laporan pendahuluan post partum normal tanpa konsep askep

41
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Periode post partum adalah waktu mengenai penyembuhan perubahan besar yang berjangka pada periode dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan kehidupan tanggung jawab dalam keluarga. (Cuningham 1998:388). Perawatan post partum yang terintegrasi dengan baik mempunyai peranan penting yang digunakan dalam membangun transisi ini dan mengenalkan keluarganya pada kehidupan baru mereka bersama-sama. Selama masa post partum sejumlah perubahan fisiologis dan psikologis terjadi yaitu : 1. Organ-organ kembali ke kondisi tidak hamil 2. Perubahan fisiologi lain yang terjadi selama kehamilan dikembalikan 3. Laktasi terbentuk 4. Dasar hubungan bayi dan orang tuanya disiapkan 5. Ibu pulih dari ketegangan pada waktu kehamilan dan persalinan Walaupun tubuh harus mengalami perubahan seperti pemeliharaan setelah melahirkan anak, asuhan kebidanan sangat memperhatikan hal ini. Karena masih banyak ibu- ibu maupun yang belum mengerti apa yang seharusnya diperbuat, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap bayinya.

Upload: elryna

Post on 22-Nov-2015

899 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

f

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPeriode post partum adalah waktu mengenai penyembuhan perubahan besar yang berjangka pada periode dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan kehidupan tanggung jawab dalam keluarga. (Cuningham 1998:388).Perawatan post partum yang terintegrasi dengan baik mempunyai peranan penting yang digunakan dalam membangun transisi ini dan mengenalkan keluarganya pada kehidupan baru mereka bersama-sama.Selama masa post partum sejumlah perubahan fisiologis dan psikologis terjadi yaitu :1. Organ-organ kembali ke kondisi tidak hamil2. Perubahan fisiologi lain yang terjadi selama kehamilan dikembalikan 3. Laktasi terbentuk4. Dasar hubungan bayi dan orang tuanya disiapkan5. Ibu pulih dari ketegangan pada waktu kehamilan dan persalinanWalaupun tubuh harus mengalami perubahan seperti pemeliharaan setelah melahirkan anak, asuhan kebidanan sangat memperhatikan hal ini. Karena masih banyak ibu-ibu maupun yang belum mengerti apa yang seharusnya diperbuat, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap bayinya.

B. RUMUSAN MASALAHAdapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :1. Bagaimanakah pengkajian pada ibu post partum normal?2. Bagaimanakah diagnosa keperawatan pada ibu post partum normal?3. Bagaimana rencana tindakan pada ibu post partum normal?

C. TUJUAN PENULISANAdapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui pengkajian pada ibu post partum normal2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada ibu post partum normal3. Mengetahui rencana tindakan pada ibu post partum normal

D. MANFAAT PENULISAN 1. Memberikan informasi kepada masyarakat pengkajian pada ibu post partum normal2. Memberikan informasi kepada masyarakat diagnosa keperawatan pada ibu post partum normal3. Memberikan informasi kepada masyarakat rencana tindakan pada ibu post partum normal

LAPORAN PENDAHULUANPADA IBU DENGAN POST PARTUM (MASA NIFAS)

A. PENGERTIANMasa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya berlangsung selama 6-8 minggu (Mochtar_Rustam, 1998 : 115).Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu atau 42 hari. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Manuaba, 1998: 190).Menurut WHO menyatakan bahwa, pasca partus-post natal, mulai sejak 1 jam setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsung selama 42 hari (Manuaba, 2001).Masa puerparium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kambali seperti sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu Kebidanan, 2007).

B. EtiologiPartus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telahcukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir ataujalan lain, dengan bantuan.1. Partus dibagi menjadi 4 kala :a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, factor janin, dan faktor persalinan pervaginam.a. Faktor Ibu1) ParitasMenurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus Pada primipara robekan Perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).

