laporan pengaruh hormon terhadap pemanjangan jaringan

Upload: poufizh

Post on 09-Oct-2015

213 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

laporan praktikum fisiologi tumbuhan

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas dari

    pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Hormon dibutuhkan

    dalam jumlah yang sedikit, tetapi akan merusak jika ada dalam mumlah yang banyak.

    Konsentrasi hormon yang amat rendah pada tumbuhan maka hormon pertama yang

    ditemukan yaitu asam indolasetat baru dapat diketahui. Hormon dapat menyebabkan

    begitu banyak respon, bila diberikan dari luar kepada tumbuhan, maka oleh banyak orang

    hormon itu dianggap sebagai satu-satunya hormon tumbuh (Sasmita, 1996).

    Pertumbuhan tidak pernah lepas dari peranan hormon yang berfungsi

    mempercepat pertubuhan dan memperlambat atau menghambat kerja hormon yang lain.

    Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat memacu, karena proses seperti

    pertumbuhan atau differensiasi kadang mlahan terhambat oleh hormon, terutama oleh

    asam absisat. Karena hormon harus disintesis oleh tumbuhan, maka ion anorganik seperti

    K+

    atau CA2+

    yang dapat juga menimbulkan respon penting, dikatakan bukan hormon. Zat

    pengatur tumbuh organik (misalnya 2,4 D, sejenis auksin) atau yang disintesis organisme

    selain tumbuhan, juga bukan hormon. Batasan tersebut menyatakan bahwa hormon harus

    dapat dipindahkan di dalam tubuh tumbuhan.

    Saat ini makin banyak hormon yang telah diketahui efek serta konsentrasi

    endogennya, maka akan diketahui beberapa hal antara lain, setiap hormon mempengaruhi

    respon pada banyak bagian tumbuhan dan respon itu bergantung pada spesies, bagian

    tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon yang

    diketahui, dan berbagai faktor lingkungan. Oleh karena itu, efek hormon tidak selalu

    berlaku umum pada proses pertumbuhan dan perkembangan suatu organ atau jaringan

    tumbuhan tertentu.

    Dari latar belakang diatas maka kami melakukan percobaan tentang Pengaruh

    Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan Akar Dan Batang Kecambah Jagung.

  • B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

    Bagaimana pengaruh hormon AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm terhadap pemanjangan

    jaringan akar dan batang jagung ?

    C. Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan praktikum ini adalah :

    Mengetahui pengaruh hormon AIA, 2.4 D dan NAA 1 ppm terhadap pemanjangan

    akar dan batang jagung.

  • BAB II

    KAJIAN TEORI

    Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas dari

    pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Penggunaan istilah

    "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada

    hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli

    berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon

    endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan

    pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen,

    diberikan dari luar sistem individu). Para ilmuwan sendiri lebih sering menggunakan istilah

    zat pengatur tumbuh atau plant growth regulator. Hormon juga dapat didefinisikan sebagai

    senyawa non hara, disintesis oleh tumbuhan di suatu bagian tumbuhan tertentu, lalu

    ditransport atau diedarkan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan tenpat hormone tersebut

    dibutuhkan. Tidak hanya satu jenis hormone saja yang berpengaruh terhadap proses

    pertumbuhan tetapi banyak jenis hormone lain yang berperan dalam pertumbuhan (Sasmita,

    1996).

    Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi

    sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila

    konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif

    akan mulai ekspresi (Soewardiati, 1991).

    Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi

    dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.

    Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian

    dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama

    dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup

    pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman

    terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan

    kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu

    berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah

    musiman. Hormonhormon tersebut antara lain auksin, giberelin, sitokinin dan asam abisat

    (Sallisbury, 1995).

  • 1. Auksin

    Istilah auksin ( dari bahasa Yunani auxien, meningkatkan ) pertama kali

    digunakan oleh Frits Went,seorang mahasiswa pascasarjana di negeri Belanda pada tahun

    1926 yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat diketahui mungkin

    menyebabkan pembengkokan ini, yang disebut fototropisme. Senyawa yang ditemukan

    Went didapati cukup banyak di ujung koleoptil dan menunjukkan upaya Went untuk

    menjelaskan hal tersebut. Hal penting yang ingin diperlihatkan bahwa bahan tersebut

    berdifusi dari ujung koleoptil menuju ptongan kecil agar. Aktivitas auksin dilacak melalui

    pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang

    ditempeli potongan agar (Sallisbury, 1995).

    Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indolasetat (IAA) dan

    beberapa ahli fifiologi masih menyamakan IAA dengan auksin. Namun, tumbuhan

    mengandung tiga senyawa lain yang srukturnya mirip dengan IAA dan menyebabkan

    banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai

    hormon auksin. Salah satunya adalah asam 4- kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang

    ditemukan pada biji muda berbagai jenis kacang-kacangan. Yang lainnya asam fenilasetat

    (PAA) ditemui pada banyak jenis tumbuhan dan sering lebih banyak jumlahnya daripada

    IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon khas IAA (Wightman dan

    Lighty, 1982; Leuba dan Le Torneau, 1990). Yang ketiga asam indobutirat (IBA) yang

    ditemukan belakangan semula diduga hanya merupakan auksin tiruan yang aktif namun

    ternyata ditemukan daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil sehingga barangkali

    zat tersebut tersebar luas pada dunia tumbuhan (Sallisbury, 1995).

    Secara kimia, IAA mirip dengan asam amino triptofan dan barangkali memang

    disintesis dari triptofan. Ada dua mekanisme sintesis yang dikenal dan keduanya meliputi

    pengusiran gugus asam amino dan gugus karboksil akhir dari cincin samping triptofan.

    Ada dua proses lain untuk menyingkirkan IAA yang bersifat merusak. Yang pertama

    meliputi oksidasi dengan O2 dan hilangnya gugus karboksil sebagai CO2. hasilnya

    bermacam-macam tapi biasanya yang utama adalah 3-metilenoksindol. Enzim yang

    mengkatalisis reaksi ini adalah IAA oksidase. Terdapat beberapa isozim bagi IAA

    oksidase, dan semuanya atau hampir semuanya sama dengan peroksidase yang berperan

    dalam lignin (Sallisbury, 1995).

  • Gambar Asam indol asetat (IAA).

    Selain IAA (asam indol-3-asetat) terdapat pula beberapa jenis auksin yang telah

    diidentifikasi yaitu Asam Naftalenasetat (NAA), asam indobultirat (IBA), asam 2,4

    diklorofenioksi asetat (2,4D) dan asam 2 metil 4 klorofenoksiaetat (MCPA) (Sallisbury,

    1995)..

    Gambar Asam alfa naftalinasetat (NAA)

    Gambar asam 2,4 diklorofenioksi asetat (2,4D)

  • 2. Giberelin

    Giberelin ditemukan pertama kali di jepang saat mempelajari tumbuhan padi yang

    tumbuh tinggi secara tidak wajar. Saat ini lebih dari 60 jenis giberelin telah diidentifikasi

    dari berbagai jamur dan tumbuhan, tetapi tidak satu pun yang mengandung lebih dari 15

    macam giberelin dalam satu individu, bahkan beberapa spesies hanya mengandung

    beberapa macam giberelin saja. Giberelin diasa disingkat GA, untuk membedakan antara

    giberelin satu dengan yang lainnya digunakan tanda GA1, GA2, GA3 dan seterusnya.

    Diantara semua jenis hormone giberelin yang ditemukan, hormone giberelin GA3

    merupakan yang paling banyak digunkana dibandingkan hormone giberelin yang lain

    (Sallisbury, 1995).

    3. Sitokinin

    Sitokinin yang paling banyak dideteksi dan secara fisiologi paling aktif pada berbagai

    tumbuhan yaitu zeatin, dihidrozeati dan isopentenil adenine. Zeatin ribose merupakan

    sitokinin yang paling banyak dijumpai pada tumbuhan. Sitokinin jugan dijumpai pada

    lumut, diatomae, ganggang coklat dan ganggang merah.Fungsi utama sitokinin adalah

    merangsang pembelahan sel (Sallisbury, 1995).

