laporan case7

Upload: nita-andriyani

Post on 06-Apr-2018

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    1/58

    Resiko Kehamilan Di Usia 35/ Lebih

    Merupakan suatu kondisi yang dialami oleh ibu dan berdampak menyebabkan gangguan

    pada ibu dan janin yang dikandungnya.

    Resiko yang dapat timbul : - Resiko hanya untuk ibu

    - Resiko hanya untuk anak

    - Resiko untuk anak dan ibu

    Resiko untuk ibu :

    Penurunan tingkat kesuburan

    Terjadi penurunan jumlah serta siklus reproduktif wanita yang bersifat irregular

    serta adanya penurunan kualitas dari ovum.

    Kompilkasi kesehatan (DM, hipertensi dan gangguan jantung)

    Keguguran

    Resiko keguguran biasanya terjadi pada trimester pertama.

    Masalah plasenta

    Kemungkinan kehamilan ektopik

    Persalinan lebih lama

    Biasanya terjadi persalinan lebih dari 18 jam

    Penurunan kontraksi dari uterus

    Pendarahan

    PROMPT

    Resiko pada bayi :

    Penyakit keturunan

    Abnormalitas kromosom

    Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    2/58

    Congenital malformatiom(Birth defect)

    Adalah: Perubahan dari morfologi/fungsi normal normalpada saat kehamilan(Nelson)Istillah yang digunakan untuk menerangkan kelainan structural,perilaku faal,kelainan

    metabolic yang didapat sewaktu lahir(Langman)

    Tipe-tipe malformasi

    Mayor Malformasi Syndrome

    Minor Deformasi Sequence

    Disrupsi Association

    Mayor:

    Contoh : Palatosisis?

    Minor:

    Contoh:Polydactili

    Hydrocele

    Fypospadia

    Malformasi

    Kecacatan structural yang berkembang dari kesalahan lokalisasi pada saat

    morphogenesis,yang menghasilkan bentuk abnormal pada jaringan atau organ.

    Contoh : Down Syndrome,Patau Syndrome

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    3/58

    Deformasi

    Perubahan bentuk atau struktur yang sebernarnya berkembang dengna normal namun

    berubah akibat adanya tekanan dari uterus (uterine compression)

    Uterine compression

    Instrinsik Ekstrinsik

    Oligohidramnios Pelvis kecil

    Multiple fetus Postur fetus abnormal

    Fetus besar (breech)

    Tenaga mekanik

    Menekan fetus

    DEFORMASI

    Craniofacial Ekstrimitas Lainnya

    Cranioctecnosis Contracture Skoliosis

    Flatenned face Hiperextebsi lutu

    Disrupsi

    Perubahan morfologi struktur organ setelah pembentukannya selesai yang disebabkan

    oleh proses-proses yang merusak

    Contoh:kecacatan pembuluh darah

    Apabila malformasi terjadi pada satu individu maka dapat diklasifikasikan menjadi:

    1.Syndrome

    Kumpulan gejala-gejala abnormalitas yang penyebabnya sama

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    4/58

    Contoh: Patau syndrome

    Down syndrome

    Cri du chat syndrome

    Klinefelter syndrome

    Dll.

    2.Sequence

    Kumpulan gejala-gejala abnormalitas yang berkembang secar berurutan.

    Contoh: Oligohidramnios pulmonary hyperplasia limb contracture facial

    deformities

    3.Association

    Kumpulan gejala-gejala yang saling berhubungan.

    Contoh: CHARGE association:

    Colobama

    Heart defect

    Artresia choane

    Mental retardation

    Growth deficiency

    Ear anomalies

    Non genetik

    ETIOLOGY Penyakit ibu: DM,Preeklampsi

    Maformasi Infeksi : TORCH

    Obat-obatan:Talidomid,warfarin

    Kurang nutris

    Genetik

    Mutasi gen tunggal

    Gangguan pada kromoso:

    Numerik:

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    5/58

    Trisomi;trisomi 13,trisomi 21

    Monosomi ; klinefelter syndrome

    Struktur : delesi syndrome cri du chat(del 5p)

    Pada neonatus infant:

    Hepar akan teraba 1-2 cm di bawah costal ridge.

    U/ Dewi

    Berat badan ibu yang direkomendasikan untuk ibu melahirkan adalh:

    Kenaikan berat badannya di anjurkan tidak lebih dari 12,5 kg..

    Sedangkan tinggi badan yang di anjurkan untuk ibu melahirkan adalah: tidak 35 tahun

    Disadisarankan untuk pasien dengan:

    - 2 major malformasi dan/atau 3 minor malformasi

    - Problem pada early growth & development, Co: ambiguous genitalia

    atau mental retardation

    - Fertility problems and miscarriage yang berulang (>3), still birth, and

    neonatal death.

    - Keluarga dekat yang memiliki atau pembawa chromosome

    abnormality.

    Metode:

    - sel dikultur

    - dipertahankan pada mitosis (metaphase/profase)

    - dimasukan ke dalam hypotonic solution (mixed)

    - di staining

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    6/58

    - chromosome di lihat di mikroskop

    - chromosome homolog dari metaphase dapat dipisahkan dan disusun

    secara sistematik kedalam karyotype. Karyotype terbagi menjadi 2-3

    bagian:

    - the number of chromosome

    - the sex chromosome constitution

    - pencatatan keabnormalan

    2. the Fluorescence in situ Hybridization (FISH)

    untuk mengidentifikasi ada, tidaknya atau terjadi perubahan spesifik DNA

    segmen.

    Metode:

    DNA sequence + flurescent dye

    Memperjelas single stranded DNA pada microscope slide

    FISH berguna untuk mendeteksi very small deletion.

    3. Spectral Karotyping (SKY) and Multi color FISH

    Untuk identifikasi perubahan complex kromosom yang ditemukan pada

    banyak tumor.

    Metode: 24 kromosom yang berbeda diberi kombinasi dari 5 fluorescent dyes.

    22 autosomal dan X n Y kromosom memiliki warnanya masing-masing.

    4. comparative genomichybridization (CEH)

    membandingkan 2 DNA sample yang berbeda.

    Teknik:

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    7/58

    Patient DNA diberi fluorescent dye green, normal DNA diberi fluorescent

    dye red, kemudian keduanya dicampurkan. Jika ratio antara keduanya 1:1,

    kromosom akan berwarna kuning.

    -Penyebab Kelainan-

    1. GENETIC CAUSES

    Chromosomal aberration (10-15%)

    Mendelian inheritance (2-10%)

    2. ENVIRONMENTAL CAUSES

    Penyakit Ibu (6-8%)

    a. Diabetes -> organomegali, hipertrofi dan hyperplasia sel-sel pancreas

    janin dan kekacauan metabolic pada neonates

    b. Phenylketonuria -> keguguran, malformasi congenital dan jejas pada

    otak janin yang non phenylketonuria

    c. Endocrinopathies

    d. Toksemia kehamilan, hipertensi kronik dan penyakit ginjal -> ukuran

    janin kecil, premature, dan kematian intrauteri

    e. Hipotiroidisme dan hipertiroidisme -> keguguran, kelahiran,

    premature, kematian janin

    f. Penyakit-penyakit imunologis seperti lupus, myasthenia Gravis dll

    Infeksi Maternal atau Placental (2-3%)

    a. Bakteri

    b. Virus

    c. Parasit

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    8/58

    d. Jamur

    e. Prion

    Dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, atau premature. Hypertermia

    ibu saat terinfeksi bisa disertai dengan kenaikan insiden anomaly

    congenital. Agen-agen tertentu dapat menyebakan malformasi congenital

    bila terjadi pada masa organogenesis.

    Obat-obatan dan Zat Kimia

    a. Thalidomid -> abnormalitas pada limb

    b. Alkohol -> retardasi pertumbuhan, microchepaly,atrial septal defect

    dll.

    c. Warfarin -> merupakan suatu antikoagulan karena merupakan

    antagonis vit K, mencegah karboksilasi asam karboksi glutamate

    (GLA) yang merupakan komponen osteokalsin dan protein tulang lain

    yang bergantung pada vit K sehingga member pengaruh teratogenik

    pada kartilago yang sedang berkembang terutama kartilago hidung

    Radiasi

    Batas pemajanan terhadap radiasi yang dianjurkan utuk ibu adalah 500

    milirad selama 40 minggu kehamilan. Dosis radiasi yang besar (20000-

    50000 mrad) berbahaya untuk SSP.

    3. MULTIFACTORIAL (multiple genes ? environment) (20-25%)

    4. TIDAK DIKETAHUI (40-60%)

    Sindrom Down

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    9/58

    Merupakan bentuk kelainan kromosom akibat translokasi dari kromosom 21 yang

    menyebabkan kopi ekstra dari kromosom 21 akibat nondisjunction yang umumnya

    disebabkan oleh usia lanjut dari ibu.

    Insidennya adalah 1 dari 750 kelahiran.

    Secara klinis, ciri anak yang menderita sindrom down adalah :

    Tongue protrution

    Small head

    flattenet occiput

    Flat nasal bridge

    Epicental fold with upslanting palpebral fissures

    Shorth finger

    Single crease on palm

    Hipotoni otot

    Kulit leher menebal

    Telinga diplastik

    Pelvis diplastik

    Phalanx media diplastik

    Retardasi mental (IQ 25-50)

    Congenital hearth defecth (atrioventricular septal defect,Ventrikular septal

    defecth).

    Gastrointestinal anomalies

    Predeposisi menjadi leukemia akut.

    Atresia saluran cerna

    Penyakit tiroid

    Penurunan system imun

    Upslanting Palpebral Fissure

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    10/58

    Saat mata dalam keadaan terpejam, palpebral fissure (celah kelopak mata) seharusnya

    berupa garis horizontal yang lurus.

