laporan talk steril

28
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL PEMBUATAN SERBUK TALK STERIL 10 GRAM UNTUKTIAP KEMASAN, SEBANYAK 2 KEMASAN NAMA KELOMPOK A-3 : Moh Sulthon Habibi 112210101031 Yeni Nur Cahyani 112210101033 Ekananda Putri. 112210101035 Prisma Wahyuning I. 112210101037 Prenagia Aldina 112210101041 Mely Novyyandani 112210101049 BAGIAN FARMASETIKA

Upload: yeni-nur-cahyani

Post on 18-Jan-2016

2.365 views

Category:

Documents


119 download

DESCRIPTION

Farmasetika sediaan steril

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Talk Steril

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERIL

PEMBUATAN SERBUK TALK STERIL 10 GRAM UNTUKTIAP KEMASAN, SEBANYAK 2 KEMASAN

NAMA KELOMPOK A-3 :

Moh Sulthon Habibi 112210101031

Yeni Nur Cahyani 112210101033

Ekananda Putri. 112210101035

Prisma Wahyuning I. 112210101037

Prenagia Aldina 112210101041

Mely Novyyandani 112210101049

BAGIAN FARMASETIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Laporan Talk Steril

PEMBUATAN SERBUK TALK STERIL 10 GRAM UNTUKTIAP KEMASAN,

SEBANYAK 2 KEMASAN

TUJUAN

Mahasiswa dapat memahami dan mampu melakukan sterilisasi sediaan dengan menggunakan

metode pemanasan kering

TEORI DASAR

A. Sediaan Steril

Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi – bagi yang bebas dari

mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara lain sediaan parental

preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan parental merupakan jenis

sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat terbagi – bagi, karena sediaan ini disuntikan

melalui kulit atau membran mukosa ke bagian tubuh yang paling efesien, yaitu membran kulit

dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan – bahan

toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses

yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan

semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis (Priyambodo, B.,

2007).

Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam bentuk larutan

terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan dengan diencerkan terlebih

dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental, bisa diberikan dengan berbagai rute :

intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal, intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal.

Bentuk sediaan sangat mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya

tidak akan pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah

karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun suspensi yang

dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang dikontrol dengan hati – hati.

Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal (jaringan syaraf di otak), hanya bisa

Page 3: Laporan Talk Steril

diberikan dengan larutan dengan kemurnian paling tinggi, oleh karena sensivitas jaringan syaraf

terhadap iritasi dan kontaminasi (Priyambodo, B., 2007).

Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia sekarang ini

yang benar – benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat fisika dan kimia

mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan utama

dalam pemilihan wadah pelindung (Lachman, 1994).

Wadah terbuat dari berbagai macam bahan, wadah plastik, wadah gelas, dan wadah dari

karet. Wadah plastik, bahan utama dari plastik yang digunakan untuk wadah adalah polimer

termoplastik, unit struktural organik dasar untuk masing – masing type yang biasa terdapat dalam

bidang medis. Sesuai dengan namanya, polimer termoplastik meleleh pada temperatur yang

meningkat. Wadah plastik digunakan terutama karena bobotnya ringan, tidak dapat pecah, serta

bila mengandung bahan penambah dalam jumlah kecil, mempunyai toksisitas dan reaktivitas

dengan produk yang rendah. Suatu golongan plastik baru, poliolefin, patut disebut secara khusus,

yang saat ini mendapat perhatian dalam bidang parenteral adalah polipropilen dan kopolimer

polietilen – polietilen (Lachman, 1994).

Wadah Gelas masih tetap merupakan bahan pilihan untuk wadah produk yang dapat

disuntikkan. Gelas pada dasarnya tersusun dari silkon dioksida tetrahedron, dimodifikasi secara

fisika dan kimia dengan oksida – oksida seperti oksida natrium, kalium, kalsium, magnesium,

alumunium, boron, dan besi. Gelas yang paling tahan secara kimia hampir seluruhnya tersusun

dari silikon dioksida, tetapi gelas tersebut relatif rapuh dan hanya dapat dilelehkan dan dicetak

pada temperatur tinggi (Lachman, 1994).

