laporan ilmu budaya sunda

28
KAMPUNG ADAT CIKONDANG Laporan Tugas Ilmu Budaya Sunda 143010244 ELSA SRI ERJUNI RUMAPEA 143010247 KHALIDA NUR ISLAMI 143010255 RAYI LAYALIA NAJMI 143010256 RIZKY TASYA NOVITA 143010261 HESTI FERA PRODI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Upload: riskytasyanovita

Post on 07-Nov-2015

58 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

bahasa Sunda

TRANSCRIPT

KAMPUNG ADAT CIKONDANG

Laporan Tugas Ilmu Budaya Sunda

143010244ELSA SRI ERJUNI RUMAPEA143010247KHALIDA NUR ISLAMI143010255RAYI LAYALIA NAJMI143010256RIZKY TASYA NOVITA143010261HESTI FERA

PRODI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN 2015 KAMPUNG ADAT CIKONDANG

A. Asal-usul Kampung Adat Cikondang

Kampung Adat Cikondang merupakan salah satu dari beberapa Kampung Adat yang ada di Jawa Barat. Kampung ini merupakan Kampung Sunda tradisional yang berbaur dengan Islam. Kampung adat cikondang terletak di desa Lamajang Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Kampung adat yang terletak 11 km dari pusat Kecamatan Pangalengan dan sekitar 38 km dari Kota Bandung. Kampung yang berada sekitar 1 km dari wilayah Kampung Cibiana, terletak di ruas jalan raya Bandung Pangalengan. Menurut Bapak Ilin Darsyah, tempat ini dinamakan Cikondang dikarenakan di daerah ini ada seke (mata air) yang ditumbuhi pohon besar yang dinamakan Kondang. Cikondang adalah gabungan antara sumber air dan pohon kondang, Ci berasal dari kependekan kata cai yang berarti air, sedangkan kondang adalah nama pohon tadi. Kampung adat Cikondang awalnya berasal dari Cirebon yang keseharian penduduknya nomaden atau berpindah-pindah tempat.Pada tahun 1942, terjadi kebakaran di Kampung Cikondang yang menghanguskan 61 rumah dan yang tersisa hanya 1 rumah yang merupakan rumah keramat yang dilestarikan oleh masyarakat Kampung Cikondang.Masih menurut Bapak Ilin Darsyah, pada tahun 2015, Kampung adat Cikondang berusia sekitar 214 tahun. Maka, bisa dipastikan Kampung adat Cikondang berdiri pada tahun 1801. Sampai saat ini, ada 7 kuncen yang menjaga bumi adat yaitu : Ma Empuh, Ma Akung, Ua Idil (Anom Idil), Anom Rumya, Aki Emen, Anom Samsa dan Anom Djuhana.Jabatan kuncen di Bumi Adat atau ketua adat kampung Cikondang memiliki pola pengangkatan yang khas. Ada beberapa syarat untuk menjadi kuncen Bumi Adat, yaitu harus memiliki ikatan darah atau masih keturunan leluhur Bumi Adat. la harus laki- laki, dipilih berdasarkan wangsit dan musyawarah para tetua adat. Anak seorang kuncen yang meninggal tidak secara otomatis diangkat untuk menggantikan ayahnya. Dia Iayak dan patut diangkat menjadi kuncen jika telah menerima wangsit dan memenuhi syarat yang diberikan. Kuncen yang telah terpilih, dalam kehidupan sehari- hari diharuskan mengenakan pakaian adat Sunda, Iengkap dengan iket (ikat kepala). Bapak Ilin Darsyah menjelaskan bahwa adat 3 jenis iket (ikat kepala) yaitu : Barangbang semplak, poros nangka, dan kole nyangsang.

