kumpulan log book pendidikan agama

53
MAKALAH PRA UAS PENDIDIKAN AGAMA Bagaimana Mengembangkan Prinsip–Prinsip Dialog Budha Katholik di Los Angeles untuk dapat Membangun Komunikasi dan Sikap Saling Menghormati Antar umat Beragama KELAS E Oleh Kelompok 3: 1. Anita Puspa / 32090536 2. Andre / 37090182 3. Aikyo Joya Natayo / 31090270 4. Tiomsar Michael / 34090431 5. Denny Irawan / 33090155 6. Eko Saputera / 30080510

Upload: michael-silaban

Post on 25-Jul-2015

2.470 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

MAKALAH PRA UAS

PENDIDIKAN AGAMA

Bagaimana Mengembangkan Prinsip–Prinsip Dialog

Budha Katholik di Los Angeles untuk dapat Membangun

Komunikasi dan Sikap Saling Menghormati Antar umat

Beragama

KELAS E

Oleh Kelompok 3:

1. Anita Puspa / 32090536

2. Andre / 37090182

3. Aikyo Joya Natayo / 31090270

4. Tiomsar Michael / 34090431

5. Denny Irawan / 33090155

6. Eko Saputera / 30080510

Page 2: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

LOGBOOK 3 / KELOMPOK

Kelompok 3 / kelas E

Nama Anggota / NIM : 1.Anita Puspa / 32090536

2.Andre / 37090182

3.Aikyo Joya Natayo / 31090270

4.Tiomsar Michael / 34090431

5.Denny Irawan / 33090155

6.Eko Saputera / 30080510

Topik : Bagaimana Mengembangkan Prinsip–Prinsip Dialog Budha Katholik di Los

Angeles untuk dapat Membangun Komunikasi dan Sikap Saling Menghormati

Antarumat Beragama

Page 3: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada era globalisasi, manusia semakin terekspos dengan keberagaman kehidupan

social. Terpaan hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya tidak terbatas hanya pada

mereka yang memiliki latar belakangbudaya yang sam, melainkan juga mereka yang berasal

dari lingkup budaya berbeda. Globalisasi yang didukung oleh perkembangan teknoligi

informasi menuntut manusia selaku makhluk social untuk mampu berinteraksi dengan

pemikiran yang lebih terbuka terhadap perbedaan. Kemajuan internet maupun peralatan

teknologi yang kian canggih menjadikan batas antara negara atau budaya satu dengan yang

lainnya tidak jelas (dunia tanpa batas). Hal ini kiranya tidak dijadikan sebagai hambatan

ataupun ancaman dalam proses interaksi antar personal. Globalisasi justru merupakan

tantangan dimana manusia harus bisa mengembangkan dirinya melalui adaptasi sosial yang

bervariasi tanpa harus kehilangan teoriti budaya dan identitas masing-masing.

Bangsa Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam budaya, suku, ras, dan salah

satunya adalah agama. Keanekaragaman agama yang merupakan bagian dari karakter negara

multikulturalis / pluralis ini pada dasarnya memiliki suatu tujuan yang sama. Tujuan tersebut

antara lain adalah untuk hidup damai dan rukun dengan mencapai toleransi yang positif.

Namun demikian, menemukan persamaan antar agama ternyata lebih sulit daripada

mendeteksi perbedaannya. Hal ini semakin nyata ketika memasuki era globalisasi yang

merobohkan isolasi-isolasi dari tantangan-tantangan dunia luar. Kalaupun dahulu mungkin

kehidupan beragama relative lebih tentram karena terisolasi, tidaklah demikian dengan zaman

globalisasi ini. Semakin mudahnya interaksi antar manusia di era globalisasi memunculkan

tantangan tersendiri bagi umat beragama untuk menghadapi insan-insan beragama lain.

Agama merupakan suatu anugerah dari Tuhan, diperuntukkan bagi kebaikan dan

kesejahteraan umat manusia. Pluralitas kehidupan keberagamaan adalah sebuah kenyataan

yang harus disadari untuk saling melengkapi dan memperkaya pengalaman kehidupan,

membangun kasih sayang, persaudaraan, dan penghargaan sesame (bukan justru sebagai

musibah atau malapetaka).

Page 4: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

Semua agama tidak hanya didesak untuk memikirkan sikap praktis untuk bergaul

dengan agama lain, tetapi juga didesak untuk memahami secara teologis apakah makna

kehadiran agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan yang lain itu.

