laporan pendahuluan sirosis hepatis dan batu ginjal.docx
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
1/15
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS
A. Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun
pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul
kekacauan dalam susunan parenkim hati.
B. Etiologi
Malnutrisi
Alkoholisme
Virus hepatic
Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatica
Penyakit Wilson
Hemokromatosis
Zat toksik
C. Tanda dan Gejala
Anoreksia, mual, muntah, dan diare
Demam, berat badan menurun, lekas lelah
Asites, hidrotoraks, dan edema
Ikterus, kadang-kadang urine menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan
Hepatomegali
Kelainan pembuluh darah; kolateral didinding abdomen dan toraks, kaput medusa, wasir, dan
varises esophagus.
Kelainan endokrin: Impotensi, atrofi testes, ginekomasti, hilangnya rambut aksila dan pubis,
amenore, hiperpigmentasi areola mamae, spider nevi dan eritema, hiperpigmentasi.
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
2/15
D. Patofisiologi
Pada penyakit hepar kronik seperti sirosis hati (hati yang mengecil dan mengeras)
maka akan terjadi penurunan aliran darah porta ke hepar yang dapat dikenali dengan CDFI.
Hal ini akan diimbangi oleh peningkatan aliran darah arteri hepatika yang berkelok-kelok dan
melebar serta bervelositas tinggi. Juga penyempitan cabang-cabang vena hepatika dan
perubahan bentuk gelombang Dopplernya dapat dengan jelas terlihat pada alat deteksi itu.
Gambaran USG pada sirosis hepatis nilai akurasi diagnosis USG tersebut mencapai 85-
95%. Meskipun gambaran USG sirosis hepatis kadang-kadang sulit dibedakan dengan
gambaran fatty liver stadium lanjut atau gambaran suatu hepatitis kronik aktif, tetapi dengan
mencari tanda-tanda penyerta lainnya yang biasa dijumpai pada sirosis hepatis maka pada
umumnya diagnosisnya dapat ditegakkan dengan pasti.
Keadaan penyerta yang sering dijumpai pada sirosis hepatis adalah adanya asites
(cairan didalam rongga perut), splenomegali (limpa membesar), dan terjadinya kolateral
portositemik pada keadaan hipertensi portal yang selalu mendapat perhatian dari klinisi.
Karena keadaan ini sering menyebabkan suatu perdarahan gastro-intestinal (perdarahan
saluran cerna) yang sering menyebabkan peningkatan angka kematian.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: albumin serum, globulin, bilirubin direk dan indirek, enzim
kolinesterase
SGOT, SGPT
F. Penatalaksanaan
Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam.
Diet rendah protein
Antibiotik untuk mengatasi infeksi
Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu pemberian asam amino esensial berantai cabang dan
glukosa
Roboransia vitamin B komplek
Penatalaksanaan asites dan edema adalah:
Istirahat dan diit rendah garam
Bila dengan istirahat dan diit rendah garam tidak dapat teratasi, diberikan pengobatan diuretic
berupa spironolakton 50-100 mg/hari.
Bila terjadi asites refrakter, dilakukan terapi parasentesis.
Pengendalian cairan asites.
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
3/15
Asuhan keperawatan
Proses Keperawatan
Untuk melaksanakan asuahan keperawatan digunakan suatu pendekatan proses keperawatan
yang terdiri dari langkah - langkah ilmiah yaitu : Pengkajian, Dampak kebutuhan dasarmanusia (KDM), Diagnosa keperawatan, Intervensi, Implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor
pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping
asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita. Pola penggunaan
alkohol yang sekarang dan pada masa lampau(durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat.
Riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau selama melakukan aktivitas.
Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat hepatotoksin atau dengan obat-obat anastesiumum. Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi
terhadap orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk
melaksanakan pekerjaan atau kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status
jasmani dan rohani.
Data pengkajian menurut Doenges ME. dkk (2000) pada pasien yang mengalami Sirosis
Hepatis adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan,kelelahan,terlalu lelah
Tanda : Penurunan massa otot
b. Eliminasi
Gejala : Flatus
Tanda : Distensi abdomen, penurunan atau tidak adanya bising usus, fase warna tanah liat,
melena, dan urine gelap.
c. Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia; mual /muntah
Tanda : Penurunan berat badan atau peningkatan , penggunaan jaringan, edema umum pada
jaringan,kulit kering, Ikterik.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadram kanan atas; Pruritus; Neuritis
perifer.
