laporan pi

59
KARAKTERISTIK MINYAK TRAFO SEBELUM DAN SESUDAH FILTERING ON LINE LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI Disusun dalam rangka memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri, dengan pembimbing Drs. I Wayan Ratnata, ST, M.Pd. dan Sugiarto Oleh: Handi Agus H. 0908810 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012

Upload: handi-agus-hidayat

Post on 05-Aug-2015

386 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pi

KARAKTERISTIK MINYAK TRAFO SEBELUM DAN SESUDAH

FILTERING ON LINE

LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI

Disusun dalam rangka memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri,

dengan pembimbing Drs. I Wayan Ratnata, ST, M.Pd. dan Sugiarto

Oleh:

Handi Agus H.

0908810

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012

Page 2: Laporan Pi

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP CIREBON

Disusun Oleh :

NAMA : Handi Agus H.

NIM : 0908810

Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro S-1

Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik

Bandung, Oktober 2012

Disetujui oleh,

Pembimbing

Drs. I Wayan Ratnata, ST, M. Pd.

NIP. 19580214 198603 1 002

Ketua Praktik Industri

Drs. H. Bambang Trisno, M.SIE.

NIP. 19610306 198610 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, ST, M.SIE.

NIP. 19551204 198103 1 002

Page 3: Laporan Pi

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP CIREBON

Disusun Oleh :

NAMA : Handi Agus H.

NIM : 0908810

Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro S-1

Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik

Cirebon, Oktober 2012

Disetujui oleh,

Pembimbing

Sugiarto

NIP. 5983005 K3

Mengetahui,

Supervisor Harprodatel APP Cirebon

Base Camp Cirebon

Sugiarto

NIP. 5983005 K3

Page 4: Laporan Pi

ABSTRAKSI

Isolasi cair dalam hal ini adalah minyak trafo merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam menunjang kerja dari peralatan-peralatan sistem tenaga listrik khususnya trafo. Sebagai isolasi, minyak trafo harus mampu untuk menyerap panas yang ditimbulkan pada saat trafo beroperasi dalam hal ini minyak trafo sebagai pendingin. Selain itu, minyak trafo juga harus mampu menjadi isolator antara satu kumparan dengan kumparan lainnya.

Oleh karena itu, minyak trafo harus menenuhi standar kualitas atau karakteristik minyak trafo yang telah ditetapkan. Sehingga minyak trafo dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal. Namun seiring dengan pengoperasian trafo, maka secara perlahan-lahan minyak trafo akan mengalami penurunan kualitas. Hal ini dikarenakan minyak trafo sudah teroksidasi dan terkontaminasi. Sehingga perlu dilakukan treatment (pemeliharaan), salah satu caranya yakni dengan filtering. Penyaringan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kembali kualitas minyak trafo. Sehingga pada akhirnya bisa diketahui perbandingan karakteristik minyak trafo sebelum dan sesudah filtering.

Page 5: Laporan Pi

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Esa, puji syukur patut di ucapkan

atas kehadirat-Nya karena telah memberikan segala bentuk rahmat serta karunia-

Nya, sehingga laporan praktik industri ini dapat diselesaikan. Laporan yang berjudul

“Karakteristik Minyak Trafo Sebelum dan Sesudah Filtering On Line” ini disusun

guna memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri, yang merupakan salah

satu mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa/ mahasiswi Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro FPTK UPI.

Tidak lupa pula, ucapan terima kasih patut disampaikan kepada semua pihak

yang telah bekerja sama dan membantu. Bimbingan, dukungan, fasilitas maupun lain

sebagainya sangat berguna rangka pelaksanaan praktik industri maupun penyelesaian

laporan. Oleh karena itu, perlu kiranya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mukhidin, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pendidikan

Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (FPTK UPI);

2. Bapak Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, S.T., M.SIE., selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI;

3. Bapak Drs. Bambang Trisno, M.SIE., selaku koordinator Praktik Industri

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI;

4. Bapak Drs. I Wayan Ratnata, ST, M.Pd., selaku dosen pembimbing.

Arahan, nasehat, dan dorongan motivasi sungguh berarti dalam

penyelesaian penulisan laporan praktik industri;

5. Bapak Komar dan Bu Sri, selaku staff tata usaha Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro FPTK UPI.

6. Bapak Sugiarto selaku pembimbing lapangan sekaligus juga Supervisor

Pemeliharaan Proteksi, Meter, Scadatel, dan Otomasi PT. PLN (Persero)

P3B Jawa Bali APP Cirebon Base Camp Cirebon. Uraian penjelasan,

nasehat, bimbingan, motivasi, dorongan semangat dan lain sebagainya

Page 6: Laporan Pi

dari Bapak sangat bermanfaat guna menambah wawasan keelektroan,

keindustrian, dan lain-lain;

7. Pak Bambang P. selaku teknisi trafo arus dan Pak Amin Prasetyo selaku

teknisi penyaringan yang telah memberikan ilmu-ilmu dan pengalaman

yang semoga berguna bagi penulis;

8. Pak Daryanto selaku Supervisor Administrasi dan SDM PT. PLN

(Persero) P3B Jawa Bali APP Cirebon. Bantuan administrasi bapak

berguna bagi kelancaran pelaksanaan praktik industri;

9. Bu Ida dan Pak Agus, selaku bagian Admin Teknik PT. PLN (Persero)

P3B Jawa Bali APP Cirebon. Bantuan data-data yang diberikan telah

memudahkan pengerjaan laporan;

10. Jajaran-jajaran Manager beserta seluruh pegawai PT. PLN (Persero) P3B

Jawa Bali APP Cirebon, terutama bagian Pemeliharaan Proteksi, Meter,

Scadatel, dan Otomasi Base Camp Cirebon, yang telah memberikan

kesempatan untuk melaksanakan praktik industri maupun fasilitasnya

guna penunjang pembuatan laporan;

11. Supervisor serta seluruh operator Jaringan dan Gardu Induk Sunyaragi;

terima kasih atas bimbingan selama pelaksanaan praktik industri;

12. Kedua orang tua yang sangat dicintai, beserta keluarga. Support dan

do’anya sungguh berguna bagi ananda;

13. Teman-teman sesama praktikan kerja praktik, siswa-siswa SMKN 1

Cirebon (Dani, Al, Bowo, Zaenal, Junaedi, Salman, Ikhsan, dan Fadli)

dan mahasiswa Universitas Jendral Soedirman (Ipeng, Syamsul, dan

Andri). Dukungan, kerjasama, dan kebersamaan kalian telah memberikan

kesan yang indah selama pelaksanaan praktik industri;

14. Teman-teman seperjuangan, angkatan 2009, yang telah memberikan

berbagai bantuan guna memudahkan penyelesaian laporan; dan

15. Semua pihak yang telah membantu, baik itu moril ataupun nonmoril.

Page 7: Laporan Pi

Disadari bahwa laporan praktik industri ini belumlah sempurna dan masih

terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga diperlukan penyempurnaan. Baik itu dari

segi pemaparan teori ataupun dari sistematika penulisannya. Oleh karena itu, kritik

serta saran sangat dibutuhkan, sehingga penulisan-penulisan karya selanjutnya bisa

lebih baik dari sekarang. Harapannya semoga Laporan Praktik Industri ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amien…

Bandung, September 2012

Penulis

Page 8: Laporan Pi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …...…………………………...………………………..... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..... vi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..... viii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. ix

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………….. 1

B. Tujuan dan Manfaat …………………………………………………..... 2

C. Batasan Pembahasan …………………………………………………… 3

D. Metode Pengumpulan Data …………………………………………….. 3

E. Sistematika Penulisan …………………………………………………... 4

F. Waktu dan Tempat Praktek Industri …………………………………. 5

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ……………………………………………... 6

A. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur

Beban Jawa Bali Area Pelaksana Pemeliharaan Cirebon (P3B JB

APP Cirebon) …………………………….……………………………... 6

B. Visi, Misi, Motto, dan Nilai-Nilai Perusahaan ................................... 10

C. Struktur Organisasi Perusahaan ………………………………………. 11

D. Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan ................................................ 12

E. Lokasi dan Wilayah Kerja Perusahaan ............................................. 12

BAB III LANDASAN TEORI …………………………………………………. 15

A. Minyak Trafo …………………………………………………………… 15

B. Kualitas (Karakteristik) Minyak Trafo …………………………...…... 17

C. Purifikasi Minyak Trafo ……………………………………………….. 27

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………………. 29

A. Filtering On Line ………………………………………………………... 29

B. Karakteristik Minyak Trafo Sebelum Filtering On Line …………….. 32

Page 9: Laporan Pi

C. Karakteristik Minyak Trafo Sesudah Filtering On Line ……….......... 36

D. Analisis Karakteristik Minyak Trafo …………………………………. 37

BAB V PENUTUP ……………………………………………………………… 43

A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 43

B. Saran …………………………………………………………………….. 44

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 45

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: Laporan Pi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Logo PT. PLN (Persero) .................................................................... 6