B. Sterilisasi

Metode-metode sterilisasi berdasarkan Ansel (1989), yakni:

1. Sterilisasi uap (lembab panas), yakni sterilisasi yang dilakukan dalam autoklaf dan

menggunakan uap air dengan tekanan.

2. Sterilisasi panas kering, yakni sterilisasi yang biasa dilakukan dengan oven pensteril yang

dirancang khusus untuk tujuan sterilisasi. Oven dapat dipanaskan dengan gas atau listrik

dan umumnya temperatur diatur secara otomatis.

3. Sterilisasi dengan penyaringan, yakni sterilisasi yang tergantung pada penghilangan

mikroba secara fisik dengan adsorpsi pada media penyaring atau dengan mekanispe

penyaringan, digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas. Sediaan obat

Page 4: Laporan Talk Steril

yang disterilkan dengan cara ini, diharuskan menjalani pengesahan yang ketat dan

memonitoring karena efek produk hasil penyaringan dapat sangat dipengaruhi oleh

banyaknya mikroba dalam larutan yang difiltrasi.

4. Sterilisasi gas, sterilisasi gas dilakukan pada senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap

panas dan uap dimana dapat disterilkan dengan cara memaparkan gas etilen oksida atau

protilen oksida. Gas-gas ini sangat mudah terbakar bila tercampur dengan udara, tetapi

dapat digunakan dengan aman bila diencerkan dengan gas iner seperti karbondioksida,

atau hidrokarbon terfluorinasi yang tepat sesuai.

5. Sterilisasi dengan radiasi pengionan, yakni teknik-teknik yang disediakan untuk sterilisasi

beberapa jenis sediaan-sediaan farmasi dengan sinar gama dan sinar-sinar katoda, tetapi

penggunaan teknik-teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat khusus

dan pengaruh-pengaruh radiasi pada produk-produk dan wadah-wadah.

C. Talk

Talk mengandung sedikit alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang terkadang

mengandung beberapa mikroba seperti Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus

antrachis. Menurut Martindale, talk steril memilki beberapa fungsi anatara lain sclerosant

setelah terjadi drainase ganas pada efusi pleura dan pneumotoraks spontan berulang. Mekanisme

aksi terapetik talk yang dimasukkan ke dalam rongga pleura diduga dapat mengurangi reaksi

inflamasi dengan meningkatkan kerja pleura, mengurangi celah yang ada dalam pleura dan

menghindari reakumulasi cairan pleura. Selain itu, talk untuk efusi pleura bekerja dengan

mengeluarkan udara, darah atau cairan lain dalam paru-paru, mengembangkan paru-paru dan

mencegah cairan atau udara kembali ke dalam paru-paru. Talk memiliki ukuran partikel yang

kecil sehingga mudah terpenetrasi ke dalam rongga pleura dan menghasilkan onset yang cepat

(Amin, et al, 2007).

D. Efusi Pleura

Efusi pleura merupakan keadaan di mana cairan menumpuk di dalam rongga pleura.

Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan sebanyak 10-20 ml yang berfungsi

mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah cairan melebihi volum

normal dapat disebabkan oleh kecepatan produksi cairan di lapisan pleura parietal yang melebihi

kecepatan penyerapan cairan oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral.

Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk tersebut dapat menghambat

Page 5: Laporan Talk Steril

pengembangan paru-paru sehingga pertukaran udara terganggu. Banyak penyakit yang mungkin

mendasari terjadinya efusi pleura.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 119 pasien dengan efusi pleura di

RumahSakit Persahabatan pada tahun 2010-2011, efusi pleura kebanyakan disebabkan oleh

keganasan (42.8%) dan tuberkulosis (42%). Penyakit lain yang mungkin mendasari terjadinya

efusi pleura antara lain pneumonia, empiema toraks, gagal jantung kongestif, sirosis hepatis

(Khairani dkk., 2012).