Mengembangkan pluralisme agama melalui dialog adalah mengusahakan bagaimana

seharusnya setiap agama mengatasi kebenaran mutlaknya, saat berjumpa dengan agama-

agama lain serta mencari titik temu sehingga kehadiran agama-agama bukan sebagai sumber

masalah (problem maker), tetapi sebagai pemberi solusi atas masalah-masalah sosial (problem

solver) dan sejauh mana agama memberi ruang secara partikularitas atau keunikan dari

masing-masing agama. Sehingga keunikan tersebut tetap dapat dipertahankan dan dapat

dikomunikasikan; bukan untuk diperbandingkan dan bukan berarti juga mencampuradukan.

Sehingga tercipta keterbukaan, perdamaian dan toleransi yang positif.

Dalam toleransi positif, kita menerima prinsip saling menghormati dan memahami

perbedaan antar agama-agama yang ada di dalam negara. Namun bukan berarti semua agama

dianggap sama karena masyarakat Indonesia dan individu-individu menolak kompromi

theologis atau aqidah.

Dalam rangka mencapai kerukunan dan kedamaian hidup antar umat beragama yang

dikenal dengan sebutan interfaith dialogue. Interfaith dialogue merupakan salah satu cara

untuk mengurangi kesalahpahaman yang kerap terjadi menyangkut keyakinan agama.

Interfaith dialogue menekankan usaha komunikasi antar umat beragama karena dipercaya

komunikasi yang baik akan menumbuhkan sikap saling memahami, menghargai, dan

menghormati, serta toleransi antara yang satu dengan yang lainnya.

Dialog adalah satu pilihan yang logis dan etis, adanya dialog memungkinkan terjadinya

saling melengkapi antara pendapat yang berbeda. Dialog berasal dari bahasa Yunani “dia-

logos”. Artinya bicara antar dua pihak, atau dwiwicara. Lawannya adalah monolog yang

berarti bicara sendiri. Arti sesungguhnya adalah percakapan antra dua orang (atau lebih) dalam

mana diadakan pertukaran nilai yang dimiliki masing-masing pihak. Dialog yang semacam itu

membutuhkan suatu sikap yang terbuka, bersifat hormat-menghormati, sikap yang melepaskan

segala prasangka mengenai agama lain, sikap mencari yang baik dari agama lain. Sikap itu

dapat dinamakan sikap dialogis.

Tidak bisa dipungkiri, akibat faktor-faktor sejarah dan moral yang begitu kompleks

antara agama-agama, budaya, bangsa dan peradaban dan kemampuan untuk menerima

Page 5: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

perbedaan dan kemauan untuk mencari titik temu adalah suatu yang sulit.

B. Definisi Operasional Judul

Variabel Independen

Arti Dialog: Dialog, asal kata prancis dialogue, secara harafiah berarti pembicaraan

antar beberapa orang, pembicaraan yg dilakukan oleh seseorang (lembaga, golongan,

dsb) yg kedudukan atau pengetahuannya sama atau seimbang, spt antara mahasiswa

dan mahasiswa, antara guru dan guru, pembicaraan yg dilakukan oleh seseorang

(lembaga, golongan, dsb) yg kedudukannya lebih rendah dng seseorang (lembaga,

golongan, dsb) yg kedudukannya lebih tinggi, spt antara buruh dan majikan, antara

mahasiswa dan menteri

Arti antar agama : antar agama dalam bahasa Inggris adalah interfaith yang artinya

jarak di sela-sela dua kepercayaan atau lebih. Di tengah dua agama.

Arti Interfaith dialogue : suatu bentuk komunikasi dan bagian penting untuk

terbentuknya masyarakat komunikatif, apalagi terhadap masyarakat yang plural dengan

agama yang plural. Untuk itu, perlu dibentuk forum komunikasi, ruang publik yang

demokratis, bebas dari dominasi dan hegemoni satu pihak, di mana pelaku-pelaku

kesadaran yang terbuka, matang, dan kritis dapat berperan dan mengambil bagian

dalam komunikasi yang interaktif.

