laporan praktikum kai pii

23
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN PERCOBAAN 2 ANALISIS PARASETAMOL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL DISUSUN OLEH : GOLONGAN/KELOMPOK : 4/1 1. Khilman Husna Pratama (G1F011036) 2. Windhiana Sapti Argi (G1F011038) 3. Gitanti Rohman (GIF011040) 4. Fathia Rahmi Zaen (G1F011044) 5. Nova Amalia (G1F011046) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: gitantirohman

Post on 27-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kai

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Kai Pii

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN

PERCOBAAN 2

ANALISIS PARASETAMOL DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

DISUSUN OLEH :

GOLONGAN/KELOMPOK : 4/1

1. Khilman Husna Pratama (G1F011036)

2. Windhiana Sapti Argi (G1F011038)

3. Gitanti Rohman (GIF011040)

4. Fathia Rahmi Zaen (G1F011044)

5. Nova Amalia (G1F011046)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2013

Page 2: Laporan Praktikum Kai Pii

PERCOBAAN 2

ANALISIS PARASETAMOL DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

I. Tujuan

Melakukan prinsip analisis kuantitatif sampel dengan metode spektrofotometri visible.

II. Metode Percobaan

II.A. Tinjauan Pustaka

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan

untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang

didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam

spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya

visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang

lebih berperan adalah elektron valensi (Day, 1998).

Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud

sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat

oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki

energi sebesar 299–149 kJ/mol. Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom

dengan energi terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar

tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang

memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi(Skog,1971).

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam

bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan

pada pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri. Jika tidak berwarna

maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang

spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen

ini disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent) (Christian, 2003).

Page 3: Laporan Praktikum Kai Pii

II.B. Cara kerja

1. Pembuatan larutan standar Paracetamol

ditambah 4mL HCl 4M

diencerkan dengan aquades menggunakan labu takar 10mL

2. Penetapan panjang gelombang maksimum

diencerkan menjadi 10µg/mL

diambil 0.5mL

dimasukkan ke dalam labu takar 25mL

ditambah 0.6mL HCl 4M dan 1mL NaNO2 0.1%, didiamkan 3

menit

ditambah 1mL Ammonium Sulfamat 0.5%, didiamkan 2 menit

diukur absorbansinya pada panjang gelombang 380-600nm

3. Pembuatan kurva kalibrasi

diencerkan menjadi 2,4,6 µg/mL

masing-masing diambil 0.5mL

dimasukkan ke dalam labu takar 25mL

ditambah 0.6mL HCl 4M dan 1mL NaNO2 0.1%, didiamkan 3

menit

ditambah 1mL Ammonium Sulfamat 0.5%, didiamkan 2 menit

diukur absorbansinya pada panjang gelombang maks yg didapat

dibuat kurva kalibrasinya

50mg Paracetamol

Larutan stock paracetamol

Larutan stock paracetamol

ʎ maks

Larutan stock paracetamol

Kurva kalibrasi

Page 4: Laporan Praktikum Kai Pii

4. Pengukuran kadar Paracetamol dalam sediaan tablet

ditimbang satu persatu lalu degerus halus & diaduk sampai

homogen

diambil 50mg paracetamol

ditambah 4mL HCl 4 M dan 30 mL aquades

dihidrolisis selama 30 menit

diambil 0.5mL

dimasukkan ke dalam labu takar 25mL

ditambah 0.6mL HCl 4M dan 1mL NaNO2 0.1%, didiamkan 3

menit

ditambah 1mL Ammonium Sulfamat 0.5%, didiamkan 2 menit

diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum

dilakukan replikasi sebanyak 3 kali

dihitung kadar paracetamol dalam sampel

III. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: beaker glass, tabung reaksi, labu

ukur, gelas ukur, mortir dan stamper, pipet volume, pipet tetes, rubble blub, tissue, timbangan

analitik, spektrofotometer.

