laporan persalinan normal

57
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial mengenai skenario “Persalinan Normal”. Tulisan ini merupakan bentuk suatu informasi tertulis yang diwujudkan melalui laporan yang diberikan oleh tutor PBL pada blok Sistem Reproduksi dan Tumbuh Kembang Anak guna untuk bisa menambahkan pemahaman yang menurut kami sangatlah bermanfaat. Untuk itu sebagai penyusun saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat lebih. Demikian yang dapat kami sampaikan,mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan laporan ini, mohon kritik dan saran dari dokter agar kedepan kami dapat menyempurnakan dengan lebih baik lagi isi dari laporan ini. Terima Kasih Ambon, Oktober 2015 Penyusun 1

Upload: aldy-umasangadji

Post on 28-Jan-2016

126 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

alur persalinan normal dan cara membantu ibu bersalin

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Persalinan Normal

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial mengenai skenario “Persalinan Normal”.

Tulisan ini merupakan bentuk suatu informasi tertulis yang diwujudkan melalui laporan yang

diberikan oleh tutor PBL pada blok Sistem Reproduksi dan Tumbuh Kembang Anak guna untuk

bisa menambahkan pemahaman yang menurut kami sangatlah bermanfaat. Untuk itu sebagai

penyusun saya berharap agar laporan ini dapat bermanfaat lebih.

Demikian yang dapat kami sampaikan,mohon maaf apabila terdapat kekurangan

dalam penulisan laporan ini, mohon kritik dan saran dari dokter agar kedepan kami dapat

menyempurnakan dengan lebih baik lagi isi dari laporan ini. Terima Kasih

Ambon, Oktober 2015

Penyusun

1

Page 2: Laporan Persalinan Normal

KELOMPOK PENYUSUN

KETUA : Rizaldy Umasangaji 2012-83-005

SEKERTARIS I : Wirscka G.M Latukaisupy 2012-83-057

SEKERTARIS II : Hapsah Faradina Umarella 2012-83-023

ANGGOTA :

1. Ridwan M. Husni 2011-83-007

2. Dany Iswan Sopalatu 2011-83-040

3. Joesthianto Laurenz Kilmanun 2012-83-009

4. Feby Ilviana Hattu 2012-83-024

5. Lorina W. Aitameru 2012-83-031

6. Norma Mutia Dewi 2012-83-034

7. Vonita N. Silahooy 2012-83-049

8. Kriselda Jessica Poceratu 2012-83-051

2

Page 3: Laporan Persalinan Normal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….……….1

KELOMPOK PENYUSUN ………………………………………………………….…….2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….....……3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...….….4-8

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………… …………9

Learning Objective I : Fisiologi Kehamilan …………………………………...…………..9-12

Learning Objective II : Tanda-tanda Kehamilan …………………………………..……..12-14

Learning Objective III : Antenatal Care ………………………………………….……….14-27

Learning Objective IV : Asuhan Persalinan Normal ………………………….………….27-32

Learning Objective V : Pemeriksaan Fisik Persiapan Persalinan ……………...………….32-35

Learning Objective VI : Tahap-Tahap Persalinan ……………………………...………….36-38

Learning Objective VII : Farmakologi Persalinan ……………………………...………….38-39

Learning Objective VIII : Pemeriksaan Fetal Well Being ………………………...………..40

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………41

3

Page 4: Laporan Persalinan Normal

BAB I

PENDAHULUAN

Skenario

Seorang wanita G4P2A1, hamil 37 minggu datang ke klinik bersalin dengan keluhan

lendir dan darah pervagina dan serta perut kencang teratur sejak 4 jam yang lalu. Hasil

pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam oleh dokter didapatkan keadaan umum yang baik, hasil

vital sign tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37˚C, RR 20/menit, hasil

pengamatan terdapat udema pada tungkai bawah, hasil pemeriksaan obstetri janin tunggal,

presentasi kepala, PUKI, BJJ 120x/menit, hasil pemeriksaan fetal well bong masih baik. Hasil

pemeriksaan serviks (bisshop score) serviks sudah matang dengan nilai 8, dilatasi serviks sudah

pembukaan 3 cm, setelah 10 jam pada persalinan, penderita terlihat ingin mengejan, perineum

terlihat menonjol anus terbuka, dilakukan pemeriksaan dalam, ternyata pembukaan sudah

lengkap.

