laporan akhir tahun ipteks bagi kreativitas dan...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR TAHUN
IPTEKS BAGI KREATIVITAS DAN INOVASI KAMPUS (IbKIK)
IbKIK Pusat Teknologi Peternakan Kambing Berkonsep Clean, Green, and Ethical (CGE) Universitas Syiah Kuala
Tahun ke-1 dari rencana 3 tahun
TIM PELAKSANA:
drh. Teuku Reza Ferasyi, M.Sc. PhD. (NIDN. 0020067207) Ketua Tim Pengusul drh. Ismail, M.Si. (NIDN: 0031126628) Anggota Tim Pengusul
drh. Zainuddin, M.Si. (NIDN: 0023096205) Anggota Tim Pengusul
Dibiayai Oleh: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset
dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sesuai Dengan Kontrak Pengabdian Masyarakat
Nomor: 014/SP2H/PPM/DPRM/IV/2017 tanggal 3 April 2017
UNIVERSITAS SYIAH KUALA OKTOBER 2017
2
b. Halaman Pengesahan
i
RINGKASAN
Tujuan kegiatan ini adalah peningkatan unit usaha pada lokasi kegiatan di
Universitas Syiah Kuala melalui IbKIK Pusat Teknologi Peternakan Kambing Berkonsep
Clean, Green, and Ethical (CGE) Universitas Syiah Kuala. Dalam usaha pengembangan
ternak, Pusat Teknologi Peternakan Kambing akan diarahkan sebagai unit profit yang
menghasilkan produksi ternak unggulan. Pelaksanaannya akan dilaksanakan dengan
mengoptimalkan kinerja reproduksinya dan pemeliharaan dengan menerapkan konsep
“clean, green, and ethical” (CGE). Optimalisasi dan Inovasi yang dilakukan adalah
dengan perbaikan tatakelola reproduksi sederhana mulai dari tatakelola perkawinan sampai
pada tatakelola pascapartus. Dari kegiatan yang direncanakan saat ini telah diselesaikan
beberapa tahap. Diantaranya adalah koordinasi dengan tim pelaksana dan pihak-pihak
terkait. Kemudian sudah dilakukan persiapan tenaga pelaksana lapangan melalui workshop
dan focus group discussion. Sehingga melalui kegiatan tersebut diharapkan semua pihak
yang terlibat telah memahami konsep pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan. Pada tahap
awal juga telah ditindaklanjuti saran reviewer untuk mencari lokasi kegiatan yang lebih
dekat dengan atau di lokasi kampus Universitas Syiah Kuala. Atas saran tersebut maka
dilakukan revisi lokasi pelaksanaan kegiatan ke UPT Teaching Farm Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Syiah Kuala. Untuk teknis pelaksanaan kegiatan, telah diselesaikan
sejumlah komponen persiapan. Selanjutnya, dalam program IbKIK ini telah diperkenalkan
sistim pengelolaan berkonsep clean, green, and ethical (CGE). Hal ini diterapkan dengan
memberikan tanda-tanda peringatan bagi setiap orang yang masuk ke kandang
pemeliharaan agar mematuhi mematuhi aspek biosekuriti. Setiap petugas kandang
diwajibkan mencelupkan kaki ke dalam cairan desinfektan yang disediakan di depan pintu
masuk. Untuk memperkenalkan jenis kambil unggul dan pola pemeliharaan berkonsep
CGE, juga telah dilaksanakan pelatihan kepada peternak dari kelompok mitra. Kemudian,
untuk memahami jaringan pemasaran ternak kambing, pelaksana kegiatan juga telah
melakukan studi banding ke sejumlah pengusaha ternak kambing dan domba di Kabupaten
Bogor, Jawa Barat.
Key words: Teknologi, kambing, clean, green, ethical, Universitas Syiah Kuala
i
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kami haturkan ke hadharat Allah SWT, atas segala
karunia-Nya sehingga kegiatan berjudul ”IbKIK Pusat Teknologi Peternakan Kambing
Berkonsep Clean, Green, and Ethical (CGE) Universitas Syiah Kuala” pada Tahun
Pertama telah selesai dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya, salawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke
alam yang berperadaban islami.
Kegiatan IbKIK ini dilaksanakan dengan tujuan untuk peningkatan unit usaha
pada lokasi kegiatan di UPT Teaching Farm FKH Unsyiah, yaitu melalui Pusat
Teknologi Peternakan Kambing Berkonsep Clean, Green, and Ethical (CGE)
Universitas Syiah Kuala. Target khususnya adalah berkembang sebagai unit profit yang
menghasilkan produksi ternak unggulan di Universitas Syiah Kuala.
Pelaksana mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas dukungan dana
kegiatan dari skim Hibah IbKIK DRPM Kemristek-Dikti Tahun 2017 dan Universitas
Syiah Kuala serta pihak-pihak lainnya, termasuk mahasiswa yang telah membantu
pelaksanaannya.
Darussalam, 30 Oktober 2017
Ketua Pelaksana
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………...... i
RINGKASAN…………………............................…………...................... ii
PRAKATA ..........................................……........………............................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
BAB 1. PENDAHULUAN .................……………...................................... 1
BAB 2. TARGET DAN LUARAN ..............…………………..................... 3
BAB 3. METODE PELAKSANAAN …………………..…........................ 17
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI.......................………… 18
BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI………………........... 21
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA .... ..…..…..…………... 23
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ............…….................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ...........................................……............................... 25
LAMPIRAN ..............................................……........................................... 26
1
BAB I PENDAHULUAN
Saat ini ternak ruminansia kecil, yaitu kambing dan domba, menjadi salah satu
andalan nasional bagi sumber pendapatan peternak tradisional di pedesaan. Khusus di
wilayah Aceh, sebagian besar ternak ruminansia kecil yang dikembangkan adalah
ternak kambing. Namun demikian, kebanyakan dari ternak kambing tersebut bukan
merupakan jenis unggul, tetapi dari jenis kambing kacang lokal yang memiliki tubuh
yang kecil.