Gambar 2.2. Kantor PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon .............................. 10

Gambar 2.3. PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon tampak atas ...................... 13

Gambar 2.4. Gedung Gardu Induk Sunyaragi ........................................................ 14

Gambar 2.5. Switch Yard GI Sunyaragi ................................................................. 14

Gambar 3.1. Minyak trafo ………….…………………………………………….. 15

Gambar 3.2. Alat uji kadar air dalam minyak ………….………………………… 21

Gambar 3.3. Alat uji tegangan tembus ………….……………………………….. 22

Gambar 3.4. Alat uji kadar asam ………….……………………………………... 23

Gambar 3.5. Alat pengujian tegangan antar muka …………...…………………... 23

Gambar 3.6. Hubungan kadar asam dengan IFT ………………………………… 24

Gambar 3.7. Alat uji warna minyak …………...…………………………………. 24

Gambar 3.8. Alat pengujian sediment …………...………………………………. 26

Gambar 3.9. Alat pengujian titik nyala api (flash point) ……………...…………. 27

Gambar 3.10. Oil treatment plant on line ………………….…………………….. 28

Gambar 3.11. Oil treatment plant off line ………………….…………………….. 28

Gambar 4.1. Trafo 60 MVA 150 / 20 KV GI Sragi ……………...………………. 29

Gambar 4.2. Mesin Filter tampak kiri .…………………...……………………… 30

Gambar 4.3. Mesin filter tampak kanan …………………...…………………….. 31

Gambar 4.4. Mesin filter tampak belakang …………………...………………….. 31

Gambar 4.5. Mesin filter tampak depan …………………...…………………….. 31

Gambar 4.6. Alat ukur metode selisih …………………...………………………. 34

Gambar 4.7. Alat uji tegangan tembus manual …………………...……………… 35

Gambar 4.8. Kandungan air ……………………………………………………… 37

Gambar 4.9. Kandungan asam …………………………………………………… 37

Gambar 4.10. Kandungan sediment ……………………………………………… 38

Grafik 4.11. Kualitas warna ……………………………………………………… 39

Page 11: Laporan Pi

Gambar 4.12. Tegangan tembus …………………………………………………. 39

Gambar 4.13. IFT ………………………………………………………………… 40

Gambar 4.14. Viskositas …………………………………………………………. 40

Gambar 4.15. Titik nyala api …………………………………………………….. 41

Gambar 4.16. Perbandingan kadar air …………………………………………… 41

Gambar 4.17. Kandungan gas ……………………………………………………. 42

Gambar 4.18. Tegangan tembus …………………………………………………. 42

Page 12: Laporan Pi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Batasan pengusahaan minyak trafo metoda ASTM ………….……….. 17

Tabel 3.2. Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya …….…………... 18

Tabel 3.3. Justifikasi kondisi pada pengujian kualitas minyak (karakteristik) …... 19

Tabel 3.4. Beberapa petunjuk untuk melihat minyak trafo …….………………… 25

Tabel 4.1. Hasil uji lab minyak trafo sebelum di filter ……….………………….. 33

Tabel 4.2. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter ……….……………... 35

Tabel 4.3. Pengujian tegangan tembus ……….………………………………….. 35

Tabel 4.4. Hasil uji lab minyak trafo sesudah di filter ……….…………………... 36

Tabel 4.5. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter ……….……………... 36

Tabel 4.6. Pengujian tegangan tembus ………...………………………………… 36

Page 13: Laporan Pi

DAFTAR LAMPIRAN

A. Struktur organisasi PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon

B. Tabel perhitungan kurva kandungan gas dan kadar air

C. Data trafo IV 60 MVA 150 / 20 KV

D. Data hasil pengujian karakteristik minyak trafo

E. Hasil penyaringan minyak transformator “on line”

F. Surat izin kerja praktek dari PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon

G. Daftar hadir kerja praktek

H. Kartu asistensi praktik industri

I. Surat penunjukkan dosen bimbingan laporan praktik industri

J. Surat tugas pelaksanaan Seminar Laporan Praktik Industri

K. Penilaian praktek industri PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon

Page 14: Laporan Pi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isolasi merupakan sesuatu hal yang mempunyai peranan sangat penting pada

sistem ketenagalistrikan, karena isolasi sangat berguna untuk mengisolasi atau

memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang saling berdekatan dan

mempunyai beda potensial sehingga diantara penghantar-penghantar tersebut tidak

terjadi lompatan (flashover) atau percikan (sparkover) api. Sehingga apabila suatu

isolasi tidak mampu menjalankan fungsinya secara maksimal, maka bisa

menyebabkan kegagalan isolasi yang berakibat pada terganggunya kinerja dari

peralatan-peralatan listrik yang terisolasi dan dapat mengganggu sistem tenaga

listrik.

Salah satu contoh isolasi adalah isolasi minyak merupakan hal yang sangat

penting dalam peralatan sistem tenaga listrik khususnya trafo, circuit breaker,

reaktor dan kapasitor karena berpengaruh terhadap kinerja peralatan tersebut. Pada

trafo, minyak trafo selain berfungsi sebagai isolasi juga dapat berfungsi sebagai

pendingin. Seiring dengan pemakaian atau pengoperasian trafo secara terus-menerus,

maka secara perlahan-lahan minyak trafo akan mengalami penurunan kualitas

(karakteristik). Hal ini kemungkinan besar terjadi karena minyak trafo sudah

teroksidasi dan terkontaminasi dengan bahan-bahan yang lain, sehingga dapat

menurunkan kemampuannya sebagai bahan isolasi.

Agar kualitas minyak trafo senantiasa dalam kondisi yang bagus, kegiatan

pemeliharaan perlu dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas

(karakteristik) minyak trafo maka perlu dilakukan pengujian secara berkala, pada

umumnya dilakukan setiap setahun sekali. Sehingga apabila berdasarkan pengujian

tersebut menunjukkan bahwa kualitas minyak trafo dalam keadaan buruk, maka

Page 15: Laporan Pi

langkah pemeliharaan selanjutnya yakni dilakukannya proses pemurnian kembali

(purifikasi), salah satu caranya ialah dengan filtering atau penyaringan. Cara tersebut

dapat memperbaiki dan meningkatkan kembali kualitas minyak trafo. Dan pada

akhirnya dapat diketahui perbandingan karakteristik minyak trafo sebelum dan

sesudah disaring.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Kegiatan praktik industri, yang merupakan salah satu mata kuliah

wajib bagi setiap mahasiswa/ mahasiswi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

FPTK UPI, memiliki tujuan sebagai upaya pembekalan bagi seluruh

mahasiswa guna mengenal dunia industri (kerja) dan pengaplikasian ilmu

pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan. Sedangkan tujuan dari

penulisan laporan praktik industri ialah sebagai berikut:

a. Mengetahui cara kerja filtering on line;

b. Mengetahui karakteristik minyak isolasi yang baik; dan

c. Mengetahui perbandingan karakteristik minyak isolasi sebelum dan

sesudah di filter.

2. Manfaat

Pelaksanaan praktik industri secara umum bermanfaat dalam melatih

kedispilinan, tanggung jawab, dan etos kerja mahasiswa di industri. Selain

itu, secara pribadi praktik industri juga memberikan banyak manfaat seperti

bertambahnya pengalaman di industri, wawasan dan pengetahuan mengenai

kelistrikan yang belum didapat di perkuliahan, mengetahui secara langsung

objek peralatan-peralatan tegangan tinggi dan lain-lain. Sedangkan penulisan

laporan ini bermanfaat sebagai bahan referensi mengenai karakteristik

minyak trafo dan cara kerja filtering on line, baik itu untuk konsumsi pribadi

ataupun umum.

Page 16: Laporan Pi

C. Batasan Pembahasan

Agar pembahasan laporan ini terfokus pada suatu permasalahan dan tidak

melebar dari permasalahan, maka laporan ini dibatasi hanya membahas:

1. Minyak trafo yang digunakan merupakan minyak jenis Diala B Trafo IV

60 MVA 150 / 20 KV di GI Sunyaragi;

2. Standar karakteristik minyak trafo yang digunakan ialah standar IEC

60422 dan standar yang dilampirkan oleh produsen alat filter;

3. Hasil pengujian laboratorium mengacu pada standar IEC 60422;

4. Hasil pengujian manual mengacu pada standar produsen alat filter; dan

5. Perbandingan karakteristik minyak trafo merupakan perbandingan

masing-masing hasil pengujian.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan praktik industri ini, ada beberapa metode yang

digunakan dalam pengumpulan data. Diantaranya adalah:

1. Studi Literatur

Studi literatur diperlukan untuk memperoleh referensi yang berkaitan

dengan pembahasan. Literatur bersumber dari buku, internet, jurnal, dan data-

data kepustakaan yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali Area

Pelaksana dan Pemeliharaan Cirebon.