STEP I

(Identifikasi Kata Sukar dan Kata Kunci)

Kata Sukar Kata Kunci

1. Bisshop score: skor yg diambil dari

induksi gravida konsistensi serviks,

posisi serviks yg berhubungan dengan

aksis vagina

2. Fetal well being: pemeriksaan status

kesehatan janin

1. G4P2A1

2. Hamil 37 mgg

3. Lendir, darah

pervaginam, perut

kencang 4 jam yg lalu

4. TD 140/90, nadi

80x/menit, suhu 37

5. Terdapat udem pada

tungkai bawah

6. Pem obstetri janin

tunggal, presentasi

kepala, PUKI, BJJ

120x/mnt

7. Dilatasi serviks sudah

pembukaan 3 cm

4

Page 5: Laporan Persalinan Normal

STEP II

(Identifikasi Masalah)

1. Penatalaksanaan awal apa yang dapat kita lakukan?

2. Berapa nilai BJJ normal?

3. Dari vital sign pasien, apakah pasien ini dapat dikatakan normal?

4. Bagaimana fisiologi persalinan?

5. Apa makna dari pemeriksaan obstetri tunggal?

6. Makna dari hasil pemeriksaan bisshop score matang dengan nilai 8?

7. Bagaimana menentukan kala pasien ini dan jika dilihat dari skenario, pasien ini termasuk

kala ke berapa?

8. Hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan perdarahan pada pasien ini?

9. Bagaimana kategori preeklampsia pada pasien ini?

STEP III

Analisa Masalah

1. Penatalaksanaan berdasarkan kala jangan berbaring dari 10 menit bayi akan hipoksia,

terapi nutrisi dan cairan, anjurkan BAK teratur jika bisa pasang kateter, untuk kala 2

sudah harus persiapan persalinan

- Kala 1 periksa ketuban pecah ibu dilarang berjalan, paling penting beri semangat

untuk ibu ini

- Untuk preeklampsia ibunya disuruh bedrest diet rendah garam, obatnya fenobarbital

30mg 3 kali sehari

- Untuk kala 1 periksa kontraksi serviks, jika kurang bisa tambahkan oxytocin

5

Page 6: Laporan Persalinan Normal

2. BJJ pada usia 6 mgg adalah 90-110 denyut/menit, usia >9 mgg 140 denyut/menit .BJJ

usia kehamilan 16 mgg adalah 120-160x, takikardi berat >180, takikardi ringan 160-180,

bradikardi ringan 100-116x, bradikardi berat <80x, BJJ <120 atau >160 harus

diwaspadai.

3. Bahwa ibu ini masuk ke preeklampsia ringan dan pernafasan, suhu, denyut nadi normal,

jadi ibu ini mengalami preeklampsia ringan dan lainnya dalam batas normal.

4. Persalinan adalah proses pergerakan janin berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks

dan kekuatan yg teratur, mula-mula kekuatan dari kecil dan meningkat sampai siap untuk

mengeluarkan janin dari ibu

5. Janin tunggal hanya 1 janin, presentasi kepala: posisi kepala, punggung kiri periksa

bagian kepala janin dan puki, bjj 120x/menit

6. Tingkat pematangan serviks menentukan keberhasilan kehamilan nilai 8 itu

kematangannya sudah baik, tapi yang paling baik adalah 9.

7. Terdapat 4 kala,

- Kala 1, ini dimulai serviks terbuka disertai pengeluaran lendir darah, bibir potio yg

dapat teraba, terdapat fase laten 1 jam,

- Kala 2, dimulai dengan bayi lahir berlangsung 2 jam dengan pembukaan serviks yg

lengkap dan berakhir dengan lengkap, kadang kala selaput pecah spontan pada kala 2,

pada kala ini ibu selalu ingin mengedan dengan kuat dan anusnya membuka

kemudian bawah janin turun sampai dasar panggul, sedangkan kepala dilahirkan lebih

dulu dengan os simpisis

- Kala 3 dimulai dengan bayi dengan plasenta ditandai dengan perdarahan baru atau

tidak disertai perdarahan.

- Kala 4 dimulai dengan observasi postpartum terdapat hal vital sign, ketuban sudah

lengkap, kandung kemih harus kosong.

8. Berdasarkan skenario dilatasi serviks, persalinan normal karena dilatasi serviks 3cm,

G4P2A1, pasien ini pernah melakukan aborsi. Ada yang normal dan kelainan seperti

atoni, posisi umbilikus dibawah .Lendir campur darah tidak normal. Karena obat obatan

tertentu, perbedaan rhesus dapat buat perdarahan, trauma saat hamil dll. Tanda persalinan

ada 2, lendir+darah termasuk persalinan partum jadi normal

6

Page 7: Laporan Persalinan Normal

9. Ringan 140/90 berat, 160/110 atau bisa lebih, Jadi dia masuk preeklamsia yg

ringan .Vasospasme buat perfusi jaringan menurun, periksa proteinuria, proteinuria

>5gram/24jam.

