teknologi farmasi sediaan steril
DESCRIPTION
farmasiTRANSCRIPT
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL
Subheading goes here
Anggota : 1. Amadea Hayatunnufus 21121002
2. Dian Farella 211212353. Elva Nur Arofah 211210124. Iis Ismawati 21121018 5. Ira Andriani Mufidah 211210196. Luky Kumar Gauraf 21121022
7. Rani Muslidah 21121033 8. Refani Wulandari 211210349. Risnanda Ikhsan 21121038
Kelompok V – 4 Fa 1
Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yangmemungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
STERIL ???
STERILISASI ???
• Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen maupun non patogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun spora.
• Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan menghancuran atau memusnahkan semua mikroorganisme dari sebuah benda atau lingkungan.
Tujuan obat dibuat steril?
karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh lain dimana pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap yang berada di saluran cerna/gastrointestinal.
Sediaan farmasi yang perlu disterilkan
tablet implant
obat suntik/injeksi
tablet hipodermik
sediaan untuk mata
tetes mata/ guttae
cuci mata/collyrium
salep mata/oculenta
Cara Sterilisasi Menurut FI IV
Sterilisasi Uap
Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi Gas
Sterilisasi Dengan Radiasi Ion
Sterilisasi Dengan Penyaringan
Sterilisasi Dengan Aseptik
Konsep Steril Dengan Menghitung Nilai D-Value
D-Nilai• D value yaitu decimal reduction time atau
destruction value (D).
• D-nilai digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membunuh 90% mikroorganisme dalam beberapa jenis sampel pada suhu yang sangat spesifik (tahan panas mikroba dan waktu kematian termal analisis.)
Menghitung D-value
D = Waktu / (Log a -log b )
Dimana :D = waktu reduksi desimalLog a = populasi awalLog b = populasi setelah interval waktu
Contoh Soal
Diketahui nilai D untuk membunuh 90% mikroba pada sampel menggunakan autoclave adalah 3 menit. Dengan jumlah mikroba yang terkandung sebanyak 1.000.000 mikroba. Dan diketahui bahwa jumlah akhir mikroba yaitu 10. Maka waktu pemanasannya yaitu sebagai berikut :
Jawab :
D = Waktu / (Log a - log b )
3 = X / ( log 1.000.000 – log 10 )3 = X / (6-1)3 = X/5X = 15
Maka waktu yang diperlukan untuk membunuh mikroba adalah 15 menit.
Dasar Sterilisasi Yang Digunakan Di Industri dan
Rumah Sakit
Klasifikasi Ruang Steril Menurut CPOB
•digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi seperti pengisian produksi steri
Kelas A
•digunakan untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis. Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona A
Kelas B
•merupakan koridor ruangan sterilKelas C
•digunakan untuk pembuatan produk non steril seperti pembuatan tablet dan pengemasan primer.
Kelas D
•jarang digunakan akan tetapi pada beberapa sumber mengatakan bahwa kelas E disebut juga sebagai gudang.
Kelas E
Gambar 1. Alur Kegiatan di Instalasi Sterilisasi Sentral
Gambar 2. Zona Area Instalasi Sterilisasi Sentral
Gambar 3. Tata Ruang Instalasi Sterilisasi Sentral dengan Otoklaf 1 Pintu
Gambar 4. Tata Ruang Instalasi Sterilisasi Sentral dengan Otoklaf 2 Pintu
Gambar 5. Contoh Pakaian Lengkap Steril
Proses Pembuatan
Produk Steril
Produk di-sterilkan dalam wadah akhir (Sterilisasi Akhir – post sterilization)
Produk di-proses secara Aseptis, pada sebagian atau semua tahap (Aseptic Processing)
Cara Sterilisasi1. Sterilisasi Basah
Pemanasan basah dalam bentuk uap bertekanan dianggap sebagai metode yang paling diandalkan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan, termasuk bakteri spora. Metoda ini menggunakan Autoclave untuk mensterilkan media bakteri, alat gelas laboratorium , dan barang-barang logam lainnya.Umumnya sterilisasi dilakukan pada 1210 C selama 15 menit. Beberapa media membutuhkan sterilisasi pada suhu 1150 C atau 1180 C ,dan tekanan 10 lbs atau 12 lbs tergantung komposisi masing-masing media.
2. Sterilisasi FraksionalSebelum ada autoclave, cairan dan bahan lain disterilisasikan dengan
cara memberikan uap panas/steam pada suhu 100 C selama 30 menit dan masa inkubasi masing-masing selama 3 hari. Metode ini disebut sterilisasi fraksional / sterilisasi kecil.
