laporan akhir pengabdian kepada masyarakatlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/proposal... · dan...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN AKHIR
Pengabdian Kepada Masyarakat
IbM Pelatih Cabang Olahraga Unggulan Kabupaten Buleleng
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Oleh:
dr. Ni Nyoman Mestri Agustini, S.Ked, M.Kes (NIDN. 0025088501)
dr. Ni Luh Kadek Alit Arsani, S.Ked, M.Biomed (NIDN 0025027505)
Luh Putu Tuti Ariani, S.Pd, M.Fis (NIDN 0014127801)
Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan
Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor : 394/UN48.15/LPM/2014
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Pendidikan Ganesha
2014
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
BAB 2. TARGET DAN LUARAN 5
BAB 3. METODE PELAKSANAAN 7
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 9
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI 11
BAB 6. SIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
Lampiran
iv
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Prestasi olahraga nasional merupakan puncak dari pembinaan prestasi olahraga di
daerah. Oleh karena itu, keberhasilan pembinaan olahraga daerah merupakan kunci
dari kesuksesan olahraga nasional. Salah satu kelemahan dari program pembinaan
olahraga nasional saat ini adalah kurang meratanya pembangunan olahraga di daerah,
terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara pusat dan daerah baik dalam hal
kemampuan teknis tenaga keolahragaan maupun sarana dan fasilitas yang tersedia.
Salah satu factor penting dalam pembinaan olahraga adalah keberadaan pelatih
masing-masing cabang olahraga.
Menilik hasil Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali periode terakhir, terlihat
terjadi penurunan pencapaian prestasi keolahragaan kabupaten Buleleng. Tahun 2009
Kabupaten Buleleng berada pada posisi 3 dengan peraihan medali 36 emas, 39 perak
dan 67 perunggu. Tahun 2011, Buleleng hanya menempati urutan keempat dengan
perolehan medali 24 emas, 34 perak dan 49 perunggu. Apabila dilihat dari cabang
olahraganya, cabang olahraga yang mengalami penurunan prestasi adalah bulutangkis
dan pencak silat. Cabang bulutangkis tahun 2009 memperoleh 4 emas, 2 perak dan 1
perunggu, sedangkan tahun 2011 memperoleh 3 emas, 2 perak dan 2 perunggu.
Cabang pencak silat tahun 2009 memperoleh 1 emas, 3 perak dan 4 perunggu,
sedangkan tahun 2011 memperoleh 1 emas, 2 perak dan 4 perunggu.
Pembinaan masing-masing cabang olahraga di Kabupaten Buleleng dilakukan
oleh perkumpulan masing-masing di bawah naungan KONI Kabupaten. Pembinaan
cabang olahraga bulutangkis dilakukan oleh PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia) cabang Buleleng dengan jumlah pelatih 7 orang. Berdasarkan wawancara
pendahuluan dengan pelatih cabang olahraga bulutangkis, ditemukan bahwa
pembinaan yang terlaksana selama ini dirasakan belum maksimal. Latihan yang
dilakukan tidak bersifat rutin, karena kendala dari pelatih, atlet, maupun sarana dan
prasarana. Banyak pelatih yang merupakan pegawai sehingga latihan hanya dapat
2
difokuskan sore hari. Atlet juga kebanyakan siswa sekolah sehingga sering kali
terbentur dengan kegiatan sekolah. Sarana dan prasarana selama ini masih belum
memenuhi kebutuhan. Dalam pelaksanaannya, saat latihan sering kali apabila terjadi
cedera pada atlet, tidak mendapatkan penanganan yang semestinya. Selama ini
apabila terdapat atlet yang cedera, bantuan yang diberikan terbatas pada pijatan dan
pemberian cream pengurang rasa nyeri. Terkadang apabila cedera cukup berat
disarankan untuk ditangani oleh tukang pijat. Penanganan seperti itu dapat
menyebabkan penyembuhan tidak maksimal, bahkan meninggalkan kecacatan. Hal
ini dapat menyebabkan turunnya prestasi atlet. Keberadaan sarana dan prasarana
penunjang untuk memberikan penanganan terhadap atlet yang mengalami cedera juga
masih dirasakan minim. Selain itu, tidak adanya penyedia pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi yang bekerja sama dengan cabang olahraga tersebut juga menghalangi
pemberian tindakan terhadap atlet yang mengalami cedera. Pelatih menyadari bahwa
kemampuan dalam memberikan penanganan masih kurang. Selain itu, tidak adanya
panduan dalam penatalaksanaan yang dapat dijadikan pedoman bagi pelatih.
Pembinaan cabang olahraga pencak silat dilakukan oleh 8 orang pelatih.
Pembinaan dilakukan di bawah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) cabang
Buleleng. Luasnya geografis wilayah kabupaten Buleleng dikatakan oleh pelatih
menyebabkan sulit terlaksananya pembinaan yang terpusat. Banyak atlet yang
bertempat tinggal jauh dari pusat kabupaten. Selain itu jadwal pelaksanaan pelatihan
juga sering kali terbentur. Selama ini, pelaksanaan latihan dilakukan terpisah-pisah.
Dalam pelaksanaan latihan dan pertandingan, sering kali terjadi cedera pada atlet.
Namun penanganan yang diberikan masih berorientasi pada teknik tradisional
(berobat ke dukun pijat).
Dalam hal jumlah pelatih, baik bulutangkis maupun pencak silat masih dirasakan
kurang. Rasio ideal antara pelatih dan atlet masih di bawah standar. Kurangnya
jumlah pelatih tentu akan berdampak pada kualitas pembinaan yang diberikan. Selain
jumlah yang kurang, pelatih sendiri menyebutkan bahwa honor yang didapatkan
3
sebagai pelatih dirasakan kurang. Tiap bulannya pealtih mendapatkan honor sekitar
Rp. 500.000,00 dan dirapel tiap beberapa bulan.
Berbagai permasalahan yang dialami oleh para pelatih tersebut tentunya akan
mempengaruhi pembinaan atlet. Hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya
kualitas dan prestasi atlet. Oleh sebab itu, sangat diperlukan adanya usaha
pengembangan dan peningkatan keterampilan pelatih agar upaya dapat meningkatkan
prestasi olahraga kabupaten Buleleng.