Bahan-bahan yang diperlukan yaitu akuades, tablet paracetamol, Larutan HCl 4M, Larutan

NaNo2 0.1%, Larutan Ammonium Sulfamat 0.5%.

10 tablet paracetamol

Kadar paracetamol

50mg paracetamol

Page 5: Laporan Praktikum Kai Pii

IV. Data Pengamatan

Perlakuan Gambar

50 mg Parasetamol ditambahkan 4 mL

HCl 4M . dipindahkan pada labu takar 100

mL, diencerkan aquades

Larutan baku kemudian diencerkan

kembali menjadi 2ppm, 4ppm, dan 6ppm.

Larutan Baku ditambahkan 0,6 HCl 4 M

dan 1mL NaNO2 diamkan 3 menit,

laluditambah amonium slfamat 0,5 %

diamkan 2 menit. Akan terbentuk larutan

berwarna kekningan

Tablet paracetamol digerus homogen, lalu

ditimbang sebanyak 50 mg

Page 6: Laporan Praktikum Kai Pii

Ditambahkan HCl dan 30 mL aquades,

lalu hidrolisis selama 30 menit

0,5 mL parasetamol ditambahkan 0,6 mL

HCl 4M dan 1 mL NaNO2 0,1 %, diamkan

3 m3nit lalu tambahan Ammoniun

Sulfamat 0,5%. Akan terbentuk warna

kuning pada sampel.