2. Wawancara

Proses wawancara melibatkan pembimbing praktik industri, baik itu

pembimbing dari universitas maupun pembimbing di industri, ataupun

dengan para teknisi-teknisi lainnya di industri.

3. Observasi

Guna menambah data dalam penulisan laporan, pengamatan langsung

dan pendokumentasian kegiatan dilakukan terhadap objek.

Page 17: Laporan Pi

E. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan praktik industri adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang dilaksanakannya praktik

industri, tujuan dan manfaat praktik industri dan penulisan laporannya,

batasan pokok pembahasan, metode pengumpulan data, sistematika penulisan

laporan, dan waktu beserta tempat praktik industri.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

Bab ini membahas tentang sejarah singkat perusahaan, penjelasan

akan visi, misi, motto, dan nilai-nilai yang terkandung dalam perusahaan,

struktur organisasi yang digunakan perusahaan, tugas pokok dan fungsi

perusahaan, dan lokasi beserta wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B JB APP

Cirebon.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang landasan teoritis atau studi kepustakaan

laporan praktik industri. Mengenai dasar minyak trafo, pengujian kualitas

minyak trafo (karakteristik), serta purifikasi minyak trafo.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai inti dari penyusunan laporan praktik

industri. Isi pembahasannya ialah cara kerja filtering on line, karakteristik

minyak trafo sebelum dan sesudah dilakukan filtering on line beserta

analisisnya dengan masing-masing hasil pengujian.

BAB V PENUTUP

Page 18: Laporan Pi

Bab ini berisi mengenai kesimpulan beserta saran yang di dapat dari

penulisan laporan praktik.

F. Waktu dan Tempat Praktik Industri

Waktu pelaksanaan praktik industri sebulan penuh, tepatnya dimulai pada

hari senin, tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan 30 Agustus 2012. Sedangkan untuk

tempatnya yakni di PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon yang beralamat di Jl.

Brigdjen Dharsono (By Pass), Cirebon 45135.

Page 19: Laporan Pi

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban

Jawa Bali Area Pelaksana Pemeliharaan Cirebon (P3B JB APP Cirebon)

Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki sejarah yang sangat panjang

dalam perindustrian ketenagalistrikan di Indonesia. Dikarenakan PLN merupakan

satu-satunya perusahaan penyedia listrik di tanah air, maka dari sejak berdiri sampai

sekarang PLN terus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meningkatkan

kualitas pelayanan bagi seluruh pelanggan di negeri ini.

Gambar 2.1. Logo PT. PLN (Persero)

Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada pertengahan abad ke-19.

Sejak jaman Belanda, penguasaan dan pengusahaan listrik di Indonesia dipegang dan

diselenggarakan secara monopoli oleh perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda.

Diantaranya:

1. Di Jakarta (dulu Batavia), penguasaan dan pengusahaan pelistrikan

dikuasai oleh O.G.B.M (Overzeese Gemeeschappeljik Electriciet

Maatschappij);

2. Di Jawa Barat (Bandung), penguasaan listrik mula-mula dilakukan oleh

B.E.M (Bandoengsche Electriciet Maatschappij); dan

Page 20: Laporan Pi

3. Di Jawa Tengan dan Jawa Timur, penguasaan dan pengusahaan pelistrikan

dieksploitir oleh A.N.I.E.M (Algemeene Electriciet Maatschappij).

Hal tersebut dikarenakan pada saat itu listrik memegang peranan penting

dalam perekonomian di Indonesia, khususnya untuk Belanda. Karena pada saat itu

beberapa perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan teh

membutuhkan enegi listrik untuk dapat menjalankan usahanya. Sehingga hal tersebut

mengharuskan Belanda untuk mendirikan pembangkit listrik.

Setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada pasukan tentara Jepang di

awal Perang Dunia II, antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan

perusahaan-perusahaan Belanda oleh Jepang. Pada zaman penjajahan Jepang

perusahaan listrik tersebut bernama Seibu Jawa Denhijigyo Kosha. Setelah Indonesia

merdeka, perusahaan listrik tersebut diambil alih dan namanya diubah menjadi

Jawatan Listrik dan Gas.

Sejak peralihan tersebut, pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan

Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara)

yang bergerak pada bidang kelistrikan, gas, dan kokas yang dibubarkan pada tanggal

1 Januari 1965. Dan pada saat yang sama, Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai

pengelola tenaga listrik milik Negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai

pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status

Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik

Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas

menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan

pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak

dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak 1 Agustus 1994 status PLN beralih

menjadi dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga

sebagai PKUK hingga sekarang.

Page 21: Laporan Pi

Dengan terbitnya Surat Keputusan Direksi PT. PLN (Persero)

No.257.K/010/DIR/2000, tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit

Bisnis Strategi Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, maka PT. PLN

(Persero) P3B yang merupakan inti pusat (profit center) berubah menjadi unit pusat

insvestasi (investment center) dengan nama Unit Bisnis Strategi Penyaluran dan

Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (UBS P3B).

Perubahan tersebut menuntut adanya kajian ulang atas organisasi PT. PLN

(Persero) P3B yang antara lain mencakup revisi atas visi dan misi organisasi,

rekayasa ulang proses bisnis menuju ke arah yang lebih efisien, serta pengembangan

usaha, pengembangan potensi pegawai, pembentukan budaya perusahaan, serta

pengelolaan perubahan organisasi.

Hal yang juga baru pada organisasi UBS P3B adalah pembentukan Unit

Pelayanan Transmisi (UPT) dan Unit Jasa Teknik (UJT), yang merupakan bagian

dari organisasi region. Pembentukan UPT dimaksudkan sebagai upaya untuk

mengefisienkan pelaksanaan proses bisnis operasi dan pemeliharaan sistem

penyaluran sejalan dengan rencana pengalihan kepemilikan aset trafo HV/MV dari

UBS P3B kepada Distribusi. Dan, Pembentukan UJT dilakukan sebagai langkah

untuk pemisahan usaha di luar pokok (non-core) dari usaha pokok (core) yang

sifatnya monopoli. UJT didirikan untuk transisi menuju pemisahan usaha core dan

usaha non-core, mengoptimalkan utilisasi sumberdaya yang ada, dan memungkinkan

pengembangan usaha di luar usaha pokok menjadi lebih fokus dalam menangkap

peluang yang ada sehingga dapat memberikan kontribusi bagi laba usaha.

Tetapi pada tahun 2002 PT. PLN (Persero) UBS P3B berubah kembali

menjadi PT. PLN (Persero) P3B. Dan pada tahun 2003, PT. PLN (Persero) P3B

berubah menjadi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Ini dikarenakan telah hadirnya

PT. PLN (Persero) P3B Sumatera. Dan sejak ditetapkannya UU No. 30/2009 tentang

UU Ketenagalistrikan, pemerintah memberikan keluasan kesempatan bagi

Page 22: Laporan Pi

Pemerintah Daerah untuk ikut berperan dalam memberikan suplai listrik bagi

masyarakat. Perubahan-perubahan nama PT. PLN (Persero) yaitu:

1. Pada tahun 1951 sampai tahun 1960 nama jawatan listrik menjadi

Perusahaan Listrik untuk Pembangkit Tenaga Listrik. (PANUPETEL);

2. Pada tahun 1960 sampai tahun 1974 berubah menjadi Perusahaan Listrik

Negara Eksploitasi XII;

3. Pada tahun 1975 sampai tahun 1983 berubah menjadi Perusahaan Listrik

Negara Pembangkit III, salah satunya sektor Cirebon;

4. Pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1986 diubah menjadi Pembangkit

Listrik Jawa Barat dan Jakarta Raya;

5. Pada tahun 1987 sampai dengan 2 Oktober tahun 1995 berubah menjadi

PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat yang membawahi 16

sektor;

6. Mulai 1 Agustus 1994 sampai sekarang PLN Pusat berubah status menjadi

PT.PLN (Persero);

7. Dari tanggal 3 Oktober 1995 sampai 31 Maret 2000 PLN Pembangkit dan

Penyaluran Jawa Bagian Barat menjadi PT. PLN (Persero) Penyaluran dan

Pusat Pengatur Beban (P3B) Sektor Priangan;

8. Pada tanggal 1 April tahun 2001 kembali berubah menjadi PT. PLN

(Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Region Jawa

Barat (P3B JB RJBR), salah satunya membawahi Unit Pelayanan

Transmisi Cirebon; dan

9. Dan pada akhir tahun 2011 PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat

UPT Cirebon dimerger dengan PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa

Barat UPT Garut menjadi PT. PLN (Persero) P3B JB Area Pelaksana dan

Pemeliharaan Cirebon.