Berdasarkan analisis situasi tersebut di atas, terlihat adanya beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh pelatih cabang olahraga bulutangkis dan pencak
silat di Kabupaten Buleleng antara lain:
1. Pelaksanaan latihan yang tidak sesuai jadwal. Jadwal latihan ditetapkan oleh
pengurus cabang olahraga. Kondisi pelatih baik bulutangkis maupun pencak
silat yang semuanya bekerja sebagai pegawai (PNS maupun karyawan
swasta). Pelatih bulutangkis 3 orang PNS, 3 karyawan swasta, 1 wiraswasta.
Pelatih pencak silat 5 orang PNS, 3 orang karyawan swasta. Atlet mayoritas
siswa sekolah sering kali terbentur dengan kegiatan sekolah menyebabkan
latihan tidak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Latihan hanya dapat
difokuskan sore hari.
2. Sarana dan prasarana selama ini masih belum memenuhi kebutuhan. Tempat
latihan untuk cabang olahraga bulutangkis hanya boleh dipergunakan pada
jadwal tertentu saja. Untuk cabang olahraga pencak silat, tempat latihan masih
bergantung pada perguruan asal atlet masing-masing. Sarana bola bulutangkis
masih kurang, sehingga pelatih maupun atlet harus membeli sendiri.
3. Dalam penanganan cedera pada atlet, sering tidak mendapatkan penanganan
yang semestinya. Selama ini apabila terdapat atlet yang cedera, bantuan yang
diberikan terbatas pada pijatan dan pemberian cream pengurang rasa nyeri.
Terkadang apabila cedera cukup berat disarankan untuk ditangani oleh tukang
pijat. Pelatih bulutangkis maupun pencak silat tidak memiliki keterampilan
4
dalam penanganan cedera olahraga. Disebutkan bahwa selama ini tidak ada
pedoman (prosedur operasional standar) yang dapat dijadikan pegangan oleh
pelatih dalam memberikan penanganan cedera.
4. Sarana dan prasarana untuk penanganan cedera olahraga belum memadai. Di
masing-masing tempat latihan tidak terdapat sarana penunjang dalam
melakukan penanganan cedera olahraga. Tidak adanya akses bagi pelatih
maupun atlet untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
5. Honor pelatih dirasakan masih kurang, berkisar Rp. 500.000,00 tiap bulannya
dan dirapel tiap beberapa bulan. Menyebabkan pelatih tidak hanya terfokus
terhadap latihan yang diberikan kepada atletnya.
Berdasarkan justifikasi pengusul bersama pelatih cabang olahraga bulutangkis
dan pencak silat, maka persoalan prioritas yang disepakati untuk diselesaikan adalah
mengenai keterampilan pelatih dalam memberikan penanganan cedera bagi atlet serta
pengadaan sarana dan prasarana dalam memberikan penanganan cedera olahraga.
5
BAB 2 TARGET LUARAN
Berdasarkan analisis situasi dan justifikasi masalah pengabdi dan mitra, adapun
target luaran dari pengabdian ini adalah:
1. Pedoman penanganan cedera olahraga yang bersifat aplikatif bagi pelatih.
2. Keterampilan pelatih dalam memberikan penanganan cedera.
3. Pengadaan sarana dan prasarana dalam memberikan penanganan cedera
olahraga.
4. Prosedur tetap (protap) penanganan cedera olahraga yang dilengkapi dengan
alur rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Adapun rencana kegiatan dari masing-masing target luaran berdasarkan
permasalahan yang disepakati adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan pelatih dalam memberikan penanganan cedera bagi atlet
a. Rencana kegiatan:
i. Pelatihan dalam penyusunan prosedur operasional standar dalam
penanganan cedera olahraga.
ii. Pelatihan mengenai berbagai jenis cedera olahraga, cara mendiagnosa dan
pemberian penanganan berdasarkan prosedur operasional standar.
iii. Pelatihan mengenai teknik penyediaan sarana prasarana penunjang dalam
penanganan cedera olahraga
b. Target luaran:
i. Pedoman penanganan cedera olahraga yang bersifat aplikatif bagi pelatih.
ii. Keterampilan pelatih dalam memberikan penanganan cedera.
iii. Prosedur tetap (protap) penanganan cedera olahraga yang dilengkapi
dengan alur rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
2. Pengadaan sarana dan prasarana dalam memberikan penanganan cedera olahraga.
a. Rencana kegiatan:
6
i. Pendampingan pelatih untuk mengadakan koordinasi dengan penyedia
pelayanan kesehatan terdekat.
b. Target luaran:
i. Pengadaan sarana dan prasarana dalam memberikan penanganan cedera
olahraga.
7
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
Pengabdian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan yang mengacu pada
produk/target luaran yang diinginkan. Adapun metode yang digunakan adalah dengan
pelatihan/penyuluhan bagi mitra (pelatih cabang olahraga bulutangkis dan pencak
silat). Berikut adalah tabel mengenai rincian produk, rencana kerja, partisipasi mitra
dan indicator keberhasilan pengabdian ini.
Tabel 1. Rincian produk, rencana kerja, partisipasi mitra dan indikator keberhasilan
No. Produk Rencana Kegiatan Partisipasi
Mitra
Indikator
keberhasilan
1. Pedoman
penanganan
cedera olahraga
yang bersifat
aplikatif bagi
pelatih.
Identifikasi jenis-jenis
cedera olahraga yang
dapat terjadi pada
cabang olahraga
bulutangkis dan pencak
silat.
Penelusuran pustaka
mengenai penanganan
berbagai jenis cedera
olahraga.
Penyusunan pedoman
penanganan cedera
olahraga cabang
bulutangkis dan pencak
silat yang aplikatif
Sumber
informasi
mengenai
jenis cedera
olahraga yang
sering terjadi
Bersama
dengan
pengabdi
menyusun
pedoman
sehingga
dapat
dimengerti
oleh pelatih.
Tersusunnya
pedoman
penanganan
cedera
olahraga yang
bersifat
aplikatif bagi
pelatih.
2. Keterampilan
pelatih dalam
memberikan
penanganan
cedera.
Pendataan lokasi
pelatih serta kesiapan
dalam pelatihan.