Lalu larutan baku dansampel dihitung

absorbansinya pada λ mak dengan

spektrofotometri vis

V. Perhitungan

Pengenceran Paracetamol Baku

a. Kadar paracetamol = 50 mg/100 mL

0,5 mg / ml

500 µg/mL

b. Pembuatan Larutan Baku 2µg/mL

M1.V1 = M2 . V2

500 µg/mL . V1 = 2 µg/mL . 25 mL

V1 = 0,1 mL

c. Pembuatan Larutan Baku 4µg/mL

Page 7: Laporan Praktikum Kai Pii

M1.V1 = M2.V2

500 µg/mL . V2 = 4 µg/mL . 25 mL

V1 = 0,2 mL

d. Pembuatan Larutan Baku 6µg/mL

M1.V1 = M2.V2

500 µg/mL . V2 = 6 µg/mL . 25 mL

V1 = 0,3 mL

Pembuatan HCL 4 M

M1.V1 = M2.V2

12,063 . V1 = 4 . 100 mL

V1 = 33,16 mL

Pengukuran Absorbansi

Berat tablet = 0,607 gr = 607 mg

Larutan Baku Larutan Sampel

λ = 211 nm

blanko = 0

2 µg/mL = 0,447

4 µg/mL = 0,683

6 µg/mL = 0,746

a = 0,326

b = 0,598

r = 0,948

Λ = 211 nm

Blanko = 0

Replikasi 1 = 0,478

Replikasi 2 = 0,484

Replikasi 3 = 0,496

y = a + bx

Replikasi 1 0,478 = 0,326 + 0,598ϰ

0, 152 = 0,598 ϰ

Page 8: Laporan Praktikum Kai Pii

ϰ = 0,1520,598

= 0,254 ppm

= 254 x 10-6 mg/mL

Replikasi 2 0,484 = 0,326 + 0,598ϰ

0,158 = 0,598ϰ

ϰ = 0,1580 ,598

= 0,264 ppm

= 264x10-6 mg/mL

Replikasi 3 0,496 = 0,3326 + 0,598 ϰ

0,17 = 0,598ϰ

ϰ = 0,17

0,598

= 0,284 ppm

= 284x10-6 mg/mL

Kadar

Kadar = Berat Tablet

Berat Sampel x C x fp

Kadar 1 = 60750

x 254.10-6 x 10

= 0,0308

Kadar 2 = 60750

x 264.10-6 x 10

= 0,0320

Kadar 3 = 60750

x 284.10-6 x 10

= 0,0344

Kadar (x) x̄ (x− x̄ ) (x− x̄ )2

Page 9: Laporan Praktikum Kai Pii

0,0308

0,0324

-0,0016 2,56x10-6

0,0320 -0,0004 0,16x10-6

0,0344 0,002 4x10-6

Ʃ = 6,72x10-6

SD = Ʃ (x− x̄)2

n−1

= √ 6,72 x10−63−1

= √ 6,72 x10−62

= √3,36 x10-6

= 1,833 x 10-6

VI. Pembahasan

Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud

sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh

mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi

sebesar 299–149 kJ/mol. Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan

energi terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak mampu

membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih

tinggi atau menuju keadaan tereksitasi (Ganjar, 2007).

Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata

manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut

warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari

spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang

terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

Panjang gelombang (nm) Warna warna yang diserapWarna komplementer

(warna yang terlihat)

400-435 Ungu Hijau kekuningan

Page 10: Laporan Praktikum Kai Pii

435-480 Biru Kuning

480-490 Biru kehijauan Jingga

490-500 Hijau kebiruan Merah

500-560 Hijau Ungu kemerahan

560-580 Hijau kekuningan Ungu

580-595 Kuning Biru

595-610 Jingga Biru kehijauan

610-800 Merah Hijau kebiruan

(Ganjar, 2007)

Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan lampu

tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah satu unsur kimia, dalam

tabel periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB atau

golongan 6 dengan simbol W dan nomor atom 74. Wolfram digunakan sebagai lampu pada

spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni

5930 °C (Riyadi, 2009).

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang gelombang

dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut λmaks. Hal ini disebabkan

jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin

akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil. Berdasarkan hukum Beer, absorbansi akan

berbanding lurus dengan konsentrasi, karena harga b dapat diabaikan dan ε merupakan suatu

tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin tinggi,

begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin rendah

(Hukum Lamber-Beer) (Ganjar, 2007).

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam

bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada

pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri. Jika tidak berwarna maka

larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik.

Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut

reagen pembentuk warna (chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki

oleh reagen pembentuk warna:

Page 11: Laporan Praktikum Kai Pii

1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu beberapa

jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu

harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.

2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.

3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik.

4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran.

5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga

warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja.

6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang

dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu

bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang

dikehandaki tidak sempurna.

7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang dikehendaki

dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.

(Seran, 2011)

Dalam praktikum kali ini yang akan ditentukan kadarnya adalah obat parasetamol.

Parasetamol mempunyai rumus kimia C8H9NO2, BM 151,16 dan rumus bangun

OH

NHCOCH3

Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-para-aminofenol asetominofen adalah obat

analgesik and antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-

sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik

salesma dan flu. Parasetamol aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis

obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi. Berbeda dengan obat analgesik yang lain

seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Parasetamol tidak

tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti

permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada

janin (Suwadi, 2012).

Page 12: Laporan Praktikum Kai Pii

Adapun monografi bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai

berikut :

1. Parasetamol

Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%,

mempunyai rumus molekul C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan,

dengan bobot molekul 151,16. Parasetamol mempunyai bentuk hablur atau serbuk putih,

tidak berbau, rasa pahit, memiliki suhu lebur 169 C sampai 172 C. larut dalam 70 bagian

air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P

dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida (Obie, 2009).

2. Asam Klorida

H – Cl

Asam klorida mengandung tidak kurang dari 35,0% dan tidak lebih dari 38,0%

HCl. Pemerian cairan; tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan

dua bagian air, asap dan bau hilang. Bobot per mL lebih kurang 1,18gram. Keasaman-

kebasaan Larutan yang sangat encer masih bereaksi asam kuat terhadap kertas lakmus .

Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat. Khasiat dan penggunaan zat tambahan

(Anonim, 1979)

3. Natrium Nitrit (NaNO2)

Hablur atau granul, tidak berwarna atau putih kekuningan rapuh, kelarutan larut

dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol 95 % P (Anonim, 1995).