STEP IV

Klarifikasi, Klasifikasi Masalah dan Mind Mapping

1. Itu yang tadi fisiologi persalinan tapi tentang defenisi persalinan

2. Pasien ini masuk kala dua

3. Ibu ini belum masuk preeklampsia

4. Pasien ini sudah harus siap untuk bersalin

Mind Mapping

7

Page 8: Laporan Persalinan Normal

STEP V

Learning Objective

1. Fisiologi kehamilan

2. Tanda-tanda kehamilan dan persalinan normal

3. Pemeriksaan fisik yang wajib dilakukan untuk persiapan persalinan

4. Tahap-tahap persalinan

5. Farmakologi persalinan

6. Pemeriksaan Antenatal Care

7. Pemeriksaan Fetal Well Being

8. Tindakan pasca bersalin

8

Page 9: Laporan Persalinan Normal

BAB II

PEMBAHASAN

Learning Objective

FISIOLOGI KEHAMILAN

Selama siklus ovarium, perkembangan dan pematangan folikel di atur oleh 2 hormon

gonadotropin yaitu FSH dan LH yang berasal dari kelenjar hipofisis anterior dibawah kontrol

GNRH yang disekresikan oleh hipotalamus. FSH dan LH menstimulasi perkembangan folikel.

folikel yang berkembang sel theca-nyamenghasilkan estrogen. Peningkatan tipis kadar estrogen

dalam plasma darah memberikan umpan balik negatif terhadap sekresi LH dan FSH di hipofisis

anterior. Namun umpan balik negatif ini hanya sementara, saat kadar estrogen meningkat maka

memberikan umpan balik positif pada poros hipotalamus-hipofisis untuk menghasilkan LH dan

sedikit FSH. Peningkatan LH dan FSH ini menstimulasi penyelesaian tahap meiosis i pada oosit

primer. Setelah ovulasi, lh mendukung perubahan folikel de graaf yang ruptur menjadi korpus

luteum. Setelah kadar lh menurun, terjadi degenerasi korpus luteum. Kadar estrogen dan

progesteron menurun, ini menyebabkan umpan balik positif bagi hipofisis anterior. FSH dan LH

kembali diproduksi, maka dimulailah siklus hormonal yang baru.

Proses kehamilan

Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum

(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh

mikrofilamen-mikrofilamen fimbria infundibulum tuba kearah ostium tuba abdominalis, dan

disalurkan terus kearah medial.Kemudian jutaan spermatozoa ditumpahkan diforniks vagina dan

disekitar porsio pada waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum

uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus spermatozoa dapat sampai ke bagian ampula tuba

9

Page 10: Laporan Persalinan Normal

dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi, dan hanya satu

spermatozoa yang mempunyai kemampuan(kapasitasi) untuk membuahi. Pada spermatozoa

ditemukan peningkatan konsentrasi DNA dinukleus, dan kaputnya lebih mudah menembus

dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase.

Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang

biasanya berlangsung diampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum,

fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang

telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk

mencapai ovum, sperma harus melewati korona radiata (lapisan sel diluar ovum) dan zona

pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu lapisan yang menutupi dan mencegah

ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa.Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus

kehilangan membran nukleusnya, yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor

spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi.Itulah sebabnya seluruh mitokondria pada

manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa kedalam vitelus membangkitkan

nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan

mieosis kedua) sesudah anafase kemudian timbul telofase dan benda kutub (polar body) kedua

menujuruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang

haploid.Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid.

Kedua pronukleus saling mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan

genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom

otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. sesudah pembelahan

kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X. Zigot

sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh

sebagai janin perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X

dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki.2

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat

berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim.

Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan

lancar, dan selama tiga hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi

berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, sehingga

10

Page 11: Laporan Persalinan Normal

volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona

pelisida tetap utuh, atau dengan kata lain, besarnya hasil konsepsi tetap utuh. Dalam ukuran yang

sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisial tuba (bagian-bagian

tuba yang sempit) dan terus disalurkan kearah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada

permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.

Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut

blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut

massa inner cellini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.

Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas.Trofoblas ini

sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi),

produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke

dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak tropoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic

gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan

menerima (resesif) dalam proses implantasi embrio.

Setelah proses implantasi selesai, maka pada tahap selanjutnya akan terbentuk amnion

dan cairan amnion. Amnion pada kehamilan aterm berupa sebuah membran yang kuat dan ulet

tetapi lentur.Amnion adalah membran janin paling dalam dan berdampingan dengan cairan

amnion.Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi sekitar hari ke-7 atau ke-8

perkembangan mudigah.Secara jelas telah diketahui bahwa amnion tidak sekedar membran

avaskular yang berfungsi menampung cairan amnion. Membran ini aktif secara metabolis,

terlihat dalam transpor air dan zat terlarut untuk mempertahankan homeostatis cairan amnion,

dan menghasilkan berbagai senyawa bioaktif menarik, termasuk peptida vasoaktif, faktor

pertumbuhan dan sitoin.Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu.

Pada awal trimester kedua, cairan ini terutama terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui

kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin.Volume cairan amnion pada setiap

minggu gestasi cukup berbeda-beda. Secara umum, volume cairan meningkat 10 ml perminggu

pada minggu ke-8 dan meningkat sampai 60 ml perminggu pada minggu ke-21, dan kemudian

berkurang secara bertahap hingga kembali ke kondisi mantap pada minggu ke-33. Dengan

demikian, volume cairan biasanya meningkat dari 50 ml pada minggu ke-12 menjadi 400 ml

pada pertengahan kehamilan dan 1000 ml pada kehamilan aterm.