Sosialisasi pedoman
penanganan cedera
olahraga cabang
bulutangkis dan pencak
silat
Mitra sebagai
peserta
pelatihan dan
memerikan
feed back
mengenai
pedoman
yang telah
90% pelatih
yang mengikuti
pelatihan
mendapatkan
nilai minimal
85
8
Pelaksanaan pelatihan
keterampilan pelatih
dalam memberikan
penanganan cedera
olahraga.
disusun.
3. Pengadaan sarana
dalam
memberikan
penanganan
cedera olahraga.
Identifikasi sarana
yang diperlukan dalam
pemberian penanganan
cedera olahraga.
Pengadaan alat dan
bahan yang diperlukan
dalam tindakan saat
menangani cedera
olahraga pada atlet.
Mitra ikut
serta dalam
pengadaan
sarana dalam
memberikan
penanganan
cedera
olahraga.
75% pelatih
dapat membuat
alat dan bahan
yang
diperlukan
dalam tindakan
saat menangani
cedera
olahraga pada
atlet.
4. Prosedur tetap
(protap)
penanganan
cedera olahraga
yang dilengkapi
dengan alur
rujukan ke tingkat
pelayanan
kesehatan yang
lebih tinggi.
Adanya koordinasi dan
kerjasama dengan
penyedia pelayanan
kesehatan terdekat
yang lebih tinggi.
Pelatih ikut
serta dalam
penyusunan
kerja sama
dengan
penyedia
pelayanan
kesehatan.
50% pelatih
memiliki
koordinasi dan
kerjasama
dengan
penyedia
pelayanan
kesehatan
terdekat yang
lebih tinggi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara
mendalam kepada pelatih mengenai keberadaan pembinaan atlet selama ini,
permasalahan yang dihadapi, solusi yang diperlukan, hasil yang didapat dari
pelaksanaan pengabdian serta saran-saran bagi pelaksanaan pengabdian selanjutnya.
Analisis data hasil pengabdian adalah dengan teknik deskriptif. Diuraikan
secara narasi perencanaan, pelaksanaan dan hasil dari pengabdian serta permasalahan
yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan dan solusinya.
9
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Pendidikan
Ganesha
Universitas Pendidikan Ganesha memiliki sebuah lembaga yang khusus
menangani pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh dosen-dosen yaitu Lembaga
Pengabdian Masyarakat (LPM). Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh
LPM Universitas Pendidikan Ganesha, selama ini tidak hanya dilakukan atas dana
DIPA Undiksha namun juga dari dana DIKTI yang pelaksanaannya dilakukan oleh
setiap fakultas. Adapun pengabdian masyarakat yang didanai dari dana DIPA dan
dana DIKTI selama tahun 2012 sebagai berikut :
Tabel 2. Pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat Lembaga Pengabdian
Masyarakat Undiksha Tahun 2012
No. Unit Pelaksana DIPA
(Frekuensi)
DIKTI
(Frekuensi)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Fakultas MIPA
Fakultas Ilmu Sosial
Fakultas Teknik Kejuruan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Fakultas Olah Raga & Kesehatan
Fakultas Bahasa & Seni
Perpustakaan
16
3
2
3
0
3
0
10
5
3
3
1
2
1
Jumlah 27 25
Sumber : LPM Undiksha, 2012
10
4.2 Kepakaran Tim Pelaksana
Tabel 3. Kepakaran Tim Pelaksana
No Nama Tim Kompetensi Relevansi Skill Tim
1. dr. Ni Nyoman
Mestri Agustini,
S.Ked, M.Kes
- Kedokteran Umum
- S2 Kedokteran keluarga Memberikan dasar-dasar
teoritis dan praktek
mengenai cedera olahraga
2. dr. Ni Luh Kadek
Alit Arsani, S.Ked,
M.Biomed
- Kedokteran Umum
- S2 Ilmu Biomedik Memberikan dasar-dasar
teoritis dan praktek
mengenai cedera olahraga
3. Luh Putu Tuti Ariani,
S.Pd, M.Fis
- S1 Kepelatihan
Olahraga
- S2 Fisiologi Olahraga
Memberikan dasar-dasar
pelatihan olahraga dan
teknik melatih yang benar
untuk mengurangi kejadian
cedera olahraga
11
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI
5.1 Penyusunan Pedoman Penanganan Cedera Olahraga yang Bersifat
Aplikatif bagi Pelatih
5.1.1 Identifikasi jenis-jenis cedera olahraga yang dapat terjadi pada cabang
olahraga bulutangkis dan pencak silat.