    Beberapa syndrome dan aneuploidi berhubungan dengan keabnormalan pada mata,

    termasuk miringnya palpebral fissure ke atas ataupun ke bawah (upslanting atau

    downslanting). Kemiringan dari palpebral fissure pada janin dapat membantu

    mendiagnosis syndrome (seckel syndrome downslanting palpebral fissure; downs

    syndrome upslanting palpebral fissure).

    Untuk mendeteksi keabnormalan tersebut, dilakukan pemeriksaan sonografi

    (sonographic assessment) pada minggu ke 14-36 kehamilan. Pada frontal view dari

    wajah janin, kita dapat menentukan sudut di antara palpebral fissure dengan midline

    dari tengkorak. Normalnya, besar sudut sekitar 87-90.

    AFP TEST

    AFP merupakan protein plasma yang dihasilkan oleh hati fetus, yolk sac, dan saluran

    pencernaan.

    AFP test diperiksa pada trimester ke-2 untuk mendeteksi fetal down syndrome. Kenapa?

    karena down sindrom beresiko pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun.

    Kadar AFP meningkat :

    Defek tabung saraf

    Kista pilonial

    Obtruksi esophagus dan usus

    Nekrosis hepar

    Higroma kistik

    Teratoma sakrokoksigeal

    Defek dinding abdomen

    Anomaly ginjal

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    11/58

    Osteogenesis

    Korioangioma plasenta

    Oligohidromnion

    Gestasi multijanin Hepatoma/teratoma pada ibu

    Kadar AFP menurun :

    Trisomi kromosom

    Penyakit trofoblastik gestational

    Kematian janin

    BB ibu berlebih

    Umur kehamilan ditaksir terlalu muda

    LARGE FONTANEL

    Fontanel merupakan titik lunak, salah satu ruang tertutup membrane yang tertinggal pada

    persambungan sutura dalam tengkorak yang engalami oksifikasi tidak lengkap pada fetus.

    Terdiri dari :

    Anterior /greater fontanel yaitu daera yang berbentuk lozenges yang

    menghubungkan sagital dan corona sutura.

    Posterior / lesser fontanel yaitu daerah yang terwakili oleh small triangular area

    pada intersection antara sagital dan lambdoid sutura.

    Temporal fontanel yaitu tidak mempunyai diagnostic yang signifikan

    Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan large fontanel, jika terjadi membesar maka terjadi

    hydrocephalus.

    Pada umumnya pria yang menderita sindrom down akan steril, namun pada wanita yang

    menderita sindrom down memiliki kemampuan untuk reproduktif.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    12/58

    Etiologi

    Pada 95% kasus, sindrom down disebabkan oleh trisomi 21 karena non disjunction dan

    75% biasanya terjadi pada saat pembentukan oosit pada meosis I dan 25% terjadi pada

    meosis II.

    Wanita diatas 35 tahun memiliki resiko lebih besar memiliki anak dengan kelainan itu.

    Pada kira-kira 4% kasus sindrom down terdapat translokasi tak seimbang antara

    kromosom 21 dan salah satu dari kromosom 13,14 atau 15.

    Translokasi merupakan transfer satu bagian dari kromososm pada kromososm non

    homolog.

    4 % Kasus semacam ini umumnya bersifat familiar, dan kromosom yang mengalami

    translokasi diturunkan darisalah satu orang tua yang paling sering merupakan karier

    translokasi robetson.

    Patomekanisme

    Kehamilan > 35tahun

    Abrasi kromosom (translokasi)

    Trisomi 21

    Sindrom down

    APP tidak terbentuk

    Protein yang terbentuknya tidak sesuai

    Kelainan organogenesis

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    13/58

    Toxoplasma gondii [reference: nelson-textbook of pediatrics; ch:287; pg:1486]

    Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligate intraselular. Penyebarannya melalui

    peroral, transplasental, parenteral (transfusi darah dan transplantasi organ).

    Pada anak-anak yang mempunyai imunitas yang baik, infeksi akut yang didapat mungkin

    asymptomatic, menyebabkan lymphadenopathy, atau menginfeksi organ lainnya. Saat

    terinfeksi, latent encyst ada di sepanjang kehidupan.

    Pada bayi dan anak-anak dengan imunitas yang buruk, pada saat terinfeksi maupun

    pengaktifan kembali latent encyst menyebabkan signs and symptoms yang berhubungan

    dengan CNS.

    Toxoplasmosis dapat menyebabkan IUGR, retardasi mental dan retardasi psychosocial,

    demam, lymphadenopathy, rash, hearing loss, pneumonitis, hepatitis, dan

    thrombocytopenia.

    Etiology

    Toxoplasma gondii merupakan coccidian protozoa yang memperbanyak diri hanya dalam

    sel hidup. Bentuk tachyzoite-nya oval atau seperti bulan sabit, berukuran 2-4 x 4-7 m.

    Cyst jaringan, berdiameter 10-100 m, mengandung ribuan parasit dan tersisa dalam

    jaringan, terutama CNS dan otot rangka dan jantung, di sepanjang hidup host.

    Toxoplasma dapat memperbanyak diri dalam semua jaringan mammalian dan unggas.

    Kucing dan species Felidae yang terinfeksi Toxoplasma mengekskresi oocyst dalam

    fecesnya. Toxoplasma disebarkan ke kucing melalui ingesti daging yang terinfeksi yang

    mengandung encysted bradyzoites atau dengan meng-ingesti oocyst yang disekresikan

    oleh kucing yang terinfeksi. Parasit kemudian memperbanyak diri melalui siklus

    schizogonic dan gametogonic dalam epitel distal ileum pada usus kucing. Oocyst yang

    mengandung 2 sporocyst diekskresikan, dan, dalam kondisi suhu dan kelembapan yang

    baik, masing-masing sporocyst matang menjadi 4 sporozoites. Sekitar 2 minggu kucing

    mengekskresikan 105-107 oocyst per hari, yang dapat bertahan hingga > 1 tahun dalam

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    14/58

    lingkungan yang mendukung. Oocyst bersporulasi 1-5 hari setelah ekskresi dan kemudian

    bersifat infectious. Oocyst dan cyst jaringan adalah sumber-sumber infeksi pada hewan

    dan manusia.

    PADA ORANG DEWASA (Ibu)

    Umumnya relative jinak karena parasit beradaptasi dengan baik (hampir sempurna)

    terhadap hubungan tuan rumah-parasit.

    Menimbulkan infeksi laten, jarang menimbulkan gangguan serius

    Pada kebanyakan orang yang sehat dan ditemukan serum antibody terhadap Toxoplasma

    ternyata sebagian besarnya asimptomatik.

    Manifestasi klinis yang paling sering terjadi pada orang dewasa berupa limpadenopahaty

    local atau umum, superficial atau dalam. Yang biasa diserang adalah leher. Dapat terjadi juga

    demam akut.

    PADA ANAK DENGAN IMUNOLOGIS NORMAL

    Infeksi akut yang didapat

    Mungkin tidak bergejala

    Menyebabkan limphadenopathy atau kerusakan hampir setiap organ

    PADA BAYI ATAU ANAK DENGAN GANGGUAN IMUN

    Paling sering menyebabkan gejala-gejala yang berhubungan dengan SSP

    Infeksi yang diperoleh secara congenital dapat menimbulkan korioretinitis dan lesi SSP

    serta manifestasi lain seperti IUGR, demam, lymphadenopathy, ruam, kehilangan

    pendengaran, pneumonitis, hepatitis dan trombositopenia.

    Pada janin dapat menyebabkan abortus. Pada neonates dapat menyebabkan bayi lahir

    dengan berat badan rendah, hepatospleenomegali, ikterus dan anemia. Adapun cacat

    congenital yang dapat terjadi adalah hidrosefalus dan mikrosefalus. Terdapat gejala-gejala

    sisa lambat yaitu korioretinitis dan retardasi mental.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    15/58

    Lenih dari setengah bayi dengan infeksi congenital dianggap normal pada masa perinatal

    tetapi hampir semua anak demikian akan memiliki gangguan okuler di kemudian hari.

    Tanda-tanda neurologis pada neonates yang meliputi kejang-kejang, tanda sunset dan

    bertambahnya lingkar kepala dapat disertai cacat otak yang besar. Namun tanda-tandatersebut dapat juga berhubungan dengan encephalitis tanpa kerusakan yang luas/radang

    ringan dan penyumbatan aquaduktus Sylvii

    Manifestasi kulit pada bayi dengan toxopalsma congenital meliputi ptechie, ekimosis atau

    perdarahan luas akibat trombositopenia dan ruam.

    Ikterus karena keterlibatan hati dengan Toxoplasma dan atau hemolisis sianosis karena

    pneumonitis interstitial dan edema akibat miokarditis atau sindrom nefrotik mungkin ditemui.

    Ikterus dan hiperbilirubinemia terkonjugasi dapat menetap selama berbulan-bulan.

    o Jika infeksi didapat Ibu pada trismester pertama dan tidak diobati, sekitar 17% janin

    terinfeksi dan penyakit pada bayi biasanya berat

    o Jika infeksi didapat ibu pada trismester ke-3 dan tidak diobati, sekitar 65% janin

    terinfeksi dan keterlibatannya ringan/tidak tampak saat lahir

    o Perbedaan frekuensi penularan ini mungkin dipengaruhi :

    a. Aliran darah ke plasenta

    b. Virulensi dan jumlah toxoplasma yang didapat

    c. Kemampuan imunologis tubuh ibu dalam membatasi parasitemia

    MEKANISME

    Parasit masuk ke dalam tubuh manusia

    DIsebarkan melalui aliran darah ke berbagai organ

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    16/58

    Tumbuh terus membentuk thrombus di dalam pembuluh darah

    Menyerang retikuloendoteliat dan jaringan parenkim yang berdekatan

    Menimbulkan focus infalamasi milier

    Terdapat tiga stadium infeksi dan manifestasi klinis dari toksoplasmosis yaitu :

    Selama stadium akut, proliferasi parasit dihasilkan di dalam sel yang diserang

    dan mengalami lisis sehingga akhirnya focus nekrotik kecil akan dikelilingi oleh reaksi

    selular yang hebat dalam jaringan

    Pada stadium sub akut, jumlah parasit berkurang dengan berkembangnya zat

    anti, akan tetapi di dalam otak dan mata dimana keduanya tidak dapat ditembus oleh

    zat anti, mereka akan terus berploriferasi.