Variabel Dependen

Arti komunikasi : suatu hubungan atau kontak dengan seseorang atau lebih, pengiriman

dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg

dimaksud dapat dipahami, komunikasi yg komunikan dan komunikatornya pada satu

saat bergantian memberikan informasi

Arti saling menghormati : suatu sikap saling menghargai (takzim, khidmat),

menjunjung tinggi, mengakui dan menaati (tt aturan, perjanjian), perbuatan yg

menandakan rasa khidmat, menaruh hormat kpd seseorang atau lembaga

Page 6: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

Arti judul sesungguhnya

Arti judul Bagaimana mengembangkan prinsip – prinsip interfaith dialogue antar

Budha dan Katholik untuk membangun komunikasi dan sikap saling menghormati

antar umat beragama:

Kami ingin mengetahui bagaimana cara membuka luas ,menjadikan besar, maju dan

sempurna sebuah prinsip – prinsip dialog antar Buddha dan Katholik yang pernah

terjadi di Los angeles untuk membangun komunikasi atau kontak dengan komunitas

agama lain serta sikap saling menghormati dan menghargai antar umat beragama lain.

C. Kerangka Berpikir

Membangun kerukunan kehidupan beragama

Variabel Independen : Interfaith Dialog ( Dialog Antargama)

Variabel Dependen:Membangun komunikasi dan sikap

saling menghormati antar umat beragama

Indikator : 1. Interaksi kooperatif dan positif antara orang-orang yang berbeda agama2. Konsentrasi pada kesamaan antar agama3. Pemahaman nilai-nilai ajaran masing-masing agama

Indikator :1. Hubungan atau kontak antara seseorang atau lebih yang saling memberikan informasi2. Saling menghargai dan menjunjung tinggi3. Perbuatan yang menandakan rasa khidmat

Page 7: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

D. Rumusan Masalah dan Hipotesis

Rumusan masalah dalam topik ini adalah Bagaimana mengembangkan prinsip – prinsip dialog

Budha Katholik di Los Angeles untuk dapat meningkatkan komunikasi dan sikap saling

menghormati antar umat beragama?

Hipotesis dalam topik ini adalah :

Ha : Prinsip – prinsip dialog Buddha Katholik di Los Angeles dapat meningkatkan komunikasi

antar umat beragama sehingga tercipta kerukunan hidup beragama

H0: Prinsip – prinsip dialog Buddha Katholik di Los Angeles tidak dapat meningkatkan

komunikasi antar umat beragama sehingga tidak tercipta kerukunan hidup beragama

Page 8: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

BAB II

REFLEKSI DAN ANALISIS KONDISI

A. Refleksi Kondisi

1. Berdasar Literatur

a. Berkait Variabel Independen (Interfaith Dialogue)

1) Berdasar Literatur Pokok

Dialog formal/dialog antar agama sangat diperlukan dalam Gereja

Katolik oleh kepemimpinan tercerahkan dari Paus. Pada awal tahun 1964,

dalam surat ensiklik pertama nya, ecclesiam Suam, Paus Paulus VI telah

menekankan perlunya dialog antar-agama, suatu sikap yang lebih ditekankan

dalam Nostra Aetate yang sepenuhnya didedikasikan untuk subjek yang

ditunjukkan oleh judul. Nostra Aetate yang menetapkan panggung untuk awal

dari dialog antaragama. Keputusan ini memulai perubahan fundamental dalam

cara Gereja dilihat dari agama lain. Untuk pertama kalinya, mendorong dialog

dengan mereka.

Pada tahun 1969 Keuskupan Agung Katolik di Los Angeles dengan

masyarakat agama lain mendirikan Council of Southern California dan pada

tahun 1971 mereka bergabung dengan komunitas Buddha. 3 tahun berikutnya,

Keuskupan Agung membentuk Komisi Ekumenis dan Antar Negeri untuk

mengkoordinasikan dan meningkatkan komunitas Katholik dengan komunitas

agama lain. Melalui Komisi dan Dewan Interreligious satu-satu pertukaran

dimulai antara Katolik dan Buddha. Beberapa sorotan dari pertukaran seperti

perayaan multireligius kunjungan 1987 dari Paus Yohanes Paulus II di Little

Tokyo (Nostra Aetate Alive) . Ini merupakan sejarah Los Angeles dalam

kerjasama agama Budha-Katolik Dialog, yang dimulai 16 Februari 1989.

