laporan-pestisida ipb
DESCRIPTION
PestisidaTRANSCRIPT
cdffffffdfreeeeeLAPORAN PRAKTIKUMPESTISIDA DALAM PROTEKSI TANAMAN
PENGUJIAN RACUN KONTAK
Kelompok 3
Penyusun:
Elvina Efendi A34120001Andi M Noor Iksan A34120014Tita Neneng Daniah A34120048Siska Fitri L A34120062Gity Nurul Y A34120076Desi Novita A34120101
Dosen:
Dr. Dra. Endang Ratna
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMANFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia(Djojosumarto 2004). Jika dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu racun perut, racun kontak, dan racun gas. Racun perut adalah jenis pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Racun kontak adalah jenis pestisida yang membunuh hewan sasaran dengan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran nafas. Racun gas yaitu jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan-ruangan tertutup(Soemirat 2005).
Dursban 200EC merupakan Insektisida racun lambung, kontak dan pernafasan, berbentuk pekatan berwarna kuning yang dapat di emulsikan untuk mengendalikan hama pada tanaman tembakau, bawang merah, cabai, jagung, kacang hijau, kacang tanah, kakao, kedelai, kelapa, kelapa sawit, kubis, lada, petsai, tomat dan wortel.
Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorso-ventral. Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum, dilengkapi dengan sepasang mata majemuk dan satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga pasang kaki. Pronotum dan sayap licin, tidak berambut dan tidak bersisik, berwarna coklat sampai coklat tua. Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, 4 (empat) spesies diantaranya umumnya terdapat di dalam rumah yaitu Periplaneta americana(American Cockroach), Blattela germanica (German Cockroach), Blattaorientalis (Oriental Cockroach), dan Supella langipalpa (Brown Banded Cockroach) ke empat species kecoa tersebut dari kapsul telur, nymfa dan dewasanya.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menguji pestisida racun kontak terhadap kecoa dan Tribolium castaneum dengan menggunakan metode topikal dan residu.
BAHAN DAN METODE
Alat dan bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum yaitu: 30 ekor kecoa, 30 ekor Tribolium castaneum, larutan stock, kertas saring, microtiter, microsyringe, Dursban 200 EC (aseton), gelas pipet, pipet, 3 wadah untuk kecoa, 3 cawan petri kaca untuk Tribolium castaneum, biskuit, dan tepung.
Metode
Praktikum pengujian racun kontak dilakukan dengan dua metode.Pertama dilakukan metode topikal dengan 30 ekor kecoa sebagai serangga uji yang dilakukan 3 kali ulangan, setiap ulangan 10 ekor/ wadah. Kedua, metode residu dengan 30 ekor Tribolium castaneum sebagai serangga uji yang dilakukan dengan 3 kali ulangan, setiap ulangan 10 ekor/ cawan petri. Praktikan harus menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum dan mendengarkan penjelasan materi pendahuluan oleh dosen praktikum. Pengujian racun kontak menggunakan metode topikal, yaitu pengujian 1 ekor kecoa dengan perlakuan 1 µℓ larutan. Pertama disiapkan dosis Dursban 200 EC sesuai masing-masing kelompok, yaitu 0,5% 0,4% 0,3% 0,2% 0,1% dan kontrol. Kemudian 30 ekor kecoa dimasukkan dalam 3 wadah, masing-masing wadah berisi 10 ekor kecoa. Kecoa ditetesi larutan stock pada abdomen, dan dimasukkan kembali dalam wadah secara berurutan. Kemudian beberapa biskuit dimasukkan ke dalam wadah sebagai makanan kecoa. Pengamatan dilakukan pada 24, 48 dan 72 Jam setelah pengamatan. Pengujian racun kontak menggunakan metode residu dilakukan pada hama gudang Tribolium castaneum, pada cawan petri dilapisi dengan kertas saring. Kemudian disiapkan dosis Dursban 200 EC sesuai masing-masing kelompok, yaitu 