laporan neraca pembayaran indonesia - …xa.yimg.com/kq/groups/22724089/401989366/name/laporan npi...

71
LAPO NER INDO Realis Realis ORA ACA ONES sasi Triwu sasi 2008 N PEM SIA ulan IV 20 MBAY 008 YARA AN Edisi P Febru Publikasi ari 2009 1

Upload: trananh

Post on 28-Feb-2018

251 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

LAPONERINDO

Realis

Realis

ORAACAONES

sasi Triwu

sasi 2008

N PEMSIA

ulan IV 20

MBAY

008

YARAAN

Edisi PFebru

Publikasi ari 2009

1

2

Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon : (021) 3817088 Faksimili : (021) 3800134 E-mail : [email protected] Website : www.bi.go.id

3

LAPORAN

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Realisasi Triwulan IV 2008 Realisasi 2008

Edisi Publikasi Februari 2009

4

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

5

RINGKASAN …………………………………………………………… 1

RINGKASAN PERKEMBANGAN NPI TRIWULAN IV 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

……………………………………………………………

……………………………………………………………

1

3

TRANSAKSI BERJALAN

1. Neraca Perdagangan Nonmigas …………………………………………………………… 7

1.1. Ekspor Nonmigas …………………………………………………………… 7 1.2. Impor Nonmigas …………………………………………………………… 13

2. Neraca Perdagangan Migas …………………………………………………………… 16

2.1. Minyak …………………………………………………………… 16 2.2. Gas …………………………………………………………… 18

3. Neraca Jasa …………………………………………………………… 19

4. Neraca Pendapatan …………………………………………………………… 21

5. Transfer Berjalan …………………………………………………………… 22

TRANSAKSI MODAL dan FINANSIAL

1. Transaksi Modal …………………………………………………………… 25

2. Transaksi Finansial …………………………………………………………… 25 2.1. Sektor Publik …………………………………………………………… 26 2.2. Sektor Swasta …………………………………………………………… 30 CADANGAN DEVISA …………………………………………………………… 35

INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL …………………………………………………………… 37

PERKEMBANGAN NPI 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

…………………………………………………………… 39

BOKS : KRISIS KEUANGAN AS dan DAMPAKNYA PADA PEREKONOMIAN INDONESIA

…………………………………………………………… 45

LAMPIRAN …………………………………………………………… 47

DAFTAR ISI

6

DAFTAR TABEL Hal

Hal

Tabel.1 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia dan

Beberapa Indikator Ekonomi Pada Triwulan IV

2008

5 Tabel.14 Nilai Impor Bahan Baku Berdasarkan Negara

Asal

14

Tabel.2 Jenis Komoditi Nonmigas Yang Paling Banyak

Diekspor Ke Negara-Negara Tujuan Utama

8 Tabel.15 Nilai Impor Barang Modal Berdasarkan

Negara Asal

15

Tabel.3 Nilai Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan

Utama

9 Tabel.16 Pertumbuhan Nilai dan Volume Impor Lima

Belas Komoditi Utama

15

Tabel.4 Nilai Ekspor Produk Kimia ke Beberapa Negara

Tujuan Utama

9 Tabel.17 Nilai Impor Pupuk Berdasarkan Negara Asal

16

Tabel.5 Nilai Ekspor Karet ke Beberapa Negara

Tujuan Utama

10 Tabel.18 Nilai Impor Kendaraan Bermotor &

Komponennya Berdasarkan Negara Asal

16

Tabel.6 Nilai Ekspor Tembaga ke Beberapa Negara

Tujuan Utama

10 Tabel.19 Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak 16

Tabel.7 Nilai Ekspor Nikel ke Beberapa Negara Tujuan

Utama

11 Tabel.20 Demand dan Supply Minyak Dunia

17

Tabel.8 Nilai Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan

Utama

12 Tabel.21 Ekspor LNG, LPG dan Natural Gas 18

Tabel.9 Nilai Ekspor Batubara ke Beberapa Negara

Tujuan Utama

12 Tabel.22 Cadangan Gas Indonesia 19

Tabel.10 Nilai Ekspor Elektronik ke Beberapa Negara Tujuan

Utama

12 Tabel.23 Implied Yield/Interest Rate 22

Tabel.11 Nilai Ekspor Mesin & Mekanik Berdasarkan Negara

asal

13 Tabel.24 Perkembangan Hibah Non Investasi

23

Tabel.12 Jenis Komoditi Nonmigas Yang Paling Banyak

Diimpor dari Beberapa Negara Asal

13 Tabel.25 Perkembangan Hibah Investasi

25

Tabel.13 Nilai Impor Barang Konsumsi Berdasarkan Negara

Asal

14 Tabel.26 Indikator Sustainabilitas Eksternal 37

DAFTAR GRAFIK Hal

Hal

Grafik.1 Transaksi Berjalan 7 Grafik.10 Perkembangan Harga Batubara Dunia 12

Grafik.2 Neraca Perdagangan Nonmigas 7 Grafik.11 Perkembangan Pangsa Impor Nonmigas

Berdasarkan Negara asal

13

Grafik.3 Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan

Negara Tujuan Utama

8 Grafik.12 Perkembangan Harga Minyak Dunia 17

Grafik.4 Nilai Ekspor Nonmigas 8 Grafik.13 Perkembangan Produksi Minyak dan Konsumsi

BBM

18

Grafik.5 Volume Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan

Utama

9 Grafik.14 Perkembangan Neraca Jasa

19

Grafik.6 Perkembangan Harga Karet Dunia 10 Grafik.15 Perkembangan Jasa Travel 20

Grafik.7 Perkembangan Harga Tembaga Dunia 10 Grafik.16 Perkembangan Neraca Pendapatan 21

Grafik.8 Perkembangan Harga Nikel Dunia 11 Grafik.17 Perkembangan Workers’ Remittances 23

Grafik. 9 Perkembangan Harga CPO Dunia 11 Grafik. 18 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial

Per Jenis Investasi

25

7

DAFTAR GRAFIK Hal

Hal

Grafik.19 Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial

Per Sektor

26 Grafik.29 Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri

Pemerintah

30

Grafik.20 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik 26 Grafik.30 Perkembangan Transaksi Finansial Sektor

Swasta

30

Grafik.21 Perkembangan BI Rate dan Fed Rate 27 Grafik.31 Perkembangan Direct Investment di Indonesia

31

Grafik.22 Perkembangan Yield Global Bond Indonesia dan

US T-Note

27 Grafik.32 Perkembangan Arus Masuk FDI Migas

31

Grafik.23 Perkembangan Kepemilikan SUN & SBI Oleh Asing 28 Grafik.33 Perkembangan FDI per Negara Asal

32

Grafik.24 Perkembangan Penarikan dan Pembayaran

Pinjaman Pemerintah

28 Grafik.34 Perkembangan FDI per Sektor 32

Grafik.25 Perkembangan Penarikan Pinjaman Program 28 Grafik.35 Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG

33

Grafik.26 Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek 29 Grafik.36 Perkembangan Surat Berharga Hutang Swasta 33

Grafik.27 Perkembangan Posisi Pinjaman per Negara

Kreditor Utama

30 Grafik.37 Perkembangan Penarikan Pinjaman Swasta 34

Grafik.28 Perkembangan Posisi Pinjaman Menurut Jenis

Valuta Utama

30 Grafik.38 Perkembangan Cadangan Devisa 35

8

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

1

Kinerja transaksi berjalan pada triwulan IV 2008 mengalami perbaikan dengan mencatat defisit yang lebih

kecil (defisit USD0,2 miliar) daripada yang terjadi pada triwulan III 2008 (defisit USD0,9 miliar). Namun, secara umum

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih mengalami tekanan, terutama pada sisi neraca perdagangan dan transaksi

modal dan finansial, sebagai dampak dari krisis ekonomi dan keuangan dunia yang semakin meluas. Sejalan dengan

itu, jumlah cadangan devisa berkurang dari USD57,1 miliar pada akhir triwulan III 2008 menjadi USD51,6 miliar

pada akhir triwulan IV 2008. Walaupun menurun, jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai

kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4 bulan.

Kontributor utama dari perbaikan transaksi berjalan adalah penurunan pada defisit neraca pendapatan

akibat berkurangnya pembayaran bagi hasil kepada kontraktor migas asing. Beberapa kontributor lain adalah impor

minyak yang mengecil karena berkurangnya volume konsumsi bahan bakar minyak serta masih stabilnya

penerimaan devisa dari turis asing dan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Berbagai faktor positif tersebut mampu

mengimbangi kinerja neraca perdagangan nonmigas yang menurun karena nilai ekspor nonmigas turun lebih tajam

daripada nilai impor nonmigas. Resesi ekonomi yang melanda banyak negara berdampak pada melemahnya

permintaan ekspor selama triwulan IV 2008 sehingga nilai ekspor nonmigas turun 14,8% dibandingkan triwulan III

2008 dan hanya naik 0,2% dibandingkan triwulan IV 2007. Dalam periode yang sama, sejalan dengan melambatnya

pertumbuhan ekonomi domestik, nilai impor nonmigas turun 12,4% dibandingkan triwulan III 2008 tetapi masih

naik 27,9% dibandingkan triwulan IV 2007.

Krisis keuangan global yang semakin dalam sejak September 2008 mengakibatkan transaksi modal dan

finansial pada triwulan IV 2008 mengalami defisit sekitar USD3,8 miliar. Proses deleveraging dan repricing di pasar

keuangan internasional menyebabkan terjadinya arus keluar modal asing dalam bentuk penjualan surat utang

negara, sertifikat Bank Indonesia, dan saham, terutama selama Oktober hingga awal November 2008. Arus keluar

modal asing mulai berhenti sejak pertengahan November 2008 setelah pemerintah di negara-negara maju

meningkatkan komitmennya untuk membantu lembaga-lembaga keuangan yang bermasalah dan mengatasi resesi

ekonomi melalui stimulus fiskal. Kinerja transaksi modal dan finansial juga terbantu oleh meningkatnya arus masuk

modal dalam bentuk investasi langsung dan pinjaman luar negeri, baik pemerintah maupun swasta. Hal ini sejalan

dengan permintaan domestik, khususnya investasi, yang masih tumbuh positif.

Sejalan dengan perkembangan NPI triwulan IV di atas, secara keseluruhan 2008 NPI mengalami defisit.

Namun demikian, transaksi berjalan masih mampu mencatat surplus meskipun kecil (USD0,6 miliar), turun

dibandingkan surplus pada 2007 (USD10,5 miliar). Sementara itu, transaksi modal dan finansial mengalami defisit

USD1,7 miliar, setelah pada tahun 2007 mencatat surplus sebesar USD3,6 miliar. Secara keseluruhan, overall

balance NPI 2008 mengalami defisit USD1,9 miliar, berbeda dari tahun 2007 yang mencatat surplus USD12,7 miliar.

RINGKASAN

2

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

3

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2008 mencatat defisit sekitar USD4,2 miliar. Defisit

tersebut terutama disumbangkan oleh transaksi modal dan finansial yang mengalami defisit sekitar USD3,8 miliar.

Sementara transaksi berjalan hanya mengalami defisit sekitar USD0,2 miliar, mengecil dari defisit pada triwulan

sebelumnya. Defisit pada transaksi modal dan finansial tersebut terutama disebabkan oleh derasnya arus keluar

pada investasi portofolio dan investasi lainnya yang tidak dapat diimbangi oleh meningkatnya arus masuk pada

investasi langsung. Sementara itu, perbaikan kinerja transaksi berjalan terutama berasal penurunan defisit neraca

perdagangan minyak dan defisit neraca pendapatan. Dampak positif dari penurunan defisit neraca perdagangan

minyak dan pendapatan tersebut relatif dapat mengimbangi dampak negatif dari turunnya surplus neraca

perdagangan nonmigas dan neraca perdagangan gas. Sejalan dengan perkembangan di atas, jumlah cadangan

devisa pada akhir periode turun menjadi USD51,6 miliar atau setara kebutuhan pembiayaan impor dan

pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,0 bulan.

Perkembangan neraca pembayaran Indonesia selama triwulan IV 2008 tersebut tidak lepas dari beberapa

faktor fundamental baik dalam dan luar negeri. Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi perkembangan

tersebut antara lain:

Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama, seperti Amerika, Jepang, Uni Eropa, Singapura,

bahkan Cina menunjukkan penurunan sebagai akibat dari krisis keuangan global yang terjadi. Pelemahan

permintaan domestik di beberapa negara tersebut ikut mempengaruhi tekanan inflasi yang cenderung turun.

Sebagai upaya memulihkan kondisi perekonomiannya, mayoritas otoritas moneter melanjutkan kebijakan

penurunan suku bunganya ke level yang cukup rendah.

Pelemahan permintaan dunia ikut mendorong penurunan harga beberapa komoditas ekspor nonmigas

unggulan, seperti CPO, batubara, tembaga, dan karet. Kondisi yang sama juga terjadi pada komoditas minyak

yang turun drastis setelah mengalami puncaknya pada pertengahan tahun 2008.

Rata-rata harga minyak (unit price) pada Tw. IV-2008 terus menurun hingga menjadi USD48,0/bl dari

USD113,4/bl pada triwulan sebelumnya. Turunnya harga minyak disebabkan oleh kekhawatiran terhadap

penurunan permintaan minyak akibat krisis global yang terjadi saat ini yang berdampak pada melemahnya

pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Selain itu, pengaruh

nilai tukar USD terhadap mata uang utama dunia turut mempengaruhi pergerakan harga minyak karena terkait

pada preferensi investor dalam menginvestasikan dananya. Sejalan dengan perkembangan harga minyak dunia,

harga gas (LNG) juga menurun yaitu dari USD14,3/MBTU di triwulan III menjadi USD8,8/MBTU pada periode

laporan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan selama Tw. IV-2008 atau tumbuh 5,2%, lebih rendah

dari 6,4% pada triwulan III. Perlambatan yang terjadi sejalan dengan perkembangan perekonomian di berbagai

negara, bahkan negara utama dunia mengalami perlambatan yang cukup tajam. Pertumbuhan ekonomi yang

PERKEMBANGAN NPI TRIWULAN IV 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

4

terjadi pada periode laporan dikontribusikan oleh konsumsi sebesar 4,4% (terutama oleh rumah tangga),

investasi sebesar 2,8%, dan ekspor neto sebesar 2,3%.

Laju inflasi Indonesia pada periode laporan tercatat sebesar 11,1%, lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya (12,1%). Kondisi ini sejalan dengan pelemahan permintaan domestik, penurunan harga komoditas

dunia, dan pengaruh dari kebijakan peningkatan suku bunga yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Di sisi nilai

tukar, Rupiah selama triwulan laporan mengalami tekanan hingga ditutup melemah menjadi rata-rata

Rp11.023/USD dari rata-rata sebelumnya Rp9.219/USD. Mencermati dan mempertimbangkan perkembangan

keuangan dan ekonomi global dan kemungkinan dampaknya terhadap perekonomian nasional, Bank Indonesia

mulai menurunkan suku bunga BI Rate sejalan perkiraan dampak memburuknya ekonomi global terhadap

ekonomi dalam negeri dan tekanan inflasi yang sudah menunjukkan penurunan.

Produksi minyak Indonesia selama Tw. IV-2008 mencapai 0,967 juta barel per hari (bph), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya (0,982 juta bph). Penurunan produksi tersebut sebagai konsekuensi dari

banyaknya sumur minyak yang sudah tua dan sebagian besar mengalami penurunan produksi (natural

declining) yang tidak dapat ditutupi oleh tambahan produksi dari sumur-sumur baru. Sementara itu, konsumsi

BBM di Tw.IV-2008 mencapai 87,6 juta barel, juga lebih rendah dari triwulan sebelumnya (100,8 juta barel).

Kebutuhan BBM yang menurun ditengarai terkait dengan kegiatan ekonomi domestik yang melemah pada

triwulan IV. Berkebalikan dengan perkembangan minyak, volume ekspor gas (LNG) mengalami kenaikan dari

259,3 MBTU di triwulan III menjadi 272,2 MBTU pada triwulan IV. Namun demikian, volume ekspor natural gas

menurun dari 83,6 MBTU menjadi 73,8 MBTU pada triwulan laporan.

5

Tabel 1 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia dan Beberapa Indikator Ekonomi Pada Triwulan IV 2008

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

INDIKATOR EKONOMI DUNIA

Pertumbuhan Ekonomi‐ Amerika Serikat % 2.0 2.5 2.1 0.7 ‐0.2‐ Jepang % 2.0 1.5 0.7 ‐0.2 ‐4.6‐ Uni Eropa % 2.7 2.1 1.5 0.7 ‐1.2‐ Singapura % 7.0 6.9 2.3 ‐0.6 ‐3.7‐ Cina % 13.0 10.6 10.1 9.0 6.8

Harga Komoditas Dunia‐ Minyak Mentah (OPEC) USD/barel 69.1 92.5 117.5 113.8 53.1‐ Batu Bara USD/metric ton 66 114 139 163 93‐ Tembaga USD/metric ton 7,118 7,796 8,443 7,680 3,905‐ CPO USD/ton 780 1,156 1,198 928 512‐ Karet cent USD/kg 248 293 312 329 203

Suku Bunga Internasional 1)‐ Amerika Serikat % 5.0 2.8 2.0 2.0 0.8‐ Jepang % 0.5 0.5 0.5 0.5 0.1‐ Uni Eropa % 3.9 4.0 4.0 4.3 2.5‐ Singapura % 2.7 1.5 1.3 1.4 1.0‐ Cina % 6.8 7.5 7.5 7.4 5.9

Inflasi‐ Amerika Serikat % 4.1 4.0 5.0 4.9 0.1‐ Jepang % 0.7 1.2 2.0 2.1 0.4‐ Uni Eropa % 2.1 3.4 3.6 3.8 2.3‐ Singapura % 4.4 6.7 7.5 6.7 4.3‐ Cina % 4.8 8.3 7.1 4.6 1.2

INDIKATOR EKONOMI DOMESTIK

PDB (y.o.y, %) 6.3 6.2 6.4 6.4 5.2Inflasi IHK (y.o.y, %) 6.6 7.1 11.0 12.1 11.1Nilai Tukar  1) (Rp/USD) 9,136 9,260 9,264 9,219 11,023Harga Rata‐Rata Ekspor Minyak Mentah USD/barel 70.1 93.4 119.3 113.4 48.0Produksi Minyak juta barel per hari 0.952 0.977 0.981 0.982 0.967Konsumsi BBM juta barel per tahun 382.8 95.4 99.0 100.8 87.6Ekspor Gas (LNG) mbtu 1,080 284 253 259 272Harga Rata‐Rata Ekspor Gas (LNG) USD/mbtu 9.0 11.5 13.7 14.3 8.8BI Rate 1) % 8.6 8.0 8.3 9.0 9.4

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

‐ Current Accout juta USD 10,493 2,794 ‐1,022 ‐943 ‐223‐ Capital & Financial Account juta USD 3,591 ‐1,395 2,524 918 ‐3,753‐ Total juta USD 14,085 1,400 1,504 ‐25 ‐3,976‐ Net Errors and Omissions juta USD ‐1,370 ‐367 ‐180 ‐64 ‐236‐ Overall Balance juta USD 12,715 1,032 1,324 ‐89 ‐4,212‐ International Reserves juta USD 56,920 58,987 59,453 57,108 51,639

Sumber: CEIC, IMF, World Bank, Bank Indonesia, dan berbagai sumber1) rata‐rata

2008KOMPONEN SATUAN 2007

6

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

7

Kinerja transaksi berjalan pada triwulan IV 2008

mengalami perbaikan dengan mencatat defisit yang

lebih kecil (defisit USD0,2 miliar) daripada yang terjadi

pada triwulan III 2008 (defisit USD0,9 miliar).

Kontributor utama dari perbaikan transaksi berjalan

adalah penurunan pada defisit neraca pendapatan

akibat berkurangnya pembayaran bagi hasil kepada

kontraktor migas asing. Beberapa kontributor lain

adalah impor minyak yang mengecil karena

berkurangnya volume konsumsi bahan bakar minyak

serta masih stabilnya penerimaan devisa dari turis asing

dan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Berbagai

faktor positif tersebut mampu mengimbangi kinerja

neraca perdagangan nonmigas yang menurun karena

nilai ekspor nonmigas turun lebih tajam daripada nilai

impor nonmigas.

Grafik 1

Transaksi Berjalan

1. Neraca Perdagangan Nonmigas

Resesi ekonomi yang melanda banyak negara

berdampak pada melemahnya permintaan ekspor

selama triwulan IV 2008 sehingga nilai ekspor nonmigas

turun 14,8% dibandingkan triwulan III 2008 dan hanya

naik 0,2% dibandingkan triwulan IV 2007. Dalam

periode yang sama, sejalan dengan melambatnya

pertumbuhan ekonomi domestik, nilai impor nonmigas

turun 12,4% dibandingkan triwulan III 2008 tetapi

masih naik 27,9% dibandingkan triwulan IV 2007.

Grafik 2

Neraca Perdagangan Nonmigas

1.1. Ekspor Nonmigas

Di tengah lemahnya permintaan eksternal, ekspor

nonmigas pada Tw.IV-2008 hanya mampu mencapai

USD24,5 miliar (tumbuh 0,2%, y.o.y) lebih rendah dari

triwulan sebelumnya sebesar USD28,8 miliar (22,4%).

Sementara itu, dari sisi volume, ekspor nonmigas

mengalami pertumbuhan negatif sebesar 12% (y.o.y).

Penurunan tersebut terjadi baik pada kelompok barang

pertanian (-6,1%), pertambangan (-10,6%) maupun

manufaktur (-19,3%). Tekanan terhadap turunnya

ekspor nonmigas selain dari volume juga disebabkan

oleh turunnya harga komoditas dunia. Secara umum

rata-rata harga produk ekspor mencapai tingkat

terendahnya pada Tw.IV-2008.

Sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia,

terutama di Amerika Serikat yang pertumbuhan

-5,000

-3,000

-1,000

1,000

3,000

5,000

7,000

9,000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

juta USD

Services Income Trade BalanceCurrent Trans. Current Account

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

3,000

8,000

13,000

18,000

23,000

28,000

33,000

38,000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

juta USDjuta USD

Ekspor Impor Nrc. Perdagangan Nonmigas (RA)

TRANSAKSI BERJALAN

8

ekonominya menjadi -3,8% dari -0,5% pada triwulan

sebelumnya, nilai ekspor ke negara tersebut juga ikut

menurun sebesar 0,7%. Penurunan ekspor ke negara

tersebut cukup berpengaruh terhadap kinerja ekspor

total mengingat pangsa ke negara dimaksud mencapai

11,4%. Penurunan ekspor ke Amerika Serikat dipicu

oleh melemahnya permintaan komoditi karet mentah,

udang dan pakaian terkait dengan menurunnya daya

beli masyarakat akibat krisis yang melanda negara

tersebut. Namun ditengah krisis yg melanda dunia, nilai

ekspor ke Jepang masih menunjukkan kenaikkan

sebesar 5% (pangsa 13.2%). Kenaikan tersebut

didorong oleh ekspor komoditas batubara terkait

dengan tingginya permintaan dari sektor kelistrikan di

negara tersebut. Negara tujuan ekspor lainnya adalah

Singapura, India dan Cina dengan pangsa masing-

masing sebesar 9,1%, 7,3% dan 6,2%.

Grafik 3 Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara

Tujuan Utama

Ekspor Indonesia masih didominasi oleh 10

komoditas utama, diantaranya karet (pangsa 4,2%),

batubara (pangsa 12,5%) dan CPO (pangsa 11,6%).

Penurunan permintaan dunia dan melambatnya laju

kenaikan harga ekspor di pasar internasional

mempengaruhi kinerja dari komoditas-komoditas

tersebut. Komoditas yang nilai ekspornya urun akibat

penurunan volume antara lain: TPT dan produk kimia

(sektor manufaktur); sedangkan komoditas yang nilai

ekspornya turun akibat volume dan harga yang

melemah antara lain: karet (sektor pertanian),

tembaga dan nikel (sektor pertambangan); dan

komoditas yang nilai ekspornya turun akibat turunnya

harga adalah CPO (sektor manufaktur).

