laporan farmakologi 5

Upload: riri-indri-septiani

Post on 02-Jun-2018

525 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 LAPORAN FARMAKOLOGI 5

    1/9

    LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

    PERCOBAAN 5

    PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDIABETES

    (METODE TOLERANSI GLUKOSA)

    Kelompok 7-B

    Akmal Yuliandi Pratama (10060312030)

    Riri Indri Septiani (10060312033)

    M. Azril Aidineka Jaelani (10060312034)

    Taufik Nugraha Esa (10060312035)

    Chyntia Karimah (10060312037)

    Asisten: Vita Purwanti, S.farm

    Tanggal Praktikum: 6 Oktober 2014

    Tanggal Laporan: 13 Oktober 2014

    LABORATORIUM TERPADU FARMASI UNIT D

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

    2014

  • 8/10/2019 LAPORAN FARMAKOLOGI 5

    2/9

    PERCOBAAN 5

    PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIDIABETES

    (METODE TOLERANSI GLUKOSA)

    I. Tujuan Percobaan

    Dapat memiliki keterampilan dalam melalkukan pengujian aktivitas seuatu

    obat antidiabetes dengan metode toleransi glukosa, mengetahui hubungan antara

    asupan glukosa terhadap sekresi insulin dan pengaruh sediaan obat uji terhadap

    penurunan kadar glukosa darah

    II. Teori

    Percobaan mengenai diabetes mellitus dengan menggunakan hewan percobaan

    didasarkan pada patogenesis penyakit tersebut pada manusia. Penelitian

    menggunakan hewan percobaan yang dibuat secara patologis menderita diabetes

    mellitus, telah banyak penemuan mengenai bermacam-macam diagnosa, terapi

    maupun obat-obat yang digunakan dalam penanganan penyakit diabetes mellitus.

    Meskipun demikian, kondisi patologis hewan percobaan tersebut tidak sepenuhnya

    menggambarkan kondisi patologis secara real pada manusia. Hal ini disebabkan

    karena beberapa hal antara lain :

    Perbedaan kondisi fisiologi.

    Perbedaan patologis dari beberapa model diabetes mellitus.

    Ragamnya penyakit diabetes mellitus.

    Adanya komplikasi yang menyertai dari penyakit tersebut.

    Menurut Cheta (1998), berdasarkan cara pembuatannya, hewan percobaan

    diabetes mellitus dibedakan menjadi dua yaitu : (1) terinduksi (induced), misalnya

    melalui pankreaktomi, senyawa kimia (diabetogenik) dan virus; (2) spontan

    (spontaneous), misalnya menggunakan tikus BB (bio breeding) atau mencit NOD

    (non-obese diabetic). Spontaneous animal models mempunyai karakteristik yang

    relatif sama dengan kondisi diabetes mellitus pada manusia meliputi gejala-gejala

    penyakit, imunologi, genetik maupun karakteristik klinik lainnya. Pada tulisan ini

    akan disajikan macam-macam hewan percobaan diabetes mellitus, dan selanjutnya

  • 8/10/2019 LAPORAN FARMAKOLOGI 5

    3/9

    akan ditekankan pada mekanisme molecular dua diabetogenik yang sering digunakan

    yaitu streptozotosin dan aloksan. (Cheta,1998)

    Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa

    air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi

    produksi urin yang melimpah pada penderita (Lawrence, 1994). Diabetes mellitus

    (DM) merupakan suatu penyakit yang melibatkan hormon endokrin pankreas, antara

    lain insulin dan glukagon. Manifestasi utamanya mencakup gangguan metabolisme

    lipid, karbohidrat, dan protein yang pada gilirannya merangsang kondisi

    hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia tersebut akan berkembang menjadi diabetes

    mellitus dengan berbagai macam bentuk manifestasi komplikasi (Unger dan Foster,

    1992).