Jenis kambing lokal tersebut tingkat produktivitasnya sangat rendah dengan bobot
tubuh yang umumnya antara 14 - 16 kg. Hal ini akan berbeda hasilnya jika kepada
peternak diperkenalkan ternak kambing dari jenis unggul yang memiliki tingkat
produktivitas yang tinggi, seperti jenis kambing peranakan boer dan kacang lokal
(boerka). Kambing boerka adalah hasil persilangan antara pejantan boer yang
didatangkan langsung dari Australia dengan induk kambing kacang lokal Indonesia.
Kambing boer merupakan kambing tipe pedaging yang sangat baik dan telah digunakan
di banyak negara dalam program persilangan dengan kambing lokal. Hasil
persilangannya memperlihatkan keunggulan kambing boerka berupa kemampuan
tumbuh dan penambahan bobot tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan kambing
kacang. Sifat baik lainnya berupa kemampuannya beradaptasi dengan kondisi tropik-
basah.
Keragaan reproduksi kambing boerka cukup tinggi. Seekor induk dapat
melahirkan sebanyak 3 kali dalam periode 2 tahun, yaitu dengan selang beranak selama
delapan bulan. Rata-rata jumlah anak setiap melahirkan adalah sekitar 1.6 – 1.7
ekor. Berdasarkan parameter ini, maka jumlah anak yang dapat dilahirkan oleh seekor
induk yang baik dalam periode dua tahun mencapai 4.8 – 5.1 ekor. Dengan asumsi
tingkat mortalitas anak kambing yang dipelihara pada manajemen yang baik antara 10 -
15%, maka jumlah anak hidup yang dihasilkan seekor induk sekitar 4 ekor dalam waktu
dua tahun.
Saat ini masih sangat minim upaya yang dilakukan untuk pengembangan kambing
boerka di Aceh. Hal ini dikarenakan ketidak mampuan peternak untuk membeli
kambing tersebut dari tempat pembibitannya, yaitu di Loka Penelitian Kambing Potong,
2
Badan Litbang Departemen Pertanian, Sei Putih, Sumatera Utara. Jika mereka harus ke
tempat ini, maka memerlukan tambahan biaya transportasi dan waktu. Selain itu, harga
bibit kambing unggul ini tergolong lebih tinggi dari kambing kacang. Oleh karena itu
diperlukan pengembangan tempat pembibitan alternatif di wilayah Aceh.
Dengan melihat peluang tersebut maka melalui IbKIK akan dikembangkan pusat
pembibitan dan pengembangan kambing boerka di lokasi kerjasama Universitas Syiah
Kuala dengan UPTD Inkubator Kader Peternakan Provinsi Aceh, yaitu di Saree,
Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Upaya tersebut akan dilakukan
dengan pemeliharaan kesehatan dan memacu peningkatan populasi ternak
menggunakan teknologi inseminasi buatan. Selain itu, dalam pengelolaan pakan dan
kesehatan ternak akan menerapkan konsep “clean, green, and ethical” (CGE). Dengan
konsep ini maka pemeliharaan ternak diupayakan untuk memenuhi unsur-unsur
kesejahteraan hewan dan menghindari penggunaan bahan-bahan kimia dan obat sintetis.
Sebagai gantinya akan lebih diutamakan aplikasi obat bahan alam (etnoveteriner),
khususnya untuk mengendalikan infeksi cacingan sebagai permasalahan utama dalam
kesehatan ternak kambing.
Dengan penerapan pola pengembangan seperti tersebut di atas maka diharapkan
akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat peternak di Aceh untuk memperoleh
kambing boerka dengan harga yang lebih murah dan tempatnya tidak jauh. Sehingga
dari sisi ekonomi akan menguntungkan mereka dalam pengembangannya. Saat ini
pangsa pasar kambing di Aceh tergolong tinggi, karena banyaknya rumah makan
dengan menu kari kambing atau jenis makanan lainnya dengan bahan dasar daging
kambing. Selain itu, sebagai wilayah dengan penduduk mayoritas muslim, maka pada
saat hari raya kurban dan kenduri aqiqah kebutuhan kambing meningkat tajam.
Disamping itu, ternak kambing yang dihasilkan juga dapat dipasarkan ke wilayah
Sumatera Utara unuk memenuhi kebutuhan di sana. Terutama sekali, ternak yang akan
diproduksi juga akan mengacu kepada kecenderungan permintaan pasar modern di
Indonesia dan pasar internasional saat ini, yaitu bebas bahan kimia berbahaya dan
memenuhi unsur kesejahteraan hewan. Hal ini tentu saja memberikan gambaran
perputaran ekonomi yang cukup baik bagi peternak dalam menjalankan usaha ternak
kambing.
3
Secara lebih khusus, pengembangan kambing boerka di lokasi kerjasama
Universitas Syiah Kuala dengan UPTD Inkubator Kader Peternakan Provinsi Aceh akan
menghasilkan nilai keuntungan yang signifikan bagi unit tersebut dan menjadi prototipe
untuk produksi kambing boerka yang memenuhi konsep CGE di Provinsi Aceh dan
bahkan Indonesia. Sehingga sangat mempunyai peluang untuk memperoleh HKI.
Dengan inovasi yang dilakukan tersebut maka diharapkan dimasa yang akan datang
lokasi kerjasama Universitas Syiah Kuala dengan UPTD Inkubator Kader Peternakan
Provinsi Aceh dapat menjadi Pusat Pelatihan Manajemen kambing unggul di Aceh.
4
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Untuk pelaksanaan IbKIK selama 3 tahun maka telah disusun target luaran
tahunan yang diprediksi sesuai dengan komponen rencana usaha ditunjukkan dalam
Tabel 1, sebagai berikut: Tabel. 1. Gambaran Komponen Rencana Usaha untuk pelaksanaan IbKIK selama 3 tahun.