Grafik 4

Nilai Ekspor Nonmigas

Tabel 2

Jenis Komoditas Nonmigas Yang Paling Banyak di Ekspor Ke Negara-Negara Tujuan Utama (Berdasarkan SITC-2 Digit, % Pangsa Terhadap Total Ekspor Nonmigas)

Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share

Batubara, krokas & briket 2.4 Pakaian 3.3 Mesin elektronik 1.6 Minyak sayur & lemak 4.2 Minyak sayur & lemak 1.7

Biji logam & sisa logam 2.2 Karet mentah 1.2 Peralatan transp. lainnya 1.0 Batubara, krokas & briket 1.6 Pulp & sisa kertas 0.7

Mesin elektronik 0.9 Alat-alat telekomunikasi 0.9 Msn ktr & pemrosesan data 0.9 Biji logam & sisa logam 0.2 Batubara, krokas & briket 0.6

Karet mentah 0.9 Kopi, teh, rempah-rempah 0.7 Logam bukan besi 0.7 Buah & sayur 0.1 Karet mentah 0.4

Jepang Amerika Serikat Singapura India Cina

0.00

3.00

6.00

9.00

12.00

15.00

18.00

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2006 2007 2008Singapura Jepang Cina USA India

(%)

1,000

3,000

5,000

7,000

9,000

11,000

13,000

15,000

17,000

19,000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

Pertanian Pertambangan Industri

Juta USD

9

TPT

Nilai ekspor TPT pada Tw.IV-2008 sebesar USD2,3

miliar atau tumbuh negatif 3,8% (y.o.y). Pertumbuhan

negatif ini disebabkan oleh turunnya volume ekspor

yang mencapai 10,5%. Daya beli yang menurun akibat

krisis memberikan tekanan lebih besar terhadap

permintaan produk tekstil, meskipun harga bahan baku

tekstil, seperti serat kapas dan bahan baku wol turun di

pasar internasional. Penurunan permintaan tersebut

terutama berasal dari Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Grafik 5

Volume Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan Utama Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia, selain

karena permintaan TPT dunia yang menurun, minimnya

infrastruktur pelabuhan, tingginya suku bunga bank,

membanjirnya produk impor dan kurangnya pasokan

energi ditengarai menjadi penghambat pertumbuhan

industri tekstil, terutama pada sisi ekspor.

Tabel 3 Nilai Ekspor TPT ke Beberapa Negara Tujuan Utama Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Amerika Serikat 903 37.6 865 37.5

Uni Eropa 421 17.5 403 17.5

Jepang 124 5.2 136 5.9

Lainnya 952 39.7 904 39.2

Total 2,400 100 2,308 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

0

20

40

60

80

100

120

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007 2008

ribu Ton

Amerika Uni Eropa Jepang

10

Produk Kimia

Ekspor produk kimia pada Tw.IV-2008 sebesar

USD1,5 miliar atau tumbuh negatif 13,8% (y.o.y).

Penurunan ekspor ini disebabkan oleh penurunan

volume yang cukup tajam mencapai 52,8%. Turunnya

permintaan produk kimia terutama berasal dari Cina,

seiring melemahnya permintaan domestik negara

tersebut dari 9,0% di Tw. III menjadi 6,8% di Tw.IV-

2008.

Di tengah krisis global yang terjadi saat ini,

Departemen Perindustrian mengambil langkah antisipasi

untuk melindungi industri kimia dari membanjirnya

produk impor dari negara lain yang mengalihkan tujuan

ekspornya dari Amerika Serikat ke Indonesia dengan

melakukan upaya pencegahan impor ilegal dan

menerapkan wajib SNI untuk produk kimia.

Tabel 4 Nilai Ekspor Produk Kimia ke Beberapa Negara

Tujuan Utama Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Uni Eropa 106 6.1 166 11.2

Jepang 118 6.8 142 9.5

Cina 205 11.9 134 9.0

Amerika Serikat 102 5.9 119 8.0

Lainnya 1,196 69.3 926 62.3

Total 1,727 100 1,487 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

Karet

Ekspor karet selama Tw.IV-2008 sebesar USD1,0

miliar atau tumbuh negatif 17,4% (y.o.y). Pertumbuhan

negatif ini disebabkan oleh penurunan volume ekspor

yang mencapai 24,2%. Turunnya permintaan karet

sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global

yang semakin memburuk akibat krisis. Menurut

Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo),

konsumsi karet alam sebesar 70% diserap oleh industri

ban untuk kebutuhan otomotif. Terjadinya krisis global

mempengaruhi penjualan otomotif sehingga konsumsi

karet menurun. Penurunan ekspor karet tersebut

terutama terjadi ke Cina dan Amerika Serikat sebagai

produsen otomotif dan ban dunia.

Tabel 5 Nilai Ekspor Karet ke Beberapa Negara

Tujuan Utama Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Amerika Serikat 326 26.0 292 28.2

Jepang 207 16.5 212 20.5

Cina 195 15.6 97 9.4

Lainnya 525 41.9 434 41.9

Total 1,253 100 1,035 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

Di sisi lain, penurunan harga karet turut

mempengaruhi kinerja ekspor pada Tw.IV-2008. Harga

karet mengalami penurunan menjadi USD202,8 cent/kg

lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar

USD329,1 cent/kg. Menghadapi kondisi penurunan

harga tersebut maka para produsen karet seperti

Indonesia, Malaysia dan Thailand yang tergabung dalam

International Tripartite Rubber Council (ITRC) sepakat

menjalankan empat langkah untuk mengatasi tren

penurunan harga karet, yaitu dengan mempercepat

peremajaan karet, memperlambat penanaman baru

pohon karet, mengurangi intensitas penyadapan karet

dan melakukan koordinasi ekspor antara eksportir

dengan para produsen karet.

Grafik 6

Perkembangan Harga Karet Dunia

0

50

100

150

200

250

300

350

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007 2008

c/kg

11

Tembaga

Ekspor tembaga pada Tw.IV-2008 sebesar USD836

juta atau tumbuh negatif 42,6%. Turunnya nilai ekspor

tembaga berasal dari volume ekspor yg turun sebesar

23,1%. Penurunan ekspor tembaga terjadi ke begara

tujuan Malaysia dan Jepang, sedangkan ekspor ke

Korea Selatan relatif stabil.

Tabel 6 Nilai Ekspor Tembaga ke Beberapa Negara

Tujuan Utama Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Jepang 376 25.8 337 40.3

Korea Selatan 130 8.9 130 15.6

Malaysia 145 10.0 104 12.4

Lainnya 806 55.3 265 31.7

Total 1,457 100 836 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

Sementara itu, anjloknya harga tembaga pada

Tw.IV-2008 yang hanya sebesar USD3.905/Mton jauh

lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai

USD7.680/Mton, menjadi pendorong utama turunnya

ekspor tembaga. Turunnya harga tembaga ini dipicu

oleh meningkatnya cadangan tembaga terkait dengan

perlambatan ekonomi global.

Grafik 7

Perkembangan Harga Tembaga Dunia Nikel

Ekspor nikel pada Tw.IV-2008 sebesar USD279 juta

atau tumbuh negatif 57,9% akibat turunnya volume

ekspor yang mencapai 48,9%. Turunnya volume ekspor

terkait juga dengan anjloknya harga nikel di pasar

internasional sehingga eksportir mengurangi ekspornya

dan menunggu hingga harga membaik kembali. Pada

Tw.IV-2008 harga nikel hanyasebesar USD10.843/Mton

turun dari triwulan sebelumnya sebesar

USD18.961/Mton. Ekspor nikel terbesar ditujukan ke

Jepang dengan pangsa mencapai 91,0%.

Tabel 7 Nilai Ekspor Nikel ke Beberapa Negara Tujuan Utama

Grafik 8

Perkembangan Harga Nikel Dunia

Crude Palm Oil (CPO)

Ekspor CPO pada Tw.IV-2008 sebesar USD2,9 miliar

atau tumbuh negatif 4,6%. Meskipun volume ekspor

naik sebesar 22,5%, namun terus melemahnya harga

CPO telah mendorong nilai ekspor turun.

Harga CPO terus mengalami penurunan, dan pada

triwulan ini hanya sebesar USD512/Mton lebih rendah

dari triwulan sebelumnya USD928/Mton. Penurunan

harga CPO ini sejalan dengan merosotnya harga minyak

mentah dunia pada triwulan laporan. Melambatnya

pertumbuhan ekonomi yang memangkas permintaan

akan CPO mempengaruhi harga komoditas menjadi

anjlok. Selain itu, adanya pembatalan kontrak

perdagangan minyak sawit mentah yang dilakukan

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007 2008

USD/MTon

Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Jepang 563 84.9 254 91.0

Cina 70 10.6 14 5.0

Lainnya 30 4.5 11 3.9

Total 663 100 279 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007 2008

USD/MTon

12

importir asal India turut mempengaruhi anjloknya harga

komoditas CPO di pasar internasional.

Grafik 9

Perkembangan Harga CPO Dunia

Untuk mengatasi harga CPO yang terus menurun,

pemerintah Indonesia dan Malaysia - yang memasok

85% CPO ke pasar dunia - sepakat untuk melakukan

peremajaan kebun kelapa sawit seluas 250.000 hektar.

Indonesia akan meremajakan 50.000 hektar, sementara

Malaysia akan meremajakan 200.000 hektar lahan

sawit. Dengan langkah ini pasokan CPO Indonesia dan

Malaysia akan berkurang, masing-masing sebesar

75.000 ton dan 500.000 ton. Selain itu, kedua negara

sepakat untuk meningkatkan konsumsi biodiesel

domestik mulai tahun 2009 sehingga mengurangi

pasokan ke pasar internasional.

Ekspor CPO pada Tw. IV-2008 terutama ditujukan

ke India, Uni Eropa dan Cina, masing-masing dengan

pangsa 34,5%, 17,3% dan 11,7%.

Tabel 8

Nilai Ekspor CPO ke Beberapa Negara Tujuan Utama Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

India 822 27.5 982 34.4

Uni Eropa 441 14.8 492 17.3

Cina 348 11.7 332 11.6

Lainnya 1,376 46.1 1,045 36.7

Total 2,987 100 2,851 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

Sementara itu, komoditas yang masih mengalami

pertumbuhan ekspor positif di tengah krisis global

antara lain: batubara (sektor pertambangan),

elektronik, serta mesin & mekanik (sektor

manufaktur).

Batubara

Ekspor batubara pada Tw.IV-2008 sebesar USD3,1

miliar atau tumbuh 69,4% didukung oleh tingginya

harga, sedangkan dari sisi volume mengalami

penurunan sebesar 8,6%. Harga batubara pada Tw.IV-

2008 sebesar USD92,97/MTon naik 11,4% dari tahun

sebelumnya.

Grafik 10

Perkembangan Harga Batubara Dunia

Turunnya volume ekspor batubara yang terjadi

mulai bulan November ditengarai terkait dengan

ketentuan Domestic Market Obligation (DMO) yang

mulai diterapkan pada bulan Desember 2008.

Ketentuan ini mengatur persentase minimal penjualan

batubara dalam negeri (PMPBDN) bagi seluruh

produsen batubara. Penetapan DMO berkisar 20-30

persen dari total produksi nasional, disesuaikan dengan

perkembangan kebutuhan riil batubara. Sementara itu,

permintaan batubara terbesar berasal dari Jepang,

Taiwan dan India masing-masing dengan pangsa

19,5%, 17,3% dan 12,7%.

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007 2008

USD/MTon

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007 2008

US D/MTon

13

Tabel 9 Nilai Ekspor Batubara ke Beberapa Negara

Tujuan Utama Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Japang 291 16.1 596 19.4

Taiwan 218 12.1 530 17.3

India 256 14.2 388 12.7

Lainnya 1,044 57.7 1,551 50.6

Total 1,809 100 3,065 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

Elektronik

Ekspor elektronik pada Tw.IV-2008 sebesar USD2,6

miliar atau tumbuh 14,0%. Pertumbuhan ekspor ini

selain karena tingginya harga elektonik, juga didorong

oleh peningkatan volume ekspor yang pada triwulan ini

naik sebesar 1,5%. Meskipun krisis finansial global

memperlambat permintaan, namun kebutuhan

elektronik di pasar dunia masih cukup tinggi mengingat

produk-produk elektronika, seperti printer, dibutuhkan

untuk perkantoran. Permintaan produk elektronik

terutama berasal dari Singapura, Jepang dan Amerika

Serikat dengan pangsa masing-masing sebesar 28,6%,

12,3% dan 11,9%.

Tabel 10 Nilai Ekspor Elektronik ke Beberapa Negara Tujuan

Utama

Mesin & mekanik

Ekspor mesin & mekanik pada Tw.IV-2008 sebesar

USD2,1 miliar atau tumbuh 19,9% yang didukung oleh

masih tingginya harga mesin & mekanik di pasar

internasional. Sementara itu, dari sisi volume terjadi

penurunan sebesar 36,5%. Ekspor mesin & mekanik

terutama terutama ditujukan ke Singapura dan Jepang.

Tabel 11 Nilai Ekspor Mesin & Mekanik ke Beberapa Negara

Tujuan Utama

1.1 Impor Nonmigas

Impor nonmigas pada Tw.IV-2008 sebesar USD21,9

miliar (tumbuh 27,9%) lebih rendah dari triwulan

sebelumnya sebesar USD25,0 miliar (44,7%).

Perlambatan laju impor ini lebih disebabkan oleh

penurunan volume yang lebih besar dibandingkan

harga. Volume impor mulai mencatat pertumbuhan

negatif sejak November khususnya pada kelompok

bahan baku dan barang konsumsi, sedangkan pada

barang modal pada triwulan laporan masih mencatat

pertumbuhan positif. Sementara itu, dalam periode

tersebut harga impor nonmigas belum mengalami

penurunan yang signifikan. Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Singapura 721 32.1 732 28.6

Jepang 331 14.8 315 12.3

Amerika Serikat 179 8.0 305 11.9

Lainnya 1,013 45.1 1,205 47.1

Total 2,244 100 2,557 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Singapura 309 17.3 483 22.5

Jepang 204 11.4 290 13.5

Uni Eropa 166 9.3 181 8.4

Lainnya 1,108 62.0 1,189 55.5

Total 1,787 100 2,143 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

14

Turunnya pertumbuhan volume impor barang

konsumsi (-39,2%) dan bahan baku (-1,8%) terkait

dengan berkurangnya permintaan domestik dan

kebutuhan bahan baku untuk ekspor. Sedangkan

pertumbuhan impor barang modal sebesar 18,3%,

meskipun melambat dibanding periode sebelumnya,

mengindikasikan masih kuatnya investasi domestik.

Barang-barang yang diimpor terutama berasal dari

Jepang berupa kendaraan bermotor, dari Cina berupa

peralatan telekomunikasi, dari Uni Eropa berupa

peralatan transportasi lainnya, dari Amerika Serikat

berupa minyak biji-bijian & kacang-kacangan serta dari

Korea Selatan berupa kain tekstil.

Grafik 11

Perkembangan Pangsa Impor Nonmigas Berdasarkan Negara Asal

Tabel 12

Jenis Komoditas Nonmigas yang Paling Banyak Diimpor dari Beberapa Negara Asal (Berdasarkan SITC-2digit, % Pangsa Terhadap Total Impor Nonmigas)

Impor barang konsumsi pada Tw.IV-2008 sebesar

USD1,9 miliar (pangsa 7,9%) atau tumbuh 5,9%.

Melambatnya pertumbuhan impor dari triwulan

sebelumnya (34,8%) sejalan dengan diberlakukannya

Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.44/M-

DAG/PER/10/2008 tentang ketentuan barang impor

tertentu. Peraturan ini diterbitkan untuk melindungi

pasar dalam negeri dari membanjirnya produk impor

yang dikhawatirkan dapat mengancam keberadaan

industri domestik. Barang-barang konsumsi yang

diimpor terutama berasal dari Cina, Uni Eropa dan

Jepang.

Tabel 13 Nilai Impor Barang Konsumsi (C&F)

Berdasarkan Negara Asal

Adapun barang konsumsi yang diatur impornya

adalah elektronik, sepatu, mainan anak, makan dan

minuman serta garmen. Impor komoditas tersebut

hanya dapat masuk melalui lima pelabuhan utama yaitu

Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Mas (Semarang),

Tanjung Perak (Surabaya), Soekarno-Hatta (Makassar)

dan Belawan (Medan) serta seluruh bandar udara

0

5

10

15

20

25

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

2006 2007 2008

Sg J pn RRC USA Tha Kor

(%)

Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share

Kendaraan bermotor 3.0 Alat telekomunikasi 1.7 Peralatan transportasi lainnya 3.1 Minyak biji, kacang-kacangan 0.7 Benang, bahan & produk 0.7

Besi dan baja 2.4 Mesin utk industri umumnya 1.4 Mesin utk industri tertentu 0.8 Mesin pembangkit 0.6 Besi dan baja 0.6

Mesin utk industri tertentu 1.7 Mesin pembangkit 1.2 Mesin utk industri umumnya 0.7 Serat tekstil 0.5 Alat telekomunikasi 0.4

Mesin utk industri umumnya 1.6 Alat elektronik 1.1 Alat elektronik 0.6 Mesin utk industri tertentu 0.5 Pupuk 0.4

Jepang Cina Uni Eropa Amerika Serikat Korea Selatan

Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Cina 426 23.9 591 31.3

Uni Eropa 124 7.0 164 8.7

Jepang 124 7.0 112 5.9

Lainnya 1,110 62.2 1,022 54.1

Total 1,784 100 1,889 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

15

internasional. Selain itu, importir untuk komoditas

tersebut harus memiliki status Importir Terdaftar (IT) dan

wajib melakukan verifikasi sebelum pengapalan

dilakukan dari pelabuhan muat dengan biaya yang

ditanggung oleh importir bersangkutan. Aturan yang

ditandatangani Mendag pada 31 Oktober 2008 itu

mulai diberlakukan sejak 15 Desember 2008 hingga 31

Desember 2010.

Impor bahan baku pada Tw.IV-2008 sebesar

USD15,9 miliar (pangsa 66,6%) atau tumbuh 26,7%.

Melambatnya pertumbuhan impor bahan baku

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (40,4%)

sejalan dengan menurunnya kebutuhan bahan baku

untuk ekspor ataupun produksi dalam negeri. Selain itu

Pemerintah juga telah memutuskan untuk membatasi

impor bahan baku produk konsumsi untuk melindungi

industri bahan baku dan barang modal di dalam negeri.

Aturan pembatasan tersebut memiliki ketentuan bahwa

pengimpor bahan baku adalah merupakan produsen

produk tersebut di Indonesia, sehingga pelaku impor

harus memiliki pabrik di Indonesia. Bahan baku yang

diimpor terutama berasal dari Jepang, Cina dan

Singapura.

Tabel 14 Nilai Impor Bahan Baku (C&F)

Berdasarkan Negara Asal

Sementara itu, impor barang modal pada Tw.IV-

2008 sebesar USD5,9 miliar (pangsa 24,7%) atau

tumbuh 42,9%. Terkait dengan masih positifnya

pertumbuhan impor barang modal, pemerintah kembali

memperpanjang izin impor barang modal bukan baru

yang seharusnya berakhir pada 31 Desember 2008

sesuai dengan Permendag Nomor 49/M-

DAG/PER/12/2007 tentang izin importasi mesin dan alat

berat bukan baru (bekas). Barang modal bukan baru

adalah barang yang masih layak dipakai, atau untuk

direkondisi, remanufakturing, digunafungsikan kembali

dan bukan skrap.

Dalam pelaksanaanya, Departemen Perdagangan

hanya memperbolehkan impor barang modal bekas

dilakukan oleh perusahaan pemakai langsung, yaitu

perusahaan yang telah memiliki izin usaha yang

mengimpor untuk keperluan proses produksi atau

untuk keperluan lainnya yang tidak dalam proses

produksi. Selain perusahaan pemakai langsung, impor

barang modal bukan baru dapat juga dilakukan oleh

perusahaan rekondisi, yaitu perusahaan yang

memproses barang modal bukan baru menjadi produk

akhir untuk tujuan ekspor atau memenuhi pesanan

pemakai dalam negeri. Perpanjangan izin ini dilakukan

untuk penyediaan barang modal yang terjangkau oleh

sektor industri mengingat belum kondusifnya kondisi

perekonomian secara keseluruhan saat ini. Barang-

barang modal ini terutama diimpor dari Jepang, Uni

Eropa dan Cina

Tabel 15 Nilai Impor Barang Modal (C&F)

Berdasarkan Negara Asal

Di sisi lain, dari 15 produk impor nonmigas

terbesar, 4 produk mengalami perlambatan laju

pertumbuhan, yaitu peralatan telekomunikasi, baja (flat

rolled), peralatan & suku cadang konstruksi & teknik

sipil, dan makanan ternak. Melambatnya pertumbuhan

tersebut dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

disebabkan oleh penurunan volume sementara dari sisi

harga masih cenderung meningkat. Sementara itu, 1

produk mengalami pertumbuhan negatif, yaitu produk

hidrokarbon; sedangkan 3 produk tumbuh cukup

Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Jepang 262 2.1 2,734 17.2

Cina 11 0.1 1,885 11.8

Singapura 8,522 67.9 1,750 11.0

Lainnya 3,764 30.0 9,540 60.0

Total 12,559 100 15,909 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Jepang 575 13.9 1,422 24.1

Uni Eropa 834 20.2 1,160 19.7

Cina 513 12.4 951 16.1

Lainnya 2,209 53.5 2,369 40.1

Total 4,131 100 5,902 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

16

tinggi, yaitu pupuk, kendaraan bermotor beserta komponen & aksesorisnya.

Tabel 16 Pertumbuhan Nilai dan Volume Impor Lima Belas Komoditas Utama

Komoditi

Tw.III-2008 Tw.IV-2008 Tw.III-2008 Tw.IV-2008

764 - TELECOMUNICATION EQUIPMENT N.E.S AND PARTS 97.0 12.4 2.9 -38.0

511 - HYDROCARBON,N.E.S AND THEIR HALOGENATED,NITRATED DERIVATIVES 75.8 -12.5 29.8 2.9

562 - FERTILIZERS,MANUFACTURED 264.2 234.9 40.6 20.9

673 - FLAT ROLLED PRODUCTS NOT CLAD 122.8 26.3 53.0 -17.2

723 - CIVIL ENGINEERING AND CONTRACTOR PLANT AND EQUIPMENT AND PARTS 70.5 49.9 46.2 57.8

784 - PARTS AND ACCESSORIES, N.E.S OFTHE MOTOR VEHICLES 44.2 82.8 37.1 -24.7

672 - INGOTS AND OTHER PRIMARY FORMS,OF IRON OR STEEL 64.3 56.3 -8.1 -11.0

041 - WHEAT AND MESLIN,UNMILLED 43.8 35.2 -21.7 -6.9

776 - THERMIONIC, COLD CATHODE AND PHOTO CATHODE VALVES AND TUBES -1.0 3.5 -19.1 -25.9

778 - ELECTRICAL MACHINERY AND APPARATUS, N.E.S 30.9 12.0 -17.0 -46.1

081 - FEEDING STUFF FOR ANIMALS 45.6 9.0 27.6 -12.4

782 - MOTOR VEHICLE FOR THE TRANSPORT OF GOODS 312.5 250.4 274.1 174.1

792 - AIRCRAFT AND ASSOCIATED EQUIPMENT AND PARTS THERE OF, N.E.S 35.8 29.4 25.9 2.7

713 - INTERNAL COMBUSTION PISTON ENGINES AND PARTS 64.3 30.6 23.9 -21.5

772 - ELECTRICAL APPARATUS FOR MAKING AND BREAKING ELECTRICAL CIRCUIT 26.2 30.4 12.7 -18.4

Nilai Volume

Pertumbuhan (%)

17

Di tengah melemahnya permintaan barang impor,

impor pupuk (SITC 562) pada Tw.IV-2008 masih tetap

tinggi mencapai USD751 juta atau tumbuh mencapai

235,3%. Tingginya nilai impor ini didukung oleh

besarnya kebutuhan pupuk yang tidak dapat dipenuhi

oleh produksi dalam negeri. Pupuk tersebut diimpor

antara lain dari Kanada, Rusia dan Korea Selatan.

Tabel 17 Nilai Impor Pupuk (C&F) Berdasarkan Negara Asal

Untuk mengatasi kelangkaan pupuk, selain dengan

mendatangkan pupuk impor, pemerintah menambah

pasokan pupuk bersubsidi sebesar 300 ribu ton pada

periode ini. Tambahan pasokan pupuk itu sebagian

akan dipenuhi oleh sejumlah produsen, antara lain

Pupuk Kaltim (sebesar 80 ribu ton), Pupuk Iskandar

Muda (40 ribu ton) dan Petrokimia Gresik (5 ribu ton).

Sementara itu, impor kendaraan untuk pengangkut

barang (SITC 782) beserta komponen & aksesorisnyanya

(SITC 784) pada Tw.IV-2008 sebesar USD1,2 miliar atau

tumbuh 138,9%. Menurut Gabungan Industri

Kendaraan Bermotor Indonesia, lonjakan impor

disebabkan banyak komponen yang belum diproduksi

di dalam negeri, sehingga harus mengimpor dari negara

lain. Impor kendaraan bermotor terutama berasal dari

Jepang, Thailand dan Amerika Serikat.

Tabel 18 Nilai Impor Kendaraan Bermotor & Komponennya (C&F)

Berdasarkan Negara Asal

2. Neraca Perdagangan Migas

Selama periode laporan, neraca minyak dan gas

mencatat surplus sebesar USD2,0 miliar, relatif tetap

dibandingkan dengan surplus yang terjadi pada periode

Tw.III-2008. Relatif tetapnya nilai surplus yang terjadi

bersumber dari penurunan surplus yang terjadi pada

neraca perdagangan gas yang dapat diimbangi oleh

penurunan defisit neraca perdagangan minyak. Di sisi

neraca perdagangan minyak, anjloknya harga minyak

mengakibatkan defisit neraca perdagangan minyak

turun secara signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Hal ini sebagai implikasi dari posisi

Indonesia sebagai negara pengimpor minyak.

