laporan praktikum teknologi benih

75
I. PENGUJIAN BERAT 1000 BENIH DAN KEMURNIAN BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Benih kini merupakan komoditi perdagangan yang memiliki peranan penting dalam produksi pertanian. Benih merupakan faktor awal yang menentukan berhasil tidaknya budidaya pertanian yang dilakukan. Benih yang mempunyai kualitas baik akan mendatangkan hasil yang baik bagi budidaya pertanian yang di kembangkan. Namun sebaliknya benih dengan kualitas yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan hasil pada budidaya pertanian yang diusahakan. Maka, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak dari proses produksi oleh produsen benih, hingga kemudian dipasarkan dan sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Pengujian benih menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas benih dan hal itu harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani. Pengujian benih terdiri atas pengujian berat 1000 benih dan kemurnian benih. Pada lahan yang luas kebutuhan benih tidak mungkin di hitung per satuan benih, akan tetapi dapat di gunakan metode 1

Upload: ikrimah-eko-wahyu-kuncoro

Post on 13-Jul-2016

206 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Teknologi Benih

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Teknologi Benih

I. PENGUJIAN BERAT 1000 BENIH DAN KEMURNIAN BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Benih kini merupakan komoditi perdagangan yang memiliki

peranan penting dalam produksi pertanian. Benih merupakan faktor awal

yang menentukan berhasil tidaknya budidaya pertanian yang dilakukan.

Benih yang mempunyai kualitas baik akan mendatangkan hasil yang baik

bagi budidaya pertanian yang di kembangkan. Namun sebaliknya benih

dengan kualitas yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan hasil pada

budidaya pertanian yang diusahakan. Maka, benih harus selalu dijaga

kualitasnya sejak dari proses produksi oleh produsen benih, hingga

kemudian dipasarkan dan sampai di tangan petani untuk proses penanaman.

Pengujian benih menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas

benih dan hal itu harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen

benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani. Pengujian benih terdiri

atas pengujian berat 1000 benih dan kemurnian benih. Pada lahan yang luas

kebutuhan benih tidak mungkin di hitung per satuan benih, akan tetapi

dapat di gunakan metode penghitungan berat 1000 benih dengan

melakukan uji terhadap sampel benih. Pengujian sampel benih dilakukan

untuk mengetahui persentase tingkat kemurnian benih terhadap

perbandingan komponen lain yang kemungkinan tercampur pengotor lain.

Bobot seribu benih adalah kegiatan menelaah benih dengan

membandingkan dengan bobot benih dengan deskripsi yang telah ada

sehingga dapat diketahui berat benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas

lahan yang akan ditanam. Benih dengan bobot besar dapat dianggap baik

karena dimungkinkan benih tersebut benar-benar masak pada saat

pemanenanya. Berbeda dengan bibit yang pemanenannya sebelum masak

maka bibit itu akan ringan. Kemurnian benih bermanfaat untuk menelaah

persentase tumbuhnya benih yang berbeda varietas terhadap varietas yang

hendak ditanam sehingga mutu secara genetik dapat terjaga.

1

Page 2: Laporan Praktikum Teknologi Benih

2

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara I Pengujian Berat 1000

Benih dan Kemurnian Benih antara lain:

a. Mengetahui kualitas benih ditinjau dari berat 1000 benih.

b. Mengetahui kualitas benih ditinjau dari tingkat kemurnian benih.

B. Tinjauan Pustaka

Benih merupakan permulaan, ia merupakan inti dari

kehidupan di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaannya

sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Dalam konteks agronomi, benih

dituntut untuk bermutu tinggi, sebab benih harus mampu menghasilkan

tanaman yang berproduksi maksimum sebagai teknologi yang maju. Benih

merupakan masukan yang penting dalam proses produksi tanaman. Kualitas

benih sangat berpengaruh terhadap penampilan dan hasil tanaman. Pada

tanaman tahunan, benih merupakan bahan/sumber utama untuk perbanyakan

bahan tanaman (Sukarman dan Hasanah 2005).

Kepastian mutu suatu kelompok benih yang diedarkan dan digunakan

untuk penanaman sangat diperlukan untuk menjamin baik pengguna, pengedar,

maupun pengada. Aspek legal dari mutu benih memerlukan perangkat berupa

metode pengujian yang standar. Metode tersebut diharapkan mampu

memberikan hasil yang seragam apabila pengujian terhadap suatu kelompok

benih dilakukan oleh institusi yang berbeda (Dede dan Nurhasybi 2008).

Benih bermutu dan bersertifikat adalah salah satu komponen utama

dalam peningkatan produksi budidaya tanaman. Benih dikatakan sehat kalau

benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus

maupun nematoda. Tidak semua benih bersertifikat bebas dari patogen terbawa

benih karena uji kesehatan benih tidak diwajibkan dalam sertifikasi benih.

Tingkat kepercayaan petani akan benih bersertifikat berkurang karena

keterbawaan patogen pada benih tinggi (Meilan et al. 2014).

Benih bermutu ialah benih yang dinyatakan sebagai benih yang

berkualitas tinggi dari tanaman unggul. Kriteria benih berkualitas yakni

Page 3: Laporan Praktikum Teknologi Benih

3

memiliki sifat-sifat unggul. Sifat unggul diantaranya memiliki daya tumbuh

diatas 90%, kecepatan tumbuh tinggi, benih sehat, murni dan tidak cacat serta

memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroklimat setempat

(Amir 2014).

Pengujian bobot 1000 butir merupakan salah satu parameter untuk

menentukan kualitas benih suatu varietas. Jika dua kelompok benih dengan

jumlah yang sama, yakni 1000 butir, namun salah satu kelompok benih lebih

berat, ini berarti bahwa ukuran dari salah satu kelompok benih lebih besar dari

kelompok lainnya. Artinya benih yang lebih besar tersebut jauh lebih

berkualitas dibanding benih varietas lainnya (Adhytya et al. 2014)

Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan

kualitas fisiologi benih. Pengujian benih dilakukan berdasarkan sampel yang

telah dipilih secara acak. Pengujian kemurnian benih dilakukan dengan

memisahkan tiga komponen, yaitu benih murni, benih tanaman lain, dan

kotoran benih. Setelah itu, hitung persentase dari ketiga komponen benih

tersebut (Dadan dan Ceng 2012).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara I Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian

Benih dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Oktober 2015 pukul

14.00-16.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi

Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat:

1) Timbangan

2) Cawan Petri

3) Kalkulator

b. Bahan :

1) Benih tomat (Solanum lycopersicum L.)

2) Benih semangka kuning (Citrullus sp.)

3. Cara Kerja

Page 4: Laporan Praktikum Teknologi Benih

4

a. Pengujian berat 1000 benih

1) Menimbang 100 benih kemudian dikalikan 10 dan membuat 3 kali

ulangan.

2) Menghitung rata-rata berat 1000 benih dan standart deviasinya.

3) Menentukan berat 1000 benih maksimum dan minimumnya.

b. Pengujian kemurnian benih

1) Mengambil contoh benih 2 gram

2) Ke 2 gram ini dilakukan pemisahan : benih murni, benih tanaman

lain atau varietas lain, dan kotoran atau benda mati.

3) Menimbang dari masing-masing bagian dengan tingat ketelitian dua

desimal.

4) Menghitung rata-rata ulangan

5) Menghitung persentase: benih murni, benih tanaman lain atau

varietas lain, dan kotoran atau benda mati terhadap sampel 2 gram.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan dan Analisis Data

a. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Pengujian Berat Benih Tomat (Solanum lycopersicum L.) 1000 Benih

Ulangan Berat 1000 Benih (y-ӯ)2

123

3,53,63,1

0,010,040,09

Σ 10,2 0,14ӯ 3,4 0,05

Sumber: Laporan Sementara

Tabel 2.1 Pengujian Kemurnian Benih Semangka Kuning (Citrullus sp.)Kelompok Berat Benih

MurniBerat Benih

Tanaman LainPersentase Benda Mati

gr % gr % gr %3516

1,551,351,251,31

77,567,562,565,5

0,350,440,670,54

17,522

33,527

0,10,2

0,080,13

5104

6,5Σ 5,46 272,8 2 100 0,51 15,5ӯ 1,365 68,2 0,5 25 0,1275 6,375

Page 5: Laporan Praktikum Teknologi Benih

5

Sumber: Laporan Sementar

Gambar 1.1 Penimbangan Gambar 1.2 PenimbanganBenih Semangka Benih Semangka

b. Analisis Perhitungan

SD = 0,26

Berat maksimal benih tomat = ӯ+SD

= 3,4+0,26

= 3,66 gr

Berat minimal benih tomat = ӯ-SD

= 3,4-0,26

= 3,14 gr

Page 6: Laporan Praktikum Teknologi Benih

6

2. Pembahasan

Menurut UU Nomor 29 Tahun 2000 benih adalah tanaman dan atau

bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau

mengembangbiakkan tanaman. Dalam KBBI benih murni merupakan benih

yang meliputi semua varietas dari tiap spesies tanaman yang diakui

sebagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau yang ditemukan pada

pengujian laboratorium. Benih bermutu adalah benih yang mampu

berkecambah dalam kondisi yang cukup baik.  Benih yang bermutu juga

harus mampu menghasilkan bibit yang berkualitas tinggi, yaitu dapat

tumbuh dengan baik serta tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang

menguntungkan (Silvikultur 2011). Sedangkan menurut Amir (2014) benih

bermutu ialah benih yang dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi

dari tanaman unggul. Kriteria benih berkualitas yakni memiliki sifat-sifat

unggul. Sifat unggul diantaranya memiliki daya tumbuh diatas 90%,

kecepatan tumbuh tinggi, benih sehat, murni dan tidak cacat serta memiliki

daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroklimat setempat.

