laporan gigi
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
CASE RECORD GIGI TIRUAN CEKAT
DENGAN DOWEL RETAINER
KEPANITERAAN KLINIK
BLOK 3
Nama Pasien : Suci Nova
No. RM : 000
Operator : Yessi Idha Martha, S.Kg
NIM : 112090102
Pembimbing : drg. Teguh Tri Widodo Sp.Prost
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2014
1
I. PENDAHULUAN
Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma,
karies, penyakit periodontal dan iatrogenik. Kehilangan gigi akan menyebabkan
gangguan fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik serta menyebabkan perubahan
lingir alveolar.
Tanggalnya gigi dapat mengakibatkan kemampuan menelan dan mencerna
makanan berkurang. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan
menyebabkan terjadinya retensi makanan di bagian bukal mulut. Sisa makanan
yang terus tertimbun dapat mengakibatkan bau mulut, kerusakan gigi, penyakit
periodontal, bone loss, dan jika tidak segera diganti dengan gigitiruan maka dapat
menyebabkan bergesernya gigi alami ke ruang bekas gigi yang hilang. Dan bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari sendi temporomandibula
yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin timbul akibat
hilangnya gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar, perubahan
dimensi vertikal, dan status kesehatan gigi dan mulut.
Dengan terjadinya kehilangan beberapa gigi alami dari lengkung gigi,
maka gigi yang telah hilang itu harus digantikan dengan menempatkan gigitiruan
pada bagian dari lengkung gigi yang telah kehilangan gigi
2
Telah dikembangkan beberapa jenis gigitiruan sehubungan dengan
perbaikan fungsi kunyah dan kenyamanan untuk mengunyah bagi pasien. Secara
umum gigitiruan dapat dibedakan atas gigitiruan lepasan dan gigitiruan cekat.
Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan GTC adalah mempertahankan
dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem
pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik dan tetap sehat. Oleh karena itu,
agar suatu GTC dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama di dalam mulut,
maka pemeliharaan jaringan periodontal harus dilakukan agar gigi alami yang
digunakan sebagai gigi penyangga juga dapat dipertahankan.
Agar perawatan GTC berhasil, maka yang harus dipertimbangkan
diantaranya pertimbangan faktor periodontal dari gigi-gigi penyangga. Jaringan
penyangga gigi terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan
sementum. Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk
membuat diagnosis dan rencana perawatan yang tepat untuk gigi dan jaringan
penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan GTC pada khususnya.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. GIGITIRUAN CEKAT
Gigitiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada
gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis
restorasi ini telah lama disebut dengan gigitiruan jembatan.
Komponen-komponen Gigitiruan Cekat.
Gigitiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer,
konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Pontik
b) Retainer
c) Konektor
d) Abutment
1. PONTIC/DUMMY
Merupakan bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang
danmemperbaiki fungsinya. Salah satu sifat yang sangat penting adalah
reability,yaitu ketahanan cairan di dalam mulut (suasana di dalam mulut).
Facing pontic diharapkan selalu menempel pada bangunan logam pontic.
Facing pontic dapat dibuat dari akrilik atau porselin.
Beberapa macam bentuk pontic antara lain :
a) Saddle pontic adalah pontic yang dapat menjamin estetis karena
seluruh bentuk pontic tersebut mengganti dari seluruh bentuk gigi yang
hilang. Kerugian dari bentuk ini sering menyebabkan inflamasi
3
jaringan lunak di bawah pontic tersebut, karena pontic tersebut
menutup seluruh edentulous ridge.
b) Ridge Lap pontic. Pontic ini tidak menempel pada permukaan
palatinal/lingual, sedangkan permukaan bukal/labialnya menempel.
Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi
makanan, tetapi tidak mengabaikan faktor estetis, biasanya untuk gigi
anterior.
c) Hygiene / sanitary pontic. Pontic ini sama sekali tidak menempel pada
edentulous ridge (menggantung) sehingga self clensing sangat terjamin.
Biasanya untuk gigi posterior bawah.
d) Conical pontic. Pontic ini hampir sama dengan hygienic pontic tetapi
pada jenis ini ada bagian yang menempel pada edentulous ridge. Sering
juga disebut bullet atau spheroid pontic mahkota sementara.
e) Modifikasi ridge lap
2. RETAINER
Bagian GTC berupa bangunan logam tuang yang disemen atau dilekatkan
pada gigi penyangga untuk menahan atau membantu suatu pontic. Retainer
ini menghubungkan bridge dengan abutment. Fungsi retainer adalah untuk
menjaga agar GTC tetap pada tempatnya.