Umumnya pasien datang dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk, dan demam. Pada

pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas seperti bunyi redup pada perkusi, penurunan

fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi paru bila cairan efusi sudah

melebihi 300 ml. Foto toraks dapat digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura

(Khairani dkk., 2012).

E. Pleurodesis

Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik secara kimiawi,

mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan maupun udara

dalam rongga pleura. Pleurodesis merupakan terapi simptomatis jangka panjang serta diharapkan

dapat meningkatkan kualitas hidup dan aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga pleurodesis

dapat dilakukan untuk terapi paliatif pada penderita efusi pleura ganas. (Amin et al, 2007)

Secara umum tujuan dilakukannya pleurodesis adalah untuk mencegah berulangnya efusi

berulang (terutama bila terjadi dengan cepat), menghindari torakosintesis berikutnya dan

menghindari diperlukannya insersi chest tube berulang, serta menghindari morbiditas yang

berkaitan dengan efusi pleura atau pneumothoraks berulang. Efusi pleura ganas merupakan

indikasi paling utama pada pleurodesis. Hal ini disebabkan karena kurang efektifnya terapi tumor

lanjut sedangkan terapi paliatif perlu dilakukan untuk mengurangi gejala pada pasien. Tidak ada

kontraindikasi absolut untuk pleurodesis. Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan

kemungkinan tingkat keberhasilan prosedur pada pasien serta risiko dilakukannya prosedur agar

pasien mendapat manfaat optimal dari tindakan yang dilakukan. Penggunaan teknik yang tepat,

agen sklerosis dan kriteria pemilihan pasien merupakan hal yang menentukan keberhasilan

tindakan. (Amin et al, 2007).

Page 6: Laporan Talk Steril

Beberapa agen yang sering digunakan diantaranya adalah talk (baik dalam bentuk poudrage atau

slurry), corynebacterium parvum, tetracyclin (atau derivatnya terutama doxyciclin), bleomycin,

quinacrin, silver nitrate, povidon iodin. (Amin Z et al, 2007)

Bahan atau obat yang digunakan untuk pleurodesis menurut antara lain :

1. Nitrogen mustard

Nitrogen mustard adalah obat antineoplastik yang paling sering digunakan dan cukup

efektif sampai 87% (Dekade 1960-1970). Semula diduga bahwa efikasi obat antineoplastik

disebabkan oleh efek antitumornya, ternyata terbukti bahwa pleurodesis terjadi walau

tumornya tidak terkontrol sehingga pleurodesis yang terjadi dihubungkan dengan efek fibrosis

obat antitumor tersebut.

2. Mitoxantron

Merupakan obat antineoplastik yang digunakan sebagai bahan pleurodesis, namun tidak

lagi direkomendasikan karena dosis yang dipakai harus cukup tinggi untuk dapat

menimbulkan perlekatan pleura parietal dan visceral.

3. Tetrasiklin

Pada decade 1980 tetrasiklin adalah obat yang paling sering digunakan terutama karena

penelitian pada kelinci terbukti merupakan bahan yang paling efektif

4. Talk

Talk dapat diberikan baik dalam bentuk aerosol (Insuflasi) atau suspensi (slurry)

5. Darah pasien sendiri

Memberikan darah pasien sendirir (autoglous blood) dengan dosis 1ml/kg BB, talk slurry

70 mg/ml/kg BB dan doksisiklin 10 mg/ml/kg BB melalui kateter thoraks.

6. Fibrin glue

Fibrin glue disiapkan dalm dua spuit, yaitu satu spuit berisi 2500 unit trombinbovine

topical dalam 5 ml kalsium klorida 10% dan satu spuit lagi berisi 5 ml cryoprecipitate.

7. OK-432

Pada penelitian menggunakan OK-432 (preparat streptococcus pyogenes) dan

doksorubisin pada 20 pasien dengan efusi pleura ganas yang telah terbukti secara sitologis.