B. Pola Permukiman dan Bangunan Rumah

1. Pola Permukiman

Pola permukiman masyarakat di Kampung Cikondang adalah mengelompok. Rumah-rumah tinggal berkelompok di lereng bukit dan di level paling tinggi, sebelah selatan pemukiman penduduk, terdapat bumi adat dengan keletakkan bangunan dari arah utara- selatan serta orientasi rumah kearah utara.Masyarakat terbagi 2 yaitu Cikondang dalam dan Cikondang luar. Hal tersebut dapat dibedakan dengan bangunan rumah yang berbeda. Untuk Cikondang dalam, bangunan atap rumah masih menggunakan talahab yang terbuat dari bilahan bambu. Peralatan rumah tangganya pun masih menggunakan bahan dari alam seperti seng dan tidak boleh menggunakan bahan kaca atau keramik. Kampung Cikondang dalam tidak boleh menggunakan listrik. Sedangkan Kampung Cikondang Luar sudah lebih modern, dan atap rumahnya pun sudah menggunakan genting. Dan beberapa rumah sudah menggunakan listrik.

2. Bangunan Rumaha. BentukBangunan :Rumah Panggung (memilikikolong), merupakan salah satu proto type rumah adat daerah Jawa Barat. Bumi Adat ini memiliki bentuk atap suhunan jolopong (suhunan lurus) yakni bentuk atap yang terdiri dari dua bidang atap yang terdiri dari dua bidang atap. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur bubungan (suhunan) di bagian tengah bangunan rumah. Pintu muka rumah ini dikenal dengan bentuk buka palayu yakni letak pintu sejajar dengan salah satu sisi bidang atap, dengan demikian jika dilihat dari arah muka tampak dengan jelas keseluruhan garis suhunan yang melintang dari kiri kekanan.Dihalaman bumi adat terdapat bangunan pelengkap antara lain lumbung padi (leuit), kolam, jamban atau kamar mandi. Leuit ini terletak di depan (timurlaut) rumah, sedang kolam dan kamar mandi/jamban terletak di sebelah timur rumah, serta saung lisung (tempat menumbuk padi). Bumi adat di kampong Cikondang mengahadap kearah utara yang mengartikan sabilulungan atau satu tujuan atau ketogotong royongan.

b. Bahan Bangunan : Atap : Bagian penutup atap terbuat dari talahab yaitu penutup atap yang terbuat dari bilahan bambu. Flapon/langit-langit Flapon/langit-langit (lalangit/paparan) terbuat dari bilah-bilah bambu yang dipasang dengan jarak tertentu,ada juga lalangit yang dibuat dari bamboo bulat (utuh) yang dijajar rapat. Tiang Tiang terbuat dari bahan kayu, untuk pondasi tiang digunakan batu alam berbentuk bulat. Dinding Seluruh dinding terbuat dari anyaman bambu (bilik). Untuk menahan dinding rumah di bagian dalam dipasang kayu dengan posisi horizontal disebut Paneer dan berfungsi pula sebagai penahan tiang rumah. Jendela Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertical disebut jalosi, serta daun jendela kayu sebagai penutupnya. Lantai Seluruh lantai (palapuh) terbuat dari bambu yang dibentuk lempengan bambu yang digelarkan di atas bamboo bulat (utuh) dinamakan dengan darurang. c. FungsiBangunan : Ruangan depan (tepas) Ruangan ini memiliki fungsi untuk menerima tamu (3meter). Tengah Imah Ruangan ini memiliki fungsi sebagai areal untuk menerima tamu dan dipergunakan juga sebagai tempat melakukan upacara adat. Dapur Ruangan ini berfungsi sebagai tempat untuk masak-memasak. Dalam ruangan dapur terdapat peralatan dapur yang dipergunakan dalam keseharian. Kamartidur Ruangan ini berfungsi sebagai tempat tidur kuncen (3meter). Goah Ruangan ini sengaja dibuat berdampingan dengan kamar tidur kuncen, untuk memudahkan kuncen melakukan tugasnya dalam membuat segala keperluan sesaji. Bale-bale (suplemen yang menempel pada rumah) Ruangan ini biasanya dipergunakan pada waktu-waktu pelaksanaan upacara adat. Bale-bale ini, biasanya dijadikan shelter bagi wanita yang sedang haid karena mereka tidak diperbolehkan memasuki rumah adat. Ruangan untuk Hawu (suplemen yang menempel pada rumah) Dalam ruangan ini terdapat dua hawu yang biasa dipergunakan memasak dalam keperluan pelaksanaan upacara tradisi. Ruang untuk Shalat (3meter)d. Filosofi Bangunan :Bangunan rumah adat Cikondang terdiri dari :- 1 pintu yang berarti asal dari situ mulangka situ- 5 jendela yang berarti rukun islam.- Panjang Bumi adat yaitu 12 yang berarti 12 bulan atau 1 tahun.- Lebar bumi adat yaitu 8 yang berarti sewindu.- 9 Sarigsig yang berarti Sunan gunung jati.