Cedera olahraga dapat terjadi pada semua cabang olahraga. Pengidentifikasian
jenis cedera olahraga pada cabang olahraga bulutangkis dan pencak silat
terdapat beberapa perbedaan. Berdasarkan wawancara kepada pelatih serta
observasi di lapangan yang dilakukan sejak tanggal 16 Juni 2014 selama 2
minggu, didapatkan data mengenai cedera olahraga sebagai berikut:
a. Data jenis cedera yang sering terjadi pada olahraga bulutangkis
Tabel 4. Cedera yang sering terjadi pada olahraga bulutangkis
NO Nama Klub Lokasi Cedera yang
tersering
Jenis cedera
1 Badminton
Banyuatis Club
(BBC)
Lutut
Otot perut
Sprain ligament
Kram otot perut
2 PBSI Buleleng Lutut
Pergelangan kaki
Bahu
Pergelangan tangan
Sprain ligament
Dislokasi
3 BBC Lengan
Articulasio humeri
Lutut kanan
Sprain ligament
Strain otot
Dislokasi
4 Garda Lengan Sprain ligament
5 BULBADM Lutut
Pergelangan tangan
Sprain ligament
Dislokasi
6 MKS Pergelangan kaki
Otot betis
Otot paha belakang
perut
Dislokasi
Kram otot gastrognemeus
Kram otot hamstring
Kram perut
7 Kembar Lutut
Pergelangan kaki
Pergelangan tangan
Sprain ligament
Strain otot
Dislokasi
12
b. Data jenis cedera yang sering terjadi pada olahraga pencak silat
Tabel 5. Cedera yang sering terjadi pada olahraga pencak silat
No Nama Perguruan Lokasi Cedera Jenis cedera
1 Bakti Negara 1.Pergelangan kaki
2.Lutut
3.Tulang kering
Sprain ligament
Strain otot
2 Satria Muda 1.Persendian
2.Tulang kering
3.Pergelangan kaki
Sprain ligament
Strain otot
3 Kompas 1.Pergelangan kaki
2.Lutut
3.Dada
Sprain ligament
Trauma tumpul dada
Luka robek
4 Perisai Diri 1.Pergelangan kaki
2.Lutut
3.Jari
4.Dada
Dislokasi
Sprain ligamen
Trauma tumpul dada
Luka robek
5 Walet Putih 1.Pergelangan kaki
2.Lutut
3.Leher
Dislokasi
Sprain ligamen
Dislokasi vertebra
servikal
Fraktur servikal
6 Teratai putih 1.Pergelangan kaki
2.Lutut
3.Leher
Dislokasi
Sprain ligamen
Dislokasi vertebra
servikal
Fraktur servikal
7 Sitembak 1. Otot paha
2.Jari
3.Dada
Kram otot hamstring
Luka robek
Trauma tumpul dada
Hematoma
8 Bakti Negara
Banjar
1.Pergelangan kaki
2.Jari
3.Lutut
4.Persendian
Dislokasi
Sprain ligament
Luka robek
Luka lecet
9 Pancadarma 1.Pergelangan kaki
2.Jari
3.Lutut
4.Persendian
Dislokasi
Sprain ligament
Luka robek
Luka lecet
10 Sinar sakti 1. Otot paha Kram otot hamstring
13
2. Jari
3.Dada
Hematoma
Luka robek
Luka lecet
Trauma tumpul
11 Putra Garuda 1.Pergelangan kaki
2.Dada
3.Jari
Hematoma
Luka robek
Luka lecet
Trauma tumpul
12 Setia Hati
Teratai
1.Pergelangan kaki
2.Lutut
3.Jari
4.Dada
Dislokasi
Hematoma
Luka robek
Luka lecet
Trauma tumpul
5.1.2 Penelusuran pustaka mengenai penanganan berbagai jenis cedera olahraga.
Penelusuran pustaka mengenai penanganan cedera olahraga dilakukan
sebelum tahapan penyusunan pedoman penanganan cedera olahraga. kegiatan ini
dilakukan pada bulan Mei 2014 hingga Juni 2014. Keterampilan penanganan cedera
olahraga sangat penting dimiliki oleh para pelatih supaya bisa memberikan
pertolongan pertama apabila atlet mengalami cedera saat latihan. Prinsip-prinsip
penanganan cedera olahraga yang harus dipahami oleh pelatih adalah sebagai berikut.
Pengobatan atau penanganan cedera olahraga dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
1. Segera setelah terjadi cedera (0 jam-24 jam s.d. 36 jam)
Tahap pengobatannya dengan metode RICE, yaitu:
R Rest: diistirahatkan
I Ice: didinginkan, kompres dingin
C Compression: balut tekan
E Elevation: ditinggikan
Keterangan:
A. Rest
Dalam hal ini bagian yang cedera diistirahatkan sesegera mungkin sebab apabila
tidak diistirahatkan akan memperparah cedera, bertambah nyeri, merangsang
perdarahan sehingga menghambat penyembuhan. Bila terjadi cedera di tungkai
14
gunakan kruk untuk menghindari tumpuan pada tungkai yang cedera, untuk
cedera di lengan dengan menggunakan splint.
B. Ice : kompres dingin
Tujuannya adalah untuk menghentikan perdarahan (menyempit, vasokonstriksi
sehingga memperlambat aliran darah) dengan demikian ice mempunyai tujuan:
1. mengurangi perdarahan, menghentikan perdarahan
2. mengurangi pembengkakan
3. mengurangi rasa sakit.
Pendinginan yang kita terapkan ini pengaruhnya kurang terhadap bagian yang dalam
letaknya, karena jaringan-jaringan ikat serta kulit kita berfungsi sebagai isolator.
Disamping itu pembuluh darah di kulit akan menyerap dingin sebelum dingin tadi
sampai ke bagian dalam tubuh kita. Maka dari itu pengobatan bagian-bagian cedera
dari bagian-bagian yang letaknya dalam, biasanya dikerjakan dengan kombinasi balut
tekan dan pendinginan.
C. Compression (balut tekan)
Tujuannya:
1. Untuk mengurangi pembengkakan sebagai akibat perdarahan yang dihentikan
oleh ikatan tadi.
2. Untuk mengurangi pergerakan.
3. Membatasi penumpukan darah, plasma dan meminimalkan pembengkakan
disekitar cedera
4. Menggunakan elastic bandage sampai bengkak menghilang.
5. Membebat mulai dari distal ke arah cedera.
Balut tekan adalah suatu ikatan yang terbuat dari bahan yang elastis. Bahan
perbannya disebut elastis perban atau elastic bandage atau tensio krep atau benda-
benda lain yang sejenis. Bahaya balut tekan adalah jika ikatan itu terlalu kencang,
maka pembuluh darah arteri tidak bisa mengalirkan darah ke bagian distal ikatan. Hal
15
ini akan menyebabkan kematian dari jaringan-jaringan disebelah distal ikatan. Kita
tahu bahwa ikatan itu terlalu kencang bila:
1. Denyut nadi bagian distal terhenti atau tidak terasa.
2. Cedera semakin membengkak.
3. Penderita semakin kesakitan.
4. Warna kulit pucat kebiru-biruan.
D. Elevation
Mengangkat bagian yang cedera lebih tinggi dari letak jantung. Tujuannya adalah
supaya perdarahan berhenti dan pembengkakan segera dapat berkurang. Karena aliran
darah arteri menjadi lambat (melawan gaya tarik bumi) sehingga perdarahan mudah
berhenti. Sedangkan aliran vena menjadi lancar, sehingga pembengkakan berkurang.
Dengan demikian hasil-hasil jaringan yang rusak akan lancar dibuang oleh aliran
darah balik dan pembuluh limfe. Elevation juga dapat menurunkan tekanan hidro
statis sehingga mengurangi penumpukan cairan (mengurangi bengkak dan nyeri).
Cedera tungkai atas, letakkan tangan di dada menyilang, gunakan sling. Cedera
tungkai bawah tinggikan dengan bantal. Pastikan tungkai berada di atas level pelvis.