Penggabungan dua UPT tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja

dan efektifitas pemeliharaan bidang penyaluran pada PT. PLN (Persero) P3B Jawa

Page 23: Laporan Pi

Bali. Maka dengan alasan tersebut diadakanlah penataan organisasi unit pelaksana

pada PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali.

Gambar 2.2. Kantor PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon

B. Visi, Misi, Motto, dan Nilai-Nilai Perusahaan

1. Visi

Visi dari PT. PLN (Persero) adalah “Diakui sebagai perusahaan

kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpercaya dengan

bertumpu pada potensi insani”.

Dengan wawasan tersebut PT. PLN (Persero) akan survive

menghadapi tantangan masa depan berdasarkan visi diatas PT. PLN (Persero)

menyusun rencana dan strategi jangka panjang dan menengah. Rencana ini

bertahap direalisasikan melalui jangka panjang dan jangka pendek dalam

rencana kerja anggaran perusahaan pada setiap anggaran.

2. Misi

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait

berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan

pemegang saham;

Page 24: Laporan Pi

b. Menjadi tenaga sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat;

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi; dan

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

3. Motto

Motto PT. PLN (Persero) adalah ”Listrik untuk kehidupan yang

lebih baik (Electricity for A Better Life)”.

4. Nilai-Nilai

a. Saling percaya, integritas, peduli, dan pembelajar;

b. Peka-tanggap terhadap kebutuhan pelanggan;

c. Penghargaan pada harkat dan martabat manusia;

d. Integritas;

e. Kualitas produk;

f. Peluang untuk maju;

g. Inovatif;

h. Mengutamakan kepentingan perusahaan; dan

i. Pemegang saham.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam pengelolaan perusahaan perlu adanya penyusunan organisasi yang

diselaraskan dengan fungsi yang ada. Penerapan pola organisasi yang ada perlu

dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas, efektifitas, dan efisiensi kerja dengan

memperhatikan fungsi organisasi.

Struktur organisasi (terlampir) yang terdapat di PT. PLN (Persero) P3B JB

APP Cirebon digunakan sebagai sistem informasi dalam pelaksanaan tugas tenaga

kerja, menggambarkan tanggung jawab masing-masing bagian, memperlihatkan garis

kewenangan dan jalur koordinasi yang harus diakui oleh para tenaga kerja serta jalur

kerja sama antar bagian dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi di PT.

Page 25: Laporan Pi

PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon, ini diharapkan agar tercipta koordinasi yang

dapat mengarahkan semua kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

D. Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan

PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon mempunyai tugas pokok dan fungsi

(tupoksi) sebagai penanggung jawab atas rencana kerja dan anggaran (RKA) Area

Pelaksana dan Pemeliharaan, seperti melaksanakan pengelolaan aset sistem

transmisi, pengendalian investasi sistem transmisi dan logistik, melaksanakan

pemeliharaan instalasi penyaluran tenaga listrik yang meliputi fungsi pemeliharaan

proteksi, meter, SCADATEL, dan keselamatan ketenagalistrikan untuk mencapai

target kinerja, melakukan penyelesaian permasalahan sosial dan hukum terkait Right

of Way (ROW), serta mengelola bidang administrasi dan keuangan, dan hubungan

masyarakat dan Corporate Social Responbility (CSR). Hal tersebut dilakukan guna

mendukung kegiatan pemeliharaan instalasi dengan mengacu pada strategi dan

kebijakan PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali.

E. Lokasi dan Wilayah Kerja Perusahaan

Wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon meliputi wilayah Tiga

Cirebon dan Priangan bagian Timur. Sehingga PT. PLN (Persero) P3B JB APP

Cirebon mempunyai dua base camp yakni di Cirebon dan di Garut. Wilayah kerjanya

adalah:

1. Jaringan dan Gardu Induk Babakan;

2. Jaringan dan Gardu Induk Cangkring dan Arjawinangun;

3. Jaringan dan Gardu Induk Haurgeulis dan PLTU Indramayu;

4. Jaringan dan Gardu Induk Jatibarang dan Indramayu;

5. Jaringan dan Gardu Induk Kuningan;

6. Jaringan dan Gardu Induk Sunyaragi;

7. Jaringan dan Gardu Induk/ GITET Mandirancan;

Page 26: Laporan Pi

8. Jaringan dan Gardu Induk Kadipaten dan Parakan;

9. Jaringan dan Gardu Induk Garut;

10. Jaringan dan Gardu Induk Pameungpeuk;

11. Jaringan dan Gardu Induk Sumadra;

12. Jaringan dan Gardu Induk Malangbong;

13. Jaringan dan Gardu Induk Drajat dan Kamojang;

14. Jaringan dan Gardu Induk Banjar dan Ciamis;

15. Jaringan dan Gardu Induk Tasikmalaya;

16. Jaringan dan Gardu Induk Pangandaran; dan

17. Jaringan dan Gardu Induk/ GITET Tasikmalaya Baru.

PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon beralamat di Jl. Brigdjen. Dharsono

(By Pass), Cirebon 45135.

Gambar 2.3. PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon tampak atas

Page 27: Laporan Pi

Gambar 2.4. Gedung Gardu Induk Sunyaragi

Gambar 2.5. Switchyard GI Sunyaragi

Page 28: Laporan Pi

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Minyak Trafo

Minyak trafo adalah salah satu isolator cair pada trafo yang harus mampu

untuk memisahkan dua buah penghantar atau lebih yang bertegangan dan saling

berdekatan guna mencegah adanya kebocoran arus/ hubung singkat, maupun sebagai

pelindung mekanis dari kerusakan yang diakibatkan oleh korosif. Jenis minyak trafo

yang banyak digunakan di lapangan ialah minyak trafo mineral dan minyak trafo

sintetis (askarel).

Gambar 3.1. Minyak trafo

Minyak trafo mineral merupakan minyak yang berbahan dasar dari

pengolahan minyak bumi yaitu antara fraksi minyak diesel dan turbin yang

mempunyai struktur kimia yang sangat kompleks. Contohnya ialah minyak Diala C

dan B (USA), Univolt (Esoo), Nynas (Swedia), Mictrans (Jepang), Sun Ohm-MU

(Korea), Petromin (Dubai), dan BP-Energol (UK). Sedangkan minyak sintetis

merupakan jenis minyak yang mempunyai sifat tidak mudah terbakar dan tidak

mudah teroksidasi, akan tetapi beracun dan dapat melukai kulit. Contohnya ialah

Page 29: Laporan Pi

minyak Aroclor dan Pyranol (USA), Clopen (Jerman), Phenoclor dan Pyralene

(Perancis), Pyroclor (UK),dan Fenclor (Itali).

Sebagian besar dari trafo tenaga memiliki kumparan-kumparan yang intinya

direndam dalam minyak trafo, terutama pada trafo-trafo tenaga yang berkapasitas

besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas

(disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (memiliki daya tegangan tembus

tinggi). Fungsi dari minyak trafo adalah:

1. Pelindung

Melindungi komponen-komponen yang berada di dalam trafo terhadap

korosi dan oksidasi.

2. Isolator

Minyak trafo berfungsi sebagai isolator yakni sebagai pengisolasi

kumparan di dalam trafo supaya tidak terjadi loncatan bunga api listrik

(hubungan pendek) akibat tegangan tinggi.

3. Pendingin

Minyak trafo juga bisa digunakan sebagai pendingin, maksudnya yaitu

menyerap panas yang ditimbulkan sewaktu trafo berbeban lalu melepaskan

melalui saluran udara.

Minyak trafo harus memiliki mutu yang tinggi dan senantiasa berada dalam

keadaan bersih. Disebabkan energi panas yang dibangkitkan dari inti maupun

kumparan, maka suhu minyak akan naik. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya

perubahan-perubahan pada minyak trafo. Lagi pula dalam jangka waktu yang lama

akan terbentuk berbagai pengotoran yang akan menurunkan mutu minyak trafo. Hal-

hal ini dapat mengakibatkan kemampuan pendinginan maupun isolasi minyak akan

menurun. Selanjutnya dapat pula terjadi bahwa hawa lembab yang sebagaimana

halnya terjadi di daerah tropis, mengakibatkan masuknya air didalam minyak trafo.

Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Page 30: Laporan Pi

1. Kekuatan isolasi harus tinggi;

2. Penyalur panas yang baik, berat jenis kecil, sehingga partikel-partikel

dalam minyak dapat mengendap dengan cepat;

3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan

pendinginan menjadi lebih baik;

4. Titik nyala yang tinggi, sehingga tidak mudah menguap yang dapat

membahayakan;

5. Tidak merusak bahan isolasi padat; dan

6. Sifat kimia yang stabil.

B. Kualitas (Karakteristik) Minyak Trafo

Oksidasi dan kontaminan adalah hal yang dapat menurunkan kualitas minyak

yang berarti dapat menurunkan kemampuannya sebagai isolasi. Oksidasi pada

minyak isolasi trafo juga akan ikut andil dalam penurunan kualitas kertas isolasi

trafo. Pada saat minyak isolasi mengalami oksidasi, maka minyak akan

menghasilkan asam. Asam ini apabila bercampur dengan air dan suhu yang tinggi

akan mengakibatkan proses hydrolisis pada isolasi kertas.

Untuk itu pemantauan dan pemeliharaan kualitas minyak adalah sangat

penting guna menjamin keandalan operasi peralatan listrik khususnya trafo, dan para

ahli yang berwenang telah menetapkan petunjuk dalam bentuk standar uji dan

spesifikasi teknik seperti IEC, ASTM, BS dll.

Tabel 3.1. Batasan pengusahaan minyak trafo metoda ASTM

Jenis test ASTM no: Batasan Tegangan

≤ 69 kV > 69 < 288 kV ≥ 345 kV

Dielectric Str D 877 26 26 26

Asam (mg. KOH/g) D 974 0,05 – 0,2 0,05 – 0,2 0,05 – 0,2

IFT (dyne/cm) D 971 30 30 35

Kandungan Air (ppm) D 1533 35 20 15

Page 31: Laporan Pi

Kandungan Gas (%) D 2945 2 2 2

Warna D 1500 1,5 1,5 1,5

Kejernihan D 1524 Jernih Jernih Jernih

Flash Point OC D 92 140 140 140

Pour point D 97 - 40 - 40 - 40

Power factor D 1533 < 30 30 – 34,9 ≥ 35

Berat jenis D 1298 0,91 0,91 0,91

Viscositas D 445 12 12 12

Apabila batasan tersebut dilampaui agar difilter ulang, apabila breakdown

voltage sudah tidak bisa dinaikkan lagi (endapan < dari 0,5 ppm, moisture < 120

ppm, dielectric strength < 30 kV) sebaiknya minyak dibuang.

Sedangkan batasan-batasan minyak trafo yang termuat pada standar IEC

60422 bisa dilihat pada table berikut ini.

Tabel 3.2. Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya

Kategori Tipe Peralatan

Kategori O Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem 400 kV dan

diatasnya

Kategori A Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem diatas 170

kV dan dibawah 400 kV

Kategori B Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem diatas 72,5

kV dan dibawah 170 kV

Kategori C Trafo tenaga/ reactor untuk aplikasi MV/ LVeg tegangan sistem

nominal sampai 72,5 dan trafo traction

Kategori D Trafo instrument atau proteksi dengan tegangan nominal diatas 170

kV

Kategori E Trafo instrument atau proteksi dengan tegangan nominal diatas

Page 32: Laporan Pi

sampai termasuk 170 kV

Kategori F Tangki diverter dari OLTC, temasuk type combined tank selector/

diverter

Kategori G

PMT dengan type oil filled dengan tegangan sistem nominal diatas

sampai termasuk 72,5 kV

Switches type oil filled, a.c metal enclosed switchgear dan control

gear dengan tegangan sistem nominal dibawah 16 kV

Tabel 3.3. Justifikasi kondisi pada pengujian kualitas minyak (karakteristik)

Page 33: Laporan Pi
Page 34: Laporan Pi

Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan atau terjadi tidaknya oksidasi

didalam minyak dilakukanlah pengujian oil quality test (karakteristik). Pengujian oil

quality test melingkupi beberapa pengujian yang metodanya mengacu pada standar

IEC 60422. Adapun jenis pengujiannya berupa:

1. Pengujian Kadar Air

Fungsi minyak trafo sebagai media isolasi di dalam trafo dapat

menurun seiring banyaknya air yang mengotori minyak. Oleh karena itu

dilakukan pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air

yang terlarut/ terkandung di minyak. Banyaknya kadar air didalam minyak

akan dipengaruhi oleh suhu operasi trafo. Karena sistem isolasi didalam trafo

terdiri dari dua buah isolasi, yaitu minyak dan kertas dimana difusi air antara

kedua isolasi tersebut dipengaruhi oleh suhu operasi trafo. Adapun satuan dari

hasil pengujian ini adalah ppm (part per million) yang didapat dari

perbandingan antara banyaknya kadar air dalam mg terhadap 1 kg minyak.

Gambar 3.2. Alat uji kadar air dalam minyak

2. Pengujian tegangan tembus

Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan

minyak isolasi dalam menahan stress tegangan. Minyak yang jernih dan

kering akan menunjukan nilai tegangan tembus yang tinggi. Air bebas dan

Page 35: Laporan Pi

partikel solid, apalagi gabungan antara keduanya dapat menurunkan tegangan

tembus secara dramatis.

Gambar 3.3. Alat uji tegangan tembus

Dengan kata lain pengujian ini dapat menjadi indikasi keberadaan

kontaminan seperti kadar air dan partikel. Rendahnya nilai tegangan tembus

dapat mengindikasikan keberadaan salah satu kontaminan tersebut, dan

tingginya tegangan tembus belum tentu juga mengindikasikan bebasnya

minyak dari semua jenis kontaminan.

3. Pengujian Kadar Asam

Minyak yang rusak akibat oksidasi akan menghasilkan senyawa asam

yang akan menurunkan kualitas kertas isolasi pada trafo. Asam ini juga dapat

menjadi penyebab proses korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat

dari bahan metal. Untuk mengetahui seberapa besar asam yang terkandung di

minyak, dilakukan pengujian kadar asam pada minyak isolasi. Besarnya kadar

asam pada minyak juga dapat dijadikan sebagai dasar apakah minyak isolasi

trafo tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau diganti.

Pada dasarnya minyak yang akan diuji dicampur dengan larutan

alkohol dengan komposisi tertentu lalu campuran tersebut (bersifat asam) di

titrasi (ditambahkan larutan) dengan larutan KOH (bersifat basa). Perhitungan

Page 36: Laporan Pi

berapa besar asam yang terkandung didalam minyak didasarkan dari berapa

banyak KOH yang dilarutkan.

Gambar 3.4. Alat uji kadar asam

4. Pengujian Tegangan Antar Muka

Pengujian Inter Facial Tension (IFT) antara minyak dengan air

dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan polar contaminant yang larut

dari hasil proses pemburukan. Karakteristik dari IFT akan mengalami

penurunan nilai yang sangat drastis seiring tingginya tingkat penuaan pada

minyak isolasi. IFT juga dapat mengindikasi masalah pada minyak isolasi

terhadap material isolasi lainnya. Atau terjadinya kesalahan pada saat

pengisian minyak yang berdampak pada tercemarnya minyak isolasi.

Gambar 3.5. Alat pengujian tegangan antar muka

Page 37: Laporan Pi

Karena nilai IFT sejalan dengan proses penuaan pada minyak isolasi

trafo, maka nilai IFT dapat dijadikan konfirmasi setelah ditemukan nilai kadar

asam yang tidak normal.

Gambar 3.6. Hubungan kadar asam dengan IFT

5. Pengujian Warna Minyak

Warna minyak isolasi trafo akan berubah seiring penuaan yang terjadi

pada minyak dan dipengaruhi oleh material material pengotor seperti karbon.

Pengujian minyak pada dasarnya membandingkan warna minyak terpakai

dengan minyak yang baru.

Gambar 12. Alat uji warna minyak

Page 38: Laporan Pi

Tabel 3.4. Beberapa petunjuk untuk melihat minyak trafo

Warna dan

Kelompok

Angka

Asam

Kekuatan

kertas (IFT)

dyne/ cm

Akibat pada Transformator

Bagus

Kuning pucat

# 0,5

0,03

0,10

45

30

Menggambarkan bahwa:

Pendinginan bagus

Isolasi bagus

Contoh A

Kuning Muda

# 1.0

0,05

0,10

27

29

Terjadi endapan (sludge) yang membaur di

minyak yang akan menyebabkan IFT

menurun

Umum

Kuning terang

# 1,5 – 2,0

0,11

0,15

24

27

Terjadi endapan asam tipis pada lilitan dan

sludge. Hal ini akan menjadi penyebab

gangguan. Agar dihindari kandungan sludge

yang menebal.