C. Upacara-Upacara (Ritual) Adat dan Sesajen

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap masyarakat adat pasti memiliki suatu upacara-upacara khusus berdasarkan adat dan kepercayaannya masing-masing. Upacara-upacara adat tersebut tak lain sering juga kita sebut atau kita anggap sebagai ritual. Di kampung adat cikondang ini, terdapat beberapa upacara-upacara adat (ritual) yang dipercaya dan rutin dilaksanakan berdasarkan ketentuannya. Upacara-upacara adat tersebut, diantaranya :

1. Seleh Taun Mapag Taun (Musiman/Wuku Taun)Upacara ini berkaitan dengan peringatan tahun baru hijriah. Diperingati setiap tanggal 15 Muharam. Upacara ini dilaksanakan di bumi adat dan msayarakat pada umumnya telah mempersiapkannya dari tanggal 1 Muharam. Tujuan pelaksanaan ini yaitu untuk mengungkapkan rasa terimaksih dan syukur serta memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa. Di dalam upacara adat ini, para masyarakat wanita bertugas membuat 3 buah tumpeng, seperti berikut :a. Tumpeng Pare HumaTumpeng ini dibuat dengan lauknya yaitu ayam, tetapi ayamnya menggunakan ayam berwarna abu-abu. Hal ini dimaksudkan agar kita sebagai manusia tidak bersifat rakus (bersifat abu-abu)b. Tumpeng Pare SawahTumpeng ini dibuat dengan lauk dari ayam, tetapi menggunakan ayam berwarna hitam (hideung). Hal ini dimaksudkan agar kita sebagai manusia bisa bersifat rajin, tunduk pada aturan, tunduk pada adat (hideng).c. Tumpeng Pare KetanTumpeng ini dibuat dengan lauk ayam yang berwarnna putih. Hal ini dimaksudkan agar kita sebagai manusia dapat berhati bersih dan selalu ingat akan agama, kepercayaan dan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Upacara NgaruatUpacara Ngaruat banyak macamnya, upacara ini sering dilakukan pada kesempatan-kesempatan yang berkaitan dengan maksud seseorang. Misalnya seperti akan mendirikan rumah disebut ruat bumi. Pelaksanaannya biasanya bertepatandenganmulai berdirinyarumah (ngadegkeun) dengan tujuan agar pembangunan rumah dapat berlangsung dengan lancar serta agar ketika rumah tersebut selesai dibangun dan telah dihuni oleh pemiliknya, dapat memberikan rasa tenang, tentram dan terhindar dari marabahaya. Doa-doa yang dibacakan oleh sesepuh lembur pada upacara ini yaitu doa keselamatan dan penjaga diri serta keluarga. Selain itu juga ada ruat kandang hayam yang dilakukan apabila hendak membuat kandang ayam, upacara ini biasa dilakukn sekitar pukul 07.00, 08.00 dan 11.00. dan masih banyak lagi upacara ruat lainnya.3. Upacara Lembur (hajat lembur)Upacara ini dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Safar, hari selasa atau kamis, jam 11.00-15.00 dan dilaksanakan di tengah-tengah kampung. Tujuan upacara ini yaitu untuk menjaga keselamatan kampung halamannya.4. RasulanUpacara rasulan adalah mengadakan upacara adat untuk keselamatan para karuhun, nenek moyang mereka sebagai perintis berdirinya Kampung Adat Cikondang. Upacara ini diadakan di rumah masing-masing dengan mengundang warga sekitar rumah dan diadakan pada bulan sasih Mulud dan diselenggarakan pada hari selasa dan kamis pada malam hari antara waktu maghrib atau isya.5. NgabungbangUpacara ini dilakukan secara individu, upacara ini dilakukan oleh seseorang yang menginginkan sesuatu dan dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Mulud.