0,5% 0,4% 0,3% 0,2% 0,1% dan kontrol. Lalu ditetesi dengan larutan stock pada kertas saring menggunakan pipet. Setelah itu dibiarkan sedikit menguap supaya keadaan dalam cawan petri tidak terlalu lembab. Lalu 30 ekor Tribolium castaneum dimasukkan dalam 3 cawan petri kaca yang masing-masing berisi 10 ekor. Kemudian tepung terigu dimasukkan dalam cawan petri sebagai makanan Tribolium castaneum. Pengamatan dilakuakan pada 24, 48 dan 72 jam setelah pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Hasil Perhitungan dengan POLO-PC (Serangga uji: Tribolium castaneum)
(C) Copyright LeOra Software 1987
Input file >
input: = uji efektivitas insektisida terhadap Tribolium sp
input: = lima taraf konsentrasi + kontrol
input: = 10 serangga uji per konsentrasi
input: = Data mortalitas 72 jam setelah perlakuan
input: = konsentrasi (%), jml serangga uji, jumlah serangga mati
input: * Tribolium sp
input: 0 30 15
input: 0.1 30 30
input: 0.2 30 30
input: 0.3 30 30
input: 0.4 30 30
input: 0.5 30 30
preparation dose log-dose subjects responses resp/subj
Tribolium castaneum .00000 .000000 30. 15. .500
.10000 -1.000000 30. 30. 1.000
.20000 -.698970 30. 30. 1.000
.30000 -.522879 30. 30. 1.000
.40000 -.397940 30. 30. 1.000
.50000 -.301030 30. 30. 1.000
Number of preparations: 1
Number of dose groups: 5
Do you want probits [Y] ? Is Natural Response a parameter [Y] ? Do you want the likelihood function to be maximized [Y] ? LD's to calculate [10 50 90] > Do you want to specify starting values of the parameters [N] ?
The probit transformation is to be used
The parameters are to be estimated by maximizing the likelihood function
Maximum log-likelihood -20.794415
Parameter standard error t ratio
Tribolium castaneum 8.2089684 3397043.4 .24165038E-05
SLOPE -.10283405E-14 5356571.6 -.19197737E-21
Variance-Covariance matrix
Tribolium castaneum SLOPE
Triboliu .1153990E+14 .1676133E+14
SLOPE .1676133E+14 .2869286E+14
Chi-squared goodness of fit test
preparation subjects responses expected deviation probability
Tribolium castaneum 30. 30. 30.000 .000 1.000000
30. 30. 30.000 .000 1.000000
30. 30. 30.000 .000 1.000000
30. 30. 30.000 .000 1.000000
30. 30. 30.000 .000 1.000000
chi-square .0000 degrees of freedom 3 heterogeneity .00
Index of significance for potency estimation:
g(.90)=1.0000 g(.95)=1.0000 g(.99)=1.0000
"With almost all good sets of data, g will be substantially smaller than
1.0, and seldom greater than 0.4."
- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.
uji efektivitas insektisida terhadap Tribolium castaneum
Tribolium castaneum subjects 150 controls 30
log(L)=-20.79 slope=.000+-5356571.558 nat.resp.=.500+-.000
heterogeneity=.00 g=1.000
Stop - Program terminated.
2. Hasil Perhitungan POLO-PC (Serangga uji: kecoa)
(C) Copyright LeOra Software 1987
Input file >
input: = uji efektivitas insektisida terhadap Kecoa
input: = lima taraf konsentrasi + kontrol
input: = 30 serangga uji per konsentrasi
input: = Data mortalitas 72 jam setelah perlakuan
input: = konsentrasi (%), jml serangga uji, jumlah serangga mati
input: * Kecoa
input: 0 30 16
input: 0.1 30 10
input: 0.2 30 4
input: 0.3 30 16
input: 0.4 30 19
input: 0.5 30 27
preparation dose log-dose subjects responses resp/subj
Kecoa .00000 .000000 30. 16. .533
.10000 -1.000000 30. 10. .333
.20000 -.698970 30. 4. .133
.30000 -.522879 30. 16. .533
.40000 -.397940 30. 19. .633
.50000 -.301030 30. 27. .900
Number of preparations: 1
Number of dose groups: 5
Do you want probits [Y] ? Is Natural Response a parameter [Y] ? Do you want the likelihood function to be maximized [Y] ? LD's to calculate [10 50 90] > Do you want to specify starting values of the parameters [N] ?
