laporan akhir program ipteks bagi wilayah (ibw)

44
LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) LP2M STIKES LPMUNDIKSHA LPM UNDIKSHA PEMKAB BANGLI Tahun 2 dari 3 Tahun I B W KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN DESA SONGAN B KECAMATAN KINTAMANI-BANGLI PROVINSI BALI Ketua : Dr. I Nyoman Santiyadnya, S.Si, M.T. (NIDN.0016067103) Anggota: 1. Dr. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si (NIDN.0027086402) 2. Ni Wayan Sukerti, S.Pd.,M.Pd.( NIDN.0011077102) 3. I Made Sundayana, S.Kep., M. M.Kes.(NIDN. 0801096902) Dibiayai dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor:047/SP2H/PPM/DRPM/II/2017 LPM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA (UNDIKSHA) LP2M STIKES BULELENG PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI TAHUN 2017

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

1

LAPORAN AKHIR

PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

LP2M STIKES

LPMUNDIKSHA

LPM UNDIKSHA PEMKAB BANGLI

Tahun 2 dari 3 Tahun

IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN DESA SONGAN

B KECAMATAN KINTAMANI-BANGLI

PROVINSI BALI

Ketua : Dr. I Nyoman Santiyadnya, S.Si, M.T. (NIDN.0016067103)

Anggota:

1. Dr. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si (NIDN.0027086402)

2. Ni Wayan Sukerti, S.Pd.,M.Pd.( NIDN.0011077102)

3. I Made Sundayana, S.Kep., M. M.Kes.(NIDN. 0801096902)

Dibiayai dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat. Kementerian Riset,

Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah

Program Pengabdian kepada Masyarakat

Nomor:047/SP2H/PPM/DRPM/II/2017

LPM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA (UNDIKSHA)

L P 2 M S T I K E S B U L E L E N G

PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI

TAHUN 2017

Page 2: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

2

HALAMAN PENGESAHAN

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

JUDUL : IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN DAN

DESA SONGAN B KECAMATAN KINTAMANI-

BANGLI PROVINSI BALI

----------------------------------------------------------------------------------------------------

I. Perguruan Tinggi Pengusul

a. LPM/PT A :

Nama LPM : Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)

Alamat LPM : Jalan Udayana No. 12 C Singaraja 81116

Telp. : (0362) 22927

Fax. : 036225735

b. LP2M/PT B :

Nama LP2M : STIKES Buleleng

Alamat LP2M : Jln. Raya Air Sanih Km. 11 Singaraja-Bali

Telp. : (0362) 3435033

Fax. : (0362) 3435033

------------------------------------------------------------------------------------------------------

II. Ketua Pelaksana

a. N a m a : Dr. Nyoman Santiyadnya, S.Si, M.T

b. NIP : 197106161999031006

c. Pangkat/Gol : Lektor/IIId

d. Jurusan/Fak : Teknik dan Kejuruan/elektronika

e. Perguruan Tinggi : Undiksha

f. Keahlian : Instrumentasi dan Elektronika

g. Alamat : BTN. Puri Asri D/4 Kerobokan

Singaraja-Bali/081558692268

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

III. Anggota Pelaksana Kegiatan

a. Undiksha : Dosen: 8 orang; Pegawai: 4 orang;

Mahasiswa 10 orang, Alumni 2 orang

b. STIKES Buleleng : Dosen 2 orang; Mahasiswa 5 orang

c. Pemkab Buleleng : Bapeda 1 Orang: Dinas Pertanian: 1 orang

Dinas Peternakan: 1 orang; Dinas Pariwisata:

1 orang

----------------------------------------------------------------------------------------------------

IV. Lokasi Pelaksanaan Sibermas

a. Nama Wilayah : desa Songan A dan desa Songan B

b. Kecamatan : Kintamani

c. Kabupaten : Bangli

d. Provinsi : Bali

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

V. Periode Waktu Pelaksanaan: Tahun 2016-2018

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Page 3: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

3

VI. Biaya Selama 3 Tahun : Rp 745.000.000,-

Biaya Tahun-1 : Rp 175.000.000,-

Biaya Tahun-2 : Rp 260.000.000,-

Biaya Tahun-3 : Rp 310.000.000,-

----------------------------------------------------------------------------------------------------

VIII. Biaya Total Tahun I : Rp 175.000.000,-

Dikti : Rp 85.000.000,-

Pemkab : Rp 65.000.000,-

Undiksha ` : Rp 25.000.000,-

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Singaraja, 15 September 2017

Mengetahui Ketua Pelaksana

REKTOR Undiksha

Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. Dr. Nyoman Santiyadnya, S.Si, M. T. NIP.

195910101986031003 NIP. 197106161999031006

Ketua LP2M STIKES Pemerintah Kabupaten Tk. II

Buleleng

Putu Agus Ariana, S.Kep, M.Si NIK. 2011.0718.047

Page 4: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

4

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

DAFTAR ISI ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1 Analisis Situasi 1

1.2 Program Pemkab di Wilayah IbW 2

1.3 Kondisi Eksisting Wilayah 2

1.4 Persoalan Pemkab di Wilayah IbW 9

1.5 Permasalahan Wilayah 9

BAB 2. TARGET LUARAN 12

2.1 Target Luaran Tahun I 12

2.2 Target Luaran Tahun II 13

2.3 Target Luaran Tahun III

BAB 3. METODE PELAKSANAAN 14

3.1 Solusi Yang Ditawarkan 14

3.2 Metode Pelaksanaan Program 15

3.3 Rancana Kegiatan Selama Tiga Tahun 16

3.4 Kontribusi Pemkab Bangli 22

BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 24

4.1 Kinerja LPM Undiksha Singaraja 24

4.2 Alasan Memilih PT Mitra (Unipas) 25

4.3 Jenis Kepakaran Yang Diperlukan 26

4.4 Struktur Organisasi IbW 27

BAB 5. HASIL KEMAJUAN PELAKSANAAN IbW 29

5.1 Hasil Kegiatan 29

5.2 Pembahasan 29

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

5

IBW KAWASAN GALIAN C DI DESA SONGAN A DAN DESA SONGAN

B KECAMATAN KINTAMANI-BANGLI

PROVINSI BALI

ABSTRAK

Kawasan galian C merupakan wilayah penambangan pasir, bebatuan, dan koral di area kaldera

gunung Batur. Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis dalam peta kepariwisataan

di Bali, ternyata kawasan ini masih bergulat dengan masalah kemiskinan, epidemik penyakit,

eksklusivitas-wisata, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan bencana, konflik

sosio-ekonomi-politik, derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat yang rendah bagi

kabupaten Bangli. Masifnya intensitas penambangan galian C mengakibatkan rusaknya

kebersihan, keasrian, dan konservasi lingkungan. Kondisi faktual masyarakat di kawasan ini,

mendorong Undiksha bekerjasama dengan STIKES dan Pemkab Bangli untuk melaksanakan

kegiatan IbW. Kegiatan IbW kawasan galian C di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli

Provinsi Bali, menyasar pada 2(dua) desa, yakni desa Songan A, dan desa Songan B bertujuan

untuk melakukan pemetaan aset wilayah dan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan

program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pertanian-peternakan-

perikanan, pendidikan life skill, kewirausahaan, pembinaan adat-istiadat, keagamaan, lembaga

sosial, sanitasi, dan kepariwisataan. Metode pelaksanaan IBW dalam pemberdayaan masyarakat

menggunakan pendekatan PALS ((participatory action learning system). Kegiatan IbW pada

tahun-1 (2016) diharapkan menghasilkan luaran : (1) rencana strategis (Renstra) dan pemetaan

wilayah, (2) terwujudnya demplot budi daya ikan tawar, (2) terwujudnya sentra industri

kecil/skala rumah tangga, (3) terwujudnya demplot peternakan-pertanian ramah lingkungan

(zero waste), (4) terwujudnya diversifikasi produk wisata rural-geotourism culture, dan (6)

peningkatan kesehatan sanitasi dan kebersihan.

Kata kunci: pemberdayaan masyarakat, kawasan galian C, PALS, potensi wilayah,

ipteks bagi wilayah (IbW)

Page 6: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

6

IbW IN THE MINING AREA IN THE VILLAGE SONGAN A AND SONGAN B OF

KINTAMANI DISTRICT IN BALI PROVINCE

ABSTRACT

Region C is a region of mining excavation of sand, rocks and coral in the area of Mount Batur

caldera. Even though located in a position that vital and strategic map of tourism in Bali, it

turns out this region is still grappling with the problem of poverty, epidemic disease, exclusivity-

tourism, unemployment, illiteracy, dropouts, prone to disasters, conflict socio-economic-

political, degrees community health and education are low for Bangli regency. Reduction in

the intensity of mining excavation C resulted in the destruction of cleanliness, beauty, and

environmental conservation. The factual condition of society in the region, encouraging

cooperation with STIKES, Undiksha and Bangli regency to conduct the IBW. IBW activity area

in the district of excavation C Kintamani Bangli regency of Bali Province, targeting the 2 (two)

villages, the village Songan A and B Songan village aims to perform asset mapping and

community empowerment region in implementing the program science and technology

improvement of knowledge and skills in agriculture farm-fishing, life skill education,

entrepreneurship, development of custom, religious, social agencies, sanitation, and tourism.

The method of implementation of IBW in community empowerment approach PALS

((participatory action learning system). IBW activity in firsth year (2016) are expected to

produce outcomes: (1) strategic plan (Plan) and the mapping of the region, (2) realization of

freshwater fish cultivation plots, (2) realization small industries / household, (3) realization of

demplot livestock-farming environmentally friendly (4) the realization of diversification of

tourism products rural-geotourism culture, (5) realization of study groups small class of

elementary, junior and mechanisms village-based management is pekraman, and (6) Improved

sanitation and hygiene health

Keywords: community empowerment, excavation area C, PALS, the potential of the region,

science and technology for the region (IbW)

Page 7: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Kabupaten Bangli terletak diantara 115' 13' 48" sampai 115' 27' 24" Bujur Timur dan 8' 8'

sampai 8' 31' 87" Lintang Selatan. Posisinya berada ditengah-tengah Pulau Bali sehingga

merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki pantai/laut. Luas kabupaten Bangli

sebesar 520,81 km atau 9,25% dari luas Propinsi Bali, ketinggian dari permukaan laut antar 100

2152 meter sehingga tanaman apa saja bisa tumbuh di daerah ini. Secara fisik dibagian Selatan

merupakan daerah dataran rendah dan bagian utara merupakan pegunungan. Puncak tertinggi

adalah Puncak Penulisan, terdapat Gunung Batur dengan kepundannya Danau Batur yang

memiliki luas 1.067,50 Ha. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Propinsi sekitar 40 km.

Wilayahnya sendiri berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Kabupaten

Gianyar, dan Kabupaten Klungkung di sebelah selatan, Kabupaten Badung di sebelah barat,

dan Kabupaten Karangasem di sebelah timur.