Tipe – tipe retainer antara lain:
a) Tipe dalam dentin (intra coronal retainer )
4
Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin
atau di dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatanMOD
b) Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer )
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau
diluar badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown
Full Veneer Crown Retainer
Partial Veneer Crown Retainer
c) Tipe dalam akar.(Dowel Retainer)
5
Preparasi dan bidang retensi meliputi saluran akar gigi, dengan
sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak
sebagai retainer yang berdiri sendiri.Contoh : mahkota pasak inti.
3. CONNECTOR/JOINT
Bagian GTC yang menghubungkan retainer dan pontic. Connector dapat
berupa hubungan antara retainer-pontic atau retainer-retainer. Hubungan
pontic dengan retainer dapat merupakan perlekatan kaku (rigid) atau yang
tidak kaku (non rigid) sebagai stressbreaker (alat penyerap daya) untuk
mengurangi beban yang harus diterima abutment. Konektor merupakan
penghubung antara gigi abutment dengan pontic. Berdasarkan konektornya
terdapat beberapa tipe GTC, antara lain:
a) Fixed-fixed bridge
Suatu gigitiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada kedua
sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang
yang terhubung dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung
fungsional dari gigi yang hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat
dan retentif untuk menggantikan gigi yang hilang dan dapat
6
digunakan untuk satu atau beberapa gigi yang hilang. Indikasi dari
perawatan dengan menggunakan fixed-fixed bridge yaitu jika gigi
yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang mampu
mendukung fungsional dari gigi yang hilang.
Gambaran fixed-fixed bridge pada gigi Insisivus sentralis (Sumber :
Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115)
b) Semi fixed bridge
Suatu gigitiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi, biasanya
pada akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi
penyangga akan menahan perlekatan intracoronal yang
memungkinkan derajat kecil pergerakan antara komponen rigid dan
penyangga gigi lainnya atau gigi
7
Gambaran semi-fixed bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD.
Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham:
Churchilllivingstone;2001.p.118).
c) Cantilever bridge
Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh
satu atau lebih abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi
penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan.
Gambaran cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed
and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone;2001.p. 120)
d) Spring cantilever bridge
Suatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan
ke gigi atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai
penghubung ini dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi
dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang
hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk
memungkinkan adaptasi pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan
pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan satu gigi yang
hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.
8
Gambaran spring cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley
AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone;2001.p. 122)
e) Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan
cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan.
4. ABUTMENT
Mahkota gigi asli yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer dan
mendukung bridge. Abutment harus merupakan gigi yang sudah erupsi
penuh agar retainer tidak terangkat, akibatnya timbul daerah yang tidak
tertutup oleh retainer sehingga mudah terjadi karies.
Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:
1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga
2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga
3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga
4. Terminal abutment
9
5. Intermediate/pier abutment
6. Splinted abutment
7. Double splinted
Hukum ANTE ; “Luas ligament periodontal gigi penyangga lebih besar
atau sama disbanding dengan gigi yang hilang
B. Indikasi dan Kontraindikasi Pemakaian GTC
Adapun indikasi dan kontraindikasi dari GTC, yaitu :
1. Kehilangan satu atau lebih gigi
2. Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah edentulus
3. Gigi di sebelah daerah edentulus miring
4. Splint bagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk dietsa.
Kontraindikasi pemakaian GTC :
10
1. Pasien yang tidak kooperatif
2. Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang
3. Kelainan jaringan periodonsium
4. Prognosis yang jelek dari gigi penyangga
5. Diastema yang panjang
6. Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama
7. Resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia.
C. Dampak Desain GTC yang Buruk
Desain gigitiruan yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan pengaruh
buruk pada beberapa jaringan di rongga mulut, terutama pada jaringan
gingiva, misalnya :
1. Tidak adanya rest, dan rest yang jelek atau patah karena preparasi
yang tidak cukup, umumnya dapat mengakibatkan migrasi dari
komponen-komponen logam ke apikal sehingga terjadi gingivitis
hiperplasia. Jika migrasi dibiarkan berlanjut, maka dapat terjadi
dehiscence dan penetrasi akar.
2. Celah antara lengan cengkram dan tepi gingiva menyebabkan makanan
terperangkap dan meningkatkan kemungkinan besar pembusukan
makanan dan gingivitis.