    Pada stadium kronikbiasanya parasit mengisi kista yang resisten dalam otak,

    otot skelet dan jantung, tetapi sisa parasit kadang-kadang didapat didalam viscera, akan

    melanjutkan proliferasi, oleh karena itu sulit membedakan antara stadium sub akut

    dengan kronis. Keluarnya parasit dari kista yang pecah, menimbulkan reaksi

    peradangan supersensitifitas dari jaringan.

    Epidemiology

    Infeksi Toxoplasma terdapat dimana-mana. Pada hewan dan merupakan salah satu infeksi

    laten yang paling sering adalah per oral memakan daging mentah yang mengandung cyst

    atau makanan atau materi lainnya yang terkontaminasi oocyst.

    Pathogenesis

    Dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung cyst atau yang terkontaminasi oocyst

    dari kucing yang terinfeksi. Oocyst dibawa oleh lalat dan kecoa ke makanan. Saat

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    17/58

    Toxoplasma tertelan, bradyzoites dikeluarkan dari cyst atau sporozoites dari oocyst.

    Toxoplasma kemudian memasuki sel-sel Gastrointestinal, kemudian memperbanyak diri,

    sel-sel rupture, menginfeksi sel-sel yang di sebelahnya, memasuki lymphatic, dan

    menyebar secara hematogen ke seluruh tubuh. Tachyzoites berproliferasi, memproduksi

    necrotic foci yang dikelilingi oleh rekasi selular. Dengan adanya perkembangan dari

    respon imun, baik humoral maupun cell-mediated, tachyzoites menghilang dari jaringan.

    Pada kasus ini dilakukan peeriksaan PCR untuk toxoplasma da hasilnya positif.

    Polymerase chain reaction (PCR)

    Polymerase chain reaction (PCR) adalah suatu teknik untuk mensintesis asam nukleat

    atau gen tertentu in vitro secara enzimatis. (biologi molekuler medik, prof. nurhalim hal 418)

    Untuk mensintesis DNA in vitro seperti juga sintesis DNA in vivo memerlukan DNA

    templat, primer, dNTP, ion Mg++ dan enzim DNA polymerase.

    Teknik PCR ini sangat sensitive, spesifik dan waktu yang diperlukan sangat singkat. Pada

    teknik ini digunakan dua oligonukleotida sintesis sebagai primer yang merupakan

    komplemen masing-masing ujung setiap utas templat sedemikian rupa, sehingga sintesis

    akan berjalan diantara dua primer tersebut.Langkah pertama templat DNA didenaturasikan dengan cara pemanasan. Kemudian

    suspensi tersebut didinginkan agar kedua primer melekat berjajar dengan masing-masing

    templatnya. Dengan menaikkan lagi temperature suspensi, kedua primer akan bertambah

    panjang oleh bantuan Taq DNA polymerase. Hasil sintesis DNA yang baru ini

    merupakan komplemen masing-masing templatnya. Melalui denaturasi, annealing dan

    ekstensi yang berulang-ulang, pada gilirannya akan tercapai sejumlah target DNA yang

    diinginkan.

    Molekul DNA yang diperoleh dari PCR adalah dalam bentuk segmen DNA yang

    panjangnya sesuai dengan panjang templatnya. DNA hasil PCR tersebut dapat berupa

    utas ganda linear dapat pula utas tunggal linear.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    18/58

    Berbagai komponen yang diperlukan dalam PCR:

    1. Oligonukleotida

    Oligonukleotida merupakan rangkaian nukleotida tertentu yang pendek dan disambung

    menjadi satu dengan ikatan fosfodiester yang khas. Oligonukleotida digunakan sebagai

    primer pada PCR, panjangnya paling tidak 16 nukleotida. Primer tersebut akan

    berorientasi menurut komplemennya dengan ujung 3-nya mengarah kepada ujung 5

    templat DNA (annealing)

    5 3DNA templat

    3 5 P1

    primer5 3 P2

    5 3P1

    P2

    Diperkirakan DNA polymerase bekerja segera setelah kedua primer menempel pada

    templatnya. Suhu yang diperlukan untuk annealing 370 C 550 C.

    2. Buffer

    Buffer untuk percobaan PCR mengandung ion Mg ++ yang sangat penting untuk aktivitas

    enzim polymerase.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    19/58

    3. Enzim

    Enzim yang digunakan bisa enzim klenow DNA polymerase atau Taq DNA polymerase.

    Bila menggunakan fragmen klenow, maka setiap setelah selesai siklus harus ditambahkan

    enzim baru. Tetapi, jika menggunakan Taq DNA polimerasedapat bertahan sampai siklus

    percobaan terakhir.

    Kebutuhan akan enzim selalu disesuaikan dengan templat DNA target dan banyaknya

    siklus percobaan.

    Jika jumlah enzim terlalu tinggi, maka akan timbul produk yang tidak spesifik, sehingga

    dapat mengacaukan hasil percobaan. Sebaliknya jumlah terlalu rendah, maka jumlah

    produk yang diinginkan tidak tercapai.

    4. Deoksinukleotida difosfat (dNTP)

    Terdapat empat macam dNTP, masing-masing adalah dATP, dCTP, dTTP dan dGTP.

    Pembuatan larutan dNTP yang terdiri keempat macam nukleotida tersebut harus

    dilakukan pada daerah yang steril untuk menghindari kontaminasi. Kadar larutan stock

    tersebut adalah 10mM dan pH-nya 7.0, disimpan pada suhu -20o C

    5. Templat DNA

    Untuk mensintesis utas DNA baru diperlukan suatu templat yang cukup jumlahnya dan

    cukup kemurniannya. Templat DNA yang digunakan untuk PCR dapat diperoleh dari

    DNA total yang dengan adanya primer dapat memilih segmen yang diinginkan.

    Mengenai pengambilan DNA templat yang dapat diisolasi dari bahan biologi yang sangat

    minimal. DNA templat ini dapat berupa kromosom dapat pula berupa plasmid atau

    molekul DNA atau molekul DNA lainnya seperti mitokondria. Bahkan produk suatu

    reaksi amplifikasi dapat dijadikan sebagai templat untuk reaksi selanjutnya.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    20/58

    Teknik PCR berdasarkan:

    1. amplifikasi enzimatik suatu fragmen DNA yang diapit oleh primer

    oligonukleotida, dan

    2. pengulangan siklus pemanasan, yang terdiri dari proses denaturasi, penempelan,

    dan ekstensi.

    Produk siklus pertama akan menjadi templat bagi siklus kedua, demikian pula produk

    kedua akan menjadi templat ketiga dan seterusnya. Produk yang dihasilkan dengan reaksi

    ini adalah suatu segmen DNA utas ganda. Bila dilihat lebih lanjut, maka dua produk yang

    dihasilkan dua siklus pertama akan menunjukkan ukuran DNA yang heterogen. Mulai

    dengan siklus ketiga produk yang dihasilkan tidak memperlihatkan segmen yang aslinya

    lagi dan produk selanjutnya adalah amplifikasi dari segmen yang baru ini.

    Siklus reaksi dikrjakan dengan tiga cara menginkubasi suspensi DNA pada 3 macam

    temperature sbb:

    Langkah I (denaturasi) ; templat DNA (DNA utas ganda) dipanaskan pada suhu 900C

    -950C.

    Langkah II (penempelan atau annealing) ; kedua primer berorientasi pada urutan

    nukleotida target dengan menginkubasi pada suhu 400C - 600C.

    Langkah III (ekstensi) ; primer yang telah menempel pada target tersebut diatas dengan

    bantuan DNA polymerase akan diperpanjang pada suhu 700C - 750C, pada

    umumnya 720C.

    Untuk mencegah penguapan seluruh isi campuran tabung lengkap, terakhir tambahkan

    paraffi

    Reaksi amplifikasi dan factor yang mempengaruhinya

    Sebelum mengerjakan reaksi amplifikasi perlu diperhatikan beberapa hal atas kondisi

    agar terlindung dari kontaminasi dengan DNA asing yang dapat bertindak sebagai

    templat.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    21/58

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

    1. Bekerja pada meja yang bersih, terpisah dari tempat untuk mengerjakan ekstraksi

    jaringan atau bakteri atau isolasi DNA lainnya

    2. Menggunakan sarung tangan

    3. Siapkan peralatan, termasuk tabung mikrofuga dalam keadaan steril. Tabung-tabung

    tidak boleh digunakan berulang.

    4. Sebelum membuka tabung mikrofuga, dimana reagen atau templat disimpan,

    diushakan disentrifuga terlebih dahulu agar cairan berkumpul pada dasar tabung

    sehingga sewaktu membuka tabung tidak terkontakinasi dengan sarung tangan.