11

Page 12: Laporan Persalinan Normal

Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan

meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat

terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Cairan amnion ini

berfungsi sebagai bantalan bagi janin, yang kemungkinan perkembangan sistem muskuloskletal

dan melindungi pertahanan suhu dan memiliki fungsi nutrisi yang minimal.1,2

TANDA-TANDA KEHAMILAN

Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis terhadap kehamilan yang mudah dikenali dan

merupakan petunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan. Ada tiga tanda

yang menunjukkan telah terjadinya suatu kehamilan, yang pertama tanda persumtif adalah tanda

dugaan seorang wanita mengalami kehamilan, yang termasuk tanda persumtif ini antara lain

adanya mual dengan atau tanpa muntah, terjadi gangguan berkemih, fatigue (rasa mudah lelah)

dan persepsi adanya gerakan janin. Kedua adalah tanda kemungkinan hamil yang ditandai

dengan terhentinya menstruasi, perubahan pada payudara, adanya perubahan pada mukosa

vagina, selain itu terjadinya peningkatan pigmentasi kulit dan timbulnya striae abdomen. Ketiga

adalah tanda positif hamil yaitu terjadi pembesaran abdomen, perubahan ukuran, bentuk dan

konsistensi uterus, terjadi perubahan pada serviks, serta adanya kontraksi braxton hiksdan

terakhir tanda pasti kehamilan yang mana akan dapat diidentifikasi kerja jantung janin, adanya

gerakan janin aktif, dan deteksi kehamilan secara ultrasonograf.1,2

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,lamanya hamil normal adalah 280

hari/ 40 minggu,dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). 1

Tanda-tanda kehamilan :

a. Amenorrea

b. Nausea

c. Mengidam

d. Anoreksia

e. Mudah lelah

f. Konstipasi/Obstipasi

12

Page 13: Laporan Persalinan Normal

Tanda pasti kehamilan :

a. Gerakan janin yang dapat dirasa

b. Adanya DJJ

Diagnosa terjadinya suatu kehamilan :

a. HCG, test pack

b. USG, ultrasonografi

13

Page 14: Laporan Persalinan Normal

Gambar 1 : Tabel perbandingan antara kehamilan primipara dan multipara.

[Sumber : Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 3]

ANTENATAL CARE

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan,

kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara

wajar.Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta

menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan

mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Kunjungan Antenatal

Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia

merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan

Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu

melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine

serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.4,5

14

Page 15: Laporan Persalinan Normal

Tujuan antenatal care :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.

3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan

trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

15

Page 16: Laporan Persalinan Normal

Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu

hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta

menghasilkan bayi yang sehat. Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan

antenatalterintegrasi meliputi :7

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)

b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)

c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)

d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia

e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)

f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)

g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta

h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)

i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).

Jadwal pelaksanaan antental care

Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak

minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan

trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28

minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu

ke-36) dua kali kunjungan.

Pemeriksaan Kehamilan

Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan paling

sedikit 4 kali :

1. Trismester I : 1 kali

2. Trismester II : 1 kali

3. Trismester III : 2 kali

Pekayanan antenatal care

16

Page 17: Laporan Persalinan Normal

1. Konsep Pemeriksaan Antenatal

Menurut Departem Kesehatan RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar

pelayanan antenatal dimulai dengan :

a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan

kehamilan sekarang.

b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.

c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa

d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (fe)

e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-hari, perawatan

payudara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi

selanjutnya, persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan

pemeriksaan kehamilan ulang.

2. Kunjungan Ibu Hamil

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil

dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di

rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi

beberapa tahap, seperti :

a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk

mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia

kehamilan 1 sampai 12 minggu.

b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

17

Page 18: Laporan Persalinan Normal

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan

untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia

kehamilan > 24 minggu.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai

berikut :

a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu

b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu

c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu

Jadwal pemeriksaan

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan

antenatal dibagi atas :

a. Kunjungan Pertama (K1)

Meliputi :

(1) Identitas/biodata

(2) Riwayat kehamilan

(3) Riwayat kebidanan

(4) Riwayat kesehatan

(5) Riwayat sosial ekonomi

(6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan

(7) Penyuluhan dan konsultasi.

b. Kunjungan Keempat (K4)

Meliputi :

18

Page 19: Laporan Persalinan Normal

(1) Anamnese (keluhan/masalah)

(2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan

(3) Pemeriksaan psikologis

(4) Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan

(5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong

kehamilan risiko tinggi

(6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).