Komunitas Buddhisme melihat interfaith dialogue yang dilakukan

sebagai kesempatan untuk membantu meningkatkan pemahaman dan simpati

terhadap Buddhisme dan merupakan sebuah proses yang dapat membantu umat

Buddha terjun ke masyarakat luas. Dialog ini diadakan oleh Organisasi Dewan

Sangha Buddha dan Kantor Katolik Ekumenis dan Urusan antaragama. Dialog

Page 9: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

ini membentuk sebagai seorang pejabat dan kelompok inti. Kelompok inti

dirancang untuk menampung sekitar delapan perwakilan dari umat Buddha dan

delapan perwakilan dari umat Katolik Roma. Rapat yang akan diadakan setiap

enam sampai delapan minggu yang diadakan selalu berputar antara di lokasi

umat Buddha dan Katholik. Dari awal, panitia mengakui bahwa ini adalah

dialog antar agama yang bersifat sangat awal dengan kebutuhan yang besar atas

kesabaran dan kesederhanaan untuk saling mengenal satu sama lain. Dan

mereka menyadari telah menjadi tangan pertama yang memiliki karunia untuk

memberikan satu sama lain pemahaman akan dua agama yang berbeda.

2) Berdasar Literatur Pengembangan

Akhir-akhir ini, interfaith dialogue dan interaksi antara umat Buddha

dengan pemeluk agama lainnya sering dilakukan. Mereka mulai saling

menghargai dan memahami kepercayaan mereka masing – masing. Hal ini

digambarkan dengan pertemuan Dalai Lama dengan Paus. Pada suatu

pertemuan yang dilaksanakan di Assisi, Italia dimana Sri Paus mengundang

semua pemimpin-pemimpin agama di dunia. Sekitar 150 wakil agama hadir.

Dalai Lama duduk dekat Sri Paus dan diberi kehormatan untuk memberikan

pidato yang pertama. Pemimpin-pemimpin agama yang lain juga menunjukkan

penghargaan yang tertinggi terhadap Buddhisme. Pada konferensi itu, mereka

mendiskusikan topik yang umum pada setiap agama, seperti moralitas, cinta

dan kasih sayang. Orang-orang yang sangat bersemangat dengan kerja sama,

keserasian dan penghargaan yang setara yang dirasakan oleh para pemimpin

agama yang berlainan. Dialog antar Budha dan katholik mengharapkan adanya

kemajuan materi dan kemajuan spiritual.

3) Berdasar nilai / ajaran agama

a) Nilai / ajaran agama Buddha

Dalam Tripitaka Dhammapada BAB VIII (SAHASSA VAGGA): 100.

“Daripada seribu syair yang tidak berarti, lebih baik sebait syair yang

penuh arti, yang dapat membuat si pendengar menjadi tenang.”

Page 10: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

b) Nilai / ajaran Agama Hindu

Dalam Bab Wak, sloka: 118

“Yang patut dikatakan itu hendaklah sesuatu yang membawa kebaikan, hal

itu janganlah digembar-gemborkan; berkeinginan disebut pandai bicara;

sebab kata-kata itu jika berkepanjangan, ada yang menyebabkan senang

ada yang menimbulkan kebenaran; tak baik hal serupa itu.”

c) Nilai / ajaran agama Islam

Dalam Qur’an Surat Al-Kaafiruun: 1-6

1. Katakanlah (Muhammad), ”Wahai orang-orang kafir!

2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,

3. dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,

4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.

6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

d) Nilai / ajaran agama Kristen

Dalam Alkitab (Efesus 4:2-3)

"Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar.

Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah

memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera"

e) Nilai / ajaran agama Katolik

Dalam Alkitab (Korintus 5:4)

“Bilamana kita berkumpul dalam Roh, kamu bersama-sama dengan aku,

dengan kuasa Yesus, Tuhan kita,”

f) Nilai / ajaran agama Khonghucu

Lun Gi (Sabda Suci) di kitab Su Si (Kitab Yang Empat): Jilid XII ayat 5

Dengan sedih Suma Giu berkata, “Orang lain mempunyai saudara, namun

aku sebatang kara”. (2) Cu He berkata, “Apa yang Siang pernah dengar,

Page 11: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

demikian: ‘Mati hidup adalah firman, kaya mulia adalah pada Tuhan YME.