The probit transformation is to be used
The parameters are to be estimated by maximizing the likelihood function
Maximum log-likelihood -114.78165
parameter standard error t ratio
Kecoa 5.7114163 2.5943040 2.2015216
SLOPE 16.342845 7.8373417 2.0852536
Variance-Covariance matrix
Kecoa SLOPE
Kecoa 6.730413 20.15535
SLOPE 20.15535 61.42392
Chi-squared goodness of fit test
preparation subjects responses expected deviation probability
Kecoa 30. 10. 16.000 -6.000 .533333
30. 4. 16.000 -12.000 .533333
30. 16. 16.032 -.032 .534406
30. 19. 18.998 .002 .633277
30. 27. 27.000 .000 .900012
chi-square 24.107 degrees of freedom 3 heterogeneity 8.0358
A large chi-square indicates a poor fit of the data by the probit
analysis model. Large deviations for expected probabilities near 0 or 1
are especially troublesome. A plot of the data should be consulted.
See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.
Index of significance for potency estimation:
g(.90)=10.235 g(.95)=18.717 g(.99)=63.048
"With almost all good sets of data, g will be substantially smaller than
1.0, and seldom greater than 0.4."
- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.
Effective Doses
dose limits 0.90 0.95 0.99
LD50 Kecoa .44722
LD95 Kecoa .56386
uji efektivitas insektisida terhadap Kecoa
Kecoa subjects 150 controls 30
log(L)=-114.8 slope=16.343+-7.837 nat.resp.=.533+-.000
heterogeneity=8.04 g=18.717
Stop - Program terminated.
Pembahasan
Pengendalian hama dengan menggunakan insektisida sintetis biasanya dilakukan dengan frekuensi yang tinggi dan dosis yang tinggi, sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif antara lain meninggalkan residu yang berbahaya bagi kesehatan. Baehaki (1993) menyatakan bahwa toksisitas insektisida dapat bertambah bila suatu senyawa lain ditambahkan. Tetapi, tidak selalu bahwa dengan pencampuran beberapa macam insektisida meningkatkan daya kerjanya sehingga menyebabkan mortalitas serangga yang lebih tinggi. Tingginya mortalitas pada serangga setelah perlakuan disebabkan karena tingginya konsentrasi insektisida yang digunakan untuk dapat mematikan hama (Aradila 2009). Penggunaan insektisida untuk mengendalikan serangga hama, dapat dikatakan sudah menjadi kegiatan rutin, yang selalu dibutuhkan jika ada serangga hama yang menyerang tanaman budidaya yang ditanam, baik itu serangan sedikit maupun banyak. Pada praktikum ini, metode yang digunakan untuk pengujian insektisida pada serangga hama ada dua metode yaitu metode aplikasi topikal (tipocal application) dan metode residu. Kedua metode ini termasuk pengujian insektisida racun kontak.