4. Ammonium Sulfamat

Kristal atau granula padat tidak berwarna hingga putih; Sedikit berbau amonia;

Rumus molekul (NH4)2SO4; Berat molekul 132,14; Titik didih 330oC pada 760 mmHg;

Titik lebur 235-280 oC, 508-553 oK, 455-536 F (terdekomposisi); Kerapatan 1,77 pada

Page 13: Laporan Praktikum Kai Pii

50oC (122F); Kelarutan dalam air 70,6 g/100 mL (0oC), 74,4 g/100 mL (20oC), 103,8

g/100 mL (100oC); Tidak larut dalam alkohol, aseton, dan amonia (Badan POM, 2011)

5. Aquades

H-O-H

Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,

perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat

dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain.

Pemeriannya cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau (Anonim, 1979)

Massa molar : 18.0153 g/mol

Densitas dan fase : 0.998 g/cm³, cairan, 0.92 g/cm³, padatan

Titik lebur : 0 °C (273.15 K) (32 ºF)

Titik didih : 100 °C (373.15 K) (212 ºF)

Penampilan : Cairan tak berwarna, Tidak berbau. (Mulyono, 2009)

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar parasetamol dalam larutan sampel dengan

metode spektrofotometri visibel. Metode ini didasarkan adanya warna yang terbentuk dari

parasetamol sebagai akibat penambahan gugus nitro. Setelah nitrasi maka dengan adanya basa

maka akan mengalami resonansi, dimana warna yang terbentuk adalah kuning dengan panjang

gelombang 430 nm. Metode ini didasarkan hidrolisis parasetamol menjadi p-aminofenol,

kemudian direaksikan dengan pereaksi tertentu untuk membentuk senyawa berwarna. Amin

aromatik diazotasi dan kemudian dikopling dengan fenol atau amin aromatik (reaksi Griess).

Penentuan kadar parasetamol dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan tersebut antara lain

pembuatan larutan baku/standar, pembuatan kurva baku, dan pengukuran dengan

spektrofotometer visibel.

Page 14: Laporan Praktikum Kai Pii

Pada percobaan pembuatan larutan baku/standar, serbuk parasetamol ditimbang sebanyak

50mg lalu ditambahkan dengan 4ml larutan HCl 4M. Penambahan sejumlah HCl bertujuan untuk

mempercepat reaksi dan untuk meregangkan ikatan-ikatan pada sampel paracetamol. Larutan

kemudian dipindahkan ke labu takar 10ml untuk diencerkan dengan aquades sampai tanda batas.

Kemudian larutan standar ini digunakan dalam percobaan selanjutnya yaitu pembuatan kurva

kalibrasi. Dalam percobaan ini digunakan kadar parasetamol yang berbeda-beda yakni 2ppm,

4ppm dan 6ppm, semua kadar itu dibuat dari larutan standar yang diencerkan dengan aquades

sebanyak yang ditentukan oleh perhitungan. Setelah itu sebanyak 0,5ml dari masing-masing

kadar larutan parasetamol dimasukkan ke 3 labu takar 25ml dan ditambahkan 0,6ml larutan HCl

4M dan 1ml larutan NaNO2 0,1%, penambahan NaNO2 0,1% ini dimaksudkan agar terjadi reaksi

diazotasi, lalu didiamkan selama 3 menit untuk membentuk reaksi diazotasi yang sempurna

kemudian ditambahkan Ammonium Sulfamat 0,5% untuk memberikan warna pada larutan lalu

didiamkan selama 2 menit agar larutan homogen. Hasil absorbansi dari 3 larutan tadi secara

berurutan adalah 0,447 ; 0,683 dan 0,746.

2 ppm 4 ppm 6 ppm0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

absorbansi

absorbansi

Gambar kurva hubungan absorbansi vs konsentrasi

Kurva absorbansi vs konsentrasi diatas seharusnya linier atau membentuk suatu garis

diagonal yang lurus, berikut beberapa alasan mengapa kurva diatas tidak linier :

Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu

larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.

Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet

dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.

Page 15: Laporan Praktikum Kai Pii

Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau

sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran

sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

(Seran, 2011)

Pada percobaan pengukuran kadar parasetamol dalam sediaan tablet ini, diambil satu

tablet lalu ditimbang kemudian tablet tersebut digerus halus dalam mortir dan diambil sampel

sebanyak 50mg. Sampel tersebut ditambahkan dengan HCl 4 M yang bertujuan untuk

mempercepat reaksi dan untuk meregangkan ikatan-ikatan pada sampel paracetamol dan 30ml

aquades, lalu dihidrolisis selama 30menit dengan cara dipanaskan diatas penangas air. Dari

campuran itu diambil 0,5ml lalu dimasukkan ke labu takar 25ml dan tambahkan 0,6ml larutan

HCl 4M dan 1ml larutan NaNO2 0,1%, penambahan NaNO2 0,1% ini dimaksudkan agar terjadi

reaksi diazotasi, lalu didiamkan selama 3 menit agar reaksi diazotasi sempurna kemudian

ditambahkan Ammonium Sulfamat 0,5% untuk memberikan warna pada larutan sehingga dapat

dilakukan pengukuran menggunakan spektrofotometri visssibel lalu didiamkan selama 2 menit

agar larutan homogen.

Percobaan ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dan diperoleh nilai absorbansinya

sebesar 0,478 ; 0,484 dan 0,496. Kemudian hasil absorbansi tersebut dimasukkan dalam

perhitungan untuk mencari kadar parasetamol dan diperoleh hasil kadar untuk replikasi 1 yaitu

0,0308 mg/mL, untuk replikasi 2 yaitu 0,0320 mg/mL dan untuk replikasi 3 yaitu 0,0344 mg/mL.

Kadar rata-rata yang diperoleh dari ketiga sampel parasetamol tersebut adalah 0,0324 ± 1,833 x

10-6 mg/mL.

Page 16: Laporan Praktikum Kai Pii

VII. Kesimpulan

Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak yaitu sinar yang

dapat dilihat oleh mata manusia dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki

energi sebesar 299–149 kJ/mol.

Paracetamol dalam percobaan diukur secara kuantitatif menggunakan spektrofotometri

vissibel karena direaksikan dengan NaNO2 membentuk garam diazotasi dan direaksikan

dengan asam sulfamat sehingga terbentuk sinar tampak.

Kadar rata-rata yang diperoleh dari ketiga sampel parasetamol tersebut adalah 0,0324 ±

1,833 x 10-6 mg/mL.

VIII. Daftar Pustaka

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Badan POM, 2011, Ammonium Sulfat, http://ik.pom.go.id diakses tanggal 28 April 2013.

Page 17: Laporan Praktikum Kai Pii

Christian, G. D., 2003, Analytical Chemistry, Sixth Edition, John Wiley & Sons Ltd, New

York.

Day, R .A, Underwood A. l, 1998, Quantitative Analysis, Sixth Edition, Prentice-Hall,

USA.

Ganjar,I.G. dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta

Mulyono, 2006, Kamus Kimia Edisi Pertama, Bumi Aksara, Jakarta.

Obie, 2009, Parasetamol, http://ebie-bie-bie.blogspot.com diakses tanggal 28 April 2013.

Seran, Emel, 2011, Spektrofotometri Sinar Tampak (Visible),

http://wanibesak.wordpress.com , diakses tanggal 28 April 2013.

Riyadi, Wahyu, 2009, Prinsip Dasar Spektrofotometer Visible,

http://wahyuriyadi.blogspot.com , diakses tanggal 28 April 2013.

Skoog, Douglas, 1971, Principles of Instrumental Analisys, 3th edition, Saunder College

Publishing, New York.

Suwadi, 2012, Parasetamol, http:// blogspot.com , diakses tanggal 28 April 2013.