Pelaksana Pelayanan Antenatal

Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa, bidan di

praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan

(Depkes RI, 2002).Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayananantenatal

menurut Depkes RI yang terdiri dari :

19

Page 20: Laporan Persalinan Normal

a. Kunjungan Pertama

1. Catat identitas ibu hamil

2. Catat kehamilan sekarang

3. Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

4. Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

5. Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium

6. Pemeriksaan obstetric

7. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8. Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, danmineral lainnya serta

obat-obatan khusus atas indikasi.

9. Penyuluhan/konseling.

c. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bias mengancam jiwanya. Oleh

karena itu, wanita hamil memerlukansedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).

Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu

ke 36).

Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin

tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes,2003:45).

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangatpenting.

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatandan ibu hamil.

Mendeteksi masalah dan menanganinya

Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,anemia kekurangan zat besi,

penggunaan praktek tradisional yangmerugikan

Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapikomplikasi

Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan,istirahat dan sebagainya

20

Page 21: Laporan Persalinan Normal

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenaipreeklampsia (tanya ibu tentang

gejala – gejala preeklamsia, pantautekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada

kehamilanganda.

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36

Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang

memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil

Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang

ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan

(Depkes RI,1997:57).

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T” :

a. (Timbang) berat badan

b. Ukur (Tekanan) darah

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

f. Tes terhadap penyakit menular sexual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Kebijakan Pelayanan Antenatal

21

Page 22: Laporan Persalinan Normal

a. Kebijakan Program

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB

pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu

meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri

Essensial. Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai

dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci

yaitu :

Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan penatalaksanaan

kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya komplikasi keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal

sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :

Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).

Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).

Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4).

Kebijakan teknis

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional

dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi.Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil

seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara

dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

Mengupayakan kehamilan yang sehat.

Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila

diperlukan.

Persiapan persalinan yang bersih dan aman

Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi

komplikasi.

22

Page 23: Laporan Persalinan Normal

Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka

peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :

Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA, dengan

melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil.

Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan dan

Dukun.

Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.

Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.

Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care

Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu

hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care

adalah :

a. Intervensi Dasar

Pemberian Tetanus Toxoid

Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, pemberian

TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali

dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2

kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan

satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara

penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat.

Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas.

Jadwal pemberian TT

23

Page 24: Laporan Persalinan Normal

Gambar 2 : Jadwal pemberian TT

[Sumber :]

2) Pemberian Vitamin Zat Besi

Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan

nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.

Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang.

Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg,

minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau

kopi, karenamengganggu penyerapan.

b. Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai

dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:

1) Faktor resiko, meliputi:

a) Umur

Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun

Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun

b) Paritas

Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)

Paritas > 3

c) Interval,jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun.

d) Tinggi badan kurang dari 145 cm

24

Page 25: Laporan Persalinan Normal

e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

2) Komplikasi Kehamilan

a) Komplikasi obstetri langsung

Perdarahan

Pre eklamasi/eklamsia

Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid

Anak besar, hidramnion, kelainan kembar

Ketuban pecah dini dalam kehamilan.

b) Komplikasi obstetri tidak langsung

Penyakit jantung

Hepatitis

TBC (Tuberkolosis)

Anemia

Malaria

Diabetes mellitus

c) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan,

keracunan, kebakaran)

Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal

Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter umum

dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat yang sudah mendapat

pelatihan.Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu,

posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes

RI, 1995)

Peran Serta Ibu Dalam Pelayanan Antenatal

Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan pelayanan antenatal

dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan

tentang manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan menyebabkan sikap yang positif.

25

Page 26: Laporan Persalinan Normal

Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam pemeriksaan

kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut perilaku.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan antenatal care

1. Umur

Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir

semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan

pentingnya Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya

pemeriksaan kehamilan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko

tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia berguna untuk

mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Menurut penelitian

Woro Tri Hardjanti (2007) seorang wanita sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi

beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung

aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Dalam kurun

reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahunternyata 2-5

kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian

maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia. Menurut Crow, pendidikan

adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil dari proses

belajar. Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana

seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam

masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik

pula tingkat pengetahuannya. Proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan

penyempurnaan hidup dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah

laku yang berpendidikan tinggi akan berbeda tinggi akan berbeda tingkah lakunya dengan orang

yang hanya berpendidikan dasar. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide

26

Page 27: Laporan Persalinan Normal

baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena manfaat

pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya.

3. ParitasParitas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang.Sueheilif

Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah

dilahirkannya.Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga

termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah

pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman

sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya.

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah

dilahirkan, hidup atau mati.Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur

kehamilannya 24 minggu.Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi

kunjungan kehamilan.Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian

maternal lebih tinggi.Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.Resiko pada paritas 1

dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat

dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Prosedur Persalinan Normal

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong dan

menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

3. Pakai celemek plastik.

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun

dan air

bersih mengalir.

5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.

27

Page 28: Laporan Persalinan Normal

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik dan letakkan di partus set/wadah DTT atau

steril.

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN JANIN BAIK

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang

dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Kemudian,

cuci tangan.

10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memasikan bahwa DJJ dalam batas

normal (120-160x/menit).