Hindari melakukan faktor HARM:
1. Heat perdarahan menjadi lebih banyak
2. Alkohol pembengkakan menjadi lebih berat
3. Running dapat menyebabkan cedera lebih parah
4. Massage dalam 72 jam pertama, karena dapat meningkatkan bengkak dan
perdarahan
2. Setelah Cedera 24-36 jam.
Setelah dijelaskan tentang metode RICE pada tahap pertama, sekarang kita
sampai pada pengobatan tahap kedua yaitu pemberian kompres panas atau heat
treatment. Pemberian kompres panas dilakukan dalam waktu 24 sampai 36 jam
16
setelah cedera terjadi atau bagian yang cedera sudah hamper sembuh dan dapat
digerakkan lagi (hampir normal). Tujuan heat treatment adalah mencerai beraikan
traumatic effusion atau cairan plasma darah yang keluar dan masuk di sekitar tempat
yang cedera, hingga mudah diangkut oleh pembuluh darah balik dan limfe selain itu
mmperlancar proses penyembuhan dan mengurangi rasa sakit karena kejangnya otot
atau kekakuan otot. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa kompres panas
jangan sekali-kali diberikan pada waktu baru terjadi cedera. Hal ini akan menambah
perdarahan serta pembengkakan. Pemberian kompres panas intervalnya 20-30 menit,
jadi seperti kompres dingin. Fisioterapinya berupa masase dan penyinaran dapat
diterapkan pada tahap ini.
3. Jika Bagian Yang Cedera Dapat Digunakan Dan Hampir Normal.
Tindakannya adalah membiasakan jaringan yang cedera tanpa
mempergunakan alat bantu, misalnya tanpa decker atau balut tekan. Pada tahap ini
masase masih dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan. Otot-otot
disekitar tempat cedera harus mulai dilatih, demikian juga gerakan-gerakan pada
persendian, tentu saja latihan dimulai dari gerakan-gerakan yang mula-mula bersifat
pasif, kemudian menjadi gerakan aktif.
4. Jika Bagian Yang Cedera Sudah Sembuh Dan Latihan Dapat Dimulai
Bagian yang cedera kita persiapkan agar supaya kuat terhadap tekanan-
tekanan dan tarikan-tarikan yang terdapat pada cabang olahraga si penderita tersebut.
Memang kadang-kadang masih diperlukan adanya alat penguat seperti balut tekan
untuk beberapa waktu lamanya. Latihan berat yang terprogram sudah dapat
diterapkan.
Penanganan cedera olahraga sangat tergantung pada jenis cederanya. Jenis cedera
yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula.
17
5.1.3 Penyusunan pedoman penanganan cedera olahraga cabang bulutangkis dan
pencak silat yang aplikatif
Berdasarkan data jenis cedera yang sering terjadi pada cabang olahraga
bulutangkis dan pencak silat serta penelusuran pustaka, maka dihasilkan draft
pedoman penanganan cedera olahraga cabang bulutangkis dan pencak silat
yang aplikatif bagi para pelatih.
Draft tersebut kemudian dikomunikasikan kepada beberapa pelatih untuk
mengetahui pemahaman awal pelatih terhadap pedoman tersebut.
5.2 Keterampilan pelatih dalam memberikan penanganan cedera
Dalam mencapai luaran keterampilan pelatih memberikan penanganan cedera,
beberapa tahapan kegiatan dilakukan, mulai dari pendataan klub dan perguruan,
sosialisasi pedoman penanganan cedera olahraga yang akan dibuat serta kegiatan
pelatihan yang dilakukan.
5.2.1 Pendataan lokasi pelatih serta kesiapan dalam pelatihan.
Pendataan mengenai klub bulutangkis dan perguruan pencak silat di
Kabupaten Buleleng dilakukan pada bulan Juni 2014 bersamaan dengan
kegiatan observasi jenis cedera olahraga yang sering terjadi. Berikut adalah
data mengenai klub dan perguruan tesebut.
a. Klub Bulutangkis
Tabel 6. Data Klub Bulutangkis
NO Nama Klub Alamat Jumlah
atlet
Nama Pelatih
1 Badminton
Banyuatis Club
(BBC)
Banyuatis, seririt 17 atlet Komang Agus
Budi
2 PBSI Buleleng Udayana, Singaraja 30 atlet 1. Ida bagus
Ambara
2. Candra barata
3. De Se
18
4. I. B astawa
3 BBC Gerogak 35 atlet 1. Kayan Agus
Ambara
2. Bobi
4 Garda Musi 21 atlet 1. Kayan Agus
Ambara
2. Cening
5 BULBADM SPN Singaraja 25 atlet 1. Pande
2. Trumen
3. Leo
6 MKS Udayana, singaraja 50 atlet 1. I.B. astawa
2. De su
7 Kembar Seririt 20 atlet 1. Ngurah
2. kembar
b. Perguruan Pencak Silat
Tabel 7. Data Perguruan Pencak Silat
No NAMA
PERGURUAN
ALAMAT JUMLAH
ATLET
NAMA
PELATIH
1 Bakti Negara Gerogak 50 atlet 1.Wenten
2. Bani Purwani
2 Satria Muda Sukasada 70 atlet 1.Gede Suwiwa
3 Kompas Kayu putih Melaka 35 atlet Ida Bagus
Purwanta
4 Perisai Diri Seririt 100 atlet Dewa Susastra
5 Walet Putih Kalibukbuk 42 atlet Buda
6 Teratai putih Sukasada singaraja 20 atlet Dewa
7 Sitembak Bubunan 30 atlet Eka
8 Bakti Negara
Banjar
Banjar 50 atlet Dewa Ayu
Narayanti
9 Pancadarma Banjar tegal sgr 25 atlet Suarsanayasa
10 Sinar sakti Sambangan
singaraja
15 atlet Darmada
11 Putra Garuda Anturan sgr 25 atlet Putu Suastika
12 Setia Hati Teratai Sawan sgr 40 atlet Gede
19
5.2.2 Sosialisasi pedoman penanganan cedera olahraga cabang bulutangkis dan
pencak silat
Penyampaian pedoman penanganan cedera olahraga cabang bulutangkis dan
pencak silat yang aplikatif bagi para pelatih yang akan dilaksanakan pada saat
pelatihan keterampilan. Sosialisasi ini sebelumnya dilakukan pada saat
kunjungan ke klub dan perguruan pada bulan Juni 2014 agar pelatih dapat
lebih mudah memahaminya.
