laporan pi
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK MINYAK TRAFO SEBELUM DAN SESUDAH
FILTERING ON LINE
LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI
Disusun dalam rangka memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri,
dengan pembimbing Drs. I Wayan Ratnata, ST, M.Pd. dan Sugiarto
Oleh:
Handi Agus H.
0908810
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP CIREBON
Disusun Oleh :
NAMA : Handi Agus H.
NIM : 0908810
Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro S-1
Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik
Bandung, Oktober 2012
Disetujui oleh,
Pembimbing
Drs. I Wayan Ratnata, ST, M. Pd.
NIP. 19580214 198603 1 002
Ketua Praktik Industri
Drs. H. Bambang Trisno, M.SIE.
NIP. 19610306 198610 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, ST, M.SIE.
NIP. 19551204 198103 1 002
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP CIREBON
Disusun Oleh :
NAMA : Handi Agus H.
NIM : 0908810
Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro S-1
Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik
Cirebon, Oktober 2012
Disetujui oleh,
Pembimbing
Sugiarto
NIP. 5983005 K3
Mengetahui,
Supervisor Harprodatel APP Cirebon
Base Camp Cirebon
Sugiarto
NIP. 5983005 K3
ABSTRAKSI
Isolasi cair dalam hal ini adalah minyak trafo merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam menunjang kerja dari peralatan-peralatan sistem tenaga listrik khususnya trafo. Sebagai isolasi, minyak trafo harus mampu untuk menyerap panas yang ditimbulkan pada saat trafo beroperasi dalam hal ini minyak trafo sebagai pendingin. Selain itu, minyak trafo juga harus mampu menjadi isolator antara satu kumparan dengan kumparan lainnya.
Oleh karena itu, minyak trafo harus menenuhi standar kualitas atau karakteristik minyak trafo yang telah ditetapkan. Sehingga minyak trafo dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal. Namun seiring dengan pengoperasian trafo, maka secara perlahan-lahan minyak trafo akan mengalami penurunan kualitas. Hal ini dikarenakan minyak trafo sudah teroksidasi dan terkontaminasi. Sehingga perlu dilakukan treatment (pemeliharaan), salah satu caranya yakni dengan filtering. Penyaringan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kembali kualitas minyak trafo. Sehingga pada akhirnya bisa diketahui perbandingan karakteristik minyak trafo sebelum dan sesudah filtering.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Esa, puji syukur patut di ucapkan
atas kehadirat-Nya karena telah memberikan segala bentuk rahmat serta karunia-
Nya, sehingga laporan praktik industri ini dapat diselesaikan. Laporan yang berjudul
“Karakteristik Minyak Trafo Sebelum dan Sesudah Filtering On Line” ini disusun
guna memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri, yang merupakan salah
satu mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa/ mahasiswi Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro FPTK UPI.
Tidak lupa pula, ucapan terima kasih patut disampaikan kepada semua pihak
yang telah bekerja sama dan membantu. Bimbingan, dukungan, fasilitas maupun lain
sebagainya sangat berguna rangka pelaksanaan praktik industri maupun penyelesaian
laporan. Oleh karena itu, perlu kiranya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Mukhidin, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (FPTK UPI);
2. Bapak Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, S.T., M.SIE., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI;
3. Bapak Drs. Bambang Trisno, M.SIE., selaku koordinator Praktik Industri
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI;
4. Bapak Drs. I Wayan Ratnata, ST, M.Pd., selaku dosen pembimbing.
Arahan, nasehat, dan dorongan motivasi sungguh berarti dalam
penyelesaian penulisan laporan praktik industri;
5. Bapak Komar dan Bu Sri, selaku staff tata usaha Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro FPTK UPI.
6. Bapak Sugiarto selaku pembimbing lapangan sekaligus juga Supervisor
Pemeliharaan Proteksi, Meter, Scadatel, dan Otomasi PT. PLN (Persero)
P3B Jawa Bali APP Cirebon Base Camp Cirebon. Uraian penjelasan,
nasehat, bimbingan, motivasi, dorongan semangat dan lain sebagainya
dari Bapak sangat bermanfaat guna menambah wawasan keelektroan,
keindustrian, dan lain-lain;
7. Pak Bambang P. selaku teknisi trafo arus dan Pak Amin Prasetyo selaku
teknisi penyaringan yang telah memberikan ilmu-ilmu dan pengalaman
yang semoga berguna bagi penulis;
8. Pak Daryanto selaku Supervisor Administrasi dan SDM PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali APP Cirebon. Bantuan administrasi bapak
berguna bagi kelancaran pelaksanaan praktik industri;
9. Bu Ida dan Pak Agus, selaku bagian Admin Teknik PT. PLN (Persero)
P3B Jawa Bali APP Cirebon. Bantuan data-data yang diberikan telah
memudahkan pengerjaan laporan;
10. Jajaran-jajaran Manager beserta seluruh pegawai PT. PLN (Persero) P3B
Jawa Bali APP Cirebon, terutama bagian Pemeliharaan Proteksi, Meter,
Scadatel, dan Otomasi Base Camp Cirebon, yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan praktik industri maupun fasilitasnya
guna penunjang pembuatan laporan;
11. Supervisor serta seluruh operator Jaringan dan Gardu Induk Sunyaragi;
terima kasih atas bimbingan selama pelaksanaan praktik industri;
12. Kedua orang tua yang sangat dicintai, beserta keluarga. Support dan
do’anya sungguh berguna bagi ananda;
13. Teman-teman sesama praktikan kerja praktik, siswa-siswa SMKN 1
Cirebon (Dani, Al, Bowo, Zaenal, Junaedi, Salman, Ikhsan, dan Fadli)
dan mahasiswa Universitas Jendral Soedirman (Ipeng, Syamsul, dan
Andri). Dukungan, kerjasama, dan kebersamaan kalian telah memberikan
kesan yang indah selama pelaksanaan praktik industri;