3. Penempatan cengkram atau konektor yang terlalu cepat ke tepi
gingiva.
11
4. Adanya penimbunan sisa makanan diantara pinggiran basis gigitiruan
dan gigi alami. Timbunan sisa makanan akan mendorong tepi gingiva
keluar dari perlekatannya terhadap inflamasi jaringan akibat toksin
yang dibentuk oleh mikroorganisme yang berinkubasi.11
5. Penekanan atau penutupan basis yang terlalu menekan pada tepi
gingiva dapat mengakibatkan trauma mekanik, respon inflamasi dan
jika dalam keadaan kronik, dapat mempercepat terbentuknya poket.
6. Kontrol plak yang kurang dari pasien.
7. Kurangnya perawatan di rumah, baik pada kebersihan gigitiruan cekat
maupun kebersihan mulut yang menyebabkan respon tidak
menguntungkan karena makanan terperangkap. Dengan berkurangnya
perawatan di rumah, maka masalah jaringan periodontal sering
mengikuti gingivitis dan karies gigi.
8. Konstruksi GTC yang tidak benar mempengaruhi kondisi kesehatan
rongga mulut, menghambat kemampuan saliva sebagai self-cleaning,
trauma mekanis pada gingiva, mengalami kesulitan dalam
membersihkan rongga mulut yang dapat menimbulkan bau mulut.
D. PORCELAIN FUSED TO METALS (PFM)
PFM adalah bangunan prostetik yang mempu mengikat keramik dengan
ikatan kimiawi dari hasil difusi lapisan tipis oksida antara logam paduan
dengan keramik. Tujuan utama menggunakan PFM adalah estetika. PFM
12
terdiri dari 3 substansi yang saling berikatan secara kimiawi yaitu logam,
lapisan tipis oksida, dan keramik atau porcelain.
PFM merupakan suatu alloy yang dilakukan coating dengan porcelain.
Alloy merupakan bahan yang digunakan untuk bangunan protetik yang
mampu mengikat ceramic dengan ikatan kimia dari lapisan tipis antara alloy
dengan ceramic. Kemampuan ikatan antara alloy dengan ceramic dapat
menghasilkan teknologi restorasi untuk membuat mahkota, gigi tiruan cekat,
dan protesa.
1. JENIS-JENIS PFM
a) High noble alloy
Terdiri dari 60% logam mulia (merupakan kombinasi dari emas,
paladium dan perak) dengan berat emas minimal 40%. High noble
alloy mengandung sejumlah timah, indium dan besi yang biasanya
digunakan untuk pembentukan lapisan oksida agar bisa berikatan
kimia dengan porselin. High noble alloy biasanya berwarna kuning
atau putih, memiliki kekakuan yang rendah. High noble alloy di
bagi menjadi tiga bagian :
1) Gold Platinum alloy Gold Platinum alloy dapat digunakan
untuk casting penuh serta logam-keramik restorasi. Lebih
rentan terhadap kendur, mereka harus terbatas pada
jembatan rentang pendek. Komposisi dari Gold Platinum
13
alloy adalah Emas 85%; Platinum 12%; Seng 1%; perak
untuk menyesuaikan sifat ekspansi (dalam beberapa merek).
2) Gold-Palladium alloy Dapat digunakan untuk casting
penuh atau logam-keramik restorasi. Gold-Paladium
memiliki suhu leleh tinggi. Komposisi dari gold-paladium
mengurangi kecenderungan casting meleleh selama
pembakaran porselen. Gold-palladium biasanya
mengandung indium, timah atau galium untuk pembentuk
lapisan oksida. Komposisinya adalah Emas 52%; Palladium
38%; indium 8,5%; Perak untuk menyesuaikan sifat
ekspansi (dalam beberapa merek).