6. Tirakatan Tirakatan artinya membersihkan diri, bertafakur atau mengasingkan diri di tempat yang sepi. Upacara ini dilakukan apabila menginginkan sesuatu dan dilakukan secara terus menerus sampai cita-citanya tercapai. Biasnya dilakukan dengan berpuuasa pada hari rabu dengan melakukan makan sahur pada pukul satu siang dan buka puasa pada hari kamis pukul satu siang pula.7. Tujuh BulananUpacara ini merupakan perayaan kehamilan tujuh bulan, tujuannya yaitu untuk mengucap rasa syukur dan terimakasih kepaada Tuhan YME atsa kehamilannya yang berusia 7 bulan dan berharap dilancarkan dalam proses kelahirannya nanti.8. NgalahirkeunUpacara ini sama halnya dengan merawat puput puseur, karena tujuan dari merawat plasenta bayi sampai dikuburkan yaitu agara usia anak panjang dan mendapatkan bnyak berkah dari Tuhan YME.9. MarhabaanUpacara ini dilakukan pada saat bayi berusia 40 hari. Pada upacara ini rambut bayi dipangkas gundul, diberi nama dan dibacakan wawacan barjah.10. Upacara KematianUpacara ini berhubungan dengan meninggalnya seseorang di Kampung Cikondang, yaitu : tiluna (3 hari), tujuhna (7 hari), matangpuluh (40 hari), natus (100 hari), nyewu (1000 hari), mendak (setiap tahun)

Di dalam upacara-upacara adat tersebut sering dihadirkan pula adanya sesajen. Jenis sesajennya terbagi menjadi dua yaitu Pangradinan untuk laki-laki (Pameged) dan Parawanten (Istri). Pangradinan yaitu berisi cikopi, gula beureum dan udud. Sedangkan parawanten biasanya berbentuk ikatan-ikatan sperti seikat seureuh kemudian ada pula rujak si manis madu, rencang leueut dan rencang sangu.D. Agama, Kepercayaan dan Filosofi

A. AgamaSistem kepercayaan di masyarakat Kampung Adat Cikondang yaitu masih menganut kepada Sunda Wiwitan yang juga terintegrasi dari ajaran Prabu Siliwangi dan Sunan Gunung Djati. Agamanya yaitu agama Islam. Arti agama bagi masyarakat Kampung Cikondang yaitu Aturan Gawe Manusa (Aturan hidup/perilaku manusia). Di dalam Adat Masyarakat Kampung Cikondang, agama memiliki 4 ajaran, yaitu Kias, Ijma, Al-Quran dan Hadits. Sedangkan dalam hal kepercayaannya, adat istiadat masyarakat Kampung Cikondang masih sangat kental serta hubungan dengan roh-roh para leluhurnya pun masih sangat kuat yaitu dengan adanya sesajen yang rutin dilakukan pada upacara-upacara adat sesuai dengan ketentuannya.