    Penggunaan hormon atau zat tumbuh untuk mengatur pertumbuhan telah

    dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Seperti menghambat pertunasan pada umbi-umbian,

    memacu pertumbuhan akar pada proses setek, memepertahankan buah agar tidak lekas gugur

    atau masak dengan menggunakan hormon auksin serta memperbanyak tumbuhan dengan

    teknik kultur jaringan dengan menggunakan kombinasi hormone auksi dan sitokinin pada

    medium penumbuhan (Soerodikosoemo, 1993).

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian ekperimental, karena penelitian ini

    dilakukan di laboratorium, untuk menjawab rumusan masalah, dan dalam penelitian ini

    terdapat variabel manipulasi , variabel control dan variabel respon.

    B. Variabel Penelitian

    Variabel Kontrol : panjang koleoptil dan akar primer jagung

    Variabel Manipulasi : jenis larutan (larutan AIA, larutan 2,4 D, larutan NAA 1 ppm

    dan air suling)

    Variabel Respon : perubahan panjang koleoptil dan akar primer jagung

    C. Alat dan Bahan

    Alat

    - Cawan Petri

    - Silet tajam

    - Penggaris

    Bahan

    - Kecambah jagung umur 5 hari. Dibuat potongan koleoptil dan akar primer dengan

    panjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari kotiledon.

    - Larutan AIA, larutan 2,4 D dan larutan NAA 1 ppm.

    D. Langkah Kerja

    1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

    2. Menyediakan potongan koleoptil dan akar primer unrtuk tiap-tiap perlakuan sebanyak

    5 potong.

    3. Mengisi cawan Petri dengan larutan AIA 1 ppm sebanyak 10 ml, kemudian

    merendam potongan jaringan tersebut (akar dan batang), melakukan hal yang sama

    untuk larutan 2,4 D, larutan NAA 1 ppm dan air suling. Menutup cawan Petri dan

    membiarkan selama 48 jam.

    4. Melakukan pengukuran kembali terhadap potongan akar dan batang jagung.

  • E. Rancangan Percobaan

    Koleoptil

    Kecambah jagung

    berumur 5 hari

    Radikula

    Memotong radikula dan

    koleoptil sepanjang 5 mm

    Mengisi cawan Petri dengan

    10 ml larutan AIA, NAA, 2,4 D AIA NAA 2,4 D air suling

    dan air suling

    Merendam potongan jaringan

    jagung selama 48 jam

    Melakukan pengukuran kembali

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Hasil dari percbaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

    Tabel Pengaruh Hormon terhadap Pemanjangan Jaringan

    Perlakuan

    Panjang Koleoptil Panjang Akar Primer

    Panjang

    Awal

    (mm)

    Panjang

    Akhir

    (mm)

    Rata-rata

    Panjang

    Akhir

    (mm)

    Panjang

    Awal

    (mm)

    Panjang

    Akhir

    (mm)

    Rata-rata

    Panjang

    Akhir

    (mm)

    AIA

    5 8

    8

    5 8

    7,8

    5 8 5 7

    5 9 5 8

    5 8 5 8

    5 7 5 8

    2,4 D

    5 7

    6,2

    5 6

    6,2

    5 6 5 6

    5 6 5 6

    5 6 5 7

    5 6 5 6

    NAA

    5 5

    6

    5 6

    6

    5 7 5 6

    5 6 5 6

    5 6 5 6

    5 6 5 6

    Air

    Suling

    5 5

    5,4

    5 5

    5,2

    5 5 5 5

    5 6 5 6

    5 5 5 5

    5 6 5 5

  • Histogram Pengaruh Hormon terhadap Pemanjangan Jaringan

    Keterangan:

    X : Perlakuan : Akar Primer

    Y ; Rata-rata Ppanjang akhir (mm) : Koleoptil

    B. Analisis Data

    Berdasarkan tabel hasil pengamatan dan histogram pada percobaaan diatas

    dapat diperoleh hasil bahwa hormon dapat mempengaruhi pemanjangan jaringan akar

    dan batang tumbuhan jagung. Berdasarkan kecepatan pengaruh hormon pada jaringan

    akar dan batang, yang besarnya dapat dilihat dari nilai rata-rata pertambahan panjang

    jaringan setelah dilakukan perendaman selama 48 jam, dapat diketahui bahwa hormon

    yang paling berpengaruh adalah hormon AIA (auksin).