Keterangan:

Gambar 1.1. Lokasi dan Batas IBW Kawasan Galian C

Bangli dengan luas wilayah 366,92 km2 mempunyai 4 kecamatan dan 72 desa. Dari total

luas wilayah yang ada sekitar 2.890 ha merupakan lahan sawah, 29.087 ha merupakan lahan

kering, 9,341 ha merupakan hutan negara, 7,719 merupakan tanah perkebunan, dan sisanya

3,044 ha merupakan lahan lain-lain. Kintamani merupakan sebuah area yang cukup luas sekitar

1548 ha, dimana pusat pemerintahan kecamatan Kintamani terletak di desa ini. Kintamani

dikenal sebagai salah satu obyek Pariwisata di Bali yang banyak mendapat kunjungan dari

1. DESA SONGAN A

2. DESA SONGAN B

(A) (B)

Kawasan IBW

Page 8: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

8

wisatawan. Salah satu potensi daya tarik kecamatan Kintamani adalah kawasan geowisata

dengan keindahan fanorama kaldera gunung Batur, danau batur dengan latar belakang vegetasi

hutan, dan keunikan sosio-budaya-religius masyarakat Bali Aga di desa Songan. Selain sebagai

DTW di Bali, kawasan Kintamani juga memiliki sumber kekayaan galian C yang terhampar

luas di kaki gunung Batur. Potensi tambang ini menjadi komoditas unggul yang dapat

menghidupi ekonomi masyarakat. Namun masifnya penambangan galian C di kasawan ini

lambat laun dapat merusak keasrian dan pesona kawasan. Saat musim hujan, bahaya longsor

mengancam, dan genangan air kumuh dapat sebagai media penyebaran penyakit. Saat musim

kemarau kawasan ini terkepung dengan polusi udara, yang mengganggu respirasi masyarakat

luas.

1.2 Program Pemkab di Wilayah IbW

Iptek bagi wilayah (IBW) di kecamatan Bangli akan meliputi kawasan 2(dua ) desa, yaitu:

desa Songan A dan desa Songan B, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Dua (2) desa ini

mempunyai batas wilayah utara (kabupaten Buleleng), Timur (kabupaten Karangasem), Barat

(kabupaten Badung), Selatan (desa Susut). Kecamatan Kintamani dibagi menjadi 4 wilayah,

yaitu (1) wilayah pengembangan kawasan geowisata dan wisata religi, yakni desa Batur,

kedisan, dan toyabungkah; (3) wilayah pengembangan ibu kota kecamatan, yakni desa

Kintamani, penelokan, dan wilayah sekitarnya; dan (4) Wilayah pengembangan pertanian,

kerajinan, dan wisata yakni Songan A, Songan B, dan Terunyan. Wilayah yang dipilih untuk

program IbW berdasarkan pertimbangan analisis kritis pengusul, Bappeda Bangli, dan tokoh

masyarakat adalah wilayah pengembangan kawasan geowisata, karena kawasan ini merupakan

zone galian C, dimana proses penambangan pasir, batuan, dan koral sisa letusan gunung Batur

dilakukan secara masif, sekaligus wilayah ini juga merupakan tourism zone yang sangat

strategis dan memegang peranan penting bagi pengembangan wisata desa, agrowisata,

kerajinan kreatif-inovatif, pertanian dan peternakan sebagai sumber kehidupan masyarakat..

Walupun terletak pada posisi yang vital dan strategis, ternyata 2(dua) desa ini menyumbangkan

jumlah angka kemiskinan, kebodohan, angka pengangguran, buta aksara, putus sekolah, rawan

bencana yang cukup besar, derajat kesehatan masyarakat yang rendah bagi kabupaten Bangli,

dan kualitas pendidikan yang rendah, yang nampaknya perlu mendapat penanganan segera

dalam upaya mewujudkan kawasan wisata mandiri (Rencana Strategis Kecamatan Kintamani,

2008-2013).

Page 9: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

9

1.3 Kondisi Eksisting Wilayah

Secara umum, kondisi eksisting kawasan IBW yang meliputi desa Songan A dan desa

Songan B merupakan kawasan zonasi galian C, geowisata, pertanian, perkebunan, peternakan,

perikanan dan konservasi hutan (PKWK, 20010), sehingga pada kawasan ini dicanangkan

berbagai zona penambangan galian C, fasilitas wisata, agrowisata konservasi hutan, yang

didukung aktivitas pertanian, peternakan dan industri kerajinan kreatif terpadu sebagai

penyangga aktivitas pengembangan kawasan hutan kawasan pariwisata, dan kawasan industri

pertanian dalam arti luas, seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 1.2. Kondisi Eksisting Wilayah IbW

Di kawasan ini juga diperuntukan sebagai areal konservasi hutan, pertanian dan

peternakan, wisata untuk menunjang ekonomi masyarakat, sekaligus sebagai pusat

pengembangan industri pariwisata yang dapat mengintegrasikan aktivitas masyarakat

pedesaan, pertanian, peternakan dan keindahan potensi alam. Secara umum, kecamatan

Kintamani merupakan kecamatan dengan heterogenitas penduduk yang sangat variatif

berjumlah 71.459 orang terdiri dari 35.905 penduduk perempuan dan 35.554 penduduk laki-

laki. Dengan balutan budaya dan kearifan lokal, seperti, menyama-braya, gotong-royong,

nyama bali-nyama selam, nyama kristen dan nyama china masyarakat di wilayah Kintamani

dapat hidup berdampingan secara harmonis.

Kedua desa ini merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan dengan fanorama natural

gunung dan danau batur yang mempesona, yakni beriklim tropis, dengan curah hujan yang

relatif cukup tinggi. Keadaan tanahnya sebagian subur dan basah yang ditanami vegetasi hutan,

tanaman hortikultura, palawija, perkebunan, dan persawahan, dan sebagian lagi kering dan

tandus yang terletak di zonasi kaldera gunung Batur/ Lapisan top soil tanah relatif tebal dengan

tingkat kesuburan yang tinggi (BPPT, 2010). Pada musim hujan, maupun musim kemarau

wilayah kedua desa ini nampak subur dan menghijau, sehingga perbukitan dan pegunungan ini

Page 10: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

10

merupakan bagian dari kawasan galian C dan geowisata. Komoditas pertanian dan perkebunan

yang sudah mendunia adalah buah jeruk kintamani dan kopi arabika.

Kondisi SDM penduduk wilayah IbW mengacu pada profil kecamatan dan potensi desa

(Monographi desa, 2008) banyak pendudukan yang tidak bersekolah, dan warga yang

menamatkan pendidikan SMP, dan SMA dalam jumlah yang relatif kecil, hanya sebagian kecil

dari jumlah penduduk yang bisa menamatkan pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan adanya

kesenjangan pendidikan yang sangat tajam. Sebagian besar pancaharian penduduk sebagai

petani sekaligus peternak (65%), 15% PNS, dan 5% wiraswasta/pedagang, 5% pelayan, dan

sisanya 10% pengganguran, hanya sebagain kecil dari komunitas masyarakat di kawasan

geowisata ini terpusar dalam dinamika aktivitas pariwisata, artinya meski banyak dolar yang

bias diraup oleh semgen praktisi pariswisata dari luar Kintamani, tapi masyarakat di kawasan

ini tetap termarginalisasi dalam kirprah kepariwisataan. Sepanjang musim, masyarakat di

kawasan ini selalu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui pertanian, dan peternakan,

namun budidaya pertanian dan peternakan masih bersifat tradisional, yang miskin dengan

sentuhan ipteks, dan terfragmentasi dari balutan tali-temali gejolak aktivitas pariwisata.

Budi daya bertani, berkebun, dan beternak di areal perbukitan yang terlalu progresif tanpa

memperhatikan keseimbangan lingkungan, sering berpotensi menimbulkan ancaman banjir dan

longsor setiap tahun. Rendahnya daya tanggap dalam mitigasi bencana alam yang melibatkan

pranata sosial tradisional sering merusak simpul-simpul produktivitas ekonomi masyarakat. Di

samping itu, kurangnya kesadaran penduduk dalam kesehatan dan sanitasi lingkungan, serta

rendahnya daya dukung dan pelayanan lembaga kesehatan, menyebabkan wilayah kecamatan

Kintamani ini sangat rentan terhadap wabah penyakit baik di musim hujan maupun di musim

kemarau. Penambangan galian C dan pengembangan peternakan tradisional yang tidak ramah

lingkungan, sering menimbukan persoalan sanitasi lingkungan dan sumber wabah penyakit.

Padahal limbah pertanian dan peternakan, melalui penerapan ipteks dapat dirubah menjadi

sumber pakan ternak, pupuk organik dan sumber energi bakar alternatif sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat.

Dengan daya dukung luas wilayah yang cukup memadai dan panorama alam yang indah,

dengan kuantitas jumlah petani dan peternak yang cukup signifikan, wilayah kecamatan ini

sangat berpotensi untuk jadi zona geowisata, dimana pertanian/peternakan/perkebunan dapat

dijadikan mayor-driven yang bisa mendukung divergensi produk wisata yang dapat

mengakomodasi/mengasimilasi budaya masyarakat setempat sehingga dapat meningkatkan

kondisi ekonomi masyarakat, namun nilai ekonomi produksi pertanian, peternakan dan

Page 11: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

11

perikanan masih relatif sangat kecil, sehingga belum mampu mendongkrak kualitas hidup

masyarakat. Hal ini disebabkan (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat

dalam peningkatan nilai ekonomis produk wisata, (2) rendahnya intensitas masyarakat yang

bergerak dalam bidang wirausaha/perdagangan, kurangnya diversifikasi produk wisata yang

masih tersegmentasi dengan pertanian/peternakan, dan budaya masyarakat, (3) sistem

mekanisme pasar yang belum berpihak pada masyarakat desa, serta (4) tingginya potensi

bencana longsor yang selalu mengancam runtuhnya pilar-pilar sosio-ekonomi, keamanan dan

kenyamanan hidup masyarakat.

1.3.1 Desa Songan A

Desa Songan A terdapat 6 dusun dengan luas wilayah 1280 ha. Wilayah ini sebagian

besar adalah pertanian 98 ha, perumahan dengan luas 19,27 ha dan tegalan sawah 365,73 ha,

kuburan 20 are. Jumlah penduduk Desa Kintamani (data per Desember 2007 dalam monografi)

adalah 4783 orang yang terdiri diri laki 2.323 orang, perempuan 2.460 orang. Ditinjau dari

tingkat pendidikan usia produktif terdapat: (1) akademi/sarjana ke atas 58 orang, lulusan tingkat

SMA/SMK 365 orang, lulusan tingkat SMP 854 orang dan lulusan tingkat SD 1502 orang.

Dengan demikian, maka penduduk Desa Kintamani mempunyai kualifikasi tingkat SDM

yang cukup memadai karena, lebih dari 32% persen usia produktif lulusan SMA dan Sarjana.