No Komponen Rencana Usaha Tahun ke- I II III
1 Bahan baku 10 ekor induk kambing boerka
10 ekor induk kambing boerka
20 ekor induk kambing boerka
2 Produksi 10 anak kambing 20 anak kambing 40 anak kambing 3 Proses Sinkronisasi birahi,
inseminasi buatan, diagnosis kebuntingan, manajemen pascapartus
Sinkronisasi birahi, inseminasi buatan, diagnosis kebuntingan, manajemen pascapartus
Sinkronisasi birahi, inseminasi buatan, diagnosis kebuntingan, manajemen pascapartus
4 Manajemen penerapan manajemen pemeliharaan, pakan dan kesehatan dengan konsep CGE
penerapan manajemen pemeliharaan, pakan dan kesehatan dengan konsep CGE
penerapan manajemen pemeliharaan, pakan dan kesehatan dengan konsep CGE
5 Pemasaran Pemerintah Daerah dan Masyarakat
Pemerintah Daerah dan Masyarakat
Pemerintah Daerah dan Masyarakat
6 SDM Peningkatan kemampuan pengelola peternakan di Stasiun Pengembangan
Program magang untuk peningkatan kapasitas dan wawasan pengelola peternakan di Stasiun Pengembangan
Pelatihan pada masyarakat
7 Fasilitas Kandang, gudang pakan, rumah karyawan, instalasi listrik, wi-fi, HMT
Kandang, gudang pakan, rumah karyawan, instalasi listrik, wi-fi, HMT
Kandang terbagi sesuai jenis kelamin dan umur serta penggunaan kambing (induk, potong, bibit)
8 Finansial Keuntungan Rp. 11.230.000,-
Keuntungan Rp. 33.690.000,-
Keuntungan Rp. 44.920.000,-
Berdasarkan Tabel di atas maka dapat disusun target luaran berdasarkan tahun berjalan
yakni:
1. Tahun I : unit usaha di perguruan tinggi
2. TahunII : unit usaha di perguruan tinggi, produk kambing boerka yang
menghasilkan pendapatan bagi perguruan tinggi
3. Tahun III : unit usaha di perguruan tinggi, produk kambing boerka yang
menghasilkan pendapatan bagi perguruan tinggi, Paten,
5
terbentuknya wirausaha baru melalui pelaksanaan pelatihan
kepada masyarakat dan mahasiswa, dan up-dating ilmu
pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi.
Pemilihan IPTEKS yang diterapkan adalah implementasi teknologi sinkronisasi
berahi, perkawinan dengan inseminasi buatan, penanganan pascapartus dan
pemeliharaan dengan konsep CGE. Secara komprehensif teknologi ini akan mampu
menghasilkan produksi maksimal dari induk kambing dalam bentuk minimal 3 ekor
anak per induk yang lahir dalam 2 tahun.
Secara khusus rencana capaian tahunan ditampilkan dalam Tabel 2 di bawah ini.
No Jenis Luaran Indikator Capaian TS TS + 1 TS + 2 1 Publikasi ilmiah di jurnal nasional/prosiding Draft Submitted Accepted
2 Publikasi pada media masa (cetak/elektronik) Draft Sudah terbit Sudah terbit
3 Publikasi pada jurnal internasional Draft Submitted Accepted 4 Terbentuknya unit usaha di perguruan tinggi
berbasis produk intelektual dosen 1 2 4
5 Jumlah jenis produk jasa dan atau barang komersial, model atau purwarupa yang terjual dan menghasilkan pendapatan bagi perguruan tinggi
1 2 4
6 Jumlah wirausaha baru berbasis iptek 1 2 4
7 Hak kekayaan intelektual (paten, paten sederhana, hak cipta, merek dagang, rahasia dagang, desain produk industri, perlindungan varietas tanaman, perlindungan topografi)
Tidak ada
draft Terdaftar
8 Buku ajar Tidak Ada
Tidak Ada Ada
6
BAB III METODE PELAKSANAAN
Rencana Usaha
Bahan Baku
Sumber induk kambing boerka akan diperoleh dari pusat pengembangannya di
Loka Penelitian Kambing Potong, Badan Litbang Departemen Pertanian, Sei Putih,
Sumatera Utara. Pengambilan dari lokasi ini akan dapat menjamin bahwa kambing
boerka yang digunakan adalah murni hasil persilangan unggul. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut bukan merupakan suatu hambatan bagi Universitas Syiah Kuala dan
Loka Penelitian Kambing Potong, karena selama ini telah berlangsung sejumlah
kerjasama penelitian sejak tahun 2012.
Produksi
Saat ini, di lokasi kerjasama Universitas Syiah Kuala dengan UPTD Inkubator
Kader Peternakan Provinsi Aceh telah dilengkapi sarana kandang yang sangat
representatif untuk 20 ekor kambing. Di samping, itu terdapat gudang konsentrat,
tempat untuk penyimpanan pakan hijauan, rumah karyawan, dan lahan untuk HMT.
Dalam waktu 3 (tiga) tahun ke depan, fasilitas dan peralatan yang tersedia masih cukup
baik untuk digunakan. Hal yang diperlukan saat ini adalah penguatan modal dan
manajemen untuk pengembangan kambing boerka dengan mengoptimalkan proses
produksi sehingga diharapkan nantinya stasiun riset ini akan menjadi penyuplai
kambing boerka yang memenuhi konsep CGE bagi daerah Aceh sekitarnya, bahkan
hingga ke luar Aceh.
Proses Produksi
Keberhasilan usaha pembibitan kambing boerka salah satunya ditentukan oleh
keberhasilan reproduksi. Apabila pengelolaan reproduksi ternak dilakukan dengan tepat
maka akan menghasilkan kinerja reproduksi yang baik yaitu peningkatan angka
kebuntingan dan jumlah kelahiran. Akan tetapi, masalah yang masih sering dijumpai
hingga saat ini adalah kinerja reproduksi yang masih rendah ditandai dengan masih
terjadi kawin berulang dan rendahnya angka kebuntingan, jarak beranak yang panjang
7
serta berdampak terhadap rendahnya perkembangan populasi kambing dan pendapatan
petani dari usaha ternak. Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja reproduksi ternak
diperlukan manajemen reproduksi yang tepat antara lain:
1) seleksi induk yang baik
Sebanyak 20 (dua puluh) ekor sumber bakalan induk kambing boerka diperoleh
dari Loka Penelitian Kambing Potong untuk menjamin bahwa yang digunakan
adalah murni ternak kambing unggul.