Pengujian berat 1000 benih merupakan kegiatan menimbang bobot

benih sejumlah 1000 benih. Pada dua sampel kegiatan ini digunakan untuk

menelaah jenis benih yang baik secara fisik dengan parameter besar

kecilnya benih. Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan yang

dilakukan dengan melakukan perhitungan kadar persen benih yang

diinginkan varietasnya dengan terlebih dahulu memilah benih murni, benih

varietas lain serta pengotor dalam sampel. Kegiatan ini dilakukan untuk

mengetahui berapa persen benih yang sesuai dengan varietas yang

diinginkan yang telah disemai.

Pengujian berat 1000 biji dan kemurnian benih bertujuan untuk

mengetahui kualitas benih ditinjau dari berat 1000 benih dan mengetahui

kualitas benih ditinjau dari tingkat kemurnian benih. Pengujian benih

tersebut bertujuan untuk mempelajari dan menetapkan nilai sesuai dengan

Page 7: Laporan Praktikum Teknologi Benih

7

parameter setiap contoh benih yang perlu. Banyaknya varietas tanaman

yang beranekaragam memungkinkan terjadinya kecenderungan benih akan

tercampur antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin

penggunaan benih yang benar-benar murni, bersih dan tidak tercampur

dengan bahan lainnya, salah satunya adalah dengan melakukan pengujian

kemurnian benih. Pengujian berat 1000 benih juga dapat digunakan untuk

menentukan berat benih yang akan ditanam pada suatu lahan.

Menurut Vyaniss (2010) Perhitungan dari standar deviasi perlu

diketahui, karena erat kaitannya dengan perhitungan berat maksimal benih

maupun berat minimal benih. Selain itu standar deviasi juga akan

mempengaruhi tingkat keseragaman benih. Hasil perhitungan standar

deviasi seharusnya tidak boleh lebih dari 1. Jika hasil yang diperoleh lebih

dari 1, maka tingkat keseragaman benih tersebut dapat dikatakan rendah.

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, diperoleh hasil perhitungan standar

deviasi rata-rata berat 1000 benih yaitu 0,26. Sedangkan berat benih

maksimal dan minimal berturut-turut yaitu 3,66 gr dan 3,14 gr. Hal tersebut

menandakan bahwa tingkat keseragaman dalam benih tomat tersebut cukup

tinggi berdasarkan perhitungan standar deviasinya.

Berdasarkan data pada tabel 1.2 didapatkan informasi mengenai

tingkat kemurnian pada benih. Dari 2 gram benih yang digunakan untuk

praktikum didapatkan tingkat kemurnian benih sampel kelompok kami

yaitu 65,5 %. Sementara dari berat 2 gram benih yang dianalisis, terdapat

27% tanaman lain dan 6,5% kotoran atau benda mati. Hal tersebut

menandakan bahwa sampel merupakan benih yang tidak berkualitas karena

tingkat kemurnian masih dibawah 90% sehingga akan merugikan apabila

disemai. Apabila digunakan sampel ke semua kelompok dengan total berat

benih 8 gram akan diperoleh tingkat kemurnian 68,2% dengan berat benih

lain 25% dan pengotor 6,375%. Hal tersebut semakin menguatkan bahwa

benih sampel yang diuji memiliki kualitas yang buruk dari segi tingkat

kemurnian.

Page 8: Laporan Praktikum Teknologi Benih

8

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara I Pengujian Berat 1000 Benih

dan Kemurnian Benih adalah sebagai berikut:

a. Benih murni dan bermutu merupakan benih yang sesuai dengan

deskripsi genetiknya dan unggul dalam fisik maupun fisiologis.

b. Pengujian berat dan kemurnian benih bermanfaat untuk mengetahui

keseragaman dan tingkat kemurnian genetiknya.

c. Standar deviasi digunakan untuk menentukan tingkat keseragaman

benih.

d. Standar deviasi < 1 berarti keseragaman benih cukup baik.

e. Tingkat keseragaman benih sampel cukup tinggi berdasar standar

deviasinya

f. Tingkat kemurnian benih sangat buruk karena dibawah 90%.

2. Saran

a. Timbangan digital hendaknya di cek terlebih dahulu keakuratannya

agar hasil pengamatan yang didapat dapat kredibel.

b. Faktor yang mempengaruhi timbangan digital hendaknya diantisipasi

seperti kipas angin agar perhitungan dapat akurat.

Page 9: Laporan Praktikum Teknologi Benih

DAFTAR PUSTAKA

Cahya DA, Respatijarti, Soetopo L. 2014. Pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap pertumbuhan dan produksi cabai rawit (Capsicum frutescent L.) varietas comexio. Jurnal Produksi Tanaman 2(4): 339-346.

Dede JS, Nurhasybi. 2008. Pengembangan standar pengujian kadar air dan perkecambahan benih beberapa jenis tanaman hutan untuk menunjang program penanaman hutan di daerah. Jurnal Prosiding Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.

Hamzah A. 2014. 9 Jurus sukses bertanam pepaya california. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2015. Deskripsi benih murni. URL: http://kbbi.web.id/benih. Diakses 5 November 2015.

Mulyana D, dan Asmarahman C. 2012. Untung besar dari bertanam sengon. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Situmeang M, Purwantoro A, dan Sulandari S. 2014. Pengaruh pemanasan terhadap perkecambahan dan kesehatan benih kedelai. Jurnal Vegetalika. 3(3): 27 – 37.

Silvikultur 2011. Definisi benih bermutu. URL: http://www.silvikultur.com/ definisi_benih_bermutu.html. Diakses 5 November 2015.

Sukarman dan Hasanah M. 2005. Perbaikan mutu benih aneka tanaman perkebunan melalui cara panen dan penangan benih. Jurnal Litbang Pertanian. 22(1): 16-23.

Vyaniss 2010. Laporan praktikum teknologi benih. URL: http://viyyaniss. blogspot.co.id/2010/10/laporan-praktikum-teknologi-benih.html. Diakses 5 November 2015.

Page 10: Laporan Praktikum Teknologi Benih

II. PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Benih merupakan substansi yang memiliki sifat mudah

menguapkan dan menyerap air, memiliki susunan yang kompleks dan

terdiri atas berbagai macam jaringan. Air merupakan bagian penting yang

terdapat sedemikian rupa dalam benih, artinya air terdapat dalam benih di

setiap bagiannya. Kadar air benih yang karena keadaannya mudah menguap

maupun terserap itu tergantung pada kelembaban suhu udara lingkungan

sekitarnya.

Benih merupakan biji tanaman dengan fungsi utama sebagai

embrio bibit untuk penanaman generatif. Maka benih yang diproduksi dan

tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang

mampu berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup tiga aspek yaitu

mutu genetik, mutu fisiologi, dan mutu fisik. Kadar air benih merupakan

salah satu komponen dalam mutu fisik yang harus diketahui baik untuk

tujuan pengolahan maupun penyimpanan  benih.

Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap

benih selama penyimpanan. Menyimpan benih pada kadar air tinggi

berisiko mempercepat mundurnya kualitas benih karena cadangan makanan

yang teroksidasi selama dalam penyimpanan. Selain itu kadar air tinggi

juga dapat menyebabkan tumbuhnya substrat jamur yang memicu

kerusakan benih. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada

embrio benih, dengan kata lain apabila kadar air dalam benih tidak sesuai

standar maka dapat menurunkan kualitas benih tersebut. Kadar air biji atau

benih berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat dan saat

penyimpanan benih. Pemanenan harus dilakukan pada tingkat kadar air

tertentu pada masing-masing spesies atau varietas. Hal tersebut dilakukan

agar hasil maksimal. Maka manfaat mengetahui kadar air dalam benih,

akan menunjukan kapan saat panen yang tepat dalam budidaya pertanian

10

Page 11: Laporan Praktikum Teknologi Benih

11

serta dapat mengetahui tingkat mutu benih yang akan disemai, secara mutu

fisiknya.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara II Pengujian Kadar Air

Benih antara lain:

a. Mengetahui kadar air benih dengan metode dasar

b. Menguji kadar air benih dengan metode praktis

B. Tinjauan Pustaka

Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran

benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air

benih. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih kedelai

selama penyimpanan adalah mutu dan daya kecambah sebelum disimpan,

kadar air benih, kelembapan ruangan penyimpanan, suhu tempat penyimpanan,

hama dan penyakit di tempat penyimpanan dan lama penyimpanan

(Samuel et al. 2012).

Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dalam benih yang

hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, dinyatakan

dalam prosentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air

adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan

hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%)

terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk

untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan

kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan

viabilitas benih tersebut (Dewi 2013).

Tidak semua benih yang diperoleh habis ditanam dalam satu periode

penanaman, untuk itu perlu dilakukan penyimpanan benih dengan baik agar

dapat tahan lama dan kualitasnya tidak menurun. Faktor yang paling penting

diperhatikan saat penyimpanan adalah benih harus dalam kondisi kering

dengan kadar air kurang dari 14%. Kadar tersebut juga merupakan kadar yang

optimal dalam proses perkecambahan (Purwono dan Rudi 2008).

Page 12: Laporan Praktikum Teknologi Benih

12

Waktu panen diusahakan benih yang dipanen merupakan benih yang

telah masak fisiologis, dengan kadar air rendah, atau jika pada waktu panen

kadar air masih tinggi, maka benih tersebut harus segera dikeringkan terlebih

dahulu sebelum akhirnya disimpan. Kadar air yang tinggi pada waktu panen

dapat mempengaruhi daya simpan benih, karena benih ini mudah mengalami

kerusakan pada waktu panen, perontokan, pengolahan dan penanganan lebih

lanjut. Pada waktu benih diproses kadar air benih dikurangi hingga tahap

tertentu yang aman untuk penyimpanan. Penurunan kadar air benih ini

bertujuan untuk menekan laju respirasi benih. Semakin rendah kadar air benih,

laju respirasi akan semakin rendah pula, sehingga benih dapat disimpan lebih

lama karena laju deteriorisasinya lambat. Namun kadar air benih yang terlalu

rendah justru dapat menyebabkan benih menjadi pecah atau mudah mengalami

kerusakan (Hendarto 2003).

Cuaca yang tidak konstan dapat berpengaruh pada penyimpanan benih, karena akan mengakibatkan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sering berubah. Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban ruang penyimpanaan. Sehingga apabila ruangan tempat penyimpanan benih mempunyai kadar air yang lebih tinggi daripada kadar air benih, maka benih akan menyerap air dari udara akibatnya kadar air benih meningkat(Lesilolo et al. 2012).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara II Pengujian Kadar Air Benih dilaksanakan pada

hari Kamis, tanggal 29 Oktober 2015 pukul 14.00-16.00 WIB di

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat :

Page 13: Laporan Praktikum Teknologi Benih

13

1) Timbangan

2) Oven

3) Alat penguji kadar air benih

4) Cawan petri

b. Bahan :

1) Benih Pepaya (Carica papaya)

c. Cara Kerja

1) Metode Dasar

a) Menimbang masing-masing 3 cawan porselin yang telah

dipanaskan terlebih dahulu (w1 gram).

b) Menimbang cawan poeselin + contoh benih sebanyak 10 benih

dengan ulangan 3 kali (w2 gram).

c) Memanaskan cawan porselin + contoh benih ke dalam oven

pada suhu 130 derajat celcius selama 50 menit.

d) Mendinginkan cawan porselin (sampai dingin).

e) Menimbang cawan porselin + contoh benih yang telah dingin

(w3 gram).

f) Menghitung persentase air yang dilepaskan.

2) Metode Praktis

a. Menyiapkan seed moisture tester.

b. Mengoperasikan alat sesuai dengan petunjuk yang ada.

c. Menghitung kadar air benih dengan ulangan 3 kali.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Pengujian Kadar Air Benih Pepaya (Carica papaya) dengan Metode Dasar

Ulangan W1 W2 W3 W2-W3 W2-W1 Kadar Air (%)1 3,86 4,16 4,13 0,03 0,30 10,002 3,89 4,20 4,15 0,05 0,31 16,303 3,92 4,19 4,15 0,04 0,27 14,81Σ 11,67 12,55 12,43 0,12 0,88 40,94

Page 14: Laporan Praktikum Teknologi Benih

14

ӯ 3,89 4,18 4,14 0,04 0,29 13,65Sumber: Laporan Sementara

Analisis Data:

Persentase Air yang dilepas

Ulangan 1

Ulangan 1

Ulangan 1

Tabel 2.2. Pengujian Kadar Air Benih Pepaya (Carica papaya) dengan Metode Praktis

Ulangan Kadar Air (%)1 28,92 28,93 28,94 28,95 28,9Σ 144,5ӯ 28,9

Sumber: Laporan Sementara

Gambar 2.1 Pengujian Kadar Air dengan Metode Praktis

2. Pembahasan

Menurut Dewi (2013) Kadar air benih ialah berat air yang

dikandung dalam benih yang hilang karena pemanasan sesuai dengan

Page 15: Laporan Praktikum Teknologi Benih

15

aturan yang ditetapkan, dinyatakan dalam prosentase terhadap berat awal

contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam

benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan

dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal contoh benih. Kadar

air dalam benih dapat dihitung dengan beberapa metode dan cara.

Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui

kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang

tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih

tersebut (Dewi 2013). Selain itu juga untuk mengetahui benih yang telah

masak secara fisiologis dalam proses pemanenan.

Kadar air yang tinggi saat panen dapat mempengaruhi daya simpan

benih, karena benih ini mudah mengalami kerusakan pada waktu panen,

perontokan, pengolahan dan penanganan lebih lanjut. Kadar air yang

rendah akan mempengaruhi laju respirasi menjadi rendah, sehingga benih

dapat disimpan lebih lama karena laju deteriorisasinya lambat. Namun

kadar air benih yang terlalu rendah justru dapat menyebabkan benih

menjadi pecah atau mudah mengalami kerusakan (Hendarto 2003). Kadar air benih yang terlalu tinggi mendorong terciptanya kondisi yang mempercepat laju kerusakan benih, akibat terjadinya proses metabolisme dan respirasi. Laju respirasi yang tinggi dapat mempercepat hilangnya viabilitas benih. Selain itu kadar air benih yang tinggi akan memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan kualitas benih.

Dua metode yang sering digunakan dalam menguji kadar air benih adalah metode oven dan metode otomatis menggunakan balance moisture tester. Metode oven diakukan dengan membandingkan berat benih sebelum dilakukan pengeringan di oven dan setelah pengeringan dengan perhitungan. Sementara metode otomatis menggunakan perangkat elektronik yang secara praktis dan otomatis mengetahui kadar air benih meskipun tingkat

Page 16: Laporan Praktikum Teknologi Benih

16

akurasi rendah (Dewi 2013). Metode yang lebih baik di lapangan adalah metode otomatis karena dapat secara langsung mengetahui kadar air benih, sedangkan untuk tujuan penelitian maupun laboratorium metode yang lebih baik adalah metode oven karena memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.

Dari pengamatan kadar air benih yang telah dilakukan dengan

menggunakan metode dasar didapatkan kadar air benih dengan tiga kali

ulangan (sampel) adalah 10%, 16,3%, dan 14,81%. Dari ketiga sampel

tidak terdapat gap sebesar 6,3 dengan rata-rata kadar airnya sebesar

13,65%. Hal tersebut menurut Purwono dan Rudi (2008) menandakan

bahwa kadar air benih telah sesuai untuk syarat penyimpanan karena kadar

airnya dibawah 14%.

Berdasarkan hasil pengamatan dengan metode praktis diperoleh

hasil kadar air benih sebesar 28,9% untuk lima kali ulangan. Jika

dibandingkan hasilnya dengan metode dasar maka hasilnya cukup jauh.