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES

BIMBINGAN MENERAN

11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu

menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya..

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.

13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu

belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

15.Letakkan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi telat membuka vulva dengan diameter

5-6 cm.

16.Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI

Lahirnya Kepala

19.Setelah kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan

satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering.Tangan yang satunya menahan kepala bayi

untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.Anjurkan ibu untuk meneran

28

Page 29: Laporan Persalinan Normal

perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

20. Seka mulut, muka, dan hidung bayi dengan lembut menggunakan kasa/kain bersih.

21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal

itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.\

Lahirnya Bahu

23.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.Anjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

dengan muncul di bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai

24.Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menulusuri dan memegang

lengan dan siku sebelah atas.

25. Setelah tubuh dan lengan lahir, penulusuran tangan atas berlanjut ke punggung dan

bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki.

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

26.Penilaian segera bayi baru lahir.

27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.

28. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah

distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

29. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan tali

pusat di antara 2 klem tersebut.

30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti dan

tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka.

31. Berikan bayi pada ibunya, dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai

pemberian ASI dini.

29

Page 30: Laporan Persalinan Normal

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA

Oksitosin

32.Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu.Periksa kembali uterus untuk memastikan

tidak ada lagi bayi dalam uterus.

33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.

34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas

bagian distal lateral.

Penanganan Tali Pusat Terkendali

35.Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

36. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.

Tangan satunya menegangkan tali pusat.

37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain

mendorong uterus ke arah belakang atas secara hati-hati.

Mengeluarkan Plasenta

38.Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga terlepas, minta ibu meneran sambil

penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti

poros jalan lahir.

39. Setelah plasenta muntul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang

dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta

pada tempat yang telah disediakan.

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

40.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, letakkan telapak

tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hinggan uterus

berkontraksi.

IX. MENILAI PERDARAHAN

41.Periksa kedua sisi plasenta baik bagian maternal maupun foetal dan pastikan selaput ketuban

lengkap dan utuh.Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

30

Page 31: Laporan Persalinan Normal

42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserari

menyebabkan perdarahan.

X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

43.Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bilas

kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.

45. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril.

46. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

47. Selimuti bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering.

48. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).

Evaluasi

49. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

50. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

51. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

52. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama

pasca persalinan dan setiap 30 menit salam jam kedua pasca persalinan.

Kebersihan & Keamanan

53. Tempatkan semua perlatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10

menit), kemudian cuci dan bilas setelahnya.

54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

55. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan

darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk

memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

31

Page 32: Laporan Persalinan Normal

57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin selama 10 menit.

59. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60. Lengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan Kala IV dan lakukan penimbangan bayi,

beri tetes mata profilaksis dan vitamin K.7

PEMERIKSAAN FISIK PERSIAPAN PERSALINAN

Perkusi

Tidak begitu banyak artinya, kecuali jika ada suatu indikasi.

Palpasi

Ibu hamil diminta untuk berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit ditinggikan dengan

memakai bantal.Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil.Dengan sikap hormat, lakukanlah

palpasi bimanual, terutama pada pemeriksaan perut dan payudara.

Palpasi perut untuk menentukan:

1. Besar dan konsistensi rahim,

2. Bagian-bagian janin, letak, presentasi

3. Gerakan janin

4. Kontraksi rahim-Braxton-Hicks dan his.

Terdapat bermacam-macam cara palpasi:

1. Menurut Leopold dengan variasi:

Menurut Knebel

Menurut Budin, dan

Menurut Ahlfeld

Biasanya, sambil melakukan palpasi, sekaligus diperhatikan tentang konistensi uterus,

gerakan janin, kontraksi uterus (his), dan apakah ada lingkaran van Bandl.

32

Page 33: Laporan Persalinan Normal

Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan:

1. Dihitung dari tanggal haid terakhir

2. Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “feeling life” (quickening)

3. Menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis,

diperoleh tabel:

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri22-28 minggu

28 minggu

30 minggu

32 minggu

34 minggu

36 minggu

38 minggu

40 minggu

24-25 cm di atas simfisis

26,7 cm di atas simfisis

29,5-30 cm di atas simfisis

29,5-30 cm di atas simfisis

31 cm di ats simfisis

32 cm di atas simfisis

33 cm di atas simfisis

37,7 cm di atas simfisis

Tabel 1. Tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan

4. Menurut Mac Donald: adalah modifikasi cara Spiegelberg, yaitu jarak fundus -

simfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.

5. Menurut Ahlfeld: “Ukuran kepala-bokong” = 0,5 panjang anak sebenarnya. Jika jarak

kepala-bokong janin adalah 20 cm, tua kehamilan adalah 8 bulan.