2) induksi birahi, pengamatan birahi dan waktu kawin,
Kambing boerka yang didatangkan dipastikan terlebih dahulu status
reproduksinya. Sebelum dilakukan tindakan IB, terhadap ternak betina tersebut
dilakukan tindakan palpasi abdominal, pemijatan putting dan palpasi rektal
untuk memastikan bahwa kambing yang digunakan tidak dalam keadaan
bunting. Selanjutnya dilakukan teknik penyerentakan berahi menggunakan
pemasangan EAZI-BREED™ CIDR® yang mengandung 0,3 g progesterone
selama 16 hari secara intravaginal. Lalu diinjeksi dengan PregnecolTM serum
Gonadotrophin 400 IU secara intramuskuler sekitar 48 jam sebelum pencabutan
EAZI-BREED™ CIDR®.
3) inseminasi Buatan
Perkawinan dilakukan dengan teknik inseminasi buatan menggunakan semen
beku kambing boerka. Semen beku yang digunakan juga berasal dari Loka
Penelitian Kambing Potong. Hal ini sebagai garansi bahwa bibit yang
disuntikkan adalah jenis unggul. Tindakan Inseminasi buatan dengan teknik
cervical dilakukan setelah terlihat tanda birahi. Tindakan ini diulang 10-12 jam
setelah IB ke-1.
4) deteksi kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan dilakukan menggunakan teknologi USG.
5) penanganan proses partus
Pada saat kambing sudah nampak bunting tua dan diprediksi sudah siap
melahirkan, ternak tersebut akan dimasukan kedalam kandang khusus kelahiran.
Pemisahan dan perlakuan khusus di kandang tersendiri ini bertujuan agar ternak
menjadi tenang dan nyaman menanti saat-saat terjadinya kelahiran. Pemisahan
ini pun berguna untuk memudahkan pemantauan terhadap ternak.
8
6) penanganan pasca partus
Anak yang baru dilahirkan akan diupayakan selalu dekat dengan induknya. Hal
ini untuk meyakinkan bahwa terjalinnya hubungan emosional yang baik antara
keduanya dan terpenuhinya unsur kesejahteraan hewan. Dengan adanya
hubungan tersebut maka diharapkan anak kambing akan dirawat dengan baik.
Anak yang baru dilahirkan akan diupayakan segera menyusui induk dalam 4 jam
pertama post-partum, sehingga dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan
kolostrum yang akan menguatkan daya tahan anak terhadap serangan penyakit.
Manajemen
Untuk memastikan agar induk kambing boerka dapat menghasilkan 1.5 cempe
(anak) per tahun maka perlu dikontrol perbaikan manajemen mulai dari seleksi induk
sampai manajemen pascapartus. Dalam proses seleksi induk kambing betina maka harus
dipilih induk betina yang mempunyai catatan reproduksi baik, yaitu minimal sudah
pernah bunting dan melahirkan satu kali. Selain itu, induk tersebut harus mempunyai
siklus reproduksi reguler dengan durasi dan intensitas yang normal.
Salah satu permasalahan dalam penerapan teknologi inseminasi buatan (IB) pada
ternak adalah evaluasi hasil IB yang berkaitan dengan pemeriksaan kebuntingan.
Pemeriksaan kebuntingan berkaitan erat dengan upaya memperpendek jarak beranak.
Jarak beranak merupakan salah satu faktor yang menentukan efisiensi usaha. Selang
beranak yang berkepanjangan di Indonesia dan di Provinsi Aceh pada khususnya adalah
salah satu masalah utama dalam upaya meningkatkan populasi ternak. Diagnosis
kebuntingan dan upaya mengetahui status reproduksi ternak setelah perkawinan
merupakan hal yang sangat tepat dilakukan untuk memperpendek jarak beranak. Hal ini
dimungkinkan karena bila ternak yang diinseminasi tidak bunting, maka sesungguhnya
ternak tersebut dapat dikawinkan kembali pada periode berahi berikutnya tanpa harus
menunggu sampai terlihat indikasi kebuntingan dari luar, sebaliknya bila ternak yang
dikawinkan bunting, maka peternak dapat memberikan perlakuan khusus pada
ternaknya sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya abortus.
Perkembangan utama dalam diagnosis kebuntingan pada ternak adalah
penggunaan metode ultrasound. Ultrasonography (USG) merupakan alat pemeriksaan
dengan menggunakan gelombang suara ultra. Gelombang tersebut kemudian akan
9
diubah menjadi gambar. Hasil pencitraan dapat dilihat melalui layar monitor.
Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk menentukan usia kebuntingan, melihat kondisi
kebuntingan, termasuk kelainan janin. Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kebuntingan
pada umur 25 hari setelah inseminasi pada ternak. Usia kebuntingan yang dianjurkan
untuk digunakan USG sebagai alat penentu kebuntingan mulai umur 30 hari setelah
inseminasi. Makin muda usia kebuntingan makin menurun akurasinya. Usia muda
kebuntingan juga berpotensi menyebabkan kematian embrio dini bila kurang hati-hati
melakukannya. Penggunaan alat fetometer doppler ultrasonic dapat secara tepat
mendiagnosis kebuntingan pada 26 dari 27 ekor kambing (96%) yang dilakukan 72 hari
setelah kawin.
Pemasaran
Produk kambing boerka yang dihasilkan melalui kegiatan IbKIK ini ditargetkan
akan dapat dipasarkan ke instansi pemerintah terkait dan masyarakat peternak kambing.
Instansi pemerintah terkait seperti Dinas Peternakan, Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Dinas Sosial merupakan lembaga yang selalu membuat program tahunan bantuan
ternak kambing ke masyarakat. Namun demikian, selama ini jenis ternak yang sering
didistribusikan adalah jenis kambing kacang lokal dan kambing PE. Kedua jenis ternak
ini memiliki kelemahan, yaitu kambing kacang memiliki tubuh yang kecil. Sedangkan
kambing PE, meskipun memiliki ukuran tubuh yang besar, akan tetapi kurang produktif
dalam menghasilkan daging.