Jelek

Kuning Sawo

# 2,5

0,16

0,40

18

24

Hampir semua trafo pada keadaan ini

terdapat endapan sludge pada lilitan dan inti

Amat jelek

Kuning sawo

# 3,0 – 5,0

0,41

0,65

14

18

Endapan sludge akan beroksidasi kemudian

mengeras dan terjadi juga di isolasi (kertas)

mudah terjadi kerusakan

Sangat jelek

Coklat kehitaman

# 5,0 – 7,0

0,66

1,50

9

14

Sludge menyumbat sirip-sirip pendingin

yang menyebabkan kenaikan temperature

sampai 200 C

Minyak kelas 7

(crude oil) hitam

# 7,0 – 8,0

1,5

Dan

lebih

6

9

Diperlukan suatu cara untuk menghilangkan

sludge (yang lebih bagus dari “Sludge

Purge”). Pada kondisi ini trafo harus

dioverhaul (tidak ada gunanya hanya dengan

mengganti minyak trafo)

Page 39: Laporan Pi

6. Pengujian Sediment

Banyak material yang dapat mengkontaminasi minyak trafo, seperti

karbon dan endapan lumpur (sludge). Pengujian sediment ini bertujuan

mengukur seberapa banyak (%) zat pengotor terhadap minyak isolasi trafo.

Pengujian ini pada dasarnya membandingkan berat endapan yang tersaring

dengan berat minyak yang diuji.

Gambar 3.8. Alat pengujian sediment

7. Pengujian Titik Nyala Api

Pengujian titik nyala api atau flash point dilakukan dengan

menggunakan sebuah perangkat yang berfungsi memanaskan minyak secara

manual (heater atau kompor). Dimana diatas cawan pemanas tersebut di

letakan sumber api yang berasal dari gas. Sumber api ini berfungsi sebagai

pemancing saat mulai terbakarnya minyak. Seiring dengan lamanya proses

pemanasan, suhu minyak pun akan mengalami peningkatan. Pada suhu

tertentu minyak akan terbakar dengan sumber api sebagai media

pembakarnya. Suhu tersebut merupakan titik nyala api.

Page 40: Laporan Pi

Gambar 3.9. Alat pengujian titik nyala api (flash point)

8. Pengujian Viskositas

Viskositas adalah suatu ukuran dari besarnya perlawanan yang

diberikan oleh minyak untuk mengalir, atau ukuran dari besarnya tekanan

geser bagian dalam dari suatu bahan cair. Bila suhu naik maka viskositas akan

turun. Viskositas yang rendah menunjukkan bahwa minyak trafo memiliki

konduktivitas yang baik, selain itu memungkinkan lebih mudah untuk

bersirkulasi dan kemampuan pendingin menjadi lebih baik.

C. Purifikasi Minyak Trafo

Minyak trafo dapat terkontaminasi oleh berbagai macam pengotor seperti

kelembaban, serat, resin dan sebagainya. Ketidakmurnian dapat tinggal di dalam

minyak karena pemurnian yang tidak sempurna. Pengotoran dapat terjadi saat

pengangkutan dan penyimpanan, ketika pemakaian, dan minyak itu sendiri pun dapat

membuat pengotoran pada dirinya sendiri.

Minyak yang sudah terkontaminasi atau teroksidasi perlu dilakukan treatment

atau pemeliharaan untuk mengendalikan fungsinya sebagai minyak isolasi.

Treatment terhadap minyak trafo dapat dilakukan dengan cara pemurnian atau

purifikasi dengan alat oil treatment plant yang dirancang khusus untuk melakukan

treatment terhadap minyak trafo. Fungsi dari alat tersebut ialah:

Page 41: Laporan Pi

1. Menghilangkan kandungan uap air pada minyak trafo;

2. Meningkatkan nilai tegangan tembus pada minyak trafo;

3. Menghilangkan atau mengurangi karbon yang terkandung dalam minyak

trafo; dan

4. Sebagai alat bantu flushing atau pencucian trafo.

Sistem operasional oil treatment plant ada dua macam, yakni sistem off line

dan on line. Maksud dari sistem off line ialah bahwa pekerjaan treatment dilakukan

pada saat trafo dalam keadaan tidak beroperasi dan tidak berbeban. Sedangkan

sistem on line ialah pekerjaan treatment dilakukan pada saat trafo dalam keadaan

beroperasi dan masih berbeban.

Gambar 3.10. Oil treatment plant on line

Gambar 3.11. Oil treatment plant off line

Page 42: Laporan Pi

BAB IV

PEMBAHASAN

Minyak trafo yang diuji ialah minyak trafo yang berada pada Gardu Induk

Sunyaragi dengan kapasitas 60 MVA 150 / 20 KV. Minyak trafo yang digunakan

merupakan jenis minyak mineral Diala B.

Gambar 4.1. Trafo 60 MVA 150 / 20 KV GI Sragi

A. Filtering On Line

Sebelum melakukan filtering, pengujian kualitas minyak trafo harus

dilakukan untuk memastikan tingkat kualitasnya. Pengujian kualitas minyak trafo

merupakan salah satu tindakan dari preventive maintenance (Suplemen SE. 032),

yakni pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan

peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang

optimum.

Proses penyaringan/ filtering dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas

(karakteristik) minyak trafo, sehingga memenuhi standar yang menjadi acuan,

Standar IEC 60422 Tahun 2005. Filtering On Line dilaksanakan ketika trafo dalam

keadaan beroperasi atau berbeban. Ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan filtering,

Page 43: Laporan Pi

trafo masih bisa untuk menjalankan fungsinya sehingga tidak perlu untuk

penghentian operasi dan beban.

Spesifikasi mesin filtering on line:

1. Merk : KATO KGM – JAPAN

2. Kapasitas : 4.000 liter per jam

3. Sistem : On line dan off line

4. Dengan Element Active For Fuller’s Earth (FE)

Dua tangki FE atau lebih yang dapat dioperasikan secara satu

tangki atau bersamaan dan waktu pergantian dari satu tangki ke tangki

yang lain tidak mengganggu operasi. Mempunyai kapasitas minimal 759

Lbs (± 345 kg) kering atau lebih.

5. STANDARD:

a. Total Water Content max 1,0 ppm (ASTM Method D – 1539)

b. Total Gas Content max 0,025 % (ASTM Method D – 2945)

Gambar 4.2. Mesin filter tampak kiri

Page 44: Laporan Pi

Gambar 4.3. Mesin filter tampak kanan

Gambar 4.4. Mesin filter tampak belakang

Gambar 4.5. Mesin filter tampak depan.

Page 45: Laporan Pi

Langkah kerja filtering on line:

1. Pemanasan

Minyak trafo dipanaskan terlebih dahulu di dalam enam buah pipa

dengan suhu yang mencapai 600 C. Proses ini berguna untuk memisahkan air

dengan minyak, sehingga air berubah menjadi uap air yang dikarenakan titik

didih minyak lebih tinggi daripada titik didih air.

2. Penyaringan pertama

Penyaringan yang pertama dilakukan di degesing hal ini dimaksudkan

untuk menyaring berbagai kotoran-kotoran yang mengendap di dalam minyak

trafo.

3. Penyaringan kedua

Berbeda dengan penyaringan pertama, penyaringan yang kedua

dilakukan di dalam Fuller’s Earth. Penyaringan kembali ini berguna untuk

penyerapan asam yang terdapat dalam minyak trafo.

4. Vakum

Setelah penyaringan yang kedua dilewati, maka minyak trafo

selanjutnya akan di vakum di ruang hampa udara (Vacuum system). Hal ini

berguna untuk menurunkan kandungan air dan gas dari minyak trafo.

Proses sirkulasi tersebut berlangsung terus-menerus hingga mencapai batas

standar minyak trafo yang diinginkan. Lama dari sirkulasi tergantung dari jumlah

minyak trafo yang ada di dalam tangki dan kapasitas alat filtering. Sedangkan trafo

yang di filter mempunyai minyak sejumlah 38.750 liter dan untuk kapasitas alat

sendiri yakni 4.000 liter per jam.