2) Meneran Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).

b. Faktor Janin1) Berat Badan Bayi Baru lahirMakrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).2) PresentasiMenurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,1998).a) Presentasi MukaPresentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).b) Presentasi DahiPresentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).c) Presentasi BokongPresentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentas bokong dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).c. Faktor Persalinan Pervaginam1) Vakum ekstrasiVakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negative dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya (Mansjoer, 2002).2) Ekstrasi Cunam/ForsepEkstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan, post partum, pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003)3) EmbriotomiAdalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2002).4) Persalinan PresipitatusPersalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat,atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanyarasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanyaproses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005)

C. Patofisiologi1. Adaptasi Fisiologia. Infolusi uterusProses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsungjaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.b. KontraksiIntensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluhdarah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin. 2. Adaptasi psikologisMenurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :a. Fase taking in/ ketergantunganFase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantunganFase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baikc. Fase letting go / saling ketergantunganDimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembalidan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.

D. Pathway Terlampir E. Manifestasi klinisPeriode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).1. Sistem reproduksia. Proses involusiProses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.b. KontraksiIntensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.c. Tempat plasentaSegera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.d. LocheaRabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.e. ServiksServiks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan.18 jam pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.f. Vagina dan perineumVagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita multipara.2. Sistem endokrina. Hormon plasentaPenurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.b. Hormon hipofisisWaktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).3. AbdomenApabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.4. Sistem urinariusFungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).5. Sistem cernaa. Nafsu makanSetelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa sangat laparb. MortilitasSecara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.c. DefekasiBuang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.6. Payu daraKonsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.a. Ibu tidak menyusuiKadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.b. Ibu yang menyusuiSebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.7. Sistem Perkemihana. Uretra dan kandung kemihTrauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil hemoragi.

8. Sistem IntegumentasiHiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.

F. KOMPLIKASI1. PerdarahanPerdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:a. Kehilangan darah lebih dai 500 ccb. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHgc. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.b. Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah : tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.d. Lain-lain1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000)

2. Infeksi puerperalisDidefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 380 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya3. EndometritisAdalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).4. MastitisYaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999)

5. Infeksi saluran kemihInsiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.6. Tromboplebitis dan thrombosisSemasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superficial terjadi 1 kasus dari 500 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.7. EmboliYaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).8. Post partum depresiKasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat (Novak, 1999)

G. Tanda Tanda Bahaya Post PartumPerdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa vagina

H. Pemeriksaan penunjang1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )2. Urine lengkapI. Penatalaksanaan Medis1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL A. PENGKAJIAN1. Keluhan utamaSakit perut, pendarahan, nyeri pada luka jaritan, takut bergerak.2. Riwayat kehamilanUmur kehamilan serta riwayat penyakit menyertai.3. Riwayat persalinana. Tempat persalinan b. Normal/terdapat komplikasic. Keadaan bayid. Keadaan ibU4. Riwayat nifas yang lalua. Pengeluaran ASI lancer atau tidakb. BB bayic. Riwayat ber KB atau tidak5. Pemeriksaan fisika. Keadaan umum1) Pemeriksaan TTV2) Pengkajian tanda-tanda anemia3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis4) Pemeriksaan reflek5) Kaji adanya varises6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )b. Payudara1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )2) Kaji adanya abses3) Kaji adanya nyeri tekan4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti5) Kaji pengeluaran ASIc. Abdomen atau uterus1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri2) Kaji adnanya kontraksi uterus3) Observasi ukuran kandung kemihd. Vulva atau perineum1) Observasi pengeluaran lokhea2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomy3) Kaji adanya pembengkakan4) Kaji adnya luka5) Kaji adanya hemoroid6. Pemeriksaan psiko sociala. Respon + persepsi keluargab. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi7. Pemeriksaan penunjanga. Darah lengkap : Hb, WBC, PLTb. Elektrolit sesuai indikasi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal.2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.3. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi, profil darah abnormal.4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb, prosedur infasive, pecah ketuban, malnutrisi.5. Perubahan eliminasi urin berhubunagn dengan efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi kantong kemih, perubahan-perubahan jumlah/ frekuensi berkemih.6. Risiko kekurangan volume cairan berhubunag dengan penurunan masukan atau penggantian tidak adekuat, kehil;angan cairan berlebih ( muntah, hemoragik, peningkatan pengeluaran urin).7. Konstipasi behubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesterone, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus, veses kurang dari biasanya.8. Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak tahu sumber-sumber.