Namun dalam tingkat ketelitian lebih dipercaya metode dasar karena

menggunakan analisis perhitungan sehingga dalam penelitian dapat dipakai

metode dasar sebagai acuan. Namun dalam praktek di lapangan lebih

praktis menggunakan metode praktis karena tidak membutuhkan waktu

yang lama.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara II. Pengujian

Kadar Air Benih adalah sebagai berikut:

a. Kadar air benih merupakan besar kandungan air dalam benih.

b. Kadar air benih bertujuan menetapkan kadar air benih sebelum

disimpan untuk mempertahankan viabilitas benih.

c. Kadar air benih tinggi menyebabkan laju respirasi tinggi sehingga benih

cepat rusak.

d. Kadar air benih rendah berpengaruh pada embrio benih.

Page 17: Laporan Praktikum Teknologi Benih

17

e. Metode dasar baik digunakan untuk analisis laboratorium, metode

praktis baik digunakan di lahan secara langsung.

f. Rata-rata kadar air benih dengan metode dasar sebesar 13,65%

sehingga benih siap untuk disimpan.

g. Rata-rata kadar air benih dengan metode praktis sebesar 28,9%

perbedaan yang besar tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketelitian

alat penguji rendah.

2. Saran

a. Hendaknya praktikan lebih serius dalam praktikum sehingga dapat

meminimalkan kesalahan dalam perhitungan maupun penimbangan.

b. Sebaiknya Coass mengecek kesiapan peralatan praktikum terlebih

dahulu agar praktikum dapat berjalan lancar.

Page 18: Laporan Praktikum Teknologi Benih

DAFTAR PUSTAKA

Kuswanto H. 2003. Teknologi pemrosesan, pengemasan, dan penyimpanan benih. Yogyakarta : Kanisius.

Purwono dan Hartono R. 2008. Bertanam jagung unggul. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Rahmitasari D. 2013. Analisis kadar air benih. Surabaya: Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan.

Samuel, Purnamaningsih SL, dan Kendarini N. 2012. Pengaruh kadar air terhadap penurunan mutu fisiologis benih kedelai (Glycine max L.) varietas gepak kuning selama dalam penyimpanan. Jurnal Agronomi 2(12) : 123-136.

Lesilolo MK, Patty J dan Tetty N. 2012. Penggunaan desikan abu dan lama simpan terhadap kualitas benih jagung (Zea mays) pada penyimpanan ruang terbuka. Jurnal Agrologia 1(1): 51-59.

Page 19: Laporan Praktikum Teknologi Benih

I. PENGUJIAN DAYA KECAMBAH BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Benih memiliki peranan penting dalam produksi pertanian. Benih

merupakan faktor awal yang menentukan berhasil tidaknya budidaya

pertanian yang dilakukan. Benih dengan kualitas baik akan mendatangkan

hasil yang baik bagi budidaya pertanian. Namun sebaliknya benih dengan

kualitas yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan hasil pada budidaya

pertanian. Maka, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak dari proses

produksi oleh produsen benih, hingga kemudian dipasarkan dan sampai di

tangan petani untuk proses penanaman.

Pengujian benih menjadi sangat penting untuk menjaga kualitas

benih dan hal itu harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen

benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani. Salah satu contoh

pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji perkecambahan benih.

Uji viabilitas benih dapat dilakukan dengan mengukur gejala-gejala

metabolisme ataupun dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur

tumbuh tertentu.

Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji,

sering dibayangkan bahwa perkecambahan biji adalah suatu peristiwa atau

proses pada biji yang terjadi sesudah panen atau biji berkecambah setelah

biji tersebut masak. Akan tetapi, biji bisa berkecambah jauh sebelum

tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai berat kering

maksimum. Daya kecambah akan meningkat dengan bertambah tuanya biji

dan mencapai daya perkecambahan maksimal tetapi sesudah itu akan

menurun dengan kecapatan yang sesuai dengan keadaan lapangan.

Uji perkecambahan bagi bermanfaat untuk menentukan kualitas

suatu benih. Disini dapat menekan biaya akibat kegagalan perkecambahan.

Selain itu kualitas benih yang dihasilkan akan sesuai dengan keinginan

sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas dalam budidaya.

19

Page 20: Laporan Praktikum Teknologi Benih

20

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara III Pengujian Daya

Kecambah Benih antara lain:

a. Mengetahui daya kecambah benih

b. Mengetahui kecepatan kecambah benih

B. Tinjauan Pustaka

Kemunduran benih selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Setyastuti 2004).

Biji atau benih yang dinyatakan berkecambah apabila telah

mengeluarkan unsur-unsur utama dari lembaga, yaitu akar dan tunas. Suatu biji

tumbuhan dapat berkecambah jika syarat-syarat kecambah terpenuhi. Syarat

kecambha benih diantaranya embrio biji yang masih hidup, biji tidak dalam

keadaan dorman serta faktor lingkungan menguntungkan untuk pekecambahan

(Sutopo 2004).

Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan

potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Ciri-ciri kecambah

abnormal diantaranya kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar

primer pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting

lemah dan kurang seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon

membengkok, akar pendek, kecambah kerdil, kecambah tidak membentuk

klorofil, kecambah lunak (Elam et al. 2000).

Page 21: Laporan Praktikum Teknologi Benih

21

Vigor benih dapat diketahui dari kekuatan tumbuh benih melalui

kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuh benih. Kecepatan tumbuh

benih adalah jumlah % kecambah normal. Keserempakan tumbuh benih adalah

% kecambah normal kuat pada periode perkecambahan tertentu. Keduanya

dilakukan dalam kondisi optimum (Kartasapoetra 2003).

Pengujian daya berkecambah benih diperlukan untuk memberikan

informasi kepada para produsen, pedagang dan pengguna mengenai nilai benih

sebagai bahan tanam (planting value of seed). Untuk mendukung industri dan

perdagangan benih, metode pengujian yang digunakan harus memiliki tingkat

akurasi dan presisi yang tinggi. Oleh karena itu, metode tersebut harus

dikembangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah dan akumulasi pengalaman

para analis benih (Udin et al. 2010).

Uji perkecambahan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan

benih untuk berkecambah maksimum pada kondisi optimum. Pengujian

perkecambahan dapat dilakukan di laboratorium maupun di rumah

kaca/lapangan. Pengujian perkecambahan di laboratorium dapat menggunakan

media kertas dengan beberapa metoda, di antaranya UDK (Uji Di atas Kertas),

UKDpd (Uji Kertas Digulung dengan posisi didirikan) dan UAK (Uji Antar

Kertas). Sedangkan pengujian di rumah kaca/lapangan dapat menggunakan

media tanah, pasir, vermikulit, dan serbuk sabut kelapa (Naning et al. 2009).

Mutu benih dapat dilihat dari penampakkannya seperti kebernasan benih,

warna benih, campuran fisik benih, dan perkecambahan benih. Dengan cara ini

benih dapat dibedakan bermutu tinggi dan bermutu rendah. Namun, cara ini

masih banyak kekurangannya karena mutu benih tidak hanya dilihat dari sifat

fisik tetapi terkait dengan sifat genetik dan proses fisiologi benih. Mutu genetik

dimaksudkan untuk menilai kemurnian dan keunggulan varietas. Sementara

mutu fisiologis dimaksudkan untuk menilai daya tumbuh benih, kadar air, dan

vigor benih (Purwono 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu air, cahaya, dan

temperatur. Kekurangan air, benih akan mengalami kegagalan perkecambahan

sedangkan apabila kelebihan air benih akan busuk. Temperatur yang rendah

Page 22: Laporan Praktikum Teknologi Benih

22

dapat menyebabkan benih gagal berkecambah sedangkan temperatur yang

terlalu tinggi, benih akan rusak. Penyinaran yang rendah akan menyebabkan

benih mengalami etiolasi sedangkan penyinaran yang tinggi menyebabkan

benih rusak (Hari dan Nisa 2007).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara III Pengujian Daya Kecambah Benih dilaksanakan

pada hari Kamis, tanggal 5 November 2015 pukul 14.00-16.00 WIB di

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Petridish

2) Gelas Air Mineral

3) Kertas perkecambahan

b. Bahan

1) Benih melon (Cucumis melo L.)

2) Benih bayam merah (Amaranthus sp.)

3) Pasir

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan petridish dan gelas air mineral serta media perkecambahan

berupa kertas dan pasir

b. Mengecambahakan benih pada media perkecambahan pada kertas (PK),

antar kertas (AK), pada pasir (PP), dan dalam pasir (DP)

c. Menjaga kelembaban dengan menyemprot air pada permukaan

kecambah

d. Melakukan pengamatan: kecambah normal, abnormal, dan yang mati.

e. Menghitung daya dan kecepatan berkecambah, perhitungan daya

kecambah pada hari terakhir pengamatan, sedangkan kecepatan

berkecambah dihitung pada hari ketiga

Page 23: Laporan Praktikum Teknologi Benih

23

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada Kertas

Jenis Benih Sampel KK DK Panjang

AkarTinggi

TanamanJumlahDaun Kondisi

Benih Bayam Merah

(Amaranthus sp. )

12345

100% 100%

2,83,02,01,70,8

3,33,32,53,70,8

22220

NormalNormalNormalNormalNormal

Benih Melon

(Cucumis melo L.)