B. Karakteristik Minyak Trafo Sebelum Filtering On Line

Berdasarkan pengujian (karakteristik) minyak trafo yang telah dilaksanakan

pada tanggal 9 Mei 2012, maka diperolehlah karakteristik minyak sebelum di

laksanakan filtering on line sebagai berikut:

Page 46: Laporan Pi

Tabel 4.1. Hasil uji lab minyak trafo sebelum di filter

No Karakteristik Nilai

1 Kandungan Air (ppm) 1,15

2 Kandungan Asam (mgKOH/g) 0,07

3 Kandungan Sedimen (%) 0,021

4 Warna (G.S) 1,9

5 Breakdown Voltage (kV / 2,5 mm) 58

6 IFT (N/cM) 42,9

7 Viscositas 1000 C (cSt) 2,75

8 Flash Point ( 0 C) 162

Berdasarkan tabel diatas dengan membandingkan Standar IEC 60422 Tahun

2005, maka diperoleh dua kondisi yang menunjukkan kualitas minyak trafo serta

tindakan yang mesti dilakukan guna peningkatan kualitas minyak trafo. Sehingga

mampu meningkatkan kembali kinerja pemakaian minyak trafo. Kondisi tersebut

ialah:

1. Bagus.

Hal ini didasarkan pada sejumlah nilai karakteristik yang didapatkan,

yakni kandungan air, kandungan asam, warna, tegangan tembus, tegangan

antar muka, viskositas, dan titik nyala api. Semua karakteristik menunjukkan

keadaan minyak trafo yang bagus, yang ini berarti bahwa minyak trafo masih

layak untuk di gunakan dan trafo juga masih bisa beroperasi; dan

2. Buruk

Hal ini bisa dilihat dari kandungan sedimen (0,021) yang menunjukkan

minyak trafo dalam keadaan buruk, karena diatas standar yang ada yakni

0,02. Kemungkinan yang menjadi penyebab tingginya sediment minyak trafo

ialah banyaknya kotoran-kotoran yang berada dalam minyak trafo, seperti

karbon, sludge (endapan lumpur), arang, dan lain sebagainya. Hal tersebut

Page 47: Laporan Pi

menyebabkan minyak terkontaminasi berlebih. Sehingga hal tersebut

mengharuskan dilakukannya suatu penyaringan guna menghilangkan atau

mengurangi kandungan sediment yang di miliki minyak trafo.

Berdasarkan dua kondisi tersebut, maka penyaringan harus dilakukan dan

filtering on line memungkinkan untuk dilaksanakan. Hal ini guna efektitas kerja trafo

tanpa perlu memutuskan beban atau mematikan sistem operasi trafo.

Meskipun sudah didapatkan karakteristik minyak trafo melalui uji

laboratorium, akan tetapi sebelum dilaksanakan filtering on line dilakukan kembali

uji karakteristik dengan menggunakan metode selisih yang di lampirkan oleh

produsen mesin filter. Cara metode ini ialah dengan menghitung selisih minyak pada

suatu alat ukur, yang selanjutnya dilakukan pembacaan kandungan gas dan kadar air

pada tabel perhitungan kurva (terlampir). Sedangkan tegangan tembus kembali di uji

dengan menggunakan alat uji manual dan pengujian dilakukan sebanyak empat kali.

Gambar 4.6. Alat ukur metode selisih

Page 48: Laporan Pi

Gambar 4.7. Alat uji tegangan tembus manual

Setelah dilakukan penghitungan selisih minyak trafo yakni 1,3 cm dan dengan

melihat tabel perhitungan kurva serta pengujian tegangan tembus sebanyak empat

kali, bisa disimpulkan bahwa minyak trafo mempunyai karakteristik:

Tabel 4.2. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter

No Kondisi Minyak Nilai

1 Kadar air 1,15 ppm

2 Kandungan gas 0,02 %

3 Selisih 1,3 cm

Tabel 4.3. Pengujian tegangan tembus

No Pengujian ke Nilai (KV / 2,5 mm)

1 1 60

2 2 55

3 3 60

4 4 58

Page 49: Laporan Pi

C. Karakteristik Minyak Trafo Sesudah Filtering On Line

Data karakteristik minyak trafo setelah filtering on line sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil uji lab minyak trafo sesudah di filter

No Karakteristik Nilai

1 Kandungan Air (ppm) 2,90

2 Kandungan Asam (mgKOH/g) 0,09

3 Kandungan Sedimen (%) 0,0097

4 Warna (G.S) 1,9

5 Breakdown Voltage (kV / 2,5 mm) 65

6 IFT (N/cM) 32

7 Viscositas 1000 C (cSt) 2,76

8 Flash Point ( 0 C) 164

Sedangkan hasil pengujian karakteristik dengan menggunakan metode selisih:

Tabel 4.5. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter

No Kondisi Minyak Nilai

1 Kadar air 0,44 ppm

2 Kandungan gas 0,02 %

3 Selisih 0,4 cm

Tabel 4.6. Pengujian tegangan tembus

No Pengujian ke Nilai (KV / 2,5 mm)

1 1 63

2 2 67

3 3 69

4 4 66

Page 50: Laporan Pi

D. Analisis Karakteristik Minyak Trafo

1. Hasil Lab

Berdasarkan data yang ada maka diperoleh analisis sebagai berikut:

a. Kandungan air

Setelah dilakukan filtering on line, kandungan air minyak justru

mengalami kenaikan nilai yang berarti mengalami penurunan kualitas.

Hal ini bisa saja terjadi dan kemungkinan yang menjadi penyebabnya

ialah pada saat pengambilan sampel minyak, wadah ataupun minyak

terkontaminasi kembali. Namun kandungan air masih di bawah standar,

sehingga masih bagus untuk digunakan.

Gambar 4.8. Kandungan air

b. Kandungan Asam

Gambar 4.9. Kandungan asam

0123456

Sebelum difilter Sesudah difilter

Kandungan air (ppm)

Standar (Bagus)

00.020.040.060.08

0.10.12

Sebelum difilter Sesudah difilter

Kandungan asam (mgKOH/g)

Standar (Bagus)

Page 51: Laporan Pi

Berdasarkan grafik diatas, kandungan asam mengalami kenaikan

nilai yang ini berarti bahwa penurunan kualitas kandungan asam dari

minyak trafo. Sama halnya dengan kandungan air, kemungkinan yang

menjadi penyebabnya ialah pada saat pengambilan sampel minyak,

wadah ataupun minyak terkontaminasi kembali. Hal tersebut tidak

mempengaruhi kandungan asam yang masih dalam kondisi bagus.

c. Kandungan sediment

Filtering on line telah mampu untuk menurunkan kandungan

sediment yang dimiliki oleh minyak trafo. Yang tadinya minyak trafo

dalam kondisi sedimentasi yang buruk, namun setelah dilakukan

filtering on line kondisi sedimentasi menjadi bagus.

Gambar 4.10. Kandungan sediment

d. Warna

Warna minyak trafo menunjukkan kuning terang, hal ini

dikarenakan minyak trafo mempunyai kandungan sludge-sludge

(kotoran dan endapan). Ini terbukti dari nilai sedimentasi yang diluar

batas kondisi bagus.

Meskipun sudah dilakukan filtering on line, kualitas warna minyak

trafo tidak mengalami perubahan sedikitpun. Namun hal ini dibarengi

juga dengan perbaikan nilai sedimennya. Sehingga minyak trafo masih

bagus dan layak untuk digunakan kembali.

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

Sebelum difilter Sesudah difilter

Sedimen (%)

Standar (Bagus)

Page 52: Laporan Pi

Grafik 4.11. Kualitas warna

e. Tegangan tembus

Tegangan tembus minyak trafo mengalami kenaikan nilai sekaligus

ini juga berarti bahwa minyak trafo telah mengalami peningkatan

tegangan tembusnya. Sehingga minyak trafo mempunyai tegangan

tembus yang tinggi.

Gambar 4.12. Tegangan tembus

f. Tegangan antar muka

Untuk tegangan antar muka (IFT), filtering on line justru

menurunkan kualitasnya. Ini bisa dilihat dari nilai IFT (32) setelah

dilakukan penyaringan, meskipun demikian tidak sampai menurunkan

kondisinya. Karena nilai tersebut masih diatas standar kondisi bagus.

Sehingga minyak trafo masih bisa untuk digunakan.

0

1

2

3

4

Sebelum difilter Sesudah difilter

Warna (G.S)

Standar (Bagus)

0

20

40

60

80

Sebelum difilter Sesudah difilter

Teg. Tembus (kV / 2.5 mm)

Standar (Bagus)

Page 53: Laporan Pi

Gambar 4.13. IFT

g. Viskositas

Penurunan kualitas viskositas minyak trafo terjadi setelah

dilakukan penyaringan, yakni sebesar 0,01. Hal ini bisa saja terjadi,

karena pada saat pengambilan sampel telah memungkinkan minyak

terkontaminasi. Meskipun demikian, minyak trafo masih dalam keadaan

bagus, karena masih dalam nilai standar. Sehingga minyak trafo layak

digunakan kembali, tanpa perlu dilakukan filter kembali.

Gambar 4.14. Viskositas

h. Titik Nyala Api

Titik nyala api minyak trafo jenis Diala B mengalami peningkatan

nilai dan kualitasnya, meskipun kenaikan nilainya hanya sebesar 2

angka.