Sementara itu, harga jual gas yang juga menurun

mengikuti pergerakan harga minyak berimbas pada

penurunan surplus neraca perdagangan gas yang cukup

besar.

2.1 Minyak

Neraca perdagangan minyak pada Tw.IV-2008

mencatat penurunan defisit yang signifikan menjadi

sebesar USD0,9 miliar dari triwulan sebelumnya sebesar

USD2,8 miliar. Sebagai negara yang sudah termasuk

dalam negara pengimpor minyak, penurunan harga

minyak justru memberikan dampak positif bagi neraca

perdagangan minyak. Harga minyak yang sejak akhir

triwulan III hingga akhir triwulan laporan yang terus

turun hingga sebesar $48,0 per barel menjadi faktor

penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan minyak

tersebut.

Tabel 19 Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak

Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Kanada 66 29.5 242 32.2

Rusia 7 3.1 98 13.0

Korea Selatan 2 0.9 85 11.3

Lainnya 149 66.5 326 43.4

Total 224 100 751 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

Periode

Negara Tujuan Nilai (juta USD) Share (%) Nilai (juta USD) Share (%)

Jepang 233 45.5 591 48.3

Thailand 122 23.8 302 24.7

Amerika Serikat 16 3.1 72 5.9

Lainnya 141 27.5 258 21.1

Total 512 100 1,223 100

Tw. IV-2007 Tw. IV-2008

Ekspor 37.8 4,422 40.1 1,996Minyak Mentah 28.0 3,160 112.9 31.1 1,459 46.8Produk Kilang 9.8 1,262 128.4 8.9 537 60.3

Impor 60.8 7,183 48.6 2,879Minyak Mentah 22.9 2,542 111.1 22.3 1,210 54.2Produk Kilang 37.9 4,640 122.5 26.2 1,669 63.6

Neraca Perdagangan Minyak ‐2,761 ‐884Sumber: BPMigas dan PT Pertamina (diolah)

2008Tw. III Tw. IV

RincianVolume (mbbl)

Nilai    (juta USD)

Harga (USD/barel)

Volume (mbbl)

Nilai    (juta USD)

Harga (USD/barel)

18

Dari sisi ekspor, selama triwulan laporan tercatat

ekspor minyak sebesar USD2,0 miliar atau menurun

sebesar 54,9% dibandingkan triwulan sebelumnya

(USD4,4 miliar). Penurunan tersebut bersumber dari

menurunnya nilai ekspor produk kilang dan nilai ekspor

minyak mentah yang mayoritas dipengaruhi oleh

turunnya harga minyak. Untuk ekspor produk kilang,

volume ekspor selama triwulan IV tercatat penurunan

sekitar 9,2% dibandingkan triwulan sebelumnya,

sementara volume ekspor minyak mentah meningkat

sebesar 11,1%.

Ekspor minyak mentah Indonesia (pangsa 73,0%

dari total ekspor minyak) terutama ditujukan ke negara-

negara seperti Jepang, Australia, Singapura, dan Korea.

Dari sekitar 48 jenis minyak mentah domestik, volume

eskpor terbesar adalah antara lain jenis minyak SLC,

Duri, Senipah dan Belanak.

Dari sisi impor, nilai impor minyak pada Tw.IV-2008

tercatat sebesar USD2,9 miliar, juga lebih rendah

dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai

USD7,2 miliar. Faktor penurunan harga minyak juga

menjadi penyebab utama nilai impor minyak menjadi

lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Secara

rata-rata, harga minyak impor1 selama periode laporan

turun secara signifikan dari USD118,2/barrel menjadi

USD59,3/barrel.

Selain faktor harga yang menjadi penyebab

dominan, nilai impor yang menurun juga dipengaruhi

oleh lebih rendahnya volume impor selama triwulan IV.

Selama periode laporan, impor minyak tercatat

mengalami penurunan menjadi 48,6 juta barel dari

sebelumnya 60,8 juta barel. Hal ini disumbang oleh

mengecilnya impor produk kilang yang ditengarai

sejalan dengan konsumsi BBM yang munurun cukup

besar.

Lebih lanjut, impor minyak mentah Indonesia untuk

intake kilang terutama berasal dari Saudi Arabia

1 Merupakan rata-rata harga impor minyak mentah dan produk kilang.

dengan jenis minyak ALC (Arab Light Crude). Jenis

minyak tersebut digunakan untuk kebutuhan kilang

Cilacap yang memproduksi sekitar 30% dari total

produksi BBM dalam negeri.

Turunnya harga ekspor minyak mentah Indonesia

sejalan dengan perkembangan rata-rata harga minyak

mentah basket OPEC dan WTI yang masing-masing

sebesar USD52,5 dan USD58,4 per barel. Pelemahan

permintaan minyak yang ditandai oleh menurunnya

kondisi perekonomian dunia diperkirakan

mempengaruhi pergerakan harga minyak yang terus

anjlok. Kondisi ini diperkuat dengan data permintaan –

penyediaan minyak OPEC yang menggambarkan

terjadinya surplus cadangan minyak pada triwulan IV

setelah selama dua triwulan terus mengalami defisit.

Tabel 20 Demand dan Supply Minyak Dunia

Grafik 12

Perkembangan Harga Minyak Dunia

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

Permintaan MinyakAmerika Utara 25.5 24.8 24.5 23.8 24.3Cina 7.6 8 8.2 8.1 7.7Eropa Barat 15.3 15.2 14.9 15.3 15.5Lainnya 37.5 38.7 37.8 37.8 38.8

Total Permintaan Minyak (1) 85.9 86.7 85.4 85.0 86.3

Penawaran MinyakOPEC 30.1 31.2 31.2 31.5 30.2Non OPEC 54.5 55.0 55.3 54.3 55.3

Total Penawaran Minyak (2) 84.6 86.3 86.6 85.8 85.5

Netto (1 ‐ 2) ‐1.2 ‐0.4 1.2 0.9 ‐0.8Sumber: OPEC

20082007

Rincian                          (dalam mbpd )

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D

2007 2008

USD/bbl

SLC Harga Ekspor WTI OPEC

19

Grafik 13

Perkembangan Produksi Minyak dan Konsumsi BBM

Sementara itu, produksi minyak mentah Indonesia

selama Tw IV-2008 mengalami penurunan

dibandingkan dengan rata-rata produksi pada Tw.III-

2008. Pada periode laporan, rata-rata produksi minyak

mencapai 0,967 juta barel per hari (bph), sementara

rata-rata produksi periode sebelumnya sebesar 0,982

juta bph. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kondisi

sumur-sumur tua yang terus mengalami natural

declining sementara sumur-sumur penemuan baru

belum berproduksi secara optimal bahkan sebagian

belum berproduksi. Sementara itu, produksi minyak

yang terjadi selama periode laporan didukung oleh

adanya produksi dari beberapa lapangan yang dikelola

oleh KPS seperti JOB Pertamina-Petrochina (Jatim), PT.

Chevron (Riau), Conoco Philips (Grisik, Sumsel), PT.

Medco (Sumsel), PT. Vico (Kaltim), PT. Petrochina

(Jambi), PT. Conoco (South Natuna), BP West Java

(Block A) dan PT. Chevron (Kaltim).

Konsumsi BBM selama laporan mengalami

penurunan bila dibandingkan dengan konsumsi periode

sebelumnya. Volume konsumsi BBM di triwulan IV

sebesar 87,6 juta barel, lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 100,8 juta barel. Dilihat

dari sektor penggunanya, penurunan konsumsi BBM

terjadi pada sektor rumah tangga dan listrik. Hal ini

ditengarai terkait dengan program konversi energi dari

bahan bakar minyak ke penggunaan gas dan

melemahnya kegiatan ekonomi.

2.2. Gas

Neraca perdagangan gas selama Tw. IV-2008

mencatat penurunan surplus menjadi USD2,9 miliar dari

sebelumnya USD4,8 miliar. Mengecilnya surplus selama

kurun Oktober – Desember 2008, lebih didorong oleh

anjloknya harga gas yang mengikuti penurunan harga

minyak meskipun secara volume, ekspor gas masih

menunjukkan peningkatan.

Tabel 21 Ekspor LNG, LPG dan Natural Gas

Volume ekspor gas, pada Tw.IV-2008 masih

mengalami peningkatan yang disumbang oleh ekspor

LNG yang meningkat sebesar 259 MBTU menjadi 272

MBTU. Cukup besarnya volume ekspor tersebut, antara

lain dipengaruhi oleh besarnya produksi gas selama

kurun waktu laporan guna menutupi kekurangan

pengiriman periode sebelumnya. Berdasarkan nilai

kontrak yang telah disetujui, ekspor LNG dan gas alam

terutama ditujukan untuk negara Jepang, Korea Selatan

dan Taiwan.

Harga gas yang turun secara signifikan tersebut

mempengaruhi surplus neraca perdagangan menjadi

lebih kecil. Pada akhir triwulan IV 2008, harga gas

sudah mengalami penurunan sebesar 40,5%2. Hal ini

2 Penurunan rata-rata ekspor LNG dan Natural gas.

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

0.800

0.900

1.000

1.100

1.200

1.300

Jan Jun Dec Jun Dec Jun Jan Jun

2005 2006 2007 2008

juta barel/blnJuta bph

Oil Production Konsumsi (RHS)

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

LNGVolume (mmbtu) 1,080     284           253           259         272        Nilai (juta USD) 9,723     3,275       3,462       3,699     2,350    Harga (USD/mmbtu) 9.0          11.5         13.7         14.3       8.8         

LPGVolume (000 metric ton) 337         66             35             ‐         ‐        Nilai (juta USD) 210         51             28             ‐         ‐        Harga (USD/MTon) 604.7     777.2       802.2       ‐         ‐        

Natural GasVolume (mmbtu) 293         69             78             84           74          Nilai (juta USD) 2,443     747           978           1,164     580        Harga (USD/mmbtu) 8.3          10.9         12.6         13.9       8.0         

Neraca Perdagangan Gas 12,407   4,073       4,501       4,945     3,000    Ekspor (juta USD) 12,376   4,073       4,468       4,863     2,929    Impor (juta USD) ‐31 0 ‐34 ‐82 ‐70

Sumber: BPMigas (diolah)

Rincian2008

2007

20

mempengaruhi nilai ekspor gas menjadi USD3,0 miliar

dari triwulan sebelumnya yang mencapai USD4,9 miliar.

Hingga saat ini terdapat cadangan gas bumi di

Indonesia sekitar 170,1 TSCF (triliun standar cubic feet)

dengan komposisi 112,5 TCSF merupakan cadangan

terbukti dan 57,7 TCSF adalah cadangan potensial. Bila

dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007,

cadangan gas bumi di tahun 2008 mengalami

peningkatan.

Tabel 22 Cadangan Gas Indonesia

(billion cubic feet)

Sumber: Ditjen Migas

3. Neraca Jasa

Defisit neraca jasa pada Tw. IV-2008 mencapai

USD3,3 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan angka

pada periode triwulan sebelumnya. Penyumbang

terbesar defisit neraca jasa berasal dari jasa transportasi.

Sementara jasa travel pada periode laporan mencatat

penerimaan devisa yang juga tidak jauh berbeda

daripada triwulan sebelumnya.

Grafik 14

Perkembangan Neraca Jasa

Jasa transportasi pada triwulan IV mencatat defisit

yang lebih rendah daripada triwulan sebelumnya, yaitu

sekitar USD2,6 miliar dibandingkan defisit USD3,0 miliar

pada triwulan III 2008. Angka defisit tersebut terutama

berasal dari jasa angkutan barang (freight), khususnya

nonmigas, yang turun dari USD2,2 miliar menjadi

USD1,9 miliar seiring dengan menurunnya volume

impor barang. Sementara itu, defisit jasa angkutan

barang migas menurun dari USD0,6 miliar menjadi

USD0,3 miliar, sejalan dengan penurunan volume impor

minyak. Tingginya defisit jasa transportasi tersebut

masih terkait dengan dominasi armada asing dalam

pengangkutan barang impor. Pemberdayaan industri

pelayaran nasional dalam mendukung perdagangan

internasional melalui kewajiban semua pengiriman

komoditas nasional dengan menggunakan armada

domestik masih sulit untuk diterapkan.

Sektor pariwisata, selama Tw. IV-2008 mencatat

surplus sebesar USD0,3 miliar, lebih rendah daripada

periode sebelumnya (USD0,6 miliar). Penurunan surplus

tersebut disumbang oleh pengeluaran haji 2008 sekitar

USD0,4 miliar sehingga pengeluaran jasa travel menjadi

sekitar USD1,7 miliar, sedangkan penerimaan devisa

dari wisman relatif tidak berubah sekitar USD2,0 miliar.

Jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia

(inbound) mencapai sekitar 1664 ribu orang dengan

pengeluaran rata-rata sebesar USD1,178 per kunjungan

per orang. Pada periode tersebut terjadi penurunan

wisman transit (exercusionist) menjadi 49 ribu orang

dari periode sebelumnya 60 ribu orang dengan

pengeluaran rata-rata sebesar USD153 per kunjungan

per orang. Dengan memperhitungkan wisman transit

tersebut jumlah total wisman yang berkunjung ke

Indonesia pada triwulan IV mencapai 1,7 juta orang,

relatif tidak berbeda daripada triwulan sebelumnya.

Pelemahan ekonomi dunia diperkirakan belum

mempengaruhi arus masuk wisatawan asing untuk

berkunjung ke Indonesia. Sejalan dengan hal itu,

Badan Pariwisata Dunia (UN-WTO) memperkirakan

persentase laju pertumbuhan kunjungan wisatawan

dunia akhir tahun ini masih positif meskipun hanya

sebesar 2%-3% yang disebabkan krisis keuangan

global.

Tahun

Cadangan

Terbukti 91 91 97 94 106 113

Potensial 87 98 89 93 59 58

Total 178 188 186 187 165 170

2006 200820072003 2004 2005

-4000

-3000

-2000

-1000

0

1000

2000

3000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**Transportasi Travel Jasa Lainnya Jasa, net

Juta USD

21

Negara asal wisman yang datang ke Indonesia

masih didominasi oleh Singapura (pangsa 19%),

Malaysia (14%), Jepang (8%), Australia (8%), dan Cina

(5%). Cina dan Australia termasuk negara utama asal

wisman yang tumbuh cukup tinggi, masing-masing

sekitar 51% dan 39% (y.o.y). Sementara itu, wisman

dari Arab Saudi, meskipun pangsanya masih relatif

rendah, tumbuh cukup signifikan sekitar 33% (y.o.y).

Tujuan utama wisman berkunjung ke Indonesia

adalah Bali dengan pangsa 39%, diikuti Jakarta (28%)

dan Batam (21%). Dengan adanya beberapa kegiatan

berskala internasional terkait Visit Indonesian Year 2008

seperti Asian Beach Games, pariwisata Bali sepanjang

triwulan keempat tumbuh sekitar 18% (y.o.y). Negara

asal wisman terbanyak yang berkunjung ke Bali adalah

Australia (pangsa 16%), Jepang (15%), Malaysia (8%),

Korea Selatan (7%) dan Cina (7%). Cina dan Australia

kembali menjadi negara utama asal wisman ke Bali

yang pertumbuhannya meningkat cukup signifikan,

yaitu masing-masing sebesar 62% dan 46% (y.o.y).

Masih cukup tingginya pertumbuhan kunjungan

wisman asal Australia ditengarai terkait dengan

dibukanya penerbangan langsung Brisbane-Denpasar

mulai bulan Desember 2008 meskipun pemerintahnya

masih menetapkan travel warning pasca eksekusi mati

tiga terpidana kasus bom Bali. Sementara itu, Jepang

meskipun jumlah wismannya termasuk paling banyak

berkunjung ke Bali namun pertumbuhannya negatif.

Dampak krisis keuangan global nampaknya mulai

berpengaruh pada kunjungan wisman dari negara

tersebut.

Namun demikian, dampak krisis tersebut belum

terlihat pada kunjungan wisman asal Eropa karena

meskipun Komisi Uni Eropa belum mencabut larangan

penerbangan bagi maskapai penerbangan Indonesia ke

wilayahnya, jumlah wisman Eropa yang berkunjung ke

Bali masih cukup tinggi. Selama triwulan IV 2008

wisman Eropa yang berasal dari Jerman dan Belanda

tumbuh cukup tinggi dengan rata-rata pertumbuhan

sekitar 40% (y.o.y). Dampak positif lain seperti windfall

profit kenaikan harga minyak pada negara-negara

Timur Tengah juga terlihat dari kenaikan kunjungan

wisman asal Bahrain dan Uni Emirat Arab ke Bali yang

meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan

periode triwulan III 2008.

Secara kumulatif tahun 2008, jumlah wisman

(termasuk wisman transit) telah mencapai 6,4 juta

orang atau meningkat 17% (y.o.y) dibanding jumlah

wisman pada periode yang sama tahun 2007 sebanyak

5,5 juta orang. Dengan pencapaian tersebut,

Pemerintah telah berhasil mendekati target realistis

kunjungan wisman sebesar 6,5 juta dari target semula

sebesar 7 juta orang sepanjang tahun 2008.

Grafik 15

Perkembangan jasa travel

Berbeda dengan kunjungan wisman yang relatif

tetap, selama triwulan IV jumlah WNI pergi ke luar

negeri relatif menurun menjadi 1.229 ribu orang, atau

tumbuh negatif sekitar 11% dari triwulan sebelumnya

(1.380 ribu orang). Namun dengan memasukan

perjalanan haji pada akhir tahun 2008, jumlah WNI

pergi ke luar negeri meningkat menjadi 1.447 ribu

orang. Meskipun jumlah WNI yang pergi ke luar negeri

menurun namun pengeluaran devisa terkait dengan

perjalanan WNI ke luar negeri tersebut mencapai

USD1,6 miliar, lebih tinggi dari USD1,4 miliar pada

triwulan sebelumnya. Hal ini terkait meningkatnya

pengeluaran per kunjungan. Negara tetangga di

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

-500

-400

-300

-200

-100

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov De

c

Jan

Feb

Mar Ap

r

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov De

c

2007 2008

Jumlah Inbound (ribu orang) Jumlah Outbound (ribu orang) excl. HajjTravel Balance (ribu orang) Travel Balance (Juta USD) RHSDevisa Inflows (juta USD) RHS Devisa Outflows (juta USD) RHS

Ribu Orang Juta USD

22

ASEAN masih menjadi tujuan utama kunjungan

wisatawan nusantara (wisnus), yaitu Singapura (pangsa

44%), Malaysia (25%) dan Thailand (4%). Sedangkan

Australia (6%) dan Amerika (4%) adalah negara tujuan

utama kunjungan wisnus di luar ASEAN.

Jasa bisnis lainnya neto pada Tw. IV-2008 mencatat

defisit USD0,4 miliar, sedikit lebih tinggi dari defisit

USD0,3 miliar pada triwulan sebelumnya. Jasa bisnis

lainnya terdiri dari jasa perdagangan (merchanting), jasa

sewa (operational leasing) dan berbagai jasa keahlian

(profesional) seperti jasa konsultan hukum, jasa

akuntansi, jasa arsitektur, rekayasa dan teknik, jasa riset

dan pengembangan, dan lainnya. Negara berkembang,

termasuk Indonesia, pada umumnya lebih banyak

menggunakan jasa tersebut dari bukan penduduk (non

resident) sehingga nilainya selalu defisit. Demikian juga

dengan jasa-jasa lain (konstruksi, asuransi, keuangan,

komputer & informasi, royalti & lisensi, serta personal,

budaya & rekreasi) semuanya mencatat defisit.

Sebagian besar jasa-jasa tersebut mencatat defisit yang

relatif menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi

domestik yang mengalami perlambatan sehingga

mengurangi impor jasa selama triwulan IV.

Di antara jasa lainnya, hanya jasa komunikasi dan

jasa pemerintah yang mencatat surplus. Sampai saat ini

transaksi incoming jasa komunikasi yang mencakup jasa

telekomunikasi dan pos & kurir masih lebih besar

daripada transaksi outgoing. Selama periode laporan,

jasa komunikasi mencatat surplus neto sebesar USD2

juta, menurun dari pada triwulan sebelumnya (USD76

juta). Demikian juga, penerimaan devisa dari

pembelanjaan kedutaan/perwakilan negara asing

berupa belanja pegawai, barang, pemeliharaan, dan

belanja perjalanan, masih lebih besar dibandingkan

pembiayaan kedutaan/perwakilan Indonesia di luar

negeri. Selama periode laporan jasa pemerintah

mencapai neto surplus USD58 juta, relatif sama dengan

angka pada triwulan sebelumnya (USD61 juta).

4. Neraca Pendapatan

Defisit neraca pendapatan (income) pada Tw. IV-

2008 mencatat USD2,9 miliar, lebih rendah dari defisit

USD4,8 miliar pada triwulan sebelumnya. Defisit neraca

pendapatan mencerminkan bahwa kewajiban

penduduk kepada bukan penduduk lebih besar

daripada tagihan/aset penduduk kepada bukan

penduduk. Penurunan defisit tersebut berasal dari

berkurangnya pendapatan investasi langsung (Direct

Investment) terutama profit transfer perusahaan migas

yang menurun dari USD2,4 miliar menjadi USD1,2

miliar. Turunnya harga minyak menjadi salah satu faktor

yang memperkecil pendapatan perusahaan migas

sehingga mengurangi bagian dari keuntungan

penjualan migas yang menjadi hak kontraktor asing.

Grafik 16

Perkembangan Neraca Pendapatan

Selain itu, penurunan defisit neraca pendapatan

pada Tw. IV 2008 disumbang oleh menurunnya tingkat

profitabilitas perusahaan PMA nonmigas yang

sahamnya dimiliki oleh asing. Profit transfer hasil

keuntungan perusahaan PMA ke luar negeri mencatat

penurunan dari USD0,8 miliar pada triwulan III menjadi

USD0,4 miliar pada periode laporan. Krisis keuangan

global ditengarai turut memberi dampak pada

penurunan kinerja perusahaan yang pada gilirannya

mengurangi tingkat keuntungan yang menjadi bagian

pemegang saham asing.

‐5,000

‐4,000

‐3,000

‐2,000

‐1,000

0

1,000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007 2008*

Neraca Pendapatan DI IncomePI Income OI Income

Juta USD

23

Secara keseluruhan, penurunan pendapatan

investasi langsung (Direct Investment) juga tercermin

dari profitabilitas perusahaan PMA di Indonesia (Foreign

Direct Investment) yang menurun menjadi 14,6% dari

18,1% pada triwulan sebelumnya.

Tabel 23 Implied Yield/Interest Rate

Di sisi lain, defisit pendapatan neto dari investasi

portofolio menurun menjadi USD0,2 miliar dari triwulan

sebelumnya (defisit USD1,0 miliar). Penurunan defisit

tersebut terkait dengan menurunnya pembayaran

deviden atas surat berharga saham yang dimiliki asing

menjadi USD0,3 miliar dari sebelumnya USD0,9 miliar.

Sementara itu, pendapatan investasi dari surat

berharga utang sebesar USD0,4 miliar relatif seimbang

dibanding pembayaran pendapatn investasi kepada

investor asing. Penurunan defisit pendapatan investasi

portofolio tersebut seiring dengan kenaikan persentase

imbal hasil investasi surat berharga penduduk milik

asing di dalam negeri dari 5,6% menjadi 5,3%, lebih

tinggi daripada kenaikan imbal hasil investasi surat

berharga asing milik penduduk di luar negeri dari 3,9%

menjadi 4,0%.

Sementara itu, pendapatan investasi lainnya

mencatat defisit USD0,9 miliar, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya (defisit USD0,4

miliar). Hal itu terutama akibat meningkatnya

pembayaran bunga utang luar negeri khususnya sektor

swasta akibat kenaikan posisi utang luar negeri

meskipun rata-rata bunga utang sedikit menurun

menjadi 2,9% dari 3,0% pada triwulan sebelumnya.

5. Transfer Berjalan

Transfer berjalan pada Tw. IV-2008 mencatat

surplus sebesar USD1,5 miliar, relatif tidak berbeda

daripada triwulan sebelumnya. Penerimaan terbesar

masih tetap disumbangkan oleh workers’ remittances

(WR)-TKI sebesar USD1,6 miliar, sedikit lebih rendah

daripada periode sebelumnya (USD1,7 miliar).

Meskipun tidak signifikan, melemahnya perekonomian

di negara-negara tujuan TKI, khususnya Malaysia,

mengakibatkan transfer pendapatan TKI ditengarai

menurun. Penurunan lebih besar dapat ditahan oleh

penempatan TKI baru ke Korea. Sementara itu,

outflows WR-TKA (Tenaga Kerja Asing) pada periode

laporan mencapai USD0,2 miliar, juga relatif sama

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Penempatan TKI selama triwulan keempat

mencapai sekitar 258 ribu orang, meningkat 54%

dibandingkan 168 ribu orang pada triwulan ketiga.