Kateter toraks 20F diinsersikan kedalam rongga pleura dengan anastesi local, kateter

dihubungkan dengan sistim salir gembok air (WSD). Setelah 4 jam klem dibuka dan WSD

dihubungkan dengan continous suction sampai jumlah cairan pleura < 100-150 ml/hari.

Page 7: Laporan Talk Steril

8. Bleomicin

Bleomicin 60 mg dalam 100 CC Nacl 0,9%.

9. Talk slurry

Menggunakan Talk slurry 4 gram, paket talk steril disiapkan dengan 30 ml Nacl 0,9%

dan 10 ml lignokain. Talk dicampur dan diaduk dengan perlahan dalam kondisi steril

kemudian dimasukan kedalam spuit 50 ml. prosedur secara bedside, campuran tersebut

dimasukan kedalam kateter torak kedalam rongga pleura, kemudian kateter dibilas dengan

Nacl 0,9% secukupnya dan WSD diklem. Pasien diperintahkan untuk tidur dalam posisi

lateral dekubitus kanan dan kiri setiap 15 menit dalam 2 jam, lalu kateter toraks dibuka

klemnya dan dihubungkan dengan continous suction dengan tekanan-20 cm H20 selama 24

jam (Swidarmoko, 2010)

I. PRA FORMULASI

1. Tinjauan farmakologi

a. Efek utama : - mencegah iritasi

-digunakan sebagai pengobatan efusi pleura maligna dan non-

maligna ( Zulkifli dan Ina. 2007)

b. Efek samping : - menyebabkan iritasi pada pernafasan, penggunaan jangka dapat

menyebabkan pneumoconiosis.

- menyebabkan granuloma jika digunakan pada bagian tubuh

yang terluka.

- talk yang mengandung asbes dapat menyebabkan kanker

c. Kontra indikasi : paru-paru yang tidak dapat re-expand, pasien yang alergi, pasien

yang hipersensitivitas pada talk.

2. Tinjauan sifat fisika kimia

a. Pemerian : serbuk hablur sangat halus, putih atau putih keabuan, berkilat,

mudah melekat pada kulit dan bebas butiran ( FI IV. 1995 )

b. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan etanol 96%, larut dalam larutan

asam dan alkalihidroksida. (FI IV, 1995)

c. Stabilitas : - stabil pada pH 7-10 bila dalam bentuk larutan.

Page 8: Laporan Talk Steril

- mengabsorbsi air dalam jumlah yang tidak signifikanpada suhu

25ᴼC dan kelembapan relative hingga 90%. (HPE, 2006)

d. Cara sterilisasi : - Sterilisasi panas kering pada suhu 160ᴼC tidak kurang dari 1

jam

- Dterilisasi dengan gas etilen oksida

- Sterilisasi dengan radiasi sinar gama

e. Inkompatibilitas : senyawa ammonium kuartener

f. Cara penggunaan dan dosis

o Cara penggunaan:

talk disuspensikan terlebih dahulu, kemudian disuntikkan atau di

injeksikan kedalam rongga dada melalui chest tubedengan menggunakan

syringe.

Pasien diminta untuk beernafas beberapa kali agar serbuk talk tertarikke

rongga pleura.

o Dosis :

2 gram untuk pneumothorax

5 gram untuk efusi pleura

II. FORMULASI

a. Permasalahan dan penyelesaian :

o Permasalahan : Metode sterilisasi berdasarkan pustaka adalah sterilisasi gas. Gas

yang digunakan merupakan gas etilen oksida . gas ini mudah menguap dan

terbakar. Selain itu residu etilen oksida merupakan bahan yang toksik yang harus

dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi. Juga

perlu dilakukan perlindungan terhadap personel dari efek berbahaya gas ini.

o Penyelesaian : dengan menggunakan pemanasan kering yang sesuai untuk sediaan

talk steril yaitu menggunakan oven dengan suhu 160ᴼC tidak kurang dari 1 jam

(HPE. 2006)

b. Formulasi yang akan dibuat :

R/ Talk 10 g

s. serbuk tabur dtd No II

Page 9: Laporan Talk Steril

c. Perhitungan berat dan volume:

timbang talk sebanyak 10 gram x 2 = 20 gram

d. Cara sterilisasi bahan yang akan dibuat :

Menggunakan metode panas kering dengan oven pada suhu 160ᴼC tidak kurang dari 1

jam.