Seorang Kuncu selalu sikap sungguh-sungguh, maka tiada khilaf. Kepada

orang lain bersikap hormat dan selalu susila. Di empat penjuru lautan,

semuanya saudara’. Mengapakah seorang Kuncu / susilawan merana

karena tidak mempunyai saudara?”

b. Berkait Variabel Dependen (Komunikasi antar umat beragama)

1) Berdasar Literatur Pokok

Mengacu pada Hindu dan Buddha, Paus menyatakan bahwa Gereja

Katolik sangat menjunjung tinggi perilaku dan ajaran kepercayaan mereka

walaupun berbeda dalam banyak hal dari apa yang mereka percayai. Komentar

dari Francis Kardinal Arinze, Presiden Dewan Kepausan Vatikan untuk Dialog

antar agama, yang menyebutkan bahwa salah satu gerakan yang paling ramah

dari Gereja adalah surat yang dikirim kepada masyarakat Buddhis yaitu Francis

Kardinal menunjukkan ketertarikannya pada "Pesta Hari Raya Waisak." Waisak

adalah hari di mana umat Buddha memperingati kelahiran, Pencerahan, dan

kematian Sang Buddha. Sesuai dengan semangat pendirinya, umat Buddhis

telah terkenal sepanjang sejarah untuk saling toleransi pada keyakinan dan

nilai-nilai yang berbeda. Tetapi beliau mengingatkan kita bahwa hal ini masih

tidak cukup. Kardinal menunjukkan juga bahwa “masyarakat majemuk di mana

kita hidup menuntut lebih dari sekedar toleransi saja.” Kita sebenarnya

diharuskan untuk saling mengasihi dan memahami sesama kita layaknya

mengasihi diri kita sendiri. Begitu pula dalam ajaran Buddha yang menasehati

kita: “kemarahan setara dengan cinta, menaklukkan kejahatan dengan kebaikan,

menaklukkan kekikiran dengan pemberian, serta menaklukkan pembohong

dengan kebenaran."

Meskipun benar bahwa banyak yang telah dicapai dengan cara dialog

antar agama, namun masih ada batu sandungan yang tetap signifikan selama ini.

Salah satu hambatan yang paling bertahan sampai dialog adalah kepercayaan

oleh anggota dari berbagai agama, yang dengan berpartisipasi di dalamnya

Page 12: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

mereka bisa mengorbankan kepercayaan mereka sendiri. Untuk penganut

Buddha, imannya ada untuk berdialog dengan agama lain. Alasannya adalah

bahwa Buddhisme bukan suatu sistem dogma, ataupun doktrin "keselamatan"

sebagai istilah yang umumnya dipahami dalam agama teistik. Sang Buddha

menasihati murid-muridnya untuk tidak mengambil keyakinan dengan begitu

saja. Sebaliknya, mereka harus mendengarkan, dan kemudian memeriksa ajaran

untuk diri mereka sendiri, sehingga mereka mungkin yakin akan kebenarannya.

2) Berdasar Literatur Pengembangan

Interfaith Dialogue antara Buddha dan Katholik yang terjadi di Los

angeles juga menghasilkan dampak positif pada negara – negara lain.

Contohnya di Seoul, Korea, Para seniman Buddha dan Katolik mengadakan

pameran natal bersama untuk memperingati Hari Raya Natal dan meningkatkan

kerukunan dan kerjasama antara kedua agama. Masing-masing terdiri dari 12

seniman Katolik dan 11 seniman Buddha memamerkan sebuah lukisan atau

patung di galeri seni Katolik di Kuil Bubryunsa, Seoul, pada 8-15 Desember.

Joseph Choi Jong-tae, Ketua Asosiasi Seniman Katolik Korea, mengatakan

kepada UCA News 8 Desember, pameran bersama itu digelar untuk

memperingati kelahiran Yesus Kristus dan untuk meningkatkan kerukunan

antaragama antara para seniman Katolik dan Buddha."Jika kita fanatik terhadap

agama kita masing-masing, konflik antara agama-agama akan jadi makin

parah," kata Choi, dosen kehormatan di Seoul National University.

Pada upacara pembukaan pameran baru-baru ini, Uskup Chunchon Mgr

John Chang Yik dan Yang Mulia Bubjang (Ketua Eksekutif Ordo Chogye)

menyampaikan ucapan selamat. "Hari Raya Natal hampir tiba dan pameran ini

adalah untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus," kata Yang Mulia Bubjang,

pemimpin sekte Buddha terbesar di negara itu. "Hari Raya Natal juga

merupakan ajang pertemuan para seniman dari kedua agama. Agama-agama

menunjukkan jalan hidup kepada umatnya dan umat hendaknya bersatu dalam

semangat agama mereka masing-masing. Agama-agama juga membuka jalan

terberkati kepada umatnya. Inilah cara merayakan Hari Raya Natal." Biksu itu

Page 13: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

mengatakan, kegiatan-kegiatan antaragama yang terus berkelanjutan

mendorong dia "untuk belajar dari dan memahami satu sama lain." Bagi dia,

dialog antaragama bisa terwujud hanya "jika kita kritis terhadap tradisi agama

kita masing-masing." Uskup Chang, pembimbing rohani Asosiasi Seniman

Katolik Korea, berharap agar "pameran-pameran ini akan terus berlanjut dari

tahun ke tahun untuk membantu meningkatkan persaudaraan dan saling

pengertian di antara agama-agama."