12345

80% 60%

5,36,04,500

5,45,62,500

22200

NormalNormalNormalAbnormalAbormal

Sumber: Laporan sementara

Tabel 3.2 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Antar Kertas

Jenis Benih Sampel KK DK Panjang

AkarTinggi

TanamanJumlahDaun Kondisi

Benih Bayam Merah

(Amaranthus sp. )

12345

100% 100%

2,83,02,01,70,8

3,33,32,53,70,8

22220

NormalNormalNormalNormalNormal

Benih Melon

(Cucumis melo L.)

12345

80% 60%

5,36,04,500

5,45,62,500

22200

NormalNormalNormalAbnormalAbormal

Sumber: Laporan Sementara

Page 24: Laporan Praktikum Teknologi Benih

24

Tabel 3.3 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada Pasir

Jenis Benih Sampel KK DK Panjang

AkarTinggi

TanamanJumlahDaun Kondisi

Benih Bayam Merah

(Amaranthus sp. )

12345

100% 100%

2,83,02,01,70,8

3,33,32,53,70,8

22220

NormalNormalNormalNormalNormal

Benih Melon

(Cucumis melo L.)

12345

80% 60%

5,36,04,500

5,45,62,500

22200

NormalNormalNormalAbnormalAbormal

Sumber: Laporan Sementara

Tabel 3.4 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Dalam Pasir

Jenis Benih Sampel KK DK Panjang

AkarTinggi

TanamanJumlahDaun Kondisi

Benih Bayam Merah

(Amaranthus sp. )

12345

100% 100%

2,83,02,01,70,8

3,33,32,53,70,8

22220

NormalNormalNormalNormalNormal

Benih Melon

(Cucumis melo L.)

12345

80% 60%

5,36,04,500

5,45,62,500

22200

NormalNormalNormalAbnormalAbormal

Sumber: Laporan Sementara

Gambar 3.1 Benih dengan Gambar 3.1 Benih dengan Perlakuan pada Kertas Perlakuan antar Kertas

Page 25: Laporan Praktikum Teknologi Benih

25

Gambar 3.3 Benih dengan Gambar 3.4 Benih dengan Perlakuan pada Pasir Perlakuan dalam Pasir

Analisis Data

a. Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada Kertas

b. Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Antar Kertas

c. Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada Pasir

Page 26: Laporan Praktikum Teknologi Benih

26

d. Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Dalam Pasir

2. Pembahasan

Kecepatan dan daya kecambah merupakan uji untuk mengetahui

keadaan viabilitas suatu benih. Kecepatan kecambah merupakan jumlah

prosentase benih yang berkecambah terhadap keseluruhan benih yang

berkecambah pada hari ke 7 setelah penyemaian. Daya kecambah

merupakan jumlah prosentase benih yang berkecambah terhadap

keseluruhan benih yang berkecambah pada hari ke 4 setelah penyemaian.

Menurut Hapsari (2015) Benih dikatakan berkecambah apabila

sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya yaitu plumula dan radikel

yang keduanya tumbuh normal  dalam jangka waktu sesuai dengan

ketentuan. Proses perkecambahan ini bisa berupa suatu

proses metabiolisme yang terdiri dari proses katabiolisme dan anabiolisme

dimana pada katabiolisme terjadi proses terjadi perombakan cadangan

makanan sehingga menghasilkan energi ATP, sedangkan pada anabiolisme 

terjadi sintesa senyawa protein untuk pembentukan sel-sel baru pada

embrio. Kedua proses ini terjadi secara  berurutan pada tempat yang

berbeda. Adapun tahapan perkecambahan adalah berikut tahap pertama

dimulai dengan penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan

Page 27: Laporan Praktikum Teknologi Benih

27

hidrasi oleh protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan sel-sel dan

enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan

tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak

dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke

titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang

telah terurai di daerah meristematik untuk menghasilkan energi dari

kegiatan pembentukan komponen dalam pertumbuhan sel-sel baru. Tahap

kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,

pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh, pertumbuhan

kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji.

Kecambah yang normal memiliki kriteria antara lain:

a) Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan

batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun

berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang

baik.

b) Kecambah dengan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon,

daun primer, dan koleoptil.

c) Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna.

Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan

potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Hal tersebut

menandakan bahwa kecambah yang pertumbuhannya aneh dan tidak wajar

maupun berbeda dengan tanaman yang tumbuh dengan normal, tanaman

tersebut memiliki akar yang bengkok maupun tumbuh terbalik. Kecambah

di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :

a) Kecambah rusak: kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak

berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.

b) Kecambah cacat atau tidak seimbang: kecambah dengan pertumbuhan

lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak

proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu

plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan

radikula tumbuh sebaliknya.

Page 28: Laporan Praktikum Teknologi Benih

28

c) Kecambah lambat: kecambah yang pada akhir pengujian belum

mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan

kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya

lebih kecil.

d) Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah

sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:

(1) Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal

berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi

untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air,

sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada

pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika

waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.

(2) Benih keras: Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian.

Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya

benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar

tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan

karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.

Benih mati merupakan benih yang sampai pada akhir masa

pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat

dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak

kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang

menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan

tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit.

Secara keseluruhan pada uji perkecambahan bayam merah yang

paling baik terjadi dengan metode pada kertas. Secara berurutan yang paling

baik yakni pada kertas, dalam pasir, pada pasir dan antar kertas. Pada

pengujian benih melon secara berurutan yang paling baik yakni pada pasir,

antar kertas, dalam pasir dan pada kertas.

Secara keseluruhan baik benih bayam maupun melon daya

kecambah dan kecepatan kecambah berbanding lurus. Hal tersebut dapat

diketahui dari daya kecambah benih yang tinggi maka viabilitasnya juga

Page 29: Laporan Praktikum Teknologi Benih

29

tinggi. Sebaliknya DK dan KK yang rendah berpengaruh terhadap viabilitas

yang menjadi rendah.

Viabilitas merupakan proses perkecambahan benih pada kondisi

optimal, kondisi optimal perkecambahan biasanya akan diperoleh 4 hari

setelah penyeemaian sehingga pengukuran viabilitas benih dapat dilakukan

dengan menggunakan daya kecambah benih dimana daya kecambah benih

ini diukur pada hari ke tujuh setelah perkecambahan. Vigor merupakan

proses perkecambahan benih pada kondisi sub optimal dimana hal tersebut

dilakukan untuk mengukur kemampuan adaptasi benih pada kondisi-kondisi

tertentu. Vigor benih dapat diekspresikan melalui perhitungan kecepatan

kecambah, dimana hal tersebut dilakukan pada hari ke 4 dan dari sini dapat

diketahui seberapa besar daya adaptasi benih pada kondisi lingkungan yang

berbeda dengan sebelumnya.

Perkecambahan dapat mengalami kegagalan yang diantaranya

dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni gangguan hama maupun penyakit

tanaman. Energi dari metabolisme pada benih yang kecil tidak mampu

menumbuhkan radikula dan plumula. Serta faktor lingkungan ekstrem

seperti suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas, mauoun kelembapan

yang rendah.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara III Pengujian Daya

Kecambah Benih adalah sebagai berikut:

a. Daya kecambah dihitung pada hari ke 4 sedangkan kecepatan kecambah

pada hari ke 7

b. Proses perkecambahan diawali dari metabolisme pada biji yang

menumbuhkan plumula dan radikula

c. Benih normal memiliki DK dan KK tinggi, benih abnormal sedikit

terdapat cacat pada perkecambahan, benih mati ialah benih yang tidak

dapat tumbuh

d. Metode perkecambahan yang paling baik adalah pada kertas

Page 30: Laporan Praktikum Teknologi Benih

30

e. DK dan KK berbanding lurus terhadap viabilitas benih

f. Viabilitas dapat digambarkan melalui pengukuran KK sedangkan vigor

dapat digambarkan melalui pengukuran DK.

g. Faktor kegagalan perkecambahan diantaranya adanya gangguan hama

maupun penyakit, kurangnya energi yang tersedia, serta faktor

lingkungan yang ekstrem.