    Akar

    Pada perendaman akar yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm dari kotiledon

    diperoleh hasil, pada larutan IAA/AIA perendaman yang dilakukan pada 5 buah akar

    mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 2,8 mm. Pada larutan 2,4 D

    perendaman yang dilakukan pada akar mengalami pertambahan panjang dengan rata-

    rata 1,2 mm. Pada larutan NAA perendaman yang dilakukan pada akar mengalami

    pertambahan panjang dengan rata-rata 1 mm. Pada larutan aquades perendaman yang

    dilakukan pada akar mengalami pertambahan panjang rata-rata 0,2 mm.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    AIA 2,4 D NAA Air Suling

  • Batang

    Pada perendaman batang yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm dari

    kotiledon diperoleh hasil, pada larutan IAA/AIA perendaman yang dilakukan pada 5

    buah batang mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 3 mm. Pada larutan

    2,4 D perendaman yang dilakukan pada batang mengalami pertambahan panjang

    dengan rata-rata 1,2 mm. Pada larutan NAA perendaman yang dilakukan pada batang

    mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 1 mm. Pada larutan aquades

    perendaman yang dilakukan pada batang mengalami pertambahan panjang rata-rata

    0,4 mm.

    Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa hormon yang paling berpengaruh

    terhadap pemanjangan jaringan adalah hormon AIA dan kemudian secara berurutan

    2,4 D, NAA, dan aquades sebagai pembanding.

    C. Pembahasan

    Pada praktikum kami menggunakan jaringan akar dan batang dari kecambah

    jagung yang berumur 5 hari dan dipotong 5 mm dari kotiledon yang direndam selama

    2 hari dengan menggunakan hormon IAA, 2,4 D, NAA, dan aquades.

    Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa macam hormon dapat

    mempengaruhi pemanjangan akar dan batang. Besar kecilnya tersebut dapat dilihat

    dari nilai rata-rata pertambahan panjang jaringan pada masing-masing rendaman. Dari

    keempat rendaman yang menggunakan IAA, NAA, 2,4 D dan aquades nilai rata-rata

    pertambahan panjang untuk akar berturut-turut adalah 2,8 mm, 1,2 mm, 1 mm, dan

    0,2 mm. Sedangkan pertambahan panjang untuk batang rata-rata adalah 3 mm, 1,2

    mm, 1 mm, dan 0,4 mm.

    Dari nilai-nilai tersebut dapat diketahui bahwa hormon yang paling besar

    pengaruhnya terhadap pertambahan panjang batang maupun akar adalah IAA dan

    secara berurutan 2,4 D, NAA dan aquades.

    IAA

    Pada akar dan batang yang diberi hormon IAA menunjukkan pertumbuhan

    yang lebih besar karena IAA adalah hormon auksin alami yang dihasilkan dipucuk

    dan juga pada batang, aktivitas auxin, Menurut Koeffli, Thimann dan went (1966),

    aktivitas IAA ditentukan oleh a. adanya struktur cincin yang tidak jenuh. b. adanya

  • rantai keasaman (acid chain). c. pemisahan karboksil grup (-COOH) dari struktur

    cincin. d. Adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman.

    Persyaratan diatas merupakan faktor yang menentukan terhadap aktivitas IAA.

    Tentang sifat dari rantai keasaman, Koeffli (1966) menerangkan bahwa posisi dan

    panjang rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas IAA. Rantai yang

    mempunyai karboksil grup dipisahkan oleh karbon atau karbon dan oksigen akan

    memberikan aktivitas yang normal dan akan berjalan optimum jika 4 hal diatas

    terpenuhi.

    Arti IAA bagi fisiologi tanaman.IAA sebagai salah satu hormon tumbuh bagi

    tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

    Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap : a.

    Pengembangan sel. b. Phototropismec. c. Geotropisme Apical dominasie. d.

    Pertumbuhan akar (root initiation). e. Parthenocarpyg abisissionh.