Selain kendala tersebut, instansi-instansi pemerintah di atas selama ini belum
bisa mendistribusikan bantuan ternak kambing boerka karena kesulitan mendapatkan
bibit atau bakalan dalam jumlah besar. Sementara itu, jika pun ada di Loka Penelitian
Kambing Potong, biaya distribusinya di luar anggaran yang disediakan serta jumlah
yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi.
Oleh karena itu, dengan memanfaatkan kerjasama yang telah terjalin antara
Unversitas Syiah Kuala dengan Loka Penelitian Kambing Potong dan Pemerintah
Provinsi Aceh, yang membawahi semua instansi pemerintah di Aceh, maka diharapkan
produk yang akan dikembangkan akan mudah diperoleh. Selanjutnya, produk yang
dihasilkan akan mudah dipasarkan. Selain itu, tentu saja target pasar lainnya adalah ke
lingkungan masyarakat peternak. Khususnya untuk mereka yang bermukim di sekitar
10
lokasi kerjasama Universitas Syiah Kuala dengan UPTD Inkubator Kader Peternakan
Provinsi Aceh.
SDM
Sumber daya manusia yang dipekerjakan sebagai karyawan dalam program ini
adalah 2 (dua) orang tenaga kontrak yang tersedia. Untuk honorarium mereka diambil
dari dana PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang jumlah gajinya mengikuti
struktur tarif yang ditetapkan oleh Universitas Syiah Kuala, yaitu Rp. 200.000,-/bulan.
Kondisi ini menyebabkan investasi modal usaha dari aspek gaji pegawai dapat
dikurangi. Dalam tahun terakhir kegiatan ini karyawan tersebut dapat memperoleh
pelatihan /magang pada Loka Penelitian Kambing Potong untuk dapat ditingkatkan
kapasitasnya dalam mengelola pemeliharaan, kebuntingan dan kesehatan ternak
kambing.
Fasilitas
Di lokasi kerjasama Universitas Syiah Kuala dengan UPTD Inkubator Kader
Peternakan Provinsi Aceh memiliki 3 unit gedung dan 2 kandang ternak. Gedung
tersebut terdiri dari gedung administrasi, gedung pertemuan dan gedung asrama. Di
areal ini juga terdapat lahan untuk kegiatan pertanian. Selain itu juga tersedia kandang
ternak, yaitu kandang ternak kambing dan kandang sapi. Kandang sapi dirancang untuk
dapat menampung 20 ekor ternak. Sedangkan kandang kambing dibuat untuk dapat
menampung sekitar 150 ekor ternak.
Di sekitar areal lokasi IbKIK banyak terdapat tanaman pakan hijauan.
Diantaranya adalah tanaman rumput dan leguminose termasuk tanaman gamal. Dengan
adanya sumber pakan tersebut akan mengurangi kebutuhan modal usaha untuk
penyiapan pakan. Untuk mendukung pemeliharaan ternak, maka di lokasi kerjasama
Universitas Syiah Kuala dengan UPTD Inkubator Kader Peternakan Provinsi Aceh ini
juga didukung dengan ruang penyimpanan pakan baik dalam bentuk hijauan maupun
konsentrat.
11
Untuk kebutuhan transportasi, lokasi ini memiliki akses jalan aspal yang baik,
termasuk ke jalan utama. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitas instalasi listrik dan
telekomunikasi. Fasilitas yang mungkin masih dibutuhkan dari kegiatan ini adalah
pembuatan nostal dan kandang pemisah ternak bunting.
Finansial
Modal usaha pengembangan usaha ternak kambing boerka terdiri dari biaya
investasi, variabel, dan biaya tetap. Biaya investasi terdiri pembuatan kandang dan
peralatan kandang. Oleh karena di lokasi kerjasama Universitas Syiah Kuala dengan
UPTD Inkubator Kader Peternakan Provinsi Aceh telah memiliki kandang permanen
dan peralatannya maka biaya investasi tidak dihitung sebagai modal usaha. Biaya
variabel terdiri dari pengadaan kambing boerka, hijauan makanan ternak (HMT),
konsentrat, dan obat-obatan. Kambing yang digunakan dapat produktif sampai dengan
umur 5 tahun, sedangkan HMT telah tersedia maka dalam hal ini biaya variabel hanya
dihitung atas konsentrat dan obat-obatan. Biaya tetap terdiri dari upah pekerja dan
penyusutan kandang. Tenaga kerja yang digunakan pada lokasi pengembangan IbKIK
adalah tenaga kontrak yang mendapat honor dari PNBP Universitas Syiah Kuala
sehingga tidak dihitung sebagai biaya tetap. Pada level ternak rakyat, kondisi serupa
akan terjadi karena tenaga yang digunakan adalah peternak itu sendiri sehingga tidak
perlu dihitung sebagai biaya tetap. Penyusutan kandang tidak akan terjadi karena di
lokasi kerjasama Universitas Syiah Kuala dengan UPTD Inkubator Kader Peternakan
Provinsi Aceh, memiliki kandang permanen yang mampu bertahan > 20 tahun.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas maka analisis usaha ternak kambing boerka dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut:
12
Tabel 3. analisis usaha ternak kambing boerka.
Uraian Volume Satuan Harga (Rp) Keuntungan (Rp)
I. Penerimaan a. Penjualan ternak bakalan b. Hasil pupuk kandang
1 90
Ekor Kg
2.000.000,-
200,-
2.018.000,-
2.000.000,-
18.000,- II. Biaya
a. Konsentrat
b. Obat bahan alam
395.000,-
365.000,-
30.000,- III. Keuntungan Total 1.623.000,-
Besarnya keuntungan yang diperoleh untuk tiap pemeliharaan 1 induk betina
dengan hasil 1 ekor anak per tahun adalah sebesar Rp. 1.623.000,-. Pada Tahun I
direncanakan akan dipelihara 20 ekor induk betina kambing boerka sehingga
keuntungan diperkirakan sebesar 20 x Rp. 1.623.000,- = 32.460.000,-. Selanjutnya,
dengan asumsi 3 anak per induk per 2 tahun, maka pada tahun ke-2 diasumsikan akan
diperoleh penambahan jumlah anak kambing (cempe) paling sedikit sebanyak 40 ekor.