    Terdapat beberapa definisi yang dapat merepresentasikan penyebab, perantara

    dan wujud komplikasi tersebut. Diabetes mellitus menurut Beenen (1996) adalah

    suatu sindrom yang mempunyai ciri kondisi hiperglikemik kronis, gangguan

    metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi sekresi

    dan/atau aksi insulin secara absolut atau relatif, sedangkan Kahn (1995) memberikan

    definisi diabetes mellitus sebagai sindrom kompleks yang terkait dengan

    metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dengan ciri-ciri hiperglikemik dan

    gangguan metabolism glukosa, serta terkait secara patologis dengan komplikasi

    mikrovaskuler yang spesifik, penyakit mikrovaskuler sekunder pada perkembangan

    aterosklerosis, dan beberapa komplikasi yang lain meliputi neuropati, komplikasi

    dengan kehamilan, dan memperparah kondisi infeksi.

    Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil) merupakan senyawa

    hidrofilik dan tidak stabil. Waktu paro pada suhu 37C dan pH netral adalah 1,5

    menit dan bisa lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai diabetogenik,

    aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis

    intravena yang digunakan biasanya 65 mg/kg BB, sedangkan intraperitoneal dan

    subkutan adalah 2-3 kalinya (Szkudelski, 2001; Rees dan Alcolado, 2005).

    Streptozotosin (STZ) atau 2-deoksi-2-[3-(metil-3-nitrosoureido)-D-gluko

    piranose] diperoleh dari Streptomyces achromogenes dapat digunakan untuk

    menginduksi baik DM tipe 1 maupun tipe 2 pada hewan uji. Struktur kimia

    streptozotosin dapat dilihat pada gambar 2. Dosis yang digunakan untuk menginduksi

  • 8/10/2019 LAPORAN FARMAKOLOGI 5

    4/9

    DM tipe 1 untuk intravena adalah 40-60 mg/kg, sedangkan dosis intraperitoneal

    adalah lebih dari 40 mg/kg BB. STZ juga dapat diberikan secara berulang, untuk

    menginduksi DM tipe 1 yang diperantarai aktivasi sistem imun. Untuk menginduksi

    DM tipe 2, STZ diberikan intravena atau intraperitoneal dengan dosis 100 mg/kg BB

    pada tikus yang berumur 2 hari kelahiran, pada 8-10 minggu tikus tersebut

    mengalami gangguan respon terhadap glukosa dan sensitivitas sel terhadap

    glukosa. Di lain pihak, sel dan tidak dipengaruhi secara signifikan oleh

    pemberian streptozotosin pada neonatal tersebut sehingga tidak membawa dampak

    pada perubahan glukagon dan somatostatin. Patofisiologis te rsebut identik pada DM

    tipe II (Bonner-Weiret al., 1981; Szkudelski, 2001; Jackerottetal., 2006; Tormoet al.,

    2006).

    Prinsip metode toleransi glukosa, mencit atau tikus yang telah dipuasakan 18-

    20 jam sebelumnya, diberikan larutan glukosa per oral setangah jam sesudah

    pemberian sediaan obat yang diuji. Pada awal percobaan sebelum pemberian obat,

    dilakukan pengambilan cuplikan darah dari ekor mencit sebagai kadar glukosa darah

    awal yang diukur menggunakan alat glukotest atau CCA (clinical chemistry analyser)

    untuk tikus. Pengambilan cuplikan darah vena diulangi setelah perlakuan pada

    waktu-waktu tertentu. (Petunjuk praktikum farmakologi,2014)

    Kerja samping terpenting adalah hipoglikemia, yang khusus dapat muncul

    setelah pemberian sulfonilureum yang bekerja kuat sehingga dapat terjadi interaksi

    obat melalui pendesakan sulfonilureum dari pengikatan protein plasma maupun

    kompetisi untuk mekanisme sekresi tubulus (Schunak. W., 1990).

    Antidiabetika Oral Kombinasi Metformin dan Glibenklamid, Kombinasi ini

    sangat cocok digunakan untuk penderita diabetes melitus tipe 2 pada pasien yang

    hiperglikemianya tidak bisa dikontrol dengan single terapi (metformin atau

    glibenklamid saja), diet, dan olahraga. Di samping itu, kombinasi ini saling

    memperkuat kerja masing-masing obat, sehingga regulasi gula darah dapat terkontrol

    dengan lebih baik (Yosef, 2007).