Pekerjaan penduduk Desa Kintamani sebagian besar sebagai petani yaitu 3106 orang,

peternakan, pegawai negeri/TNI/Polri sebanyak 20 orang, pegawai swasta 2 orang, nelayan 32

orang, sedangkan jumlah tenaga penganggur/pencari kerja/tidak bekerja 155 orang.

Berdasarkan data di kantor desa ( per Maret 2011), KK miskin yang ada sebanyak 470 KK,

yang direkomendasi untuk mendapatkan BLT.Potensi yang menonjol di desa Songan adalah

pariwisata, pertanian, peternakan, dan perikanan.

Potensi pertanian yang menonjol di desa Songan A adalah tanaman jeruk, pisang, tanam

kelapa dan hortikultural. Potensi peternakan yang menonjol di desa Kintamani adalah sebagian

besar warga berternak ayam kampung/ras 12.425 ekor, babi 4505 ekor dan sapi bali 3785 ekor.

Industri kecil yang ada adalah industri kecil pengolahan pangan, kerajinan lainnya (anyaman),

dengan pengelolaan tradisional dan segmen dan akses pasar yang masih terbatas. Produksi

pertanian seperti kelapa, pisang, dan palawija lainya masih bernilai ekonomis rendah, karena

belum diolah dengan sentuhan ipteks menjadi produk yang bernilai pasar tinggi. Potensi

kerajinan yang menonjol di desa Songan adalah anyaman serabut kelapa dan kerajinan dari

tempurung kelapa. Industri-industri kecil ini perlu dikembangkan sehingga mampu lebih

Page 12: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

12

banyak menampung tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan keluarga. Desa Songan juga

terkenal dengan ternak “anjing kintamani” yang lucu dan anggun, namun proses beternak anjing

kintamani masih alami dan konvensional, pedahal daya tarik dan permintaan pasar sangat tinggi

dengan harga jual 200 ribu sampai 500 ribu.

1.3.4 Desa Songan B

Desa Songan B termasuk topologi desa perbukitan terdiri dari 4 dusun, yakni dusun

Songan, Bukit Bahu, Jembong, dan Pebantenan, dengan luas wilayah 1369 ha, terdiri dari tanah

sawah 171 ha, tegal/ladang dan perkebunan 367, dan hutan 13 ha. Jumlah penduduk desa

Songan sebanyak 4.363 orang, dengan jenjang pendidikan SD 2129 orang, SMP 237 orang,

SMA, 253 orang, dan akademi/sarjana 43 orang. Mata pencaharian penduduk yang menonjol

sebagian besar sebagai petani 2998 orang, petani penggarap (penyakap) 350 orang, peternak

1024 orang, pedagang 60 orang, dan pengrajin15 orang. Pengusaha 3 orang, PNS 55 orang.

Jumlah KK miskin yang ada di desa Ambengan sebanyak 624 KK. Organisasi tradisional desa

yang berkaitan dengan aktivitas pertanian dan peternakan adalah Subak Lawa, Subak Anyar,

Subak Pebantenan, Subak Abian, dan Poktan/Gapoktan. Dinamika sosial yang sering menonjol

ke permukaan adalah kecendrungan masyarakat Songan berpoligami yang sering dipolemikan

sebagai pemicu kemiskinan dan keresahan sosial-ekonomi.

Potensi yang menonjol di desa Songan adalah pertanian, peternakan, pariwisata, dan

kerajinan (pelepah pisang dan keranjang buah). Potensi pertanian yang dominan di desa Songan

adalah jagung 8,5 ha, mangga 105 ha, sedangkan perkebunan adalah kelapa 293 ha. Potensi

kebun kelapa 4800 pohon dengan lahan 195 ha. Produksi kelapa saat ini masih dijual dalam

bentuk buah kelapa, kopra maupun diolah oleh industri minyak kelapa secara basah tradisional

sekala industri rumah tangga. Pasaran dari produksi minyak hanya mencapai pasaran lokal desa

dan sekitarnya. Potensi buah kelapa masih bisa dikembangkan untuk industri rumah tangga dan

industri kecil yang lebih prospektif dengan sentuhan IPTEK terapan, namun belum ada yang

melakukan. Limbah pertanian kelapa seperti sabut kelapa, lidi, tempurung, dan bagian-bagian

lain dari buah dan batang kelapa belum dimanfaatkan dengan optimal sehingga belum

memberikan nilai tambah yang berarti. Potensi unggulan lainnya adalah produk peternakan

ayam, babi dan sapi. Banyak kebutuhan akan produk ternak ayam, babi, dan sapi untuk

keperluan konsumtif, bibit dan upacara didatangkan dari desa Songan. Desa Songan juga

memliki fanorama alam desa yang menarik, aliran sungai yang masih bersih, dan vegetasi yang

variatif, yang banyak diincar sebagai lokasi villa, karena view laut yang sangat mempesona.

Page 13: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

13

Namun potensi unggulan di desa Songan ini belum tertangani secara terpadu dengan sentuhan

IPTEKS, terutama berkait dengan pengembangan desa wisata yang terintegrasi secara holistik

dengan segmen pertanian/pertaninan, kehutanan, dan kerajinan kreatif-inovatif masyarakat

setempat.

1.4 Persoalan Pemkab di wilayah IbW

Persoalan Pemkab. Bangli yang paling menonjol di kawasan galian C kecamatan

Kintamani, khususnya di desa Songan A dan Songan B adalah (1) Ancaman rusaknya

lingkungan akibat masifnya penambangan galian C, (2) masalah pendidikan terkait banyaknya

segmen masyarakat yang buta-aksara, pengangguran, dan putus sekolah; (3) masalah sosio-

ekonomi, dimana masih banyak komunitas di kawasan ini masih berada di bawah garis

kemiskinan; (4) persoalan pertanian-peternakan-perikanan yang belum terintegrasi belum

mampu membentengi ketahanan pangan masyarakat; (5) masalah kepariwisataan, dengan

popularitas objek wisata yang mendunia, tetapi justru belum banyak mendongkrak ekonomi

masyarakat; (6) masalah kesehatan dan sanitasi lingkungan, yakni semakin menjamurnya

akomodasi hotel, cottage, penginapan, dan losmen, dan usaha pertanian-peternakan tradisional

dengan sistem pembuangan limbah yang tidak baik, sering menimbulkan pencemaran

lingkungan, dan (7) persoalan konflik sosial vertikal-horizontal karena perebutan hegemoni

adat, ruang, religi, dan sosio-ekonomi-politik.

Pemerintah kabupaten Bangli, melalui dinas terkait telah melakukan berbagai upaya dalam

menanggulangi masalah penambangan galian C, kesehatan, kemiskinan, pendidikan, pertanian-

peternakan-perikanan, kepariwisataan, dan sosio-ekonomi-politi di desa Songan A dan Songan

B. Akan tetapi, di dalam pelaksanaanya berbagi upaya yang telah dilakukan tersebut belum

membuahkan hasil yang optimal, sehingga masih menyisakan persoalan di masyarakat.

1.5 Permasalahan Wilayah

Berdasarkan uraian potensi dan propek wilayah 2 desa, yakni desa Songan A dan

Songan B di kecamatan Kintamani dapat dirumuskan permasalahan utama yang potensial untuk

dipecahkan, baik yang berhasil diidentifikasi melalui survey awal pengusul, wawancara intensif

dengan tokoh masyarakat, pejabat permerintahan kecamatan/desa maupun permasalahan aspek

sosial ekonomi dalam RPJMD desa Songan A dan desa Songan B adalah sebagai berikut.

(1) Terjadinya pengerusakan lingkungan yang sistemik akibat masifnya aktivitas

penambangan galian C. Di musim hujan, banyak kawasan yang longsor, karena rentannya

Page 14: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

14

struktur tanah karena penambangan, banyak kubangan tergenang air, karena padatnya lalulintas

kendaraan berat pengangkut pasir. Di musim kemarau, tingginya intesitas polusi karena asap,

debu, dan polutan lainnya hampir mengisi ruang-ruang udara bersih. Kondisi kumuh ini akan

merusak citra kawasan wisata geotourism gunung Batur, dan sangat berpotensi menyebabkan

rentannya masyarakat terserang penyakit

(2) Rendahnya kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan keterlibatan elemen

masyarakat dalam praksis kepariwisataan secara holistik berbasis pada wisata alam, wisata

budaya, wisata religi, wisata kuliner dan pertanian/peternakan. Pariwisata yang hanya

tersegmentasi dan terbelenggu pada keindahan panorama alam gunung Batur dan danau batur

kurang dapat mengagetasi dinamika aktivitas sosio-ekonomi masyarakat menuju peningkatan

kualitas hidup dan kenyamanan masyarakat. Aset geowisata dan keindahan fanorama danau

batur yang eksostik (SDA), tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM yang memadai

akan menimbulkan stigmatisasi sosial-ekonomi dalam pengelolaan wisata. Marginalitas

masyarakat lokal di kecamatan Kintamani dalam tourism bussines sebagian besar disebabkan

oleh rendahnya penguasaan bahasa asing, keterampilan pariwisata (tourism skill), dan

penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

(2) Rendahnya budaya kerja dan produktivitas ekonomi masyarakat menyebabkan

rendahnya pendapatan perkapita dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Pursika (2009),

menunjukkan bahwa ditengah-tengah derasnya arus dolar pariwisata yang mengalir ke wilayah

Kintamani, namun tingkat kehidupan masyarakat lokal Kintamani dan sekitarnya masih di

bawah garis kemiskinan. Hampir 25% pengemis di Bali berasal dari wilayah ini. Pedahal

potensi alam dan dukungan program pembangunan pemerintah Bangli dan institusi lain untuk

mendorong simpul-simpul aktivitas eknomi relatif cukup tinggi. Selain itu, rendahnya income

masyarakat juga diakibatkan oleh belum terberdayanya lembaga-lembaga ekonomi masyarakat,

UKM dan industri kerajinan kreatif-inovatif rumah tangga yang link dan match dengan

derasnya dinamika tourism geowisata di kawasan ini.

(3) Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan lingkungan,

terutama yang menyangkut sanitasi dasar, dan perilaku masyarakat yang kurang mendukung

pola hidup bersih dan sehat telah memberi kontribusi pada rendahnya status penduduk miskin

dan kesehatan masyarakat. Peluang terjangkitnya penyakit demam berdarah dan penyakit

endemik lainnya di wilayah Kintamani, Batur, Songan, dan Trunyan sangat tinggi, karena

aktivitas produktif masyarakat tidak ramah lingkungan. Danau batur yang menjadi salah satu

label kepariwisataan Kintamani sering digunakan sebagai tempat muara saluran limbah rumah

Page 15: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

15

tangga, pertanian/peternakan, dan industry yang dapat merusak ekosistem, kebersihan dan

keindahan danau Batur, bahkan akan mengancam usaha budi daya perikanan masyarakat di

tambak-tambak danau Batur.