3) Gold-copper-silver-palladium alloy Gold-copper-silver-
palladium alloy memiliki titik lebur yang rendah dan tidak
digunakan untuk aplikasi logam-keramik. Gold-copper-
silver-palladium alloy mengandung perak yang dapat
menyebabkan penampilan hijau di porselen dan tembaga
yang cenderung penyebab melelehnya selama pemrosesan
porselen. Komposisinya adalah Emas 72%; Tembaga 10%;
Perak 14%; Palladium 3%.
b) Noble alloy
mengandung setidaknya 25% berat logam mulia. Terdiri
dari emas, paladium atau perak. Noble alloy adalah kelompok yang
14
paling beragam. Noble alloy memiliki kekuatan, daya tahan serta
kekerasan yang relatif tinggi. Noble alloy berwarna kuning atau
berwarna putih.
c) Base metal alloy
Telah ada sejak tahun 1970-an. Base metal
alloy mengandung logam mulia kurang dari 25%, tetapi dalam
kenyataannya sebagian besar tidak mengandung logam mulia sama
sekali. Base metal alloy dapat digunakan untuk casting penuh atau
restorasi PFM serta untuk kerangka gigi tiruan sebagian. Base metal
alloy jauh lebih keras, kuat. Base metal alloy memiliki ketahanan
yang sangat baik.
Nikel dan Berilium merupakan unsur yang paling umum
digunakan untuk logam dasar ini dapat menyebabkan reaksi alergi
ketika kontak dengan gingiva. Karena banyak perempuan (dan
sekarang laki-laki) telah peka terhadap logam ini dengan
mengenakan perhiasan menusuk kulit murah, mahkota dan
jembatan yang terbuat dari paduan ini telah diketahui menyebabkan
perubahan warna gingiva, pembengkakan dan kemerahan pada
individu. Namun reaksi alergi hanya berefek pada gusi tidak untuk
sistemik atau menyeluruh. Reaksi alergi tampaknya terbatas untuk
peralatan tetap (mahkota dan jembatan). Logam nikel jarang dapat
menyebabkan dermatitis apabila hanya digunakan untuk kerangka
gigi tiruan lepasan sebagian. Asupan nikel dan berilium yang sangat 15
tinggi bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Base metal alloy
dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Nickel-chromium alloy 60% adalah nikel 0,1 % karbon
sebagai pengeras. Cobalt-chromium alloy biasanya digunakan
sebagai kerangka gigi tiruan sebagian lepasan.
2. Cobalt-kromium alloy Cobalt-chromium alloy dapat
digunakan untuk fabrikasi Kerangka PFM. Masalah utama
adalah sulitnya bekerja dengan cobalt-chromium terutama
pada titik leleh yang tinggi yang menyebabkan harusnya
menggunakan peralatan yang khusus. Kekerasannya yang
rendah menyulitkan kita pada saat memoles.
Bahan-bahan yang digunakan dalam Porcelain Fused to Metal
(PFM) harus biokompatibel dengan jaringan rongga mulut.
High-Noble Alloy Noble Alloy Base Metal Alloy
Warna Dari putih ke keemasan tergantung pada kandungan emas.
Putih Putih
Melting
Range
1149-1304 derajat C 1155 – 1304 derajat C 1155 – 1304 derajat celcius
Density 13,5 – 18,3 gr/cm3 10,5 – 11,5 gr/cm3 7,8 – 8,4 gr/cm3
Castability Mudah untuk di cast Tidak semudah high noble Sensistif pada teknik
16
alloy yang ekstrem
Yield
Strength
450 – 572 Mpa 462 – 685 Mpa 310 -828 Mpa
Percent
elongation
5 – 20 % 10 – 34 % 10 – 28 %
Porcelain
bonding
Lapisan oksida membantu pembentukan ikatan kimia.
Membantu perlekatan dengan porcelin bersama dengan unsur base metal alloy (Sn, In, dll)
Membentuk lapisan oksida adekuat yang merupakan kunci perlekatan porcelin
Sag
resistance
Tahan hingga suhu lebih dari 950 derajat Celsius
Tahan hingga suhu lebih dari 950 derajat celsius
Sangat tidak stabil pada firing temperature dari porcelin
Tarnish and
corrosion
Adaftif terhadap rongga mulut, sehingga tidak mudah mengalami tarnish
Adaftif terhadap rongga mulut, sehingga tidak mudah mengalami tarnish
Sangat tahan terhadap tarnish dan korosi
Biocompatib
ility
Aman bagi lingkungan rongga mulut
Sangat aman dan biokompatible dengan lingkungan rongga mulut.
Nikel yang terkandung dalam base metal alloy dapat memicu reaksi alergi pada beberapa orang.
