laporan praktikum ekologi tumbuhan-analisis vegetasi

17
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN “PENENTUAN LUAS MINIMUM” Disusun Oleh: RIFKI MUHAMMAD IQBAL (1211702067) BIOLOGI IV B JURUSAN BIOLOGI

Upload: rifki-muhammad-iqbal

Post on 18-Dec-2014

1.262 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

“PENENTUAN LUAS MINIMUM”

Disusun Oleh:

RIFKI MUHAMMAD IQBAL (1211702067)

BIOLOGI IV B

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2013

Page 2: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis

yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut

terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri

maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh

serta dinamis.

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk

(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat

terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik

komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan

tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah

suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.

Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yagng jadi bahan

penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui komposisi,

dominasi pohon dan menksir volumenya.

Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini.

Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter. 

Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot

dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada

individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan

satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan

untuk vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks lainnya

1.2. Tujuan

- Menentukan frekuensi berbagai jenis tumbuhan dalam suatu daerah

- Menentukan kerapatan berbagai spesies dalam daerah vegetasi tertentu

- Menentukan kerimbunan vegetasi pada suatu daerah

Page 3: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi

secara bentuk (struktur) vegetasi dari :nasyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi

adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis

vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai

penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh

informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith,

1983).

Analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil

pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai akibat metode pengendalian tertentu

dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma

di lapangan. Konsep dan metode analisis vegetasi sangat bervariasi tergantung keadaan

vegetasi dan tujuan analisis. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan

komposisi vegetasi. Metode garis (line intercept) biasanya digunakan untuk areal yang luas

dengan vegetasi semak rendah. Metode titik (point intercept) biasanya digunakan untuk

pengamatan sebuah petak contoh dengan vegetasi yang tumbuh menjalar (creeping). Metode

visual (visual emotion) dapat digunakan untuk suatu survey daerah yang luas dan tidak

tersedia cukup waktu. (Michael, 1995).

Frekuensi, kerapatan dan kerimbunan ini merupakan data hasil analisa kuantitatif yang

merupakan data yang penting dalam menentukan peranan atau spesies atau jenis dalam

vegetasinya. Selain data dalam analisa data hasil analisa kuantitatif di perlukan juga data lain

yaitu hasil analisa kuantitatif yang memberikan sifat khusus dari spesies atau jenis terhadap

vegetasi. Karena dari hasil analisis kuantitatif ini terutama akan memberikan gambaran dari

setiap jenis yang ada pada waktu-waktu yang akan datang. (Rahardjanto, 2001).

Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di

dalam area kuadran. Pada beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan batasan individu

tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan berdasarkan criteria

tertentu (kelas kerapatan). Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan

oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam penentuan kerapatan dijabarkan dalam bentuk

kerapatan, maka untuk kerimbunannya pun lebih baik dipergunakan kelas kerimbunan.

Frekuensi, ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhandijumpai dalam sejumlah

area cuplikan (n), dibandingkan dengan seluruh atau seluruh cuplikan yang dibuat (N),

biasanya dalam %. (Syafei, 1990).

Page 4: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan

untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter.

Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis

dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot). (Syafei, 1990).

1. Belt transect (transek sabuk)

Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar

jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya.

Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah

diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang

baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.

(Kershaw,1979).

2. Line transect (transek garis)

Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada

tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini,

sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang

selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi

nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati

oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu

tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang

terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi

diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang

disebar. (Rohman, 2001).

Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan

dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample.

Keempat sifat itu adalah :

1. Ukuran petak.

2. Bentuk petak.

3. Jumlah petak.

4. Cara meletakkan petak di lapangan. (Dedy, 2010).

Page 5: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

BAB III

METODE

3.1. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Alat Tulis (Pulpen, Pensil, dan Penggaris) Buku data atau catatan

Tali rapia

Meteran

Patok kayu

Kuadran dengan ukuran sesuai

3.2. Prosedur Kerja

Prosedur untuk Frekuensi Jenis Tumbuhan

Dibuat petak berukuran 1m x 1m (rerumputan) sebanyak 5 petak.

Diidentifikasi jenisnya.

Ditentukan ada atau tidaknya spesies pada setiap petak contoh.

Dibuat tabulasi datanya.

Prosedur untuk Kerapatan dan Kelas Kerapatan

Dibuat petak berukuran 1m x 1m sebanyak 5 petak.

Diidentifikasi jenis dan dihitung jumlah individunya.

Dibuat tabulasi datanya.

Prosedur untuk Kerimbunan (Braun-Blanquet)

Dibuat kotak kecil dari kotak yang sudah ada dengan ukuran 1 cm x 1cm.

Dihitung berapa petak yang tertutupi oleh setiap spesies.

Apabila terjadi overlap dihitung hanya tumbuhan yang menutupi saja.