14. Teman-teman seperjuangan, angkatan 2009, yang telah memberikan
berbagai bantuan guna memudahkan penyelesaian laporan; dan
15. Semua pihak yang telah membantu, baik itu moril ataupun nonmoril.
Disadari bahwa laporan praktik industri ini belumlah sempurna dan masih
terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga diperlukan penyempurnaan. Baik itu dari
segi pemaparan teori ataupun dari sistematika penulisannya. Oleh karena itu, kritik
serta saran sangat dibutuhkan, sehingga penulisan-penulisan karya selanjutnya bisa
lebih baik dari sekarang. Harapannya semoga Laporan Praktik Industri ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amien…
Bandung, September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …...…………………………...………………………..... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..... vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..... viii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1
B. Tujuan dan Manfaat …………………………………………………..... 2
C. Batasan Pembahasan …………………………………………………… 3
D. Metode Pengumpulan Data …………………………………………….. 3
E. Sistematika Penulisan …………………………………………………... 4
F. Waktu dan Tempat Praktek Industri …………………………………. 5
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ……………………………………………... 6
A. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur
Beban Jawa Bali Area Pelaksana Pemeliharaan Cirebon (P3B JB
APP Cirebon) …………………………….……………………………... 6
B. Visi, Misi, Motto, dan Nilai-Nilai Perusahaan ................................... 10
C. Struktur Organisasi Perusahaan ………………………………………. 11
D. Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan ................................................ 12
E. Lokasi dan Wilayah Kerja Perusahaan ............................................. 12
BAB III LANDASAN TEORI …………………………………………………. 15
A. Minyak Trafo …………………………………………………………… 15
B. Kualitas (Karakteristik) Minyak Trafo …………………………...…... 17
C. Purifikasi Minyak Trafo ……………………………………………….. 27
BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………………. 29
A. Filtering On Line ………………………………………………………... 29
B. Karakteristik Minyak Trafo Sebelum Filtering On Line …………….. 32
C. Karakteristik Minyak Trafo Sesudah Filtering On Line ……….......... 36
D. Analisis Karakteristik Minyak Trafo …………………………………. 37
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………… 43
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 43
B. Saran …………………………………………………………………….. 44
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 45
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Logo PT. PLN (Persero) .................................................................... 6
Gambar 2.2. Kantor PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon .............................. 10
Gambar 2.3. PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon tampak atas ...................... 13
Gambar 2.4. Gedung Gardu Induk Sunyaragi ........................................................ 14
Gambar 2.5. Switch Yard GI Sunyaragi ................................................................. 14
Gambar 3.1. Minyak trafo ………….…………………………………………….. 15
Gambar 3.2. Alat uji kadar air dalam minyak ………….………………………… 21
Gambar 3.3. Alat uji tegangan tembus ………….……………………………….. 22
Gambar 3.4. Alat uji kadar asam ………….……………………………………... 23
Gambar 3.5. Alat pengujian tegangan antar muka …………...…………………... 23
Gambar 3.6. Hubungan kadar asam dengan IFT ………………………………… 24
Gambar 3.7. Alat uji warna minyak …………...…………………………………. 24
Gambar 3.8. Alat pengujian sediment …………...………………………………. 26
Gambar 3.9. Alat pengujian titik nyala api (flash point) ……………...…………. 27
Gambar 3.10. Oil treatment plant on line ………………….…………………….. 28
Gambar 3.11. Oil treatment plant off line ………………….…………………….. 28
Gambar 4.1. Trafo 60 MVA 150 / 20 KV GI Sragi ……………...………………. 29
Gambar 4.2. Mesin Filter tampak kiri .…………………...……………………… 30
Gambar 4.3. Mesin filter tampak kanan …………………...…………………….. 31
Gambar 4.4. Mesin filter tampak belakang …………………...………………….. 31
Gambar 4.5. Mesin filter tampak depan …………………...…………………….. 31
Gambar 4.6. Alat ukur metode selisih …………………...………………………. 34
Gambar 4.7. Alat uji tegangan tembus manual …………………...……………… 35
Gambar 4.8. Kandungan air ……………………………………………………… 37
Gambar 4.9. Kandungan asam …………………………………………………… 37
Gambar 4.10. Kandungan sediment ……………………………………………… 38
Grafik 4.11. Kualitas warna ……………………………………………………… 39
Gambar 4.12. Tegangan tembus …………………………………………………. 39
Gambar 4.13. IFT ………………………………………………………………… 40
Gambar 4.14. Viskositas …………………………………………………………. 40
Gambar 4.15. Titik nyala api …………………………………………………….. 41
Gambar 4.16. Perbandingan kadar air …………………………………………… 41
Gambar 4.17. Kandungan gas ……………………………………………………. 42
Gambar 4.18. Tegangan tembus …………………………………………………. 42
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Batasan pengusahaan minyak trafo metoda ASTM ………….……….. 17
Tabel 3.2. Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya …….…………... 18
Tabel 3.3. Justifikasi kondisi pada pengujian kualitas minyak (karakteristik) …... 19
Tabel 3.4. Beberapa petunjuk untuk melihat minyak trafo …….………………… 25
Tabel 4.1. Hasil uji lab minyak trafo sebelum di filter ……….………………….. 33
Tabel 4.2. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter ……….……………... 35
Tabel 4.3. Pengujian tegangan tembus ……….………………………………….. 35
Tabel 4.4. Hasil uji lab minyak trafo sesudah di filter ……….…………………... 36
Tabel 4.5. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter ……….……………... 36
Tabel 4.6. Pengujian tegangan tembus ………...………………………………… 36
DAFTAR LAMPIRAN
A. Struktur organisasi PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon
B. Tabel perhitungan kurva kandungan gas dan kadar air
C. Data trafo IV 60 MVA 150 / 20 KV
D. Data hasil pengujian karakteristik minyak trafo
E. Hasil penyaringan minyak transformator “on line”
F. Surat izin kerja praktek dari PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon
G. Daftar hadir kerja praktek
H. Kartu asistensi praktik industri
I. Surat penunjukkan dosen bimbingan laporan praktik industri
J. Surat tugas pelaksanaan Seminar Laporan Praktik Industri
K. Penilaian praktek industri PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi merupakan sesuatu hal yang mempunyai peranan sangat penting pada
sistem ketenagalistrikan, karena isolasi sangat berguna untuk mengisolasi atau
memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang saling berdekatan dan
mempunyai beda potensial sehingga diantara penghantar-penghantar tersebut tidak
terjadi lompatan (flashover) atau percikan (sparkover) api. Sehingga apabila suatu
isolasi tidak mampu menjalankan fungsinya secara maksimal, maka bisa
menyebabkan kegagalan isolasi yang berakibat pada terganggunya kinerja dari
peralatan-peralatan listrik yang terisolasi dan dapat mengganggu sistem tenaga
listrik.
Salah satu contoh isolasi adalah isolasi minyak merupakan hal yang sangat
penting dalam peralatan sistem tenaga listrik khususnya trafo, circuit breaker,
reaktor dan kapasitor karena berpengaruh terhadap kinerja peralatan tersebut. Pada
trafo, minyak trafo selain berfungsi sebagai isolasi juga dapat berfungsi sebagai
pendingin. Seiring dengan pemakaian atau pengoperasian trafo secara terus-menerus,
maka secara perlahan-lahan minyak trafo akan mengalami penurunan kualitas
(karakteristik). Hal ini kemungkinan besar terjadi karena minyak trafo sudah
teroksidasi dan terkontaminasi dengan bahan-bahan yang lain, sehingga dapat
menurunkan kemampuannya sebagai bahan isolasi.
Agar kualitas minyak trafo senantiasa dalam kondisi yang bagus, kegiatan
pemeliharaan perlu dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas
(karakteristik) minyak trafo maka perlu dilakukan pengujian secara berkala, pada
umumnya dilakukan setiap setahun sekali. Sehingga apabila berdasarkan pengujian
tersebut menunjukkan bahwa kualitas minyak trafo dalam keadaan buruk, maka
langkah pemeliharaan selanjutnya yakni dilakukannya proses pemurnian kembali
(purifikasi), salah satu caranya ialah dengan filtering atau penyaringan. Cara tersebut
dapat memperbaiki dan meningkatkan kembali kualitas minyak trafo. Dan pada
akhirnya dapat diketahui perbandingan karakteristik minyak trafo sebelum dan
sesudah disaring.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Kegiatan praktik industri, yang merupakan salah satu mata kuliah
wajib bagi setiap mahasiswa/ mahasiswi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
FPTK UPI, memiliki tujuan sebagai upaya pembekalan bagi seluruh
mahasiswa guna mengenal dunia industri (kerja) dan pengaplikasian ilmu
pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan. Sedangkan tujuan dari
penulisan laporan praktik industri ialah sebagai berikut:
a. Mengetahui cara kerja filtering on line;
b. Mengetahui karakteristik minyak isolasi yang baik; dan
c. Mengetahui perbandingan karakteristik minyak isolasi sebelum dan
sesudah di filter.
2. Manfaat
Pelaksanaan praktik industri secara umum bermanfaat dalam melatih
kedispilinan, tanggung jawab, dan etos kerja mahasiswa di industri. Selain
itu, secara pribadi praktik industri juga memberikan banyak manfaat seperti
bertambahnya pengalaman di industri, wawasan dan pengetahuan mengenai
kelistrikan yang belum didapat di perkuliahan, mengetahui secara langsung
objek peralatan-peralatan tegangan tinggi dan lain-lain. Sedangkan penulisan
laporan ini bermanfaat sebagai bahan referensi mengenai karakteristik
minyak trafo dan cara kerja filtering on line, baik itu untuk konsumsi pribadi
ataupun umum.
C. Batasan Pembahasan
Agar pembahasan laporan ini terfokus pada suatu permasalahan dan tidak
melebar dari permasalahan, maka laporan ini dibatasi hanya membahas:
1. Minyak trafo yang digunakan merupakan minyak jenis Diala B Trafo IV
60 MVA 150 / 20 KV di GI Sunyaragi;
2. Standar karakteristik minyak trafo yang digunakan ialah standar IEC
60422 dan standar yang dilampirkan oleh produsen alat filter;
3. Hasil pengujian laboratorium mengacu pada standar IEC 60422;
4. Hasil pengujian manual mengacu pada standar produsen alat filter; dan
5. Perbandingan karakteristik minyak trafo merupakan perbandingan
masing-masing hasil pengujian.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan praktik industri ini, ada beberapa metode yang
digunakan dalam pengumpulan data. Diantaranya adalah:
1. Studi Literatur
Studi literatur diperlukan untuk memperoleh referensi yang berkaitan
dengan pembahasan. Literatur bersumber dari buku, internet, jurnal, dan data-
data kepustakaan yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali Area
Pelaksana dan Pemeliharaan Cirebon.