    5. Usahakan agar penambahan DNA setelah semua komponen reaksi lengkap.

    6. Sewaktu mengambil reagen atau templat terlebih lagi enzim harus diyakini benar

    bahwa tip tidak mengandung udara

    7. Jangan lupa setelah seluruh reagen dan komponen disentifuga, lalu bubhkan paraffin

    akan terjadi penguapan

    8. Lakukan pula percobaan untuk tabung control

    Didalam tabung ini semua komponen reaksi ada kecuali templat DNA

    Komponen dari PCR terdiri dari:

    DNA polymerase

    Deoksinucleotide triphosphates (dNTPs)

    Primers (oligonukleotida sintesis)

    Reaksi buffer

    DNA target

    Untuk melaksanakan PCR perlu diperhatikan waktu, temperature dan jumlah siklus ynag

    tergantung pada DNA yang diamplifikasi. Reaksi terdiri dari tiga tahap, tahap pertamadenaturasi, tahap kedua annealing, dan ketiga extension.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    22/58

    . 1 siklus

    Temp(0C)

    9594

    72

    55

    Time

    Pemanasan awal dilakukan pada 950C kemudian diikuti dengan tahap pertama siklus pada

    940C, annealing 550C dan extension pada 720C. SIKLUS SECARA OTOMATIS DIULANG SAMPAI

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    23/58

    JUMLAH DNA TERDETEKSI. UNTUK MENGETAHUI HASIL PCR DILAKUKAN ELEKTROFORESIS. KEMUDIAN

    PITA DNA HASILREAKSI PCRDAPATDIDETEKSIPADARUANGGELAPDENGANBANTUANSINARUV

    PCR digunakan pada kedokteran forensic, selain itu juga digunakan untuk:

    1. mendeteksi agen infeksius, khususnya virus yang laten

    2. menentukan diagnosis genetic prenatal

    3. mendeteksi polimorfisme alel

    4. menentukan tipe jaringan yang tepat untuk transplantasi

    5. meneliti evolusi dengan menggunakan DNA dari sample arkeologis. (Biokimia, Harper

    edisi 25 hal 471)

    PENGOBATAN/ TERAPI INFEKSI TOKSOPLASMOSIS

    Jika terinfeksi oleh toksoplasmosis dapat diberikan:

    1. pirimetamin

    2. sulfadiazin (golongan sulfonamid)

    3. trisulfapirimidin

    4. spiramisin

    5. klindamisin

    6. trimetropin

    7. sulfometoksazol

    8. sulfonamid lain

    Pengobatan yang utama adalah nomor 1-3 sedangkan nomor 4-8 adalah obat alternatif

    jika ada indikasi tertentu.

    jawetz hal: 669 (indonesia)

    spiramisin

    Adalah obat yang dihasilkan oleh Streptomyces ambofaciens. Obat ini efektif terhadap

    bakteri:

    1. stafilococcus

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    24/58

    2. streptococcus

    3. pneumococcus

    4. enterococcus

    5. neisseria

    6. Baadetella pertusis

    7. rikettsia

    8. amoeba

    9. toksoplasma

    pharmakokinetik

    absorbsi pada saluran cerna tidak lengkap, tidak dipengaruhi ada atau tidaknya makanan

    dalam lambung. Dalam waktu 2 jam, setelah pemberian 2gr peroral akan tercapai dosis

    yang maksimal dalam darah tetapi konsentrasi tertinggi obat ini dicapai pada cairan

    empedu, air liur dan air susu.

    Dosage regimen

    Preparat spiramisin yang tersedia adalah dalam tablet 500 mg.

    diberikan secara oral

    dosis dewasa 3-4 X 500 mg sehari, dapat dinaikkan sampai 2 kali lipat

    dosis anak-anak 50-75 mg/ kgBB, 2-3 X pemberian dalam sehari

    Spiramisin juga dgunakan sebagai obat alternatif untuk penderita toksoplasmosis yang

    karena indikasi lain tidak dapat diberikan pirimrtamin+sulfonamid (pada wanita lain

    khususnya atau ada indikasi lain). Gosis pemberian pada penderita toksoplasmosis

    adalah: 2-3 gr/ hari, selama 3 minggu, terapi diulang setelah dua minggu kemudian.

    Side effect

    Iritasi saluran cerna

    Indikasi lain (selain 2 diatas)

    Iritasi saluran pernafasan dan rongga mulut

    Farmako UI hal: 678

    Sulfonamid

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    25/58

    Adalah obat kemotherapi yang pertama kali diberikan secara sistemik untuk pengobatan

    dan pencegahan infeksi pada manusia.

    Aktifitas mikroba yang dihambat:

    1. mempunyai aktifitas / spectrum yang luas

    2. bersifat bakteriostatik, tetapi pada kadar yang tinggi dapat berubah menjadi

    bersifat bakteriosid

    3. menghambat bagteri G+ dan G-

    mekanisme kerja

    kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoid acid) untuk membentuk asam folat

    yang nantinya akan digunakan untuk mensintesis purin dan asam nukleat oleh kuman.

    Sulfonamid merupakan penghambat PABA sehingga kuman tidak dapat mensintesis

    purin dan asam nukleat akibatnya aktifitas kuman akan terhenti

    efek sulfonamid akan terhambat oleh adanya darah yang bernanah dan adanya

    jaringan yang nekrotik karena pada lingkungan seperti itu bakteri sudah terpenuhi

    kebutuhan purin, timidin dan asam nukleat sehingga kuman tersebut tidak akan

    membentuk PABA.Farmako UI bab Sulfonamid

    Pirimetamin

    Adalah turunan pirimidin yang berbentuk bubuk, berwarna putih, tidak berasa, tidak larut

    dalam air dan sedikit larut dalam asam klorida.

    Pharmakodinamik

    Manfaat utama adalah untuk pencegahan dan terapi supresi

    Mekanisme kerja

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    26/58

    Pirimetamin menghambat kerja enzim dihidrofolat reduktase plasmodia (untuk infeksi

    plasmodium). Kombinasi dengan sulfonamid keduanya akan mengganggu sintesis purin

    pada kuman/ mikroorganisme penyebab infeksi

    Pharmakokinetik

    peneyerapan terjadi di saluran cerna secra lambat tapi lengkap. Obat ini ditimbun

    pada ginjal, paru-paru, hati dan limfe

    Diekskresi melalui ASI dan urin melalui glomerulus

    Side effek

    Dapat menyebabkan anemia makrositik

    Defisiensi asam folat

    Gejala-gejala ini akan hilang secara otomatis apabila pengobatan dihentikan atau

    disarankan saat pengobatan diberikan asam folinat. Karena efek antifolat dan dapat

    bersifat teratogenik maka obat ini tidak boleh digunakan pada wanita hamil, kecuali

    sangat diperlukan.

    Dosage regimen

    Tersedia dalam bentuk tablet 25 mg

    Tersedia juga dalam bentuk Fansidar yaitu kombinasi pirimetamin dengan

    sulfodoksin (golongan sulfonamid), tablet 500 mg.

    Dosis : pirimetamin 25 mg, diberikan 2X sehari selama 3 hari

    +

    Sulfadiazin 4X500 mg sehari selama 5 hari

    : Fansidar : 2-3 tablet (untuk dewasa)

    : 2 tablet (untuk umur 9-14 tahun)

    : 1 tablet (untuk umur 4-8 tahun)

    : tablet (untuk umur kurang dari 4 tahun)

    Farmako UI hal: 549-550

    Pada kasus spiramisin diberikan kepada Ibu karena spiramisin tidak berefek teratogenik

    bagi ibu hamil sehingga tidak berbahaya bila diberikan kepada ibu hamil. Sedangkan

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    27/58

    untuk terapi yang kita gunakan untuk bayiny adalah dengan pemberian pirimetamin

    ditambah sulfonamid sesuai dengan dosis diatas, diberikan setiap tiga minggu sekali

    selama satu tahun dan pemberian asam folat agar bayi tidak mengalami defisisensi asam

    folat.

    RUBELLA (nelson; ch:244; page:1337)

    Sering menyebabkan penyakit exanthematous pada bayi dan anak-anak. Penyebarannya

    dapat melalui transplacental.

    Etiology

    Termasuk anggota famili Togaviridae dan merupakan satu-satunya spesies dari genus

    Rubivirus. RNA-nya berantai ganda dengan selubung lipid dan 3 protein structural,

    termasuk sebuah nucleocapsid protein yang berhubungan dengan nucleus; dan 2

    glycoprotein, E1 dan E2, yang berhubungan dengan selubungnya. Sensitif terhadap panas,

    sinar UV, dan pH yang ekstrem tapi relatif stabil pada suhu dingin. Manusia merupakansatu-satunya host.

    Epidemiology

    Pada anak-anak usia sebelum sekolah dan anak-anak usia sekolah. Pada bayi didapatkan

    dari ibu (transplacental infection).

    Pathology

    Pathologic findings pada congenital rubella syndrome

    System Pathologic findings

    CVS Patent ductus arteriosus, pulmonary

    artery stenosis, ventriculoseptal defect,

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    28/58

    myocarditis

    CNS Chronic meningitis, parenchymal

    necrosis, vasculitis with calcification

    Eye Microphthalmia, cataract, iridocyclitis,

    ciliary body necrosis, glaucoma,retinopathy

    Ear Cochlear hemorrhage, endothelial

    necrosis

    Paru-paru Chronic mononuclear interstitial

    pneumonitis

    Liver Hepatic giant cell transformation,

    fibrosis, lobular disarray, bile stasis

    Kidney Interstitial nephritis

    Adrenal glands Cortical cytomegalyBone Malformed osteoid, poor mineralization

    of osteoid, thinning cartilage

    Spleen, lymph nodes Extramedullary hematopoiesis

    Thymus Histiocytic reaction, absence of germinal

    centers

    Skin Erythropoiesis in dermis

    Clinical manifestation

    Pada postnatal menyebabkan low-grade fever, sore throat, red eyes dengan atau tanpa eye

    pain, headache, malaise, anorexia, dan lymphadenopathy.

    Pada anak-anak menyebabkan rash (mulai pada wajah dan leher,irregular pink macules

    yang terlihat menyatu, kemudian menyebar centrifugally ke torso dan ekstremitas,

    menjadi macules yang berbeda). Awal rash tenggorokan terlihat kecil, terdapat red-

    colored lesions (Forchheimer spots) atau petechial hemorrhages pada soft palatum.

    Lab findings

    Leucopenia, neutropenia, dan thrombocytopenia yang ringan.

    Treatment

    Tidak ada pengobatan spesifik untuk acquired rubella maupun congenital rubella

    syndrome.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    29/58

    CYTOMEGALOVIRUS [nelson; ch:252; page:1377]

    Merupakan penyebab yang paling sering pada congenital infections, yang biasanya

    menyebabkan syndrome of cytomegalic disease (hepatosplenomegaly, jaundice, petechia,

    purpura, microcephaly, IUGR, prematurity, thrombocytopenia, intracranial calsification,

    chorioretinitis, sensoneural hearing loss, mild increase CSF protein).