5.2.3 Pelaksanaan pelatihan keterampilan pelatih dalam memberikan penanganan
cedera olahraga.
Pelatihan penanganan cedera olahraga bagi pelatih bulutangkis dan pencak
silat se-Kabupaten Buleleng, dilaksanakan selama 2 hari yaitu Hari Selasa-Rabu, 5-6
Agustus 2014, bertempat di Gedung Pertemuan KONI Buleleng, Kompleks GOR
Buana Patra, Jalan Udayana Singaraja, Bali.
Kegiatan ini dihadiri oleh 20 orang pelatih, dengan rincian 10 orang pelatih
bulutangkis dan 10 orang pelatih pencak silat sesuai dengan jumlah undangan yang
disebar dan berdasarkan data awal tentang keberadaan pelatih bulutangkis dan pencak
silat (daftar hadir peserta terlampir). Narasumber dari kegiatan ini 2 orang dokter
yaitu: dr. I.P. Adi Wibowo, S.Ked., M.Kes., dan dr. I Made Kusuma Wijaya, S.Ked.,
M.Kes. Kedua narasumber ini sudah pernah memdapatkan pelatihan penanganan
cedera olahraga yang dilaksanankan oleh Kemenpora RI, jadi kedua narasumber
sudah sangat menguasai teori dan praktek penanganan cedera olahraga, terlebih lagi
kedua narasumber ini adalah dosen pada Fakultas Olahraga dan Kesehatan, yang
sudah sangat akrab dengan dunia olahraga.
Kegiatan pada hari pertama diawali oleh registrasi peserta, dan dilanjutkan
dengan acara pembukaan. Kegisaatan ini juga dihadiri oleh para undangan yaitu:
Ketua Harian Koni Kabupaten Buleleng selaku wakil dari KONI Buleleng, Ketua
20
Pengcab IPSI Bulelelng, dan Ketua LPM Undiksha. Bapak Ketua LPM Undiksha
memberikan sambutannya dan sekaligus membuka kegiatan pelatihan ini.
Setelah pembukaan dilanjutkan dengan pemberian pre-test dan setelah pre-
test dilanjutkan dengan penyajian materi oleh kedua narasumber (materi terlampir).
Setelah penyajian materi dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Tampak peserta
pelatihan sangat antusias mengikuti sesi pelatihan ini, beberapa peserta mengajukan
pertanyaan yang dengan antusias dijawab oleh kedua narasumber.
Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta:
1. Pertanyaan oleh Dewa Nyoman Suarsana (pelatih pencak silat): berapa idealnya
seorang atlet menurunkan berat badannya?
2. Pertanyaaan oleh Gede Yuda Ananta Wijaya: Bagaimana dengan struktur tulang
kaki yang berbentuk O atau X?
3. Pertanyaan oleh komang widiasa: Bagaimana penanganan pada atlet yang cedera
hingga jatuh pingsan dan pengaruhnya masih terasa setelah beberapa hari?
4. Pertanyaan oleh Oka Sulatri: sering mengalami rasa sakit pada pergelangan kaki,
apakah ini cedera?
5. Pertanyaan oleh Kayan Agus Widya Ambara: bagaimana mekanisme terjadinya
pembengkakan oleh karena cedera olahraga? Kenapa RICE yang pertama
diberikan? Dan setelah RICE apa tindakan selanjutnya??
Demikianlah beberapa pertanyaaan dari peserta pelatihan yang dijawab
dengan antusias oleh kedua narasumber. Setelah sesi diskusi ini, kegiatan hari
pertama diakhiri pada pukul 15.30 wita.
21
Gambar 1. Persiapan pembukaan kegiatan
Gambar 2. Ketua LPM Undiksha (tengah), Ketua Harian KONI
22
Gambar 3. Laporan Panitia
Gambar 4. Sambutan Ketua LPM sekaligus membuka kegiatan.
23
Gambar 5. Penyajian materi oleh Narasumber 1 (dr. I.P.Adi Wibowo, S.Ked., M.Kes.)
Gambar 6. Penyajian materi oleh narasumber 2. (dr. I Made Kusuma Wijaya, S.Ked., M.Kes.)
24
Gambar 7. Peserta mengajukan pertanyaan.
Gambar 8 Peserta pelatihan (pelatih bulutangkis) mengajukan pertanyaan (hari I)
25
Kegiatan Pelatihan Cedera Olahraga Pada Hari Ke-2 (Rabu, 6 Agustus 2014)
Kegiatan dimulai pada pukul 9 pagi dengan materi kegiatan, pemberian
keterampilan bagi para peserta pelatihan tentang cara melakukan terapi RICE pada
cedera olahraga. Dilakukan dengan metode pemutaran video tentang penanganan
cedera olahraga, contoh cara melakukan yang dilakukan oleh narasumber, dan
selanjutnya peserta mempraktekan sendiri, dimana peserta ada yang berlaku sebagai
penolong dan pasien, dan sebaliknya, dengan tetap dipandu oleh narasumber. Bahan-
bahan pelatihan semua disiapkan oleh TIM IBM. Disini nampak peserta pelatihan
masih banyak yang belum tahu manfaat pemberian kompres es, dan bagaimana
melakukannya, dan juga cara melakukan bebat tekan menggunakan elastic bandage.
Setelah semua peserta merasa cukup, maka kegiatan pelatihan diakhiri dengan
pemberian post tes. Kegiatan ini diakhiri pada pukul 14.00 wita. Berdasarkan hasil
pre tes dan post tes yang telah diberikan, terdapat peningkatan yang signifikan. Pada
pre tes, seluruh peserta mendapatkan nilai di bawah 85. Sedangkan pada post test
didapatkan nilai peserta 90% mendapatkan nilai minimal 85.
Gambar 9 Peserta pelatihan praktek menggunakan elastic bandage (hari II)
26
Gambar 10 Peserta pelatihan praktek menggunakan elastic bandage
5.3 Pengadaan sarana dalam memberikan penanganan cedera olahraga
5.3.1 Identifikasi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pemberian penanganan
cedera olahraga.