2. Wawancara
Proses wawancara melibatkan pembimbing praktik industri, baik itu
pembimbing dari universitas maupun pembimbing di industri, ataupun
dengan para teknisi-teknisi lainnya di industri.
3. Observasi
Guna menambah data dalam penulisan laporan, pengamatan langsung
dan pendokumentasian kegiatan dilakukan terhadap objek.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan praktik industri adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang dilaksanakannya praktik
industri, tujuan dan manfaat praktik industri dan penulisan laporannya,
batasan pokok pembahasan, metode pengumpulan data, sistematika penulisan
laporan, dan waktu beserta tempat praktik industri.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini membahas tentang sejarah singkat perusahaan, penjelasan
akan visi, misi, motto, dan nilai-nilai yang terkandung dalam perusahaan,
struktur organisasi yang digunakan perusahaan, tugas pokok dan fungsi
perusahaan, dan lokasi beserta wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B JB APP
Cirebon.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang landasan teoritis atau studi kepustakaan
laporan praktik industri. Mengenai dasar minyak trafo, pengujian kualitas
minyak trafo (karakteristik), serta purifikasi minyak trafo.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai inti dari penyusunan laporan praktik
industri. Isi pembahasannya ialah cara kerja filtering on line, karakteristik
minyak trafo sebelum dan sesudah dilakukan filtering on line beserta
analisisnya dengan masing-masing hasil pengujian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan beserta saran yang di dapat dari
penulisan laporan praktik.
F. Waktu dan Tempat Praktik Industri
Waktu pelaksanaan praktik industri sebulan penuh, tepatnya dimulai pada
hari senin, tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan 30 Agustus 2012. Sedangkan untuk
tempatnya yakni di PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon yang beralamat di Jl.
Brigdjen Dharsono (By Pass), Cirebon 45135.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban
Jawa Bali Area Pelaksana Pemeliharaan Cirebon (P3B JB APP Cirebon)
Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki sejarah yang sangat panjang
dalam perindustrian ketenagalistrikan di Indonesia. Dikarenakan PLN merupakan
satu-satunya perusahaan penyedia listrik di tanah air, maka dari sejak berdiri sampai
sekarang PLN terus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meningkatkan
kualitas pelayanan bagi seluruh pelanggan di negeri ini.
Gambar 2.1. Logo PT. PLN (Persero)
Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada pertengahan abad ke-19.
Sejak jaman Belanda, penguasaan dan pengusahaan listrik di Indonesia dipegang dan
diselenggarakan secara monopoli oleh perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda.
Diantaranya:
1. Di Jakarta (dulu Batavia), penguasaan dan pengusahaan pelistrikan
dikuasai oleh O.G.B.M (Overzeese Gemeeschappeljik Electriciet
Maatschappij);
2. Di Jawa Barat (Bandung), penguasaan listrik mula-mula dilakukan oleh
B.E.M (Bandoengsche Electriciet Maatschappij); dan
3. Di Jawa Tengan dan Jawa Timur, penguasaan dan pengusahaan pelistrikan
dieksploitir oleh A.N.I.E.M (Algemeene Electriciet Maatschappij).
Hal tersebut dikarenakan pada saat itu listrik memegang peranan penting
dalam perekonomian di Indonesia, khususnya untuk Belanda. Karena pada saat itu
beberapa perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan teh
membutuhkan enegi listrik untuk dapat menjalankan usahanya. Sehingga hal tersebut
mengharuskan Belanda untuk mendirikan pembangkit listrik.
Setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada pasukan tentara Jepang di
awal Perang Dunia II, antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan
perusahaan-perusahaan Belanda oleh Jepang. Pada zaman penjajahan Jepang
perusahaan listrik tersebut bernama Seibu Jawa Denhijigyo Kosha. Setelah Indonesia
merdeka, perusahaan listrik tersebut diambil alih dan namanya diubah menjadi
Jawatan Listrik dan Gas.
Sejak peralihan tersebut, pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan
Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara)
yang bergerak pada bidang kelistrikan, gas, dan kokas yang dibubarkan pada tanggal
1 Januari 1965. Dan pada saat yang sama, Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai
pengelola tenaga listrik milik Negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai
pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan
pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak
dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak 1 Agustus 1994 status PLN beralih
menjadi dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga
sebagai PKUK hingga sekarang.
Dengan terbitnya Surat Keputusan Direksi PT. PLN (Persero)
No.257.K/010/DIR/2000, tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Bisnis Strategi Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, maka PT. PLN
(Persero) P3B yang merupakan inti pusat (profit center) berubah menjadi unit pusat
insvestasi (investment center) dengan nama Unit Bisnis Strategi Penyaluran dan
Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (UBS P3B).
Perubahan tersebut menuntut adanya kajian ulang atas organisasi PT. PLN
(Persero) P3B yang antara lain mencakup revisi atas visi dan misi organisasi,
rekayasa ulang proses bisnis menuju ke arah yang lebih efisien, serta pengembangan
usaha, pengembangan potensi pegawai, pembentukan budaya perusahaan, serta
pengelolaan perubahan organisasi.
Hal yang juga baru pada organisasi UBS P3B adalah pembentukan Unit
Pelayanan Transmisi (UPT) dan Unit Jasa Teknik (UJT), yang merupakan bagian
dari organisasi region. Pembentukan UPT dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengefisienkan pelaksanaan proses bisnis operasi dan pemeliharaan sistem
penyaluran sejalan dengan rencana pengalihan kepemilikan aset trafo HV/MV dari
UBS P3B kepada Distribusi. Dan, Pembentukan UJT dilakukan sebagai langkah
untuk pemisahan usaha di luar pokok (non-core) dari usaha pokok (core) yang
sifatnya monopoli. UJT didirikan untuk transisi menuju pemisahan usaha core dan
usaha non-core, mengoptimalkan utilisasi sumberdaya yang ada, dan memungkinkan
pengembangan usaha di luar usaha pokok menjadi lebih fokus dalam menangkap
peluang yang ada sehingga dapat memberikan kontribusi bagi laba usaha.
Tetapi pada tahun 2002 PT. PLN (Persero) UBS P3B berubah kembali
menjadi PT. PLN (Persero) P3B. Dan pada tahun 2003, PT. PLN (Persero) P3B
berubah menjadi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Ini dikarenakan telah hadirnya
PT. PLN (Persero) P3B Sumatera. Dan sejak ditetapkannya UU No. 30/2009 tentang
UU Ketenagalistrikan, pemerintah memberikan keluasan kesempatan bagi
Pemerintah Daerah untuk ikut berperan dalam memberikan suplai listrik bagi
masyarakat. Perubahan-perubahan nama PT. PLN (Persero) yaitu:
1. Pada tahun 1951 sampai tahun 1960 nama jawatan listrik menjadi
Perusahaan Listrik untuk Pembangkit Tenaga Listrik. (PANUPETEL);
2. Pada tahun 1960 sampai tahun 1974 berubah menjadi Perusahaan Listrik
Negara Eksploitasi XII;
3. Pada tahun 1975 sampai tahun 1983 berubah menjadi Perusahaan Listrik
Negara Pembangkit III, salah satunya sektor Cirebon;
4. Pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1986 diubah menjadi Pembangkit
Listrik Jawa Barat dan Jakarta Raya;
5. Pada tahun 1987 sampai dengan 2 Oktober tahun 1995 berubah menjadi
PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat yang membawahi 16
sektor;
6. Mulai 1 Agustus 1994 sampai sekarang PLN Pusat berubah status menjadi
PT.PLN (Persero);
7. Dari tanggal 3 Oktober 1995 sampai 31 Maret 2000 PLN Pembangkit dan
Penyaluran Jawa Bagian Barat menjadi PT. PLN (Persero) Penyaluran dan
Pusat Pengatur Beban (P3B) Sektor Priangan;
8. Pada tanggal 1 April tahun 2001 kembali berubah menjadi PT. PLN
(Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Region Jawa
Barat (P3B JB RJBR), salah satunya membawahi Unit Pelayanan
Transmisi Cirebon; dan
9. Dan pada akhir tahun 2011 PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat
UPT Cirebon dimerger dengan PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa
Barat UPT Garut menjadi PT. PLN (Persero) P3B JB Area Pelaksana dan
Pemeliharaan Cirebon.
Penggabungan dua UPT tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja
dan efektifitas pemeliharaan bidang penyaluran pada PT. PLN (Persero) P3B Jawa
Bali. Maka dengan alasan tersebut diadakanlah penataan organisasi unit pelaksana
pada PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali.