    Pada orang dewasa dengan imunitas yang baik menyebabkan mononucleus-like

    syndrome (fatigue, malaise, myalgia, headache, fever, hepatosplenomegaly, elevated liver

    enzymes, dan atypical lymphocytosis).

    Pada orang dewasa dengan imunitas yang buruk menyebabkan CMV penumonitis,

    retinitis, dan GI disease.

    Epidemiology

    Sumber-sumber penyebarannya adalah saliva, breast milk, cervical dan vaginal

    secretions, urine, semen, stools, blood, dan jaringan atau organ transplant.

    DiagnosisDengan melakukan isolasi virus dari saliva, urine, bronchoalveolar washings, breast milk,

    cervical secretions, buffy coat, dan biopsy jaringan. Pengkulturan dilakukan untuk

    mengidentifikasi virus menggunakan monoclonal antibodies.

    Dapat juga dilakukan PCR, pendeteksian IgG dan IgM.

    IUGR

    (INTRA UTERINE GROWTH RETRICTION)

    Definisi :

    -Pembatasan pertumbuhan dalam rahim

    -Kegagalan fetus untuk mencapai pertumbuhan yang potensial

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    30/58

    IUGR = SGA

    -Keadaan bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang

    -Bayi yang memiliki berat badan kurang dari 10 persentil sesuai usia kehamilan.

    Etiologi

    Faktor penyebab dari IUGR dikelompokan menjadi :

    1. Intrinsik (reduce fetal growth potensial)

    Cromosom abnormal

    Genetic sindrom

    Infeksi

    2. Extrinsik (reduce fetal growth supporth)

    Maternal factor :-Under nutrient

    Maternal hipoksia

    Drugs

    -Plasental factor:

    Reduce uteroplasental perfusion

    Reduce fetoplasental perfussion

    Klasifikasi IUGR :

    symetrical small fetus : disebabkan oleh factor intrinsic

    asimetrikal small fetus : disebabkan oleh factor plasental

    Deteksi

    Dapat dideteksi dengan penggunaan ultrasound biometri

    -Pengukuran biparietal diameter

    -Abdominal circumference

    -Head circumference

    -Femur length

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    31/58

    Faktor resiko : -Small mother

    -Social debrifation

    -Fetal infection

    -Congenital malformation

    -Primery disorder of cartilage and bone

    -Chemical teratogen

    -Vascular desease

    -Cronik renal failure

    -Cronik hypoxia

    -Maternal anemia

    -Plasental anomalies

    INFEKSI PADA NEONATUS

    Penyebab infeksi pada neonatus :

    1.Intrauteri

    Transplasental-Rubella, sitomegalovirus, sifilis, toksoplasmosis, varisela-zooster,

    listeriosis, coxsackie, dan parvovirus, jenis-jenis virus lainnya.Koriamnionitis asenden-bakteri yang berkaitan dengan: ketuban pecah dini dan partus

    prematuruus dengan ketuban yang utuh.

    2.Intrapartum

    Paparan maternal-Gonore, herpes virus, klamidia, papilomavirus, streptokokus grup B,

    hepatitis B, virus HIV.

    Kontaminasi eksternal- Stafilokokus,koliformis,dll.

    3.Neonatal

    Transmisi manusia- Stafilokokus,koliformis, virus.

    Peralatan respiratorik dan kateter-stafilokokus,koliformis.

    Pembagian :

    Infeksi umum pada neonatus dapat terjadi :

    1.Semasa antenatal

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    32/58

    2.Semasa intranatal dan postnatal

    1.Infeksi antenatal

    Faktor-faktor yang memudahkan infeksi :

    Infeksi aktif ibu pada masa kehamilan, misalnya rubella, cytomegalo virus,

    toksoplasmosis, varisella, syphilis,, tuberculosis.

    Gejala klinis

    Gejala yang ditemukan tergantung pada penyebabnya, tetapi yang paling sering

    ditemukan adalah : pembesaran hepar dan pembesaran limfa, tanda-tanda pendarahan

    seperti ptechie dan ekimosis,mikrosephali, hidrosephalus, kalsifikasi intracranial,

    korioretinitis, sindrom kesulitan pernapasan, tonus otot yang lemas, berat badan rendah

    serta kematian.

    Ptechiae Merupakan bintik-bintik kecil (diameter < 3mm) di bawah permukaan kulit akibat

    pecahnya pembuluh darah kapiler.

    Berwarna merah atau ungu (merah kebiruan) karena mengandung darah yang bocor

    dari kapiler ke dalam kulit.

    Bintik-bintik tersebut tidak teraba, dan bila ditekan tidak akan memucat atau

    menghilang (do not blanch).

    Ptechiae merupakan pertanda rendahnya jumlah trombosit (thrombocytopenia) dangangguan lain pada proses koagulasi.

    Faktor resiko :

    1. Injury atau trauma

    2. Peristiwa peningkatan tekanan pada pembuluh darah (misal: batuk, muntah,

    mengangkat beban berat, tertawa, bersin)

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    33/58

    3. Autoimmune disorders (misal: lupus atau rheumatoid arthritis)

    4. Thrombocytopenia

    5. Aging skin (penuaan kulit)

    6. Kelahiran peningkatan tekanan pada jalan lahir dapat menimbulkan ptechiae

    pada bayi

    7. Infeksi atau penyakit yang mempengaruhi koagulasi darah

    8. Pengobatan yang ditargetkan melawan platelet dan faktor-faktor koagulasi (misal:

    clopidogrel/plavix, warfarin, heparin, atau aspirin)

    9. Radiotherapy dan chemotherapy

    10. Leukemia bone marrow disorder (gangguan sumsum tulang)

    11. Bacterinemia/Septicnemia

    Diagnosis ptechiae terutama ditegakkan berdasarkan pada anamnesis dan

    pemeriksaan klinis. Di samping itu, dapat dilakukan beberapa tes darah, yaitu :

    1. Bleeding Time (tes untuk mengetahui waktu yang diperlukan darah untuk

    membeku)

    2. Tes yang mengukur kemampuan darah untuk membeku, disebut Prothrombin

    Time atau Partial Thromboplastin Time (aPTT)

    3. Full Blood Count (tes pengukuran jumlah semua jenis sel darah pada tubuh)

    4. Platelet Count (tes untuk mengukur jumlah trombosit) trombosit merupakan

    sel darah yang berperan dalam pembekuan darah, bila jumlah trombosit sedikit

    maka akan lebih sering muncul ptechiae pada individu tersebut

    Terapi untuk ptechiae bergantung pada penyebabnya.

    Underlying Cause Treatment

    Low platelet level or clotting factors Transfussion of platelets or other blood

    factors

    Injury or trauma Applying cold packs or ice after the

    injury

    Aging skin Skin protection

    Leukemia or cancer Radiotherapy, chemotherapy, or hormone

    treatment

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    34/58

    Ikterus Neonatorum Dan Hiperbilirubinemia

    Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan

    bilirubin.

    Hiperbilirbinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke

    arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak

    dikendalikan.

    Fisiologis, apabila terjadi pada keadaan :

    - Bayi tampak ikterus dalam waktu 24 jam pertama setelah lahir

    - Konsentrasi total bilirubin dalam serum terus mengalami peningkatan setiap

    harinya melebihi 5mg/dl.

    - Konsentrasi total bilirubin serum diatas 15mg/dl

    - Ikterus terlihat selama lebih dari 1 minggu pada bayi aterm atau 2 minggu pada

    bayi prematur.

    Diagnosa

    Diagnosa dapat ditegakan dengan

    -Mempelajari anamesa kemungkinan terhadap kontak dengan penyakit tersebut.

    -Pemeriksaan fisik yang teliti terhadap gejala atau kumpulan gejalanya.

    -Pemeriksaan radiology tengkorak untuk mencari tanda-tandakalsifikasi .

    -Pemeriksaan laboratorium terhadap sipilis, IgM dan tes fiksasi komplemen dan inhibisis

    hemaglutinasi terhadap citomegalicvirus, toksoplasmosis dan rubella.

    2.Infeksi intranatal dan postnatal

    Faktor-faktor yang memudahkan infeksi :

    -Kehamilan premature

    -Ketuban pecah lebih dari 24 jam

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    35/58

    -Kelahiran yang lama atau dengan komplikasi

    -Kelahiran dengan suasana yang tidak steril

    -Kelahiran dengan ibu yang menderita penyakit seperti infeksi sluran kencing,herpes

    simpleks faginal, atau serviks, infeksi dengan kuman streptococcus, tuberculosis atau

    infeksi akut.

    Gejala klinis :

    Gejala yang dapat ditemukam adalah hipotermia, hipertermia,hipotonia, hipereaktifitas,

    letargi, berat badan tidak mau naik, muntah perut membuncit, diare, ikterus , kesulitan

    bernapas,, sianosis,kejang dan pembesaran hepar.Terdapatnya satu atau lebih gejala

    tersebut harus dicurigai adanya sepsis.

    Sistem CSF

    Seluruh ruang yang melingkupi otak dan medulla spinalis memiliki volume kira-kira

    1600-1700 ml, dan sekitar 150 ml ditempati oleh CSF, dan sisanya oleh medulla. Cairan

    ini seperti ditemukan di dalam ventrikel otak, dalam sisterna otak, dan disekitar

    subarachnoidsekitar otak dan medulla spinalis. Seluruh ruangan berhubungan satu sama

    lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu tingkat yang konstan.