2. Saran

Saran terhadap praktikum acara III Pengujian Daya Kecambah

Benih adalah handaknya Coass mengingatkan praktikan saat pengamatan

maupun perhitungan diluar jadwal praktikum.

Page 31: Laporan Praktikum Teknologi Benih

DAFTAR PUSTAKA

Elam M, Land S dan Bonner F. 2000. Tree seed technology training course: instructors manual. New Orleans: United State Departmen of Agriculture.

Hapsari 2015. Proses terjadinya perkecambahan. URL: http://www.astalog.com/ 3695/proses-terjadinya-perkecambahan.htm. Diakses 26 November 2015.

Hari H dan Nisa R. 2007. Memperbanyak tanaman hias favorit. Jakarta : Penebar Swadaya.

Kartasapoetra AG. 2003. Teknologi benih. Jakarta: Rineka Cipta

Naning Y, Yetti H, dan Tati R. 2009. Pemilihan metoda dan media uji perkecambahan benih tisuk (Hibiscus sp.). Jurnal Agronomi 9 (1) : 43-47.

Purwono. 2005. Kacang hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.

Setyastuti. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam dan kedelai kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1) : 22-31.

Sutopo L. 2004. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali.

Udin S N, Rasam, dan Astanto. 2010. Uji kinerja mekanik dan fungsional alat penguji daya berkecambah (apdb) untuk pengujian benih. Jurnal Standardisasi 12 (2) : 128-133.

Page 32: Laporan Praktikum Teknologi Benih

I. UJI VIGOR BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Benih sangat menentukan hasil suatu budidaya petanian. Untuk

dapat menjaga kualiatas beih dapat dilakukan berbagai pengujian,

diantaranya uji vigor benih. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang

mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan

seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Cakupan vigor benih

meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan

perkembangan kecambah. Kebanyakan petani belum mengetahui manfaat

vigor benih yang diantaranya dapat menekan kegagalan budidaya.

Ditambah manfaat lain dengan adanya efektifitas dan efisiensi dalam

penyemaian benih untuk menghasilkan bibit yang maksimal.

Praktikum uji vigor yang dilakukan adalah deep soil test yaitu

dengan menanam benih pada kedalamaan berbeda dan red brick test yaitu

menanam benih pada media batu bata. Apabila benih mampu tumbuh dan

berkecambah dengan baik pada media dan kedalam tersebut, maka dapat

dinyatakan bahwa kemampuan vigor benih tinggi. Pada praktek di

lapangan, vigor benih menentukan tingkat keserempakan tumbuh tanaman.

Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih

berarti terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari

pelaksanaan usahataninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu

cara untuk menentukan kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat

diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi

lingkungan sub optimal. Uji vigor merupakan parameter viabilitas absolute

yang tolak ukurnya bermacam-macam. Tolak ukur mengindikasikan benih

yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang sub

optimal dan yang digunakan adalah persentase kecambah normal. Sehingga

diharapkan pengujian vigor dapat menekan biaya akibat kegagalan

pertumbuhan bibit dan efisiensi waktu.

32

Page 33: Laporan Praktikum Teknologi Benih

33

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara IV Uji Vigor Benih adalah

untuk menguji vigor benih.

B. Tinjauan Pustaka

Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh

normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara

vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur

genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat

dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara

lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan

terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap

Tetrazolium Test. Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di

laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang

sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub

optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi

kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta

lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki

kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan

yang beraneka ragamakan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi

dengan kualitas baik (Bagod 2006).

Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing

– masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Tanaman dengan tingkat

vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah

atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan

pokok untuk ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa.

Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan

landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan

tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa.

Vigor benih secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman

mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2004).

Page 34: Laporan Praktikum Teknologi Benih

34

Vigor benih dapat diketahui dari kekuatan tumbuh benih melalui

kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuh benih. Kecepatan tumbuh

benih adalah jumlah % kecambah normal. Keserempakan tumbuh benih adalah

% kecambah normal kuat pada periode perkecambahan tertentu. Keduanya

dilakukan dalam kondisi optimum (Kartasapoetra 2003).

Budidaya pertanian selain memperhatikan ukuran biji perlu juga mengamati kedalaman penanaman, sebab kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman agar tanaman dapat tumbuh seragam dan meminimalisir penyulaman. Kedalaman tanam berhubungan dengan vigor tanaman, bibit normal dari benih yang memiliki kekuatan tumbuh yang baik pada kedalaman optimal namun sebaliknya jika kedalaman kurang optimal benih tidak akan tumbuh dengan baik karena benih memerlukan ruang yang optimal agar dapat berkecambah serta tumbuh. Vigor berhubungan dengan bobot benih, dimana kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas mikroorganisme atau berpengaruh dalam perkecambahan (Pratama et al. 2014).

Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor

genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedangkan

vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang

sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar (pada

red brick test yang digunakan untuk ketahanan terhadap kekeringan), dari

plumula atau koleoptilnya (pada deep soil test terhadap kedalaman tanaman),

ketahanan terhadap serangan penyakit (corn cold test terhadap serangan

Pythium sp.), warna kotiledon dalam efeknya terhadap tetrazolium test

(Sutopo 2004).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Page 35: Laporan Praktikum Teknologi Benih

35

Praktikum acara IV Uji Vigor Benih dilaksanakan pada hari Kamis,

tanggal 5 November 2015 pukul 14.00-16.00 WIB di Laboratorium

Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian dan Rumah

Kaca B, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Polybag

2) Tanah

3) Batu Bata

b. Bahan

1) Benih Kacang Hijau (Vigna radiata)

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan media tanam

b. Menanam 5 benih pada perlakuan deep soil test dan red brick test

dengan kedalaman 3 dan 7cm

c. Menjaga kelembaban dengan menyiram media

d. Melakukan pengamatan pada hari ke 3 dan 6 HST dengan kriteria:

Kecambah kuat, kurang kuat, tidak kuat atau mati.

e. Menghitung presentase kecambah normal yang muncul sebagai

ketahanan benih terhadap kondisi sub optimum.

D. Hasil Praktikum

1. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Pengamatan Vigor Benih Kacang Hijau (Vigna radiata) pada perlakuan Deep soil test.

Kedalaman(cm)

Ulangan KK DK Tinggitanaman

Panjangakar

Kriteria

31

40% 100%13,2 5,5 Normal

2 13,8 6,2 Normal3 12,3 5,7 Normal

71

80% 100%14,1 9,8 Normal

2 16,3 7,7 Normal3 16,2 8,2 Normal

Sumber : Laporan Sementara

Page 36: Laporan Praktikum Teknologi Benih

36

Tabel 4.1 Pengamatan Vigor Benih Kacang Hijau (Vigna radiata) pada perlakuan Red brick test.

Kedalaman(cm)

Ulangan KK DK Tinggitanaman

Panjangakar

Kriteria

31

40% 60%11,5 8,0 Normal

2 8,0 9,0 Normal3 7,0 5,5 Normal

71

80% 100%13,0 4,5 Normal

2 12 ,5 5,5 Normal3 11,5 6,5 Normal

Sumber: Laporan Sementara

Gambar 4.1 Perlakuan Soil Gambar 4.2 Perlakuan Soil Deep Test kedalaman 3 cm Deep Test kedalaman 7 cm

Gambar 4.3 Perlakuan Red Gambar 4.4 Perlakuan RedBrickt Test kedalaman 3 cm Brickt Test kedalaman 7 cm

Page 37: Laporan Praktikum Teknologi Benih

37

Analisis Data:

Kecepatan Kecambah:

Daya Kecambah:

a. Kecepatan Kecambah

Perlakuan Deep soil test

Kedalaman 3 cm:

Kedalaman 7 cm:

Perlakuan Red brick test

Kedalaman 3 cm:

Kedalaman 7 cm:

b. Daya Kecambah

Perlakuan Deep soil test

Kedalaman 3 cm:

Kedalaman 7 cm:

Perlakuan Red brick test

Kedalaman 3 cm:

Kedalaman 7 cm:

2. Pembahasan

Page 38: Laporan Praktikum Teknologi Benih

38

Menurut Bagod (2006) vigor diartikan sebagai kemampuan benih

untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor

dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah

vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi

adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor

fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula

atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna

kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Maka Uji vigor

merupakan serangkaian pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan sub optimal.

Uji vigor dengan red brick test yakni metode dengan menggunakan

pecahan batu bata merah yang kemudian ditanami benih agar berkecambah.

Penggunaan batu bata merah diharapkan untuk menguji ketahanan benih

pada kekeringan. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana

kering dapat merupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut

untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman

lainnya dalam pola tanam permakultur. Vigor benih secara spontan

merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana

produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2004).