Gambar 2.2. Kantor PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon
B. Visi, Misi, Motto, dan Nilai-Nilai Perusahaan
1. Visi
Visi dari PT. PLN (Persero) adalah “Diakui sebagai perusahaan
kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpercaya dengan
bertumpu pada potensi insani”.
Dengan wawasan tersebut PT. PLN (Persero) akan survive
menghadapi tantangan masa depan berdasarkan visi diatas PT. PLN (Persero)
menyusun rencana dan strategi jangka panjang dan menengah. Rencana ini
bertahap direalisasikan melalui jangka panjang dan jangka pendek dalam
rencana kerja anggaran perusahaan pada setiap anggaran.
2. Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham;
b. Menjadi tenaga sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat;
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi; dan
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
3. Motto
Motto PT. PLN (Persero) adalah ”Listrik untuk kehidupan yang
lebih baik (Electricity for A Better Life)”.
4. Nilai-Nilai
a. Saling percaya, integritas, peduli, dan pembelajar;
b. Peka-tanggap terhadap kebutuhan pelanggan;
c. Penghargaan pada harkat dan martabat manusia;
d. Integritas;
e. Kualitas produk;
f. Peluang untuk maju;
g. Inovatif;
h. Mengutamakan kepentingan perusahaan; dan
i. Pemegang saham.
C. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam pengelolaan perusahaan perlu adanya penyusunan organisasi yang
diselaraskan dengan fungsi yang ada. Penerapan pola organisasi yang ada perlu
dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas, efektifitas, dan efisiensi kerja dengan
memperhatikan fungsi organisasi.
Struktur organisasi (terlampir) yang terdapat di PT. PLN (Persero) P3B JB
APP Cirebon digunakan sebagai sistem informasi dalam pelaksanaan tugas tenaga
kerja, menggambarkan tanggung jawab masing-masing bagian, memperlihatkan garis
kewenangan dan jalur koordinasi yang harus diakui oleh para tenaga kerja serta jalur
kerja sama antar bagian dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi di PT.
PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon, ini diharapkan agar tercipta koordinasi yang
dapat mengarahkan semua kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
D. Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan
PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon mempunyai tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) sebagai penanggung jawab atas rencana kerja dan anggaran (RKA) Area
Pelaksana dan Pemeliharaan, seperti melaksanakan pengelolaan aset sistem
transmisi, pengendalian investasi sistem transmisi dan logistik, melaksanakan
pemeliharaan instalasi penyaluran tenaga listrik yang meliputi fungsi pemeliharaan
proteksi, meter, SCADATEL, dan keselamatan ketenagalistrikan untuk mencapai
target kinerja, melakukan penyelesaian permasalahan sosial dan hukum terkait Right
of Way (ROW), serta mengelola bidang administrasi dan keuangan, dan hubungan
masyarakat dan Corporate Social Responbility (CSR). Hal tersebut dilakukan guna
mendukung kegiatan pemeliharaan instalasi dengan mengacu pada strategi dan
kebijakan PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali.
E. Lokasi dan Wilayah Kerja Perusahaan
Wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon meliputi wilayah Tiga
Cirebon dan Priangan bagian Timur. Sehingga PT. PLN (Persero) P3B JB APP
Cirebon mempunyai dua base camp yakni di Cirebon dan di Garut. Wilayah kerjanya
adalah:
1. Jaringan dan Gardu Induk Babakan;
2. Jaringan dan Gardu Induk Cangkring dan Arjawinangun;
3. Jaringan dan Gardu Induk Haurgeulis dan PLTU Indramayu;
4. Jaringan dan Gardu Induk Jatibarang dan Indramayu;
5. Jaringan dan Gardu Induk Kuningan;
6. Jaringan dan Gardu Induk Sunyaragi;
7. Jaringan dan Gardu Induk/ GITET Mandirancan;
8. Jaringan dan Gardu Induk Kadipaten dan Parakan;
9. Jaringan dan Gardu Induk Garut;
10. Jaringan dan Gardu Induk Pameungpeuk;
11. Jaringan dan Gardu Induk Sumadra;
12. Jaringan dan Gardu Induk Malangbong;
13. Jaringan dan Gardu Induk Drajat dan Kamojang;
14. Jaringan dan Gardu Induk Banjar dan Ciamis;
15. Jaringan dan Gardu Induk Tasikmalaya;
16. Jaringan dan Gardu Induk Pangandaran; dan
17. Jaringan dan Gardu Induk/ GITET Tasikmalaya Baru.
PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon beralamat di Jl. Brigdjen. Dharsono
(By Pass), Cirebon 45135.
Gambar 2.3. PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon tampak atas
Gambar 2.4. Gedung Gardu Induk Sunyaragi
Gambar 2.5. Switchyard GI Sunyaragi
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Minyak Trafo
Minyak trafo adalah salah satu isolator cair pada trafo yang harus mampu
untuk memisahkan dua buah penghantar atau lebih yang bertegangan dan saling
berdekatan guna mencegah adanya kebocoran arus/ hubung singkat, maupun sebagai
pelindung mekanis dari kerusakan yang diakibatkan oleh korosif. Jenis minyak trafo
yang banyak digunakan di lapangan ialah minyak trafo mineral dan minyak trafo
sintetis (askarel).
Gambar 3.1. Minyak trafo
Minyak trafo mineral merupakan minyak yang berbahan dasar dari
pengolahan minyak bumi yaitu antara fraksi minyak diesel dan turbin yang
mempunyai struktur kimia yang sangat kompleks. Contohnya ialah minyak Diala C
dan B (USA), Univolt (Esoo), Nynas (Swedia), Mictrans (Jepang), Sun Ohm-MU
(Korea), Petromin (Dubai), dan BP-Energol (UK). Sedangkan minyak sintetis
merupakan jenis minyak yang mempunyai sifat tidak mudah terbakar dan tidak
mudah teroksidasi, akan tetapi beracun dan dapat melukai kulit. Contohnya ialah
minyak Aroclor dan Pyranol (USA), Clopen (Jerman), Phenoclor dan Pyralene
(Perancis), Pyroclor (UK),dan Fenclor (Itali).
Sebagian besar dari trafo tenaga memiliki kumparan-kumparan yang intinya
direndam dalam minyak trafo, terutama pada trafo-trafo tenaga yang berkapasitas
besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas
(disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (memiliki daya tegangan tembus
tinggi). Fungsi dari minyak trafo adalah:
1. Pelindung
Melindungi komponen-komponen yang berada di dalam trafo terhadap
korosi dan oksidasi.
2. Isolator
Minyak trafo berfungsi sebagai isolator yakni sebagai pengisolasi
kumparan di dalam trafo supaya tidak terjadi loncatan bunga api listrik
(hubungan pendek) akibat tegangan tinggi.
3. Pendingin
Minyak trafo juga bisa digunakan sebagai pendingin, maksudnya yaitu
menyerap panas yang ditimbulkan sewaktu trafo berbeban lalu melepaskan
melalui saluran udara.
Minyak trafo harus memiliki mutu yang tinggi dan senantiasa berada dalam
keadaan bersih. Disebabkan energi panas yang dibangkitkan dari inti maupun
kumparan, maka suhu minyak akan naik. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan pada minyak trafo. Lagi pula dalam jangka waktu yang lama
akan terbentuk berbagai pengotoran yang akan menurunkan mutu minyak trafo. Hal-
hal ini dapat mengakibatkan kemampuan pendinginan maupun isolasi minyak akan
menurun. Selanjutnya dapat pula terjadi bahwa hawa lembab yang sebagaimana
halnya terjadi di daerah tropis, mengakibatkan masuknya air didalam minyak trafo.
Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Kekuatan isolasi harus tinggi;
2. Penyalur panas yang baik, berat jenis kecil, sehingga partikel-partikel
dalam minyak dapat mengendap dengan cepat;
3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan
pendinginan menjadi lebih baik;
4. Titik nyala yang tinggi, sehingga tidak mudah menguap yang dapat
membahayakan;
5. Tidak merusak bahan isolasi padat; dan
6. Sifat kimia yang stabil.
B. Kualitas (Karakteristik) Minyak Trafo
Oksidasi dan kontaminan adalah hal yang dapat menurunkan kualitas minyak
yang berarti dapat menurunkan kemampuannya sebagai isolasi. Oksidasi pada
minyak isolasi trafo juga akan ikut andil dalam penurunan kualitas kertas isolasi
trafo. Pada saat minyak isolasi mengalami oksidasi, maka minyak akan
menghasilkan asam. Asam ini apabila bercampur dengan air dan suhu yang tinggi
akan mengakibatkan proses hydrolisis pada isolasi kertas.