(4) Dari sisi kewilayahan desa Songan A dan desa Songan B merupakan daerah

pegunungan konservasi hutan yang sangat berpotansi terjadinya rawan bencana longsor setiap

tahun. Kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian konservasi hutan di kawasan

geowisata relatif masih kurang, terbukti intensitas perambasan hutan masih tinggi, yang

berpotensi mendatangkan malapetaka longsor, dan banjir. Di sisi yang lain, rendahnya budaya

dan kemampuan masyarakat dalam mekanisme mitigasi bencana alam sering menimbulkan

kerusakan pada simpul-simpul produktivitas sosio-ekonomi masyarakat.

(5) Masih rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas,

kurangnya pemerataan pendidikan dan penyediaan tenaga terampil, menyebabkan terjadinya

kesenjangan pendidikan yang cukup tajam. Rendahnya kualifikasi pendidikan masyarakat

berdampak pada munculnya berbagai masalah social-ekonomi yang akut, seperti

pengangguran, kejahatan, perkawinan muda/poligami, dan konflik sosial-ekonomi yang lahir

dari pergesekan perebutan hegemoni sumber daya alam.

(6) Minimnya terapan teknologi tepat guna di masyarakat dalam pengolahan hasil

pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat mengantarkan desa-desa di kawasan ini

sebagai desa mandiri pangan dan energi. Budi daya pariwisata, pertanian, peternakan, dan

perikanan yang ada saat ini masih bersifat tradisional, monokultur, dengan pengagarapan yang

parsial, dan kurang profesional yang dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dan

berpotensi untuk menumbuhkembangkan dinamika perekonomian masyarakat (RPJMD dan

Renstrades,2008-2013). Masyarakat belum mampu mentransfusi aktivitas pertanian,

peternakan, dan perikanan sebagai mayor-driven kedalam domain aktivitas pariwisata,

sehingga dapat mewujudkan kawasan yang mampu mengintegrasikan budaya bertani, beternak

secara simultan dengan pariwisata, sehingga dapat mewujudkan kawasan rural-geotourism.

Page 16: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

16

BAB II

TARGET LUARAN

2.1 Target Luaran Tahun I (Tahun 2016)

Target luaran yang diharapkan tercapai dari kegiatan IbW tahun I(Tahun 2016) adalah:

(1) Rencana strategis (Renstra) dan program aksi strategis desa-desa wilayah IBW berdasarkan

hasil evaluasi diri secara partisipatif yang komprehensif melalui in-depth SWOT analysis dan

pemetaan wilayah berbasis data riil potensi daerah, (2) Terwujudnya demplot budi daya ikan

tawar di area kubangan bekas galian C, (3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan warga

dalam penerapan IPTEKS, managemen wirausaha dan perkoperasian untuk mengembangkan

industri kecil/skala rumah tangga, (4) Peningkatan pengetahuan dalam penangan kerawanan

pangan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan produktivitas pertanian,

, perikanan, dan peternakan terpadu, (5) Terwujudnya demplot peternakan ramah lingkungan

(zero waste), pengolahan lembah ternak menjadi sumber energi bio-gas untuk keperluan bahan

bakar, (6) Peningkatan sadar wisata masyarakat, khususnya dalam mengintegrasikan aktivitas

pariwisata dengan pertanian/peternakan, dan budaya lokal menuju kawasan rural-geotourism

culture, (7) Terwujudnya kelompok belajar kelas kecil tingkat SD, tingkat SMP dan mekanisme

pengelolaanya berbasis desa pekraman, (8) Peningkatan kesadaran individu, keluarga dan

masyarakat tentang peningkatan kesehatan dirinya, kesehatan keluarga dan kesehatan

masyarakat, serta sanitasi lingkungan, (9) Peningkatan kuantitas dan kualitas usulan P2M

program DP2M atau institusi lainnya berbasis kegiatan pengembangan IPTEKS di Undiksha

dan Stikes Buleleng yang berisi rancangan program-program aksi yang dibutuhkan masyarakat,

dan (1) Laporan pengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil program IbW pada jurnal lokal dan

nasional.

2.2 Target Luaran Tahun II(Tahun 2017)

Target luaran yang diharapkan tercapai dari kegiatan IbW tahun II(Tahun 2017) adalah (1)

Terselenggaranya program aksi sesuai dengan usul yang dibuat sesuai dengan renstra dan

tercapainya indikator-indikator yang tercantum dalam setiap program usulan yang

terselenggara tersebut, (2) Terwujudnya managemen usaha dan pemasaran produk wisata desa,

pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan kreatif, produk dan jasa di kecamatan Kintamani

berbasis Web (ICT), (3) Meningkatnya omzet, perluasan usaha, pemasaran dari industri

kerajinan kreatif-inovatif di desa-desa wilayah IBW, (4) Peningkatan pendapatan asli desa-desa

Page 17: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

17

wilayah IBW dan memberi kontribusi signifikan dalam peningkatan pendapatan asli daerah

kecamatan Kintamani dan kabupaten Bangli, (5) Terwujudnya demplot pengolahan limbah

sampah menjadi pupuk kompos (pupuk organik), (6) Terwujudnya demplot industri kecil

kreatif berbasis produk lokal, (7) Terwujudnya usaha kecil menegah (UKM) yang bergerak

dalam bidang kerajinan, pengolahan pangan, dan pengolahan kelapa, (8) Peningkatan taraf

kesehatan diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan serta peningkatan kapasitas dan

keberdayaan secara mandiri dari keluarga, masyarakat dan organisasi desa dalam memelihara

kesehatan dan sanitasi lingkungan, dan (9) Laporan pengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil

program IbW pada jurnal nasional dan internasional

2.3 Target Luaran Tahun III (Tahun 2018)

Target luaran yang diharapkan tercapai dari kegiatan IbW tahun II I(Tahun 2018) adalah (1)

Terwujudnya desa bebas buta aksara di 2(dua) desa wilayah IBW dan desa-desa lain di

kecamatan Kintamani, (2) Berkurangnya angka putus sekolah penduduk usia sekolah, (3)

Adanya perubahan mind-set, attitude, dan behaviour serta terciptanya masyarakat mandiri dan

partisipatif dalam melaksanakan pembangunan daerah secara berkelanjutan, (4) Meningkatnya

kesejahteraan, kesehatan dan keamanan masyarakat, (5) Terwujudnya desa wisata mandiri

(rural-geotourism culture) di kawasan IBW, yang dapat mepertautkan aktivitas wisata alam,

pertanian/ peternakan, dan budaya lokal masyarakat, (6) Terwujudnya jejaring pemasaran

wilayah berbasis Web (ICT), dan (7) Laporan pengabdian dan 2 publikasi ilmiah hasil program

IbW pada jurnal nasional “Ngayah” dan internasional

Page 18: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

18

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Solusi Yang Ditawarkan

Berdasarkan paparan potensi-potensi daerah, kearifan lokal dan permasalahan yang

dimiliki desa-desa dalam cakupan wilayah IBW maka perlu disusun strategi sebagai solusi

pemecahan masalah dalam mewujudkan kawasan geo-wisata yang mandiri dengan

mensinergiskan potensi masyarakat. Potensi unggulan pokok yang menjadi prioritas penerapan

program ipteks dalam program IbW ini adalah (1) revitalisasi dan restrurisasi kubangan bekas

galian C menjadi kolam budidaya ikan tawar, (2) potensi pariwisata yang diarahkan pada

pengembangan rural-geotoruism yang didukung oleh fanorama alam, situs religi, area dan

produk pertanian, peternakan, dan perikanan, yang dapat mendiversifikasi kawasan geo-wisata

sebagai wisata-alam, wisata-budaya, wisata-kuliner, wisata-relegi, dan agrowisata, (3) potensi

pertanian dalam arti luas, (4) potensi peternakan yang ramah lingkungan, (5) perikanan di air

tawar dengan perbaikan segmen jejaring pasar melalui pengembangan wisata-kuliner, (6)

pendidikan kelompok kelas kecil/life skill/pendidikan wisata, terutama peningkatan

kemampuan berbahasa asing dan tourism skill, serta pelayanan kesehatan terpadu berbasis desa

adat/masyarakat, (7) UKM/Industri rumah tangga dan lembaga ekonomi masyarakat, (8)

industri kerajinan handycraft dan diversifikasi produk kreatif olahan hasil pertanian,

peternakan, dan perikanan, dan (9) program reboisasasi dengan vegetasi lokal tradisional Bali

dan mitigasi bencana alam untuk mendukung pusaran dinamika pariwisata sehingga dapat

mewujudkan kawasan geowisata wisata dengan berbagai macam produk wisata turunannya.

Solusi yang ditawarkan untuk menangani permasalahan wilayah yang meliputi 2(dua) desa

sasaran IBW adalah melaksanakan program ipteks bagi wilayah dengan rincian sebagai berikut:

(1) Melakukan pemetaan potensi-potensi unggul di wilayah IBW, kearifan lokal, dan pemetaan

wilayah sesuai dengan peruntukan dan kondisi fisik dan daya dukung lingkungan, dan (2)

Melaksanakan program aksi ipteks dalam penanganan masalah di wilayah IBW, yakni: (i)

program iptek budi daya ikan tawar di zona galian C, (ii) Program ipteks peningkatan

kepariwisataan yang mengarah pada rural-agrowisata culture sebagai pengintegrasian

dinamika pariwisata, pertanian, peternakan, dan budaya lokal masyarakat untuk

mendiversifikasi kawasan geowisata di Kitamani, (iii) Program ipteks peningkatan

pengetahuan dan keterampilan dalam desain, diversifikasi produk, managemen, dan pemasaran

Page 19: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

19

seni kerajinan tangan, (iv) Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam

diversifikasi produk pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar, (v) Program ipteks

peningkatan pengetahuan dan keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan

pemberdayaan ekonomi masyarakat dan revitalisasi UKM-UKM berbasis kearifan lokal, (vi)

Program ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan

tradisional dan modern berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan, (vii) Program

ipteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam program pertanian terpadu, (viii)

Program peternakan melalui demplot peternakan terpadu yang ramah lingkungan (zero waste),

pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dan energi bakar biogas sebagai bagian

integral dari upaya penyediaan energi alternatif bagi masyarakat baik di musim hujan maupun

musim kemarau, (ix) Program ipteks pendidikan kontekstual untuk mengedukasi masyarakat,

(x) Program ipteks untuk pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat, (xi) Program ipteks

mitigasi bencana longsor dan konservasi hutan di daerah perbukitan di sekitar kawasan

geowisata di desa-desa wilayah IBW dengan item vegetasi lokal tradisional Bali, dan (xii)

Melakukan evaluasi dan refleksi komprehensif terhadap program aksi.

