laporan pendahuluan defisit perawatan diri

Upload: m-syaiful-islam

Post on 03-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

klg

TRANSCRIPT

1LAPORAN PENDAHULUAN

Diagnosa

Defisit Perawatan Diri1.2. Tinjauan Teori1.2.1. PengertianPerawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000).1.2.2. Rentang Respon

Pola perawatan perawatan diri seimbang

Kadang perawatan diri kadang tidak

Tidak melakukan perawatan diri pada saat stress

1.2.3. Faktor predisposisi dan faktor prespitasiFaktor Predisposisi

Deficit perawatan diri seringkali disebabkan oleh intoleransi aktivitas, hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas, atau gangguan kognitif atau persepsi (misalnya deficit perawatan diri : makan yang berhubungan dengan disorientasi). Sebagai etiologi, deficit perawatan diri dapat menyebabkan depresi, ketakutan terhadap ketergantungan dan ketidakberdayaan (misalnya, ketakutan menjadi ketergantungan total yang berhubungan dengan deficit perawatan diri akibat kelemahan residual karena penyakit stroke) (Wilkinson dan Ahern 2012).Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003) faktor predisposisi deficit perawatan diri adalah:Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diriKemampuan Psikologis menurun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. Masalah psikologi tersebut contohnya harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri, body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkngan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Menurut Wilkinson dan Ahern (2012) deficit perawatan diri berhubungan dengan:Defisit perawatan diri mandi / hygiene berhubungan dengan :

Penurunan motivasi, kendala lingkungan, ketidakmampuan untuk merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan untuk merasakan hubungan spasial, gangguan musculoskeletal, kerusakan neuromuscular, nyeri, gangguan persepsi atau kognitif, ansietas hebat, kelemahan dan kelelahan (NANDA). Faktor lain yang berhubungan (non NANDA international) depresi, ketunadayaan perkembangan, intoleran aktivitas, pembatasan karena pengobatan, gangguan psikologis.Defisit perawatan diri berpakaian / berhias berhubungan dengan penurunan motivasi, ketidaknyamanan, hambatan lingkungan, keletihan, gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan / kelelahan.Defisit perawatan diri makan berhubungan dengan penurunan motivasi, hambatan lingkungan, keletihan, hambatan mobilitas, hambatan kemampuan berpindah, gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.Defisit perawatan diri eliminasi (BAB / BAK) berhubungan dengan penurunan motivasi, ketidaknyamanan, kendala lingkungan, keletihan, gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.

Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, gangguan kognitif atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi :Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik, individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.Praktik Sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.Dampak psikososial

Masalah yang berhubungan dengan kebersihan diri / personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto dan Wartonah, 2003). 1.3. Patofisiologikebersihan diri tidak adekuat

Defisit perawatan diri : Core problem

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah : Penyebab

1.4. Data Yang Perlu Di KajiPenurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Data subyektifKlien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa,

Data obyektifKlien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau, kulit kotor

Defisit Perawatan Diri

Data subyektifPasien merasa lemahMalas untuk beraktivitasMerasa tidak berdaya.

Data obyektifRambut kotor, acak acakanBadan dan pakaian kotor dan bauMulut dan gigi bau.Kulit kusam dan kotorKuku panjang dan tidak terawat

1.5. Penentuan Diagnosis Keperawatan1.5.1. Batasan karakteristikDefisitPerawatan Diri Mandi

Adalah gangguan kemampuan dalam melakukan aktivitas mandi atau kebersihan diri. Batasan karakteristik :Tidak mampu untukmengeringkan badanTidak mampumengambil perlengkapan mandiTidak mampukeluar dan masuk kamar mandiTidak mampu mendapatkan atau menyediakan airTidak mampumengatur suhu dan aliran airTidak mampu membersihkan tubuh atau anggota tubuh

DefisitPerawatan Diri Makan

Adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas makan sendiri. Batasan karakteristik :Ketidakmampuan untuk menyuapmakanandaripiringke mulutKetidakmampuanuntuk mengunyah makananKetidakmampuanuntuk menyelesaikan makan

Ketidakmampuan untuk meletakkan makanan ke piringKetidakmampuanuntuk memegang alat makanKetidakmampuanuntuk menelanmakanan

DefisitPerawatan toileting

Adalahgangguankemampuanuntukmelakukandanmenyelesaikanaktivitas toileting sendiri. Batasan karakteristik :Ketidakmampuan untuk melakukan kegiataneliminasi atau kekamarkecilKetidakmampuan untuk dudukatau bangun dari toiletatau kamarkecilKetidakmampuan untuk melepas atau mengenakan pakaianKetidakmampuan untukmembersihkandirisehabiseliminasiKetidakmampuan untuk menyiram toilet atau commode