B. FilosofiTerdapat beberapa filosofi yang sering digunakan dan dipercaya oleh masyarakat Kampung Adat Cikondang, diantaranya :1. Gotong RoyongDi dalam hal kegotong royongan, masyarakat Kampung Adat Cikondang memakai Filosofi Gula Beureum (Gula Merah) dan Cikopi Pait (Air Kopi Pait). Gula Merah berarti mamanis atau hal yang manis-manis seperti panen ataupun syukuran, sedangkan Air Kopi Pahit berarti papait atau hal yang pahit seperti kematian. Jadi masyarakat Kampung Adat berpegang teguh bahwa kita harus bergotong royong baik dalam hal yang manis ataupun hal yang pahit baik itu kejadian yang baik ataupun kejadian yang buruk.2. Baju Pakaian Upacara AdatDi Upacara adat, diwajibkan untuk memakai celana hitam, baju putih dan iketan (ikat kepala). Celana yang hitam berarti tanah, baju yang putih berarti air, dan apabiladisatukan dengan iket akan memiliki arti tanah air Indonesia satu ikatan(sabeungkeutan). 3. Filosofi rumah Di Kampung Adat Cikondang dalam hal membangun rumah memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi dan memiliki makna filosofi, diantaranya :a. Panjang 12 meter yang beratikan bahwa satu tahun ada 12 bulanb. Lebar 8 meter yang berartikan bahwa satu windu ada 8 bulanc. Jelndela ada 5 yang berartikan kepada Rukun Islamd. Sarigsig (tralis) ada 9 yang berartikan kepada Sunan Gunung Djatie. Rumah menghadap ke kaler (utara) dikarenakan apabila rumah menghadap ke kulon (barat) maka sama seperti orang yang meninggalf. Pintu rumah hanya satu yang berartikan bahwa asal dari situ dan akan kembali ke situ (Innalillahi wa inna ilaihi rojiun)g. Atap rumah tidak boleh memakai genting, karena genting terbuat dari tanah. Jadi pemikirannya, masa orang yang masih hidup sudah dikubur oleh tanah.4. Filosofi Iket (Ikat Kepala)Ikat kepala awalnya berawal dari kain yang berbentuk segi empat yang sama halnya dengan kabah yang berbentuk segi empat. Setelah itu kain dilipat menjadi segitiga yang sama halnya dengan bentuk tumpeng. Setelah itu barulah bisa dibuat iket atau ikat kepala.5. Filosofi Ngilung ka waktu, Ngarawula ka zamanDalam perjalanan hidupnya masyarakat Kampung Adat Cikondang memiliki suatu kepercayaan dan filosofi (lalakon unggal jaman) yang terdiri dari huruf Ha, Na, Ca, Ra, Ka (wetan) Da, Ta, Sa, Wa, La (kulon) Pa, Ja, Ya, Nya (kidul) Ma, Ga, Ba, Ta, Nga (kaler). Huruf-hruftersebutmemilikimakna sbb:

Ha: Hindu Na: NetherlandCa: CinaRa: RIS (Republik Indonesia Serikat)Ka: Komunis MusoDa: DII/TII (Kartosuwiryo)Ta: Zaman Pak SoehartoSa : Zaman Pak Habibie, Gusdur, Megawati dan SBY (Zaman Susah)Wa: Zaman sekarang (Pemerintahan Jokowi), Waluya (Alam Kasalametan), dimana peran wanita mulai muncul (ada pemimpin seorang wanita)La : Alam Lalangit dimana laki-laki yang jadi pemimpin

E. Pendidikan, Ekonomi, Sosial dan Seni

Menurut Bapak Ilin Darsyah, pendidikan di Kampung adat Cikondang ini tidak dibatasi. Masyarakat di perbolehkan untuk mengenyam pendidikan dari SD hingga S1. Rata-rata Pendidikan Masyarakat Cikondang hanya sampai SMP. Perekonomian di Kampung adat Cikondang ini pun stabil karena Kampung adat Cikondang ini dikenal sebagai penghasil bawang merah. Selain itu, hampir semua warganya pun mempunyai pekerjaan yaitu sebagai pedagang, petani dan buruh tani.Bidang kesenian di Kampung adat Cikondang ini cukup banyak, diantaranya adalah seni buhun, koromong, tarawangsa, beluk, pencak silat, dan masih banyak lagi. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari oleh masyarakat Kampung adat Cikondang ini adalah bahasa Sunda. Di Kampung adat Cikondang ini pun sangat dikenal dengan sifat tolong menolong dan gotong royongnya. Menurut Bapak Ilin Darsyah, gotong royong di Kampung ini adalah nganut cikopi sareng gula beureum yang berarti cikopi adalah papaitna dan gula beureum adalah mamanisna. Maksudnya, papait adalah jika ada kematian / orang yang meninggal di Kampung tersebut, masyarakat tidak segan-segan untuk membantu satu sama lain sehingga pahitnya terasa bersama-sama. Sedangkan, maksud dari mamanisna adalah jika di Kampung tersebut ada yang mengadakan pesta seperti pesta perkawinan, khitanan, para warga pun akan ikut membantu juga agar pesta tersebut bisa berlangsung sehingga rasa manisnya pun akan terasa bersama-sama. Mereka mengerjakan semua itu dengan kesadaran sendiri atau dalam bahasa sundanya hideng sorangan yang membuat hubungan antara masyarakat Kampung adat Cikondang ini saling terjaga.