3.2 Metode Pelaksanaan Program

Metode yang akan digunakan untuk pelaksanaan IBW adalah metode PALS

(participatory action learning system), yang dikembangkan oleh Linda Mayoux tahun 2000-1n

( Chambers, 2007). Metode PALS merupakan salah satu metode pemberdayaan dalam lingkup

PLA (participatory learning and action), hasil evolusi dari RRA (rapid rural appraisal) dan

PRA (participatory rural appraisal), yang memiliki prinsip-prinsip: (1) A defined methodology

and systemtic learning process, yaitu proses pembelajaran yang metodik, komulatif partisipatif,

dan sistematik, (2) multiple perspectives :yaitu dalam pemberdayaan diutamakan pada

pencapaian keragaman dan aksi-aksi yang beragam, (3) group learning processes: yaitu

pemecahan kompleksitas masalah dunia nyata dengan proses rekognisi melalui inkuiri

kelompok dan interaksi, (4) context specific, yaitu pendekatan penanganan masalah secara

kontekstual, (5) facilitating experts and stakeholders, yaitu pemanfaat pakar dan partisipasi

masyarakat dalam aksi perbaikan kondisi masyarakat, (6) leading to sustained action, yaitu

penguatan kapasitas personal dan lembaga masyarakat dalam mengawal program aksi secara

berkelanjutan.

Kodisi exciting masyarakat di wilayah IbW, yang bertautan dengan potensi wilayah, SDA,

SDM, dan kearifan-kearifan lokal masyarakat dijadikan starting point dalam memetakan

Page 20: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

20

program-program pemberdayaan masyarakat, yang sudah tentu melibatkan usulan dan tuntutan

kebutuhan masyarakat dari bawah (internal) dan mensinergiskan dengan program-proram

kebijakan pemerintah daerah yang muncul dari analisis kritis Undikasha, Stikes Buleleng dan

Pemkab Bangli (eksternal) sehingga dapat dirumuskan proram-program aksi yang dapat

mengantarkan masyarakat pada kondisi expeting yang diinginkan dan disepakati bersama.

Program aksi pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat secara aktif

berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi melalui proses

pembelajaran dan pendampingan akan dapat meningkatan intensitas partisipasi, self-belonging

, dan responsibility sehingga dapat menjamin dukungan material, finansial, dan pemikiran tepat

sasaran dalam pemberdayaan masyarakat untuk mengantarkan masyarakat hidup lebih mandiri,

aman, sejahtera, sehat dan harmonis..

3.3 Rencana Kegiatan Selama Tiga Tahun

3.3.1 Tahun I (2016)

Recana kegiatan tahun I meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi. Secara lebih rinci setiap tahap kegiatan dijelaskan sebagai berikut:

Tahap Persiapan

(1) Pembentukan dan pembekalan tim pelaksana

Berdasarkan rancangan dalam proposal, tim pelaksana diundang untuk mengadakan

persiapan pelaksanaan dengan melibatkan LPM Undiksha, LPM Stikes Buleleng, Pemkab

Bangli, dinas pertanian, dinas kehutanan, dinas pendidikan, dinas pariwisata, dan dinas

kesehatan. Pada pertemuan ini tim pelaksana akan diberikan pembekalan tentang maksud,

tujuan dan rancangan mekanisme IBW dan beberapa hal teknis berkaitan dengan metode PALS,

metode observasi, pemetaan, evaluasi diri, analisis SWOT, penyusunan program berbasis

aktivitas oleh Tim dan masukan dari Pemkab Bangli, dinas pertanian, dinas kehutanan, dinas

pendidikan, dinas pariwisata, dan dinas kesehatan, perdagangan dan koperasi, camat

Kintamani, Lurah, dan kepala Dusun, tokoh masyarakat dan instansi terkait.

(2) Pembekalan partisipan

Pembekalan partisipan yang mencakup mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) dari

Undiksha dan Stikes Buleleng, LSM, dan sukarelawan dari sekehe teruna teruni, dan partisipan

dari desa-desa wilayah IBW tentang beberapa hal teknis berkaitan dengan metode PALS,

Page 21: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

21

metode observasi, pemetaan, evaluasi diri, analisis SWOT, penyusunan program berbasis

aktivitas oleh Tim pelaksana, pemkab Bangli, dinas pariwisata, dinas pertanian, dinas

kehutanan, dinas pendidikan , dinas pariwisata, dan dinas kesehatan, dinas industri,

perdagangan dan koperasi, camat Kintamani, Lurah, dan kepala Dusun, tokoh masyarakat dan

instansi terkait.

(3) Penyusunan instrumen kegiatan

Pengembangan dan validasi dokumen-dokumen penunjang kegiatan seperti butu panduan

teknologi tepat guna, Ipteks, keterampilan life skill, lembar observasi, lembar wawancara,

pedoman evaluasi, perangkat penilaian partisipatif, perancangan logistik. Kegiatan ini

dilakukan oleh tim pelaksana dengan melibatkan partisipan di wilayah kegiatan.

Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Melakukan pemetaan potensi-potensi unggul di

wilayah IBW dan pemetaan wilayah sesuai peruntukan dan kondisi fisik dan daya dukung

lingkungan dalam rangka mewujudkan kawasan wisada desa yang mandiri, (2) Melakukan self-

evaluation dan penyusunan rencana program strategis secara PALS untuk mewujudkan

wilayah IBW menjadi kawasan geowisata yang mandiri, (3) Perancangan program aksi inisiasi

IBW berdasarkan potensi-potensi unggul yang dimiliki sebagai penjabaran program-program

strategis yang dicanangkan, (4) Pelaksanaan aktivitas-aktivitas inisiasi untuk revitalisasi dan

restrukturisasi zona galian C, (5) Peningkatan sadar wisata masyarakat dalam mengembangkan

model rural-agrotourism culture yang dapat mengintegrasikan aktivitas pariwisata,

pertanian/peternakan, dan budaya lokal masyarakat guna mendiversifikasi kawasan geowisata

Kintamani, (6) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam diversifikasi produk

pengolahan kelapa menjadi produk berorientasi pasar seperti VCO, briket, lotion, sabun, nata

de coco, blondo, dan lain-lain dengan pembangunan demplot sentra pengolahan kelapa sebagai

media awal pembentukan industri kecil dan UKM berbasis kelapa bagi kelompok tani kelapa,

(7) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan aneka makanan tradisional dan

modern berbasis hasil pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan seperti keripik pisang,

dodol pisang, sele pisang, jeruk, anggur,olahan jambu mete, ikan kering, abon ikan dan daging,

keripik ikan tawar dan daging, dan lain-lain yang dapat mendukung wisata kuliner di wilayah

IbW, (8) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan industri kerajinan kreati-inovatif untuk

menghasilkan cendramata atao produk komoditas yang dapat diserap oleh pasar pariwisata atau

oleh-oleh wisata yang mendukung pengembangan desa wisata, (9) Peningkatan kualitas edukasi

Page 22: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

22

masyarakat untuk pemberantasan buta huruf, pendidikan keterampilan life skill melalui model

pendidikan kelas kecil (small group learning) berbasis kearifan lokal, seperti kelompok belajar

tingkat SD, kelompok belajar tingkat SMP, dan kelompok belajar life skill, dan kursus

keterampilan, dan peningkatan sadar wisata dan kapasitas wisata melalaui kursus bahasa

Inggris, ICT dan keterampilan pariwisata (tourism skill), (10) Peningkatan pengetahuan dan

keterampilan managemen wirausaha, perkoperasian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat

dan revitalisasi UKM-UKM berbasis kearifan lokal, (11) Pembuatan demplot peternakan sapi,

babi dan ayam buras ramah lingkungan (zero waste) dalam meningkatkan pendapatan

masyarakat, yang dapat dijadikan setrum edukasi dan komoditas wisata desa, (12) Peningkatan

pengetahuan dan keterampilan dalam pengolah limbah pertanian-peternakan menjadi pupuk

kompos dan sumber energi bio-gas untuk pemenuhan kebutuhan pupuk organik bagi pertanian

dan kebutuhan energi bakar alternatif untuk keperluan memasak dan industri kecil dan rumah

tangga, dan (13) Pengusulan beberapa program P2M ke DP2M dikti berupa Ipteks bagi

masyarakat di desa wilayah IBW maupun desa sekitarnya yang merupakan desa imbas dalam

wilayah kecamatan Kintamani kabupaten Bangli untuk mendukung perwujudan desa wisata

mandiri.

Tahap Monitoring, Evaluasi, Refleksi dan Sosialisasi

Monitoring, dan evaluasi pelaksanaan aktivitas-aktivitas inisiasi.

Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas inisiasi yang dilakukan terhadap

input aktivitas berupa review rencana kegiatan, proses berupa kesesuaian mekanisme kegiatan

yang dilakukan dengan yang direncanakan termasuk penggunaan sumber daya dan alokasi

waktu serta tingkat keterlibatan partisipan dan stakeholder. Evaluasi juga dilakukan terhadap

perkembangan pencapaian indikator kinerja setiap aktivitas yang dilakukan saat berkahirnya

setiap aktivitas. Monitoring dan evaluasi partisipatif dilakukan oleh koordinator monitoring dan

evaluasi bersama anggotanya dengan melibatkan partisipan, pengurus desa sebagai penjamin

mutu.

Penyusunan laporan program IBW tahun I dilakukan akhir tahun kegiatan, sedangkan

laporan setiap program aksi disusun sesaat setelah aktivitas tersebut selesai berlangsung.

Laporan tahunan disusun dengan mengakumulasi, merangkum dan menganalisis laporan-

laporan setiap program aksi. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap pencapaian target tahun

pertama dan dibandingkan dengan target akhir program serta kondisi ideal yang diharapkan.

Kendala-kendala yang dihadapi serta cara mengatasi kendala-kendala tersebut juga dianalisis

Page 23: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

23

dan dilaporkan. Hasil evaluasi, refleksi dan pelaporan program IBW tahun I selanjutnya

dijadikan dasar dalam perancangan program aksi IBW tahun II.

Sosialisasi hasil IBW tahun I dilakukan dalam bentuk seminar tradisional (paruman desa

pekraman) yang dipadukan dengan pekan pasar murah produk program IBW yang diikuti oleh

pelaksana program IBW, Rektor dan dosen Undiksha, Ketua dan dosen Stikes Buleleng, Bupati

Bangli, dinas terkait, dan jajarannya, camat Kintamani dan Staf, Lurah desa IBW dan staf, tokoh

masyarakat, kelompok tani-ternak-nelayan, mahasiswa KKN, dan stakeholder. Sosialisasi

proses dan hasil pelaksanaan program aksi IBW juga dilakukan melalui peliputan media masa

sebagai ajang promosi dan pencintraan publik.

Publikasi hasil kegiatan program IBW tahun pertama akan dimuat pada jurnal akademik P2M

yaitu (i) Jurnal Widya laksana LPM Udiksha, (ii) Jurnal Ngayah, dan (iii) Jurnal International.

3.3.2 Tahun II (2017)

Recana kegiatan tahun I meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi. Secara lebih rinci setiap tahap kegiatan dijelaskan sebagai berikut:

Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan adalah (1) rapat kerja tim dan partisipan untuk koordinasi dan

perencanaan mekanisme kegiatan tahun II yang telah disusun, (2) pembekalan penyegaran

terhadap tim pelaksana, tenaga lapangan dan partisipan, (3) Penyusunan pedoman dan petunjuk

teknis pelaksana program, dan (4) Sosialisasi rencana pelaksanaan program IBW tahun II.

Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Pemberdayaan, penguatan, dan pembentukan

organisasi dalam konservasi hutan dan penanganan mitigasi bencana alam untuk mencegah

terjadinya pendegradasian keindahan panorama alam dan lingkungan, beserta dampak

pengrusakan yang ditimbulkannya, (2) Penguatan usaha industri kecil berbasis kelapa yang

telah dirintis pada tahun I dengan cara (a) pendampingan produksi, (b) pendampingan

managemen usaha dan bisnis plan, (c) pendampingan pemasaran baik, lokal, antar pulau

maupun ekspor dengan menggunakan direct selling indirect selling, dan E-commerce melalui

fasilitas ICT, (3) Penguatan program rural-agrotourism culture dalam menyiapkan kawasa IbW

sebagai kawasan desa geowisata mandiri yang mendunia, (4) Penguatan kelompok-kelompok

Page 24: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

24

usaha kecil produktif yang ada dan perintisan kelompok-kelompok usaha kecil dan menengah

(UKM) produktif dan inovatif untuk mendukung pengembangan desa mandiri di wilayah IBW

berbasis Ipteks seperti pembuatan pakan ternak, pembuatan pupuk kompos, usaha pembibitan

ternak dan pertanian, usaha pengolahan limbah pertanian dan peternakan, (5) Pemberdayaan,

penguatan, dan pembentukan koperasi simpan pinjam, koperasi usaha kecil, dan lembaga

perekonomian rakyat berlandaskan kearifan lokal untuk mendukung sirkulasi perekonomian

masyarakat, (6) Pengembangan desa mandiri dengan melanjutkan program pertanian-

peternakan dan perikanan terpadu melalui mekanisme intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian

tumpang sari, pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan pangan dan pakan ternak, penyedian

sumber energi bio-gas, penyedian pupuk organik, dan pengaturan irigasi melalui teknologi

irigasi embung, (7) Peningkatan dan pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat melalui

pengembangan posyandu terpadu berbasis desa pekraman, dan revitalisasi kuantitas dan

kualitas jangkauan pelayanan kesehatan, pengintegrasian sistem kesehatan lingkungan hidup

berbasis adat ke dalam hukum adat serta memasukannya dalam kurikulum sebagai muatan lokal

di sekolah-sekolah wilayah IBW, (8) Pengusulan program P2M seperti penerapan Ipteks bagi

masyarakat (IBM) baik dari dana DIPA Undiksha maupun Stikes Buleleng untuk tahun III

program IBW.

Tahap Evaluasi

Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program aksi

yang dilaksanakan pada program IBW tahun II, (2) Pelaporan, evaluasi dan refleksi program

IBW serta penyusunan program aksi IBW tahun III berdasarkan rencana dan program strategis

serta pencapaian program aksi tahun II, (3) Sosialisasi dan promosi pencapaian program IBW

melalui seminar tradisional (paruman pekraman) dan pameran produk IBW, up-load di website,

dan promosi media masa Bali Post, (4) Publikasi hasil kegiatan program IBW tahun II akan

dimuat pada jurnal akademik P2M yaitu (i) Jurnal Widya laksana LPM Udiksha, (ii) Jurnal

Ngayah, dan (iii) Jurnal International.

3.3.3 Tahun III (2018)

Recana kegiatan tahun I meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi. Secara lebih rinci setiap tahap kegiatan dijelaskan sebagai berikut:

Page 25: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

25

Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Rapat kerja tim dan partisipan untuk koordinasi dan

perencanaan mekanisme kegiatan tahun III yang telah disusun, (2) Pembekalan penyegaran

terhadap tim pelaksana, tenaga lapangan dan partisipan, (3) Penyusunan pedoman dan petunjuk

teknis pelaksana program, (4) Sosialisasi rencana pelaksanaan program IBW tahun III.

Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Penguatan usaha industri kecil berbasis kelapa yang

telah dirintis pada tahun I dan tahun II dengan cara (a) peningkatan kerjasama industri dan

pemasaran, (b) pendampingan managemen usaha dan bisnis plan, (c) mendorong pemasaran

baik, lokal, antar pulau maupun ekspor dengan menggunakan direct selling/indirect selling, dan

E-commerce melalui fasilitas ICT, (2) Pengembangan kawasan geowisata, dengan produk

turunan wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, dan agrowisata yang dapat meningkatkan

aktivitas kepariwisataan dengan didukung oleh ketahanan pangan melalui intensifikasi dan

ekstensifikasi produk pertanian hortikultura, sawah, palawija, produksi ternak sekaligus

pemasyarakatan pemanfaat sumber energi bakar alternatif bio-gas hasil limbah ternak yang

telah dirintis tahun I dan II, (3) Peningkatan kemandirian masyarakat desa dalam pengelolaan

lingkungan dan kesadaran lingkungan hidup bersih, indah dan bersemi untuk mendukung

perwujudan kawasan Kintamni sebagai ibu kota kecamatan (IKK), konservasi hutan, dan

penanganan mitigasi bencana longsor, (4) Peningkatan kapasitas pengelolaan desa wisata

mandiri bagi lembaga pemerintahan/lembaga adat, kelompok masyarakat, pengurus organisasi

kepemudaan, dan tokoh masyarakat untuk menjaga sustainabilitas program aksi IBW menuju

kemandirian, (5) Pengusulan program-program P2M untuk pelaksanaan program IBW tahun

ke-III, (6) Peningkatan dan pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat serta sanitasi

lingkungan melalui program aksi pemberdayaan keluarga KK miskin, KK sejahtera dan

organisasi kemasyarakatan yang terkait menuju bina mandiri bidang pangan, kesehatan, dan

sumber energi, (7) Pengusulan program P2M seperti penerapan Ipteks bagi masyarakat (IBM)

baik dari dana DIPA Undiksha maupun Stikes Buleleng untuk tahun III program IBW.

Tahap Evaluasi

Kegiatan yang dilakukan adalah (1) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program aksi

yang dilaksanakan pada program IBW tahun III, (2) Pelaporan, evaluasi dan refleksi program

IBW tahun III, serta pendampingan penyusunan program aksi lanjutan secara mandiri oleh

perangkat desa dan masyarakat, (3) Sosialisasi dan promosi pencapaian program IBW tahun III

Page 26: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

26

melalui seminar tradisional (paruman pekraman) dan pameran produk IBW, up-load di website,

dan promosi media masa Bali Post, Radar, dan Nusra Post, (4) Publikasi hasil kegiatan program

IBW tahun III akan dimuat pada jurnal akademik P2M yaitu (i) Jurnal Widya laksana LPM

Udiksha, (ii) Jurnal LPM Ngayah, dan (iii) Jurnal International.

3.4 Kontribusi Pemerintah kabupaten Bangli

Motivasi dan kontribusi Pemkab Bangli dalam melaksanakan pemberdayaan

masyarakat di kecamatan Kintamani sangat tinggi. Pemkab Bangli sangat konsent dengan

peningkatan pendapatan asli daerah sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat

Bangli dan pengurangan kemiskinan. Bupati Bangli dalam pengarahan KKN-Undiksha di

Bangli mengungkapkan bahwa Pemkab Bangli sangat membutuhkan kerjasama semua pihak

terutama Undiksha dalam turut menyukseskan program-program pengentasan buta aksara,

kemiskinan dan peningkatan PAD Bangli melalui aktivitas produksi di berbagai sektor,

utamanya di sektor pariwisata, dan pertanian/peternakan, pendidikan, kesehatan dan partisipasi

gender. Usulan IBW dan sejenisnya sangat diharapkan Pemkab Bangli dalam mengakselerasi

pencapaian pembangunan Bangli yang pada tahun 2014 ini bertema ”meningkatkan

Pembangunan Sosial Ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran” (RKPD

Bangli, 2015). Dalam RPKD 2014 tersebut disampaikan prioritas pembangunan kabupaten

Bangli adalah: (1) Peningkatan kualitas dan kuantitas komoditi wisata sebagai daerah tujuan

wisata, (2) Penegakan hukum dan peningkatan profesionalisme aparatur, (2) Pembangunan

ekonomi daerah, (3) Peningkatan pembangunan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan, (4)

peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, (5) peningkatan aksesibilitas dan kualitas

pelayanan kesehatan, (6) peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan, dan (7)

perbaikan iklim investasi dan ketenagakerjaan.

Jalinan kerjasama Pemkab Bangli dengan Undiksha dan Stikes Buleleng tidak saja

dalam bidang pendidikan, KKN-PPM, tetapi juga dalam bidang-bidang lain seperti kehutanan,

pemetaan potensi (GIS), kesehatan (kerjasama akademi kebidanan, Undiksha dan RSUD

Bangli), pembinan desa tertinggal, sensus, life skill dan sebagainya. Untuk itu pemberdayaan

masyarakat di kawasan kecamatan Kintamani melalui program IbW yang diusung oleh

pemerintah kabupaten Bangli, Undiksha, dan Stikes Buleleng akan dapat terlaksana sesuai

dengan rencana, apalagi didukung oleh motivasi masyarakat yang sangat berkeinginan untuk

menyelenggarakan program-program aksi IbW di wilayahnya untuk mengantarkan desa-desa

di kawasan IbW ini menjadi desa wisata berkelas Internasional.

Page 27: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

27

BAB IV

KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1 Kinerja LPM Undiksha Singaraja

Universitas Pendidikan Ganesha memiliki motivasi kuat dalam mengembangkan diri

sebagai sebuah universitas yang turut berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk

lokal baik di bidang pendidikan dan pengajaran maupun bidang non-kependidikan untuk

mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing bangsa. Melalui berbagai hibah

kompetitif yang dimenangkan Undiksha, Universitas negeri satu-satunya di Bali utara ini, di

samping sedang memperkuat kapasitas lembaga, Undiksha juga mengembangkan berbagai

program unggulan dan rintisan seperti pengembangan komunitas (community development)

yang diharapkan mampu menghasilkan aktivitas-aktivitas yang mendatangkan revenue sendiri

(self generating revenue activities). Ditetapkannya Bali sebagai koridor percepatan ekonomi

berbasis pariwisata telah menyadarkan civitas Undiksha untuk memberi kontribusi signifikan

dalam pengembangan aktivitas kepariwisataan di Bali. Komitmen ini ditunjukkan dengan

dibukanya beberapa jurusan yang bersentuhan langsung dengan kepariwisataan dan

memenangkan hibah kompetit Dikti dalam pengembangan spectrum kepariwisataan di Bali,

termasuk di kawasn geowisata di kecamatan Kintamani kabupaten Bangli.

Berkaitan dengan usulan program IBW ini, Undiksha memiliki komitmen dan dorongan

moril yang tinggi untuk turut membantu dan mendampingi Pemerintah Kabupaten Bangli

dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dengan pengerahan potensi kepakaran yang

dimiliki, sesuai dengan karakteristik Bangli sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Bali.