3. Pemanasan Dengan WaterbathUap panas membunuh mikroorganisme dengan cara denaturasi
protein mikroorganisme. Pada awalnya, penggunaan air mendidih digunakan sebagai metode uap panas. Media yang mengandung Agar atau gelatin harus di panaskan supaya dapat larut dengan sempurna. Tetapi air panas tidak dapat dianggap sebagai media sterilisasi.
4. PasteurisasiPasteurisasi tidak sama dengan sterilisasi. Digunakan untuk mengurangi jumlah
populasi bakteri pada cairan seperti susu dan untuk membunuh organism yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Spora tidak hilang dengan proses pateurisasi.5. Sterilisasi dengan filtrasi / penyaringan
Walaupun pemanasan adalah metode yang sangat berguna mengatur pertumbuhan mikroorganisme, tetapi terkadang pada beberapa kondisi tidak dapat digunakan. Filter dikenal pada dunia mikrobiologi sejak tahun 1890an.Filter adalah media untuk memisahkan mikroorganisme dari larutan. Sterilisasi dengan filtrasi dilakukan dengan bantuan pompa vakum. Cairan akan lolos melewati filter, sementara microorganism akan terperangkap di pori-pori filter.Dalam preparasi media kultur membrane filter yang digunakan biasanya memiliki ukuran pori 0.22 µ dan 0.45 µ. Udara juga dapat di filter untuk menghilangkan mikroorganisme. Filter yang biasa digunakan adalah filter HEPA (High Efficiency Particulate Air). Filter ini dapat menghilangkan hingga 99 % partikel termasuk mikroorganisme yang memiliki diameter diatas 0.3 µm.6. Sterilisasi Panas
Waktu sterilisasi panas adalah 120 menit pada 160 °C. Sterilisasi panas digunakan untuk alat-alat seperti alat gelas laboratorium, alat yang terbuat dari logam yang dapat tahan pada suhu tinggi.Pada beberapa jenis perusahaan, termasuk perusahaan di industri farmasi, oven yang digunakan untuk proses sterilisasi panas harus dilakukan uji kualifikasi untuk menjamin proses ini berlangsung dengan baik.
7. Pembakaran langsungMetode paling cepat untuk sterilisasi adalah dengan cara pembakaran langsung.
Nyala api dari Bunsen digunakan untuk sterilisasi bakteri sebelum memindahkan sampel dari tabung kultur dan setelah inokulasi.8. Iradiasi Sinar Gamma
Iradiasi sinar gamma memerlukan waktu yang lama untuk sterilisasi. Sinar Gamma dihasilkan oleh isotop radioaktif, Cobalt 60. Iradiasi sinar gamma tidak mempengaruhi produk dan menghasilkan material yang bebas kontaminan.9. Desinfeksi dengan bahan kimia
Zat kimia sangat efektif digunakan untuk mengatur pertumbuhan mikroorganisme namun tidak dapat melakukan sterilisasi. Kebanyakan desinfektan memiliki efek racun, oleh karena itu sangat diperlukan untuk menggunakan alat keamanan (safety). Peralatan dan ruang lab dapat dilakukan dekontaminasi dengan cara fumigasi dengan gas formaldehid atau dengan sinar UV.Efek pemanasan berlebihSuhu tunggi dan pemanasan berlebihan dapat menyebabkan penyimpangan pH, penggelapan media, pengendapan, dan kerusakan media yang lain.Sangat disarankan untuk semua media kultur harus dibuat dalam keadaan larutan sebelum sterilisasi, atau jika tidak akan terjadi penggelapan warna media.
Teknik kerja aseptisLangkah-langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis adalah :
• Petugas harus mencuci tangan sesuai SOP
• Petugas harus menggunakan APD sesuai SOP
• Masukkan semua bahan melalui Pass Box sesuai SOP
• Proses pencampuran dilakukan di dalam LAF-BSC (Biological Safety Cabinet) sesuai SOP
• Petugas melepas APD setelah selesai kegiatan sesuai SOP
Ruang dan Peralatan
Dalam melakukan pencampuran sedian steril diperlukan ruangan dan peralatan khusus untuk menjaga sterilitas produk yang dihasilkan dan menjamin keselamatan petugas dan lingkungannya.
Tata letak ruang
Ruang Steril (Clean room)
• Ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai berikut :
– Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel
– Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
– Suhu 18 – 22°C– Kelembaban 35 – 50%– Dilengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA)
Filter
Ruang Steril (Clean room)– Tekanan udara di dalam
ruang lebih positif dari pada tekanan udara di luar ruangan.
– Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box ini terletak di antara ruang persiapan dan ruang steril.
Prinsip Utama air yang digunakan pada industri farmasi :
• Air merupakan salah satu raw matrial atau bahan awal yang digunakan dalam industrifarmasi (terutama untuk sediaan cair, sirup,infus dll) sehingga harus sesuai dengan cGMPataupun CPOB 2006.
• Air merupakan media bagi pertumbuhan bakteri.• Sistem yang digunakan harus dikualifikasi dan divalidasi.• Air yang digunakan untuk sediaan parenteral harus
bebas dari pyrogen dan endotoxin.• Harus dilakukan pemeriksaan secara sistematis dan
berkala.
Tipe-Tipe Air untuk Industri Farmasi
Drinking Water
Purified water
Highly Purified water
Water for
injection
Tahapan pengolahan
air di industri farmasi
Multimedia filter
Active Carbon filter
EDI ( Electronic
De-Ionization )
Reverse Osmosis
Water Softener
TONISITAS Tonisitas menggambarkan :• efek dari larutan terhadap volume sel.
Larutan isotonik tidak mempunyai efek terhadap volume sel, sedangkan larutan hipotonik dan hipertonik akan meningkatkan dan menurunkan volume sel
• tekanan osmose yang diberikan oleh suatu larutan (zat padat yang terlarut di dalamnya)
• Tekanan osmotik adalah daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut didalamnya. Tekanan osmotik tergantung dari jumlah zat yang tak terlarut didalamnya.
• Isotonis konsentrasi larutan = konsentrasi dalam sel darah merah tidak terjadi pertukaran cairan (ekivalen dengan 0,9% b/v NaCl).
• Isoosmotik tekanan osmotik larutan = serum
• Tidak semua sediaan steril harus isotonis, tapi tidak boleh hipotonis, beberapa boleh hipertonis
• Isotonisitas sebenarnya tergantung pada permeabilitas suatu membran semipermeabel hidup yang memisahkan larutan dari sistem sel biologis
• Larutan perlu isotonis agar : Mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi. Mengurangi hemolisis sel darah. Mencegah ketidakseimbangan elektrolit. Mengurangi sakit pada daerah injeksi
• Larutan isotonis tidak selalu mungkin karena : Konsentrasi obat tinggi, tetapi batas volume injeksi kecil. Variasi dosis pemberian. Metode pemberian. Pertimbangan stabilitas produk
• Hipertonis tekanan osmosis sediaan > serum darah/ > dari larutan NaCl 0,9 % b/v air melintasi membran semipermeabel sel darah merah mmenciut plasmolisis dapat ditoleransi bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan rusaknya sel tersebut.
• Hipotonis tekanan osmosis larutan < serum darah / < dari larutan NaCl 0,9 % b/v air akan melintasi membran sel darah volume besar tekanan dalam sel meningkat sel pecah hemolisis kurang dapat ditoleransi, karena pecahnya sel bersifat irreversible Pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah yang kecil
• NaCl 0,9 % sebagai larutan pengisotoni karena : Cara faktor disosiasi (Farmakope Belanda VI) Telah ditetapkan bahwa larutan NaCl 0,9% b/v isotonis dengan cairan tubuh. Tekanan osmosis larutan sebanding dengan jumlah bagian-bagian dalam larutan. Dalam larutan encer, dapat dikatakan bahwa garam-garam terdisosiasi sempurna.
Pengaturan tonisitas
Tujuan : untuk mendapatkan larutan yang isotonis, meliputi :
pengaturan formula sehingga formula yang semula hipotonis menjadi isotonis,
langkah kerja pengerjaan formula tersebut.
Pengaturan tonisitas • Senyawa yang membantu ke isotonisitas
suatu produk dapat mengurangi rasa sakit daerah injeksi yang berakhir ke saraf.
• Dapar bertindak sebagai pembantu tonisitas serta penstabil pH larutan. Zat penambah lain yang membantu ke sifat koligatif (penurunan titik beku) dari preparat tersebut bisa digunakan.
Pengaturan tonisitas
Tonisitas Modifier :• NaCl• Glukosa • Sukrosa • KNO3
• NaNO3
Pengaturan tonisitas
Metode Kelas Satu
metode kriskopik (penurunan titik
beku)
perhitungan dengan faktor
disosiasi
metode ekuivalensi NaCl
Metode Kelas Dua
metode White-Vincent
metode Sprowls
Metode kelas satu
• Seluruh formula dihitung tonisitasnya dengan menentukan ΔTf – nya/ kesetaraan dengan NaCl. Jika ΔTf - < 0,52O/ < 0,9 % maka :
• hitung padatan NaCl, yang harus ditambahkan supaya larutan menjadi isotonis.