01020304050

Sebelum difilter Sesudah difilter

IFT (N/cm)

Standar (Bagus)

2.6

2.7

2.8

2.9

3

3.1

Sebelum difilter Sesudah difilter

Viskositas (cSt)

Standar (Bagus)

Page 54: Laporan Pi

Gambar 4.15. Titik nyala api

2. Metode Selisih

a. Kadar air

Kadar air yang dimiliki minyak trafo sebelum penyaringan ialah

sebesar 1,15 ppm, akan tetapi nilai tersebut menurun drastis hingga 0,44

ppm setelah dilakukan filtering on line. Nilai tersebut (0,44) menunjukkan

kadar air dibawah metode ASTM D – 1539 yakni maksimal 1,0 ppm.

Gambar 4.16. Perbandingan kadar air

b. Kandungan Gas

Adanya gas terlarut dan gas bebas dalam minyak trafo dapat

digunakan untuk mengetahui kondisi trafo dalam operasi. Adanya gas

seperti hydrogen (H2), metana (CH4), etana (C2H6), etilen (C2H4) dan

asetilin (C2H2) menunjukkan terjadinya dekomposisi minyak trafo pada

140145150155160165170

Sebelum difilter Sesudah difilter

Flash point (◦ C)

Standar (Bagus)

0

1

2

3

4

5

6

Sebelum difilter Sesudah difilter

Kadar air (ppm)

Standar Pabrik

Standar IEC

Page 55: Laporan Pi

kondisi operasi, sedangkan adanya karbon dioksida (CO2) dan karbon

monoksida menunjukkan kerusakan pada bahan isolasi.

Kandungan gas sebelum dan sesudah filtering on line dalam kondisi

baik, ini dikarenakan nilainya masih dibawah standar (0,025 %) yang

digunakan mesin filter sesuai dengan metode ASTM D – 2945.

Gambar 4.17. Kandungan gas

c. Tegangan Tembus

Berdasarkan grafik dibawah ini, tegangan tembus minyak trafo dalam

keadaan bagus, baik itu sebelum ataupun sesudah dilakukan filtering on

line. Karena nilainya di atas dari standar IEC. Sehingga minyak trafo

masih bisa digunakan.

Gambar 4.18. Tegangan tembus

00.005

0.010.015

0.020.025

0.03

Sebelum difilter Sesudah difilter

Kandungan gas (%)

Standar Pabrik

0

20

40

60

80

Pengujian 1

Pengujian 2

Pengujian 3

Pengujian 4

Sebelum difilter

Sesudah difilter

Standar IEC

Page 56: Laporan Pi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada uraian sebelum-

sebelumnya, maka ada beberapa hal dapat disimpulkan. Diantaranya ialah sebagai

berikut:

1. Minyak trafo yang digunakan di PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon

adalah minyak mineral jenis Diala B;

2. Pengujian kualitas minyak trafo dilakukan setiap satu tahun sekali, ini

berdasarkan preventive maintenance (Suplemen SE. 032).

3. Pengerjaan filtering on line dilakukan karena kandungan sedimen (0.021)

dari minyak trafo melebihi standar yakni 0,02.

4. Berdasarkan standar IEC 60422, minyak trafo harus mempunyai kadar air

kurang dari 5 ppm, kadar asam kurang dari 0.1 mgKOH/g, kandungan

sedimen kurang dari 0.02 %, warna kurang dari 3.5, tegangan tembus

lebih dari 50 kV / 2.5 mm, IFT lebih dari 28 N/cM, viskositas kurang dari

3 cSt, dan flash point lebih dari 150 0 C.

5. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, minyak trafo sebelum disaring

mempunyai kadar air 1.15 ppm, kadar asam 0.07 mgKOH/g, kandungan

sedimen 0.021 %, warna 1.9, tegangan tembus 58 kV / 2.5 mm, IFT 42.9

N/cM, viskositas 2.75 cSt, dan flash point 1620 C.

6. Sesudah minyak trafo disaring mempunyai kadar air 2.9 ppm, kadar asam

0.09 mgKOH/g, kandungan sedimen 0.0097 %, warna 1.9, tegangan

tembus 65 kV / 2.5 mm, IFT 32 N/cM, viskositas 2.75 cSt, dan flash point

1640 C.

7. Berdasarkan hasil pengujian manual dengan metode selisih, minyak trafo

sebelum disaring mempunyai kadar air 1.15 ppm, kandungan gas 0.02 %,

Page 57: Laporan Pi

dan tegangan tembus 233 KV/cm. Sedangkan setelah disaring minyak

trafo mempunyai kadar air 0.04 ppm, kandungan gas 0.007 %, dan

tegangan tembus 265 KV/cm.

8. Proses filtering tidak selamanya memperbaiki kualitas minyak trafo,

karena berdasarkan data diatas ada kualitas minyak trafo yang justru

menurun setelah dilakukan filtering on line. Hal tersebut dimungkinkan

karena lamanya proses penyaringan dan kurang steril-nya wadah

pengambilan sampel minyak, sehingga terkontaminasi kembali.

B. Saran

Dalam pengambilan sampel minyak trafo untuk pengujian harus benar-benar

memperhatikan sterilisasi wadah sampel serta proses pengambilannya. Agar minyak

tidak teroksidasi dan terkontaminasi oleh kandungan-kandungan dari luar. Sehingga

bisa didapatkan hasil pengujian yang benar-benar akurat.

Lamanya penyaringan dan jumlah sirkulasi juga harus benar-benar

diperhatikan, karena akan mempengaruhi kualitas minyak trafo sesudah dilakukan

penyaringan. Ini terbukti dari adanya karakteristik minyak trafo yang menurun

kualitasnya setelah disaring. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih jauh lagi

mengenai hal tersebut, apakah lamanya penyaringan dan jumlah sirkulasi dapat

menurunkan kualitas minyak trafo.

Selain itu proses penuaan dan penurunan kualitas minyak trafo dari tahun ke

tahun juga perlu untuk ditindak lanjuti, sehingga kita bisa memperkirakan usia

pemakaian dari minyak trafo tersebut.

Page 58: Laporan Pi

DAFTAR PUSTAKA

Ansar. (2010). “Isolator Cair”. [Online]. Tersedia:

http://ancharyu.wordpress.com/2010/02/27/isolator-cair/ [25 Agustus 2012]

Budi Prayitno. 2010. Analisa Pemeliharaan Peralatan Utama Sistem Kelistrikan

Universitas Indonesia Kampus Depok. Depok. Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Centre, Knowledge. (2010). “Pengujian Karakteristik Minyak Isolasi Trafo”.

[Online]. Tersedia: http://panellistrikindo.blogspot.com/2010/05/pengujian-

karakteristik-minyak-isolasi.htm [25 Agustus 2012]

Devi Handaya. 2012. Laporan Kerja Praktek:Level Control Baja Cair Pada Mould

di Continous Casting Machine III di Slab Steel Plant II PT. Krakatau Steel-

Cilegon. Bandung. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Pendidikan

Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hardiansyah. 2011. Sistem Pentanahan SUTT 70 kV di UPT Cirebon. Cilegon.

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Rahmat Hardityo. 2008. Deteksi dan Analisis Indikasi Kegagalan Transformator

Dengan Metode Analisis Gas Terlarut. Depok. Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Holong, Modal. (2010). “Analisis Kegagalan Minyak Transformator”. [Online].

Tersedia: http://modalholong.wordpress.com/2010/12/18/analisis-kegagalan-

minyak-transformator/ [25 Agustus 2012]

Irli. -. “Gambaran Umum Perusahaan”. [Online]. Tersedia:

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=66373 [29 Agustus 2012]

Page 59: Laporan Pi

Lailiyana Farida. 2009. Analisis Kualitas Transformator Daya 150 kv/70 kv di GI

Banaran Berdasarkan Hasil Pengujian Isolasi Minyak Menggunakan Metode

Stokastik. Surabaya. Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember.

PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. (2011). “Profil P3B Jawa Bali”. [Online].

Tersedia: www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=62 [28 Agustus 2012]

PT. PLN (Persero). 2010. Company Profile. Jakarta. www.pln.co.id.

PT. PLN (Persero). 2011. Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor:

1470.K/DIR/2011. Jakarta. PT. PLN (Persero).

PT. PLN (Persero). (2011). “Profil Perusahaan”. [Online]. Tersedia:

www.pln.co.id/?p=102 [28 Agustus 2012]

Samuel Panggabean. 2008. Pengaruh Suhu Terhadap Kekuatan Dieletrik Berbagai

Minyak Isolasi Transformator (Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total). Medan.

Departemen Teknik ELektro Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tim Penyusun. (2010). Buku Petunjuk Transformator Tenaga. Jakarta: PT. PLN

(Persero).

Tim Penyusun. (2003). Buku Panduan Pemeliharaan Trafo Tenaga. Jakarta: PT.

PLN (Persero) P3B.

Tim Redaksi. 2008. Sejarah Panjang PLN P3B. PT. PLN (Persero) Penyaluran dan

Pusat Pengatur Beban Jawa Bali. Floeksi, Edisi 40/ Th 4 Oktober 2008.