Dengan penempatan sebesar itu, posisi (stok) TKI yang

bekerja di luar negeri sampai dengan akhir triwulan IV

mencapai sekitar 4,4 juta orang. Dari jumlah tersebut

sebagian besar, sekitar 2,1 juta orang bekerja di

Malaysia, 1,4 juta orang bekerja di Arab Saudi dan

sekitar 0,9 juta orang bekerja di beberapa negara

seperti Hongkong, Taiwan, Singapura serta Uni Emirat

Arab. TKI yang ditempatkan di Malaysia sebagian besar

TKI formal (72%) yang bekerja di sektor perkebunan

dan properti. Sebaliknya, penempatan TKI di Arab

Saudi hampir seluruhnya TKI informal (99%) yang

bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Adapun negara penyumbang terbesar WR-TKI

selama triwulan laporan adalah Malaysia USD578juta

(pangsa 36%), Arab Saudi USD547 juta (34%),

Hongkong USD115 juta (7%), dan Taiwan USD95 juta

(6%). Meskipun Malaysia masih menjadi negara utama

penyumbang Workers’ Remittances (pengiriman uang

TKI), namun pada periode laporan WR dari Malaysia

mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya

ImpliedInterest Rate  (%)* Q.1. Q.2. Q.3. Q.4.

Inflows:  Direct Investment 15,1 9,0 6,0 6,7  Portfolio Investment 3,5 3,5 3,9 4,0  Other Investment 3,3 2,8 2,3 1,6

Outflows:  Direct Investment 18,6 18,6 18,1 14,6  Portfolio Investment 5,6 5,1 5,6 5,3  Other Investment 3,0 3,1 3,0 2,9* rasio interest/dividend (annualized) thd posisi investasi

2008*

24

jumlah TKI yang bekerja di Malaysia (stok TKI) sampai

dengan bulan November 2008. Penurunan tersebut

ditengarai terkait dengan kepulangan TKI akibat

berkurangnya aktivitas perkebunan kelapa sawit di

Malaysia sebagai dampak pelemahan ekonomi dunia.

Ancaman pemulangan TKI juga terjadi pada TKI yang

bekerja di Hongkong, Taiwan dan Korea Selatan

terutama di sektor manufaktur akibat berkurangnnya

permintaan dunia. Penurunan WR juga terjadi pada TKI

yang bekerja di Arab Saudi. Penurunan kiriman uang

tersebut sejalan dengan berkurangnya jumlah TKI yang

bekerja di sana akibat kepulangan TKI ke tanah air.

Grafik 17

Perkembangan Workers’ Remittances

Selain keempat negara utama penyumbang WR-

TKI, Korea Selatan merupakan negara penempatan TKI

baru. Meskipun pengiriman uang TKI yang bekerja di

sana baru pada triwulan IV mencapai USD20 juta

(pangsa 1,2%) namun memiliki potensi yang cukup

besar. Pemerintah Indonesia dan Korsel telah

menyepakati program penyelamatan sekitar 300 tenaga

kerja Indonesia (TKI) yang terkena pemutusan

hubungan kerja (PHK) akibat dampak krisis keuangan

global yang difasilitasi oleh Human Resources

Development of Korea (HRDK). HDRK adalah badan

resmi di bawah Kementerian Tenaga Kerja Korsel untuk

merekrut sekaligus menempatkan tenaga kerja asing

sektor formal di berbagai perusahaan di Korsel. TKI di

Korsel yang terkena PHK diberi waktu dua bulan untuk

beralih pekerjaan ke tempat lain.

Komponen lain yang menyumbang surplus transfer

berjalan adalah penerimaan hibah non investasi,

bantuan berupa barang habis pakai seperti makanan,

pakaian, dan obat-obatan. Pada Tw. IV-2008

penerimaan hibah mencapai USD145 juta, lebih tinggi

dari triwulan sebelumnya (USD62 juta). Penyaluran

hibah mulai didominasi oleh Pemerintah (sekitar 88%),

lebih tinggi dibandingkan yang diterima dan disalurkan

melalui NGO. Hibah yang disalurkan melalui Pemerintah

mencapai USD128 juta, meningkat dibandingkan

USD38 juta pada periode sebelumnya. Sedangkan

hibah yang disalurkan melalui NGO hanya USD17 juta,

lebih rendah dari USD24 juta pada triwulan

sebelumnya.

Pada triwulan IV 2008, beberapa program yang

didanai oleh hibah luar negeri antara lain bantuan dari

American Red Cross pada bulan Oktober untuk

pembangunan ekonomi di Aceh berupa program

rehabilitasi dan pengembangan perikanan dan akua

kultur pasca tsunami. Selain itu, bantuan dari Canadian

Red Cross pada bulan yang sama untuk pembangunan

ekonomi di Nias berupa program pemulihan

peternakan.

Tabel 24 Perkembangan Hibah Non Investasi

-500

0

500

1000

1500

2000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**TKI Inflow TKA Outflow worker remittance, net

juta USD

(juta USD)HIBAH NON INVEST.(Current Transfer) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

Total 159 69 111 187 86 41 62 145

Public (Govt.) 58 34 30 58 17 27 38 128Private (NGO) 101 35 81 129 69 14 24 17

sumber: BRR & UN

2007 2008*

25

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

26

Krisis keuangan global yang semakin dalam sejak

September 2008 mengakibatkan transaksi modal dan

finansial pada triwulan IV 2008 mengalami defisit

sekitar USD3,8 miliar. Proses deleveraging dan repricing

di pasar keuangan internasional menyebabkan

terjadinya arus keluar modal asing dalam bentuk

penjualan surat utang negara, sertifikat Bank Indonesia,

dan saham, terutama selama Oktober hingga awal

November 2008. Arus keluar modal asing mulai

berhenti sejak pertengahan November 2008 setelah

pemerintah di negara-negara maju meningkatkan

komitmennya untuk membantu lembaga-lembaga

keuangan yang bermasalah dan mengatasi resesi

ekonomi melalui stimulus fiskal.

Kinerja transaksi modal dan finansial juga terbantu

oleh meningkatnya arus masuk modal dalam bentuk

investasi langsung dan pinjaman luar negeri, baik

pemerintah maupun swasta. Hal ini sejalan dengan

permintaan domestik, khususnya investasi, yang masih

tumbuh positif.

Grafik 18

Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Jenis Investasi

1. Transaksi Modal

Transaksi modal pada triwulan IV 2008 mencatat

surplus sebesar USD29 juta, menurun dibanding

triwulan sebelumnya (USD200 juta). Surplus tersebut

terutama berasal dari bantuan hibah untuk investasi,

seperti pembangunan rumah tinggal, jembatan, jalan,

sekolah, dan lain-lain. Keseluruhan hibah tersebut

diberikan masih dalam rangka bantuan korban bencana

alam di beberapa tempat di tanah air. Dari total hibah

tersebut, sebagian besar (90%) merupakan hibah

investasi melalui sektor swasta (NGO) yakni sekitar

USD26 juta dan sisanya USD3 juta melalui sektor publik

(pemerintah).

Bentuk hibah investasi antara lain bantuan

pendidikan dari RANTF (Recovery of Aceh-Nias Trust

Fund) berupa pembangunan sekolah di Lamno

kabupaten Aceh Jaya pada bulan Oktober 2008. Selain

itu, bantuan dari Caritas Austria pada bulan yang sama

untuk pembangunan infrastruktur, rumah dan tanah

berupa proyek pembangunan akses jalan desa Tugala

Oyo di Aceh.

Tabel 25 Perkembangan Hibah Investasi

2. Transaksi Finansial

Ketatnya likuiditas di pasar keuangan internasional

menyebabkan kinerja transaksi finansial pada triwulan

IV 2008 mengalami defisit USD3,8 miliar, jauh lebih

-5000

-4000

-3000

-2000

-1000

0

1000

2000

3000

4000

5000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

Direct Investment Portfolio InvestmentOther Investment Financial Account

Juta USD

(juta USD)HIBAH INVESTASI(Capital Transfer) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

Total 43 127 255 122 52 73 199 29

Public (Govt.) 4 3 29 45 4 6 7 3Private (NGO) 39 124 226 77 48 67 192 26

sumber: BRR & UN

2007 2008*

TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL

27

rendah dari surplus USD0,7 miliar pada triwulan

sebelumnya. Penurunan terbesar terjadi pada transaksi

investasi portofolio. Arus keluar modal portofolio asing

banyak terjadi dalam bentuk pelepasan SBI dan SUN

oleh investor asing selama Oktober – November 2008.

Sejalan dengan itu, investasi portofolio (neto)

mengalami defisit USD4,3 miliar.

Sementara itu, transaksi investasi lainnya (other

investment) berupa simpanan bank-bank domestik di

perbankan luar negeri mengalami peningkatan yang

diperkirakan sebagai implikasi dari tutunnya GWM valas

dan masuknya dana asing dari hasil akuisisi dua bank

domestik yang kemudian di merger. Sebaliknya, neto

penarikan utang luar negeri sektor korporasi mengalami

penurunan terkait kenaikan pembayaran ULN swasta

yang lebih besar daripada kenaikan penarikan utangnya

sehingga transaksi investasi lainnya mencatat neto

defisit sekitar USD1,2 miliar. Adapun arus masuk

Investasi langsung neto (Direct Investment) pada

triwulan IV mencatat kenaikan surplus dibandingkan

triwulan III 2008, antara lain didukung oleh transaksi

merger Bank Lippo-Bank Niaga oleh CIMB Malaysia.

Grafik 19

Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor

2.1 Sektor Publik

Di sektor publik, selama periode triwulan IV 2008,

transaksi finansial mencatat defisit USD2,3 miliar, lebih

tinggi daripada defisit yang terjadi pada periode

sebelumnya (USD369 juta). Peningkatan defisit

terutama disebabkan oleh meningkatnya arus keluar

modal asing dalam bentuk investasi portofolio.

Transaksi investasi portofolio pada periode laporan

mencatat defisit USD2,9 miliar, lebih tinggi daripada

defisit yang terjadi pada periode sebelumnya (USD251

juta). Peningkatan defisit terjadi akibat pelepasan

kepemilikan asing baik atas SBI maupun SUN.

Selama periode Tw.IV-2008, terjadi neto defisit

pada transaksi SUN sebesar USD1,6 miliar akibat

pelepasan SUN oleh asing. Kondisi ini berbeda dengan

periode sebelumnya yang mencatat adanya pembelian

SUN oleh asing hingga USD1,1 miliar (neto). Hal yang

sama juga terjadi pada transaksi SBI oleh asing yang

mencatat neto defisit sebesar USD1,3 miliar, sedikit

lebih rendah daripada neto defisit pada periode

sebelumnya (USD1,4 miliar).

Grafik 20

Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik

Gejolak pasar keuangan global yang dipicu oleh

krisis pasar kredit di AS terus menekan dan

menimbulkan pesimisme pelaku pasar secara global.

Selain itu, krisis tersebut juga mengakibatkan

kebutuhan likuiditas di masing-masing negara investor

semakin meningkat dan memicu proses deleveraging.

Fenomena flight to quality akibat faktor risiko yang

meningkat juga masih terjadi terutama terhadap

negara-negara emerging markets. Kondisi tersebut

mendorong investor asing menarik dananya dari SBI

dan SUN.

-5,000

-4,000

-3,000

-2,000

-1,000

0

1,000

2,000

3,000

4,000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

Sektor Publik Sektor Swasta Transaksi Modal & Finansial

Juta USD

-4000

-3000

-2000

-1000

0

1000

2000

3000

4000

5000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

Portfolio Investment Other Investment Financial Account

Juta USD

28

Gejolak faktor eksternal tersebut pada gilirannya

memberikan tekanan terhadap harga SUN. Harga SUN

juga menghadapi tekanan lain seiring dengan

melemahnya nilai tukar rupiah secara tajam sejak awal

triwulan IV 2008. Penurunan harga ini menyebabkan

investor menuntut yield yang lebih tinggi.

Yield spread pada periode laporan mengalami

peningkatan dari 411 bps pada akhir triwulan III 2008

hingga mencapai 716 bps pada akhir triwulan IV 2008.

Bahkan yield SUN dengan tenor benchmark 10 tahun

sempat mencapai posisi tertingginya di 20,96%.

Peningkatan yield SUN yang cukup tinggi

menyebabkan pemerintah mengambil keputusan untuk

menghentikan penerbitan SUN sampai dengan akhir

triwulan IV 2008. Selain itu, pemerintah juga

membatalkan penerbitan sukuk global kepada Islamic

Development Bank (IDB) yang sebelumnya direncanakan

akan terbit pada akhir tahun 2008.

Grafik 21

Perkembangan BI Rate dan Fed Rate

Secara keseluruhan Tw.IV-2008, kebijakan moneter

Bank Indonesia yang cenderung ketat di tengah

penurunan suku bunga global, telah mengakibatkan

spread imbal hasil rupiah semakin lebar. Hal ini

diindikasikan dengan semakin besarnya selisih suku

bunga dalam negeri dengan luar negeri dan selisih yield

obligasi pemerintah dengan yield US T-Note. Akan

tetapi peningkatan risiko investasi di negara-negara

emerging markets menyebabkan pelebaran spread

tersebut terlihat tidak berpengaruh signifikan, sehingga

minat investor asing untuk menanamkan modalnya di

SBI dan SUN masih rendah.

Dalam perkembangannya di akhir periode laporan,

yield SUN kembali mengalami penurunan. Hal ini dipicu

oleh kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan BI rate

dari 9,5% menjadi 9,25% pada Desember 2008. Selain

itu, menurunnya perkiraan inflasi serta mulai

menguatnya nilai tukar rupiah turut menjadi faktor

pendorong.

Grafik 22

Perkembangan Yield Global Bond Indonesia dan US T-Note

Faktor pendorong lainnya dari sisi eksternal adalah

mulai membaiknya faktor risiko investasi dan

menurunnya imbal hasil US T-Bills. Kondisi ini ditambah

dengan semakin turunnya harga minyak dunia yang

diikuti dengan keputusan pemerintah untuk

menurunkan harga premium. Perkembangan tersebut

semakin menambah keyakinan investor asing untuk

menanamkan dananya melalui SBI dan SUN, sehingga

tekanan arus keluar modal asing pada SBI dan SUN

mulai mereda sejak pertengahan November. Hal ini

terlihat dari meningkatnya kepemilikan asing atas SBI

dan SUN pada akhir periode setelah mengalami

penurunan yang tajam pada awal periode laporan,

terutama selama Oktober hingga awal November 2008.

Dengan perkembangan tersebut, posisi kepemilikan

asing atas SUN dan SBI pada Tw.IV-2008 masih

mengalami penurunan menjadi USD8,0 miliar dan

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Aug Se

pO

ct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Aug Se

p

Oct

Nov

Dec

2007 2008

%

BI Rate Fed rate

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Jan Fe Ma Ap Me Jun Jul Ag Se Ok No De

2008Yield Global Bond Indonesia Yield US T Note

%

29

USD772 juta dibandingkan periode sebelumnya

(USD11,1 miliar dan USD2,2 miliar).

Transaksi finansial sektor publik dalam bentuk

investasi lainnya pada Tw.IV-2008 mengalami surplus

sebesar USD549 juta, lebih tinggi dibanding periode

sebelumnya yang mencatat defisit sebesar USD118 juta.

Grafik 23

Perkembangan Kepemilikan SUN & SBI Oleh Asing

Pencapaian surplus tersebut disebabkan oleh

peningkatan penarikan pinjaman yang lebih besar

daripada peningkatan pembayaran. Penarikan pinjaman

pada periode laporan meningkat menjadi USD2,8 miliar

dibanding periode sebelumnya (USD913 juta). Di sisi

lain, pembayaran pinjaman juga meningkat menjadi

USD2,2 miliar daripada periode sebelumnya (USD1,0

miliar).

Grafik 24

Perkembangan Penarikan dan Pembayaran Pinjaman Pemerintah

Peningkatan penarikan pinjaman terjadi baik pada

pinjaman program maupun pinjaman proyek. Penarikan

pinjaman program pada triwulan IV 2008 meningkat

menjadi USD2,0 miliar dibanding periode sebelumnya

(USD295 juta). Sementara itu, penarikan pinjaman

proyek meningkat menjadi USD771 juta dibanding

periode sebelumnya (USD618 juta). Perkembangan

penarikan utang pemerintah ini sesuai dengan pola

musiman selama ini.

Penarikan pinjaman program pada Tw.IV-2008

berasal dari ADB sebesar USD830 juta, IBRD sebesar

USD995 juta, dan Perancis (AFD) senilai USD200 juta.

Pinjaman program tersebut digunakan diantaranya

untuk program pengurangan dampak negatif

perubahan iklim yang meliputi sejumlah kebijakan.

Pertama, pengurangan emisi gas rumah kaca pada

sektor kehutanan, energi dan industri. Kedua, adaptasi

terhadap perubahan iklim (air dan pertanian). Ketiga,

aktivitas cross-cutting seperti perencanaan tata ruang,

pembangunan Clean Development Mechanism (CDM).

Sampai dengan akhir periode laporan, pinjaman

program untuk perubahan iklim yang ditarik

pemerintah akan mencapai total USD500 juta, lebih

tinggi USD100 juta dari target yang ditetapkan dalam

APBN-P 2008 sebesar USD400 juta. Di samping itu,

pinjaman program juga digunakan untuk program

Bantuan Operasional Sekolah, Development Policy Loan

V serta Infrastructure Development Policy Loan I dan II.

Grafik 25

Perkembangan Penarikan Pinjaman Program

0

2

4

6

8

10

12

14

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Aug Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Aug Sep

Oct

Nov

Dec

2007 2008

billion USD

Kepemilikan SUN Oleh Asing Kepemilikan SBI Oleh Asing

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2006 2007* 2008**

Juta USD

Drawing Repayment

 

0

200

400

600

800

1000

1200

Q12006

Q2 Q3 Q4 Q12007*

Q2 Q3 Q4 Q12008**

Q2 Q3 Q4

Juta USD

ADB IBRD Jepang (JBIC)

30

Di sisi pinjaman proyek, penarikan pinjaman

terutama dilakukan untuk pinjaman yang berasal dari

negara-negara yang pernah bergabung dalam CGI

sebesar USD671 juta. Pinjaman tersebut dilakukan

dengan menggunakan skema ODA yang sebagian besar

dilakukan secara bilateral (USD467 juta). Di samping itu,

pemerintah juga mendapatkan pinjaman di luar negara-

negara yang pernah bergabung dengan CGI sebesar

USD100 juta, lebih rendah daripada pinjaman yang

ditarik pada periode sebelumnya (USD164 juta).

Penarikan pinjaman proyek paling banyak digunakan

untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur.

Beberapa proyek yang sudah memperoleh pembiayaan

diantaranya adalah proyek pembangunan pembangkit

listrik 10.000 megawatt, revitalisasi sejumlah pabrik

gula, dan revitalisasi perkebunan kelapa sawit.

Grafik 26

Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek

Sementara itu, dari sisi penyerapan pinjaman,

realisasi penyerapan pinjaman program dari seluruh

kreditor sampai dengan akhir periode laporan telah

mencapai 100% dari pagu APBN-P 2008 dengan total

USD2,8 miliar atau setara dengan Rp26 triliun. Akan

tetapi realisasi penyerapan pinjaman proyek untuk

periode yang sama hanya mencapai Rp18,3 triliun atau

87% dari pagu APBN-P 2008 sebesar Rp21 triliun.

Realisasi penyerapan pinjaman proyek yang tidak

maksimal terjadi akibat keterlambatan pelaksanaan

proyek yang menyangkut masalah pengadaan barang

dan jasa, proses tender yang memakan waktu lama,

serta adanya tender ulang untuk seluruh atau sebagian

paket proyek. Proses penerbitan dokumen anggaran

yang cukup lama juga menjadi salah satu faktor

penyebabnya.

Di samping itu, masalah pembebasan lahan yang

membutuhkan waktu yang tidak sedikit juga menjadi

penyebab mundurnya pelaksanaan kegiatan dari jadwal

semula. Secara umum, masalah pengadaan atau

pembebasan lahan terjadi pada proyek-proyek

pembangunan jalan perkotaan dan proyek

penanggulangan banjir perkotaan di lingkungan

Departemen Pekerjaan Umum seperti proyek Urban

Sector Reform Development Program. Masalah

pembebasan lahan juga terjadi pada proyek

perkeretaapian di Departemen Perhubungan dan

proyek-proyek di lingkungan PT. PLN.

Kendala lain terkait dengan masih tidak

maksimalnya penyerapan pinjaman luar negeri dari

pagu pinjaman proyek adalah kekurangan dana

pendamping dari porsi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD), seperti pada proyek Water

Resource and Irrigation Sector Management serta

proyek Second Eastern Indonesia Region Transport.

Dari sisi posisi pinjaman, berdasarkan negara

pendonornya, Jepang masih tercatat sebagai negara

pemberi pinjaman terbesar untuk Indonesia (pangsa

38,1% dari total pinjaman pemerintah). Posisi pinjaman

yang diberikan oleh Jepang mengalami peningkatan

menjadi USD29,6 miliar dibanding periode sebelumnya

(USD25,8 miliar). Sementara itu, posisi pinjaman yang

diberikan oleh Amerika Serikat (pangsa 16,6%) dan

Jerman (pangsa 4,3%) mengalami penurunan menjadi

USD12,9 miliar dan USD3,3 miliar dibanding periode

sebelumnya (USD13,0 miliar dan USD3,6 miliar).

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Q12006

Q2 Q3 Q4 Q12007*

Q2 Q3 Q4 Q12008**

Q2 Q3 Q4

Juta USD

Bilateral-CGI Multilateral-CGI Non CGI

31

Grafik 27

Perkembangan Posisi Pinjaman per Negara Kreditor Utama

Berdasarkan jenis mata uangnya, pinjaman dalam

bentuk USD masih mendominasi keseluruhan pinjaman

luar negeri pemerintah (pangsa 44,5%). Sedangkan

posisi pinjaman bermata uang Yen dan Euro hanya

mencapai pangsa 37,6% dan 12,2%. Posisi pinjaman

berdenominasi dolar AS dan Yen mengalami

peningkatan menjadi USD34,7 miliar dan USD29,3

miliar dibanding periode sebelumnya (USD33,0 miliar

dan USD25,4 miliar). Sebaliknya, posisi pinjaman

berdenominasi Euro justru mengalami penurunan

menjadi USD9,5 miliar dari periode sebelumnya

(USD10,1 miliar).

Grafik 28

Perkembangan Posisi Pinjaman Menurut Jenis Valuta Utama

Dengan perkembangan tersebut, posisi utang

luar negeri pemerintah (di luar SUN dan SBI yang

dimiliki asing) mengalami peningkatan menjadi

USD77,8 miliar dibanding periode sebelumnya

(USD73,2 miliar).

Grafik 29

Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah

2.2 Sektor Swasta

Meluasnya pengaruh krisis yang berujung pada

ketatnya likuiditas global berdampak pada transaksi

finansial sektor swasta selama Tw.IV-2008 yang

mengalami defisit USD1,4 miliar, jauh menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya (surplus USD1,1

miliar). Defisit tersebut terutama akibat meningkatnya

pembayaran utang luar negeri sektor korporasi.

Grafik 30

Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta Di tengah ketatnya likuiditas global, aliran masuk

investasi langsung (PMA/direct investment in Indonesia)

pada Tw.IV-2008 mengalami kenaikan sebesar 24,3%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan tersebut

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

2006 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2007 2008

Juta USD

Jepang Amerika Jerman

3000

8000

13000

18000

23000

28000

33000

38000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007 2008

Juta USD

USD JPY EUR

50000

55000

60000

65000

70000

75000

80000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*

2006 2007 2008

Juta USD

Posisi ULN Pemerintah

-4000

-3000

-2000

-1000

0

1000

2000

3000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

Direct Investment Portfolio Investment

Other Investment Financial Account

Juta USD

32

terutama terjadi pada arus modal masuk sektor non

migas yang mengalami pertumbuhan 57,0%,

sementara sektor migas mengalami penurunan 16,2%.

Dengan memperhitungkan arus keluar PMA, terutama

berupa cost recovery perusahaan migas dan

pembayaran ULN perusahaan PMA sektor nonmigas

kepada perusahaan induknya di luar negeri, aliran

modal PMA neto selama triwulan laporan menjadi

surplus USD2,9 miliar, meningkat dibanding triwulan

sebelumnya (USD1,9 miliar) Sementara itu, dengan

memperhitungkan faktor investasi langsung penduduk

di luar negeri (direct investment abroad) yang tercatat

sebesar USD1,2 miliar, secara keseluruhan transaksi

neto DI (direct investment) mencapai surplus USD1,7

miliar, meningkat dibanding triwulan sebelumnya

(surplus USD0,4 miliar).