Untuk itu pemantauan dan pemeliharaan kualitas minyak adalah sangat
penting guna menjamin keandalan operasi peralatan listrik khususnya trafo, dan para
ahli yang berwenang telah menetapkan petunjuk dalam bentuk standar uji dan
spesifikasi teknik seperti IEC, ASTM, BS dll.
Tabel 3.1. Batasan pengusahaan minyak trafo metoda ASTM
Jenis test ASTM no: Batasan Tegangan
≤ 69 kV > 69 < 288 kV ≥ 345 kV
Dielectric Str D 877 26 26 26
Asam (mg. KOH/g) D 974 0,05 – 0,2 0,05 – 0,2 0,05 – 0,2
IFT (dyne/cm) D 971 30 30 35
Kandungan Air (ppm) D 1533 35 20 15
Kandungan Gas (%) D 2945 2 2 2
Warna D 1500 1,5 1,5 1,5
Kejernihan D 1524 Jernih Jernih Jernih
Flash Point OC D 92 140 140 140
Pour point D 97 - 40 - 40 - 40
Power factor D 1533 < 30 30 – 34,9 ≥ 35
Berat jenis D 1298 0,91 0,91 0,91
Viscositas D 445 12 12 12
Apabila batasan tersebut dilampaui agar difilter ulang, apabila breakdown
voltage sudah tidak bisa dinaikkan lagi (endapan < dari 0,5 ppm, moisture < 120
ppm, dielectric strength < 30 kV) sebaiknya minyak dibuang.
Sedangkan batasan-batasan minyak trafo yang termuat pada standar IEC
60422 bisa dilihat pada table berikut ini.
Tabel 3.2. Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya
Kategori Tipe Peralatan
Kategori O Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem 400 kV dan
diatasnya
Kategori A Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem diatas 170
kV dan dibawah 400 kV
Kategori B Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem diatas 72,5
kV dan dibawah 170 kV
Kategori C Trafo tenaga/ reactor untuk aplikasi MV/ LVeg tegangan sistem
nominal sampai 72,5 dan trafo traction
Kategori D Trafo instrument atau proteksi dengan tegangan nominal diatas 170
kV
Kategori E Trafo instrument atau proteksi dengan tegangan nominal diatas
sampai termasuk 170 kV
Kategori F Tangki diverter dari OLTC, temasuk type combined tank selector/
diverter
Kategori G
PMT dengan type oil filled dengan tegangan sistem nominal diatas
sampai termasuk 72,5 kV
Switches type oil filled, a.c metal enclosed switchgear dan control
gear dengan tegangan sistem nominal dibawah 16 kV
Tabel 3.3. Justifikasi kondisi pada pengujian kualitas minyak (karakteristik)
Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan atau terjadi tidaknya oksidasi
didalam minyak dilakukanlah pengujian oil quality test (karakteristik). Pengujian oil
quality test melingkupi beberapa pengujian yang metodanya mengacu pada standar
IEC 60422. Adapun jenis pengujiannya berupa:
1. Pengujian Kadar Air
Fungsi minyak trafo sebagai media isolasi di dalam trafo dapat
menurun seiring banyaknya air yang mengotori minyak. Oleh karena itu
dilakukan pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air
yang terlarut/ terkandung di minyak. Banyaknya kadar air didalam minyak
akan dipengaruhi oleh suhu operasi trafo. Karena sistem isolasi didalam trafo
terdiri dari dua buah isolasi, yaitu minyak dan kertas dimana difusi air antara
kedua isolasi tersebut dipengaruhi oleh suhu operasi trafo. Adapun satuan dari
hasil pengujian ini adalah ppm (part per million) yang didapat dari
perbandingan antara banyaknya kadar air dalam mg terhadap 1 kg minyak.
Gambar 3.2. Alat uji kadar air dalam minyak
2. Pengujian tegangan tembus
Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan
minyak isolasi dalam menahan stress tegangan. Minyak yang jernih dan
kering akan menunjukan nilai tegangan tembus yang tinggi. Air bebas dan
partikel solid, apalagi gabungan antara keduanya dapat menurunkan tegangan
tembus secara dramatis.
Gambar 3.3. Alat uji tegangan tembus
Dengan kata lain pengujian ini dapat menjadi indikasi keberadaan
kontaminan seperti kadar air dan partikel. Rendahnya nilai tegangan tembus
dapat mengindikasikan keberadaan salah satu kontaminan tersebut, dan
tingginya tegangan tembus belum tentu juga mengindikasikan bebasnya
minyak dari semua jenis kontaminan.
3. Pengujian Kadar Asam
Minyak yang rusak akibat oksidasi akan menghasilkan senyawa asam
yang akan menurunkan kualitas kertas isolasi pada trafo. Asam ini juga dapat
menjadi penyebab proses korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat
dari bahan metal. Untuk mengetahui seberapa besar asam yang terkandung di
minyak, dilakukan pengujian kadar asam pada minyak isolasi. Besarnya kadar
asam pada minyak juga dapat dijadikan sebagai dasar apakah minyak isolasi
trafo tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau diganti.
Pada dasarnya minyak yang akan diuji dicampur dengan larutan
alkohol dengan komposisi tertentu lalu campuran tersebut (bersifat asam) di
titrasi (ditambahkan larutan) dengan larutan KOH (bersifat basa). Perhitungan
berapa besar asam yang terkandung didalam minyak didasarkan dari berapa
banyak KOH yang dilarutkan.
Gambar 3.4. Alat uji kadar asam
4. Pengujian Tegangan Antar Muka
Pengujian Inter Facial Tension (IFT) antara minyak dengan air
dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan polar contaminant yang larut
dari hasil proses pemburukan. Karakteristik dari IFT akan mengalami
penurunan nilai yang sangat drastis seiring tingginya tingkat penuaan pada
minyak isolasi. IFT juga dapat mengindikasi masalah pada minyak isolasi
terhadap material isolasi lainnya. Atau terjadinya kesalahan pada saat
pengisian minyak yang berdampak pada tercemarnya minyak isolasi.
Gambar 3.5. Alat pengujian tegangan antar muka
Karena nilai IFT sejalan dengan proses penuaan pada minyak isolasi
trafo, maka nilai IFT dapat dijadikan konfirmasi setelah ditemukan nilai kadar
asam yang tidak normal.
Gambar 3.6. Hubungan kadar asam dengan IFT
5. Pengujian Warna Minyak
Warna minyak isolasi trafo akan berubah seiring penuaan yang terjadi
pada minyak dan dipengaruhi oleh material material pengotor seperti karbon.
Pengujian minyak pada dasarnya membandingkan warna minyak terpakai
dengan minyak yang baru.
Gambar 12. Alat uji warna minyak
Tabel 3.4. Beberapa petunjuk untuk melihat minyak trafo
Warna dan
Kelompok
Angka
Asam
Kekuatan
kertas (IFT)
dyne/ cm
Akibat pada Transformator
Bagus
Kuning pucat
# 0,5
0,03
0,10
45
30
Menggambarkan bahwa:
Pendinginan bagus
Isolasi bagus
Contoh A
Kuning Muda
# 1.0
0,05
0,10
27
29
Terjadi endapan (sludge) yang membaur di
minyak yang akan menyebabkan IFT
menurun
Umum
Kuning terang
# 1,5 – 2,0
0,11
0,15
24
27
Terjadi endapan asam tipis pada lilitan dan
sludge. Hal ini akan menjadi penyebab
gangguan. Agar dihindari kandungan sludge
yang menebal.