Sehingga keuntungan pada tahun ke-2 adalah sebesar 64.920.000,-. Kemudian setelah
tahun ke-3 akan diperoleh keuntungan total sebesar Rp. 97.380.000,-. Perkiraan benefit
cost (B/C) ratio adalah 1.623.000:395.000 = 4.1. Hasil ini memperkirakan bahwa dalam
satu periode produksi dari setiap pengeluaran modal sebesar Rp. 100 maka akan
diperoleh pendapatan sebesar Rp. 400. Dengan demikian Break Even Point (BEP) nya,
yaitu penambahan total biaya produksi dengan harga induk, kemudian dibagi harga jual
(395.000 + 4.500.000/2.000.000 = 2,45). Artinya bahwa usaha kambing boerka yang
akan dilakukan dapat mencapai titik impas jika dihasilkan anak sebanyak 2,45 ekor.
Dengan demikian jika diasumsikan dalam dua tahun akan diperoleh 3 anak, maka dalam
waktu kurang dari 3 tahun usaha ini akan mencapai BEP. Dalam hal ini induk kambing
boerka yang dibeli tetap diasumsikan sebagai investasi usaha.
13
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Kegiatan IbKIK yang akan dilaksanakan melibatkan ketua dan anggota tim yang
memiliki kualifikasi keahlian di bidang peternakan kambing dan pemanfaatan limbah
ternak serta penggunaan obat bahan alam. Ketua tim pengusul telah memiliki
pengalaman sebagai supervisor dan fasilitator untuk usaha agribisnis peternakan di
Provinsi Aceh melalui kerjasama dengan berbagai lembaga pemerintah dan lembaga
non-pemerintah. Pada tahun 2010, ketua tim juga telah berpengalaman membina
kelompok santri/santriwati pesantren dalam pemeliharaan ayam kampung untuk
pedaging dan petelur di Pesantren Dayah Darul Muta’alimin, Kabupaten Aceh Besar.
Selanjutnya pada tahun 2013 telah melaksanaan program IbM produksi konsentrat
bahan lokal, biogas dan kompos di Desa Cot karieng, Kabupaten Aceh Besar. Kedua
kegiatan ini dilaksanakan melalui pendanaan program hibah pengabdian masyarakat
dari DP2M Direktorat pendidikan Tinggi. Kemudian dalam beberapa tahun terakhir,
ketua tim juga pernah menjadi konsultan agribisnis peternakan di Badan Pemberdayaan
Masyarakat Provinsi Aceh dan Koperasi Peternakan Peumawa, Kota Banda Aceh.
Selain itu juga menjadi konsultan untuk kegiatan pengembangan peternakan dan
pemanfaatan limbah kotoran menjadi biogas dan pupuk kompos di Kabupaten Bireuen,
Provinsi Aceh. Melalui program ini yang bersangkutan telah memperkenalkan tehnik
produksi pakan konsentrat dengan sumber daya lokal dan produksi kompos yang berasal
dari limbah biogas. Selama beberapa tahun terakhir ketua tim juga telah melakukan
penelitian terkait penggunaan bahan alam untuk peningkatan kemampuan reproduksi
ternak kambing dengan konsep CGE (daftar publikasi terkait, terlampir). Dengan
demikian ketua tim memiliki kapasitas yang cukup baik untuk menggerakkan
masyarakat maupun usaha peternakan kambing melalui penerapan iptek.
Ketua dan anggota tim pelaksana IbIKK memiliki pengalaman dalam kerjasama
penelitian dengan Loka Penelitian Kambing Potong dalam 2 tahun terakhir (205-2016).
Selain itu anggota pelaksana juga telah berpengalaman melakukan kegiatan pengabdian
kegiatan masyarakat dalam aspek pemeliharaan ternak unggul kambing boerka pada
tahun 2014. Dengan demikian, hal ini akan mempermudah tim pelaksana untuk
memperoleh bakalan induk kambing boerka yang murni dan terjamin keunggulannya
dari instansi tersebut.
14
Tim Pengusul juga merupakan bagian dari tim pakar pengembangan riset di
lokasi kerjasama Universitas Syiah Kuala dengan UPTD Inkubator Kader Peternakan
Provinsi Aceh. Unit ini mempertanggungjawabakan seluruh kegiatan dan
akuntabilitasnya pada Rektor Universitas Syiah Kuala setiap tahunnya pada Rapat Kerja
Tahunan. Sebagai tambahan, salah satu anggota pelaksana memiliki latar belakang
pendidikan dan pengalaman terkait dengan manajemen dan ekonomi. Sehingga akan
sangat membantu dalam perbaikan pengelolaan usaha dan perkiraan keuntungan dari
kegiatan yang dilakukan.
Oleh karena itu, melalui perpaduan latar belakang pengalaman dan hubungan
antar instansi tersebut maka akan sangat mendukung kelancaran pelaksanaan usulan
kegiatan yang akan dilakukan.
15
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Dari kegiatan yang telah dilakukan saat ini telah diselesaikan seluruh rangkaian
kegiatan yang direncanakan. Diantaranya adalah koordinasi dengan tim pelaksana dan
pihak-pihak terkait. Kemudian dilakukan persiapan tenaga pelaksana lapangan melalui
workshop dan focus group discussion. Sehingga melalui kegiatan tersebut diharapkan
semua pihak yang terlibat telah memahami konsep pelaksanaan kegiatan secara
keseluruhan.
Pada tahap awal juga telah ditindaklanjuti saran reviewer untuk mencari lokasi
kegiatan yang lebih dekat dengan atau di lokasi kampus Universitas Syiah Kuala. Atas
saran tersebut maka dilakukan revisi lokasi pelaksanaan kegiatan ke UPT Teaching
Farm Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Untuk teknis pelaksanaan kegiatan, telah diselesaikan sejumlah komponen
persiapan. Beberapa komponen tersebut adalah persiapan lokasi pemeliharaan.