    Pembentukan aliran,dan absorpsi CSF

    Cairan CSF dibentuk rata-rata sekitar 150 ml setiap hari hampir 3-4 kali volume total

    CSF. Mungkin dua pertiga dari CSF ini dibentuk oleh plexues koroideus pada keempat

    ventrikel, terutama pada ventrikel lateral. Dan selebihnya disekresikan sel ependim dan

    membran arachnoid,dan sebagian kecil oleh otak itu sendiri melalui ruang perivascular

    yang mengelilingi pembuluh darah yang masuk ke dalam otak. CSF disekresikan pada

    ventrikel lateral dan ventrikel ke tiga, kemudian mengalir melalui akuaduktus sylvius ke

    dalam ventrikel keempat , dimana sejumlah cairan ditambahkan. CSF kemudian keluar

    dari ventrikel keempat melalui tiga pintu kecil, dua foramen luschka di lateral dan satu di

    foramen magendii di tengah, memasuki sistem magna , yaitu sebuah ruangan yang besar

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    36/58

    yang terletak dibelakang medula dan dibawah cerebelum. Dari sini, ciran mengalir

    kedalam villi araknoid multiple yang menyalurkannya ke dalam sinus venosus sagitalis

    yang besar dan sinus venosus yang lain pada serebrum. Akhirnya, cairan tersebut

    dikosongkan ke dalam darah vena melalui permukaan villi-villi ini.

    Absopsi CSF melalui villi araknoidalis. Villi araknoidalis, secara mikroskopik adalah

    penonjolan seperti jari dari membran aracknoid ke dalam dinding sinus venosus.

    Kumpulan villi-villi ini ditemukan bersama-sama, dan membentuk struktur makroskopik

    yang disebut granulasi araknoidal yang terlihat menonjol ke dalam sinus. Dengan

    menggunakan mikkroskop elektron , terlihat bahwa villi ditutupi oleh sel endotel yang

    memiliki lubang-lubang vaskular besar yang menembus badan sel. Telah diketahui

    bahwa lubang ini cukup besar untuk menyebabkan bebas dari CSF.

    Tekanan CSF pada keadaan patologis otak. Sering suatu infeksi otak yang dapat

    meningkatkan tekanan CSF dengan menurunkan kecepatan absopsi cairan. Pada keadaan

    ini, sejumlah sel tiba-tiba muncul dalam CSF, dan ini menyebabkan bendungan yang

    serius pada saluran-saluran kecil untuk absorpsi ke dalam vili araknoidallis. Hal ini

    kadang-kadang meningkatkan tekanan CSF sampai setinggi 400-600 mm H2O ( sekitar

    empat kali normal) beberapa bayi dilahirkan dengan tekanan CSF tinggi. Hal ini sering

    disebabkan oleh tahanan abnormal yang tinggi terhadap reabsorpsi yang tinggi terhadap

    reabsorpsi cairan melalui villi arainodalis, akibat dari sedikitnya villi araknoidalis atau

    dari villi dengan fungsi absorpsi yang abnormal.

    CSF penting untuk menegakkan diagnosis meningitis, enchepalis, subarachnoid

    hemorrrhage dan membantu evaluasi dari demyelinating, degenerative dan collagen

    vascular disease dan adanya sel tumor dalam subarachnoid space.

    Cara pengukuran CSF :

    1. pasien berbaring lateral

    2. posisi leher dan kaki flexy untuk memperbesar ruang intervertebral ideal untuk

    lumbal puncture L3-L4 atau L4 L5 yang ditentukan dengan gambar garis

    horizontal ( imaziner ) dari anterior superor spine dalam illium ke lainnya.

    3. diberi anesthetic local ( lidococaine dan prilococaine ( EMLA ) ) yang diberikan

    pada kulit 30 menit sebelumnya

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    37/58

    4. menggunakan spinal needle.

    Kontraindikasi :

    1. elevated suspected mass lesion dari otak / spinal cord

    2. symptom dan sign of pending cerebral herniation in a child with probable

    meningitis

    3. critical illness

    4. skin infection

    5. trombopenia

    pada kasus ini, CSF fluid : xantochromia dan mononuclear pleositosis, protein tinggi,

    glukosa dan cell count found abnormal

    SEPSIS

    Definisi

    Dorland:

    adanya mikroorganisme pathogen atau toksinnya di dalam darah atau jaringan lain.

    Nelson:

    didefinisikan sebagai SIRS yang diakibatkan oleh suspected atau proven infection.

    Internasional consensus definitions for pediatric sepsis

    1. Infection: suspected or proven infection atau clinical syndrome dengan

    kemungkinan terbesar diakibatkan oleh infection.

    2. SIRS (Systemic Inflammatory Respone Syndrome): dikatatan SIRS jika sudah

    terdapat 2-4 krieria di bawah ini. (salah satunys keabnormalan temperature/

    keabnormalan leukosit)

    - temperature inti > 38,5oC atau , 36oC (rectal, Bladder, oral, central cateter)

    - tachycardia: HR > 2SD dari nilai normal (tergantung umur)

    - Respiratory Rate > 2SD dari nilai normal (tergantung umur)

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    38/58

    - Leukosit meningkat / menurun.

    3. sepsis: SIRS + suspected or proven infection.

    Severe sepsis: sepsis + salah satu dii bawh ini

    - cardiovascular organ dysfunction

    - acute respiratory distress syndrome

    4. septic shock: sepsis + cardiovascular organ dysfunction

    5. Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS)

    Etiology

    Neonatal: group streptococcus, eschercia coli, listeria monocytogenes, enteroviruses,

    and herpes simplex. Sepsis paling banyak disebabkan oleh herpes simplex.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    39/58

    Patofisiology

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    40/58

    Clinical Manifestation of Transplacental Intrauterine Infections

    Manifestation PathogenIntrauterine Growth Restriction Cytomegalovirus (CMV), Plasmodium,

    Rubella, Toxoplasmosis, Treponema

    pallidum, Trypanosoma cruzi, Varicella-

    zoster virus (VZV)

    Congenital Anatomic Defect

    - Cataracts Rubella

    - Heart defects Rubella

    - Hydrocephalus Herpes simplex virus (HSV),

    Lymphocytic choriomeningitis virus,

    Rubella, Toxoplasmosis

    - Intracranial calcification CMV, HSV, Rubella, Toxoplasmosis,T.cruzi

    - Limb hypoplasia VZV

    - Microcephaly CMV, HSV, Rubella, Toxoplasmosis

    - Microphthalmos CMV, Rubella, Toxoplasmosis

    Neonatal Organ Involvement

    - Anemia CMV, Parvovirus, Plasmodium, Rubella,Toxoplasmosis, T.cruzi, T.pallidum

    - Carditis Coxsackieviruses, Rubella, T.cruzi

    - Encephalitis CMV, Enteroviruses, HSV, Rubella,

    Toxoplasmosis, T.cruzi, T.pallidum

    - Hepatitis CMV, Enteroviruses, HSV- Hepatosplenomegaly CMV, Enteroviruses, HSV, HIV,

    Plasmodium, Rubella, T.cruzi, T.pallidum

    - Hydrops Parvovirus, T.pallidum, Toxoplasmosis

    - Lymphadenopathy CMV, HIV, Rubella, Toxoplasmosis,

    T.pallidum

    - Osteitis Rubella, T.pallidum

    - Petechiae, purpura CMV, Enteroviruses, Rubella, T.cruzi

    - Pneumonitis CMV, Enteroviruses, HSV, Measles,

    Rubella, Toxoplasmosis, T.pallidum,VZV

    - Retinitis CMV, HSV, Lymphocyticchoriomeningitis virus, Rubella,

    Toxoplasmosis, T.pallidum, West Nile

    virus

    - Rhinitis Enteroviruses, T.pallidum

    - Skin Lesions Enteroviruses, HSV, Measles, Rubella,T.pallidum, VZV

    - Thrombocytopenia CMV, Enteroviruses, HIV, HSV,

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    41/58

    Rubella, Toxoplasmosis, T.pallidum

    Late Sequelae

    Convulsions CMV, Enteroviruses, Rubella,Toxoplasmosis

    Deafness CMV, Rubella, Toxoplasmosis

    Dental/skeletal Rubella, T.pallidumEndocrinopathies Rubella, Toxoplasmosis

    Eye pathology HSV, Rubella, Toxoplasmosis, T.cruzi,

    T.pallidum, VZV

    Hepatitis Hepatitis B

    Mental retardation CMV, HIV, HSV, Rubella,

    Toxoplasmosis, T.cruzi, VZV

    Nephrotic syndrome Plasmodium, T.pallidum

    Initial Sign and Symptoms of Infection in Newborn Infant

    1. General : Fever, temperature instability

    not doing well

    Poor feeding

    Edema

    2. Gastrointestinal System : Abdominal distention

    VomitingDiarrhea

    Hepatomegaly

    3. Respiratoty System : Apnea, dyspnea

    Tachypnea, retractions

    Flaring, gruntingCyanosis

    4. Renal System : Oliguria

    5. Cardiovascular System : Pallor; mottling; cold, clammy skin

    Tachycardia

    HypotensionBradycardia

    6. Central Nervous System : Irratability, lethargyTremors, seizures

    Hyporeflexia, hypotonia

    Abnormal Moro reflex

    7. Irregular Respirations : Full fontanel

    High-pitched cry

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    42/58

    8. Hematologic System : Jaundice

    SplenomegalyPallor

    Petechiae, purpura

    Bleeding

    Manifestasi awal hanya menunjukkan gejala-gejala yang terbatas dan hanya

    melibatkan 1 sistem (misal : apnea saja, atau tachypnea disertai retraksi, atau

    tachycardia, atau acute catastrophic manifestasion disertai multiorgan dysfunction).

    Anak harus dievaluasi ulang beberapa kali untuk menentukan apakah gejalanya

    berkembang menjadi semakin parah atau tidak.

    Komplikasi dari sepsis meliputi respiratory failure, pulmonary hypertension, cardiac

    failure, shock, renal failure, liver dysfunction, cerebral edema or thrombosis, adrenal

    hemorrhage and/or insufficiency, bone marrow dysfunction (neutropenia,

    thrombocytopenia, anemia), dan disseminated coagulopathy (DIC).