    Kombinasi ini memiliki efek samping yang lebih sedikit, apabila dibandingkan

    dengan efek samping apabila menggunakan monoterapi (metformin atau

    glibenklamid saja). Metformin dapat menekan potensi glibenklamid dalam

    menaikkan berat badan pada pasien diabetes melitus tipe 2, sehingga cocok untuk

  • 8/10/2019 LAPORAN FARMAKOLOGI 5

    5/9

    pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengalami kelebihan berat badan (80% dari

    semua pasien diabetes melitus tipe 2 adalah terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi

    sampai 17-22 mmol/l) (Yosef, 2007).

    DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini mungkin yaitu

    dengan mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan

    meningkatkan konsumsi sayuran, buah dan serat, membatasi makanan yang tinggi

    karbohidrat, protein dan lemak, mempertahankan BB yang normal sesuai dengan

    umur dan tinggi badan (TB) serta olah raga (OR) teratur sesuai umur & kemampuan

    (Anonim, 2008).

    Biasanya, penderita diabetes diberi dosis tunggal salah satu preparat insulin

    bermasa kerja lama setiap hari, ia meningkatkan seluruh metabolisme karbohidratnya

    sepanjang hari, kemudian insulin regular (suatu preparat bermasa kerja singkat yang

    berlangsung hanya beberapa jam) tambahan diberikan pada setiap saat kadar glukosa

    darah cenderung meningkat terlalu tinggi, seperti waktu makan. Jadi, setiap penderita

    diberi pengobatan rutin secara individual (Guyton, A. C., 1990).

    III.

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam pengujian aktivitas antidiabetes (metode

    toleransi glukosa) yaitu jarum dan alat suntik, jarum suntik oral, glukotest, tabung

    sentrifus mikro, alat sentrifus, dan CCA/spektrofotometer. Bahan yang digunakan

    yaitu sediaan uji, zat pembanding acarbose, metformin atau glibenklaid, air suling,

    larutan glukosa standard an bahan pengsuspensi. Sedangkan hewan yang digunakan

    yaitu mencit.

  • 8/10/2019 LAPORAN FARMAKOLOGI 5

    6/9

    IV. Prosedur Percobaan

    Dalam percobaan pengujian aktivitas antidiabetes, pada hari percobaan

    semua hewan ditimbang dan dikelompokkan dan diberi tanda pada ekor. Dilakukan

    pengambilan darah pada ekor (T=0) sebelum pemberian obat. Sediaan obat dalam

    larutan pensuspensi CMC Na/tragakan 2% diberikan secara oral. Satu jam

    kemudian hewan diberikan sediaan glukosa 50% diberikan dengan dosis 1g/kg

    bobot-badan kepada semua kelompok kecuali kelompok kontrol negative. Setelah

    selesai pemberian oral, dilakukan pengambilan darah pada menit ke-30, 60 dan 90.

    Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan glukotest. Dibuat

    kurva respon kadar glukosa darah dengan sumbu x adalah t pengambilan darah dan

    sumbu y adalah kadar gula darah. Penurunan kadar gula darah pada kelompok uji

    diketahui dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari kelompok

    control positif. Maka semua data dievaluasi secara statistic menggunakan ANOVA

    dan uji t.