Kemudian juga telah dilakukan kunjungan ke Loka Penelitian Kambing Potong
Balitbangtan, Kementerian Pertanian di Sei Putih, Sumatera Utara. Dalam kunjungan
tersebut telah dibicarakan rencana pembelian dan pengiriman ternak kambing boerka
untuk mendukung kegiatan IbKIK Pusat Teknologi Peternakan Kambing Berkonsep
Clean, Green, and Ethical (CGE) Universitas Syiah Kuala. Pada kesempatan tersebut
telah disampaikan tentang rencana pembelian 10 ekor kambing boerka jantan dan 10
ekor kambing boerka betina. Namun, dikarenakan jumlah ternak betina sedang tidak
bisa dikeluarkan dari Loka tersebut karena populasinya kurang, sehingga hanya ternak
jantan yang dapat dipenuhi. Untuk mengantisipasi tidak adanya ternak betina boerka,
maka diganti dengan ternak betina lokal dengan performans yang baik.
Persiapan teknis lainnya yang telah diselesaikan adalah rehabilitasi kandang
ternak kambing yang ada di UPT Teaching Farm FKH Unsyiah. Model kandang telah
dirancang dan dibuat dengan memenuhi konsep CGE dan biosekuriti.
Hingga saat ini semua ternak kambing telah tersedia di dalam kandang. 2 ternak
kambing betina dalam kondisi bunting. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG terlihat
bahwa foetus dalam kondisi normal. Dari hasil pemeriksaan tersebut juga diketahui
bahwa salah satu ternak kambing betina memiliki foetus kembar di dalam uterusnya.
16
Keberadaan ternak kambing melalui IbKIK Pusat Teknologi Peternakan Kambing
Berkonsep Clean, Green, and Ethical (CGE) Universitas Syiah Kuala juga telah
dimanfaatkan untuk pendidikan profesi dokter hewan FKH-Unsyiah. Para calon dokter
hewan yang sedang mengikuti koasistensi reproduksi veteriner telah dapat
memanfaatkan ternak kambing bunting untuk memahami penggunaan alat USG.
Dengan demikian efek dari kegiatan ini tidak hanya dari sisi pengembangan populasi
ternak unggul saja, akan tetapi juga untuk pendidikan.
Selanjutnya, dalam program IbKIK ini telah diperkenalkan sistim pengelolaan
berkonsep clean, green, and ethical (CGE). Hal ini diterapkan dengan memberikan
tanda-tanda peringatan bagi setiap orang yang masuk ke kandang pemeliharaan agar
mematuhi mematuhi aspek biosekuriti. Setiap petugas kandang diwajibkan
mencelupkan kaki ke dalam cairan desinfektan yang disediakan di depan pintu masuk.
Untuk memperkenalkan jenis kambil unggul dan pola pemeliharaan berkonsep
CGE, juga telah dilaksanakan pelatihan kepada peternak dari kelompok mitra. Peternak
tersebut adalah mereka yang memelihara ternak kambing di desa binaan, yaitu
Gampong Lamtamot, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Kepada
kelompok tersebut juga diberi bantuan ternak kambing boerka sebanyak 2 ekor jantan
dan 2 ekor betina. Kedua pasang ternak kambing tersebut juga telah menghasilkan anak,
masing-masing satu ekor.
Untuk memahami jaringan pemasaran ternak kambing, pelaksana kegiatan juga
telah melakukan studi banding ke sejumlah pengusaha ternak kambing dan domba di
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari kunjungan tersebut telah dijalin komunikasi untuk
saling bertukar informasi tentang kebutuhan ternak antar pihak. Selain itu, pelaksana
juga mendapatkan informasi tentang tata cara bergabung dengan Himpunan Peternak
Domba dan Kambing Indonesia. Dengan adanya kegiatan ini juga dipelajari tehnik
memberikan barcode dan penomoran pada ternak kambing untuk memudahkan
mengenali identitas dan jumlah ternak.
Dari pelaksanaan tahun pertama telah diperoleh keuntungan yang cukup
signifikan dari penjualan ternak kambing jantan saat menjelang hari raya iedul adha
tahun 2017, sebagaimana ditampilkan dalam tabel 4 di bawah ini:
17
Tabel 4. Perolehan keuntungan dari penjualan kambing boerka jantan dan pupuk
kandang selama tahun 2017. URAIAN VOLUME SATUAN HARGA/(Rp.) TOTAL/HARGA/(Rp.) KETERANGAN
A./BIAYA/MODAL1.#Pembelian#ternak#jantan 10 ekor 2,000,000############ 20,000,000##################
20,000,000//////////////////
B./BIAYA/OPERASIONAL:1.#Konsentrat 5 bulan 500,000############### 2,500,000####################
2.#Obat#bahan#alam 1 paket 500,000############### 500,000#######################
3.#Petugas#kandang 5 bulan 500,000############### 2,500,000####################5,500,000////////////////////
C./PENDAPATAN1.#Penjualan#ternak#jantan 8 ekor 3,500,000############ 28,000,000################## hanya#delapan#ekor#
ternak#jantan#yang#dijual.2.#kelahiran# 4 ekor 750,000############### 3,000,000#################### 2#ekor#disimpan#sebagai#
pejantan#unggul#untuk#3.#Penjualan#pupuk#kandang 300 Kg 2,500################### 750,000####################### dikawinkan#dengan#ternak
31,750,000////////////////// kambing#betina
D./KEUNTUNGAN 6,250,000////////////////////keuntungan#=#(CF#(A+B))
SUB/TOTAL
SUB/TOTAL
SUB/TOTAL
18
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Kegiatan ”IbKIK Pusat Teknologi Peternakan Kambing Berkonsep Clean, Green,
