laporan-akhirgenetikaku
TRANSCRIPT
7/23/2019 Laporan-akhirGENETIKAKU
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhirgenetikaku 1/5
Ploidisasi pada Tanaman Hortikultura
Ahmad Boby Ramadhan
201310200311055 / V-B
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mata Kuliah Genetika Dasar
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang 2015
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPerkembangbiakan tanaman secara generative merupakan perbanyakan
tanaman yang berasal dari biji. Setelah terjadinya penyerbukan, inti generative
serbuk sari akan membelah menjadi dua sel sperma (gamet jantan). Satu spermamembuahi sel telur untuk membentuk zigot. Sperma yang lain menyatu dengan
kedua inti sel yang terdapat di tengah kantung embrio untuk membentuk
endosperma. Penyatuan dua sperma dengan sel-sel yang berbeda dalam kantung
embrio disebut pembuahan ganda. Setelah fertilisasi ganda, bakal biji akan
berkembang menjadi biji dan bakal buah akan berkembang menjadi biji dan bakal
buah akan berkembang menjadi buah.
Proses produksi tanaman dimulai dengan benih yang ditanam, kemudian
tanaman dipelihara dan hasil tanaman (akar, umbu, batang, pucuk, daun, bunga, dan
buah) dipanen. Kegiatan produksi pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman,
Pembibitan tanaman adalah suatu proses penyediaan bahan tanam.
Pada proses pembibitan ini dapat pula dilakukan upaya perbaikan kualitas bibit melalui pemberian kolkisin. Kolkisin adalah suatu alkaloid yang dihasilkan
oleh tanaman krokus (Colchicum autumnale, L.) yang banyak ditanam di Eropa,
India, dan Afrika Utara. Rumus molekul kolkisin adalah C22H25O6 N. Kolkisin
diperdagangkan dalam bentuk serbuk halus berwarna putih.Senyawa ini memiliki
sifat mudah larut dalam air dan digunakan dalam konsentrasi rendah. Kolkisin
efektif dalam penggunaannya karena menghasilkan prosentase poliploid yang lebih
tinggi dibandingkan senyawa lain, pada konsentrasi nontoksik untuk tanaman,
Poliploidi adalah keadaan suatu individu yang memiliki lebih dari dua set
kromosom.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. memahami dan mempelajari proses perkembangbiakan tanaman secara
generatif,
2. memahami dan mempelajari proses penggandaan kromosom pada tanaman
akibat perlakuan kolkisin
3.
memahami dan mempelajari perbandingan fenotip tanaman 2n serta 4n.
7/23/2019 Laporan-akhirGENETIKAKU
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhirgenetikaku 2/5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terung
Gambar1. Tanaman Terung (Solanum melongena L.)
Tanaman terung (Solanum melongena L.) diklasifikasikan ke dalam Divisio
Spermatophyta, Sub-divisio Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo Tubiflorae,Famili Solanaceae, Genus Solanum dan Spesies Solanum melongena L. (Rukmana,
2003).
Terung merupakan salah satu golongan sayuran buah yang banyak digemari
karena selain rasanya enak untuk dijadikan berbagai sayur dan lalapan, juga
mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Terung memiliki sedikit
perbedaan konsistensi dan rasa tergantung varietasnya. Secara umum terung
memiliki konsitensi yang menyerupai spons dan memiliki rasa pahit tetapi terung
yang telah mengalami proses penyilangan memiliki kedekatan dengan tanaman
kentang, tomat dan paprika.
Tanaman terung tergolong tanaman yang mengahsilkan biji (spermatophyta),
dan biji yang dihasilkan berkeping dua sehingga diklasifikasikan dalam kelas
dicotyledonae. Tanaman terung dapat diperbanyak secara generatif, yaitu dengan
menanam bijinya (Samadi, 2001).