    Manifestasi Klinis Sepsis

    Tanda dan gejala awal sepsis perubahan suhu (hyperthermia/hypothermia)

    tachycardia

    tachypnea

    Pada tahap awal (early stage/hyperdynamic phase), cardiac output meningkat sebagai

    usaha memelihara suplay O2 yang memadai untuk memenuhi peningkatan kebutuhan

    metabolisme jaringan.

    Pada tahap selanjutnya :

    - cardiac output menurun sebagai respon dari banyaknya efek mediator

    CO delayed capillary refilldiminished peripheral and central pulses

    cool extremities

    urine output

    alterations in mental status confusion

    agitation

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    43/58

    lethargy

    anxiety

    obtundation

    coma

    - perubahan permeabilitas vaskular menyebabkan kebocoran kapiler

    - Lactic acidosis yang disebabkan peningkatan produksi jaringan dan penurunan

    hepatic clearence

    - Cutaneous lesion (lesi pada kulit) contoh : petechiae, diffuse erythema,

    ecchymoses, ecthyma gangrenosum, symmetric peripheral gangrene

    - Jaundice sebagai tanda adanya infeksi atau sebagai akibat dari multiorgan

    dysfunction syndrome

    - Evidence of focal infection contoh : meningitis, pneumonia, arthritis,

    cellulitis, pyelonephritis

    PROTEINURIA (based on : Obstetri & Ginekologi; Derek-Jones)

    Didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urine per 24

    jam, atau terdapatnya 30 mg/dL (+1 pada dipstick) secara menetap pada sampel

    urine.

    Derajat proteinuria dapat berfluktuasi dalam periode 24 jam, dengan demikian 1

    sampel urine tidak mampu memperlihatkan adanya proteinuria yang signifikan

    (harus dilakukan pemeriksaan ulang dengan sampel urine yang baru).

    Proteinuria adalah tanda memburuknya penyakit hipertensi.

    Uji dipstick dilakukan untuk menguji proteinuria.

    Cara : ujung kertas dicelupkan ke dalam urine, lalu segera diangkat dan ditiriskan

    dengan mengetuk-ngetukkan ujung kertas celup tersebut pada tepi tempat

    penampung urine. Kemudian hasilnya dibaca dengan membandingkan dengan

    kartu daftar warna (color chart) pada label.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    44/58

    Tingkatannya berkisar dari 0 sampai +4 yang mengindikasikan jumlah protein

    dalam urine.

    Tingkatan dipstick Konsentrasi protein (mg/dL)

    0 0-5

    Samar 2-50+ 1 30

    + 2 100

    + 3 300

    + 4 1000

    Pengukuran uji dipstick sebagian besar untuk mendeteksi albumin dan tidak

    sensitif terhadap protein dengan berat molekul rendah.

    Pada wanita sering didapati hasil positif palsu akibat kontaminasi urine dengan

    sekret vagina.

    Sampel urine pagi hari secara normal lebih pekat dan baik untuk di test untuk

    menyelidiki adanya protein. Respons samar yang ditemukan pada sample urine

    pagi hari mungkin masih dalam batas normal (< 150 mg/hari). Respons samar

    yang ditemukan pada sampel urine siang hari mungkin sudah menandakan

    proteinuria + karena urine siang lebih encer.

    4 mekanisme utama penyebab proteinuria :

    1. Proteinuria fungsional peningkatan sementara ekskresi protein akibat

    latihan yang berat, demam, atau peningkatan ekskresi protein karena posisi

    berdiri (proteinuria orostatik). Dapat terjadi pada pasien dengan ginjal yang

    normal.

    2. Proteinuria aliran keluar terjadi bersamaan dengan ekskresi protein

    berberat molekul rendah jika terdapat produksi protein tertentu yang

    berlebihan. Beban yang difiltrasi meningkat ke tingkat yang melebihi

    kemampuan reabsorpsi normal dari tubulus proximal.

    3. Proteinuria glomerular terjadi akibat beberapa mekanisme yang

    menyebabkan kenaikan permeabilitas glomerulus. Dalam keadaan normal,

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    45/58

    membran glomerulus hanya memungkinkan protein berberat molekul rendah

    untuk memasuki filtrat, dan akan menahan filtrasi makromolekul.

    4. Proteinuria tubulus terjadi akibat penurunan fungsi reabsorpsi tubulus.

    Dalam keadaan normal, tubulus ginjal akan mereabsorpsi sebagian besar

    protein yang terfiltrasi

    Patomekanisme :

    Produksi antibodi penghambat berkurang (gangguan imunologik)

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    46/58

    Menghambat invasi arteri spiralis oleh tropoblast

    Mengganggu fungsi plasenta (hipoksia plasenta)

    Menginduksi proliferasi sitotropoblast dan penebalan membran basalis tropoblast

    Mengganggu fungsi metabolik plasenta

    Sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang dan

    sekresi trombosan oleh trombosit bertambah

    Vasokonstriksi generalisata dan menurunnya sekresi aldosteron

    Terjadi pengurangan perfusi plasenta, hipertensi ibu, dan penurunan volume

    plasma ibu

    Bila vasospasme menetap, terjadi cedera sel epitel tropoblast

    Fragmen-fragmen tropoblast dibawa ke paru-paru dan mengalami destruksi

    Melepaskan tromboplastin

    Tromboplastin menyebabkan koagulasi intravaskular dan deposisi fibrin di dalam

    glomerulus ginjal (endoteliosis glomerular)

    Menurunkan laju filtrasi glomerulus dan meningkatkan vasokonstriksi

    proteinuria

    Diagnosis Sepsis

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    47/58

    Mengkultur penyebab infeksi dengan spesimen yang diambil dari cairan tubuh (darah,

    urine, CSF, abses, peritoneal fluid, dll)

    Physical exam findings

    Imaging (contoh : melakukan chest radiograph untuk mendiagnosis pneumonia)

    Keberadaan dari leukosit pada cairan tubuh yang normalnya steril

    Suggestive rhases (contoh : petechiae, purpura)

    Anak yang mengalami sepsis harus mendapatkan perawatan intensif sehingga dapat

    melakukan continuous-close invasive monitoring, termasuk pemeriksaan central venous

    pressure dan arterial blood pressure.

    Laboratory Findings of Sepsis

    Hematologic abnormalities thrombocytopenia

    Prolonged prothrombin times

    Prolonged partial thromboplastin times

    Reduced serum fibrinogen level

    Elevated fibrin split product

    Anemia

    Elevated neutrophil

    Increased immature forms (bands, myelocytes,

    promyelocyte)

    Vacuolation of neutrophil

    Toxic granulation

    Dhle bodies inklusi bulat/oval berwarna biru

    Neutrophenia sign of overwhelming sepsis

    Electrolyte disturbance Hyperglycemia as a stress response

    Hypoglycemia bila cadangan glikogen habis

    Hypocalcemia

    Metabolic acidosis pH , HCO3-

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    48/58

    Lactic acidosi bila terdapat anaerobic

    metabolism yang signifikan

    Pemeriksaan cairan tubuh yang terinfeksi menunjukkan terdapatnya neutrophil dan

    bakteri.

    Patomekanisme :

    Toxoflasmosis

    Hamil Resiko

    Ibu- Kualitas ovum- Tenaga mengedan

    bisa bersalin

    Congenital Toxoplasma

    PE bayi:Flat Face (-)Upslanting Palpebral FissureRR : (70 kali)Eye :ictericHepatospleenomegali

    C.C. = Kekhawatiran Hamil > 35 tahun

    Lab :PE : toxo (IgB)

    (IgM)avidity (+)

    Infeksi(+) SIRSSepsis

    Mrs. Septiana (G P A2 1 0

    )37 tahun

    Bayi- Cacat bawa

    (down syndrome

    Baby Aterm

    - 2500 gr BBLH/SGA/IUGRBH = 46 cmT = 38,5CLab : Leukosit

    HCTPCVPetechiaeSGOT/SGPT

    Toxo IgGIgMPCR

    CSF abnormalBlood smear : Hypochrome Microcyter

    Ny. Septiana terinfeksi toxoplasma (IgG (+) dan IgM (+) )

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    49/58

    Toxoplasma berada pada fase laten

    Kista dari toxo isinya keluar

    Masuk aliran darah

    Mencapai plasenta

    Menembus villi bagian fetal

    Masuk ke aliran darah

    Bayi terinfeksi toxoplsmaSEPSIS: HR, leukosit,RR,

    kerja system imun:spleenomegaliShuffner

    Toxo menyerang Retikulo Endotelial

    Toxo berproliferasi dalam sel yang diserang

    Icteric,jaundice,hepatomegaliSel membesar, termasuk sel hatiSGPT & SGOT ()

    BTT&BT() selnya terjadi lisis

    Penyumbatan bile duct Parasit keluar menginfeksi sel lain

    Menginfeksi sel-sel lain

    Review :

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    50/58

    Hasil pemerikasaan dan interprestasi :

    1. vital sign dan general physical finding normal ibu septiana berada dalam

    kondisi baik

    2. pemeriksaan obstetric :

    1. tinggi fundus : antara simfisis ke umbilikus sesuai untuk usia

    kehamilan 16 minggu

    2. ballotemen (+) : tanda pasti kehamilan

    3. fetal heart sound normal : kondisi bayi baik, tidak ada fetal distress

    3 pemeriksaan USG :

    bayi single, biparietal diameter dan lingkar kepala sesuai dengan usia

    kehamilan 16 minggutidak micro/macrocepaly

    tidak ada pembesaran lateral ventrikeltidak hydrochepalus

    spine normaltidak ada spina bifida

    nuchal tranlucency tidak ditemukan

    nuchal tranlucency adalah kantung berisi cairan di belakang leher bayi,

    untuk mendiagnosa down syndrom. Nuchal tranlucency dilakukan usia

    kehamilan 11minggu+ 3 hari dan sebelum 13 minggu+6 hari karena

    setelah usia 14 minggu, sistem limfatik bayi sudah terbentuksehingga

    cairan tersebut akan diserap dan tidak bisa ditemukan lagi.