Tanda : Perilaku berhati-hati; focus pada diri sendiri.
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
4/15
e. Keamanan
Gejala : Pruritus
Tanda : Demam; Ikterik; Ekimosis; Angioma Spider.
f. Pernapasan
Gejala : Dispnea
Tanda : Pernapasan dangkal; Ekspansi paru terbatas; Hipoksia.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kemunduran keadaan umum,
pelisutan otot dan gangguan rasa nyaman.
2. Perubahan status nutrisi berhubungan dengan gastritis kronis, penurunan motilitas
gastrointestinal dan anoreksi.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status imunologi, edema dan
nutrisi yang buruk.
4. Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta nyeri
tekan dan asites
3. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan badan
Tujuan :
Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas
Intrvensi Rasional
1. Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi
protein(TKTP)
2. Berikan suplemen vitamin (A,B
kompleks, C dan K)
3. Beri motivasi pasien untuk
melakukan latihan yang diselingi
1. Memberikan kalori bagi tenaga dan
protein bagi proses penyembuhan.
2. Memberikan nutrient tambahan.
3. Menghemat tenaga pasien sambil
mendorong pasien untuk melakukan
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
5/15
istirahat
4. Motivasi dan Bantu pasien untuk
melakukan latihan dengan periodewaktu yang ditingkatkan secara
bertahap.
latihandalam batas toleransi pasien.
4. Memperbaiki perasaan sehat secara
umum dan percaya diri.
2. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan gastrointestinal.
Tujuan : Perbaikan status nutrisi.
Intrvensi Rasional
1. Beri motivasi pasien untuk
makan makanan dan suplemen
makanan
2. Tawarkan makan makanan
dengan porsi sedikit tetapi sering
3. Pantang alcohol
4. Pelihara hygiene oral sebelum
makan
1. Motivasi sangat penting bagi penderita
anoreksia dan gangguan gastrointestinal.
2. Makanan dengan porsi kecil dan sering
lebih ditolerir oleh penderita anoreksia
3. Menghilangkan makanan dengan kalori
kosong dan menghindari iritasi lambungoleh
alkohol
4. Mengurangi citarasa yang tidak enak dan
merangsang selera makan.
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
6/15
LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL
1. Deifnisi
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra.Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke
saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo,
2000, hal. 68-69).
2. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik.
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperature
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapatmeningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
7/15
3. PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan
dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinyakristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan
kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin
dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi
batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya
kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida
dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka
akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis batu
merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh
ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam
urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi
batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar
75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi
tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada
pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi
instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine
dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat.Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
8/15
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagaipenghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan
oksalat.
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea
(uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan
Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat
(MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat).Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari
atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
Ion-ion yang berada pada di dalam saluran kemih yang berperan dalam pembentukan buli-
buli antara lain :
a. Kalsium
Kalsium adalah ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium plsma yang terionisasi dan
siap difiltrasi di glomerulus.
b. Oksalat
Oksalat adalah produk sampah metabolisme dan relatif Insolubel. Normalnya sekitar 10-50 %
oksalat yang ditemukan di urin berasal dari diet.Sebagian besar adalah hasil metabolisme.
c. Fosfat
Fosfat adalah buffer penting dan mengkompleks dengan kalsium dalam urin. Merupakan
komponen kunci batu kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat. Ekskresi fosfat urin
pada dewasa normal berkaitan dengan jumlah fosfat diet ( khususnya dalam daging dairy
product dan sayuran ).
d. Asam urat
Asam urat adalah sampah metabolisme urin. Pka asam urat adalah 5,75. Asam uarat yang
tidak trdisosiasi akan dominan pada Ph dibawahnya.
e. Sodium
Walaupun bukan merupakan konstituen utama batu saluran kemih, sodium memainkan
peranan yang sangat penting dalaqm regulasi kristalisasi garam kalsium.
f. Sitrat
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
9/15
Sitrat sangat berpengaruh dalam hal pembentukkan batu kalsium. Defigiensi sitrat pada
umumnya dikaitkan dengan pembentukan batu pada penderita diare kronik, asidosis tubular
renal tipe 1 ( defek tubular distal ) dan pada penderita yang mengalami terapi tiazid jangka
lama.
g. MagnesiumDefisiensi magnesium diet berhubungan dengan peningkatan insiden batu saluran kemih.