Grafik 31

Perkembangan Direct Investment di Indonesia

Arus masuk modal PMA di sektor migas turun

menjadi USD2,0 miliar dibanding triwulan sebelumnya

(USD2,4 miliar). Penurunan tersebut disebabkan oleh

menurunnya kegiatan operasional perusahaan migas di

Indonesia terkait mulai menurunnya harga minyak

dunia. Pada periode yang sama, arus keluar modal PMA

di sektor migas berupa pembayaran cost recovery pada

perusahaan induknya mencapai USD1,3 miliar,

menurun dari Tw.III-2008 sebesar USD1,7 miliar.

Grafik 32

Perkembangan Arus Masuk FDI Migas Menurunnya pembayaran tersebut dipengaruhi

oleh kinerja sektor migas di triwulan sebelumnya

dimana harga minyak mulai mengalami penurunan

secara signifikan. Secara neto, dengan

memperhitungkan arus keluar tersebut, PMA sektor

migas mencatat surplus menjadi sebesar USD0,7 miliar,

relatif sama dengan periode sebelumnya.

Sementara itu, di sektor nonmigas, arus masuk

PMA mengalami peningkatan menjadi sebesar USD4,6

miliar dari USD2,9 miliar pada triwulan sebelumnya.

Peningkatan ini mengindikasikan masih kuatnya

kegiatan investasi di dalam negeri yang tumbuh 12,5%

(y.o.y) dan berkontribusi sekitar 2,8% pada

pertumbuhan ekonomi (tumbuh 5,2%) pada triwulan

IV-2008. Arus masuk modal PMA nonmigas tersebut

berupa tambahan modal ekuitas sebesar USD2,3 miliar

terkait dengan transaksi merger Bank Lippo-Bank Niaga

oleh CIMB Malaysia, dan penarikan utang sebesar

USD2,3 miliar dari perusahaan induk di luar negeri.

Sementara itu, pada periode laporan, tidak tercatat

aliran modal masuk PMA melalui privatisasi yang

dilakukan dengan cara strategic sale dan restrukturisasi

perbankan.

Pada periode yang sama, arus keluar modal PMA di

sektor nonmigas sebesar USD2,4 miliar naik dibanding

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

Inflows Oil & Gas Inflows Non Oil & Gas FDI, net

Juta USD

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

Juta USD

33

triwulan sebelumnya sebesar USD1,7 miliar. Secara

neto, PMA sektor nonmigas mengalami kenaikan

surplus menjadi sebesar USD2,2 miliar dari USD1,2

miliar pada periode sebelumnya.

Pada Tw.IV-2008, sebagian besar net PMA berasal

dari negara-negara ASEAN (USD1,4 miliar) dan Jepang

(USD0,5 miliar) sehingga total PMA dari negara-negara

tersebut menjadi USD1,9 miliar atau 64,5% dari total

net PMA.

Grafik 33

Perkembangan FDI per Negara Asal

PMA berdasar sektor ekonomi pada Tw.IV-2008

masih didominasi oleh sektor keuangan dan

pertambangan. Kedua sektor tersebut memberikan

peranan sebesar 69,7% terhadap total net PMA.

Grafik 34

Perkembangan FDI per Sektor Investasi portofolio sektor swasta, sisi liabilities,

selama periode laporan mengalami defisit sebesar

USD1,0 miliar, lebih rendah dibanding surplus USD241

juta pada triwulan sebelumnya. Masih tingginya risiko

dan ketidakpastian di pasar keuangan global serta

masih lemahnya bursa AS dan regional berdampak

pada menurunnya kinerja pasar modal Indonesia. Proses

deleveraging dan repricing yang terjadi di pasar

keuangan global diperkirakan menjadi penyebab

tingginya arus keluar portfolio asing. Di sisi domestik,

aktivitas pelaku pasar di bursa pada akhir Tw.IV-2008

terlihat berkurang karena menjelang libur panjang akhir

tahun. Sementara itu, investasi portofolio penduduk di

luar negeri dalam bentuk surat berharga (sisi assets),

mencatat peningkatan sebesar USD434 juta, lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar

USD65juta.

Transaksi saham sepanjang Tw.IV-2008

mengalami net outflows sebesar USD110 juta, sedikit

lebih tinggi dibandingkan pada triwulan sebelumnya

(net outflows USD98 juta). Selain faktor-faktor yang

telah disebutkan di atas, beberapa faktor yang

mempengaruhi kondisi pasar keuangan Indonesia

antara lain; masih memburuknya persepsi pelaku pasar

domestik karena kasus gagal bayar Danatama

(perusahaan afiliasi grup Bakrie), rumor negatif yang

tidak berdasar sehingga menekan pasar dan

membentuk mekanisme harga menjadi tidak wajar,

serta indikasi adanya transaksi short selling menjadi

bahan pertimbangan investor untuk mengurangi

investasi dalam bentuk penyertaan saham.

Kondisi likuiditas keuangan global yang ketat dan

pada waktu bersamaan persepsi risiko terhadap negara

emerging markets meningkat menyebabkan IHSG

terkoreksi di akhir triwulan empat yang menurun tajam

sebesar 26,04% menjadi 1.355,4 dibanding posisi IHSG

akhir Tw.III-2008. Walaupun demikian, beberapa saham

unggulan masih menarik minat investor asing yaitu

diantaranya saham sektor perbankan (BCA, BRI,

Mandiri), sektor pertambangan (PGN, Adaro Energy,

Bumi Resources), sektor telekomunikasi (Indosat,

-100

100

300

500

700

900

1.100

1.300

1.500

Japan USA Europe Emerging Markets of East

Asia (incl. China)

ASEAN Other Countries

Juta USD

Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08

-200

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

Agriculture, Fishery&Forestry

Mining & Quarriying Manufacturing Construction Financial Int.&Services (incl.

Insurance)

Others

Juta USD

Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08

34

Telkom) dan sektor perkebunan (Astra Agro Lestari). Hal

ini didukung oleh peningkatan profitabilitas

perusahaan, khususnya Return On Equity (ROE), pada

periode laporan. Secara sektoral, perusahaan yang

bergerak dibidang pertanian serta pertambangan

mencatat kenaikan tingkat pengembalian yang lebih

tinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya

Grafik 35

Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG

Dari sisi suplai, pada periode triwulan IV-2008

terdapat penawaran saham baru (IPO) oleh 1 emiten,

yaitu Sekawan Intipratama Tbk. Sedangkan 3 emiten

tercatat melakukan delisting dari bursa, yaitu Bank

Lippo Tbk, Texmaco Jaya dan Bank UOB Buana Tbk.

Sementara itu, transaksi investasi portofolio dalam

bentuk surat utang yang diterbitkan korporasi

domestik, baik di pasar dalam negeri maupun luar

negeri, mencatat net outflows sebesar USD0,9 miliar,

lebih rendah dibandingkan net inflows USD0,3 miliar

pada triwulan sebelumnya.

Transaksi investasi lainnya sektor swasta, sisi

liabilities mencatat surplus sebesar USD2,1 miliar, relatif

sama dengan triwulan sebelumnya. Surplus tersebut

terutama disebabkan oleh kenaikan penarikan utang

luar negeri terutama sektor korporasi dari USD3,3 miliar

menjadi USD3,6 miliar yang mengindikasikan masih

meningkatnya aktivitas ekonomi domestik selama

Tw.IV-2008.. Kenaikan penarikan tersebut lebih besar

daripada kenaikan pembayaran ULN sektor korporasi

dari USD2,0 miliar menjadi USD2,4 miliar. Hal ini sesuai

pola musiman yang biasanya meningkat pada triwulan

terakhir. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa sektor

korporasi masih mampu untuk memenuhi

kewajibannya.

Grafik 36

Perkembangan Surat Berharga Hutang Swasta

Secara keseluruhan penarikan pinjaman luar negeri

sektor swasta (perbankan dan korporasi) meningkat dari

USD3,9 miliar menjadi USD4,1 miliar. Perkembangan ini

sejalan dengan pertumbuhan investasi riil selama

triwulan keempat. Dengan perkembangan tersebut,

posisi utang luar negeri sektor swasta pada akhir

triwulan keempat menjadi USD62,6 miliar. Masing-

masing berupa utang lembaga keuangan (bank dan

non bank) sebesar USD9,6 miliar dan bukan lembaga

keuangan sebesar USD53,0 miliar.

Di sisi aset, terjadi peningkatan yang signifikan

pada penempatan investasi lainnya oleh penduduk ke

luar negeri menjadi sebesar USD3,8 miliar, lebih tinggi

dari kondisi triwulan sebelumnya yang bertambah

USD1,6 miliar. Meningkatnya aset penduduk tersebut

terutama akibat bertambahnya simpanan milik bank-

bank domestik di perbankan luar negeri berupa

Overseas Current Account (Nostro) dalam jumlah yang

cukup besar. Peningkatan simpanan tersebut

diperkirakan sebagai implikasi dari bertambahnya

pasokan valas terkait dengan kebijakan BI untuk

menurunkan rasio GWM Valas dan masuknya dana

800

1.200

1.600

2.000

2.400

2.800

3.200

-400

-300

-200

-100

0

100

200

300

400

500

600

700

Jan2007

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan2008

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec

IHSGJuta USD

Foreign Net IHSG (RHS)

-1,000

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

Diterbitkan di DN Diterbitkan di LN

Juta USD

35

asing dari hasil merger Bank Lippo dan Bank Niaga

pada bulan Oktober 2008.

Grafik 37

Perkembangan Penarikan Pinjaman Swasta

Dengan memperhitungkan perkembangan sisi

assets dan liabilities tersebut, secara neto investasi

lainnya sektor swasta mengalami penurunan dari

surplus USD0,5 miliar menjadi defisit USD1,7 miliar.

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4

2006 2007* 2008**

Juta USD

36

\

Sejalan dengan perkembangan neraca pembayaran

Indonesia yang secara keseluruhan mencatat defisit,

cadangan devisa pada akhir Tw. IV-2008 menurun

sekitar USD5,5 miliar (10%) menjadi USD51,6 miliar,

dari posisi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar

USD57,1 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup

untuk membiayai impor dan pembayaran utang luar

negeri pemerintah selama 4,0 bulan.

Komposisi cadangan devisa terdiri dari securities

(surat-surat berharga ) sebesar USD45,5 miliar (88%

dari total cadangan devisa), currency & deposits sebesar

USD3,7 miliar (7%) dan monetary gold sebesar USD2,0

miliar (4%). Posisi surat-surat berharga meningkat dari

akhir triwulan III tahun 2008 sebesar USD41,0 miliar.

Sementara itu, posisi currency & deposits dan monetary

gold mengalami penurunan, yaitu masing-masing dari

USD13,5 miliar dan USD2,1 miliar pada akhir triwulan

sebelumnya.

Grafik 38 Perkembangan Cadangan Devisa

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007* 2008**

Juta USDBulan Impor

Cadangan Devisa (RHS) Bulan Impor

CADANGAN DEVISA

37

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

38

Pada Tw. IV-2008 sektor eksternal masih

memberikan kontribusi negatif terhadap pembentukan

PDB. Namun demikian, kontribusi negatif tersebut

mengecil dibandingkan triwulan sebelumnya

sebagaimana tercermin pada penurunan rasio transaksi

berjalan terhadap PDB yang mencapai -0,2% dari

sebelumnya -0,6%. Perbaikan tersebut terutama akibat

menurunnya defisit neraca perdagangan minyak dan

neraca pendapatan. Adapun rasio ekspor plus impor

terhadap PDB yang mencerminkan derajat keterbukaan

ekonomi Indonesia mengalami peningkatan sebagai

akibat dari lebih rendahnya penurunan kinerja ekspor

dan permintaan impor relatif terhadap pelemahan

pertumbuhan PDB. Peningkatan derajat keterbukaan

ekonomi tersebut membawa konsekuensi pada

ekonomi domestik yang relatif semakin lebih sensitif

terhadap gejolak eksternal.

Sementara itu, beban pembayaran utang luar

negeri (ULN) yang tercermin pada Debt Service Ratio

(DSR) cenderung meningkat dibandingkan periode

triwulan sebelumnya. Lebih tingginya DSR tersebut

terkait dengan kenaikan beban pembayaran pokok dan

bunga ULN pemerintah dan swasta (debt service

payment) serta menurunnya kinerja ekspor barang dan

jasa pada periode laporan. Peningkatan outstanding

utang luar negeri yang disertai dengan pertumbuhan

ekonomi yang melemah telah meningkatkan beban

pembayaran ULN ke depan sebagaimana tercermin

pada rasio eksternal debt terhadap PDB yang sedikit

meningkat.

Secara umum indikator eksternal masih

menunjukkan relatif kuatnya ketahanan ekonomi

Indonesia terhadap resiko gejolak eksternal, yang

ditunjukkan oleh menurunnya rasio ULN jangka pendek

terhadap PDB. Namun di saat yang sama resiko

likuiditas eksternal mengalami peningkatan

sebagaimana ditunjukkan oleh kenaikan rasio ULN

jangka pendek terhadap cadangan devisa dibandingkan

periode triwulan sebelumnya.

Tabel 26 Indikator Sustainabilitas Eksternal

Tw. IV Tw.I Tw. II Tw. III Tw. IV*

PDB (harga berlaku) (juta USD) 113.940 121.573 133.556 145.749 112.845

Transaksi Berjalan/PDB (%) 3,0 2,3 -0,8 -0,6 -0,2 Ekspor - Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 5,7 3,7 1,5 1,7 1,1 Ekspor + Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 56,6 59,3 60,0 55,8 57,6

Ekspor Barang dan Jasa (juta USD) 38.334 41.259 43.746 44.732 35.725 Debt Service Payments (DSP), juta USD -8.124 -6.691 -7.789 -6.819 -8.737 - Pemerintah -3.433 -1.827 -3.377 -2.101 -3.308 - Swasta (termasuk BUMN) -4.691 -4.859 -4.880 -4.770 -5.749 Debt Service Ratio (DSR) (%) 21,2 16,2 17,8 15,2 24,5

Posisi ULN Total (juta USD) 136.640 145.519 146.226 147.339 149.141 Posisi ULN Jangka Pendek (juta USD) 14.125 16.176 16.757 15.876 14.576 Posisi Cadangan Devisa (juta USD) 56.920 58.987 59.453 57.108 51.639 PDB (annualized) (juta USD) 438.329 457.190 482.125 514.818 513.723

Posisi ULN Total/PDB (%) 31,2 31,8 30,3 28,6 29,0 Posisi ULN Jangka Pendek/PDB (%) 3,2 3,5 3,5 3,1 2,8 Posisi ULN Total/Cadangan Devisa (%) 240,1 246,7 246,0 258,0 288,8 Posisi ULN Jangka Pendek/Cadangan Devisa (%) 24,8 27,4 28,2 27,8 28,2

Ket. PDB annualized adalah penjumlahan PDB selama empat kuartal ke belakang

INDIKATOR2007 2008

INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL

39

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

40

NPI 2008 diwarnai oleh kondisi ekonomi dan

keuangan internasional yang tidak sebaik tahun

sebelumnya dan permintaan domestik yang sedikit

melambat meski masih pada level tinggi. Pada semester

pertama permintaan dunia masih relatif tinggi meskipun

melemah dibandingkan tahun sebelumnya. Permintaan

dunia yang masih tinggi tersebut ditopang oleh harga

komoditas yang masih juga tinggi dipengaruhi oleh

harga minyak yang terus memuncak. Namun pada

semester kedua, khususnya triwulan empat,

permintaan dunia terus melemah yang diikuti oleh

turunnya harga komoditas internasional, khususnya

migas, sehingga mendorong kinerja transaksi berjalan

menurun.

Perekonomian dunia pada 2008 tumbuh 3,4%,

melambat dibandingkan 2007 (5,2%) meski masih

dalam level yang cukup tinggi. Pelemahan tersebut

merupakan dampak negatif kondisi di pasar keuangan

internasional, terkait dengan krisis subprime mortgage

di AS yang telah berdampak luas ke sektor industri,

tenaga kerja, dan konsumsi. Pertumbuhan ekonomi

negara maju diperkirakan mengalami perlambatan dari

2,7% di 2007 menjadi 1,0% pada 2008.

Perekonomian negara berkembang diperkirakan

tumbuh masih cukup tinggi di 2008 (6,3%), meskipun

turun dari tahun sebelumnya (8,3%), khususnya

didorong oleh pertumbuhan ekonomi Cina dan India.

Hal ini tidak terlepas dari masih kuatnya permintaan

domestik di kedua negara tersebut meskipun ekonomi

dunia cenderung berada dalam tekanan resesi. Selain

itu, perkembangan intratrade regional yang semakin

meningkat akibat diversifikasi tujuan ekspor,

mengakibatkan berkurangnya ketergantungan

perdagangan negara regional Asia terhadap negara

maju khususnya AS. Dampak perlambatan ekonomi

global diperkirakan sebagian dapat dikompensasi oleh

tingginya pertumbuhan ekonomi negara berkembang.

Permintaan dunia yang masih kuat didorong oleh harga

komodiotas yang juga masih tinggi, ikut mempengaruhi

kinerja ekspor sampai dengan tiga triwulan pertama

2008 yang masih tumbuh cukup tinggi. Dengan

perkembangan tersebut, meskipun terjadi penurunan

pada triwulan IV, realisasi ekspor untuk keseluruhan

2008 masih tumbuh cukup tinggi.

Meskipun kondisi perekonomian dunia yang kurang

menggembirakan tersebut berdampak terhadap

perekonomian domestik, namun ekonomi Indonesia

pada 2008 masih tumbuh sekitar 6,1%, sedikit

menurun dari tahun sebelumnya (6,3%). Permintaan

domestik masih berperan cukup tinggi meskipun

melemah sejalan dengan realisasi PDB sampai dengan

triwulan III sebesar 6,3%. Permintaan domestik yang

masih tumbuh tinggi telah mendorong impor yang

tumbuh cukup signifikan pada tiga triwulan pertama

2008. Namun kondisi mulai menurun pada triwulan IV,

permintaan domestik melemah, disertai dengan nilai

tukar yang melemah dan sumber pembiayaan eksternal

yang berkurang, sedikit memperlambat laju

pertumbuhan impor pada Tw.IV dan keseluruhan 2008.

Krisis finansial yang berdampak besar pada

kontraksi ekonomi khususnya negara maju, merambat

pada penurunan permintaan atas ekspor negara

berkembang. Akibatnya, kinerja neraca berjalan negara

kawasan Asia menurun dan memicu melambatnya laju

pertumbuhan ekonomi di kawasan. Pengaruh ekonomi

global pada kinerja sektor eksternal diperkirakan cukup

PERKEMBANGAN NPI 2008 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

41

signifikan, tercermin dari perkiraan volume

perdagangan dunia 2008 yang mencapai 4,1%,

melambat dari 2007 sebesar 7,2%. Menurunnya

volume perdagangan dunia tersebut didorong oleh

rata-rata harga komoditas nonmigas di pasar

internasional yang diperkirakan mulai menurun

meskipun masih tumbuh positif sebesar 7,4%.

Melemahnya harga komoditas nonmigas internasional

tersebut terkait dengan turunnya harga minyak dunia

dan berkurangnya permintaan dunia. Perkembangan

harga komoditas tersebut memberi dampak negatif

terhadap kinerja ekspor Indonesia.

Harga minyak dunia diperkirakan akan menurun

meskipun masih akan berada pada level cukup tinggi.

Menurunnya harga minyak dunia tersebut didorong

oleh permintaan dunia yang menurun akibat

kekhawatiran krisis ekonomi global. Rata-rata harga

ekspor minyak mentah domestik berada pada level

USD93,5 per barel, masih lebih tinggi dibandingkan

angka APBN-P2008 USD80 per barel.

Produksi minyak rata-rata 2008 sekitar 0,977

mbpd, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya

sebesar 0,952 mbpd. Angka tersebut sama dengan

angka lifting asumsi produksi yang ditetapkan di APBN-

P 2008. Peningkatan produksi minyak tersebut

didukung oleh mulai berproduksinya lapangan Kerisi

(Conoco Philips, Natuna) pada awal Januari 2008 dan

lapangan Banyu Urip dan North Duri juga dapat mulai

berproduksi pada triwulan empat .

Sementara itu, perkembangan sektor gas di 2008

mengalami peningkatan, terutama disebabkan oleh

harga gas yang masih tetap tinggi meskipun ada

kecenderungan menurun pada Tw.IV mengikuti harga

minyak. Sedangkan ekspor LPG sejak Tw.II-2008.

Dihentikan sebagai dampak dari kebijakan pemerintah

untuk lebih memprioritaskan pemanfaatan gas bagi

kebutuhan domestik, terutama dalam rangka

mendukung program konversi minyak tanah dengan

LPG.

Pertumbuhan konsumsi BBM mengalami

penurunan dari sekitar 2,8% ditahun 2007 menjadi

sekitar -0,02% di 2008. Penurunan pertumbuhan

konsumsi BBM tersebut sejalan dengan kecenderungan

perlambatan pertumbuhan ekonomi khususnya pada

triwulan IV 2008. Konsumsi BBM masih tetap tumbuh

positif pada tiga triwulan pertama 2008, namun

pelemahan ekonomi dunia berdampak pada pelemahan

permintaan konsumsi energi khususnya sektor industri

di triwulan terakhir 2008.

Di sektor jasa khususnya transportasi, penurunan

harga minyak meskipun mulai terjadi sejak bulan

Agustus namun baru direspon oleh perusahaan

maskapai dengan menurunkan biaya bahan bakar (fuel

surcharge) pada akhir tahun 2008. Demikian juga

perusahaan pelayaran nasional baru menurunkan tarif

angkut (freight) pada akhir tahun sehubungan dengan

penurunan harga bahan bakar (bunker) kapal.

Kegiatan sektor pariwisata nasional 2008 terus

berjalan positif terkait dengan Visit Indonesian Year

(VIY) 2008. Meskipun target 7 juta wisman tidak

tercapai sampai dengan akhir 2008, namun dengan

strategi menjadikan event sebagai tujuan wisata

pemerintah telah banyak melakukan event MICE

(Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) khususnya

di Bali di triwulan akhir 2008.

Sementara itu penempatan TKI di LN pada 2008

mencatat peningkatan, khususnya dalam memenuhi

peluang pasar formal yang masih belum dapat

dipenuhi, seperti Jepang yang memerlukan tenaga

perawat dan pengasuh kaum jompo di negaranya.

Selain itu, kebutuhan TKI juga meningkat di beberapa

negara yang masih memerlukan tenaga kerja asing

seperti Australia, Eropa dan beberapa negara Timur

Tengah. Namun demikian dampak krisis global telah

menahan laju penambahan permintaan penempatan

TKI tersebut.

Di sektor finansial, dampak lanjutan pelemahan

ekonomi dunia terhadap likuiditas global berpengaruh

42

pada arus masuk modal, terutama jangka pendek. Iklim

investasi Indonesia didukung stabilitas ekonomi makro

dipandang masih kondusif sehingga dapat menarik

lebih banyak investor untuk menanamkan modalnya

dalam bentuk investasi jangka panjang di Indonesia.

Survei Bank Dunia menunjukkan bahwa peringkat

kemudahan berusaha di Indonesia berpeluang naik dari

urutan ke-123 menjadi urutan ke-82 di 2008, dengan

syarat pemerintah memperbaiki mekanisme memulai

usaha, pendaftaran kepemilikan, dan mendapatkan

kredit. Meskipun dalam lingkup terbatas, perbaikan

iklim investasi diperkirakan akan didukung oleh

implementasi beberapa proyek infrastruktur yang telah

dimulai di tahun-tahun sebelumnya. Beberapa proyek

telah dimulai pada tahun 2008 antara lain pembangkit

listrik Paiton 3-4 dan beberapa PLTU seperti PLTU

Serang dan Tanjung Jati A; transmisi gas melalui pipa

jalur Kaltim-Jawa dan Duri-Dumai-Medan fase I dan II;

pembangunan bandara baru Kualanamu di Medan dan

Selaparang di Lombok, pengembangan kawasan berikat

industri dan pemrosesan kargo di Bandara Sukarno

Hatta; serta beberapa ruas jalan tol seperti jalan tol

Cikampek-Palimanan dan Cikarang-Tanjung Priok.

Sejalan dengan semakin kompetitifnya perusahaan

domestik di kancah internasional, penanaman modal

langsung oleh penduduk di luar negeri juga semakin

meningkat. Investasi penduduk tersebut antara lain

didukung oleh penemuan cadangan minyak di Libya

oleh anak perusahaan PT Medco Energi dan investasi PT

Bumi Resources pada tambang batubara di Australia.

Pada arus lalu lintas modal jangka pendek,

intensitas gejolak pasar keuangan dunia meningkat dan

menyebar ke berbagai kawasan termasuk Indonesia.

Memburuknya persepsi risiko investor terhadap aset-

aset beresiko tinggi mendorong terjadinya perilaku

flight to quality yang menimbulkan gejolak di pasar

keuangan. US T-bill yang terus diburu menyebabkan

imbal hasil (yield) surat berharga domestik menjadi terus

meningkat. Bursa saham negara maju yang mengalami

penurunan cukup tajam, memicu gejolak di pasar

keuangan khususnya di negara berkembang. Hal ini

tercermin dari terdepresiasinya nilai tukar, menurunnya

bursa saham serta ketatnya likuiditas di pasar

antarbank.