• Cara pengerjaannya semua obat ditimbang + NaCl padat + air sesuai formula.
Metode kelas dua
• A. Bahan kecuali pelarut hitung volume larutannya yang memungkinkan larutan menjadi isotonis.
• Jika volume larutan A < volume dalam formula hipotonis.
• Hitung volume larutan isotonis/ larutan dapar isotonis,
• tambahkan larutan NaCl 0,9%, bukan padatan NaCl, untuk mengganti posisi solven selisih volume formula dan volume larutan isotonis.
Metode Kriskopik
• Suatu larutan dinyatakan isotonik dengan serum atau cairan mata, jika membeku pada suhu -0,520 C.
• Menggunakan data ΔTf1% bisa dicari di FI IV
atau buku lain
Metode Kriskopik
langkah – langkah : 1. bila tidak ada data pada tabel penurunan titik
beku, diketahui harga BM dan Liso, maka :
ΔTf1% = Liso x C C = bobot/ BM
2. Tentukan penurunan titik beku zat berkhasiat pada konsentrasi 1% :ΔTf- = ΔTf
1% x % zat dalam formula
Metode Kriskopik Hitung :
W = (0,52– a) / b
• W = jumlah (g) bahan pembantu isotonik dalam 100 ml larutan
• a = turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai untuk larutan 1% b/v (ΔTf -).
• b = turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonis (ΔTf
% NaCl = 0, 576 atau 0,58).
Metode Kriskopik
• Isotonis nilai W = 0 ; maka ΔTf - = 0,52
• Hipotonis nilai W = positif ; maka ΔTf - < 0,52
• Hipertonis nilai W = negatif ; maka ΔTf - > 0,52
perhitungan dengan faktor disosiasi
• = (f.NaCl/M.NaCl)x kadar NaCl ( dalam satuan gram/liter)
• f.NaCl : faktor disosiasi NaCl
• M.NaCl : bobot molekul NaCl
Metode Ekuivalensi NaCl
• data E bisa dilihat di Farmakope Indonesia Ed IV atau buku lain
• E = banyaknya NaCl yang secara koligatif setara dengan 1 gram obat(Penurunan TB oleh Obat 1 gram = Penurunan TB oleh NaCl E gram)
• < 0,9 % (0,9 g dalam 100 ml) = hipotonis• Hitung kekurangan NaCl yang dibutuhkan
agar jadi isotonis
Metode White Vincent
• memerlukan data E, dengan perhitungan dimulai seperti metode Ekuivalensi NaCl
• (Bobot Nacl/ 0,9) x 100 ml = x ml• jumlah NaCl 0,9 % yang dibutuhkan = volume
formula – x ml
Metode Sprowls
• Data V = volume larutan (ml) yang mengandung 0,3 gram obat dan bersifa isotonis.
• Harga V dilihat di buku farmasi fisika, atau dihitung dengan mengetahui harga BM dan Liso
10. PERHITUNGAN DOSIS
• Contoh – contoh perhitungan dosis sediaan injeksi : a. Anak – anak : • Vial : X = D/H x Q
D : dosis yang diperlukan H : dosis yang ada Q : quantitas X : jml yang diberikan.
• Ampul = Vial
Contoh soal : beri pasien 40 mg dentacimin yang tersedia multidose vial 80 mg/2ml. Berapa jml yg diperlukan ?