Magnesium adalah salah satu komponen batu struvit.Kekurangan magnesium diet telah
terbukti bisa menyebabkan peningkatan pembentukan batu kalsium oksalat dan kristaluria
kalsium oksalat.
h. Sulfat
Sulfat urin membantu mencegah pembentukan batu saluran kemih. Karena bisa membentuk
kompleks dengan kalsium, sulfat ini berperan terutama sebagai komponen protein urin,
seperti kondritin sulfat dan heparin sulfat.
4. Tadan dan gejala
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan
muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan
perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks
dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak
dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar
kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin
yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan
kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1
cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat ataudihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik dan lancar.
( Brunner and Suddarth. 2001).
5. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan Sectio Alta
a. Pre operasi
1. observasi tanda- tanda vital
2. Beri penjelasan tentang penyakit
3. berikan obat analgesik dan antibiotik
b. Pasca operasi
1. Observasi tanda- tanda vital
2. Infus diteruskan dengan komposisi 2 garam fisiologis dan dextrose 5% dalam 24 jam
sampai makan peroral dapat dimulai
3. Bising usus mulai terdengar dapat dimulai minum sedikit- sedikit ( 3 sendok makan
perjam )
4. Bila flatus sudah terjadi dan perut tidak kembung, maka makan cair dapat dimulai
5. Fisioterapi dapat dimulai segera pasca operasi
6. Pemberian anti biotik, ampisilin 3 x 1 gram dan analgesik 3 x 500 mg
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
10/15
6. Pemeriksaan Diagnostik.
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah :
a. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
b. Foto KUBMenunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
c. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
d. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
e. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
f. IVP ( intra venous pylografi ) :
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi
kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
g. Vesikolitektomi ( sectio alta ):
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal. Prosedur menghancurkan batu ginjal
dengan gelombang kejut.
i. Pielogram retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium,
asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayatdiet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam
keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu
kandung kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al. 2001)
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
11/15
Asuhan Keperawatan
1). Pengkajian
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik: berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000)
riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
Aktivitas/istirahat:
Gejala : Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah
baring lama)
Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
Eliminasi
Gejala : Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
Penurunan volume urine
Rasa terbakar, dorongan berkemih
Diare
Tanda : Oliguria, hematuria, piouria
Perubahan pola berkemih
Makanan dan cairan:
Gejala : Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
Muntah
Nyeri dan kenyamanan:
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
12/15
Gejala : Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu
ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda : Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
Keamanan:
Gejala : Penggunaan alkohol
Demam/menggigil
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala : Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
2). Diagnosa Keperawatan
Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.
Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter,
obstruksi mekanik dan peradangan.
Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan
pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan
atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya
informasi yang ada.
3). Intervensi Keperawatan
Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.
No Intervensi Rasional
1 Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri
(skala 1-10) dan penyebarannya.
Perhatiakn tanda non verbal seperti:
peningkatan TD dan DN, gelisah,
meringis, merintih, menggelepar.
Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering
menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia
sehubungan dengan proksimitas pleksus sara
dan pembuluh darah yang menyuplai area
lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
13/15
menimbulkan gelisah, takut/cemas.
2 Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya
melaporkan kepada staf perawatan
setiap perubahan karakteristik nyeri
yang terjadi.
Melaporkan nyeri secara dini memberikan
kesempatan pemberian analgesi pada waktu
yang tepat dan membantu meningkatkan
kemampuan koping klien dalam menurunkan
ansietas.3 Lakukan tindakan yang mendukung
kenyamanan (seperti masase
ringan/kompres hangat pada punggung,
lingkungan yang tenang)
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
ketegangan otot
4 Bantu/dorong pernapasan dalam,
bimbingan imajinasi dan aktivitas
terapeutik
Mengalihkan perhatian dan membantu
relaksasi otot
5 Batu/dorong peningkatan aktivitas
(ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai
asupan cairan sedikitnya 3-4 literperhari dalam batas toleransi jantung.
Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat
meningkatkan lewatnya batu, mencegah
stasis urine dan mencegah pembentukan batuselanjutnya.
6 Perhatikan peningkatan/menetapnya
keluhan nyeri abdomen.
Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan
perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area
perrenal, hal ini merupakan kedaruratan
bedah akut.
7 Kolaborasi pemberian obat sesuai
program terapi:
Analgetik,
Antispasmodik,
Kortikosteroid
Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan
selama episode akut untuk menurunkan kolik
ureter dan meningkatkan relaksasi
otot/mental
Menurunkan refleks spasme, dapatmenurunkan kolik dan nyeri.