1.5.2. Tanda mayorSubyektif:Menyatakan malas mandiTidak tahu cara makan yang baikTidak tahu cara dandan yang baikTidak tahu cara eliminasi yang baik

Obyektif:Badan kotorDandanan tidak rapiMakan berantakanBab/bak sembarang tempat

1.5.3. Tanda minorSubyektif:Merasa tak bergunaMerasa tak perlu mengubah penampilanMerasa tidak ada yang peduli

Obyektif:Tidak tersedia alat kebersihanTidak tersedia alat makanTidak tersedia alat toileting

1.6. Rencana Tindakan Keperawatan1.6.1. Tujuan dan tindakan keperawatan pada klienTujuan Umum: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diriTujuan Khusus:Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Berikan salam setiap berinteraksi.Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.Buat kontrak interaksi yang jelas.Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.Penuhi kebutuhan dasar klien.

Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

Tindakan:Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.

Tindakan :Motivasi klien untuk mandi.Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.

Tindakan:Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Tindakan:Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri

Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.

Tindakan :Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

1.6.2. Tujuan dan tindakan keperawatan pada keluargaTindakan Keperawatan Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik maka Anda harus melakukan tindakan kepada keluarga agarkeluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuanpasiendalamperawatndirinyameningkat.Tindakanyangdapatandalakukanadalah :Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang diahadapi keluarga dalammerawat pasien.Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.Diskusikan dengan keluaga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkanoleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantumeningkatkan pasien dalam merawat diri ( sesuai jadwal yang telahdisepakati).Anjurkan kleurga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalamperawatan diri.Latih keluarga tentang cara merawat pasien defisit perawatan diri. (Keliat B. ,2011)

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)DEFISIT PERAWATAN DIRI

TOPIKDefisit Perawatan DiriTUJUANKlien mampu melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.Klien mampu memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiriKlien mampu menunjukkan aktivitas makan.Klien mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri

LANDASAN TEORITerapi Aktivitas Kelompok (TAK)Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah terapi yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan emosional pasien dengan masalah keperawatan jiwa dan bertujuan membantu anggota dalam meningkatkan koping dalam mengatasi stressor dalam kehidupan. TAK memiliki tujuan terapeutik dan tujuan rehabilitatif.

Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Pada kesempatan ini perawat akan berfokus pada TAK stimulasi persepsi.Terapi aktivitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwayangpaling banyak ditemukan dikelompokkan sebagai berikut :TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehatsecara fisikTAK stimusi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori)TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah dapat mengontrol halusinasinya, klien paham yang telahdapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik)TAK stimulasi persepsi: halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)

TAK stimulasi persepsi adalah TAK yang menstimulasi pasien untuk mengolah pikiran sesuai dengan stimulasi yang diberikan (berpersepsi). TAK jenis ini diindikasikan untuk pasien yang mengalami koping yang tidak efektif dalam bentuk terjadinya harga diri rendah, halusinasi, perilaku kekerasan,ansietas, defisit perawatan diri dan sebaginya. Bentuk kegiatannya adalah diskusi dan latihan bersama keterampilan koping untuk mengatasi masalah masing-masing.TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan harga diri rendah)TAK penyaluran energy ( untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarikdiri yang telah dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehatsecara fisik).

Prilaku KekerasanPengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000).

EtiologiMenurut (Dep Kes, 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah :Faktor prediposisi

Perkembangan :Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehinggaperkembangan inisiatif terganggu.Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Faktor presipitasi

Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kogniti atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:Body Image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.Praktik Sosial : Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.Status Sosial Ekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.Budaya : Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.Kebiasaan seseorang : Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalamperawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.Kondisi fisik atau psikis : Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Defisit Perawatan DiriFaktor Predisposisi

Deficit perawatan diri seringkali disebabkan oleh intoleransi aktivitas, hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas, atau gangguan kognitif atau persepsi (misalnya deficit perawatan diri : makan yang berhubungan dengan disorientasi). Sebagai etiologi, deficit perawatan diri dapat menyebabkan depresi, ketakutan terhadap ketergantungan dan ketidakberdayaan (misalnya, ketakutan menjadi ketergantungan total yang berhubungan dengan deficit perawatan diri akibat kelemahan residual karena penyakit stroke) (Wilkinson dan Ahern 2012).Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003) faktor predisposisi deficit perawatan diri adalah:Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diriKemampuan Psikologis menurun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. Masalah psikologi tersebut contohnya harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri, body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkngan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

Menurut Wilkinson dan Ahern (2012) deficit perawatan diri berhubungan dengan:Defisit perawatan diri mandi / hygiene berhubungan dengan :