Gejolak pasar finansial global masih akan

mempengaruhi dinamika lalu lintas modal portofolio

asing akibat masih tingginya ketidakpastian pada

kondisi ekonomi dan sektor keuangan di AS. Proses

deleveraging dan repricing yang terjadi di pasar

keuangan global diperkirakan menjadi penyebab

meningkatnya arus keluar modal asing dalam bentuk

SUN, SBI, dan saham, terutama selama Oktober hingga

awal November 2008. Namun, defisit yang lebih besar

diperkirakan dapat dihindari karena tekanan arus keluar

modal portofolio mulai mereda sejak pertengahan

November 2008. Berbagai tekanan yang terjadi di pasar

keuangan regional, memicu persepsi tingginya default

obligasi negara berkembang meski cenderung mereda

pada akhir Oktober. Dalam jangka pendek, aliran modal

ke emerging market termasuk Indonesia relatif masih

minimal. Masih belum stabilnya pasar finansial dunia,

membuat investor asing secara umum cenderung

bersikap hati-hati terhadap aset negara berkembang.

Perilaku risk aversion terhadap aset berisiko tinggi serta

kawasan emerging market masih mewarnai dalam

beberapa waktu sampai akhir 2008.

Di sisi domestik, relatif tingginya imbal hasil

penempatan aset rupiah saat ini masih belum mampu

menahan arus keluar modal asing. Arus dana asing ke

SBI dan SUN pada 2008 menurun karena perubahan

persepsi investor kepada kualitas surat berharga

meskipun spread suku bunga dalam dan luar negeri

yang semakin melebar. Sementara itu, arus dana asing

ke pasar saham masih tetap terbatas sejalan dengan

ketatnya likuiditas finansial global.

Sejalan dengan perkembangan asumsi makro di

atas, kinerja NPI untuk keseluruhan 2008 menurun

43

dibandingkan 2007. Gambaran NPI untuk keseluruhan

2008 secara ringkas menjadi sebagai berikut:

1. Transaksi berjalan masih mampu mencatat surplus,

meskipun sangat kecil, yaitu USD0,6 miliar.

Perkiraan surplus ini turun tajam dibandingkan

tahun 2007 (surplus USD10,5 miliar).

2. Transaksi modal dan finansial mencatat defisit

USD1,7 miliar. Defisit ini menurun dibanding tahun

2007 (surplus USD3,6 miliar).

3. Overall balance NPI diperkirakan defisit USD1,9

miliar, lebih buruk daripada tahun 2007 (surplus

USD12,7 miliar).

4. Cadangan devisa pada akhir 2008 mencapai posisi

USD51,6 miliar (4,0 bulan impor dan pembayaran

ULN pemerintah), menurun dibandingkan posisi

pada akhir 2007 (USD56,9 miliar).

Transaksi berjalan pada 2008 masih mengalami

sedikit surplus, namun hal tersebut didorong oleh

surplus yang cukup besar pada triwulan pertama

sehingga dapat menutupi akumulasi defisit pada tiga

triwulan berikutnya. Transaksi berjalan mencatat defisit

pada Tw. II dan berlanjut hingga Tw. IV dengan

kecenderungan mengecil. Faktor-faktor yang

diperkirakan memberikan pengaruh pada transaksi

berjalan pada 2008 antara lain:

a. Pertumbuhan impor nonmigas sepanjang tahun

2008 meningkat secara signifikan menjadi 39,4%

dibandingkan tahun sebelumnya (14,5%).

Tingginya angka pertumbuhan impor tersebut

disumbangkan oleh pertumbuhan pada tiga

triwulan pertama 2008 akibat permintaan

domestik yang cukup tinggi dan permintaan

bahan baku untuk ekspor, menguatnya nilai tukar

rupiah, serta tingginya harga komoditas impor di

pasar internasional. Kondisi ini berpengaruh pada

transaksi berjalan sehingga mengalami defisit

khususnya pada Tw. II dan Tw. III. Tingginya laju

pertumbuhan impor ini melebihi pertumbuhan

ekspor nonmigas yang juga cukup tinggi pada

2008 sekitar 15,5% sehingga neraca

perdagangan nonmigas mengalami penurunan.

Pengaruh resesi ekonomi global baru terasa pada

Tw. IV seperti tercermin pada laju penurunan

ekspor yang lebih besar daripada laju penurunan

impor. Sejalan dengan turunnya pertumbuhan

ekonomi dan permintaan dunia serta harga

komoditas di pasar internasional, kinerja ekspor

dan impor nonmigas pada triwulan IV relatif

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

b. Defisit neraca perdagangan minyak meningkat

menjadi USD8,4 miliar dibandingkan tahun

sebelumnya (defisit USD6,7 miliar). Peningkatan

defisit tersebut akibat harga minyak yang

meskipun menurun tajam (dari USD113,4/bl pada

triwulan III menjadi USD48,0/bl pada triwulan IV)

akibat krisis ekonomi global, namun secara rata-

rata setahun mencapai USD93,5/bl, masih lebih

tinggi dari USD70,2/bl pada tahun 2007.

Sementara itu, volume konsumsi BBM yang

sedikit menurun akibat melambatnya

pertumbuhan ekonomi domestik pada Tw.IV,

namun secara keseluruhan 2008 mencapai 382,7

juta barel, relatif sama dengan tahun sebelumnya.

c. Peningkatan impor menyebabkan pembayaran

jasa transportasi barang impor ikut meningkat

secara signifikan. Akibatnya, defisit neraca jasa

ikut mengalami kenaikan menjadi USD13,0 miliar

dibandingkan tahun sebelumnya (defisit USD11,8

miliar).

d. Turunnya harga minyak terutama pada triwulan

IV telah mengurangi bagian dari keuntungan

ekspor migas yang menjadi hak kontraktor asing.

Selain itu, penurunan keuntungan perusahaan

PMA akibat turunnya ekonomi dunia telah

mengurangi profit transfer pendapatan

perusahaan ke luar negeri khususnya pada

44

triwulan terakhir 2008 menyebabkan defisit

transaksi pendapatan (income) pada 2008 sedikit

menurun menjadi defisit USD15,3 miliar daripada

tahun sebelumnya (defisit USD15,5 miliar).

e. Sementara itu, meningkatnya penempatan TKI ke

luar negeri dan kenaikan gaji TKI telah

meningkatkan penerimaan remitansi TKI-LN

sehingga tarnsfer berjalan pada 2008 mencapai

USD5,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya (USD5,1 miliar).

Akibat krisis keuangan global dan ketatnya

likuiditas di pasar internasional, transaksi modal dan

finansial pada 2008 mengalami defisit dari surplus pada

tahun 2007. Transaksi modal dan finansial sudah

terkena dampak negatif dari krisis keuangan global

sejak Tw. I. Dampak krisis tersebut sempat mereda pada

Tw. II, namun kembali memburuk pada Tw. III dan

mencapai puncaknya pada Tw. IV yang mencapai

USD3,8 miliar. Faktor-faktor penyebabnya antara lain:

a. Investasi portofolio mengalami penurunan surplus

menjadi USD1,8 miliar daripada tahun 2007

(USD5,6 miliar) akibat tingginya arus keluar modal

asing dalam bentuk SUN, SBI, dan saham, terutama

selama Oktober dan awal November 2008. Masih

surplusnya transaksi investasi portofolio didorong

oleh tingginya arus masuk modal asing jangka

pendek pada paruh pertama tahun 2008.

b. Investasi lainnya akan mengalami defisit yang lebih

besar menjadi USD6,3 miliar dibandingkan tahun

sebelumnya (defisit USD4,8 miliar), terutama

disebabkan oleh meningkatnya penempatan aset

berupa simpanan penduduk di bank luar negeri

sejalan dengan kinerja ekspor pada tiga triwulan

pertama 2008.

c. Meskipun investasi potofolio dan investasi lainnya

mengalami penurunan seiring dengan gejolak di

pasar global, namun investasi asing langsung

(Direct Investment) meningkat menjadi USD2,5

miliar dibandingkan tahun sebelumnya (USD2,3

miliar)

Berdasarkan perkiraan pada komponen utama di

atas, secara keseluruhan NPI pada 2008 mencatat

defisit sebesar USD1,9 miliar. Sejalan dengan defisit

NPI tersebut jumlah cadangan devisa menurun dari

USD56,9 miliar pada akhir 2007 menjadi USD51,6

miliar pada akhir 2008 (4,0 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri pemerintah).

45

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

46

BOKS KRISIS KEUANGAN AS dan DAMPAKNYA

pada PEREKONOMIAN INDONESIA

1. Kronologi Dunia finansial global kembali mendapatkan guncangan saat Lehman Brothers, bank investasi keempat terbesar di AS, menyatakan bangkrut pada pertengahan Oktober 2008. Hal ini menambah panjang rentetan lembaga keuangan terbesar lainnya yang ambruk setelah Bear and Sterns, Freddie Mac, Fannie Mae, Indy Mac, Northern Rock, Merrill Lynch hingga AIG. Dengan hutang sekitar USD613 billion, saham Lehman jatuh dari USD94 menjadi hanya USD29 cent. Sebagai upaya untuk menyelamatkan Negara, Federal Reserve dan Kementerian Keuangan Amerika sepakat menyuntik dana sebesar USD85 miliar kepada AIG. Sebelumnya, dua perusahaan pembiayaan rumah terbesar di AS, Fannie Mae dan Freddie Mac, juga diambil alih pemerintah (menyuntikkan dana USD200 miliar). Merrill Lynch diakuisisi melalui Bank of America. Jumlah dana (bail out) yang disediakan ke pasar untuk mengatasi masalah tersebut mencapai sekitar USD700 miliar. Pemerintah AS turun tangan karena jika dibiarkan, kerusakan di pasar keuangan akan kian parah dan bergulir ke sektor riil. Berbagai perusahaan (bank) dianggap terlalu besar untuk gagal (too big to fail). Dampak rentetannya adalah meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, berbagai problema sosial, mengganggu pembangunan nasional dan pada ujungnya mengancam kedaulatan negara. Rambatan krisis keuangan AS pada dasarnya adalah dampak dari gelembung pasar keuangan yang pecah. Implikasi yang paling menonjol adalah keketatan likuiditas (liquidity squeeze) yang disebabkan oleh kepercayaan yang anjlok dan sistem kredit yang macet. Dana di tarik dari emerging markets ke pusat-pusat keuangan di AS dan negara-negara industri lain (flight to quality). Keketatan likuiditas ini merembet dari episentrum-nya, Amerika Serikat, ke Eropa dan Asia. Contagion effects ini sedang berjalan dan pada akhirnya dapat membawa pada resesi dunia, dengan implikasi terhadap pertumbuhan dan ekspor negara-negara berkembang.

2. Implikasi pada Perekonomian Indonesia dan Langkah Antisipasi Sampai saat ini, pengaruh gejolak di lembaga keuangan internasional bagi perbankan nasional minimal. Pemilikan surat berharga lembaga keuangan internasional yang bermasalah oleh perbankan nasional sangat kecil. Keadaan industri perbankan kita sampai saat ini solid. Sebagai akibat keketatan likuiditas (liquidity squeeze) di pasar keuangan internasional, diperkirakan akan terjadi keketatan likuiditas devisa dan credit line devisa di pasar internasional dalam 6 bulan sampai 1 tahun yang akan datang, dan akan memengaruhi pasar domestik.

Grafik 1 Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2 Indeks Harga Saham Gabungan

9.500

10.000

10.500

11.000

11.500

12.000

12.500

Oktober 2008 November 2008 Desember 2008

Rp/USD

1.000

1.100

1.200

1.300

1.400

1.500

1.600

1.700

Oktober 2008 November 2008 Desember 2008

IHSG

47

Keketatan likuiditas dolar ini dirasakan oleh semua negara, termasuk Amerika Serikat sendiri, juga perbankan dan, dunia usaha. Kebijakan moneter perlu menyesuaikan terhadap realitas baru ini. Di samping itu, liquidity squeeze juga memengaruhi akses dan biaya bagi pembiayaan APBN. Krisis keuangan AS juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia yang akan mengalami perlambatan. Ekspor Indonesia akan terkendala dan juga investasi dari luar negeri. Krisis keuangan global dalam jangka panjang akan berimplikasi luas bagi peta keuangan dunia dan juga Indonesia. Kebersamaan dan koordinasi yang erat diperlukan untuk melewati badai dengan selamat dan menjadi lebih kuat dan diperlukan sikap penerimaan yang jernih atas realitas baru dan upaya-upaya penyesuaiannya, baik oleh pemerintah, dunia usaha dan para pelaku ekonomi lain secara sinkron dan terukur. Untuk mengantisipasi dampak krisis tersebut, BI terus berkoordinasi dengan Pemerintah dalam memilih kebijakan moneter dan akan menempuh beberapa langkah, yaitu: a. Memperkuat likuiditas sektor perbankan. Bisnis yang memanfaatkan dana dari pembiayaan asing harus

menyesuaikan tingkat ekspansi usahanya.

b. Menjaga pertumbuhan kredit pada tingkat yang sesuai untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, otoritas moneter akan memperkuat sektor perbankan nasional supaya pertumbuhan kredit berjalan pada level yang yang sesuai untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi. Tahun 2009 dan 2010, akan menjadi tahun yang kritis untuk ekonomi nasional, tetapi pemerintah dan BI akan tetap menjaga suku bunga agar pertumbuhan kredit tetap sustainable.

c. Terkait neraca pembayaran, cadangan devisa yang dimiliki Indonesia saat ini aman. Namun demikian, BI akan terus menjaga volatilitas Rupiah agar gejolaknya tidak tajam serta akan tetap berada di pasar dengan tujuan menjaga stabilitas nilai tukar.

3. Implikasi pada Neraca Pembayaran Indonesia Krisis ekonomi yang terjadi di USA akan berdampak pada dua hal, yakni pengeringan likuiditas dan pelambatan ekonomi global. Seretnya likuiditas global dan relatif lamanya pemulihan ekonomi global akan berpengaruh pada kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Sesuai dengan perkembangan, IMF/WEO telah merevisi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2009 menjadi hanya 0,5%. Perubahan tersebut berdampak pada menurunnya asumsi pertumbuhan ekonomi domestik menjadi 4-5%. Hal ini akan memberi dampak pada perkiraan NPI 2009 sebagai berikut :

a. Ekspor non migas akan memburuk hingga tumbuh negatif akibat permintaan eksternal terhadap produk ekspor Indonesia menurun tajam.

b. Impor non migas akan tumbuh menjadi negatif akibat perlambatan ekonomi domestik.

c. Transaksi berjalan akan mencatat defisit karena permintaan eksternal turun lebih tajam daripada permintaan domestik.

d. Transaksi modal dan finansial juga akan mengalami defisit, akibat berkurangnya arus masuk modal asing. Namun adanya rencana emisi global bond dan sukuk valas serta penarikan contigency loan (standby loan) akan menopang transaksi modal dan finansial sehingga hanya mengalami defisit yang kecil dan cadangan devisa tetap berada pada level aman.

Sumber: DKM, DPSHM dan DSM, Bank Indonesia

48

Indonesia’s Balance of Payments

Table 1.1 Indonesia’s Balance Of Payments Summary (millions of USD) ...................... 49

Table 1.2 Indonesia’s Balance Of Payments Current Account (millions of USD) ...................... 50

Table 1.3 Indonesia’s Balance Of Payments Capital and Financial Account (millions of USD) ...................... 51

Table 1.4 Indonesia’s Balance Of Payments Government and Monetary Authorities Sector Financial Account

(millions of USD) ...................... 52

Table 1.5 Indonesia’s Balance Of Payments Private Sector Financial Account (millions of USD) ...................... 53

Non Oil and Gas Exports and Imports

Table 2.1 Non Oil and Gas Exports Value by Commodities (millions of USD) ...................... 54

Table 2.2 Non Oil and Gas Exports Volume by Commodities (thousands Tons) ...................... 55

Table 2.3 Non Oil and Gas Exports Value by Country of Destination (millions of USD) ...................... 56

Table 2.4 Non Oil and Gas Imports Value by Broad Economic Categories (BEC) (thousands Tons) ...................... 57

Table 2.5 Non Oil and Gas Imports Volume by Broad Economic Categories (BEC) (millions of USD) ...................... 58

Table 2.6 Non Oil and Gas Imports Value by Country of Destination (millions of USD) ...................... 59

Travel

Table 3.1 Travel Inflows ...................... 60

Table 3.2 Travel Outflows ...................... 61

Securities

Table 4 Stock of Debt Securities Owned by Non Residents (millions of USD) ...................... 62

LAMPIRAN

49

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

50

Table 1.1 Indonesia’s Balance Of Payments

Summary (millions of USD)

Feb-09

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total

I. Current Account 2,640 2,271 2,151 3,430 10,492 2,794 -1,022 -943 -223 606

A. Goods, net (Trade Balance) 7,712 8,107 7,487 9,448 32,754 7,536 5,443 5,772 4,558 23,309

1. Exports, fob 1) 26,626 29,202 30,009 32,177 118,014 34,412 37,345 38,081 29,452 139,291

2. Import, fob 2) -18,914 -21,095 -22,521 -22,729 -85,260 -26,876 -31,902 -32,309 -24,894 -115,981

B. Services, net -3,163 -2,991 -2,764 -2,922 -11,841 -2,991 -3,374 -3,316 -3,331 -13,011

C. Income, net -3,163 -4,024 -3,811 -4,527 -15,525 -3,123 -4,460 -4,823 -2,929 -15,334

D. Current Transfers, net 1,254 1,178 1,240 1,432 5,104 1,373 1,369 1,423 1,478 5,643

II. Capital & Financial Account 1,836 2,029 -935 660 3,591 -1,395 2,524 918 -3,752 -1,706

A. Capital Account 43 127 255 122 546 52 73 200 29 353

B. Financial Account 1,793 1,902 -1,190 539 3,045 -1,447 2,451 718 -3,781 -2,059

1. Direct investment -246 1,426 764 309 2,253 -270 605 405 1,739 2,479a. Abroad, net -1,282 392 -1,427 -2,358 -4,675 -1,730 -1,436 -1,517 -1,179 -5,861b. In Indonesia (FDI), net 1,037 1,034 2,191 2,667 6,928 1,460 2,041 1,922 2,918 8,340

2. Portfolio investment, net 2,491 3,810 465 -1,200 5,566 1,984 4,188 -74 -4,345 1,753a. Assets, net -497 -1,897 -1,257 -764 -4,415 -823 60 -65 -434 -1,262b. Liabilities, net 2,988 5,707 1,722 -437 9,981 2,807 4,128 -9 -3,910 3,015

3. Other investment -452 -3,334 -2,419 1,430 -4,775 -3,160 -2,342 387 -1,176 -6,291a. Assets, net -105 -2,283 -2,360 262 -4,486 -2,672 -1,974 -1,610 -3,844 -10,101b. Liabilities, net 3) -348 -1,051 -59 1,168 -289 -489 -367 1,998 2,669 3,810

III. Total (I + II) 4,476 4,300 1,217 4,091 14,083 1,400 1,502 -25 -3,976 -1,100

IV. Errors & Omissions -97 -663 -37 -570 -1,368 -367 -177 -63 -236 -845

V. Overall Balance (III + IV) 4,379 3,637 1,179 3,520 12,715 1,032 1,324 -89 -4,212 -1,945

VI. Reserves and Related Items 4) -4,379 -3,637 -1,179 -3,520 -12,715 -1,032 -1,324 89 4,212 1,945

a. Reserve Asset Changes -4,379 -3,637 -1,179 -3,520 -12,715 -1,032 -1,324 89 4,212 1,945b. Use of Fund Credit and Loans 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Memorandum:Reserve Assets Position 5) 47,221 50,924 52,875 56,920 56,920 58,987 59,453 57,108 51,639 51,639(In Months of Imports & Official Debt Repayment) 4.8 5.2 5.4 5.8 5.8 4.6 4.6 4.4 4.0 4.0Current Account (% GDP) 2.4 0.1Debt Service Ratio (%) 6) 19.8 21.4 15.2 21.2 19.4 16.2 17.8 15.2 25.7 18.4

o/w. Government & Monetary Authority 5.6 9.4 5.1 9.0 7.3 4.4 7.7 4.7 9.3 6.4

1) Since May 2004 part of the reporting method of non oil & gas export han been changed into on-line-system

2) Since April 2004 part of the reporting method of non oil & gas import han been changed into on-line-system

3) Excluding the use of Fund credit and loans

4) Negative represents surplus and positive represents deficit. Since the first quarter of 2004, changes in reserve assets only cover data on changes due to transaction.

5) Based on Gross Foreign Asset concept replacing Official Reserve concept since 1998 and based on International Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL) concept since 2000

6) Ratio of external debt service payments to export of goods and services.

* Provisional figures

** Very Provisional figures

2007* 2008**I T E M S

51

Table 1.2

Indonesia’s Balance Of Payments Current Account

(millions of USD)

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total

Current Account 2,640 2,271 2,151 3,430 10,492 2,794 -1,022 -943 -223 606

A. Goods, net (Trade Balance) 7,712 8,107 7,487 9,448 32,754 7,536 5,443 5,772 4,558 23,309- Non Oil and Gas 6,560 6,994 6,217 7,313 27,084 5,060 4,153 3,752 2,583 15,549- Oil and Gas 1,152 1,114 1,270 2,135 5,670 2,476 1,289 2,020 1,975 7,761

Exports, fob 26,626 29,202 30,009 32,177 118,014 34,412 37,345 38,081 29,452 139,291- Non Oil and Gas 1) 21,682 23,456 23,529 24,475 93,142 26,405 27,879 28,796 24,527 107,607- Oil and Gas 4,944 5,746 6,480 7,702 24,872 8,007 9,466 9,285 4,925 31,683

Imports, fob -18,914 -21,095 -22,521 -22,729 -85,260 -26,876 -31,902 -32,309 -24,894 -115,981- Non Oil and Gas 2) -15,122 -16,463 -17,311 -17,161 -66,058 -21,345 -23,725 -25,044 -21,944 -92,059- Oil and Gas -3,792 -4,632 -5,210 -5,567 -19,202 -5,531 -8,177 -7,265 -2,950 -23,922

B. Services, net -3,163 -2,991 -2,764 -2,922 -11,841 -2,991 -3,374 -3,316 -3,331 -13,0111. Transportation, net -1,640 -1,791 -1,885 -1,978 -7,294 -2,560 -2,957 -2,973 -2,561 -11,051

a. Freight, net -1,359 -1,520 -1,618 -1,620 -6,118 -1,993 -2,364 -2,428 -1,845 -8,630b. Passenger and Other, net -281 -271 -266 -358 -1,177 -567 -593 -544 -716 -2,421

2. Travel, net -9 238 302 -89 442 394 438 616 321 1,768a. Inflow 1,180 1,344 1,432 1,390 5,346 1,663 1,770 1,974 1,968 7,374b. Outflow -1,188 -1,106 -1,130 -1,479 -4,904 -1,269 -1,332 -1,358 -1,647 -5,606

3. Other services, net -1,515 -1,438 -1,181 -855 -4,989 -825 -854 -959 -1,091 -3,728

C. Income, net -3,163 -4,024 -3,811 -4,527 -15,525 -3,123 -4,460 -4,823 -2,929 -15,3341. Compensation of employees -75 -72 -84 -82 -313 -83 -86 -110 -156 -4352. Investment income -3,088 -3,951 -3,727 -4,445 -15,212 -3,040 -4,374 -4,713 -2,773 -14,900

a. Direct investment -2,003 -2,718 -2,769 -3,024 -10,514 -2,457 -3,085 -3,276 -1,596 -10,414b. Portfolio investment -142 -527 -658 -623 -1,952 -186 -322 -1,044 -245 -1,797c. Other investment -943 -706 -300 -798 -2,746 -397 -967 -393 -931 -2,688

o/w Government & Monetary Authority interest payments -429 -769 -363 -832 -2,393 -350 -822 -336 -730 -2,238

D. Current Transfers, net 1,254 1,178 1,240 1,432 5,104 1,373 1,369 1,423 1,478 5,6431. Government, net 58 34 30 58 180 17 27 38 128 2102. Other sectors, net 1,196 1,145 1,210 1,373 4,924 1,356 1,342 1,385 1,350 5,433

a. Workers' Remittances, net 1,191 1,166 1,181 1,295 4,833 1,354 1,353 1,381 1,376 5,464b. Other transfers, net 5 -21 29 78 91 2 -11 4 -26 -31

Memorandum:Non Oil and Gas Export Growth, fob (%) 15.6 15.5Non Oil and Gas Import Growth, c&f (%) 14.5 39.4Oil Unit Prices (USD/barrel) 55.7 67.3 71.9 85.6 70.1 93.4 119.3 113.4 48.0 93.5Oil Production (millions barrel per day) 0.966 0.942 0.948 0.951 0.952 0.977 0.981 0.982 0.967 0.977Tourist Inflows (thousand people) 1,215 1,384 1,475 1,432 5,506 1,451 1,537 1,728 1,713 6,429