Jelek
Kuning Sawo
# 2,5
0,16
0,40
18
24
Hampir semua trafo pada keadaan ini
terdapat endapan sludge pada lilitan dan inti
Amat jelek
Kuning sawo
# 3,0 – 5,0
0,41
0,65
14
18
Endapan sludge akan beroksidasi kemudian
mengeras dan terjadi juga di isolasi (kertas)
mudah terjadi kerusakan
Sangat jelek
Coklat kehitaman
# 5,0 – 7,0
0,66
1,50
9
14
Sludge menyumbat sirip-sirip pendingin
yang menyebabkan kenaikan temperature
sampai 200 C
Minyak kelas 7
(crude oil) hitam
# 7,0 – 8,0
1,5
Dan
lebih
6
9
Diperlukan suatu cara untuk menghilangkan
sludge (yang lebih bagus dari “Sludge
Purge”). Pada kondisi ini trafo harus
dioverhaul (tidak ada gunanya hanya dengan
mengganti minyak trafo)
6. Pengujian Sediment
Banyak material yang dapat mengkontaminasi minyak trafo, seperti
karbon dan endapan lumpur (sludge). Pengujian sediment ini bertujuan
mengukur seberapa banyak (%) zat pengotor terhadap minyak isolasi trafo.
Pengujian ini pada dasarnya membandingkan berat endapan yang tersaring
dengan berat minyak yang diuji.
Gambar 3.8. Alat pengujian sediment
7. Pengujian Titik Nyala Api
Pengujian titik nyala api atau flash point dilakukan dengan
menggunakan sebuah perangkat yang berfungsi memanaskan minyak secara
manual (heater atau kompor). Dimana diatas cawan pemanas tersebut di
letakan sumber api yang berasal dari gas. Sumber api ini berfungsi sebagai
pemancing saat mulai terbakarnya minyak. Seiring dengan lamanya proses
pemanasan, suhu minyak pun akan mengalami peningkatan. Pada suhu
tertentu minyak akan terbakar dengan sumber api sebagai media
pembakarnya. Suhu tersebut merupakan titik nyala api.
Gambar 3.9. Alat pengujian titik nyala api (flash point)
8. Pengujian Viskositas
Viskositas adalah suatu ukuran dari besarnya perlawanan yang
diberikan oleh minyak untuk mengalir, atau ukuran dari besarnya tekanan
geser bagian dalam dari suatu bahan cair. Bila suhu naik maka viskositas akan
turun. Viskositas yang rendah menunjukkan bahwa minyak trafo memiliki
konduktivitas yang baik, selain itu memungkinkan lebih mudah untuk
bersirkulasi dan kemampuan pendingin menjadi lebih baik.
C. Purifikasi Minyak Trafo
Minyak trafo dapat terkontaminasi oleh berbagai macam pengotor seperti
kelembaban, serat, resin dan sebagainya. Ketidakmurnian dapat tinggal di dalam
minyak karena pemurnian yang tidak sempurna. Pengotoran dapat terjadi saat
pengangkutan dan penyimpanan, ketika pemakaian, dan minyak itu sendiri pun dapat
membuat pengotoran pada dirinya sendiri.
Minyak yang sudah terkontaminasi atau teroksidasi perlu dilakukan treatment
atau pemeliharaan untuk mengendalikan fungsinya sebagai minyak isolasi.
Treatment terhadap minyak trafo dapat dilakukan dengan cara pemurnian atau
purifikasi dengan alat oil treatment plant yang dirancang khusus untuk melakukan
treatment terhadap minyak trafo. Fungsi dari alat tersebut ialah:
1. Menghilangkan kandungan uap air pada minyak trafo;
2. Meningkatkan nilai tegangan tembus pada minyak trafo;
3. Menghilangkan atau mengurangi karbon yang terkandung dalam minyak
trafo; dan
4. Sebagai alat bantu flushing atau pencucian trafo.
Sistem operasional oil treatment plant ada dua macam, yakni sistem off line
dan on line. Maksud dari sistem off line ialah bahwa pekerjaan treatment dilakukan
pada saat trafo dalam keadaan tidak beroperasi dan tidak berbeban. Sedangkan
sistem on line ialah pekerjaan treatment dilakukan pada saat trafo dalam keadaan
beroperasi dan masih berbeban.
Gambar 3.10. Oil treatment plant on line
Gambar 3.11. Oil treatment plant off line
BAB IV
PEMBAHASAN
Minyak trafo yang diuji ialah minyak trafo yang berada pada Gardu Induk
Sunyaragi dengan kapasitas 60 MVA 150 / 20 KV. Minyak trafo yang digunakan
merupakan jenis minyak mineral Diala B.
Gambar 4.1. Trafo 60 MVA 150 / 20 KV GI Sragi
A. Filtering On Line
Sebelum melakukan filtering, pengujian kualitas minyak trafo harus
dilakukan untuk memastikan tingkat kualitasnya. Pengujian kualitas minyak trafo
merupakan salah satu tindakan dari preventive maintenance (Suplemen SE. 032),
yakni pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang
optimum.
Proses penyaringan/ filtering dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
(karakteristik) minyak trafo, sehingga memenuhi standar yang menjadi acuan,
Standar IEC 60422 Tahun 2005. Filtering On Line dilaksanakan ketika trafo dalam
keadaan beroperasi atau berbeban. Ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan filtering,
trafo masih bisa untuk menjalankan fungsinya sehingga tidak perlu untuk
penghentian operasi dan beban.
Spesifikasi mesin filtering on line:
1. Merk : KATO KGM – JAPAN
2. Kapasitas : 4.000 liter per jam
3. Sistem : On line dan off line
4. Dengan Element Active For Fuller’s Earth (FE)
Dua tangki FE atau lebih yang dapat dioperasikan secara satu
tangki atau bersamaan dan waktu pergantian dari satu tangki ke tangki
yang lain tidak mengganggu operasi. Mempunyai kapasitas minimal 759
Lbs (± 345 kg) kering atau lebih.
5. STANDARD:
a. Total Water Content max 1,0 ppm (ASTM Method D – 1539)
b. Total Gas Content max 0,025 % (ASTM Method D – 2945)
Gambar 4.2. Mesin filter tampak kiri
Gambar 4.3. Mesin filter tampak kanan
Gambar 4.4. Mesin filter tampak belakang
Gambar 4.5. Mesin filter tampak depan.
Langkah kerja filtering on line:
1. Pemanasan
Minyak trafo dipanaskan terlebih dahulu di dalam enam buah pipa
dengan suhu yang mencapai 600 C. Proses ini berguna untuk memisahkan air
dengan minyak, sehingga air berubah menjadi uap air yang dikarenakan titik
didih minyak lebih tinggi daripada titik didih air.
2. Penyaringan pertama
Penyaringan yang pertama dilakukan di degesing hal ini dimaksudkan
untuk menyaring berbagai kotoran-kotoran yang mengendap di dalam minyak
trafo.
3. Penyaringan kedua
Berbeda dengan penyaringan pertama, penyaringan yang kedua
dilakukan di dalam Fuller’s Earth. Penyaringan kembali ini berguna untuk
penyerapan asam yang terdapat dalam minyak trafo.
4. Vakum
Setelah penyaringan yang kedua dilewati, maka minyak trafo
selanjutnya akan di vakum di ruang hampa udara (Vacuum system). Hal ini
berguna untuk menurunkan kandungan air dan gas dari minyak trafo.
Proses sirkulasi tersebut berlangsung terus-menerus hingga mencapai batas
standar minyak trafo yang diinginkan. Lama dari sirkulasi tergantung dari jumlah
minyak trafo yang ada di dalam tangki dan kapasitas alat filtering. Sedangkan trafo
yang di filter mempunyai minyak sejumlah 38.750 liter dan untuk kapasitas alat
sendiri yakni 4.000 liter per jam.