C. INTERVENSINoDiagnosa NocNic

1Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal.

NOC:1. Pain Level2. Pain Control3. Comfort levelKriteria Hasil:1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2. Melaporakn bahwa nyeri berkurang dengan menggunaka manajemen nyeri3. Mampu mengenali nyeri (PQRST)4. Merasakan rasa nyaman setalah nyeri berkurangNIC:Pain Mangement:1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST)2. Monitor vital sign3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (Farmakologi non farmakologi dan interpersonal)Analgesic Administration1. Tentukan PQRST sebelum pemberian obat2. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri3. Evaluasi efektifitas analgesic tanda dan gejala

2Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.

NOC1. Breastfeding ineffective2. Bretahing pattern ineffective3. Breasfeeding interruptedKriteria hasil:1. Kementapan pemberian ASI: Bayi: perlekatan bayi yang sesuai pada dan proses menghisap dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian ASI2. Kemantapan pemberian ASI:IBU: kemantapan ibu untuk membuat bayi melekat dengan tepat dan menyusui dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian ASI. 3. Pemeliharaan pemberian ASI: keberlangsungan pemberian ASI untuk menyediakan nutrisi bagi bayi/toddler4. Penyapihan pemberian ASI: Diskontinuitas progresi pemberian ASI5. Pengetahuan pemberian ASI: tigkat pemahaman yang ditunjukan mengenai laktasi dan pemberian makanan bayi melalui proses pemberian ASI.6. Ibu mengenali isyarat lapar dari bayi dengan segera7. Ibu mengindikasikan kepuasan terhadap pemberian ASI8. Ibu tidak mengalami nyeri tekan pada putting9. Mengenali tanda-tanda penurunan suplai ASI NICBreastfeding Assistence1. Evaluasi pola menghisap/ menelan bayi2. Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk mrnyusui3. Kaji kemampuan bayi untuk latch on dan menghisap secara efektif 4. Pantau integritas kulit putting ibu5. Pantau berat badan dan pola eliminasi bayiBreast examination Lactation suppression1. Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik memompa ASI (secara manual atau dengan pompa elektrik) cara mengumpulkan dan menyimpan ASI2. Ajarkan orang tua mempersiapkan, menyimpan, menghangatkan dan kemungkinan pemberian tambahan susu formulaLactation Counseling1. Sediakan infromasi tentang keuntungan dan kerugian peberian ASI2. Demonstrasikan latihan menghisap jika perlu3. Diskusikan metode alternative pemberian makan bayi

3Risiko cedera berhubungan dengan biokimia efek anastesi, profil darah abnormalNOC1. Risiko KontrolKriteria Hasil1. Klien terbebas dari cedera2. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera3. Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan personal4. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada6. Mampu mengenali perubahan status kesehatan

NICManajemen lingkungan1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya4. Memasang side rail tempat tidur5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih6. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien7. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan 8. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

4Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb, prosedur infasive, pecah ketuban, malnutrisi.

NOC1. Immune Status2. Knowledge: Infection control3. Risk control NICInfection control (control infeksi)1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain2. Pertahankan teknik isolasi3. Gunakan baju, sarung tangan sebagai lat pelindung4. Pertahankan lingkungan aseptic selama pemsangan alat 5. Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan local6. Monitor kerentanan terhadap infeksi7. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang berisiko8. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

5Gangguan eliminasi urie berhubunagn dengan efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi kantong kemih, perubahan-perubahan jumlah/ frekuensi berkemih.