Metode aplikasi topikal adalah metode yang sering digunakan dalam
pengujian insektisida racun kontak terhadap serangga hama. Cara kerja dari metode ini yaitu insektisida dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap dan relatif tidak beracun, kemudian diteteskan pada permukaan tubuh serangga yang akan diuji dan biasanya alat yang digunakan untuk penetesan larutan insektisida yaitu menggunakan mycrosyringe. Penggunaan metode aplikasi topikal ini memudahkan kita dalam mengetahui dengan pasti jumlah insektisida yang digunakan pada tubuh serangga, sehingga hasil pengujian yang diperoleh dapat menberikan keterangan yang jelas mengenai toksisitas kontak suatu insektisida terhadap serangga tertentu. Penggunaan perlakuan insektisida dengan metode aplikasi topikal tidak memungkinkan pada beberapa jenis serangga. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran serangga yang kecil dan cara hidup serangga itu sendiri, misalnya kutudaun dan tungau.
Metode kedua yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode residu. Metode residu dalah metode yang juga termasuk pengujian insektisida racun kontak, yaitu dengan menyebarkan insektisida dalam pelarut tertentu secara rata pada permukaan substrat tertentu. Biasanya metode ini sering digunakan pada berbagai jenis serangga gudang. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah mmengusahankan agar serangga tetap berada dalam keadaan kontak dengan lapisan residu pada permukaan yang diberi perlakuan. Pada kedua metode ini baik metode topikal maupun metode residu insektisida yang digunakan adalah Dursban 200 EC yang berbahan aktif aseton.
Bahan aktif aseton adalah pelarut yang dapat melarutkan lemak, dan sering digunakan sebagai pelarut dalam pengujian toksisitas insektisida, karena selain dapt melarutkan lemak, pelarut ini juga dapt melarutkan lapisan lilin epikutikula sehingga dapat meningkatkan laju penetrasi insektisida. Setiap bagian kultikula pada dasarnya dapat menjadi jalan masuk insektisida. Tetapi laju penetrasi insektisida pada suatu bagian kutikula tergantung dari struktur dan ketebalan kutikula pada bagian tersebut.
Pelakuan insektisida Dursban terhadap 30 jumlah serangga uji yaitu kecoa dan serangga hama gudang genus Tribolium sp. dengan berbagai tingkat konsentrasi yaitu 0 (kontrol), 0.5, 0.4, 0.3, 0.2, 0.1. Percobaan ini menggunakan tiga kali ulangan dari masing-masing perlakuan. Perlakuan dilakukan dengan menggunakan 30 individu kecoa dan 10 individu hama gudang dari genus Tribolium sp.
Hasil praktikum ini menunjukan dosis lethal atau LD50 da LD95 dengan pengolahan data menggunakan program khusus yaitu POLO PC. LD50 untuk kecoa yang didapatkan dari praktikum ini yaitu sebesar 0.447 dan LD95 sebesar 0.563. LD50 untuk kecoa 0.447 artinya pada dosis 0.447 (satuan) Dursban dapat mematikan 50% dari populasi, begitupun untuk LD95 yang artinya pada dosis 0.563 (satuan) dapat mematikan 95% dari populasi kecoa. LD50 dan LD95 untuk Tribolium sp. tidak dapat ditentukan karena pada data hasil praktikum hamper semua Tribolium sp. mati.
PENUTUP
Simpulan
Metode aplikasi topikal (tipocal application) dan metode residu termasuk metode pengujian insektisida racun kontak. Pada metode aplikasi topical LD50 untuk kecoa 0.447 dan LD95-nya 0.563. Pengujian dengan metod residu tidak berhasil mendapatkan LD50 dan LD95 Tribolium sp. karena hamper semua serangga uji mati
DAFTAR PUSTAKA
Aradilla, A.S. 2009. Uji Efektifitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba (Azadirachta indica) Terhadap Larva Aedes aegepty. Laporan Akhir Penelitian Universitas Diponegoro.
Baehaki. 1993. Dalam Prananingrum, P., W.D. Arini, U. Husnaa, R. Kartikasari dan M. Shofi. Peningkatan Efektifitas Insektisida Nabati dalam Membasmi Ulat Grayak (Spodoptera litura).http://karya-ilmiah.um.ac.id/. 26 Februari 2015.
Djojosumarto P. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Soemirat J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.