III. PELAKSANAAN

1. Penyiapan Alat

a. Alat alat yang digunakan

No Nama Alat Jumlah Ukuran Sterilisasi Waktu

1 Kaca arloji 2 7 cm Oven - 180°C 30’

2 Kaca arloji 1 3 cm Oven - 180°C 30’

3 Pengaduk 2 Oven - 180°C 30’

4 Pinset 2 Oven - 180°C 30’

5 Sendok porselen 1 Oven - 180°C 30’

6 Botol Serbuk 2 Oven - 180°C 30’

7 Tutup botol/Tutup

Alumunium

2 Oven - 180°C 30’

8 Alumunium foil q.s Otoklaf – 115°C 30’

b. Pencucian, Pengeringan, dan Pembungkusan alat

Page 10: Laporan Talk Steril

Pencucian alat gelas

Pencucian aluminium

Membilas dengan aq. dest. (3 kali)

Mengulangi prosedur 2 ad larutan tetap jernih (max 3 kali)l

Merendam dalam larutan tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan didihkanslm 1 hari

Mencuci dengan air dan HCl encer (jika bekas digunakan)

Mendidihkan dengan aq. dest. 15 menit, kemudian bilas dengan aq. dest. 3kali

Mendidihkan dengan air 15 menit, kemudian bilas

Membilas dengan aq. panas mengalir

Merendam dalam larutan Na2CO3 5% selama 5 menit

Mendidihkan dalam tepol 1% selama 10 menit

Page 11: Laporan Talk Steril

Pencucian karet

Pengeringan dan pembungkusan

c. Sterilisasi alat

Waktu pengeringan : 15 menit

- Oven

1. Waktu Pemanasan : 23 menit (15.30 – 15.53)

2. Waktu Kesetimbangan : 0 menit

3. Waktuu Pembinasaan : 30 menit (15.53 – 16.23)

4. Waktu Tambahan Jaminan Steril : 0 menit

5. Waktu Pendinginan : 15 menit (16.23 – 16.38)

Total Waktu : 68 menit

Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 15.30 s/d 16.38

Merendam dengan etanol 70% dan air (aa), bilas dan ulangi sampailarutan jernih

Merendam dengan aq. dest dan didihkan selama 30 menit

Mengulangi prosedur 2 ad larutan tetap jernih (max 3 kali)

Merendam dalam tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan didihkan slm 1 hari

Merendam dalam HCl 2% selama 2 hari

Mendinginkan dan membungkus dengan alumunium foil atau kertas perkamen rangkap 2

Mengeringkan alat-alat di oven 100-105°C selama 10 menit dalam posisi terbalik

Page 12: Laporan Talk Steril

- Otoklaf

1. Waktu Pemanasan : 12 menit (15.30 – 15.42)

2. Waktu Pengeluaran Udara : 7 menit (15.42 – 15.49)

3. Waktu Menaik : 19 menit (15.49 – 16.08)

4. Waktu Kesetimbangan : 0 menit

5. Waktu Pembinasaan : 15 menit (16.08 – 16.23)

6. Waktu Tambahan Jaminan Steril : 0 menit

7. Waktu Penurunan : 10 menit (16.23 – 16.33)

8. Waktu Pendinginan : 10 menit (16.33 – 16.43)

Total Waktu : 73 menit

Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 15.30 s/d 16.43

2. Cara Kerja

Sterilisasi dalam oven dengan suhu 180oC selama 20 menit

Mengualangi menimbang, memasukkan ke dalam wadah, dan menutup wadah

Memasukkan talk pada wadah dan menutup wadah

Menimbang 10 g talk dengan spatula yang telah steril

Membuka pembungkus pertama dan meletakkan kaca arloji pada timbangan analitik digital