Tiap kotak dihitung persentase kerimbunannya kemudian dimasukkan ke

dalam kategori.

Dibuat tabulasi datanya.

Prosedur untuk Kerimbunan (Intercept) Dibuat dua buah garis dengan jarak 1 m menembus suatu vegetasi. Panjang garis disesuaikan dengan kebutuhan 10 meter atau lebih. Ukur panjang jenis tumbuhan yang ada di sepanjang garis dengan

menggunakan penggaris. Buat tabulasi datanya.

Page 6: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel Pengamatan

Nama

Spesies

Data Frekuensi Kerapatan Data Kerimbunan

Plot Plot

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Sp1 52 40 55 32 60 4 2 5 2 4

Sp2 19 12 27 20 35 4 3 6 6

Sp3 10 1 7 7 30 2 4 5 2 6

Sp4 3 8 4 1 1

Sp5 5

Sp6 2 1

Sp7 1 2 1

Sp8 5

Sp9 4

Sp10 1

4.2. Analisis Data

Frekuensi Mutlak (FM) =Total Plot ditemukan jenis i

Σ Seluruh plot pengamatan (m)

Sp1 = 55

= 1 Sp6 = 15

= 0,2

Sp2 = 55

= 1 Sp7 = 25

= 0,4

Sp3 = 55

= 1 Sp8 = 15

= 0,2

Sp4 = 45

= 0,8 Sp9 = 15

= 0,2

Sp5 = 15

= 0,2 Sp10 = 15

= 0,2

𝛴 FM = 1 + 1+1+0,8+0,2+0,2+0,4+0,2+0,2+0,2 = 5,2

Page 7: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

Frekuensi Relatif (FR) = FM i

Σ FMi x 100 %

Sp1 = 1

5,2 x 100 % = 19% Sp6 =

0,25,2

x 100 % = 3%

Sp2 = 1

5,2 x 100 % = 19% Sp7 =

0,45,2

x 100 % = 7%

Sp3 = 1

5,2 x 100 % = 19% Sp8 =

0,25,2

x 100 % = 3%

Sp4 = 0,85,2

x 100 % = 15% Sp9 = 0,25,2

x 100 % = 3%

Sp5 = 0,25,2

x 100 % = 3% Sp10 = 0,25,2

x 100 % = 3%

Densitas Mutlak ( DM) = JumlahTotal Individu

Luas Total Plot Pengamatan(m)

Sp1 = 239

5 = 47,8 Sp6 =

25

= 0,4

Sp2 = 1135

= 22,6 Sp7 = 35

= 0,6

Sp3 = 555

= 11 Sp8 = 55

= 1

Sp4 = 165

= 3,2 Sp9 = 45

= 0,8

Sp5 = 55

= 1 Sp10 = 15

= 0,2

𝛴 DM = 47, 8 + 22, 6 +11 + 3,2+ 1+ 11+ 0,4 + 0,6 +1+0,8 + 0,2 = 88, 6

Densitas Relatif (DR) = DMi

ΣDMix100 %

Sp1 = 47,888,6

x 100% = 54% Sp6 = 0,4

88,6 x 100% = 0,45%

Page 8: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

Sp2 = 22,688,6

x 100% = 26 % Sp7 = 0,6

88,6 x 100% = 0,68%

Sp3 = 11

88,6 x 100% = 12% Sp8 =

188,6

x 100% = 1,1%

Sp4 = 3,2

88,6 x 100% = 3,6% Sp9 =

0,888,6

x 100% = 0,9%

Sp5 = 1

88,6 x 100% = 1,1% Sp10 =

0,288,6

x 100% = 0,23%

Kerimbunan (Braun – Blanquet) = Total Spesies i yangmenutupi Plot

Luas plot ( cm2 )

Sp1 = 17

100 = 0,17 Sp4 =

1100

= 0,01

Sp2 = 19

100 = 0,19 Sp6 =

1100

= 0,01

Sp3 = 19

100 = 0,19 Sp7 =

1100

= 0,01

% Kerimbunan = Lebar Daun Spesies i

Panjang Plot (cm) x 100%

Sp1 = 259500

x 100% = 51,8%

Sp6 = 528500

x 100% = 105, 6%

4.3. Tabel Analisis Data

Spesies FM FR DM DRKerimbunan

(Braun Blanquet)

Kerimbunan

(Line-Intercept)

Sp1 1 19% 47,8 54% 0,17 51,8%

Sp2 1 19% 22,6 26% 0,19

Sp3 1 19% 11 12% 0,19

Sp4 0,8 15% 3,2 3,6% 0,01

Sp5 0,2 3% 1 1,1%

Sp6 0,2 3% 0,4 0,45% 0,01 105,6%

Page 9: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

Sp7 0,4 7% 0,6 0,68% 0,01

Sp8 0,2 3% 1 1,1%

Sp9 0,2 3% 0,8 0,9%

Sp10 0,2 3% 0,2 0,23%

4.4. Pembahasan

Praktikum kali ini yaitu mengenai penentuan luas minimum. Penentuan luas

minimum merupakan suatu cara yang digunakan untuk melihat suatu komunitas yaitu dengan

memperhatikan individu-individu atau populasi-populasi dari seluruh jenis tumbuhan yang

ada secara keseluruhan yang kemudian akan menunjukkan suatu luas tertentu. Dalam

penentuan luas minimum ini digunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan

untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan

suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh

mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.

Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak

contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi

panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili

vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode

kuadrat.

Pada prakikum ini pertama dilakukan pembuatan plot dengan ukuran 0,5 x 0,5

sebagai titik acuan. Berdasarkan hasil pengamatan pada kotak I ditemukan sebanyak enam

spesies, selanjutnya pada plot selalu terdapat penambahan spesies juga selalu diperoleh jenis

tanaman yang sama dengan plot sebelumnya, yaitu pada kotak II ditemukan satu spesies baru,

pada kotak ke III ditemukan dua spesies baru, pada kotak ke IV ditemukan dua spesies baru

dan pada kotak V ditemukan tiga spesies. Pada pengamatan kotak ke VI tidak menemukan

spesies baru, artinya bahwa luas tersebut sudah mewakili karakteristik komunitas yang ada di

Page 10: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

sana karena sejumlah sampel dikatakan resentatif bila didalamnya terdapat semua atau

sebagian jenis tanaman membentuk komunitas atau vegetasi tersebut daerah minimal yang

dapat mencerminkan kekayaan atau vegetasi. Pada masing-masing spesies yang menempati

tiap kotak tersebut mempunyai peran masing-masing pada habitat tersebut. Sebuah teori

menyatakan bahwa semakin besar keanekaragaman yang terdapat pada suatu habitat maka

akan semakin luas kotak/petak contoh yang digunakan. Pada hasil penelitian/pengamatan

praktikum kami, keanekaragaman pada areal yang kami teliti terhitung rendah karena

penggunaan petak/kotak contoh terhenti pada penggunaan kotak ke V, hal ini karena pada

kotak ke VI kami tidak menemukan spesies baru. Semakin luas petak contoh maka semakin

banyak spesies baru yang ditemukan dan semakin kecil petak contoh makan semakin sedikit

jenis spesies yang ditemukan.

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa dari plot pertama hingga plot

selanjutnya mengalami penambahan jenis baru dan diperoleh jenis tanaman yang sama

dengan plot sebelumnya. Luas optimum terletak pada plot dengan ukuran 1 x 1 meter yaitu

28, 57 %. Artinya bahwa plot tersebut merupakan plot yang mempunyai keragaman yang

tinggi.

Dalam jumlah tertentu populasi dapat didistribusikan secara beragam, acak

dan rumpun, distribusi jarang terjadi, apabila terjadi hanya kondisi lingkungan yang cukup

beragam diseluruh luasan dan bila persaingan kuat antara individu misalnya pada hutan lebat,

pohon-pohon yang tinggi hampir semua distribusi seragam/jarak tertentu karena kompotisi

untuk mendapatkan cahaya dan unsure hara. Banyak sedikitnya spesies suatu komunitas tidak

0.125 0.25 0.5 1.0 2.0 4.002468

10121416

Kurva Luas Minimal Area

Plot (m2)

Jum

lah

Jen

is T

um

bu

han

Page 11: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

lain ditentukan oleh keadaan dari komunitas itu sendiri apakah disana terdapat faktor-faktor

yang dibutuhkan oleh tumbuhan atau tidak.

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa luas

minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau

vegetasi secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil praktikum bahwa area yang yang dijadikan sebagai pengamatan

mempunyai keanekaragaman spesies yang rendah, hal ini karena penggunaan petak contoh

hanya sampai pada kotak ke V. Semakin luas penggunaan petak contoh maka semakin

banyak pula ditemukan spesies baru, tetapi pada hasil pengamatan pada daerah yang diteliti

hanya sedikit spesies yang kami temukan dan penggunaan petak contoh hanya sampai ke

kotak V dan masih berukuran kecil. Adapun luas optimum didapat pada plot berukuran 1 x 1

meter.

DAFTAR PUSTAKA

Dedy. 2010. Analisa Vegetasi  http://dydear.multiply.com/journal/item/15/ Analisa_Vegetasi .

Diakses tanggal 10 Maret 2013.

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Vol 9 Blackwell

Scientific Publications: Oxford.

Page 12: Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan-Analisis Vegetasi

Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. Edward Arnold Publishers:

London.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas

Indonesia: Jakarta.

Rahardjanto. 2001. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan . UMM Press: Malang.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.

JICA: Malang.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.