    Pengembangan sel dari hasil studi tentang pengaruh IAA terhadap

    perkembangan sel, menunjukan bahwa terdapat indikasi yaitu IAA dapat menaikkan

    tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan

    pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan

    plastisitas dan pengembangan dinding sel. Dalam hubungannya dengan permeabilitas

    sel, kehadiran auxin meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel. Hal inilah yang

    menyebabkan pertambahan panjang pada batang dan akar lebih besar.

    NAA dan 2,4 D

    NAA dan 2,4 D merupakan hormon sintetik yang dibuat oleh ahli kimia dan

    mampu menyebabkan respon fisiologis seperti IAA sehingga menyebabkan

    pertambahan panjang pada akar dan batang. Kedua hormon tersebut juga memiliki

    sebuah gugus karboksil yang menempel pada gugus lain yang mengandung karbon

    dan akhirnya akan berhubungan dengan cincin aromatik. NAA lebih mirip dengan

    IAA yaitu memiliki 2 cincin aromatik sedangkan 2,4 D hanya memiliki satu cincin

    aromatik.

    Air

    Jaringan akar (radikula) dan batang (koleoptil) yang direndam aquades

    mempunyai nilai pertambahan panjang rata-rata paling rendah. Hal itu disebabkan

    karena aquades bukan merupakan hormon pertumbuhan yang menyebabkan

  • pengenduran dinding sel sehingga pertambahan panjang jaringan hanya disebabkan

    oleh peristiwa osmosis yang akan berhenti jika CIS dan CES dalam keadaan seimbang

    dan dinding akan menegang sehingga pertambahan jaringan rendah batang (koleoptil).

    D. Diskusi

    Pertanyaan :

    Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormon tumbuh terhadap jaringan

    akar dan batang. Samakah pengaruhnya? Kemukakan teori pendukung yang dapat

    menjelaskan terjadinya gejala-gejala tersebut.

    Jawaban :

    Penggunaan berbagai macam hormon tumbuh memilki pengaruh yang sama pada

    tumbuhan yaitu pemanjangan jaringan. Hormon tumbuh yang mempengaruhi

    pertumbuhan dan perkembangan tumbuh adalah hormon IAA dan terdapat senyawa

    sintetik lainnya yang serupa dengan senyawa IAA dan mempengaruhi pemanjangan

    jaringan yaitu hormon NAA, 2,4 D dan sintetis lainnya. Semua hormon tersebut

    mempunyai struktur kimia yang sama dengan auksin yaitu berupa senyawa berbentuk

    cincin aromatik tetapi mengandung ikatan lain yang berbeda. Pada 2,4 D terikat unsur

    Cl disamping terikat gugus asetat. NAA lebih mirip dengan IAA yaitu memiliki 2

    cincin aromatik sedangkan 2,4 D hanya memiliki satu cincin aromatik.

  • BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan

    bahwa pada hormon AIA, NAA dan 2,4 D memberikan pengaruh terhadap

    pemanjangan jaringan akar dan batang pada kecambah jagung yang berumur 5 hari.

    Batang yang direndam dalam AIA menunjukkan pertambahan panjang lebih besar

    daripada hormon yang lain (2,4 D, NAA) atau dengan aquades. Begitu pula dengan

    radikula yang diberi hormon AIA memiliki pertambahan panjang lebih besar daripada

    hormon yang lain (2,4 D, NAA) atau dengan aquades.

    B. Saran

    Saran yang dapat praktikan berikan untuk praktikan lain yang akan melakukan

    percobaan yang sama antara lain;

    1. Telitilah saat memotong jaringan, agar potongan jaringan yang diperoleh

    memilki panjang yang sama,

    2. Lakukan pengukuran pada interval waktu yang sama pada tiap perlakuan,

    3. Telitilah saat melakukan pengukuran setelah perlakuan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Sallisbury, Frank B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB

    Sasmita Mihardja, Dradjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung ITB.

    Soerodikosoemo, Wibisono dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Sri Rahayu, Yuni dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya

    Soewardiati. 1991. Biologi Umum. Surabaya : Unipress IKIP Surabaya.

  • Akar Primer

    AIA

    2,4 D

    NAA

    Air Suling

  • Batang

    AIA

    2,4 D

    NAA

    Air Suling