27
Berdasarkan penelusuran pustaka, dalam penanganan masing-masing jenis cedera
olahraga memerlukan sarana dan prasarana yang berbeda. Adapun sarana dan
prasarana untuk masing-masing jenis cedera tersebut adalah sebagai berikut:
a. Cedera pada cabang olahraga bulutangkis
Tabel 8. Sarana Penanganan Cedera pada cabang olahraga bulutangkis
No. Jenis cedera Sarana dan prasarana
1. Sprain ligament Ice pack, chlor etil spray, elastic bandage
2. Kram otot perut Oksigen
3. Dislokasi Ice pack, chlor etil spray, elastic bandage, spalk
4. Strain otot Ice pack, chlor etil spray, elastic bandage
5. Kram otot
gastrognemeus
Chlor etil spray
6. Kram otot hamstring Chlor etil spray
7. Strain otot Ice pack, chlor etil spray, elastic bandage
b. Cedera pada cabang olahraga pencak silat
Tabel 9. Sarana Penanganan Cedera pada cabang olahraga pencak silat
No. Jenis cedera Sarana dan prasarana
1. Sprain ligament Ice pack, chlor etil spray, elastic bandage
2. Strain otot Ice pack, chlor etil spray, elastic bandage
3. Trauma tumpul dada Oksigen
4. Luka robek Antiseptik
5. Dislokasi sendi
ankle
Ice pack, chlor etil spray, elastic bandage, spalk
6. Dislokasi sendi lutut Ice pack, chlor etil spray, elastic bandage, spalk
7. Kram otot hamstring Chlor etil spray
8. Hematoma Ice pack
9. Luka lecet Antiseptik
28
5.3.2 Pengadaan alat dan bahan yang diperlukan dalam tindakan saat menangani
cedera olahraga pada atlet.
Adapun alat-alat yang diperlukan untuk penanganan cedera olahraga pada pencak
silat dan bulu tangkis, antara lain:
1. Spalk
2. Elastic bandage
3. NaCl 0,9%
4. Gaas steril
5. Betadine
Persiapan pengadaan sarana penanganan cedera olahraga yang dipergunakan dalam
pengabdian ini dilakukan beberapa tahap pada bulan Juli dan Agustus 2014 karena
banyaknya alat yang diperlukan.
Gambar 11. Sarana Penanganan Cedera Olahraga
29
Gambar 12. Sarana Penanganan Cedera Olahraga
Pada pelaksanaan kegiatan hari kedua, dilakukan pelatihan keterampilan pelatih
dalam menangani cedera olahraga. berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
didapatkan bahwa 75% pelatih dapat menentukan dan membuat alat dan bahan yang
diperlukan dalam tindakan saat menangani cedera olahraga pada atlet.
5.4 Prosedur tetap (protap) penanganan cedera olahraga yang dilengkapi
dengan alur rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Prosedur penanganan cedera olahraga pada atlet dapat dilakukan oleh pelatih sendiri
dengan bekal keterampilan yang sudah dimiliki. Pada beberapa kasus penanganan
cedera tidak dapat dilakukan oleh pelatih, maka selanjutnya dirujuk ke pelayanan
kesehatan terdekat. Adapun yang menjadi rujukan pertama adalah Puskesmas yang
paling dekat dengan lokasi klub atau perguruan silat. Penyampaian mengenai alur
perujukan ini dilaksanakan setelah kegiatan pelatihan (5 dan 6 agustus 2014) serta
30
nantinya pada saat pendampingan mitra. Sesuai dengan lokasi klub bulutangkis dan
perguruan pencak silat, Puskesmas terdekat adalah seperti yang terdapat pada tabel di
bawah.
Tabel 10. Lokasi Klub Cabang Olahraga Bulutangkis dan Puskesmas terdekat
No. Nama Klub Alamat Puskesmas terdekat
1 Badminton Banyuatis
Club (BBC)
Banyuatis, seririt Puskesmas Seririt 2
2 PBSI Buleleng Udayana, Singaraja Puskesmas Buleleng 1
3 BBC Gerogak Puskesmas Gerokgak
4 Garda Musi Puskesmas Gerokgak
5 BULBADM SPN Singaraja Puskesmas Buleleng 1
6 MKS Udayana, singaraja Puskesmas Buleleng 1
7 Kembar Seririt Puskesmas Seririt 1
Tabel 11. Lokasi Cabang Olahraga Pencak Silat dan Puskesmas terdekat
No NAMA PERGURUAN ALAMAT Puskesmas Terdekat
1 Bakti Negara Gerogak Puskesmas Gerokgak
2 Satria Muda Sukasada Puskesmas Buleleng 3
3 Kompas Kayu putih Melaka Puskesmas Buleleng 2
4 Perisai Diri Seririt Puskesmas Seririt 1
5 Walet Putih Kalibukbuk Puskesmas Buleleng 2
6 Teratai putih Sukasada singaraja Puskesmas Buleleng 3
7 Sitembak Bubunan Puskesmas Sawan 1
8 Bakti Negara Banjar Banjar Puskesmas Banjar 2
9 Pancadarma Banjar tegal sgr Puskesmas Buleleng 1
10 Sinar sakti Sambangan singaraja Puskesmas Buleleng 1
11 Putra Garuda Anturan sgr Puskesmas Buleleng 2
12 Setia Hati Teratai Sawan sgr Puskesmas Sawan 1
Berikut adalah beberapa gambar Puskesmas yang menjadi rujukan apabila terjadi
cedera pada atlet saat melakukan latihan.
31
Gambar 13. Puskesmas Kecamatan Tejakula 2
32
Gambar 14. Puskesmas Banjar I
Gambar 15. UGD Puskesmas Banjar I
33
Gambar 16 Puskesmas Buleleng I
Apabila tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan kesehatan primer (Puskesmas),
maka dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu rumah sakit. Adapun rumah sakit
yang menjadi rujukan adalah RSUD Buleleng yang berlokasi di jalan Ngurah Rai
Singajara.