1) Since May 2004 part of the method of reporting non oil & gas export han been changed into on-line-system

2) Since April 2004 part of the method of reporting non oil & gas import han been changed into on-line-system

* Provisional figures

** Very Provisional figures

ITEMS

Feb-09

2007* 2008**

52

Table 1.3

Indonesia’s Balance Of Payments Capital and Financial Account

(millions of USD)

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total

A. Capital Account 43 127 255 122 546 52 73 200 29 353

B. Financial Account 1,793 1,902 -1,190 539 3,045 -1,447 2,451 718 -3,781 -2,0591. Direct investment -246 1,426 764 309 2,253 -270 605 405 1,739 2,479

a. Abroad -1,282 392 -1,427 -2,358 -4,675 -1,730 -1,436 -1,517 -1,179 -5,861- Equity capital & Reinvested earnings -343 111 -277 -489 -997 -605 -282 -282 -234 -1,402- Other capital -940 281 -1,150 -1,869 -3,678 -1,125 -1,154 -1,235 -945 -4,459

b. In Indonesia (FDI) 1,037 1,034 2,191 2,667 6,928 1,460 2,041 1,922 2,918 8,340- Equity capital & Reinvested earnings 1,350 1,545 1,933 2,721 7,549 1,627 1,649 1,885 2,965 8,127- Other capital -313 -511 258 -54 -621 -167 392 37 -48 213

o/w. Loans: - Drawings 1,276 1,069 1,553 1,562 5,460 1,740 1,976 1,750 2,312 7,779- Repayments -1,589 -1,581 -1,296 -1,616 -6,081 -1,907 -1,585 -1,713 -2,360 -7,565

2. Portfolio investment 2,491 3,810 465 -1,200 5,566 1,984 4,188 -74 -4,345 1,753a. Assets -497 -1,897 -1,257 -764 -4,415 -823 60 -65 -434 -1,262

- Equity securities 66 17 34 -333 -217 -239 -72 54 39 -217- Debt securities -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 132 -119 -473 -1,045

Bonds and Notes -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 132 -119 -473 -1,045Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

b. Liabilities 2,988 5,707 1,722 -437 9,981 2,807 4,128 -9 -3,910 3,015- Equity securities 362 1,282 1,262 652 3,559 11 519 -98 -110 322- Debt securities 2,626 4,425 460 -1,089 6,422 2,795 3,608 89 -3,800 2,692

Bonds and Notes 2,456 2,312 172 250 5,190 2,467 3,283 1,457 -2,534 4,673Other 171 2,113 288 -1,339 1,233 328 326 -1,368 -1,266 -1,980

3. Other Investment -452 -3,334 -2,419 1,430 -4,775 -3,160 -2,342 387 -1,176 -6,291a. Assets -105 -2,283 -2,360 262 -4,486 -2,672 -1,974 -1,610 -3,844 -10,101

- Loans 43 217 62 27 349 -105 -89 -57 -154 -404

- Other 1) -147 -2,500 -2,422 235 -4,834 -2,567 -1,885 -1,554 -3,691 -9,697

b. Liabilities -348 -1,051 -59 1,168 -289 -489 -367 1,998 2,669 3,810

- Loans 2) -271 -1,481 -172 763 -1,161 -154 -501 1,509 1,967 2,822Drawings 2,778 2,598 2,523 5,313 13,212 3,028 3,573 4,789 6,936 18,325Repayments -3,050 -4,079 -2,694 -4,550 -14,373 -3,182 -4,073 -3,279 -4,969 -15,503

- Other 1) -76 430 113 405 872 -335 133 488 701 988

C. Total (A + B) 1,836 2,029 -935 660 3,591 -1,395 2,524 918 -3,752 -1,706

1) Including currency and deposits2) Excluding the use of Fund Credit and Loans* Provisional figures** Very Provisional figures

2008**

Feb-09

I T E M S2007*

53

Table 1.4

Indonesia’s Balance Of Payments Government and Monetary Authorities Sector Financial Account

(millions of USD)

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total

I. Government 1,888 507 -648 -28 1,719 1,853 2,117 1,034 -1,272 3,733 A. Portfolio investment 2,382 2,040 -230 -154 4,037 2,238 3,569 1,117 -1,626 5,298

1. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0b. Equity securities 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0a. Debt securities 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Liabilities 2,382 2,040 -230 -154 4,037 2,238 3,569 1,117 -1,626 5,298 b. Equity securities 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

a. Debt securities 2,382 2,040 -230 -154 4,037 2,238 3,569 1,117 -1,626 5,298

B. Other investment -493 -1,532 -418 126 -2,318 -385 -1,451 -83 354 -1,5651. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Liabilites -493 -1,532 -418 126 -2,318 -385 -1,451 -83 354 -1,565

a. Loans -493 -1,532 -418 126 -2,318 -385 -1,451 -83 354 -1,565i. Drawings 573 524 567 2,340 4,004 599 635 913 2,596 4,743

- Program Aid 200 200 0 1,706 2,106 222 200 295 1,826 2,542ADB 0 0 0 900 900 0 0 0 830 830IBRD 0 0 0 600 600 0 200 0 995 1,195JBIC 200 0 0 206 406 222 0 295 0 517Others 0 200 0 0 200 0 0 0 0 0

- Project Aid 373 324 567 634 1,898 377 435 618 771 2,201CGI 307 240 334 446 1,327 290 331 454 671 1,745

ODA 307 240 334 446 1,327 290 331 454 671 1,745Bilateral 91 86 234 253 664 137 134 177 467 915Multilateral 216 154 100 193 663 153 197 277 204 831

Non ODA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Non CGI 66 84 233 188 571 88 105 164 100 456

- Reschedulling 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Principal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Interest 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

ii. Repayments -1,067 -2,057 -985 -2,213 -6,322 -984 -2,086 -996 -2,242 -6,308

2. Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

II. Monetary Authorities 156 2,111 261 -1,341 1,187 300 323 -1,404 -1,271 -2,051 A. Portfolio investment 171 2,113 288 -1,339 1,233 328 326 -1,368 -1,266 -1,980

1. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Liabilities 171 2,113 288 -1,339 1,233 328 326 -1,368 -1,266 -1,980

B. Other investment -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36 -5 -711. Assets 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Liabilites -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36 -5 -71a. Loans 1) -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36 -5 -71

i Drawings 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0ii. Repayments -14 -2 -27 -2 -45 -28 -2 -36 -5 -71

b. Other … … … … … … … … … …

III. Total (I + II) 2,045 2,618 -387 -1,369 2,907 2,153 2,441 -369 -2,543 1,681

1) Excluding the use of Fund Credit and Loans

* Provisional figures

** Very Provisional figures

… Data are not available yet

2008**

Feb-09

I T E M S2007*

54

Table 1.5

Indonesia’s Balance Of Payments Private Sector Financial Account

(millions of USD)

Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Total

A. Direct investment -246 1,426 764 309 2,253 -270 605 405 1,739 2,4791. Abroad -1,282 392 -1,427 -2,358 -4,675 -1,730 -1,436 -1,517 -1,179 -5,861

- Equity capital & Reinvested earnings -343 111 -277 -489 -997 -605 -282 -282 -234 -1,402- Other capital -940 281 -1,150 -1,869 -3,678 -1,125 -1,154 -1,235 -945 -4,459

2. In Indonesia (FDI) 1,037 1,034 2,191 2,667 6,928 1,460 2,041 1,922 2,918 8,340- Equity capital & Reinvested earnings 1,350 1,545 1,933 2,721 7,549 1,627 1,649 1,885 2,965 8,127- Other capital -313 -511 258 -54 -621 -167 392 37 -48 213

o/w. Loans : - Drawings 1,276 1,069 1,553 1,562 5,460 1,740 1,976 1,750 2,312 7,779- Repayments -1,589 -1,581 -1,296 -1,616 -6,081 -1,907 -1,585 -1,713 -2,360 -7,565

B. Portfolio investment -61 -343 407 293 296 -582 294 176 -1,453 -1,5651. Assets -497 -1,897 -1,257 -764 -4,415 -823 60 -65 -434 -1,262

- Equity securities 66 17 34 -333 -217 -239 -72 54 39 -217- Debt securities -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 132 -119 -473 -1,045

Bonds and Notes -563 -1,914 -1,291 -431 -4,199 -584 132 -119 -473 -1,045Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Liabilities 436 1,554 1,664 1,057 4,711 241 234 241 -1,019 -303- Equity securities 362 1,282 1,262 652 3,559 11 519 -98 -110 322- Debt securities 74 272 402 405 1,152 230 -286 340 -908 -625

Bonds and Notes 74 272 402 405 1,152 230 -286 340 -908 -625Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

C. Others investment 55 -1,799 -1,973 1,306 -2,411 -2,747 -888 506 -1,725 -4,8551. Assets -105 -2,283 -2,360 262 -4,486 -2,672 -1,974 -1,610 -3,844 -10,101

- Loans 43 217 62 27 349 -105 -89 -57 -154 -404- Other 1) -147 -2,500 -2,422 235 -4,834 -2,567 -1,885 -1,554 -3,691 -9,697

2. Liabilities 160 484 387 1,043 2,074 -76 1,086 2,116 2,120 5,246- Loans 236 54 274 639 1,202 259 953 1,628 1,418 4,259

- Drawings 2,205 2,074 1,956 2,973 9,208 2,429 2,938 3,876 4,139 13,382- Repayments -1,969 -2,020 -1,682 -2,334 -8,005 -2,169 -1,985 -2,248 -2,721 -9,123

- Other 1) -76 430 113 405 872 -335 133 488 701 988

D. Total (A+B+C) -251 -717 -803 1,908 138 -3,599 10 1,087 -1,439 -3,940

1) Including currency and deposits

* Provisional figures

** Very Provisional figures

Feb-09

2007* 2008**I T E M S

55

Table 2.1

Non Oil and Gas Exports Value by Commodities (millions of USD)

24,475 100 13.1 26,405 100 21.8 27,878 100 18.9 28,796 100 22.4 24,527 100 0.2

I. Agriculture 3,176 13.0 34.8 3,336 12.6 34.7 4,023 14.4 41.4 4,331 15.0 35.1 3,170 12.9 -0.21. Timber 130 0.5 0.0 142 0.5 0.3 144 0.5 -5.1 138 0.5 -0.9 113 0.5 -13.02. Rubber 1,253 5.1 43.2 1,456 5.5 41.1 1,650 5.9 29.2 1,877 6.5 42.0 1,035 4.2 -17.43. Coffee 225 0.9 61.0 201 0.8 86.2 263 0.9 126.4 369 1.3 58.7 246 1.0 9.54. Tea 33 0.1 12.9 38 0.1 21.7 43 0.2 31.8 44 0.2 37.6 39 0.2 19.55. Pepper 47 0.2 97.3 71 0.3 310.5 46 0.2 56.2 41 0.1 14.4 24 0.1 -49.46. Tobacco 103 0.4 39.5 112 0.4 -3.3 139 0.5 46.7 126 0.4 28.4 125 0.5 21.27. Manioc 24 0.1 187.5 28 0.1 549.8 1 0.0 448.2 4 0.0 82.3 9 0.0 -63.18. Animal & Husb Products 580 2.4 18.5 593 2.2 14.9 757 2.7 31.4 762 2.6 26.1 654 2.7 12.8

- Shrimps and prawns 186 0.8 -11.0 192 0.7 8.0 239 0.9 11.3 224 0.8 6.0 151 0.6 -19.19. Hides 49 0.2 19.9 50 0.2 20.9 53 0.2 5.1 45 0.2 -3.2 32 0.1 -34.710. Others 733 3.0 34.2 646 2.4 37.6 927 3.3 79.2 925 3.2 33.4 894 3.6 21.9

II. Mineral 4,790 19.6 -15.4 5,471 20.7 1.5 5,545 19.9 -8.8 6,452 22.4 20.6 4,995 20.4 4.31. Tin 60 0.2 -63.1 698 2.6 288.5 355 1.3 158.8 791 2.7 67.2 168 0.7 178.52. Copper 1,457 6.0 -31.0 1,378 5.2 -27.2 1,407 5.0 -38.4 1,022 3.6 -39.3 836 3.4 -42.63. Nickel 663 2.7 -21.2 779 2.9 10.3 473 1.7 -60.6 620 2.2 -8.6 279 1.1 -57.94. Aluminium 191 0.8 -10.0 199 0.8 -7.8 210 0.8 -13.7 321 1.1 56.9 189 0.8 -1.15. Coal 1,809 7.4 8.1 1,812 6.9 -1.3 2,492 8.9 55.6 2,922 10.1 66.8 3,065 12.5 69.46. Others 611 2.5 -7.4 605 2.3 8.1 609 2.2 -1.0 775 2.7 39.7 458 1.9 -24.9

III. Manufactured 16,298 66.6 21.2 17,171 65.0 26.6 18,075 64.8 26.4 17,675 61.4 20.4 16,023 65.3 -1.71. Textile & Textile Products 2,400 9.8 3.6 2,588 9.8 5.2 2,671 9.6 6.8 2,858 9.9 7.1 2,308 9.4 -3.8

- Garments 1,378 5.6 1.9 1,506 5.7 4.2 1,584 5.7 8.7 1,754 6.1 12.1 1,440 5.9 4.52. Handicraft 24 0.1 30.2 22 0.1 9.6 27 0.1 23.8 26 0.1 12.4 21 0.1 -14.73. Wood Products 602 2.5 -20.4 620 2.3 -16.8 644 2.3 -6.0 671 2.3 6.1 498 2.0 -17.3 - Plywood 170 0.7 -16.1 181 0.7 -17.3 189 0.7 -8.0 186 0.6 -8.1 147 0.6 -13.64. Rattan Products 47 0.2 13.9 59 0.2 -15.1 45 0.2 -23.0 32 0.1 -25.7 29 0.1 -39.05. Palm Oils 2,987 12.2 92.5 3,447 13.1 188.7 3,306 11.9 87.0 2,248 7.8 36.8 2,851 11.6 -4.66. Copra Cake 7 0.0 105.0 8 0.0 65.0 13 0.0 163.0 6 0.0 -61.6 6 0.0 -19.67. Chemical Products 1,727 7.1 16.9 1,705 6.5 17.6 1,846 6.6 12.6 1,958 6.8 15.1 1,487 6.1 -13.88. Metal Products 304 1.2 43.9 253 1.0 3.7 282 1.0 1.4 344 1.2 30.3 289 1.2 -5.09. Electrical Appliances 2,244 9.2 -8.2 2,112 8.0 -7.9 2,315 8.3 13.6 2,475 8.6 14.9 2,557 10.4 14.010. Cement 65 0.3 -18.4 54 0.2 -21.5 57 0.2 -32.3 66 0.2 4.9 44 0.2 -32.611. Papers 1,214 5.0 25.7 1,277 4.8 27.5 1,398 5.0 27.6 1,502 5.2 40.3 1,068 4.4 -12.012. Rubber Products 283 1.2 17.0 310 1.2 11.8 328 1.2 12.6 344 1.2 12.5 309 1.3 9.113. Glass & Glassware 120 0.5 39.9 120 0.5 22.1 109 0.4 4.6 108 0.4 5.7 90 0.4 -24.914. Footwear 411 1.7 10.7 450 1.7 10.4 516 1.9 16.8 468 1.6 15.9 503 2.1 22.415. Plastic Products 123 0.5 20.4 123 0.5 21.6 127 0.5 24.1 143 0.5 20.4 126 0.5 2.616. Machinery & Mechanic 1,787 7.3 25.2 1,882 7.1 8.8 2,107 7.6 26.8 2,514 8.7 49.7 2,143 8.7 19.917. Others 1,953 8.0 44.2 2,141 8.1 53.6 2,284 8.2 49.4 1,911 6.6 6.9 1,695 6.9 -13.2

IV. Others (Non-Mon. Gold) 143 0.6 29.0 281 1.1 46.4 119 0.4 -23.6 230 0.8 9.6 222 0.9 54.8

V. Repair on Goods & Goods Procure in port by carriers 68 0.3 -2.9 145 0.5 123.1 116 0.4 63.4 109 0.4 25.0 118 0.5 73.6

* Provisional figures

Growth (%)

Q4*

ValueShare (%)

Growth (%)

Value

Q2 Q3

ValueShare (%)

Growth (%)

ValueShare (%)

Share (%)

Growth (%)

2008Q1

Commodities

Total

Q4

ValueShare (%)

Growth(%)

2007

56

Table 2.2

Non Oil and Gas Exports Volume by Commodities (thousands of Tons)

78,604 100 0.7 73,244 100 -7.3 83,408 100 11.8 75,394 100 -0.3 69,152 100 -12.0

I. Agriculture 2,277 2.9 9.7 2,017 2.8 3.7 2,294 2.7 12.7 2,333 3.1 6.8 2,139 3.1 -6.11. Timber 273 0.3 -19.7 196 0.3 -38.5 215 0.3 -38.4 191 0.3 -18.7 157 0.2 -42.62. Rubber 586 0.7 20.8 598 0.8 2.9 616 0.7 -1.1 623 0.8 1.4 444 0.6 -24.23. Coffee 109 0.1 32.5 90 0.1 78.7 114 0.1 113.3 171 0.2 42.8 115 0.2 5.34. Tea 23 0.0 23.3 25 0.0 27.1 26 0.0 25.6 25 0.0 15.5 21 0.0 -8.25. Pepper 14 0.0 63.5 20 0.0 270.2 13 0.0 40.6 11 0.0 16.5 7 0.0 -52.06. Tobacco 22 0.0 24.2 25 0.0 -7.4 30 0.0 31.0 29 0.0 37.3 25 0.0 13.17. Manioc 159 0.2 106.5 41 0.1 12.8 3 0.0 1797.4 20 0.0 38.3 65 0.1 -59.18. Animal & Husb Products 205 0.3 16.6 211 0.3 -12.1 284 0.3 15.2 231 0.3 -17.0 230 0.3 12.1

- Shrimps and prawns 26 0.0 -6.3 27 0.0 8.0 85 0.1 182.4 30 0.0 3.8 22 0.0 -17.49. Hides 3 0.0 1.4 3 0.0 12.3 3 0.0 -3.3 2 0.0 -12.8 2 0.0 -29.9

10. Others 883 1.1 1.8 809 1.1 21.5 990 1.2 39.9 1,030 1.4 18.8 1,073 1.6 21.6

II. Mineral 60,813 77.4 -1.3 57,228 78.1 -11.3 67,539 81.0 13.9 61,568 81.7 2.6 54,380 78.6 -10.61. Tin 14 0.0 -58.9 52 0.1 135.5 32 0.0 62.6 118 0.2 108.9 19 0.0 36.32. Copper 407 0.5 -51.8 428 0.6 -35.4 358 0.4 -40.0 226 0.3 -50.9 313 0.5 -23.13. Nickel 2,442 3.1 33.3 4,090 5.6 74.3 3,464 4.2 40.1 1,425 1.9 -29.5 1,247 1.8 -48.94. Aluminium 2,051 2.6 3.0 3,008 4.1 84.5 3,779 4.5 -17.1 5,920 7.9 65.1 3,057 4.4 49.15. Coal 51,177 65.1 -0.7 45,099 61.6 -19.5 54,131 64.9 11.2 49,589 65.8 -1.2 46,782 67.7 -8.66. Others 4,722 6.0 -12.0 4,551 6.2 17.1 5,775 6.9 94.2 4,289 5.7 15.3 2,963 4.3 -37.2

III. Manufactured 15,513 19.7 8.0 13,999 19.1 12.0 13,575 16.3 2.0 11,494 15.2 -14.4 12,523 18.1 -19.31. Textile & Textile Products 445 0.6 -3.4 474 0.6 -0.5 473 0.6 -2.0 487 0.6 -1.4 398 0.6 -10.5

- Garments 107 0.1 2.3 123 0.2 13.8 119 0.1 5.3 133 0.2 7.8 107 0.2 0.32. Handicraft 9 0.0 19.2 8 0.0 -8.7 10 0.0 7.1 9 0.0 -1.0 7 0.0 -26.33. Wood Products 618 0.8 -16.0 615 0.8 -14.3 620 0.7 -5.6 604 0.8 -2.3 445 0.6 -28.1 - Plywood 93 0.1 -37.3 89 0.1 -38.6 98 0.1 -14.8 89 0.1 -20.5 69 0.1 -25.94. Rattan Products 16 0.0 8.5 18 0.0 -21.8 15 0.0 -29.4 10 0.0 -35.8 9 0.0 -46.55. Palm Oils 3,785 4.8 5.6 3,634 5.0 54.2 3,154 3.8 7.3 2,261 3.0 -10.6 4,638 6.7 22.56. Copra Cake 64 0.1 38.5 68 0.1 60.2 96 0.1 121.3 37 0.0 -72.8 44 0.1 -32.07. Chemical Products 3,322 4.2 22.6 3,285 4.5 17.1 3,483 4.2 8.6 2,052 2.7 -45.1 1,569 2.3 -52.88. Metal Products 182 0.2 52.4 138 0.2 -35.0 121 0.1 -20.0 265 0.4 77.1 137 0.2 -24.69. Electrical Appliances 162 0.2 -11.7 161 0.2 -1.5 164 0.2 -2.9 174 0.2 -3.1 165 0.2 1.5

10. Cement 1,667 2.1 -30.5 1,175 1.6 -40.7 1,101 1.3 -33.5 1,302 1.7 -15.0 813 1.2 -51.211. Papers 1,711 2.2 9.9 1,689 2.3 3.7 1,604 1.9 -2.7 1,836 2.4 23.2 1,519 2.2 -11.312. Rubber Products 100 0.1 16.0 98 0.1 -0.1 101 0.1 -4.8 97 0.1 -6.0 86 0.1 -13.913. Glass & Glassware 338 0.4 84.8 202 0.3 8.4 192 0.2 -3.5 201 0.3 3.1 174 0.3 -48.414. Footwear 28 0.0 6.8 32 0.0 9.9 34 0.0 10.0 31 0.0 13.1 33 0.0 19.515. Plastic Products 60 0.1 11.8 52 0.1 5.0 50 0.1 1.6 50 0.1 -11.5 43 0.1 -27.516. Machinery & Mechanic 853 1.1 188.7 349 0.5 20.9 372 0.4 5.5 465 0.6 50.1 542 0.8 -36.517. Others 2,153 2.7 13.4 2,000 2.7 40.1 1,985 2.4 25.6 1,611 2.1 -12.4 1,902 2.8 -11.7

IV. Others (Non-monetary Gold) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00

V. Repair on Goods & Goods Procure in port by carriers - - - - - - - - - - - - - - -

- Not available* Provisional figures

VolShare (%)

Q1Growth

(%)

2007

Commodities

Total

Vol

Q4Share (%)

Growth (%) Vol

Share (%)

Growth (%) Vol

Q2 Q3 Q4*

VolShare (%)

Growth (%)

2008

Share (%)

Growth (%)

57

Table 2.3

Non Oil and Gas Exports Value by Country of Destination (millions of USD)

TOTAL 24,475 100 13.1 26,405 100 21.8 27,878 100 18.9 28,796 100 22.4 24,527 100 0.2

AFRICA 745 3.0 18.5 771 2.9 42.7 871 3.1 59.8 859 3.0 35.3 758 3.1 1.7

AMERICA 3,421 14.0 10.1 3,630 13.7 13.4 4,118 14.8 21.2 4,336 15.1 18.3 3,541 14.4 3.5U S A 2,800 11.4 11.2 2,960 11.2 11.4 3,281 11.8 19.3 3,431 11.9 15.6 2,787 11.4 -0.5Western Hemesphere 379 1.5 3.4 382 1.4 20.6 540 1.9 40.5 531 1.8 22.5 474 1.9 25.1Canada 132 0.5 10.3 145 0.5 13.7 165 0.6 8.6 184 0.6 30.3 155 0.6 17.3Others 110 0.4 9.1 143 0.5 44.2 133 0.5 19.7 191 0.7 54.8 125 0.5 13.1