and Ethical (CGE) Universitas Syiah Kuala” pada Tahun Pertama telah dicapai
kemajuan pelaksanaan kegiatan 100%. Untuk tahun kedua direncanakan untuk
melanjutkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
- Penambahan jumlah ternak kambing boerka
- Melaksanakan lokakarya pembinaan dan pemasaran ternak kambing bersama
Dinas Peternakan Provinsi Aceh, Dinas Perdagangan dan Dinas Perindustrian
- Produksi Daging Kambing Olahan dalam kaleng
- Pengembangan jaringan pemasaran
19
- BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
1. Pelaksanaan kegiatan IbKIK telah diselesaikan 100%.
2. Hasil yang telah diperoleh hingga saat ini memperlihatkan bahwa keberadaan
ternak kambing melalui IbKIK Pusat Teknologi Peternakan Kambing Berkonsep
Clean, Green, and Ethical (CGE) Universitas Syiah Kuala juga telah
dimanfaatkan untuk pendidikan profesi dokter hewan FKH-Unsyiah. Para calon
dokter hewan yang sedang mengikuti koasistensi reproduksi veteriner telah
dapat memanfaatkan ternak kambing bunting untuk memahami penggunaan alat
USG. Dengan demikian efek dari kegiatan ini tidak hanya dari sisi
pengembangan populasi ternak unggul saja, akan tetapi juga untuk pendidikan.
3. Dalam program IbKIK ini telah diperkenalkan sistim pengelolaan berkonsep
clean, green, and ethical (CGE). Hal ini diterapkan dengan memberikan tanda-
tanda peringatan bagi setiap orang yang masuk ke kandang pemeliharaan agar
mematuhi mematuhi aspek biosekuriti.
Saran:
Perlu replikasi pembukaan Pusat Teknologi Peternakan Kambing Berkonsep
Clean, Green, and Ethical (CGE) di lingkungan masyarakat peternak kambing di Aceh.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2008. Kambing boerka Kambing Pedaging HasiI Silangan. Sinar Tani Edisi
24 – 30 September 2008 Anonimus. 2011. Daun gamal (Gliricidia sepium) obat scabies pada kambing. Sinar&
Tani.&Edisi&30&–&5&April&2011.&No.&3999&Tahun&XLI.&& Athaillah, F. 1995. Kemampuan pinang sirih (Areca catechu) terhadap cacing nematoda
gastro intestinal pada kambing. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Fera M, M. Doloksaribu, S. Nasution dan S. Hasibuan. 2009. Reproduksi Awal
Kambing Kacang Dan Boerka-1 Di Loka Penelitian Kambing Potong. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pp. 367-372.
Ferasyi, T, , Muslim Akmal, Hamdani B, Razali, Azhari, Sri Wahyuni, Amiruddin,
Anwar, Fitra Aji Pamungkas, Saddat Nasution, Rina Aulia Barus. 2015. Potency of Combination of Palm Kernel Meal and Katuk Leaf Powder to Improve the Production Performance of Peranakan Etawa (PE) Goat: Toward a Strategy for Quality Control of Meat Using “CGE” Concept. Procedia Food Science 3 (2015) 389 – 395.
Kostaman, T. dan I-K Sutama. 2005. Laju pertumbuhan kambing anak hasil persilangan
antara kambing Boer dengan Peranakan Etawah pada priode pra-sapih. JITV 10: 106 – 112.
Razali, Azhari, Andi Novita, Teuku Reza Ferasyi. 2014. Potensi Ekstrak Daun Katuk Sebagai Antelmintik dan Pengendali Infeksi Nematoda pada Ternak Kambing.
Jurnal Kedokteran Hewan. Maret, Vol 8, No. 1. Sarwono. B. 2002. Beternak kambing unggul. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiadi, B. Subandriyo, M. Martawidjaja, D. Priyanto, D. Yulistiani, T. Sartika, B. Tiesnamurti, K. Diwyanto dan L. Praharani. 2001. Karakterisasi kambing lokal dan upaya mempertahankan keanekaragaman sumberdaya genetik. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Peternakan APBN Tahun Anggaran 1999/2000. Balai Penelitian Ternak. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 188 – 214.
Tambing, S.N. 2004. Optimalisasi Pengembangan Pengencer Semen Beku dan Teknik Inseminasi dalam Upaya Produksi Kambing Persilangan Saanen-Peranakan Etawah (Sapera). Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
21
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1. Briefing kepada petugas kandang
Gambar 2. Penyelesaian Rehabilitasi kandang
Gambar 3. Pengiriman 10 ekor ternak kambing boerka jantan dari Sei Putih, Deli Serdang.
22
Gambar 4. Pengamatan kesehatan dan kondisi kebuntingan ternak dengan teknologi USG.
Gambar 5. Kelahiran anak kambing boerka di peternak binaan, Gampong Lamtamot, Kabupaten Aceh Besar.
23
Gambar 6. Studi banding ke ke sejumlah pengusaha ternak kambing dan domba di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
24
Gambar 7. Petugas kandang telah dilengkapi dengan seragam khusus.
25
The University of Western Australia M082 Perth WA 6009 Australia
T +61 8 6488 6781 E [email protected] M +61 408 951 052 CRICOS Provider Code 00126G
6 November, 2017 Dr. Teuku Reza Ferasyi� Director, Centre for Tropical Veterinary Studies (CENTROVETS) Syiah Kuala University Banda Aceh – Aceh Indonesia Dear Dr. Teuku Reza Ferasyi, I am delighted to extend an invitation to you, and the Rector of Syiah Kuala University, to visit our sheep farming development program within the UWA Future Farm 2050 project, at The University of Western Australia, in July 2018. In addition to offering you an opportunity to review the project and meet the people involved, we will be able to discuss further the potential for programs of capacity-building and collaboration between our two institutions. We understand that all travel, accommodation and local expenses will be covered by your institution. We look forward very much to welcoming you to Australia in July 2018. Please do not hesitate to contact me if you need any further information. Your sincerely,
Graeme B. Martin BSc(Agric) PhD Professor (Chair) of Livestock Science Project Leader, 'UWA Future Farm 2050’ http://www.ioa.uwa.edu.au/future-farm-2050 https://www.facebook.com/UWAFutureFarm2050?pnref=lhc
The University of Western Australia, 35 Stirling Highway, Crawley 6009, Australia
UWA Institute of Agriculture
Gambar 8. Undangan untuk studi banding ke UWA future farm, the University of Western Australia.