Dorongan lain adalah kegiatan ini diharapkan sebagai wahana menerapkan techno-tourism

entrepreneurship dan pengabdian berbasis IPTEKS di kalangan masyarakat guna mendukung

pengembangan kawasan wisata di Bali. Kelayakan dan komitmen Undiksha dalam

mensinergikan potensi masyarakat baik dalam dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya

di bawah koordinasi LPM Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini

dapat dilihat dari pembentukan pusat-pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder

dan masyarakat terhadap penerapan ipteks, yakni (1) pusat layanan pendidikan masyarakat, (2)

pusat layanan pengembangan SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat layanan

penerapan ipteks, dan (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis.

Page 28: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

28

Di lain pihak, kelayakan Undiksha dalam kaji-tindak terhadap pemberdayaan potensi

masyarakat terwadahi dalam pusat kajian yang ada di lembaga penelitian, yaitu: (1) pusat kajian

lingkungan hidup, (2) pusat kajian sains, (3) pusat kajian pembangunan pedesaan dan pusat

kajian pemberdayaan wanita. Semua pusat layanan dan pusat kajian dikomandani oleh dosen

yang memiliki kapabilitas akademik bergelar master, doktor, dan profesor sesuai dengan

bidangnya masing-masing. Civitas akademik Undiksha yang dilibatkan baik sebagai anggota

pelaksana, nara sumber, dan partisipan seluruhnya memiliki justifikasi akademik S2, S3 dan

guru besar yang dapat mendukung pelaksanaan program IBW di wilayah kecamatan Kintamani.

Program KKN-PPM yang telah dikembangkan Undiksha juga memberikan dukungan

signifikan untuk mengakselerasi pelaksanaan program aksi IBW untuk mencapai target-target

keberhasilan program IBW yang telah ditetapkan.

Kemampuan dan pengalaman LPM Undiksha sebagai garda terdepan dalam

pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada

masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPM Undiksha dalam bentuk

penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di masyarakat diantaranya

adalah (1) Pengembangan managemen administrasi pemkab Buleleng berbasis GIS

(Geographical Information Systems), (2) Program desa wisata dan sekolah binaan, (3) program

kuliah kerja nyata pemberdayaan masyarakat (KKN-PPM), (4) program diklat ipteks

pendampingan bidang pendidikan maupun non-pendidikan, (5) program IbW Gerokgak, IbW

Kubutambahan, IbW Tejakula, IbK, IbIKK, IbM dan (5) bantuan dan bhakti sosial di daerah

bencana alam di desa Tejakula, Sukada, Busungbiu Kintamani, dan Buleleng.

4.2 Alasan Memilih PT Mitra (Stikes Buleleng)

Selanjutnya dalam program IbW ini Undiksha akan bermitra dengan Stikes Buleleng.

Stikes Buleleng adalah satu-satu universitas swasta di Bali Utara yang memiliki kepakaran di

bidang kesehatan dan kebidanan, untuk turut berkontribusi membangun kabupaten Bangli.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Buleleng memiliki motivasi kuat dalam

mengembangkan diri sebagai sebuah lembaga pendidikan yang turut berperan aktif dalam

meningkatkan daya saing di bidang kesehatan untuk mampu berkontribusi dalam meningkatkan

daya saing bangsa.

Kelayakan Stikes Buleleng dalam mendukung pelaksanaan program IBW di wilayah

kecamatan Kintamani sangat memadai, khususnya dari segi penanganan permasalahan sanitasi,

kebersihan, dan kesehatan. Kemampuan dan pengalaman LPPM STIKES sebagai garda

Page 29: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

29

terdepan dalam pengejawantahan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni

pengabdian kepada masyarakat relatif sudah cukup teruji. Beberapa program P2M LPPM

STIKES dalam bentuk penerapan ipteks yang sudah berhasil dan dirasakan manfaatnya di

masyarakat diantaranya adalah (1) pelayanan pengobatan gratis, (2) penyuluhan HIV/AIDS,

dan (3) Penyuluhan Narkoba. Alasan lain memilih Stikes Buleleng sebgai mitra dalam program

IbW ini adalah tingginya komitmen STIKES dalam mensinergikan potensi masyarakat di

bawah koordinasi LPPM STIKES cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pembentukan pusat-

pusat layanan yang dapat melayani kebutuhan stakeholder dan masyarakat terhadap penerapan

ipteks, yakni (1) pusat layanan kesehatan, (2) pusat layanan konsultasi HIV/AIDS melalui

klinik VCT kampus, (3) pusat layanan PKL, (4) pusat layanan perpustakaan, dan (5) pusat

layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis.

4.3 Jenis Kepakaran yang Diperlukan

Adapun jenis kepakaran yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program-

program aksi yang telah dicanangkan guna mewujudkan IbW Kawasan Galian C di desa

Songan A dan Songan B di Kecamatan Kintamani, tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis kepakaran IbW Kawasan Geowisata Kec. Kintamani No Nama Jenis Kepakaran

1. dr. Made Budiawan,S.Ked Ahli kesehatan dan sanitasi lingkungan

2. Gede Parma, S.Par., M.Par Ahli bahasa Inggris dan pariwisata.

3. Drs. Ida Bagus Putu Mardana, M.Si Ahli pendidikan/ pemberdayaan masyarakat

4. Dr. I Nyoman Tika, M.Si Ahli pendidikan sains dan produk kreanova

5. Prof Dr. Lasmawan, MPd Pakar konflik sosial, adat, dan kepemudaan.

6. Dra. Ni Wayan Sukerti, M.P Ahli pengolahan produk hasil tani dan kebun

7. Dr.Gede Rasben, ST, MT Ahli ICT dan Marketing

8. Ir. Putu Suardika, MP Ahli Pertanian dan Peternakan

9. I Made Sundayana, S. Kep, M.Kes Ahli Keperwatan dan Kebidanan

10. Dr. I Wayan Mudana, MPd Ahli sejarah dan Budaya

4.4 Struktur Organisasi IbW

Struktur Organisasi IbW Kawasan Galian C desa Songan A dan Songan B di Kec.

Kintamani dalam bentuk diagram, tersaji pada gambar 3.

Page 30: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

30

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Program IBW di kawasa Galian C Kintamani

Susunan organisasi pelaksana program IBW di kawasan kecamatan Kintamani kabupaten

Bangli Provinsi Bali, melibatkan semua elemen structural Undiksha, Stikes Buleleng, dan

Pemerintah kabupaten Bangli, Ketua LPM Undiksha, LPPM Stikes Buleleng, Setda/Bappeda

Pemkab. Bangli, Pejabat di tingkat kecamatan dan desa, tim pelaksana inti IbW Kintamani, dan

dosen/mahasiswa Undiksha dan Stikes Buleleng, sukarelawan dan elemen masyarakat. Struktur

Organisasi IbW dikawasan galian C kecamatan Kintamani dalam bentuk diagram, seperti

ditunjukkan pada gambar 4. Deskripsi tugas dan kewajiban tim pelaksana dapat diuraikan

sebagai berikut.

Tabel 1. Tugas dan Kewajiban tim Pelaksana Kegiatan

Struktur Jabatan Tugas dan Kewajiban

Pelindung Memberikan perlindungan kebijakan, hukum dan dukungan moril

terhadap keseluruhan kegiatan program IBW

Pengarah Memberikan arahan-arahan baik berupa kebijakan, konseptual,

petunjuk teknis terhada keseluruhan kegiatan program IBW

Penanggung Jawab Bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan program IBW

baik dari segi substansi akademik, keberterimaan dan

kebermanfaatnya bagi masyarakat

Ketua Pelaksana Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan melaporkan

serta mempertanggungjawabkan segala kegiatan dibantu oleh

sekretaris, bendahara, dan koordinator-koordinator yang terkait.

Sekretaris Melaksanakan segala kegiatan yang berkeitan dengan kesekretariatan

dan administrasi serta logistik untuk semua kegiatan.

Bendahara Melaksanakan segala kegiatan berkaitan dengan keuangan dan

pelaporan keuangan

Koordinator Studi Pemetaan

Potensi dan Pengembangan

Rencana Strategis

Merancang, melaksanakan dan melaporkan segala kegiatan studi

pemetaan potensi masyarakat dan potensi wilayah, dan in-depth

DESA ADMINISTRASI/ADAT

Ketua STIKES Buleleng

REKTOR UNDIKSHA

BUPATI PEMKAB BANGLI

KETUA LPM STIKES Buleleng

KETUA LPM UNDIKSHA

SETDA/BAPPEDA PEMKAB BANGLI

KETUA PELAKSANA PROGRAM IBW

SEKRETARIS

BENDAHARA KOORDINATOR –KOORDINATOR

PROGRAM AKSI

KECAMATAN

DOSEN & MAHASISWA UNDIKSHA & STIKES BULELENG SUKARELAWAN, PARTISIPAN,

KLP MASYARAKAT

Page 31: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

31

analisis SWOT dan pengembangan rencana strategis desa mandiri

berdasarkan hasil kajian.

Koordinator Pengembangan

rural-agrotourism culture di

kawasan geowisata Kintamani

dan program penerapan IPTEKS

Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan

pengembangan rural-agrotourism culture dan kegiatan penerapan

ipteks dalam cakupan program IBW.

Koordinator Pembinaan Industri

Kecil, Kewirausahaan,

Perkoperasian, dan

pemberdayaan lemabaga

ekonomi masyarakat

Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala

kegiatan pembinaan industri kecil, kewirausahaan, perkoperasian dan

pemberdayan lembaga eknomi masyarakat.

Koordinator Pengembangan

program pertanian-peternakan

terpadu, industri pengolahan hasil

pertanian, peternakan dan

perikanan

Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala

kegiatan pengembangan program pertanian-peternakan terpadu,

industri pengolahan limbah.

Koordinator Penanganan lahan

kering, lingkungan hidup,

kehutanan, dan pengolahan

limbah sampah dan ternak

Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala

kegiatan penanganan lahan kering, lingkungan hidup, kehutanan, dan

pengolahan limbah sampah dan ternak.

Koordinator Pengembangan

pendidikan kelompok belajar

kelas kecil, life skill, dan

keterampilan

Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala

kegiatan pengembangan pendidikan kelompok belajar kelas kecil,

life skill, dan kursus keterampilan.

Koordinator pembinaan adat-

istiadat, keagamaan, generasi

muda, lembaga sosial

Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala

kegiatan pembinaan adat-istiadat, keagamaan, generasi muda,

lembaga sosial.

Koordinator Pembinaan

kesehatan, sanitasi lingkungan,

dan keindahan kota

Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan dan melaporkan

segala kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesehatan, sanitasi

lingkungan, dan keindahan kota.

Koordinator pembinan

budidaya perikanan air tawar

dan managemen pemasaran

Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan dan melaporkan

segala kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan budi daya

perikanan air tawar dan managemen pemasaran

Koordinator Monitoring dan

Evaluasi

Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, melaporkan segala

kegiatan berkaitan dengan monitoring dan evaluasi secara

partisipatif.