6. Rumus Johnson – Tausak: BB = (mD-12) x 155

BB = berat badan; mD = jarak simfisis – fundus uteri

Auskultasi

Digunakan stetoskop monoaural (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut

jantung janin (djj). Yang dapat kita dengarkan adalah:

1. Dari janin :

Djj pada bulan ke 4-5

Bising tali pusat

33

Page 34: Laporan Persalinan Normal

Gerakan dan tendangan janin

2. Dari ibu:

Bising rahim (uterine soufflé)

Bising aorta

Peristaltik usus.

Metode AUVARD: tempat auskultasi denyut jantung menurut letak janin dalam rahim.

Cara menghitung djj:

1) Setiap menit, misalnya 140 kali per menit

2) Dihitung 3 x 5 detik secara berurutan; dapat diketahui teratur tidaknya djj, contoh:

11 12 11

Djj= 4 x (11+12+13) = 136 per menit teratur

10 14 9

Djj = 4 x (10+14+9) = 132 per menit tidak teratur

Pemeriksaan Dalam

1. Vaginal touché (VT)

2. Rectal touché (RT)

Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui hal-hal berikut ini:

a. Bagian terbawah janin

b. Jika bagian terbawah merupakan kepala, dapat ditentukan posisi UUK, UUB, dagu,

hidung, orbita, mulut, dsb.

c. Bila letak sungsang, dapat diraba anus, sakrum, dan tuber iskiadikum.

d. Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, kaput suksedaneum, dsb.

e. Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul.

f. Pelvimetri klinik: Pemeriksaan dalam dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah

dengan mencoba meraba promontorium. Jika promontorium teraba, batasnya ditandai

dengan jari telunjuk tangan kiri lalu telunjuk dikeluarkan dan diukur. Hasil pengukuran

adalah konjugata diagonalis. Jika nilai tersebut dikurangi 1,5 cm, diperoleh konjugata

vera (CV).

34

Page 35: Laporan Persalinan Normal

Indikasi pemeriksaan dalam:

1. Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau persalinan, sebelum

ditinggalkan oleh penolong.

2. Jika pada pemeriksaan luar kedudukan janin tidak dapat ditentukan

3. Jika ada dugaan panggul terlalu sempit dan CPD

4. Jika karena suatu hal persalinan tidak maju-maju

5. Jikaakan diambil tindakan obstetri operatif

6. Untuk menentukan nilai skor pelvis.

Sebenarnya, periksa dalam adalah tindakan yang berbahaya karena dapat menyebabkan

perdarahan dan infeksi. Karena itu, periksa dalam hanya boleh dilakukan jika ada indikasi dan

dikerjakan dengan cara suci hama atau dilakukan pemeriksaan rektal (RT). Pemeriksaan dalam

untuk menilai keadaan janin dan jalan lahir hendaknya dilakukan dengan lembut.Sebaiknya, ibu

diminta buang air kecil dan buang air besar terlebih dahulu.Genitalia eksterna dibersihkan

dengan kapas Lisol atau Dettol atau disinfektan lainnya.3,8

Pada kehamilan triwulan pertama, pemeriksaan dalam dilakukan untuk memeriksa:

1. Pembesaran rahim dan konsistensinya

2. Tanda Hegar, tanda Piskacek, dan tanda Chadwick

Pada kehamilan lanjut dapat dinilai:

1. Pembukaan serviks – berapa cm atau berapa jari, hampir lengkap, dan sudah lengkap

2. Bagian terbawah janin – kepala, bokong, serta posisinya

3. Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge

4. Apakah selaput ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak

5. Apakah promontorium teraba atau tidak

6. Apakah linea inominata teraba seluruhnya atau tidak

7. Apakah sakrum cekung atau berbentuk lain

8. Apakah spina iskiadika menonjol atau tidak

9. Apakah arkus pubis cukup lebar atau tidak

10. Serviks – pendataran, tipis, atau tebal

35

Page 36: Laporan Persalinan Normal

11. Apakah pada kepala janin ada kaput atau tidak

12. Dan lain-lain.

TAHAP-TAHAP PERSALINAN

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :3

Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm

Kala II : Kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah,kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir

Kala III : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran placenta

Kala IV : Mulai dari lahirnya placenta, selama 1-2 jam.

Primigravida Multipara

Serviks mendatar (effacement), baru berdilatasi dan berlangsung 13-14 jam

Mendatar dan membuka dapat terjadi bersamaan dan berlangsung 6-7 jam

Tabel 2 : Perbedaan bentuk serviks pada primigravida dan multipara.3

Primigravida MultiparaKala I 13 Jam 7 Jam

Kala II 1 Jam ½ Jam

Kala III 1/3 Jam ¼ Jam

Lama Persalinan 14 ½ Jam 7 ¾ jam

Tabel 3 : Perbandingan waktu dan lama persalinan pada kehamilan primigravida dan multipara.3

KALA I ( Pembukaan )

Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show)

karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh

darah kapiler di sekitar kanalis serviks akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.3

36

Page 37: Laporan Persalinan Normal

Kala ini terbagi atas 2 fase :

a. Fase Laten : Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm,

lamanya 7-8 jam.

b. Fase Aktif : Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase , yaitu :

Periode akseleras : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm

Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi

9 cm

Periode deselerasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm

(lengkap)

KALA II ( Pengeluaran Janin )

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama.Kira-kira 2-3

menit sekali.Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada

otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan.Karena

tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau BAB, dengan tanda anus terbuka.Pada waktu his,

kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his dan

mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi

berlangsung 1½-2 jam, pada multi ½ -1 jam.3,7,9

KALA III ( Pengeluaran Placenta )

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.Uterus teraba keras dengan

fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari

sebelumnya.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam

waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir spontan

atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc.