Menyemrot pembungkus pertama dengan alkohol pada ruang kelas 2

Membuka pembungkus alat bagian luar yang telah steril di ruang kelas 3

Page 13: Laporan Talk Steril

Sterilisasi Sediaan menggunakan metode panas kering (oven)

1. Waktu Pemanasan : 52 menit (13.50 – 14.42)

2. Waktu Kesetimbangan : 20 menit (14.42 – 15.02)

3. Waktuu Pembinasaan : 30 menit (15.02 – 15.32)

4. Waktu Tambahan Jaminan Steril : 10 menit (15.32 – 15.42)

5. Waktu Pendinginan : 15 menit (15.42 – 15.57)

Total Waktu : 107 menit

Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 13.50 s/d 15.57

Page 14: Laporan Talk Steril

3. Brosur

Sterile Talc Powder

KomposisiTalk Steril................................................................................. 10 gram

FarmakologiDigunakan sebagai sclerosant pada drainase efusi pleura karena akumulasi sejumlah cairan dalam rongga pleura melebihi jumlah normal dan pneumotorak yang spontan dan berulang. Talk steril diberikan ke rongga pleura dalam bentuk aerosol atau serbuk. Hal ini dapat menghilangkan ruang pada pleura akibat akumulasi cairan dan mencegah akumulasi kembali dari cairan pleural.

IndikasiDiindikasikan untuk mencegah terulangnya efusi pleura ganas

Efek SampingEfek yangg mungkin timbul : Nyeri , Takikardia, takipnea, pmeumonitis, atau gagal nafas, edema paru reekspamsi. Umumnyan keadaan ini bersifat rebersible, Demam biasanya berkaitan dg pleuritia, hilang<48 jam 4. Ekspansi paru inkompkit dan partially trapped lung , Reaksi terhadap obat dan Syok neurogenik

Dosis dan Cara Pemakaian5 gram serbuk disuntikkan secara intrapleura dengan chest tube kecepatan 0,4 g per detik diikuti dengan penarikan nafas. Atau sesuai petunjuk tenaga Ahli/Medis.

Peringatan dan PerhatianGunakan segera setelah dibuka.

KemasanBotol berisi 10 gram

No. Reg : DTL 2088764564A1Batch : C 131007MD : 09 2014 ED : 09 2017SIMPAN DITEMPAT SEJUK, KERING, DAN TERLINDUNG CAHAYA

Diproduksi Oleh: PT. Stero PharmaJember-Indonesia

Page 15: Laporan Talk Steril

4. Etiket

5. Kemasan

INDIKASI, KONTRAINDIKASI, KONTRAINDIKASI, EFEK SAMPING, PERHATIAN, DOSIS LIHAT BROSUR

Steril Talc PowderNetto. 10 gram

SIMPAN DI TEMPAT SEJUK DAN TERLINDUNGDARI CAHAYA.No. Reg : DTL 2088764564A1Diproduksi Oleh:PT. Stero PharmaJember-Indonesia

Steril Talc Powder

Netto : 10 gram

Steril Talc Powder

Netto : 10 gram

KOMPOSISITalk Steril........................10 gram

INDIKASImencegah terjadinya efusi pleura ganas

CARA PEMAKAIAN5 gram serbuk disuntikkan secara intrapleura dengan chest tube kecepatan 0,4 g per detik diikuti dengan penarikan nafas. Atau sesuai petunjuk tenaga Ahli/Medis.

Keterangan lengkap lihat brosur

SIMPAN DI TEMPAT TERLINDUNG DARI CAHAYA

Diproduksi Oleh:PT Stero Pharma

Jember-Indonesia

No. Reg : DTL 2088764564A1Batch : C 131007

Mfg.date : 22 Sept 2014 Exp.date : 22 Sept 2017

SIMPAN DI TEMPAT SEJUK & TERLINDUNG DARI CAHAYA

Diproduksi Oleh:PT. Stero Pharma

Jember - Indonesia

Page 16: Laporan Talk Steril

IV. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami melakukan formulasikan dua kemasan talk steril dengan berat

masing-masing 10 gram. Menurut Martindale, talk steril memilki beberapa fungsi anatara lain

sclerosant setelah terjadi drainase ganas pada efusi pleura dan pneumotoraks spontan berulang.