Penurunan motivasi, kendala lingkungan, ketidakmampuan untuk merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan untuk merasakan hubungan spasial, gangguan musculoskeletal, kerusakan neuromuscular, nyeri, gangguan persepsi atau kognitif, ansietas hebat, kelemahan dan kelelahan (NANDA). Faktor lain yang berhubungan (non NANDA international) depresi, ketunadayaan perkembangan, intoleran aktivitas, pembatasan karena pengobatan, gangguan psikologis.Defisit perawatan diri berpakaian / berhias berhubungan dengan penurunan motivasi, ketidaknyamanan, hambatan lingkungan, keletihan, gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan / kelelahan.Defisit perawatan diri makan berhubungan dengan penurunan motivasi, hambatan lingkungan, keletihan, hambatan mobilitas, hambatan kemampuan berpindah, gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.Defisit perawatan diri eliminasi (BAB / BAK) berhubungan dengan penurunan motivasi, ketidaknyamanan, kendala lingkungan, keletihan, gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, nyeri, gangguan kognitif atau persepsi, ansietas berat, kelemahan.

Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, gangguan kognitif atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi :Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik, individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.Praktik Sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.Budaya

Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.Dampak psikososial

Masalah yang berhubungan dengan kebersihan diri / personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto dan Wartonah, 2003).

Tanda dan GejalaMenurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :

Fisik

Badan bau, pakaian kotor.Rambut dan kulit kotor.Kuku panjang dan kotor.Gigi kotor disertai mulut bau.Penampilan tidak rapi.

Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif.Menarik diri, isolasi diri.Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

Sosial

Interaksi kurang.Kegiatan kurangTidak mampu berperilaku sesuai norma.Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigidan mandi tidak mampu mandiri.

Sesi-sesi TAK stimulasi persepsi: Defisit Perawatan DiriDalam Terapi Aktifitas Kelompok Perilaku Kekerasan dibagi dalam 5 sesi, yaitu:Sesi 1 : Memperkenalkan diri, Manfaat Perawatan Diri dan menjaga Kebersihan DiriSesi 2 : Mengenal dan menyebutkan tata cara makan dan minum yang baikSesi 3 : Tata cara toileting (BAB/BAK)Sesi 4 : Tata cara Berhias

D.KLIENKriteria klienKlien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan diri: defisit perawatan diriKlien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)Proses Seleksi

Mengumpulkan data klienMenganalisis data klienObsevasi di ruangan klienMenentukan klien

Jumlah peserta TAKPerawat yang terdiri dari :

Leader: Co leader: Fasilitator: Observer: Klien terdiri dari :PENGORGANISASIANWaktu

Hari/tanggal: Waktu: 10.00 s.d 10.40 WIB (40 menit)Tempat:

Tim terapis

Setting: peserta dan terapis duduk di kursi melingkarRuangan nyaman dan tenang

CLL

KK

KK

FF/O

KK

K

Keterangan:K: KlienL: LeaderCL: Co Leader F: Fasilitator O : ObserverTim terapis dan uraian tugas

Leader: Uraian tugas:Menyusun proposal kegiatan TAKMenjelaskan tujuan pelaksanaan TAKMenjelaskan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulaiMampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompokMampu memimpin TAK dengan baik

Co Leader: Uraian tugas:Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klienMengingatkan leader jika kegiatan menyimpangMengingatkan leader tentang waktu

Fasilitator: Memfasilitasi klien yang kurang aktifBerperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsungMempertahankan kehadiran pesertaMemotivasi peserta dalam aktivitas kelompokMemotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.Membimbing kelompok selama permainan diskusiMembantu leader dalam melaksanankan kegiatan Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

Observer: Uraian tugas:Mengobservasi jalannya/proses kegiatanMencatat perilaku verbal dan nonverbal klien selama kegiatan

Berlangsung

Langkah KegiatanSesi 1 : Memperkenalkan diri, Manfaat Perawatan Diri dan menjaga Kebersihan DiriTujuan

Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.Klien mampu menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diriKlien mampu menyebutkan cara menjaga kebersihan diriKlien mampu menyebutkan akibat apabila tidak melakukan perawatan diri

Kriteria Anggota

Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan diri: defisit perawatan diriKlien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)

Nama Klien dan ruangan

Klien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah 5 orang, sedangkan sisanya sebagai klien cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.

Alat

Buku catatan dan pulpenJadwal kegiatan klien

Metode

Dinamika kelompokDiskusi dan Tanya jawabSimulasi

Langkah Kegiatan

a)PersiapanMemilih klien dengan indikasi, yaitu Defisit perawatan diri.Membuat kontrak dengan klien.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b)OrientasiMemberi salam terapeutik: slam dari terapis.Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.

c)Kontrak:Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan manfaat perawatan diri dan cara menjaga kebersihan diri serta akibat apabila tidak melakukan perawatan diri.

d)Tahap KerjaJelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kea rah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok memegang bola mendapat giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.Tulis nama panggilan pada kertas/ papan nama dan temple/pakai.Ulangi b, c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member tepuk tangan.

