luar

    mempunyai resiko terkena penyakit demam tifoid pada anak +, kali

    lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan tidak jajan diluar (5RD+,$%

    dan anak yang mempunyai kebiasaan tidak menui tangan sebelum

    makan beresiko terkena penyakit demam tifoid ',) lebih besar

    dibandingkan dengan kebiasaan menui tangan sebelum makan (5R D

    ',)%.

    b. >aktor gen

    &emam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii. 8umlah kuman

    yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak "$?"# kuman yang

    tertelan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Semakin

    besar jumlah Salmonella thypi yang tertelan, maka semakin pendek masa

    inkubasi penyakit demam tifoid.

    . >aktor /ingkungan

    &emam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai seara luas di

    daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak

    memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal

    yang memperepat terjadinya penyebaran demam tifoid adalah

    urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan standart hygiene

    industri pengolahan makanan yang masih rendah.

    *asil uji reaksi ;idal pada rombongan 999 menunjukkan hasil positif

    oleh kelompok " dan '. Serum darah yang diambil dari perwakilan

    kelompok tersebut sebelumnya telah memiliki riwayat penyakit tifus.

    glutinasi hingga tingkat titer "I+' terjadi pada kelompok " dan ',sedangkan pada kelompok + dan tidak terjadi aglutinasi. *al ini

    menunjukkan bahwa probandus pada kelompok " dan ' pernah terinfeksi

    Salmonella typhii dalam kategori berat, sedangkan yang lainnya terinfeksi

    sedang atau aktif. Serum kontrol positif ditandai dengan banyaknya

    aglutinasi yang teramati di bawah mikroskop ahaya dalam ukuran yang

    ber4ariasi, sedangkan pada serum kontrol negatif maupun hasil negatif tidak

    menunjukkan adanya aglutinasi. *asil pengujian ini sesuai dengan

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    21/23

    pernyataan *andojo et al. ('=%, yang menyebutkan bahwa uji reaksi ;idal

    dikatakan positif jika terjadi aglutinasi pada tingkat titer " G ". Tingkat

    4aliditas dari pengujian dapat menapai persentase lebih dari #$0.

    I. KESIM(+LAN

    Titer antibodi yang ditetapkan melalui pengeneran " G , " G ",

    dan " G +' berperan dalam menegakkan diagnosis infeksi bakteri

    Salmonella typhii pada seseorang, yang ditandai dengan adanya

    aglutinasi akibat pembentukan kompleks ntigen-ntibodi, dan searaberturut-turut dikategorisasi sebagai infeksi ringan, sedang, dan tinggi.

    *asil pengujian reaksi ;idal yang positif terinfeksi menunjukkan

    bahwa tingkatan sedang dijumpai pada sampel serum kelompok =, dan

    tingkatan berat dijumpai pada sampel serum kelompok '.

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    22/23

    DA/*AR RE//ERENSI

    demokun, . . 2 ;alters, &. &. '". 9mmune ResponsesG Primary and

    Seondary.)ournal Clinical Research. += ('%. pp. '+-+$.

    Baron, :.8., Peterson, /.R., >inego9d, S.3. "##=.Enterobactericeae. 9nG*ailey

    and Scott#s Dia"nostic +icrobiolo"y. #th ed. /ondon G The 1E 3osby 1o.

    Benson, *. 8. "##.+icrobilo"ical Application , Laboratory +anual in -eneral

    +icrobiolo"y. :disi E99. Boston G 36raw-*ill.

    1hoo 7. :., /im ;. O., Ra!if . R., riffin ;, 5ppenheimer S. 8., braham T.

    "##. ators of Salmonella

    enterica Pathogenesis.+icrobiolo"y Research. "). pp. "##-'".

    3uktiningtias, >. 7urniadewi, 9. 5rhidea. '". 9solasi dan Sekuensing >ragmen

    ",# 7ilobasa 6eneat Shock Protein) Salmonella entericaSero4ar Typhi.

    )urnal /imia dan Pendidikan /imia,"("%.ppG+'-=

    3uliawan S. O., 2 Surjawidjaya 8. :. "###. &iagnosis dini demam tifoid dengan

    menggunakan protein membran luar S. Typhi sebagai antigen spesifik. CD/.

    "'=. pp. ""-"+.

    Rahman, . >. '"". 0$i Dia"nostik Tes Serolo"i 1idal Dibandin"kan den"an

    /ultur Darah Seba"ai *aku Emas 0ntuk Dia"nosis Demam Tioid Pada

    Anak di RS0P Dr. /ariadi Semaran". Semarang G >akultas 7edokteran

  • 7/26/2019 Laporan Reaksi Widal 2015

    23/23

    Shwart!, R., :isner, . 2 ;illiam &. "#$#. The :ffet of -3eraptopurine on

    Primary and Seondary 9mmune Responses.)ournal o Clinical Research. )

    (+#%. pp. "+#=-"=+.

    Shanson, &. 1. "#$.+icrobiolo"y in Clinical Practice Edisi III. /ondon G ;rightBristol.

    Singh, S. '". Pathogenesis and /aboratory &iagnosis.)ournal Indian Academy

    o Clinical +edicine. ' ("%. pp. ")-'.

    Soemarno. '. Isolasi dan Identiikasi *akteri /linisG Oogyakarta G kademi

    nalis 7esehatan Oogyakarta &epartemen 7esehatan Republik 9ndonesia.

    Staf Pengajar >7