2.2 Kolkisin
Kolkisin (C22H25O6 N) merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang
diperoleh dari umbi tanaman Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae)
(Suminah, et al., 2002), sedangkan menurut Haryanti, et al. (2009) Kolkisin
(C22H25O6 N) merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan mikrotubula,
sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah kromosom
tanaman (terbentuk tanaman poliploid).Kolkisin sering digunakan untuk menginduksi tanaman poliploidi. Menurut
Suryo (1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan menghalangi
penyusunan mikrotubula dari benang-benang spindle yang mengakibatkan
ketidakteraturan pada mitosis. Suminah (2005) juga menjelaskan bahwa kolkisin
ini dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel
sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi. Mansyurdin, et al. (2002)
memaparkan bahwa semakin tingi konsentrasi kolkisin makin tinggi persentase sel
yang tetraploid, tetapi persentase kematian kecambah makin tinggi pula.
7/23/2019 Laporan-akhirGENETIKAKU
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhirgenetikaku 3/5
BAB III. METODE PRATIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum Ploidisasi pada Tanaman Hortikultura ini dilakukan pada hari
Selasa pukul 09.00 WIB, pada tanggal 20 Oktober 2015 yang dilaksanakan diLaboratorium Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah pot, cetok, cangkul, gembor
seedbox, plastik kecil, kertas label, alat tulis, penggaris dan kamera.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih terung bulat, air,
arang sekam, tanah dan konsentrat kolkisin 0,2%.
3.3 Langkah Kerja
Berikut ini adalah langkah kerja dari ploidisasi pada tanaman hortikultura
yaitu:
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang ditentukan
2. Memasukkan benih terung bulat pada 2 plastik kecil, masing-masing 5 benih
3.
Merendam benih terung bulat pada plastik I dengan air sebagai perlakuan
kontrol, dan benih terung bulat pada plastik II dengan konsentrat kolkisin
0,2%, perendaman ini dilakukan selama 24 jam
4. Menyiapkan media kombinasi tanah dan arang sekam sesuai kebutuhan untuk
2 pot kecil
5.
Menanam benih terung bulat tersebut pada pot yang tersedia dengan jaraktanam yang sesuai antara perlakuan kontrol dan kolkisin 0,2%
6.
Melakukan pengamatan dan perawatan secara rutin
7/23/2019 Laporan-akhirGENETIKAKU
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhirgenetikaku 4/5
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Tinggi Tanaman Terung Bulat
No. Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)1
mst
2
mst
3
mst
4
mst
5
mst
6
mst
7
mst
8
mst
9
mst
1.
Kolkisin 1 - - - - - - - - -Kolkisin 2 - - - 1,5 2 X - -Kolkisin 3 - - - - 1 5,5 5,5 6 7Kolkisin 4 - - 1 5 X - - - -Kolkisin 5 - - - - - - - - -
2.
Kontrol 1 - - 0.5 5 5 8,5 9 X -Kontrol 2 - - - - - - - -
Kontrol 3 - - - - - - - - -Kontrol 4 - - - - - - - - -
Kontrol 5 - - 1 3 7 X - - -
Tabel 2. Hasil Jumlah Daun Tanaman Terung Bulat
No. Perlakuan
Jumlah Daun
1
mst
2
mst
3
mst
4
mst
5
mst
6
mst
7
mst
8
mst
9
mst
1.
Kolkisin 1 - - - - - - - - -Kolkisin 2 - - - 2 2 X - -Kolkisin 3 - - - 2 3 3 5 5Kolkisin 4 - - 2 3 X - - - -Kolkisin 5 - - - - - - - - -
2.