B. Karakteristik Minyak Trafo Sebelum Filtering On Line
Berdasarkan pengujian (karakteristik) minyak trafo yang telah dilaksanakan
pada tanggal 9 Mei 2012, maka diperolehlah karakteristik minyak sebelum di
laksanakan filtering on line sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hasil uji lab minyak trafo sebelum di filter
No Karakteristik Nilai
1 Kandungan Air (ppm) 1,15
2 Kandungan Asam (mgKOH/g) 0,07
3 Kandungan Sedimen (%) 0,021
4 Warna (G.S) 1,9
5 Breakdown Voltage (kV / 2,5 mm) 58
6 IFT (N/cM) 42,9
7 Viscositas 1000 C (cSt) 2,75
8 Flash Point ( 0 C) 162
Berdasarkan tabel diatas dengan membandingkan Standar IEC 60422 Tahun
2005, maka diperoleh dua kondisi yang menunjukkan kualitas minyak trafo serta
tindakan yang mesti dilakukan guna peningkatan kualitas minyak trafo. Sehingga
mampu meningkatkan kembali kinerja pemakaian minyak trafo. Kondisi tersebut
ialah:
1. Bagus.
Hal ini didasarkan pada sejumlah nilai karakteristik yang didapatkan,
yakni kandungan air, kandungan asam, warna, tegangan tembus, tegangan
antar muka, viskositas, dan titik nyala api. Semua karakteristik menunjukkan
keadaan minyak trafo yang bagus, yang ini berarti bahwa minyak trafo masih
layak untuk di gunakan dan trafo juga masih bisa beroperasi; dan
2. Buruk
Hal ini bisa dilihat dari kandungan sedimen (0,021) yang menunjukkan
minyak trafo dalam keadaan buruk, karena diatas standar yang ada yakni
0,02. Kemungkinan yang menjadi penyebab tingginya sediment minyak trafo
ialah banyaknya kotoran-kotoran yang berada dalam minyak trafo, seperti
karbon, sludge (endapan lumpur), arang, dan lain sebagainya. Hal tersebut
menyebabkan minyak terkontaminasi berlebih. Sehingga hal tersebut
mengharuskan dilakukannya suatu penyaringan guna menghilangkan atau
mengurangi kandungan sediment yang di miliki minyak trafo.
Berdasarkan dua kondisi tersebut, maka penyaringan harus dilakukan dan
filtering on line memungkinkan untuk dilaksanakan. Hal ini guna efektitas kerja trafo
tanpa perlu memutuskan beban atau mematikan sistem operasi trafo.
Meskipun sudah didapatkan karakteristik minyak trafo melalui uji
laboratorium, akan tetapi sebelum dilaksanakan filtering on line dilakukan kembali
uji karakteristik dengan menggunakan metode selisih yang di lampirkan oleh
produsen mesin filter. Cara metode ini ialah dengan menghitung selisih minyak pada
suatu alat ukur, yang selanjutnya dilakukan pembacaan kandungan gas dan kadar air
pada tabel perhitungan kurva (terlampir). Sedangkan tegangan tembus kembali di uji
dengan menggunakan alat uji manual dan pengujian dilakukan sebanyak empat kali.
Gambar 4.6. Alat ukur metode selisih
Gambar 4.7. Alat uji tegangan tembus manual
Setelah dilakukan penghitungan selisih minyak trafo yakni 1,3 cm dan dengan
melihat tabel perhitungan kurva serta pengujian tegangan tembus sebanyak empat
kali, bisa disimpulkan bahwa minyak trafo mempunyai karakteristik:
Tabel 4.2. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter
No Kondisi Minyak Nilai
1 Kadar air 1,15 ppm
2 Kandungan gas 0,02 %
3 Selisih 1,3 cm
Tabel 4.3. Pengujian tegangan tembus
No Pengujian ke Nilai (KV / 2,5 mm)
1 1 60
2 2 55
3 3 60
4 4 58
C. Karakteristik Minyak Trafo Sesudah Filtering On Line
Data karakteristik minyak trafo setelah filtering on line sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hasil uji lab minyak trafo sesudah di filter
No Karakteristik Nilai
1 Kandungan Air (ppm) 2,90
2 Kandungan Asam (mgKOH/g) 0,09
3 Kandungan Sedimen (%) 0,0097
4 Warna (G.S) 1,9
5 Breakdown Voltage (kV / 2,5 mm) 65
6 IFT (N/cM) 32
7 Viscositas 1000 C (cSt) 2,76
8 Flash Point ( 0 C) 164
Sedangkan hasil pengujian karakteristik dengan menggunakan metode selisih:
Tabel 4.5. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter
No Kondisi Minyak Nilai
1 Kadar air 0,44 ppm
2 Kandungan gas 0,02 %
3 Selisih 0,4 cm
Tabel 4.6. Pengujian tegangan tembus
No Pengujian ke Nilai (KV / 2,5 mm)
1 1 63
2 2 67
3 3 69
4 4 66
D. Analisis Karakteristik Minyak Trafo
1. Hasil Lab
Berdasarkan data yang ada maka diperoleh analisis sebagai berikut:
a. Kandungan air
Setelah dilakukan filtering on line, kandungan air minyak justru
mengalami kenaikan nilai yang berarti mengalami penurunan kualitas.
Hal ini bisa saja terjadi dan kemungkinan yang menjadi penyebabnya
ialah pada saat pengambilan sampel minyak, wadah ataupun minyak
terkontaminasi kembali. Namun kandungan air masih di bawah standar,
sehingga masih bagus untuk digunakan.
Gambar 4.8. Kandungan air
b. Kandungan Asam
Gambar 4.9. Kandungan asam
0123456
Sebelum difilter Sesudah difilter
Kandungan air (ppm)
Standar (Bagus)
00.020.040.060.08
0.10.12
Sebelum difilter Sesudah difilter
Kandungan asam (mgKOH/g)
Standar (Bagus)
Berdasarkan grafik diatas, kandungan asam mengalami kenaikan
nilai yang ini berarti bahwa penurunan kualitas kandungan asam dari
minyak trafo. Sama halnya dengan kandungan air, kemungkinan yang
menjadi penyebabnya ialah pada saat pengambilan sampel minyak,
wadah ataupun minyak terkontaminasi kembali. Hal tersebut tidak
mempengaruhi kandungan asam yang masih dalam kondisi bagus.
c. Kandungan sediment
Filtering on line telah mampu untuk menurunkan kandungan
sediment yang dimiliki oleh minyak trafo. Yang tadinya minyak trafo
dalam kondisi sedimentasi yang buruk, namun setelah dilakukan
filtering on line kondisi sedimentasi menjadi bagus.
Gambar 4.10. Kandungan sediment
d. Warna
Warna minyak trafo menunjukkan kuning terang, hal ini
dikarenakan minyak trafo mempunyai kandungan sludge-sludge
(kotoran dan endapan). Ini terbukti dari nilai sedimentasi yang diluar
batas kondisi bagus.
Meskipun sudah dilakukan filtering on line, kualitas warna minyak
trafo tidak mengalami perubahan sedikitpun. Namun hal ini dibarengi
juga dengan perbaikan nilai sedimennya. Sehingga minyak trafo masih
bagus dan layak untuk digunakan kembali.
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
Sebelum difilter Sesudah difilter
Sedimen (%)
Standar (Bagus)
Grafik 4.11. Kualitas warna
e. Tegangan tembus
Tegangan tembus minyak trafo mengalami kenaikan nilai sekaligus
ini juga berarti bahwa minyak trafo telah mengalami peningkatan
tegangan tembusnya. Sehingga minyak trafo mempunyai tegangan
tembus yang tinggi.
Gambar 4.12. Tegangan tembus
f. Tegangan antar muka
Untuk tegangan antar muka (IFT), filtering on line justru
menurunkan kualitasnya. Ini bisa dilihat dari nilai IFT (32) setelah
dilakukan penyaringan, meskipun demikian tidak sampai menurunkan
kondisinya. Karena nilai tersebut masih diatas standar kondisi bagus.
Sehingga minyak trafo masih bisa untuk digunakan.
0
1
2
3
4
Sebelum difilter Sesudah difilter
Warna (G.S)
Standar (Bagus)
0
20
40
60
80
Sebelum difilter Sesudah difilter
Teg. Tembus (kV / 2.5 mm)
Standar (Bagus)
Gambar 4.13. IFT
g. Viskositas
Penurunan kualitas viskositas minyak trafo terjadi setelah
dilakukan penyaringan, yakni sebesar 0,01. Hal ini bisa saja terjadi,
karena pada saat pengambilan sampel telah memungkinkan minyak
terkontaminasi. Meskipun demikian, minyak trafo masih dalam keadaan
bagus, karena masih dalam nilai standar. Sehingga minyak trafo layak
digunakan kembali, tanpa perlu dilakukan filter kembali.
Gambar 4.14. Viskositas
h. Titik Nyala Api
Titik nyala api minyak trafo jenis Diala B mengalami peningkatan
nilai dan kualitasnya, meskipun kenaikan nilainya hanya sebesar 2
angka.
01020304050
Sebelum difilter Sesudah difilter
IFT (N/cm)
Standar (Bagus)
2.6
2.7
2.8
2.9
3
3.1
Sebelum difilter Sesudah difilter
Viskositas (cSt)
Standar (Bagus)
Gambar 4.15. Titik nyala api
2. Metode Selisih
a. Kadar air
Kadar air yang dimiliki minyak trafo sebelum penyaringan ialah
sebesar 1,15 ppm, akan tetapi nilai tersebut menurun drastis hingga 0,44
ppm setelah dilakukan filtering on line. Nilai tersebut (0,44) menunjukkan
kadar air dibawah metode ASTM D – 1539 yakni maksimal 1,0 ppm.