Mekanisme aksi terapetik talk yang dimasukkan ke dalam rongga pleura diduga dapat

mengurangi reaksi inflamasi dengan meningkatkan kerja pleura, mengurangi celah yang ada

dalam pleura dan menghindari reakumulasi cairan pleura (Anonym, 2006). Selain itu, talk untuk

efusi pleura bekerja dengan mengeluarkan udara, darah atau cairan lain dalam paru-paru,

mengembangkan paru-paru dan mencegah cairan atau udara kembali ke dalam paru-paru. Talk

memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga mudah terpenetrasi ke dalam rongga pleura dan

menghasilkan onset yang cepat (Amin, et al, 2007).

Dalam pembuatan talk steril perlu dilakukan sterilisasi karena talk mengandung sedikit

alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang terkadang mengandung beberapa mikroba

seperti Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus antrachis. Ketiga jenis bakteri

tersebut merupaka bakteri patogen yang merugikan jika tidak dihilangkan. Sehingga dibutuhkan

proses sterilisasi untuk menghilangkan ketiga bakteri tersebut.

Sterilisasi talk dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu sterilisasi gas, radiasi, dan

panas kering (HPE). Metode sterilisasi gas yaitu menggunakan gasa etilen oksdia. Prinsip dari

metode ini adalah terjadinya alkilasi gugus hidrogen pada sel mikroorganisme diganti dengan

gugus alkil sehingga mengganggu metabolisme bakteri dan selanjutnya dapat menyebabkan

kematian (lisis) pada bakteri, namun metode ini tidak dapat dilakukan karena gas etilen oksida

bersifat toksik, mudah terbakar apabila kontak dengan oksegen, dan dapat menimbulkan efek

sakit pada mata, saraf dan darah. Hal tersebut dapat membahayakan praktikan (Hadioetomo,

1985).

Metode sterilisasi selanjutnya adalah menggunakan radiasi. Mekanisme metode ini adalah

terjadinya ionisasi molekul seluler yang vital pada bakteri (asam nukleat), enzim dan protein.

Serta reaksi radikal bebas pada cairan sel (-OH-) sehingga dapat memutus ikatan phospodiester

pada DNA bakteri.Metode ini tidak dapat dilakukan saat praktikum karena butuh biaya tinggi

dan harus ada perlindungan pada operator agar tidak terkena radiasi sinar (Hadioetomo, 1985).

Metode yang dipilih pada praktikum pembuatan talk steril adalah metode sterilisasi

menggunakan panas kering karena talk stabil terhadap pemanasan. Sterilisasi dengan oven tidak

Page 17: Laporan Talk Steril

akan membuat talk rusak. Selain itu sterilisasi ini tidak mengandung uap air yang dapat menetes

pada talk yang dapat menyebabkan talk menjadi basah. Prinsipnyabadalah protein mikroba

pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering (Durgin dan Zachary, 2004). Selanjutnya

teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba mati. Kelebihan lainnya

adalah peralatannya yang murah. Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan panas yang

tinggi dan waktu yang lebih lama (Hadioetomo, 1985).

Proses pembuatan sediaan talk steril ini diawali dengan menyemprot meja kerja dengan

alkohol dan mengusapnya searah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kontaminasi.

Selanjutnya menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Alat yang sebelumnya telah disterilisasikan

pembungkus pertamanya dibuka dan di semprot dengan alkohol. Setelah itu pembungkus kedua

dibuka. Proses selanjutnya yaitu menimbang talk sebanyak 10 gram mengguanakan kaca arloji.