34
Gambar 17 Unit Gawat Darurat RSUD Buleleng
Gambar 18 Unit Gawat Darurat RSUD Buleleng
35
Bagan 1. Alur penganan cedera olahraga
Setelah kegiatan pengabdian ini terlaksana, lebih dari 50% pelatih memiliki
akses dan alur rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan pertama yaitu Puskesmas dan
juga tingkat pelayanan kesehatan lanjut yaitu RSUD Buleleng. Dengan adanya alur
rujukan ini, pelatih dapat dengan lebih baik memberikan penanganan terhadap
atletnya yang mengalami cedera olahraga.
5.5 Pendampingan Pelatih dalam Penanganan Cedera Olahraga di Lapangan dan
dalam Alur Penanganan Cedera Lanjutan
Kegiatan pendampingan untuk memantau dan evaluasi keterampilan pelatih
dalam mengaplikasikan penanganan cedera olahraga serta pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang menjadi alur rujukan penanganan cedera lanjut. Pendampingan
dilakukan melalui beberapa kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kegiatan pendampingan secara langsung dilakukan pada minggu keempat Agustus
Atlet
Cedera
Penanganan pertama
oleh pelatih
Dapat tertangani dgn baik Belum dapat tertangani
Sembuh Dirujuk ke Puskesmas terdekat
Penanganan tingkat Puskesmas
Dapat tertangani dgn baik
Belum dapat tertangani
Dirujuk ke RSUD Buleleng
36
2014. Pelaksana melakukan pengamatan dan evaluasi secara langsung aplikasi
keterampilan penanganan cedera. Disertai dengan evaluasi masalah yang ada dan
solusinya. Berikut adalah beberapa foto yang diambil saat pendampingan:
Gambar 19 Suasana Latihan di Klub BBC
37
Gambar 20. Salah satu atlet mengalami cedera saat latihan
Gambar 21. Pelatih memberi pertolongan dengan melakukan compression dengan
elastic bandage lalu tim IBM melakukan pendampingan saat pelatih melakukan
pertolongan terhadap cedera olahraga
38
Gambar 22. Suasana latihan klub Pencak Silat Kompas
Gambar 23. TIM IbM melakukan pendampingan pada saat salah satu atlet mengalami
cedera pada sendi siku
39
Gambar 24. TIM IbM melakukan pendampingan saat salah atlet mengalami cedera
pada tulang kering
Selain pendampingan secara langsung, juga dilakukan pendampingan secara tidak
langsung. Pendampingan tersebut dilakukan saat tidak latihan. Kunjungan tidak
langsung ke klub bulutangkis/perguruan pencak silat untuk mengetahui data kejadian
cedera olahraga yang terjadi pada atlet saat latihan dan penanganan yang telah
diberikan oleh pelatih serta evaluasi masalah yang ada dan solusinya. Komunikasi
dengan pelatih juga dilakukan melalui kontak telepon kepada pelatih mengenai
kejadian cedera olahraga serta penanganan yang telah diberikan disertai evaluasi
masalah yang ada dan solusinya.
Selama pendampingan yang telah dilaksanakan, pelatih baik cabang olahraga
bulutangkis ataupun pencak silat sudah dapat memberikan penanganan cedera
olahraga kepada atlet yang mengalami cedera. Adapun permasalahan yang muncul
adalah terdapat beberapa pelatih yang belum dapat melakukan tindakan penanganan
dengan fasih. Hal tersebut diatasi dengan melakukan pendampingan secara kontinu.
40
Selain itu, sarana yang diberikan dari program pengabdian ini dirasakan masih kurang
oleh pelatih karena sudah terpakai sebelumnya. Untuk itu diperlukan tindak lanjut
pengadaan sarana melalui pengadaan oleh klub atau perguruan masing-masing yang
disesuaikan dengan contoh yang telah diberikan.
41
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan IPTEKS bagi masyarakat ini, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Pedoman penanganan cedera olahraga yang bersifat aplikatif bagi pelatih yang
dihasilkan dari kegiatan ini bermanfaat bagi para pelatih.
2. Pelatih cabang olahraga bulutangkis dan pencak silat yang telah mengikuti
pelatihan ini telah memiliki keterampilan yang memadai untuk memberikan
penanganan cedera olahraga pada kasus-kasus yang sederhana.
3. Pelatih cabang olahraga bulutangkis dan pencak silat yang telah mengikuti
pelatihan ini telah memiliki kemampuan untuk menentukan alat dan bahan
yang diperlukan dalam tindakan saat menangani cedera olahraga pada atlet.
4. Pelatih yang telah mengikuti pelatihan ini memiliki koordinasi dan kerjasama
dengan penyedia pelayanan kesehatan Puskesmas terdekat dan mengetahui
alur rujukan untuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
6.2 Saran
1. Perlu adanya kegiatan pengabdian yang mengarah mengenai penanganan
cedera olahraga bagi cabang olahraga lainnya.
2. Pelatihan penanganan cedera olahraga juga perlu diberikan kepada atlet guna
meningkatkan pemahaman dan keterampilannya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Astawa, Putu. 2003. Cedra Olahraga Aspek Bantuan Hidup Dasar dan Pertolongan
Pertama. Makalah. Disampaikan Pada Pelatihan Rehabilitasi Medik Cedera
Olahraga. Rumah Sakit Sanglah. Denpasar.
C.K. Giam, K.C. Teh. 1992. Ilmu Kedokteran Olahraga. Alih Bahasa: Hartono
Satmoko. Jakarta. Binarupa Aksara.
Hardianto Wibowo. 1994. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga.
Jakarta. EGC.
James Wilson., MacDonald., Colin Fergusson. 1992. Cedera Olahraga. Alih Bahasa:
Gustav Anantamuller. Penerbit ARCAN. Jakarta.
Kemenpora, 2011. Kumpulan Makalah Lokakarya Cidera Olahraga. Jakarta.
Paul M. Taylor., Diane K Taylor. 1997. Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga.
Alih Bahasa: Jamal Khabib. Jakarta. Rajagrafindo Persada.
Widana I Ketut.2003. Mekanisme Kontraksi Otot Dalam pencegahan Cedera
Olahraga.Makalah. Disampaikan Pada Pelatihan Rehabilitasi Medik Cedera
Olahraga. Rumah Sakit Sanglah. Denpasar.
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57