Vigor benih yang tinggi dicirikan dengan daya tahan simpan yang

lama, tahan terhadap hama dan penyakit, cepat dan tumbuh merata, mampu

menghasilkan tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi baik dalam

keadaan yang sub optimal. Benih yang memiliki vigor yang tinggi

merupakan benih yang berkualitas dan dapat dijadikan salah satu parameter

untuk sertifikasi benih. Selain itu vigor benih juga dapat dijadikan sebagai

rujukan untuk meramalkan berapa lama benih dapat disimpan sebelum

dilakukan penanaman.

Tipe kecambah yang kuat adalah benih yang memiliki vigor yang

baik karena benih dapat tumbuh pada kondisi sub optimal (kurang ideal).

Selain itu benih juga memiliki ketahanan terhadap penyakit serta serangan

organisme yang mengganggu. Tipe perkecambahan yang lemah berarti

Page 39: Laporan Praktikum Teknologi Benih

39

benih tersebut tidak dapat tumbuh pada kondisi yang sub optimum, tidak

tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta tidak tahan lama apabila

disimpan. Adanya tipe kecambah tersebut dapat disebabkab karena faktor

genetis maupun fisiologis yang ditandai dengan pemanenan hasil yang

belum pada waktu yang tepat.

Kedalaman tanam berpengaruh nyata terhadap tolak ukur

kecepatan tumbuh, panjang akar, dan bobot kering. Kedalaman tanah

mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih di lapangan yang

mengalami pemadatan tanah akibat air hujan. Berdasarkan hasil

pengamatan praktikum dapat diketahui bahwa kedalaman tanam 7 cm jauh

lebih baik daripada 3 cm dilihat dari persentase DK dan KK nya. Namun

memiliki panjang akar yang jauh lebih kecil dibanding kedalaman tanam 3

cm. Hal tersebut menandakan bahwa kedalaman tanam tertentu yang dalam

dapat mempercepat kecambah benih, hal tersebut dikarenakan benih tidak

memanjangkan akar untuk dapat menjangkau unsur hara dibawah, dan

energinya dapat digunakan untuk memanjangkan plumulanya. Kedalaman

3 cm di duga menggunakan sebagian besar energinya untuk memanjangkan

akar agar mencapai tanah lapisan bawah untuk mencari unsur hara,

sedangkan plumulanya tersisihkan untuk dapat tumbuh dengan optimal.

Namun pada kedalaman tanam yang terlalu dalam justru akan

mengakibatkan benih kesulitan untuk mencapai permukaan sehingga terjadi

pemborosan energi dan bisa berakibat pada kematian pada benih tersebut.

Hal tersebut tidak berlaku untuk seluruh jenis tanaman karena ada jenis

tanaman tertentu yang justru dapat berkecambah dengan baik pada

kedalaman tanam yang rendah seperti tanaman cabai.

E. Kesimpulan

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara IV Uji Vigor Benih

adalah sebagai berikut:

a. Uji vigor dilakukan untuk menguji kecambah benih pada keadaan sub

optimal.

Page 40: Laporan Praktikum Teknologi Benih

40

b. Uji vigor metode red brick test menggunakan pecahan batu bata untuk

menguji ketahanan terhadap kekeringan

c. Vigor benih yang baik dicirikan dengan daya tahan simpan yang lama,

tahan terhadap hama dan penyakit, cepat dan tumbuh merata, mampu

menghasilkan tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi baik

dalam keadaan yang sub optimal.

d. Tipe kecambah yang kuat memiliki vigor yang tinggi sedangkan tipe

perkecambahan yang lemah memiliki vigor yang rendah.

e. Kedalaman tanah pada penanaman berpengaruh terhadap

perkecambahan benih.

2. Saran

Saran untuk praktikum acara IV Uji Vigor Benih hendaknya Coass

mengingatkan hari pengamatan dan perawatan tanaman agar praktikan

tidak lupa dan tabel pengamatan dapat lengkap sehingga peghitungan dapat

lebih akurat.

Page 41: Laporan Praktikum Teknologi Benih

DAFTAR PUSTAKA

Bagod. 2006. Biologi: sains kehidupan. Surabaya: Yudhistira.

Kartasapoetra AG 2003. Teknologi benih. Jakarta: Rineka Cipta

Pratama H W, Baskara M dan Guritno B. 2014. Pengaruh ukuran biji dan kedalaman tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.). Jurnal Produksi Tanaman 2 (7) : 576-582.

Sutopo L. 2004. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali.

Page 42: Laporan Praktikum Teknologi Benih

I. UJI TETRAZOLIUM

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Menjaga kualitas benih dapat dilakukan berbagai pengujian. Salah

satu metode yang digunakan untuk menduga kualitas benih adalah uji

tetrazolium. Uji tetrazolium bertujuan dalam mengaktifkan sel atau

jaringan benih dan membedakan antara sel atau jaringan yang hidup atau

mati. Uji tersebut sangat cepat dan tepat apabila diaplikasikan pada benih

yang yang mengalami dormansi dan mengalami pemasakan lanjutan.

Tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas

benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Pengujian ini menggunakan

garam tetrazolium. Garam tetrazolium ini merupakan senyawa kimia yang

dapat direduksi secara enzymatic didalam jaringan benih yang masih

hidup. Reduksi senyawa ini akan merubah senyawa formazan yang

berwarna mwerah cerah.

Uji tetrazolium sangat perlu diketahui untuk mengefektifkan proses

persemaian benih, terutama pada benih-benih dorman. Selain itu, uji ini

juga memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Oleh karena itu, pada

praktikum teknologi benih ini akan dilakukan uji tetrazolium untuk

mengetahui apakah benih yang diamati merupakan benih hidup atau benih

mati. Meskipun uji tetrazolium belum tentu membuktikan bahwa viabilitas

tanaman itu baik, tetapi secara tidak langsung uji ini dapat mempermudah

untuk mengetahui kondisi benih.

Uji viabilitas dengan metode perkecambahan memerlukan waktu

yang lama untuk memperoleh hasil dan analisis datanya. Maka kelemahan

uji dengan proses perkecambahan tersebut dapat diatasi dengan uji

tetrazolium. Manfaat dari adanya uji tetrazolium dapat mengefisienkan dan

mengefektifkan waktu proses pengujian serta mengurangi jumlah benih

yang digunakan dalam proses pengujian sehingga biaya yang dikeluarkan

dapat ditekan.

42

Page 43: Laporan Praktikum Teknologi Benih

43

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilaksanakan praktikum acara V Uji Tetrazolium adalah

untuk menguji viabilitas benih secara cepat dan tidak langsung.

B. Tinjauan Pustaka

Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan

kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum. Viabilitas

suboptimum (vigor) merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan optimum atau mampu

disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan simpan lama

dalam keadaan yang optimum. Uji Viabilitas Dapat melalui indikasi langsung

ataupun indikasi tidak langsung, yaitu Uji Daya Kecambah (%) uji viabilitas

langsung (menguji kinerja pertumbuhan atau perkecambahan benih) dan Uji

Secara Biokimia uji viabilitas tidak langsung (gejala kehidupan atau kapasitas

metabolisme). Contoh: Uji Tetrazolium, Uji FeCl3, Uji DHL (Daya Hantar

Listrik), dll (Sadjad 2004).

Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor

genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor

fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang

sama.Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari

plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna

kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test (Kamil 2006).

Uji viabilitas benih atau daya hidup benih yang dicerminkan oleh dua

informasi masing-masing daya kecambah dan kekuatan tumbuh dapat

ditunjukan melalui gejala-gejala metabolisme benih dan/atau gejala

pertumbuhan. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung,

misalkan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung

dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu. Struktur

pertumbuhan yang dinilai dari akar, batang, daun dan daun lembaga. Nilai hasil

pengujian daya kecambah merupakan nilai minimum. Harga tengah antara

kedua nilai pengujian di laboratorium akan menjadi nilai tumbuh di lapangan

(Veganojustice 2008).

Page 44: Laporan Praktikum Teknologi Benih

44

Viabilitas benih didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk

berkembang atau daya kecambah pada tanaman muda (misal perkecambahan)

di bawah kondisi lingkungan yang menguntungkan setelah dormansi.

Pengeringan terlalu lama pada temperatur yang tinggi akan menyebabkan

viabilitas benih mengalami degradasi pada enzim dan hidrolisis pada pati.

Semakin lama pada temperature tinggi akan menyebabkan benih mati

(Gine 2006).