Gambar 4.16. Perbandingan kadar air
b. Kandungan Gas
Adanya gas terlarut dan gas bebas dalam minyak trafo dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi trafo dalam operasi. Adanya gas
seperti hydrogen (H2), metana (CH4), etana (C2H6), etilen (C2H4) dan
asetilin (C2H2) menunjukkan terjadinya dekomposisi minyak trafo pada
140145150155160165170
Sebelum difilter Sesudah difilter
Flash point (◦ C)
Standar (Bagus)
0
1
2
3
4
5
6
Sebelum difilter Sesudah difilter
Kadar air (ppm)
Standar Pabrik
Standar IEC
kondisi operasi, sedangkan adanya karbon dioksida (CO2) dan karbon
monoksida menunjukkan kerusakan pada bahan isolasi.
Kandungan gas sebelum dan sesudah filtering on line dalam kondisi
baik, ini dikarenakan nilainya masih dibawah standar (0,025 %) yang
digunakan mesin filter sesuai dengan metode ASTM D – 2945.
Gambar 4.17. Kandungan gas
c. Tegangan Tembus
Berdasarkan grafik dibawah ini, tegangan tembus minyak trafo dalam
keadaan bagus, baik itu sebelum ataupun sesudah dilakukan filtering on
line. Karena nilainya di atas dari standar IEC. Sehingga minyak trafo
masih bisa digunakan.
Gambar 4.18. Tegangan tembus
00.005
0.010.015
0.020.025
0.03
Sebelum difilter Sesudah difilter
Kandungan gas (%)
Standar Pabrik
0
20
40
60
80
Pengujian 1
Pengujian 2
Pengujian 3
Pengujian 4
Sebelum difilter
Sesudah difilter
Standar IEC
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada uraian sebelum-
sebelumnya, maka ada beberapa hal dapat disimpulkan. Diantaranya ialah sebagai
berikut:
1. Minyak trafo yang digunakan di PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon
adalah minyak mineral jenis Diala B;
2. Pengujian kualitas minyak trafo dilakukan setiap satu tahun sekali, ini
berdasarkan preventive maintenance (Suplemen SE. 032).
3. Pengerjaan filtering on line dilakukan karena kandungan sedimen (0.021)
dari minyak trafo melebihi standar yakni 0,02.
4. Berdasarkan standar IEC 60422, minyak trafo harus mempunyai kadar air
kurang dari 5 ppm, kadar asam kurang dari 0.1 mgKOH/g, kandungan
sedimen kurang dari 0.02 %, warna kurang dari 3.5, tegangan tembus
lebih dari 50 kV / 2.5 mm, IFT lebih dari 28 N/cM, viskositas kurang dari
3 cSt, dan flash point lebih dari 150 0 C.
5. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, minyak trafo sebelum disaring
mempunyai kadar air 1.15 ppm, kadar asam 0.07 mgKOH/g, kandungan
sedimen 0.021 %, warna 1.9, tegangan tembus 58 kV / 2.5 mm, IFT 42.9
N/cM, viskositas 2.75 cSt, dan flash point 1620 C.
6. Sesudah minyak trafo disaring mempunyai kadar air 2.9 ppm, kadar asam
0.09 mgKOH/g, kandungan sedimen 0.0097 %, warna 1.9, tegangan
tembus 65 kV / 2.5 mm, IFT 32 N/cM, viskositas 2.75 cSt, dan flash point
1640 C.
7. Berdasarkan hasil pengujian manual dengan metode selisih, minyak trafo
sebelum disaring mempunyai kadar air 1.15 ppm, kandungan gas 0.02 %,
dan tegangan tembus 233 KV/cm. Sedangkan setelah disaring minyak
trafo mempunyai kadar air 0.04 ppm, kandungan gas 0.007 %, dan
tegangan tembus 265 KV/cm.
8. Proses filtering tidak selamanya memperbaiki kualitas minyak trafo,
karena berdasarkan data diatas ada kualitas minyak trafo yang justru
menurun setelah dilakukan filtering on line. Hal tersebut dimungkinkan
karena lamanya proses penyaringan dan kurang steril-nya wadah
pengambilan sampel minyak, sehingga terkontaminasi kembali.
B. Saran
Dalam pengambilan sampel minyak trafo untuk pengujian harus benar-benar
memperhatikan sterilisasi wadah sampel serta proses pengambilannya. Agar minyak
tidak teroksidasi dan terkontaminasi oleh kandungan-kandungan dari luar. Sehingga
bisa didapatkan hasil pengujian yang benar-benar akurat.
Lamanya penyaringan dan jumlah sirkulasi juga harus benar-benar
diperhatikan, karena akan mempengaruhi kualitas minyak trafo sesudah dilakukan
penyaringan. Ini terbukti dari adanya karakteristik minyak trafo yang menurun
kualitasnya setelah disaring. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih jauh lagi
mengenai hal tersebut, apakah lamanya penyaringan dan jumlah sirkulasi dapat
menurunkan kualitas minyak trafo.
Selain itu proses penuaan dan penurunan kualitas minyak trafo dari tahun ke
tahun juga perlu untuk ditindak lanjuti, sehingga kita bisa memperkirakan usia
pemakaian dari minyak trafo tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ansar. (2010). “Isolator Cair”. [Online]. Tersedia:
http://ancharyu.wordpress.com/2010/02/27/isolator-cair/ [25 Agustus 2012]
Budi Prayitno. 2010. Analisa Pemeliharaan Peralatan Utama Sistem Kelistrikan
Universitas Indonesia Kampus Depok. Depok. Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Centre, Knowledge. (2010). “Pengujian Karakteristik Minyak Isolasi Trafo”.
[Online]. Tersedia: http://panellistrikindo.blogspot.com/2010/05/pengujian-
karakteristik-minyak-isolasi.htm [25 Agustus 2012]
Devi Handaya. 2012. Laporan Kerja Praktek:Level Control Baja Cair Pada Mould
di Continous Casting Machine III di Slab Steel Plant II PT. Krakatau Steel-
Cilegon. Bandung. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Hardiansyah. 2011. Sistem Pentanahan SUTT 70 kV di UPT Cirebon. Cilegon.
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Rahmat Hardityo. 2008. Deteksi dan Analisis Indikasi Kegagalan Transformator
Dengan Metode Analisis Gas Terlarut. Depok. Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Holong, Modal. (2010). “Analisis Kegagalan Minyak Transformator”. [Online].
Tersedia: http://modalholong.wordpress.com/2010/12/18/analisis-kegagalan-
minyak-transformator/ [25 Agustus 2012]
Irli. -. “Gambaran Umum Perusahaan”. [Online]. Tersedia:
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=66373 [29 Agustus 2012]
Lailiyana Farida. 2009. Analisis Kualitas Transformator Daya 150 kv/70 kv di GI
Banaran Berdasarkan Hasil Pengujian Isolasi Minyak Menggunakan Metode
Stokastik. Surabaya. Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. (2011). “Profil P3B Jawa Bali”. [Online].
Tersedia: www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=62 [28 Agustus 2012]
PT. PLN (Persero). 2010. Company Profile. Jakarta. www.pln.co.id.
PT. PLN (Persero). 2011. Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor:
1470.K/DIR/2011. Jakarta. PT. PLN (Persero).
PT. PLN (Persero). (2011). “Profil Perusahaan”. [Online]. Tersedia:
www.pln.co.id/?p=102 [28 Agustus 2012]
Samuel Panggabean. 2008. Pengaruh Suhu Terhadap Kekuatan Dieletrik Berbagai
Minyak Isolasi Transformator (Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total). Medan.
Departemen Teknik ELektro Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Tim Penyusun. (2010). Buku Petunjuk Transformator Tenaga. Jakarta: PT. PLN
(Persero).
Tim Penyusun. (2003). Buku Panduan Pemeliharaan Trafo Tenaga. Jakarta: PT.
PLN (Persero) P3B.
Tim Redaksi. 2008. Sejarah Panjang PLN P3B. PT. PLN (Persero) Penyaluran dan
Pusat Pengatur Beban Jawa Bali. Floeksi, Edisi 40/ Th 4 Oktober 2008.