NOC1. Urinary elimination2. Urinary continuenceKriteria hasil1. Kandung kemih kosong secara penuh2. Tidak ada residu urine >100-200 cc3. Intake cairan dalam rentang normal4. Bebas dari ISK5. Tidak ada spasme bladder6. Balance cairan seimbang

NICUrinary retention care1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada inkontinensia (misalnya, output urin, pola berkemih, fungsi kognitif dan masalah kencing raeksisten)2. Merangsang reflex kandung kemih kemih dengan menerapkan dingin untuk perut, membelai tinggi batin atau air.3. Sediakan waktu yang cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 menit)4. Memantau asupan dan keluaran 5. Memantau tingka distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi

6Risiko kekurangan volume cairan berhubunag dengan penurunan masukan atau penggantian tidak adekuat, kehil;angan cairan berlebih ( muntah, hemoragik, peningkatan pengeluaran urin).

NOC:1. Fluid Balance2. Hydration3. Nutrisional Status: Food and Fluid intakeKriteria Hasil :1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ, urine normal, HT normal.2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

NICFluid management1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat2. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan3. Monitor vital sign4. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian5. Monitor status nutrisiHypopolemia Management :1. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.2. Monitor BB3. Dorong pasien untuk menambah intake oral 4. Monitor adanya tanda gagal ginjal

7Konstipasi behubungan dengan penurunan tonus otot, efek progesterone, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan bising usus, veses kurang dari biasanya.

NOC1. Bowel Elimination2. HydrationKriteria Hasil:1. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari2. Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi3. Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi4. Feses lunak dan berbentukNICConstipation/Impaction Management1. Monitor tanda dan gejala konstipasi2. Monitor bising usus3. Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume4. Identifikasi factor penyebab dan knstribusi konstipasi5. Dukung intake cairan6. Kolaborasi pemberian laksatif7. Pantau tanda-tanda dan gejala konstipasi8. Anjurkan pasien/keluarga mencatat warna, volume, ferkuensi, dan konstipasi tinja9. Ajarkan pasien/ keluarga tentang kerangka waktu untuk resolusi sembelit

8Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak tahu sumber-sumber.

NOC1. Knowledge: disease process2. Konowledge: health behavior Kriteria hasil:1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi, prognosis, dan program pengobatan2. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan prosedur yang dijelaskan secara benar3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya. NICTeaching: Disease Process1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul dengan cara tepat3. Hindari jaminan yang kosong4. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengn cara yang tepat5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan6. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATANImpementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yan ada berdasarkan perencanaan yang telah dibuat ( Doenges, 2001)E. EVALUASIEvaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dsan sumatif:1. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tidakakan yang dilakukan.2. Evaluasi sumatif: evaluasi yang dilakukan dengan mengetahui secara keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.

BAB III PENUTUP A. SIMPULANMasa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya berlangsung selama 6-8 minggu. Masa puerparium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kambali seperti sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu Kebidanan, 2007). Ada beberapa permasalahan yang akan ditemukan dalam masa nifas atau post partum ini, yang didapatkan melalui pengkajian pada pasien, dari permasalahan itu akan ditemukan diagnose dan akan direncanakan suatu tindakan yang dapat dilakukan untuk menanggani permasalahna itu.

B. SARAN SARANUntuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2012. Adaptasi maternal pada periode. Available at:http://kesehatanbyteguh.blogspot.com/2012/01/adaptasi-maternal-pada-periode.html. Opened at: 20 maret 2014, 18.21 wita.

Anonim. 2012. Asuhan keperawatan Post partum. Available at:http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-norhimawat-6281-2-babii.pdf. Opened at: 20 Maret 2014, 18.00 wita.

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), RencanaAsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis PelayananKesehatan Maternal dan Neonatal.

Yoga. 2013. Askep post partum. Available at:http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-post-partum-nifas.html. opened at: 20 maret 2014, 18.05 wita