ASIA 15,756 64.4 15.0 17,397 65.9 26.8 17,738 63.6 15.9 18,560 64.5 23.2 15,557 63.4 -1.3ASEAN 5,325 21.8 29.4 6,036 22.9 35.0 6,123 22.0 27.1 6,769 23.5 24.9 5,146 21.0 -3.4 - Brunei Darussalam 8 0.0 0.7 14 0.1 28.6 14 0.1 22.2 15 0.1 37.4 15 0.1 74.2 - Malaysia 1,379 5.6 64.7 1,622 6.1 78.5 1,568 5.6 39.0 1,639 5.7 27.4 1,366 5.6 -1.0 - Philipina 491 2.0 23.6 422 1.6 -4.0 557 2.0 26.0 511 1.8 4.6 424 1.7 -13.7 - Singapore 2,169 8.9 8.3 2,636 10.0 22.8 2,577 9.2 23.0 3,068 10.7 22.6 2,236 9.1 3.0 - Thailand 727 3.0 43.5 790 3.0 31.4 847 3.0 18.0 968 3.4 35.2 663 2.7 -8.8 - Vietnam 425 1.7 50.0 445 1.7 67.3 445 1.6 38.3 457 1.6 33.7 354 1.4 -16.9 - Myanmar 94 0.4 87.5 66 0.2 -2.1 66 0.2 0.1 61 0.2 41.1 44 0.2 -53.1 - Cambodia 29 0.1 9.7 40 0.2 31.1 47 0.2 41.2 48 0.2 68.0 44 0.2 52.1 - Lao PDR 1 0.0 42.1 1 0.0 -56.7 2 0.0 179.0 1 0.0 50.7 1 0.0 22.8ASIA EXCL.ASEAN 10,431 42.6 8.8 11,361 43.0 22.8 11,615 41.7 10.8 11,791 40.9 22.2 10,411 42.4 -0.2 - Hongkong 465 1.9 14.3 485 1.8 16.0 463 1.7 7.0 455 1.6 5.0 420 1.7 -9.7 - India 1,571 6.4 27.5 1,569 5.9 51.9 1,715 6.2 29.3 1,726 6.0 78.4 1,782 7.3 13.4 - Iraq 10 0.0 268.8 28 0.1 16,743 84 0.3 27,122 69 0.2 4,146 81 0.3 721 - Japan 3,087 12.6 -12.8 3,238 12.3 -1.6 3,227 11.6 -13.2 3,708 12.9 13.4 3,245 13.2 5.1 - South Korea 857 3.5 -14.4 1,200 4.5 30.0 1,193 4.3 23.3 1,186 4.1 11.1 638 2.6 -25.5 - Pakistan 345 1.4 82.1 311 1.2 77.2 270 1.0 20.1 211 0.7 47.7 600 2.4 73.9 - China 1,840 7.5 24.6 2,283 8.6 52.8 2,071 7.4 13.3 1,889 6.6 14.7 1,101 4.5 -40.1 - Saudi Arabia 266 1.1 63.8 291 1.1 66.2 309 1.1 41.5 321 1.1 11.6 501 2.0 88.5 - Taiwan 564 2.3 -6.1 571 2.2 -7.2 733 2.6 19.8 801 2.8 33.9 752 3.1 33.4 - Others 1,427 5.8 46.1 1,386 5.2 23.3 1,549 5.6 33.7 1,424 4.9 15.4 1,289 5.3 -9.6

0 0.0 2.0 0 0.0 2.0 0 0.0 3.0 0 0.0 4.0 0 0.0 5.0AUSTRALIA & OCEANIA 585 2.4 -9.9 550 2.1 -20.7 587 2.1 -6.7 922 3.2 58.7 643 2.6 9.9

EUROPE 3,968 16.2 11.5 4,057 15.4 15.1 4,564 16.4 27.3 4,119 14.3 15.1 4,029 16.4 1.5EUROPEAN COMMUNITY 3,593 14.7 9.5 3,547 13.4 6.7 4,147 14.9 24.5 3,764 13.1 14.0 3,794 15.5 5.6 - Belgium 338 1.4 18.4 335 1.3 3.0 370 1.3 13.3 352 1.2 8.2 316 1.3 -6.4 - France 205 0.8 9.0 232 0.9 19.8 254 0.9 22.2 236 0.8 19.7 229 0.9 11.4 - Germany 576 2.4 0.7 606 2.3 6.8 662 2.4 13.4 659 2.3 10.4 558 2.3 -3.1 - Italy 385 1.6 33.4 443 1.7 21.1 521 1.9 58.8 490 1.7 52.4 445 1.8 15.5 - Netherlands 881 3.6 9.3 842 3.2 58.1 1,037 3.7 52.1 868 3.0 17.9 1,103 4.5 25.3 - United Kingdom 357 1.5 -2.0 362 1.4 2.1 396 1.4 5.9 430 1.5 13.4 381 1.6 6.7 - Others 851 3.5 9.6 726 2.7 -26.2 908 3.3 9.5 729 2.5 -2.3 762 3.1 -10.5Russia 78 0.3 -21.0 93 0.4 55.4 95 0.3 4.6 90 0.3 0.2 68 0.3 -12.2Others 297 1.2 66.5 416 1.6 192.6 323 1.2 97.7 265 0.9 40.9 167 0.7 -43.8

* Provisional figures

2007

COUNTRY Q4

Share (%)

ValueGrowth

(%)

Q1

ValueShare (%)

Growth (%)

Share (%)

Growth (%)

Q2 Q3 Q4*

ValueShare (%)

Growth (%)

2008

ValueShare (%)

Growth (%)

Value

58

Table 2.4

Non Oil and Gas Imports Value by Broad Economic Categories (BEC) (millions of USD)

Import Total 18,705 100 7.6 23,225 100 41.2 25,819 100 44.1 27,249 100 44.7 23,877 100 27.7

I. Consumption Goods 1,784 9.5 42.1 2,065 8.9 23.9 2,359 9.1 33.1 2,720 10.0 34.8 1,889 7.9 5.9112 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Household 188 1.0 49.0 226 1.0 34.2 229 0.9 3.7 247 0.9 12.4 147 0.6 -21.7122 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Household 479 2.6 41.6 474 2.0 0.4 533 2.1 -6.4 558 2.0 1.4 372 1.6 -22.3510 - Passenger Motor Cars 112 0.6 37.4 119 0.5 59.0 145 0.6 105.5 131 0.5 64.3 82 0.3 -26.6522 - Transport Equipment, non-industrial 59 0.3 0.0 142 0.6 121.9 105 0.4 154.6 89 0.3 16.1 74 0.3 26.5610 - Durable Consumption Goods 230 1.2 20.6 264 1.1 -14.3 363 1.4 66.4 295 1.1 1.3 197 0.8 -14.5620 - Semi-durable Consumption Goods 431 2.3 108.2 450 1.9 55.2 608 2.4 84.5 1,024 3.8 130.1 662 2.8 53.6630 - Non-durable Consumption Goods 258 1.4 9.8 356 1.5 34.8 363 1.4 26.7 366 1.3 24.1 311 1.3 20.5700 - Goods Not Elsewhere Specified 27 0.1 51.3 34 0.1 34.0 11 0.0 -68.0 10 0.0 -82.8 44 0.2 60.6

II. Raw Materials & Auxiliary Goods 12,559 67.1 1.2 16,652 71.7 41.5 18,557 71.9 44.4 18,697 68.6 40.4 15,909 66.6 26.7111 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Industry 467 2.5 47.7 798 3.4 73.0 955 3.7 78.6 763 2.8 39.5 743 3.1 59.0121 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Industry 224 1.2 0.7 258 1.1 10.7 277 1.1 14.0 286 1.0 -1.4 223 0.9 -0.3210 - Raw Materials (Primary), for Industry 788 4.2 11.0 1,054 4.5 32.6 1,344 5.2 70.8 1,358 5.0 72.8 1,093 4.6 38.7220 - Raw Materials (Processed), for Industry 7,164 38.3 3.3 9,681 41.7 47.8 10,773 41.7 46.2 11,037 40.5 47.0 8,904 37.3 24.3310 - Fuels & Lubricants (Primary) 2 0.0 -91.1 5 0.0 145.2 6 0.0 317.0 9 0.0 114.0 14 0.1 706.1322 - Fuels & Lubricants (Processed) 30 0.2 5.9 47 0.2 1.2 56 0.2 22.8 71 0.3 42.8 43 0.2 42.9420 - Parts & Accessories for Capital Goods 2,835 15.2 -9.0 3,271 14.1 22.7 3,538 13.7 28.3 3,617 13.3 17.7 3,152 13.2 11.2530 - Parts & Accessories for Transport Equipment 1,048 5.6 -1.5 1,538 6.6 52.0 1,609 6.2 44.0 1,555 5.7 46.8 1,737 7.3 65.7

III. Capital Goods 4,131 22.1 15.4 4,357 18.8 52.1 4,742 18.4 51.3 5,622 20.6 66.8 5,902 24.7 42.9410 - Capital Goods (except Transport Equipment) 3,081 16.5 7.9 3,375 14.5 39.7 3,827 14.8 53.5 4,167 15.3 55.3 4,202 17.6 36.4510 - Passenger Motor Cars 112 0.6 37.4 119 0.5 59.0 145 0.6 105.5 131 0.5 64.3 82 0.3 -26.6521 - Transport Equipment for Industry 937 5.0 45.9 863 3.7 131.1 770 3.0 35.0 1,324 4.9 118.0 1,618 6.8 72.6

IV. Others 231 1.2 60.4 151 0.7 -1.9 161 0.6 6.6 210 0.8 61.7 176 0.7 -23.8* Provisional figures

2008

Commodities

2007

ValueShare (%)

Growth(%)

Q4 Q1

ValueShare (%)

Growth (%)

Q2 Q3

ValueShare (%)

Growth (%)

ValueShare (%)

Growth (%)

Q4*

ValueShare (%)

Growth (%)

59

Table 2.5

Non Oil and Gas Imports Volume by Broad Economic Categories (BEC) (thousands of Tons)

Import Total 14,072 100 2.9 19,148 100 30.1 17,563 100 13.6 16,692 100 10.2 13,493 100 3,751

I. Consumption Goods 1,141 8.1 29.3 1,115 5.8 -11.6 1,064 6.1 -30.1 1,082 6.5 -18.6 694 5.1 212112 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Household 252 1.8 33.5 375 2.0 44.2 328 1.9 -5.6 375 2.2 19.2 203 1.5 85122 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Household 676 4.8 43.7 495 2.6 -37.1 454 2.6 -51.0 423 2.5 -43.3 276 2.0 76510 - Passenger Motor Cars 12 0.1 29.9 12 0.1 16.8 14 0.1 37.8 14 0.1 43.1 9 0.1 1522 - Transport Equipment, non-industrial 13 0.1 5.5 21 0.1 101.7 21 0.1 93.7 19 0.1 -0.5 12 0.1 2610 - Durable Consumption Goods 47 0.3 16.2 50 0.3 -2.8 74 0.4 31.6 64 0.4 -18.0 41 0.3 12620 - Semi-durable Consumption Goods 79 0.6 4.5 89 0.5 8.7 101 0.6 -0.4 119 0.7 28.0 92 0.7 19630 - Non-durable Consumption Goods 61 0.4 -28.2 71 0.4 20.1 72 0.4 4.0 68 0.4 0.7 57 0.4 16700 - Goods Not Elsewhere Specified 0 0.0 1.1 1 0.0 36.1 1 0.0 -63.9 0 0.0 -60.3 5 0.0 0

II. Raw Materials & Auxiliary Goods 12,405 88.2 1.8 17,368 90.7 34.1 15,844 90.2 17.2 14,912 89.3 11.9 12,176 90.2 3,330111 - Food & Beverages (Primary), Mainly for Industry 1,314 9.3 -3.9 3,220 16.8 108.6 1,738 9.9 2.4 1,351 8.1 -20.8 1,373 10.2 413121 - Food & Beverages (Processed), Mainly for Industry 276 2.0 -40.6 343 1.8 -31.0 314 1.8 -23.2 377 2.3 -9.8 285 2.1 110210 - Raw Materials (Primary), for Industry 3,087 21.9 -2.0 3,788 19.8 17.6 3,682 21.0 7.1 3,595 21.5 15.0 3,064 22.7 850220 - Raw Materials (Processed), for Industry 7,172 51.0 7.1 9,387 49.0 30.3 9,424 53.7 26.3 8,930 53.5 19.4 6,822 50.6 1,830310 - Fuels & Lubricants (Primary) 14 0.1 -75.1 38 0.2 95.3 24 0.1 113.0 39 0.2 38.7 36 0.3 2322 - Fuels & Lubricants (Processed) 25 0.2 -2.8 39 0.2 15.3 44 0.3 -5.9 46 0.3 -24.3 29 0.2 11420 - Parts & Accessories for Capital Goods 288 2.0 32.2 331 1.7 24.6 393 2.2 34.6 318 1.9 -7.3 368 2.7 72530 - Parts & Accessories for Transport Equipment 228 1.6 10.9 223 1.2 34.9 225 1.3 37.8 257 1.5 54.2 199 1.5 41

III. Capital Goods 526 3.7 -13.3 665 3.5 32.0 654 3.7 56.3 698 4.2 42.4 623 4.6 209410 - Capital Goods (except Transport Equipment) 437 3.1 31.2 469 2.4 32.5 467 2.7 27.7 487 2.9 20.1 487 3.6 157510 - Passenger Motor Cars 12 0.1 29.9 12 0.1 16.8 14 0.1 37.8 14 0.1 43.1 9 0.1 1521 - Transport Equipment for Industry 77 0.5 -71.0 184 1.0 31.9 173 1.0 306.9 198 1.2 160.8 128 0.9 50

IV. Others 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0* Provisional figures

Q1

Vol Share (%)

Share (%)

2007

Growth(%)

2008

CommoditiesQ4

Vol Growth (%)

Q2 Q3

Vol Share (%)

Growth (%)

Vol Share (%)

Growth (%)

Q4*

Vol Share (%)

Growth (%)

60

Table 2.6

Non Oil and Gas Imports Value by Country of Origin (millions of USD)

TOTAL 18,705 100 13.7 23,225 100 29.7 25,819 100 37.1 27,249 100 45.7 23,877 100 2.8

AFRICA 146 0.8 -3.5 166 0.7 1.2 281 1.1 40.7 360 1.3 146.2 736 3.1 343.6

AMERICA 2,347 12.5 36.0 2,757 11.9 43.0 3,284 12.7 53.2 3,372 12.4 43.7 3,444 14.4 24.9U S A 1,579 8.4 33.0 1,721 7.4 27.1 2,127 8.2 57.7 2,243 8.2 42.0 2,708 11.3 57.3Western Hemesphere 444 2.4 53.9 584 2.5 88.2 545 2.1 12.1 577 2.1 29.9 464 1.9 -20.5Canada 306 1.6 33.2 424 1.8 72.0 571 2.2 97.5 507 1.9 65.6 151 0.6 -64.5Others 17 0.1 -12.2 28 0.1 59.3 42 0.2 110.0 45 0.2 161.7 121 0.5 324.3

ASIA 12,455 66.6 11.4 16,092 69.3 31.6 17,435 67.5 38.0 18,463 67.8 48.2 15,142 63.4 -5.9ASEAN 4,991 26.7 9.9 5,699 24.5 20.2 6,007 23.3 23.5 6,451 23.7 29.3 4,997 20.9 -12.3 - Brunei Darussalam 1 0.0 853.7 3 0.0 4.3 6 0.0 15,902 0 0.0 -83.7 14 0.1 455.0 - Malaysia 745 4.0 6.2 952 4.1 37.2 1,024 4.0 34.2 1,125 4.1 51.0 1,330 5.6 39.6 - Philipina 139 0.7 13.0 182 0.8 43.1 214 0.8 49.6 169 0.6 21.2 413 1.7 126.6 - Singapore 2,757 14.7 10.4 2,893 12.5 10.9 3,011 11.7 13.8 3,215 11.8 16.6 2,163 9.1 -25.2 - Thailand 1,175 6.3 12.8 1,525 6.6 37.5 1,591 6.2 37.4 1,750 6.4 48.9 646 2.7 -57.7 - Vietnam 156 0.8 -4.9 118 0.5 -37.1 134 0.5 -10.5 174 0.6 12.1 344 1.4 190.7 - Myanmar 5 0.0 -56.6 7 0.0 -33.9 12 0.0 186.8 9 0.0 63.1 44 0.2 509.8 - Cambodia 0 0.0 -62.8 0 0.0 34.4 1 0.0 28.5 1 0.0 68.8 43 0.2 8,826.5ASIA EXCL.ASEAN 7,464 39.9 12.4 10,393 44.7 38.8 11,428 44.3 47.1 12,012 44.1 60.9 10,146 42.5 -2.4 - Hongkong 524 2.8 17.2 643 2.8 30.4 637 2.5 40.5 609 2.2 16.1 408 1.7 -36.6 - India 462 2.5 8.0 655 2.8 33.4 712 2.8 95.6 712 2.6 54.2 1,751 7.3 167.2 - Iraq 0 0.0 1,734 0 0.0 -38 0 0.0 -38 0 0.0 -99 78 0.3 246,615 - Japan 2,420 12.9 6.7 3,538 15.2 55.5 3,578 13.9 48.3 3,532 13.0 45.9 3,156 13.2 -10.8 - South Korea 823 4.4 -0.1 1,121 4.8 8.0 1,354 5.2 25.6 1,320 4.8 60.3 634 2.7 -43.4 - Pakistan 12 0.1 -27.0 13 0.1 -46.1 24 0.1 81.3 13 0.0 2.3 558 2.3 4,347.0 - China 2,412 12.9 21.8 3,263 14.1 38.3 3,800 14.7 46.5 4,504 16.5 86.7 1,093 4.6 -66.5 - Saudi Arabia 99 0.5 29.5 139 0.6 117.5 160 0.6 41.2 172 0.6 74.0 476 2.0 241.7 - Taiwan 547 2.9 20.0 670 2.9 16.8 754 2.9 26.8 706 2.6 29.1 734 3.1 9.6 - Others 165 0.9 14.5 351 1.5 106.4 409 1.6 174.0 445 1.6 170.0 1,259 5.3 259.0

AUSTRALIA & OCEANIA 876 4.7 5.3 1,117 4.8 18.3 1,277 4.9 36.0 1,419 5.2 62.0 624 2.6 -44.1

EUROPE 2,880 15.4 12.5 3,093 13.3 16.9 3,542 13.7 21.2 3,635 13.3 26.2 3,930 16.5 27.1EUROPEAN COMMUNITY 2,453 13.1 11.9 2,376 10.2 7.7 2,651 10.3 6.3 2,818 10.3 14.8 3,700 15.5 55.7 - Belgium 95 0.5 28.3 115 0.5 12.7 156 0.6 39.7 200 0.7 110.0 307 1.3 167.0 - France 519 2.8 134.7 364 1.6 -16.7 246 1.0 -46.0 303 1.1 -41.6 223 0.9 -38.7 - Germany 641 3.4 -7.6 753 3.2 23.8 814 3.2 18.5 925 3.4 44.4 544 2.3 -27.8 - Italy 224 1.2 51.1 238 1.0 31.6 296 1.1 45.8 265 1.0 18.6 435 1.8 82.6 - Netherlands 189 1.0 53.3 156 0.7 -6.2 160 0.6 13.2 174 0.6 -7.5 1,081 4.5 593.1 - United Kingdom 220 1.2 6.8 217 0.9 19.7 232 0.9 29.7 280 1.0 27.2 370 1.5 70.6 - Others 566 3.0 -22.1 534 2.3 0.5 747 2.9 4.2 669 2.5 18.3 741 3.1 38.8Russia 77 0.4 -27.0 243 1.0 62.1 383 1.5 248.8 283 1.0 265.8 67 0.3 -72.6Others 349 1.9 33.5 473 2.0 63.5 507 2.0 60.3 535 2.0 52.9 163 0.7 -65.5

* Provisional figures

ValueValue Share (%)

Growth (%)

Q4

Value Share (%)

Growth (%)

Share (%)

2008Q1

Growth (%)

2007

COUNTRY Share (%)

Growth (%)

Value Share (%)

Growth (%)

Q4*Q2 Q3

Value

61

Table 3.1

Travel Inflows

Growth GrowthPeriod Main Gates Other Gates (y.o.y) (y.t.d)

(number of people) (number of people) (%) (%)(1) (2) (3) (4) (4) (5) (6)

2004 4,541,165 779,941 5,321,106 4,798 18.8 18.8Q1 1,034,236 177,990 1,212,226 1,093 15.2 15.2Q2 1,099,096 188,656 1,287,752 1,161 44.3 28.6Q3 1,278,022 219,368 1,497,390 1,350 16.3 23.7Q4 1,129,811 193,928 1,323,739 1,194 6.3 18.9

2005 4,074,354 927,747 5,002,101 4,522 -5.8 -5.8Q1 1,003,616 215,625 1,219,241 1,102 0.8 0.8Q2 1,045,871 228,421 1,274,292 1,152 -0.8 0.0Q3 1,183,757 239,116 1,422,873 1,286 -4.7 -1.8Q4 841,110 244,585 1,085,695 981 -17.8 -5.8

2006 3,977,482 893,869 4,871,351 4,448 -1.6 -1.6Q1 871,817 204,589 1,076,406 983 -10.8 -10.8Q2 1,023,099 227,472 1,250,571 1,142 -0.9 -5.7Q3 1,038,857 233,972 1,272,829 1,162 -9.6 -7.2Q4 1,043,709 227,836 1,271,545 1,161 18.3 -1.6

2007 4,541,458 964,301 5,505,759 5,346 20.2 20.2Q1 1,001,697 213,289 1,214,986 1,180 20.0 20.0Q2 1,142,077 242,394 1,384,471 1,344 17.7 18.8Q3 1,215,723 258,803 1,474,526 1,432 23.2 20.3Q4 1,181,961 249,815 1,431,776 1,390 19.7 20.2

2008* 5,237,470 1,191,556 6,429,026 7,374 37.9 37.9Q1 1,190,102 260,861 1,450,963 1,663 40.9 40.9Q2 1,264,023 273,231 1,537,254 1,770 31.6 36.0Q3 1,397,827 329,773 1,727,600 1,974 37.9 36.7Q4 1,385,519 327,691 1,713,210 1,968 41.5 37.9

* Provisional figures

(number of people) (In millions of USD)

BOP BOP(2+3) Value

62

Table 3.2

Travel Outflows

Hajj BOP Hajj BOP Growth GrowthPeriod Main Gates Other Gates Pilgrimage (2+3-4) Pilgrimage Value (y.o.y) (y.t.d)

(number of people) (number of people) (number of people) (number of people) (In millions of USD) (In millions of USD) (%) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

2004 3,941,381 101,061 204,945 3,837,497 452 3,507 13.8 13.8Q1 942,948 24,178 204,945 762,181 452 1,059 -6.0 -175.1Q2 847,679 21,735 0 869,414 0 692 52.8 10.8Q3 1,022,310 26,213 0 1,048,523 0 835 40.1 18.8Q4 1,128,444 28,934 0 1,157,378 0 922 1.6 13.8

2005 4,106,225 105,288 267,501 3,944,012 511 3,584 2.2 2.2Q1 948,509 24,321 205,382 767,448 394 992 -6.3 -6.3Q2 991,334 25,419 0 1,016,753 0 792 14.5 1.9Q3 1,024,447 26,268 0 1,050,715 0 819 -1.9 0.7Q4 1,141,935 29,280 62,119 1,109,096 117 981 6.5 2.2

2006 4,322,464 705,405 144,945 4,882,924 466 4,030 12.4 12.4Q1 941,626 198,417 144,945 995,098 272 1,026 3.4 3.4Q2 1,081,620 192,710 0 1,274,330 0 954 20.4 11.0Q3 1,082,682 162,702 0 1,245,384 0 932 13.8 11.9Q4 1,216,536 151,576 0 1,368,112 194 1,118 14.0 12.4

2007 4,593,183 563,859 104,660 16,628,620 515 4,903 21.7 21.7Q1 1,055,961 169,520 104,660 1,225,481 195 1,188 15.8 15.8Q2 1,103,889 142,136 0 1,246,025 0 1,106 15.9 15.9Q3 1,146,177 127,774 0 1,273,951 0 1,130 21.2 17.6Q4 1,287,156 124,429 0 12,883,163 320 1,479 32.3 21.7

2008* 4,694,388 735,169 259,564 5,169,993 516 5,606 14.3 14.3Q1 1,077,171 172,347 41,864 1,207,655 80 1,269 6.8 6.8Q2 1,167,747 185,299 0 1,353,046 0 1,332 20.4 13.4Q3 1,193,452 186,385 0 1,379,837 0 1,358 20.2 15.6Q4 1,256,018 191,138 217,700 1,229,456 436 1,647 11.3 14.3

* Provisional figures

63

Table 4

Stock of Debt Securities Owned by Non Residents (millions of USD)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

A. Private Sector 1

1 Bonds 192 270 225 351 361 200 185 250

2 Medium Term Notes 285 289 293 267 300 367 361 231

3 Floating Rate Notes - - - - - - - -

4 Commercial Papers 16 16 16 14 15 19 15 19

5 Promissory Notes 1,474 1,445 1,538 1,490 1,524 1,488 1,618 1,410

Total 1,966 2,020 2,071 2,123 2,200 2,075 2,180 1,910

B. Public Sector

1 Govt. Bond (Rp. Denomination)/SUN 6,978 9,033 8,711 8,298 8,760 10,200 11,037 10,450

2 Govt. Bond (USD Denomination) 6,370 6,370 6,370 6,370 8,322 10,450 10,450 7,983

3 SBI 2,127 4,201 4,436 4,436 3,330 3,643 2,157 772

Total 15,475 19,604 19,517 19,517 20,412 24,293 23,644 19,2041 Source : Custodian Bank

* Provisional figures* * Very Provisional figures

2007* 2008**No Securities