  • 8/10/2019 LAPORAN FARMAKOLOGI 5

    7/9

    V. Data Pengamatan

    5.1Berdasarkan data pengamatan perkelompok

    Jenis pengujian kelompokKadar gula darah dalam interfal waktu

    t0 t30 t60 t90

    Control positif

    menggunakan CMC

    Na

    kelompok 2 164 mg / dL 580 mg / dL 272 mg / dL 435 mg / dL

    Kelompok 5 120 mg / dL 215 mg / dL 288 mg / dL -

    Control uji 1

    menggunakan

    acarbose 10.4 mg /

    20ml

    Kelompok 1 130 mg / dL 335 mg / dL 107 mg / dL -

    Kelompok 6 84 mg / dL 350 mg / dL 136 mg / dL 140 mg / mL

    Control uji 2

    menggunakan

    metformin 104 mg /

    20 ml

    Kelompok 3 97 mg / dL 306 mg / dL 368 mg / dL 128 mg / dL

    Kelompok 7123 mg / dL

    438 mg / dL 403 mg / dL 266 mg / dL

    Control uji 3

    menggunakan

    glibenklamid 0.52mg / 20 ml

    Kelompok 4 73 mg / dL 340 mg / dL 284 mg / dL 338 mg / mL

    Kelompok 7 170 mg / dL 170 mg / dL 73 mg / dL Mencit mati

    5.2 Berdasarkan control pengujian

    Dari data pengamatan diatas, maka kami perkecil data dengan cara menyatukan dan

    merata-ratakan nilai kadar gula darah pada mencit sesuai jenis kontrol pengujian dan

    sediaan obatnya

    Jenis pengujian kelompokKadar gula darah dalam interfal waktu

    t0 t30 t60 t90Control positif

    menggunakan CMCNa

    kelompok 2 &

    kelompok 5 142 mg / dL

    397.5 mg /

    dL 280 mg / dL

    217.5 mg /

    dL

    Control uji 1

    menggunakan

    acarbose 10.4 mg /

    20ml

    Kelompok 1 &

    kelompok 6107 mg / dL

    342.5 mg /

    dL

    121.5 mg /

    dL70 mg / mL

    Control uji 2

    menggunakan

    metformin 104 mg /

    20 ml

    Kelompok 3 &

    kelompok 7110 mg / dL 372 mg / dL

    385.5 mg /

    dL197 mg / dL

    Control uji 3

    menggunakanglibenklamid 0.52

    mg / 20 ml

    Kelompok 4 &kelompok 7

    121.5 mg /dL

    255 mg / dL 178.5 mg /dL

    169 mg / mL

  • 8/10/2019 LAPORAN FARMAKOLOGI 5

    8/9

    VI. Pembahasan

    VII. Kesimpulan

    VIII.Daftar Pustaka

    -

    Ani, D. V., Savitha, B., Paulose, C.S., 2006, Decreased alpha1-adrenergic

    16811694. receptor binding in the cerebral cortex and brain stem during

    pancreatic regeneration in rats,Neurochemical Research, 31(6):727-34.

    - Beenen, H.M., 1996, Diabetes Mellitus and Hypertension, General

    Introduction, Dissertation, Universiteit Van Amsterdam, Netherlands.

    - Rowland, N.E. and Bellush, L.L., 1989, Diabetes Mellitus : Stress.

    Neurochemistry and Behavior, Neuroscience and BiobehavioralReviews, 13

    (4) : 199-206.

    - Shafrir, E., Ziv, E. and Mosthaf, L., 1999, Nutritionally Induced Insulin

    Resistance and Reseptor Defect Leading to -Cell Failure in Animal Models,Annals of The New York Academy of Sciences,892 : 223-46.

    Control Positif

    Control Uji 1

    Control Uji 2

    Control Uji 3

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    t0t30

    t60t90

    142

    397.5

    280

    217.5

    107

    342.5

    121.5

    70

    110

    372 385.5

    197121.5

    255

    178.5169

    rentan waktu

    Grafik Nilai Kadar gula darah pada setiapjenis sediaan berdasarkan rentan watku

  • 8/10/2019 LAPORAN FARMAKOLOGI 5

    9/9

    -

    Szkudelski, T., 2001, TheMechanism Of Alloxan And Streptozotocin Action In

    Cells Of The Rat Pancreas, Physiology Research, 50: 536-54

    -

    Walde, S.S., Dohle, C., Schott-Ohly, P., Gleichmann, H., 2002, Molecular

    target structures in alloxan-induced diabetes in mice, Life Sciences, 71,

    - Wilson, G.L. and LeDoux, S.P., 1989, The Role of Chemical in The Etiology

    of Diabetes Mellitus, Toxicologic Pathology, 17 : 357 3 62.