37

Page 38: Laporan Persalinan Normal

KALA IV

Kala ini adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk

mengamati keadaan ibu, dan amati perdarahan yang terjadi terutama terhadap bahaya perdarahan

postpartum. 7

Gambar 2 : Posisi kepala janin pada kala II

[Sumber :Spong,Rous et.al. Obstetri Williams. Vol.2. Ed.23.Jakarta : EGC 2014]

38

Page 39: Laporan Persalinan Normal

FARMAKOLOGI PERSALINAN

Manajemen Aktif Kala III7

Tujuan Manajemen Aktif Kala II menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif

1. Mempersingkat waktu

2. Mencegah perdarahan

3. Mengurangi kehilangan darah. Manajemen aktif kala III terbukti mengurangi kejadian

perdarahan pasca persalinan.

Oksitosin

Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu. Periksa kembali uterus untuk

memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.

Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas

bagian distal lateral.

Penanganan Tali Pusat Terkendali

Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.

Tangan satunya menegangkan tali pusat.

Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain

mendorong uterus ke arah belakang atas secara hati-hati.

Mengeluarkan Plasenta

Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga terlepas, minta ibu meneran

sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,

mengikuti poros jalan lahir.

39

Page 40: Laporan Persalinan Normal

Setelah plasenta muntul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.

Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan

tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan.

RangsanganTaktil (Masase) Uterus

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, letakkan telapak

tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hinggan uterus

berkontraksi.7,11

PEMERIKSAAN FETAL WELL BEING

Penilaian fetal well being :

Palpasi abdominal untuk menilai presentasi fetus

- Manuver Leopold untuk menilai presentasi dan waktu- Presentasi fetus sebaiknya di nilai dengan palpasi abdomen (manuver leopold) pada

minggu ke-36 atau setelah minggu tsb. Penilaian rutin dengan palpasi abdomen sebaiknya tidak dilakukan sebelum usia kehamilan 36 minggu karena biasanya tidak akurat dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

Memantau pergerakan fetus

- Pengenalan maternal terhadap penurunan pergerakan fetus digunakan pada ANC untuk identifikasi tanda bahaya dari fetus dan intervensi untuk mencegah kematian

- Dari penelitian yang dilakukan dianjurkan untuk tidak selalu melakukan perhitungan pergerakan fetus, karena kematian pada bayi tidak bisa diprediksi bahkan pada ibu yang sehat sekalipun

Auskultasi jantung fetus

Auskultasi jantungà konfirmasi kalau bayi masih dalam keadaan baik

Cardiotocography

Penilaian USG pada trimester III

Dari penelitian membuktikan bahwa USG tidak perlu dilakukan untuk dilakukan rutin setelah minggu 24.

40

Page 41: Laporan Persalinan Normal

DAFTAR PUSTAKA

1. Laurale, Sherwood. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Ed.6. Jakarta : EGC ; 2011

2. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC ; 2010

3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Ed 3. Jilid 1.

Jakarta : EGC ; 2015

4. Wigan, Leigh. Guideline Obs 21. Antenatal Care. UK : NHS Foundation Trust 2015

Available From : http://www.poole.nhs.uk > maternity >antenatal care.co.uk. Acceced on

Oct 18th 2015.

5. Carroli G et al. for the WHO Antenatal Care Trial Research Group. WHO systematic

review of randomised controlled trials of routine antenatal care. The Lancet, 2001,

357:1565-1570.

Available From : http://www.WHO.int >WHO_RHR_01.30.Antenatal Care.org. Acceced

on Oct 18th 2015.

6. Pedoman Pelayanan ANC Terpadu. Kementrian Kesehatan Direktorat Jendral Bina

Kesehatan Masyarakat. Jakarta ; 2010

Available From : http://www.KemenkesRI.co.id . Acceced on Oct 18th 2015

7. Departmen Kesehatan RI. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal. Jakarta ; 2009

Available From : http://www.kemenkesRI.go.id. Acceced on Oct 18th 2015

8. Spong,Rous et.al. Obstetri Williams. Vol.2. Ed.23. Jakarta : EGC ; 2014

9. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Ed.4. Jakarta : Bina Pustaka ; 2014

10. Prawihardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Ed.3. Jakarta : Bina Pustaka ; 2014

11. Jordan, Sue. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC ; 2003

41