    4. Pemeriksaan lab :

    AFP pada maternal serum normal

    Toxo IgG (+), toxo IgM(+), IgG avidity (+)

    IgM diproduksi lebih awal dalam respon imun (5 hari setelah infeksi) dan

    menurun lebih cepat daripada IgG. Adanya IgM mengindikasikan infeksi

    akut.

    IgG munul 1-2 minggu setelah infeksi, fungsinya melawan mikroorganisme,

    digunakan untuk konfirmasi diagnosis yang akurat adanya toxoplasmosis

    Pada waktu usia kehamilan38minggu, Ibu septiana melahirkan dengan spontan, bayi laki-

    laki dengan berat 2500gr dan panjang 46 cm.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    51/58

    Karena ukuran bayi tergolong kecil, kemungkinan bayi mengalami IUGRakibat infeksi

    yang dialami ibunya.

    Lalu, bayinya diperiksa :

    1. kondisi umum: tidak baik

    2. terdapat generalisata ptechie: pendarahan dibawah kulit, menunjukkan adanya

    gangguan hemostasis pada komponen vaskularnya.

    3. lingkar kepala : 35cm normal

    4. large fontanel : normal

    5. flat face (-), upslanting palpebral fissure(-) bukan down sindrom

    6. suhu : 38,5 (normal : 36,5-37,5) merupakan tanda infeksi

    7. RR : 70X/menit, mild retraksi di ruang intercostal

    8. mild nasal flareterdapat respiratory distress

    9. HR : 170 bpm (normal: 120-160) tachicardi

    10. mata : ictericjaundice

    11. paru-paru : normal

    12. abdomen membesar

    13. liver : 4 cm dibawah costal ridgehepatomegali

    14. spleen : shuffner 1spleenomegali

    15. hasil lab:

    o hb : 14 gr/dl (N:19gr/dl) anemia

    o leukosit : 35000/mm3 (N:9000-30000) tanda infeksi

    o dif. Count : 0/2/8/54/35/1 (N= basofil (0)/ eosinofil(1-3)/ band cell(3-

    5)/ PMNs (54-62)/limfosit(25-33)/ monosit (3-7) band cell,

    limfosit, monosit

    o platelet count :110.000/mm3 (N: 150000-400000) trombositopenia

    o PCV : 35% (N:49-54%)

    o Blood smear : RBC hypochrom microciterukuran RBC kecil

    WBC no cellular chnage: normal

    SGOT : 65 u/L (N:4-40) , bilirubin total 8 mg/dlkerusakan

    hepatoseluler

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    52/58

    SGPT : 70 u/L (N :1-45) , billirubin direk : 5,6 mg/dlkerusakan

    hepatoseluler

    Urin : normal

    Toxo IgG(+), IgM(+), PCR toxo (+)infeksi akut toxoplasma

    CSF : xantochromadanya billirubin di dalam CSF

    Mononuclear pleositosis limfosit dalam CSF

    High protein, glukosa, dan cell count abnormal

    Terjadi infeksi di CNS

    o Cranial CT scan : intracranial calcification (adanya proses pengerasan

    jaringan otak) nekrosis sel-sel otak

    o Pemeriksaan mata : tidak ada kelainan

    Dari seluruh pemeriksaan diatas, disimpulkan bahwa bayi ibu septiana mengalami

    neonatal sepsis dan terinfeksi toxoplasma

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    53/58

    Tutorial 1 step 1

    Mrs. Septiana, age 37 years old, is expecting her second baby.Her first son was born healthy 6 years ago, but she is worried now because she just

    watched a TV program of childbearing above 35

    She is in her 16th week of pregnancy and all this time she was in perfect health.

    She has done some routine laboratory exams which were normal, but has never run any

    test for TORCH, Down syndrome and other congenital abnormalities.She fears that she might catch the disease in her current pregnancy.

    The physical examination shows:Vital sign and general physical findings are within normal limit

    Obstetric examination:

    Fundal height: midway from symphysis to umbilicusBallottement: positive

    Fetal heart sound normal.

    Ultrasound examination shows:

    A singleton baby with biparietal diameter and head circumference equal to 16 weeks

    No signs of enlargement of the lateral-ventricles. Spines were normalNuchal translucency is not found and other findings within normal limit

    Additional lab test:The result of AFP ( feto protein ) in maternal serum was normal.

    Toxoplasma Ig G (+), Toxoplasma IgM positive ( titration 1 / 512 ), IgG Avidity (+)

    Mrs. Septiana was put on spiramycin therapy under close supervision by her physician.

    She had repeated ultrasound scanning and the baby was found normal.

    Reaching 38 weeks pregnancy she delivered her baby spontanueously , giving birth to a

    male of 2500 grams (birth weight) and 46 cm (height).

    She is recovering well.

    1. What are her problems?

    2. Explain your answers!

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    54/58

    Tutorial 1 Step 2

    Physical examination of the baby reveals :General condition : not doing well

    Generalized ptechiae

    Head circumference : 35 cmLarge fontanel : normal

    Flat face : negative

    Upslanting palpebral fissure : negative

    Temperature : 38.5 c

    Respiration : 70 times per minutes, mild retraction in the intercostals space

    Eye : icteric scleraMild nasal flare

    Heart rate : 170 bpm

    Lungs : normal

    Abdomen : distendedLiver : 4 cm below costal ridge

    Spleen: shuffner 1Extremities: simian line of the palms negative

    Laboratory:

    Hb : 14 gr/dlLeucocyte: 35000 / mm3

    Different count: 0/2/8/54/35/1

    Platelet count: 110000 / mm3Packed cell volume: 33 %

    Blood smear : red blood cells hypochrom, microcyter

    White blood cells : no cellular changesSGOT (AST): 65 u/L bilirubin total 8 mg/dl

    SGPT (ALT): 70 u/L bilirubin direk : 5,6 mg/dl

    Urine: within normal limitToxoplasma Ig M: (+)

    Toxoplasma Ig G :(+)

    PCR for toxoplasma (+)

    Cerebrospinal fluid : xantrochromia and mononuclear pleocytosis, high protein, glucose

    and cell count was found abnormal

    Cranial CT scan: intracranial calsificationComplete eye examinitation by pediatric ophthalmologist and there was no

    ophthalmologic abnormalities

    3. whats are the babys problem ?

    4. explain the findings in physical examination ?

    5. what would be your plan for the baby ?

    6.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    55/58

    tutorial 2 step 1

    after the treatment with pyrimethamine plus sulfonamide in alternate with spiramycinevery 3 weeks, and in addition with folic acid administration, the baby was in a stable

    condition. The baby has given complete1-year of therapy.

    After 1 month of treatment, in the follow up show absence of fever, respiratory distress,nor seizure.

    The baby was also consulted to ophthalmology department, there was no ophthalmologic

    abnormalities concerning the presence of retinal scars and macular lesions.Neurologic examinations performed at age 4 months was normal.

    7. Explain why should neurologic and ophthalmologic examination should be done

    in the follow up?8. What would be your management plan for the baby?

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    56/58

    TUTORIAL 1

    PROBLEM :

    Mrs. Septiana, wanita 37th, G2P1A0

    1. hamil di usia 37t dengan umur kehamilannya 16 minggu

    2. ketakutan terkena penyakit TORCH, DOWNS SYNDROM pada kehamilannya

    yang sekarang3. dari test tambahan terdapat :

    toxoplasma IgG (+)

    toxoplasma IgM (+)

    IgG avidity (+)

    4. physical examinitation bayi :

    kondisinya tidak baik

    generalized ptechiae

    temperature : 38,5 c eye : icteric sclera

    respiration : 70 X/menit

    mild nasal flare

    HR 170 bpm

    Abdomen mengembang

    Liver : 4 cm dibawah costal ridge

    Spleen : shuffner 15. lab bayi :

    leukosit

    platelet count PCV

    SGOT dan SGPT

    Bilirubin total dan bilirubin direk

    Blood smear : hypocrom, microcyter

    Toxo IgM (+)

    Toxo IgG (+)

    PCR toxo (+)

    CSF : abnormal

    Cranial CT scan : Intracranial calsification

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    57/58

    DATA TAMBAHAN :

    1. anak pertama 6 tahun, sehat, laki-laki

    2. melahirkan di atas usia 35th

    3. 16 minggu kehamilan dalam keadaan sehat4. melakukan lab. Exam rutin normal

    5. tidak pernah test TORCH, DOMNS SYNDROM, Congenital abnormalities

    lainnya6. physical examinitation ibu septiana normal

    7. obstetric. Exam normal

    8. USG : singleton

    Lateral ventricle tidak membesarNuchal translucency tidak ada

    Spines dan yang lainnya normal

    9. test tambahan : AFP normal

    10. menjalani spiramycin therapy11. USG ulang normal

    12. melahirkan 38 minggu dengan bayi perempuan, BB : 2500gr, 46 cm

    HIPOTESA :

    1. toxoplasmosis2. bayinya SGA low birth infant

    3. Infeksi pada bayi

    4. kehamilan beresiko tinggi5. IUGR pada bayi

    Learning Issue :

    1. resiko kehamilan

    2. lab. Exam pada problem ini3. test

    4. toxoplasma

    5. management dari toxoplasma dll

    6. congenital abnormal, down syndrome.

  • 8/3/2019 LAPORAN CASE7

    58/58

    Reproductive System

    Laporan Case 7

    KELOMPOK D :

    ... Synthia Zaesalia ... 10100105032

    ... Imas Vivih Faradillah ... 10100106003

    ... Risma Amalia Rahman ... 10100106013

    ... Tri Ayu Nurnaida ... 10100106018

    ... Dewi Ratna Komala ... 10100106020... Nadia Sabrina ... 10100106022

    ... Rahadian Juliansyah ... 10100106037

    ... Sri Wahyuni ... 10100106050

    ... Ariko Rahmat Putra ... 10100106047

    ... Sinta Safitri ... 10100106049

    ... Kharina Anjarsari ... 10100106051