Pelaksana Lapangan Melaksanakan pengambilan data studi pemetaan dan aktivitas

lapangan lainnya

Partisipan Berpartisipasi aktif sesuai dengan tingkatan partisipasi yang

diperlukan dalam perancangan, pelaksanaan, monitoring/evaluasi

program IBW

Page 32: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

32

BAB V

HASIL AKHIR KEGIATAN IbW TAHUN-2 (2017)

5.1. Hasil Kegiatan IbW Tahun-2 (2017)

5.1.1 Sosialisasi dan kordinasi.

Kegiatan IbW tahun-2 (2017) di kawasan galian C di desa Songan A dan desa Songan B

kecamatan Kintamani-Bangli Provinsi Bali, diawali dengan sosialisasi secara vertikal dengan

menghaturkan upacara permohonan ijin/permakluman (piuning) kehadapan Tuhan Yang Maha

Esa yang berstana di Pura Desa masing-masing, dan Pura Ulun Danu di desa Songan A dan

desa Songan B. Selanjutnya, sosialisasi juga dilakukan secara horizontal dengan masyarakat

yang menghadirkan aparat pemerintah di tingkat kecamatan, desa, adat, tokoh masyarakat dan

ketua kelompok produktif-ekonomis masyarakat di kawasan galian C di desa Songan A dan

desa Songan B. Dari hasil kordinasi dengan mitra, yakni pokdarwis, Ibu PKK, dan poktan, maka

kegiatan IbW tahun 2 difokuskan pada (1) pengkapasitasan pokdarwis BTCB( Bali Trecking

Caldera Batur) dan pengadaan infrastruktur wisata, (2) pendampingan kelompok poktan dalam

pertanian multikultur dan budi daya ikan tawar, (3) pengkapasitasan kelompok ibu PPK dalam

usaha rumah tangga dalam produksi keripik ikan mujair, dan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat luas di desa Songan A dan Songan B.

Gambar 5.1. Sosialisasi Program IbW ke Pemkab. Bangli, perangkat Desa, dan Adat

Page 33: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

33

5.1.2. Program Aktivitas IbW di desa Songan A dan desa Songan B Tahun-2(2017)

(A) Pengembangan Demplot Perikanan di tepian Danau Batur

Potensi air yang melimpah dari danau batur, telah mendorong masyarakat desa Songan A

dan desa Songan B mengembang budi daya ternak ikan air tawar, baik yang dikembangkan

melalui sistem keramba di danau, maupun sistem tambak di darat. Di pinggiran danau Batur,

berjajar dan berderet keramba-keramba untuk membudidayakan ikan. Keramba Jaring Apung

(KJA) ini memuat ribuan ikan nila. Di perairan bebas danau Batur, mujair juga berlimpah.

Eksploitasi budi daya ikan tawar dengan sistem keramba secara progresif, telah membatasi

akses budi daya ikan masyarakat yang tidak memiliki akses lahan di tepian danau. Dalam

program IbW ini, dilakukan pengembangan demplot perikanan dengan sistem tambak di darat

dengan memanfaatkan beberapa kubangan lahan sisa galian C, tentu sumber air didatangkan

dari danau Batur berbantuan mesin pompa air. Dalam program IbW ini dihibahkan 1(satu) unit

pompa air, ukuran skala kecil, seharga Rp 6.000.000,- untuk mengangkat air danau Batur untuk

pengairan tanaman bawang merah, dan kolam budi daya ikan mujair.

Gambar 5.2. Mesin pompa yang dihibahkan ke mitra IbW

Page 34: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

34

(B). Pengkapasitasan Aktivitas Geotourism di desa Songan A dan Songan B.

Potensi keindahan alam kaldera gunung Batur yang menghampar di kawasan Songan A

dan Songan B, dengan diversifikasi vegetasi hutannya, dan pesona danau batur merupakan daya

tarik wisata adalah aset desa Songan A dan Songan B yang dapat mendatangkan generate

revenue bagi masyarakat Songan. Pengelolaan wisata yang tradisional, penataan kawasan, dan

managemen pemasaran yang konvensional belum mampu meningkatkan taraf pendapatan

warga, apalagi dengan kompetensi bahasa asing, ICT dan literasi wisata yang rendah. Maka

dari itu, dalam program IbW kawasan galian C di desa Songan A dan desa songan B kecamatan

Kintamani-Bangli provinsi Bali dilakukan edukasi dan penatan secara bertahap terhadap SDM

dan keasrian objek geotourism, yakni : (1) pengadaan perahu (bantuan pemkab. Bangli) dan

mesin bout/tempel (hibah dari IbW tahun-2) seharga Rp 25.000.000, yang digunakan untuk

pengangkutan wisatawan menyeberangi danau Batur, (2) Pelatihan English for Guiding untuk

program geotourism bagi praktisi wisata di desa Songan A dan desa Songan B, (3) Pelatihan

ICT untuk pordarwis dan teruna teruni dalam upaya mengkapasitasi praktisi wisata untuk akses

informasi, publikasi, dan pemasaran, (4) diversifikasi produk wisata berupa cycling

adventuring, dan (5) pelembagaan pokdarwis BTCB yang berkaitan dengan labeling

pokdarwis, perkantoran pokdarwis, dan ijin legalitas pokdarwis melalui notaris.

Page 35: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

35

Gambar 5.4. Pengkapasitasan Masyarakat dalam Penguasaan Kompetensi Wisata

(C) Pengembangan Sentra Pertanian Bawang merah, tomat, dan Cabe

Komoditas pertanian yang sangat populer di desa Songan A dan desa Songan B adalah

bawang merah, cabe lokal dan cabe lombok, tomat, sayuran kubis, sawi, kentang, dan wortel.

Secara konvensional, masyarakat tani terbiasa bertani secara mono-kultur, jadi selama durasi

waktu terntentu hanya menanam bawang merah saja, atau cabe saja, sehingga saat panen raya,

sering harga produk tani anjlok, karena persaingan harga yang saling menjatuhkan. Atas dasar

itu, program IbW berusaha membimbing masyarakat tani untuk bertani hortikultural secara

multi-kultur dengan sistem tumpang sari, sehingga ketersediaan produk tani yang

terdiversifikasi diharapkan dapat menekan fluktuasi harga pasar ekstrim saat panen raya.

Page 36: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

36

Gambar 5.6. Sentra Pertanian Bawang Merah

(D) Usaha Rumah Tangga: Produksi Keripik Ikan Mujair

Kegiatan IbW tahun-2 (2017) juga mengedukasi mitra kelompok Ibu-ibu PKK di desa

Songan A dan Songan B dalam mengembangkan wirausaha dalam bidang kuliner keripik ikan

mujair. Ketersediaan bahan baku ikan mujair di kawasan desa Songan cukup melimpah. Di

samping dikonsumsi dan dijual dalam bentuk olahan masakan ikan mujair yang sudah jadi ciri

khas kuliner mujair, kelompok Ibu PKK menginginkan untuk dilatih cara menversifikasi olahan

ikan mujair, seperti keripik mujair. Hal ini penting dilakukan, karena keripik mujair dipandang

komoditas kuliner untuk oleh-oleh pramuwisata yang berkunjung ke kawasan wisata desa

Songan. Melalui program IbW, kelompok Ibu-ibu PPK dibantu peralatan masak, masing-

masing 2 unit, seperti kompor gas, tabung gas elpiji, panci, baskom, wajan, package press, dan

spinner. Aktivitas kegiatan pelatihan pembuatan produk keripik seperti terdokumentasi dalam

gambar 5.7.

Page 37: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

37

Gambar 5.7 Bantuan Peralatan dan Pelatihan Produksi Keripik Ikan Mujair

(E) Pelayanan Kesehatan Masyarakat desa Songan A dan Songan B

Persoalan kesehatan nampaknya merupakan permasalahan yang cukup serius dihadapi oleh

komunitas penduduk di desa Songan A dan desa Songan B. Sanitasi lingkungan yang jelek

akibat rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah sembarangan, kebiasaan

MCK di pinggir danau/selokan, intensitas debu akibat lalu-lalang mobil berat pengangkut

eksplorasi galian C yang sangat masif, dan pola hidup kurang bersih menyebabkan masyarakat

sangat mudah diserang berbagai macam penyakit, seperti diare, penyakit kulit, pernapasan,

batuk, disentri, dan penyakit lainnya. Jarak Puskermas Pembantu (Pustu) yang relatif cukup

jauh dan secara geografis sulit diakses, maka pelayanan dan penanganan kesehatan masyarakat

sering terabaikan. Berangkat dari permasalahan aktual ini, tim IbW Undiksha dan STIKES

Buleleng memprogramkan kegiatan penyuluhan dan pelayanan kesehatan gratis bagi masyakat

Page 38: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

38

di desa Songan A dan desa Songan B yang dilakukan pada bulan 18 Agustus dan 15 September

2017.

Gambar 5.7. Pelayanan Kesehatan di desa Songan A dan desa Songan B dari PT Mitra

Stikes Buleleng

Page 39: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

39

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. RPJM Desa Songan A. Kec. Kintamani. Kabupaten Bangli

Anonim. 2012. RPJM Desa Songan B. Kec. Kintamani. Kabupaten Bangli

Anonim. 2012. Bangli Dalam Angka. Pemkab. Bangli: Bali

Anonin. 2010. Profil Kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli:Bali

BPS, 1998. Crisis Poverty and Human Development in Indonesia. BPS. UNDP, Jakarta

Emil Salim. 1980. Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan . Jakarta

Yayasan Idayu.

Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim Dyah R. Panuju. 2009. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. Crestpen Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Irawan, P.B. dan Romdiati. H, 2000. The Impact of Economic Crisis on Povertyand its

Implication for Development Strategies, Paper Presented at National Workshop on Food

and Nutrition VII. LIPI, 29 Febuari – 2 Maret 2000, Jakarta

Kartasasmita, Ginandjar. 1995. Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi;

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Administrasi pada Fakultas Ilmu

Administrasi Pemangunan Universitas Brawijaya; Malang. 1995.

Michael Sherraden. 2006. Aset untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan

Kemiskinan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Michal Sznader, Lucyna Przezborska. 2004. Identification of Rural and Agri-Tourism products

and services. Rocz. AR Pozn. CCCLIX, Ekon. 3: 165-177.

Millind B Bhujbal. 2012. Agro-tourism A Specialized Rural Tourism: Innovative Product of

Rural Market. International Journal of Bussiness & Management Tomorrow. Vol. 2

No:1

Olivier Serrat. 2008. The Sustainable Livelihoods Approach. Asean Development Bank

Sumodiningrat, Gunawan,, 1999, Pemberdayaan Masyarakat dan JPS, PT Gramedia,Jakarta

Supriatna, Tjahya, 2000, Strategi Pembangunan Dan Kemiskinan, Rineka Cipta, Jakarta

Page 40: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

40

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 41: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

1

Lampiran 2. Foto Dokumentasi Kegiatan IbW Songan Tahun-2 (2017)

Page 42: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

2

Page 43: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

3

Page 44: LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW)

4