F. Hal-hal yang diwariskandan Larangan

A. Warisan yang terdapat di Kampung Adat Cikondang

1. Bumi AdatNama lain dari Bumi Adat adalah Bumi Keramat karena tempat ini dipercayai sebagai tempat yang harus dikeramatkan sampai kapanpun. Kawasan Bumi Adat yang terdiri dari area rumah adat, tanah awisan (Hutan, Sawah, Ladang) dan area pemakaman. 2. Hutan LaranganHutan ini sangat dikeramatkan oleh sehingga pohon-pohon tidak boleh sembarang ditebang. Hutan ini terdapat dibelakang Bumi Adat dengan dipagari bambu disekeliling Hutan dengan Luas 200 tumbak. Jika masuk kedalam Hutan tidak boleh menggunakan Alas Kaki sebab Menurut Bapak Ilin Darsyah apabila menggunakan Alas Kaki akan merusak tumbuhan yang berada disekitar Hutan.3. Makam KeramatArea pemakaman terbagi atas dua yaitu area pemakaman dalam dan area pemakaman luar. Di dalam area pemakaman dalam terdapat dua gubuk. Gubuk pertama terdapat makam Uyut Pemeget dan Uyut Istri. Gubuk kedua terdapat makam Mama Akung. Di sekitar gubuk terdapat makam para Kuncen terdahulu. Disekitar Makam Keramat juga terdapat beberapa pohon seperti Pohon Jati, Pohon Limus, Pohon Manggis dan lain-lain.Makamkeramatletaknyamembujurdariarahutara-selatandenganorientasikearahutara.4. LisungLisungtempatmenumbukberas (merupakanfungsiatauparanti (dalambahasaSunda) jadisesudahpanen, paditersebutditumbuk di lisung)) danlisungtersebutsudahberumurtigaabadatautigaratustaun yang terbuatdarikayupohonnangka.Lisunginiletaknyatepatberadadibelakang Bale Paseban.5. Bale PasebanTempat ini terletak beberapa meter dari rumah Utama. Tempat ini berfungsi untuk menerima tamu dan bermusyawarah.

B. Larangan di Kampung Adat Cikondang1. Tidak boleh mengunjungi Bumi adat pada Hari Selasa, Jumat dan Sabtu.2. Bagi Wanita yang sedang Haid tidak boleh masuk ke Makam Keramat dan Bumi Adat.3. Tidak Boleh kaki berselonjor ke arah selatan.4. Di BumiAdatdilarangadabarangpecahbelahdanbarang-barangelektronik(modern) seperti radio, listrik, dantelevisi.5. BumiAdattidakbolehmemakaikaca, danmenambahdenganbangunanlain.6. Makanan yang dimasakuntukkeperluanupacaratidakbolehdicicipiterlebihdahulu. Bagimerekaadaanggapanbahwamakanan yang dicicipisebelumupacaraselesai, samadenganmenyediakanmakananbasi.7. Menebang Pohon dalam Kawan Hutan Adat Cikondang.8. Kencingtidakbolehmengarahkeselatan, haruskeutara.Kearahbaratdantimurkurangbaik.9. ZiarahtidakbolehdihariJumatdanSabtu. Ada hari-haritertentuberjiarahsepertiHariKamis jam 10 malam.10. Tidakbolehberkatakasar

G. Lampiran Foto Kunjungan Kampung Adat Cikondang

Bale Paseban

Lisung Keramat

Bumi Adat

Makam Keramat (Makam Mama Sepuh)

Hutan Laangan

Dokumentasi lain