Jawaban : X = 40/80 x 2 ml = 1 ml
b. dewasa : 1. Jmlh yg diberikan = dosis order/dosis yg
tersedia x jml yg tersedia contoh : digoxin 0,25 mg/tablet yg ada, diorderkan 0,125 mg/hari
jml yg diberikan = 0,125/0,25 x 1 tablet = 0,5 tablet
2. Vial : Penisilin (3 gr = 3 jt unit)Brp jumlah yg diberikan jika dosis order 1,2 jt unit ? jawab : Penisilin diencerkan 10 mlX = 1,2 jt/3 jt x 10 ml = 4 ml
3. Insulin Syringe : 1 ml = 40 unit Brp ml insulin yg dibutuhkan jika order 20 unit ?jawab : X = 20/40 unit x 1 ml
= 0,5 ml
Faktor fisikokimia sediaan steril
ukuran partikel
sifat alir
kompaktibilitas
ketahanan terhadap kelembapan
Faktor fisikokimia parenteral
Organoleptis
Kelarutan
pH
Ukuran partikel
Pembawa
Viskositas
Cahaya dan suhu
Faktor kemasan
Faktor fisikokimia sediaan obat mata
• Tonisitas : tidak sakit dan mengiritasi bila konsentrasinya 0,7-1,4%
• Peranan pH• Peranan konsentrasi bahan aktif• Kekentalan• Surfaktan
Proses pembuatan produk steril
Proses pembuatan produk steril
Pembuatan sediaan larutan steril Pertama tama, alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan. Kemudian, bahan-bahan seperti NaCl, Aqua pro injeksi, dan karbon aktif ditimbang sesuai yang dibutuhkan yaitu NaCl 4, 5 gram, Aqua pro injeksi 510 ml, dan karbon aktif sebanyak 0, 5 gram. Setelah itu NaCl diencerkan dengan aquades sedikit demi sedikit hingga mencapai 510 ml sambil sesekali diaduk. Setelah larut, gelas ukur yang berisi larutan NaCl dipanaskan kemudian dimasukkan kabon aktif ke dalam larutan. Karbon aktif ini bertujuan untuk membebaskan pirogen sehingga larutan menjadi steril.
Lanjutan
Setelah didihkan, didiamkan, kemudian disaring hingga jernih, disaring dengan kertas saring selama dua kali penyaringan. Tujuan utama penyaringan adalah untuk menjernihkan suatu larutan. Larutan yang sangat mengkilap (hasil dari penjernihan) memberikan kesan kualitas dan kemurnian yang baik sekali, suatu karakteristik yang sangat diinginkan untuk suatu larutan steril (Lachman, et al, 1994). Hasil yang didapatkan adalah larutan irigasi berwarna putih bening tetapi tidak terlalu jernih, di dalam larutan masih ada beberapa partikel yang tidak tersaring oleh kertas saring.Larutan dimasukkan ke dalam botol infuse dan ditutup dengan tutup yang sesuai lalu dibungkus dengan aluminium foil.
Lanjutan
diberi tanda indikator pada permukaannya. Indikator ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah alat tersebut sudah steril atau belum. Indikator digunakan untuk mengecek duplikasi kondisi dari proses yang sudah dijamin/disahkan dengan menempatkan indikator di tempat dimana terdapat kesukaran terbesar dalam penetrasi panas (Lachman, et al, 1994). Indikator ini akan berubah warna menjadi abu-abu, perubahan warna ini karena pengaruh kelembaban dan panas. Jika terdapat perubahan warna menjadi abu-abu maka alat tersebut sudah steril.
Lanjutan
Sediaan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1200C selama 15 menit. Pembuatan larutan irigasi ini menggunakan metode sterilisasi akhir dengan autoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas. Larutan irigasi diberietiket kemudian dilakukan evaluasi terhadap kejernihan larutan, volume terpindahkan, dan penetapan PH.
Pembuatan sediaan serbuk steril rekonstitusi
Sediaan injeksi sefotaksim disiapkan dengan melarutkan 1 g serbuk kering sefotaksim dalam vial dengan 5 ml aqua pro injeksi (sesuai dengan literatur dan instruksi pabrik), dan untuk pemberian 2 g tetap dilarutkan 1 gram dalam 5 ml aqua pro injectionsebanyak dua kali. Sefotaksim 500 mg, 1 g, 2 g masing-masing dapat direkonstitusi dengan 10 ml aqua pro injeksi untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi sekitar 50, 95, dan 180 mg/ml (AHFS, 2011; Trissel, 2009).
Daftar Pustaka
• Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD). Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. KemenKes RI.
• Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik Aneks 1 Pembuatan Produk Steril Edisi 2013. Badan POM RI.
• Utami Tanti Tri,dkk. 2015. Makalah Teknologi Sediaan Steril Teori Injeksi dan Jurnal International: Injeksi Natrium Diklofenak. Akademi Farmasi Nusaputera Semarang.
• Farmakope Indonesia Edisi IV
• https://moko31.wordpress.com/2010/06/27/teknologi-dan-formulasi-sediaan-steril/
• http://afdhalmawardinkren.blogspot.co.id/2012/11/praformulasi-dan-formulasi-sediaan.html
• https://dhadhang.files.wordpress.com/2013/10/sediaan-mata.pdf
• https://priyambodo1971.wordpress.com/cpob/pembuatan-produk-steril-aneks-1-bagian-1/