Mungkin digunakan untuk menurunkan
edema jaringan untuk membantu gerakan
batu.
8 Pertahankan patensi kateter urine bila
diperlukan
Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan
risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi
Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
No Intervensi Rasional
1 Awasi asupan dan haluaran,
karakteristik urine, catat adanya
keluaran batu
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
adanya komplikasi. Penemuan batu
memungkinkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi
2 Tentukan pola berkemih normal
klien dan perhatikan variasi yang
terjadi
Batu saluran kemih dapat menyebabkan
peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih
segera. Biasanya frekuensi dan urgensi
meningkat bila batu mendekati pertemuanuretrovesikal.
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
14/15
3 Dorong peningkatan asupan
cairan.
Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri,
darah, debris dan membantu lewatnya batu
4 Observasi perubahan status
mental, perilaku atau tingkat
kesadaran
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan
elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP
5 Pantau hasil pemeriksaanlaboratorium (elektrolit, BUN,
kreatinin)
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolitmenjukkan disfungsi ginjal
6 Berikan obat sesuai indikasi:
Asetazolamid (Diamox),
Alupurinol (Ziloprim)
Hidroklorotiazid (Esidrix,
Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)
Amonium klorida, kalium atau
natrium fosfat (Sal-Hepatika)
Agen antigout mis: Alupurinol
(Ziloprim)
Antibiotika
Natrium bikarbonat
Asam askorbat
Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk
menurnkan pembentukan batu asam.
Mencegah stasis urine ddan menurunkan
pembentukan batu kalsium.
Menurunkan pembentukan batu fosfat
Menurnkan produksi asam urat.
Mungkin diperlukan bila ada ISK
Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi
selama pembuangan bikarbonat dan atau
alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan
batu.
Mengasamkan urine untuk mencegah
berulangnay pembentukan batu alkalin7 Pertahankan patensi kateter tak
menetap (uereteral, uretral atau
nefrostomi).
Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran
aliran urine.
8 Irigasi dengan larutan asam atau
alkali sesuai indikasi
Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan
batu dan mencegah pembentukan batu
selanjutnya
9 Siapkan klien dan bantu prosedur
endoskopi
Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan
untuk mengeluarkan batu.
Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominaldan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
No Intervensi Rasional
1 Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan
ginjal.
2 Catat insiden dan karakteristik
muntah, diare.
Mual/muntah dan diare secara umum
berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf
ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal
dengan lambung.
3 Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari Mempertahankan keseimbangan cairan untuk
homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upayamembilas batu keluar.
-
8/13/2019 LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS DAN BATU GINJAL.docx
15/15
4 Awasi tanda vital Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi.
5 Timbang berat badan setiap hari Peningkatan BB yang cepat mungkin
berhubungan dengan retensi.
6 Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan
elektrolit.
Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.
7 Berikan cairan infus sesuai program
terapi.
Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan
per oral tidak cukup)
8 Kolaborasi pemberian diet sesuai
keadaan klien
Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas
saluran cerna, mengurangi iritasi dan
membantu mempertahankan cairan dan
keseimbangan nutrisi.
9 Berikan obat sesuai program terapi
(antiemetik misalnya Proklorperasin/
Campazin).
Antiemetik mungkin diperlukan untuk
menurunkan mual/muntah.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
No Intervensi Rasional
1 Tekankan pentingnya memperta-
hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari
Pembilasan sistem ginjal menurunkan
kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan batu.
2 Kaji ulang program diet sesuai
indikasi
Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan tipe
batu yang ditemukan
3 Diet rendah purin Idem4 Diet rendah kalsium Idem
5 Diet rendah oksalat Idem
6 Diet rendah kalsium/fosfat Idem
7 Diskusikan program obat-obatan,
hindari obat yang dijual bebas
Idem.
8 Jelaskan tentang tanda/gejala yang
memerlukan evaluasi medik (nyeri
berulang, hematuria, oliguria)
Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk
mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine
tergantung penyebab dasar pembentukan batu
9 Tunjukkan perawatan yang tepat
terhadap luka insisi dan kateter bila
ada
Meningkatakan kemampuan rawat diri dan
kemandirian.
4). Implementasi Keperawatan
Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa
pun yang telah anda lakukan pada pasien.
5). Evaluasi Keperawatan
Evalusi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan pasien mulai membaik. Hentikan
tindakan. Sebaliknya, jika keadaan pasien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.