17
III. LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Suci Nova
No rekam medis :
Jenis kelamin : perempuan
Umur : 21 tahun
Tempat tanggal lahir :
Alamat :
Tanggal Pemeriksaan :
INFORMASI MEDIS
Golongan darah :-
Penyakit jantung :Diketahui tidak ada kelainan
Penyakit diabetes :Diketahui tidak ada kelainan
Haemofilia :Diketahui tidak ada kelainan
Hepatitis :Diketahui tidak ada kelainan
Penyakit lainnya :
Alergi terhadap obat :Diketahui tidak ada kelainan
Alergi terhadap makanan :Diketahui tidak ada kelainan
18
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Motivasi : Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang tidak mudah lepas
untuk memperbaiki penampilan.
Chief Complain :Pasien mengeluh gigi depan ompong, sehingga ingin
membuat gigi palsu karena pasien merasa malu dan
mengganggu estetik. Pasien menginginkan gigi palsu yang
akan dibuat tidak mudah lepas dan nyaman saat
digunakan.Sebelumnya pasien belum pernah menggunakan
gigi tiruan
Present Illness : Pasien datang dengan kondisi terdapat edontulous ridge di
regio 22 dan gigi disekitarnya tidak terdapat kelainan.
Past Medical History : Ditemukan tidah ada kelainan
Family History : tidak ada riwayat penyakit sistemik
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
GENERAL Jasmani : sehat
Rohani : komunikatif dan kooperatif
PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan darah : 110 / 70 mm/hg Nadi : 88X/menit Berat badan : 54 Kg Respiration rate : 24X/menit
Temperatur : tdl Tinggi badan : 160 cm
PEMERIKSAAN KLINIS EKSTRAORAL
Face form : Square
Face profile : Straight
19
Symmetry : Symmetrical
Facial Height : Normal
Facial muscle tone : Normal
Color of hair : black
Color of eyes : Black
Lips : Averages
T.M.J : normal
Lymph node : Normal
PEMERIKSAAN KLINIS INTRAORAL
Odontogram :
a. gigi 18 17 24 26 27 38 37 35 34 44 48 karies superficial klas 1
b. gigi 11 restorasi pasak
c. Gigi 21 tumpatan komposit
d. gigi 12 16 36 47 46 missing
II. 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
28
III.
IV.48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
38
Ringkasan Pemeriksaan :
20
Keadaan pasien dengan edentulous pada gigi 12 gigi 11 pasak logam 3.
Rencana Perawatan : Gigi tiruan cekat PFM pada gigi 11 , 12 13
21
IV. RENCANA PERAWATAN
Kunjungan I
1. Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat,
meliputi periodontal treatment yaitu scaling.
2. Evaluasi Ro foto untuk mengetahui kondisi gigi abutment dan jaringan
periodontalnya.
3. Indikasi dan mencetak study model RA dan RB dengan :
sendok cetak : perforated stock tray no. 2
bahan cetak : alginat (irreversible hydrocolloid)
metode mencetak : mukostatik
Kunjungan II
1. Preparasi gigi abutment 1 dan 3 untuk retainer. Pontic pada daerah edentulous
ridge dari gigi 2 yang telah dicabut atau disebut juga GTC tiga unit bridge.
a. Tahap preparasi gigi
Pengurangan permukaan incisal.(diamond fissure/wheel )
-
22
Pengurangan proksimal dengan bur diamond fissure tappered
Pengurangan labial, terdapat 3 metode :
- Metode EWING (1959)
- Metode HAMPSON dengan fissure tapered tebal 0,7 – 1 mm
23
- Metode Mc LEAN
Pengurangan lingual atau palatal
- Apabila dengan putaran rendah menggunakan wheel stone
- Apabila menggunakan putaran cepat atau sangat cepat digunakan bur
flame. Diratakan dengan diamond atau stone silindris fisura tappered
- Pengurangan email didaerah cingulum dikurangi dengan bur fisure
tapered atau silindris kearah cervikal mengikuti kesejajaran dinding
parare, hal ini dapat menambah retensi gigi tiruan cekat.
- Pada daerah cingulum ke cervical bentuk harus sejajar .
- Pengurangan cingulum ke insisal dengan bur flame atau wheel
- Pada daerah insisal bentuk konveks konvergen sesuai miniatur bentuk
asli
24
Preparasi cervical
- Tepi demarkasi (feater edge)
- Tepi pisau (knife edge)
- Tepi lereng (bevel)
- Tepi bahu liku (chamfer)
- Tepi bahu (shoulder)
Setelah dipreparasi dibuat cetakan model kerja :
Sendok cetak : perforated stock tray no. 2
Bahan cetak : double impression
Metode : mukostatik
Hasil cetakan diisi dengan glass stone gips.