Kontrol 1 - - 2 3 3 5 5 X -Kontrol 2 - - - - - - - - -Kontrol 3 - - - - - - - - -Kontrol 4 - - - - - - - - -Kontrol 5 - - 2 2 4 X - - -
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, tanda-tanda proses
perkecambahan rata-rata pada minggu ke-3 setelah tanam, baik dengan perlakuan
kolkisin maupun kontrol. Namun, dari masing-masing perlakuan tidak semua benih
tumbuh. Ada satu sampel yang hidup sampe pengamatan minggu terakhir, akan
tetapi sampel yang lainnya mati, ada pula yang tidak sampai pengamatan minggu
terakhir mati. Hal tersebut dapat disebabkan kemungkinan tidak aktifnya atau tidaksempurnanya proses dormansi, sehingga beberapa benih tidak dapat berkecambah.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi peristiwa tersebut yaitu pemberian
kolkisin hanya diberikan pada biji atau tanaman yang meristematik (aktif
membelah), harus dalam keadaan optimum agar diperoleh hasil sebaik-baiknya,
juga faktor penambahan dari konsentrasi kolkisin dan lama pemberian harus efektif.
Dalam mekanisme kerja kolkisin dalam menginduksi poliploid untuk
mencapai keberhasilannya perlu diperhatikan. Jika konsentrasi larutan kolkisin dan
lamanya waktu perlakuan kurang mencapai keadaan yang tepat, maka poliploid
belum dapat diperoleh. Sebaliknya jika konsentrasi terlalu tinggi atau waktunya
perlakuan terlalu lama, maka kolkisin akan memperlihatkan pengaruh negative
7/23/2019 Laporan-akhirGENETIKAKU
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-akhirgenetikaku 5/5
yaitu penampilan tanaman menjadi jelek, sel-sel banyak yang rusak atau bahkan
menyebabkan matinya tanaman (Suryo, 1995).
Seharusnya apabila hasil data pengamatan yang diiringi modal fasilitas media
tanam dan perawatan yang baik dan benar sehingga akan dihasilkan data yang
kompleks sesuai yang diharapkan, maka kedua perlakuan tersebut dapat dilakukan perbandingan. Menurut Kuckuck et al. (1991); Suryo (1995); Allard (1995); Chahal
and Gosal (2002), bahwa tanaman yang diberikan perlakuan kolkisin 0,2% tersebut
akan mempunyai kromosom yang lebih banyak dari pada diploidnya, maka
tanaman akan kelihatan lebih kekar dan bagian tanamannya menjadi besar.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian kolkisin 0,2% pada benih terung bulat dengan perendaman
selama 24 jam tidak terlihat berpengaruh.
2.
Ada beberapa sampe yang tidak berkecambah atau mati, sehingga
didapatkan hasil yang belum valid
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan poliploidisasi, benih
harus dalam keadaan meristematik, kondisi benih optimum, juga
konsentrasi dan lama perendaman yang efektif
5.2 Saran
Sebaiknya terlebih dahulu sebelum melaksanakan praktikum diberikan
penjelasan mengenai teori yang akan dipraktikumkan, agar supaya praktikan lebih
memahami inti dari tujuan praktikum tersebut, diikutsertakan dengan prosedur
praktikum yang lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D, 1983. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta
Haryanti, S., R.B. Hastuti, N. Setiari, A. Banowo. 2009. Pengaruh Kolkisin
Terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel Metafase Dan Kandungan Protein Biji
Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata (L) Wilczek). J. Penelit. Sains Teknol.
10:112-120
Kuckuck, H., G. Kobabe, G. Wenzel. 1991. Fundamental of Plant Breeding.
Springer-verlag. Berlin.
Liu, J. H., J. J. Qin., H. Z. Jin., X. J. Hu., M, Chen., Y. H. Shen., S. K. Yan., andW. D. Zhang. 2009. A new triterpenoid from Brucea javanica. Arch. Pharm
Res, 32, 5, 661- 666
Mansyurdin, Hamru, dan D. Murni. 2002. Induksi tetraploid pada tanaman cabai
merah keriting dan cabai rawit dengan kolkisin. Stigma. 12 (3) : 297 – 300
Rukmana, R., 2000. Usaha Tani Jahe. Kanisius, Yogyakarta.
Samadi, B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.
Suminah, Sutarno, A. D. Setyawan. 2002. Induksi Dengan Kolkisin.
BIODIVERSITAS. 3 (1) : 174 – 180.
Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.