Semua kekurangan-kekurangan uji perkecambahan secara langsung

dapat diatasi apabila viabilitas benih dapat diukur dengan suatu penduga

biokimia di aktivitas metabolisme benih. Di dalam suatu uji biokimia tanda

terjadinya proses reduksi dalam sel hidup dihasilkan oleh reduksi di suatu

indikator. Garam tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, di dalam

jaringan sel hi bahan ini akan ikut serta dalam proses reduksi

(Soejadi dan Sadiman 2007).

C. Metodologi Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara V Uji Tetrazolium dilaksanakan pada hari Kamis,

tanggal 12 November 2015 pukul 14.00-16.00 WIB di Laboratorium

Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Gelas Piala

2) pH meter

b. Bahan

1) Benih kacang tanah (Arachis hypoegea)

2) Benih kacang panjang (Phaseolus vulgaris)

3) Benih melinjo (Gnetum gnemon)

3. Cara Kerja

a. Membuat larutan penyangga dengan cara melarutkan 9,078 g KH2PO4

dan 11,876 g Na2HPO4.2H2O masing-masing dalam 1000 ml air.

Page 45: Laporan Praktikum Teknologi Benih

45

b. Mencampurkan 400 ml larutan pertama dan 600 ml larutan kedua.

c. Melakukan tes pH dengan pH meter.

d. Melarutkan 10 gr garam tetrrazolium dalam larutan penyangga.

e. Merendam benih yang akan diamati dengan air dingin selama 12 jam.

f. Membelah benih melalui embrionok axis berupa irisan melintang atau

membujur.

g. Merendam benih dalam larutan garam tetrazolium selama 10-15 menit.

h. Mencuci benih dan melakukan pengamatan, menghitung benih yang

viabel maupun yang non viabel dengan pewarnaan dari lembaga.

i. Menggambar struktur benih dan bagiannya.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 5.1 Pengamatan Uji Tetrazolium Pada Benih Kacang tanah (Arachis hypoegea), Melinjo (Gnetum gnemon), dan Kacang panjang (Phaseolus vulgaris).

Komoditas Ulangan Foto Hasil Uji Tetrazolium Indikasi Warna Keterangan

Kacang Tanah (Arachis

hypogaea)

1 Merah Muda

Benih lemah

2 Merah Muda

Benih lemah

Page 46: Laporan Praktikum Teknologi Benih

46

3 Tidak berwarna

Benih mati

Melinjo(Gnetum gnemon)

1 Tidak berwarna

Benih mati

2 Tidak berwarna

Benih mati

3 Tidak berwarna

Benih mati

Kacang Panjang(Phaseolus vulgaris)

1 Merah Cerah

Benih viabel

Page 47: Laporan Praktikum Teknologi Benih

47

2 Merah Cerah

Benih viabel

3 Merah Muda

Benih lemah

Sumber : Laporan Sementara

Gambar 5.1 Struktur Benih Gambar 5.2 Struktur Benih Kacang Tanah Melinjo

Gambar 5.3 Struktur BenihKacang Panjang

Sumber: Laporam Sementara

Page 48: Laporan Praktikum Teknologi Benih

48

2. Pembahasan

Menurut Putri (2012) pengujian tetrazolium, merupakan cara

pengujian viabilitas benih secara cepat dan bersifat tidak langsung (Quick

Test). Zat kimia yang digunakan adalah 2,3,5 Triphenyl Tetrazolium

Kloride (garam tetrazolium), zat ini dapat diserap oleh benih.  Dalam

jaringan benih hidup, garam tetrazolium akan mengalami reduksi secara

enzimatik sehingga timbul senyawa formazan yang berwarna merah cerah.

Reaksi tetrazolium akan sangat baik apabila berada pada suhu udara sekitar

40 derajat celcius dan dalam larutan dengan pH 7. Dasar pertimbangan uji

tetrazolium yakni adanya keterbatasan waktu, benih bersifat dorman, dan

kepentingan riset.

Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan

menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum.

Viabilitas suboptimum (vigor) merupakan kemampuan benih untuk tumbuh

menjadi tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan optimum atau

mampu disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan

simpan lama dalam keadaan yang optimum. Uji Viabilitas Dapat melalui

indikasi langsung ataupun indikasi tidak langsung, yaitu Uji Daya

Kecambah (%) uji viabilitas langsung (menguji kinerja pertumbuhan atau

perkecambahan benih) dan Uji Secara Biokimia uji viabilitas tidak

langsung (gejala kehidupan atau kapasitas metabolisme). Contoh: Uji

Tetrazolium, Uji FeCl3, Uji DHL (Daya Hantar Listrik), dll (Sadjad 2004).

Kacang tanah yang diuji pada ulangan 1 dan 2 menunjukkan reaksi

berwarna merah cerah, sementara ulangan ketiga tidak berwarna (putih).

Hal tersebut menunjukkan bahwa 2 benih awal memiliki viabilitas yang

baik sedangkan benih ketiga tidak viabel atau benih tersebut mati dan tidak

dapat dikecambahkan. Pada uji melinjo baik ulangan 1, 2, maupun 3

semuanya menghasilkan reaksi berwarna putih. Hal tersebut menunjukkan

bahwa keseluruhan biji melinjo yang ada adalah mati dan tidak dapat

dikecambahkan. Pada kacang panjang yang diuji seluruhnya berwarna

merah cerah dan hal tersebut menandakan seluruh benih kacang panjang

Page 49: Laporan Praktikum Teknologi Benih

49

adalah viabel dan mampu berkecambah dengan baik nantinya apabila

dikecambahkan.

Struktur biji melinjo berbentuk oval keras dibagian luar, benih

melinjo bagian-bagiannya terdiri atas testa yakni bagian kulit biji terluar

yang keras, kotiledon, plumula, radikula, serta endosperma. Struktur biji

kacang tanah lunak yang terdiri atas testa, plumula, radikula, kotiledon dan

endosperma. Struktur biji kacang panjang adalah agak keras kulit terluar

berwarna hitam, terdiri atas kulit luar, plumula, radikula, kotiledon dab

endosperma.

Uji tetrazolium bersifat cepat dan tidak langsung karena tidak

memerlukan proses serta waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya.

Namun setelah didapatkan reaksinya masih perlu dianalisa terlebih dahulu

dalam pengujiannya apakah jaringan dalam  benih masih hidup atau sudah

mati. Cara pengujian yang hanya memasukkan benih pada garam

tetrazolium tanpa perlakuan yang lain yang beberapa saat dapat diketahui

viabilitas benihnya dengan indikator warna yang ditunjukkan.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara V Uji Tetrazolium adalah

sebagai berikut:

a. Pengujian tetrazolium merupakan cara pengujian viabilitas benih

secara cepat dan bersifat tidak langsung yang menggunakan 2,3,5

Triphenyl Tetrazolium Kloride.

b. Viabilitas merupakan kemampuan benih berkecambah dan

menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang

optimum.

c. Kacang tanah dua benih berwarna merah cerah sehingga dua benihnya

viabel sementara benih ketiga mati.

d. Benih melinjo tidak berwarna semua sehingga secara keseluruhan

benih mati.

Page 50: Laporan Praktikum Teknologi Benih

50

e. Benih kacang panjang secara keseluruhan viabel dan baik untuk

dikecambahkan.

f. Benih terdiri atas testa, kotiledon, endosperma, plumula, dan radikula

g. Uji tetrazolium tidak membutuhkan waktu lama serta prosesnya

praktis dan cepat.

3. Saran

Saran terhadap praktikum acara V Uji tetrazolium adalah sebagai

berikut:

a. Bahan dan alat yang disediakan dalam praktikum hendaknya

mencukupi untuk seluruh kelompok sehingga tidak perlu menunggu

kelompok lain selesai

b. Praktikan hendaknya menjaga kebersihan laboratorium setelah

mengupas benih.

Page 51: Laporan Praktikum Teknologi Benih

DAFTAR PUSTAKA

Gine LO. 2006. Principle of seed science and technology. USA: Burgess Publishing Co.

Kamil J. 2006. Dasar teknologi benih. Padang : Angkasa Raya.

Putri M. 2012. Uji tetrazolium. URL: http://agronomilicious.blogspot .co.id/2012/12/uji-tetrazolium.html. Diakses 24 November 2015.

Sadjad. 2004. Prinsip-prinsip dalam mempertahankan mutu benih dalam penyimpanan. Makalah Pada Pelatihan Pengawas Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Jawa Timur. Malang: BALITKABI.

Soejadi G dan Sadiman I. 2007. Identifikasi tingkat kemunduran benih kedelai melalui daya hantar listrik dan viabilitas. Agrijurnal 8 (2) : 38-49.

Veganojustice. 2008. Vigor dan viabilitas. URL: http://veganojustice. wordpress.com. Diakses 11 November 2015.