Spatula dilakukan untuk mengambil talk sedangan pinset dignakan untuk menjepit kaca arloji

agar dapt ditempelkan pada mulut botol. Semua alat yang bersentuhan dengan sediaan tidak

boleh tersentuh alngsung dengan tangan. Pada saat praktikum, praktikan juga diwajibkan

menggunakan sarung tangan dan masker untuk mencegah kontaminasi yang disebabkan oleh

manusia. Talk yang sudah ditimbang dimasukkan dalam wadah. Wadah yang digunakan adalah

botol dengan tutup logam untuk menghindari lelehnya wadah mengingat proses sterilisasi yang

digunakan adalah panas kering (oven) yang dapat menyebabkan plastik meleleh.

Menurut cara pembuatannya talk steril ini merupakan produk yang disterilkan dalam

wadah akhir. Hal tersebut dikarenakan proses sterilisasi dilakukan setelah talk dimasukan ke

dalam wadah primernya. Sterilisasi dilakukan pada suhu 180°C dan total waktu 107 menit. Pada

proses sterilisasi ini juga ada waktu kesetimbangan. Waktu kesetimbangan merupakan waktu

yang dibutuhkan untuk menyamakan suhu pada sediaan dan suhu di luar sediaan. Dalam

praktikum waktu kesetimbangan adalah 20 menit. Selain waktu kesetimbangan juga terdapat

waktu jaminan sterilitas. Waktu jaminan sterilisasi merupakan waktu tambahan yang diperlukan

untuk menjamin bahwa sediaan telah benar-benar steril. Lamanya waktu jaminan steilitas adalah

setengah dari waktu kesetimbangan, dalam praktikum adalah 10 menit.

Pengguanaan talk steril pada pengobatan efusi pleuro (pleurodesis) adalah dengan

melarutkan 3-10 gram bubuk talk steril dalam 100 mL NaCl 9%. Bubuk kemudian dimasukkan

ke dalam kolf NaCl 0,9% dikocok lalu dituang ke dalam mangkung steril. Kemudian cairan

diaspirasi dengan syringe. Syringe lalu dipasang pada chest tubeyang sebelumnya telah dipasang

Page 18: Laporan Talk Steril

pada pasien, kedua klem dibuka, larutan diinjeksikan melalui chest tube. Kemudian dibilas

dengan NaCl 0,9% (Amin, et al, 2007).

V. KESIMPULAN

1. Talk powder memiliki indikasi pleurodesis pada efusi pleura

2. Talk memerlukan sterilisasi karena berasal dari bahan alam mudah ditumbuhi

mikroba

3. Proses sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi panas kering dengan oven karena

talk stabil terhadap pemanasan dan agar tidak terkena uap air yang dapat

menyebabkan talk menjadi basah dan menggumpal.

4. Talk powder tidak dilakukan sterilisasi dengan gas etilen oksida karena berbahaya

dan mudah terbakar.

5. Talk powder tidak dilakukan sterilisasi dengan radiasi karena berbahaya dan

memerlukan peralatan khusus

Page 19: Laporan Talk Steril

DAFTAR PUSTAKA

American Pharmaceutical Association. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients,

5th  edition. London : The Pharmaceutical Press.

Amin, dan Masna. 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.

57

Amin. Zulfakmi dan Masna. Ina. 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis. Volume 57, No. 4.

Anonym. 2006. Sterile talc powder. Woburn : Bryan corporation.

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed ke 4. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edis IV. Jakarta :

Departemen Kesehaan RI.

Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale the Extra Pharmacopoeia, twenty

eight edition. London : The pharmaceutical Press.

Durgin, Sr. Jane dan Zachary Hanan. 2004. Delmar Learning's Pharmacy Practice for

Technicians.3rd edition. New York: Delmar Learning

Hadioetomo, R. S..1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT. Jakarta : Gramedia.

Khairani, L.. 2012. Management Gangrene Fournier. Nusa Tenggara Barat: Fakultas

KedokteranUniversitas Mataram.

Priyambodo, B..2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta: Global Pustaka Utama,

Lachman, Lieberman, Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia, Stefanus, Lukas. 2006. Formulasi Steri. Jakarta: ANDI

Swidarmoko, Boedi. 2010. Pulmonologi Intervensi Gawat Darurat Napas. Jakarta : Fakultas

Kedokteran UI