Sesi 2 : Mengenal dan menyebutkan tata cara makan dan minum yang baikTujuan:

Klien mampu menyebutkan alat alat makan dan minumKlien mampu menjelaskan cara mempersiapkan makan dan minumKlien mampu menjelaskan cara makan dan minum yang tertibKlien mampu menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan

Alat:

Peralatan makan dan minum

Metode

Dinamika kelompokDiskusi dan tanya jawabBermain peran dan simulasi

Langkah kegiatan

1)Persiapana. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi keduab. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan2)Orientasia. Salam terapeutik Salam dari terapis kepada klien Klien dan terapis pakai papan nama3)Kontrak Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan alat alat makan dan minum, cara mempersiapkan makan dan minum, cara makan dan minum yang tertib, cara merapikan peralatan makan setelah makan

Sesi 3 : Tata cara toileting (BAB/BAK)Tujuan :

Klien dapat mengenal alat-alat yang digunakan untuk toileting dan menjelaskan tata cara BAB/BAK secara mandiri

Alat

Peralatan toileting

Metode

Diskusi dan tanya jawabBermain peran dan simulasi

Langkah Kegiatan:

Persiapan

Memilih klien sesuai indikasi, yaitu klien dengan defisit perawatan diriMembuat kontrak dengan klienMempersiapkan alat dan tempat pertemuan

Orientasi

Salam teraupetik

Salam dan terapis kepada klienPerkenalkan nama dan panggilan terapisMenanyakan nama dan panggilan semua klien

Evaluasi/Validasi

Menanyakan pada klien cara melakukan dan membersihkan BAB/BAK

Kontrak

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengetahui cara melakukan dan membersihkan BAB/BAK.Terapis menjelaskan aturan main berikut:Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada terapisLama kegiatan 45 menitSetiap klien mengikuti kegitan dari awal sampai selesai.

Tahap kerja

Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk BAK/BAB, tata cara BAK/BAB yang baik. Ulangi sampai semua klien mendapat giliranBerikan pujian setiap klien selesai berceritaTerapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk BAK/BAB.Menanyakan perasaan klien setelah mengenal tata cara BAK/BAB.Memberikan pujian kepada klien.Upayakan semua klien mampu mengenal tata cara BAK/BAB.

Sesi 4 : Tata cara Berhias

Tujuan

Klien dapat mengenal dan menyebutkan alat-alat yang berhiasKlien mampu menyebutkan cara berpakaian, bercukur untuk pria dan cara berhias dan menyisir rambut untuk wanitaKlien mampu menggunakan alat-alat yang diberikan untuk berhiasKlien mampu menjelaskan manfaat berhias

Alat:

Peralatan berhias dan bercukur

Metode:

Diskusi dan Tanya jawabBermain peran/ simulasi

Langkah Kegiatan

Persiapan

Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnyaMembuat kontrak dengan klien.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Orientasi

Salam Terapeutik

Salam dari terapis kepada klienKlien dan terapis pakai papan nama

Evaluasi/ Validasi

Menanyakan perasaan klien saat iniMenanyakan pengalaman klien tentang berhias dan bercukur untuk pria yang dilakukan selama ini.

Kontrak

Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara berhias untuk mempercantik diri

Tahap Kerja

Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk berhias, manfaat dan tata cara berhias dan bercukur untuk pria. Ulangi sampai semua klien mendapat giliranBerikan pujian setiap klien selesai berceritaTerapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk berhias, manfaat dan mendemonstrasikan tata cara berhias dan bercukur untuk pria.Meminta klien untuk mendemonstrasikan kembali tata cara berhias. (menyisir rambut).Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara berhiasMemberikan pujian kepada klienUpayakan semua klien mampu berhias dan sudah mencoba

DAFTAR PUSTAKADepKes (2000).Standar Pedoman Keperawatan Jiwa. Jakarta: DepKesNurhasanah. J. dkk, (2006).Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan.Jakarta: TBKTarwoto & Wartonah (2000).Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGCKeliat, Budi Anna. Dkk, (2007).Manajemen Kasus Gangguan Jiwa.Jakarta: EGCKeliat, Akemat, (2004).Keperawatan Jiwa Teori Aktivitas Kelompok.Jakarta: EGCDepkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Keliat, B. A., dkk. 2009 .Model praktekKeperawatan Profesional : JIWA .Jakarta : EGC.Keliat, B. A,dkk. 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas . Jakarta :EGCKusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : SalembaMedikaNurjannah, 2004.Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa . Yogyakarta :MomediaStuart, G. W. (2006).