25
Cara mencetak model kerja ialah dengan menggunakan adonan putty yang terdiri
dari dua bagian dan dicampur sampai homogen, diletakkan ke dalam sendok cetak
dan pada bagian yang akan di buat model GTC di buat cekungan, kemudian
aplikasi exaflex pada bagian cekung dan pada gigi pasien yang akan dibuat GTC.
Cetakkan ke dalam mulut pasien, setelah keras lepaskan sendok cetak dari mulut
pasien. Selanjutnya hasil cetakan diisi dengan glass stone gips.
Kemudian model kerja dikirim ke laboratorium untuk pemrosesan bridge / GTC.
Sebelum pasien pulang terlebih dahulu dibuatkan mahkota sementara dari self
curing acrylic. Cara pembuatan mahkota sementara :
1. Cetak gigi sebelum preparasi (I)
2. Preparasi gigi abutment
3. Cetak gigi sesudah preparasi (II)
4. Isi cetakan (I) dengan self curing acrylic
5. Masukkan cetakan (II) ke hasil cetakan (I)
6. Fiksasi sampai cetakan mengeras
7. Dilakukan pengurangan pada mahkota sementara dan dicobakan pada pasien
Kunjungan III :
Try in atau pengepasan GTC dengan sementasi menggunakan Freegenol (GC)
selama 1 minggu. Freegenol merupakan temporary Luting Cement Luting bebas
eugenol untuk mahkota dan bridge sementara. Keuntungan freegenol antara lain:
1. Tidak mengiritasi jaringan mulut, rasa dapat diterima
2. Tidak mengganggu polimerisasi bahan berdasar resin
3. Setting time pendek
26
4. Konsistensi bahan dapat diatur
5. Mudah dalam pelepasan mahkota dan bridge sementara
Yang harus diperhatikan adalah kontak proksimal antara GTC dengan gigi
sebelahnya, pemeriksaan tepi GTC dimana tepi GTC tidak boleh menekan gingiva,
pemeriksaan kontak oklusal. Dilihat retensi dan stabilisasinya.
Kunjungan IV :
Satu minggu setelah pengepasan kemudian dilakukan insersi GTC dengan
sementasi menggunakan SIK tipe I. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan subjektif.,
ditanyakan apakah ada keluhan dari pasien setelah GTC dipasang dan dipakai.
Pemeriksaan objektif dilihat dari keadaan jaringan lunak di sekitar daerah GTC
apakah ada peradangan atau tidak, periksa retensi dan oklusi pasien. Cara
penyemenan GTC adalah:
a. Bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan dipasangi
bridge juga dikeringkan.
b. Semen diaduk sesuai konsistensinya dan dioleskan pada gigi yang dipreparasi
dan bagian dalam bridge.
c. Lakukan pemompaan pada GTC sebanyak tiga kali untuk menghilangkan
gelembung udara yang terjebak pada adonan semen.
d. Bridge dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas diletakkan diatas
bridge dan pasien disuruh menggigit beberapa menit.
e. Pemeriksaan oklusi dan estetis.
27
f. Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta untuk
tidak makan atau menggigit makanan yang keras dahulu. Bila ada keluhan rasa
sakit segera dikontrol.
Kunjungan IV
Kontrol : dilakukan pemeriksaan subyektif dan pemeriksaan obyektif
a. Pemeriksaan subyektif :
Ditanyakan apakah ada keluhan dari pasien setelah GTC dipasang dan dipakai.
b. Pemeriksaan obyektif :
Dilihat keadaan jaringan lunak di sekitar daerah GTC apakah ada peradangan atau
tidak, diperiksa retensi dan oklusinya.
V. PROGNOSA
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan ini diperkirakan baik, dengan
mempertimbangkan :
1) Oral hygiene pasien baik
2) Jaringan pendukung sehat
3) Kesehatan umum pasien baik
4) Pasien kooperatif dan komunikatif
28
DAFTAR PUSTAKA
Lesmana RA. Faktor-faktor periodontal dengan gigitiruan cekat. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 1999;6(3):35-40.
Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.
Fiorellini JP, Kim DM, Ishikawa SO. The tooth-supporting structures. In:
Newman MG, Takei HH, Carranza FA, editors. Carranza’s clinical
periodontology. 10th Ed. Philadelphia: WB Saunder Co;2005.
Semarang,Maret 2014
Menyetujui,
Operator Dosen pembimbing
Yessi Idha Martha drg. Helmi Fathurhanafi
29