Sejumlah karya seni pada pameran itu mencerminkan tema-tema

religius, seperti Roh Kudus, Salib, kelahiran Kristus, dan gambar-gambar

Buddha. Pameran itu dibuka untuk umum secara gratis. Seorang mahasiswa

seni yang sedang mengunjungi pameran itu mengatakan, ia terkejut melihat

para seniman Buddha dan Katolik mengadakan pameran bersama. Namun ia

senang melihat seni Katolik dan Buddha berada dalam satu tempat. Salah

seorang seniman Buddha yang mengikuti pameran itu, mengatakan "Kami

berasal dari agama yang berbeda, tapi kami punya kemauan baik untuk

mengadakan pameran bersama ini karena ini membantu kami memahami

budaya satu sama lain."

3) Berdasar Nilai / Ajaran Agama

a) Nilai / ajaran agama Buddha

Dalam Dhammapada BAB XIV (BUDDHA VAGGA): 185.

“Tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tidak menyakiti makhluk lain,

melatih pengendalian diri dan tingkah laku, hidup tenang di tempat sunyi,

mengembangkan ketenangan batin, inilah Ajaran para Buddha.”

b) Nilai / ajaran agama Hindu

Dalam Sloka dalam Rig Weda, X.19.4

Dia berseru kepada kita semua, "Wahai umat manusia, satu-kanlah

pikiranmu untuk mencapai satu tujuan dan satukan-lah hatimu, satukan

pikiranmu dengan sesama, dan semuanya tinggal dalam pergaulan yang

harmonis."

Page 14: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

c) Nilai / ajaran agama Islam

Dalam Qur’an Surat Al-Baqarah: 148

”Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya.

Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu

berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah

Mahakuasa atas segala sesuatu.”

d) Nilai / ajaran agama Kristen

Dalam Alkitab (Yoh 17:14)

“Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci

mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari

dunia”

e) Nilai / ajaran agama Katolik

Dalam Alkitab (Yakobus 2:22)

“Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan

oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna”

f) Nilai / ajaran agama Khonghucu

Lun Gi (Sabda Suci) dalam kitab Su Si (Kitab Yang Empat) : Jilid XV

ayat24

Cu Khong bertanya, “Adakah suatu kata yang boleh menjadi pedoman

sepanjang hidup?” Nabi bersabda, "Itulah Tepa Sarira! Apa yang diri

sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan kepada orang lain.”

Page 15: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

B. Analisis Kondisi

1. Berdasar Literatur Pokok

a. Berkait Variabel Independen (Interfaith Dialogue)

1) Berdasar Literatur Pokok

Pada tahun – tahun awal berdirinya agama katholik , Buddha dan Katholik telah

hidup di antara satu sama lain . Kemungkinan kecil pada abad pertama,

komunitas kecil Katholik ada di India. Proses penyebaran agama katholik

dimulai pada awal era modern ketika Eropa melakukan perjalanan eksplorasi,

ekspansi kekuasaan komersial dan kolonial di Asia serta mulai mengatur

panggung untuk pertemuan besar pertama antara agama yang sekarang biasa

disebut interfaith dialogue atau dialog antar agama. Para penjelajah Eropa

tersebut merasa selain mencari target ekspansi tetapi juga sebagai misionaris

yang melihat diri mereka sendiri sebagai bagian dari misi untuk menyebarkan

Injil Tuhan. Tetapi lambat laun apa yang dilakukan mereka tidak bercermin

pada pertemuan bersar pertama antar agama pada awalnya. Mereka mulai

membawa kata Allah ke Asia dan menetapkan struktur kekuasaan dan dominasi

Eropa atas masyarakat baik yang berumat Buddha, Hindu dan anggota agama-

agama lainnya. Hal ini bukan suasana yang dipupuk oleh dialog antar agama

yang sejati. Hal ini mulai membuat sebagian orang merasa tidak adanya rasa

saling memahami dengan perbedaan antar agama yang ada.

Sebuah kota di Negara Amerika yang dinamai dengan nama kota yang

paling suci "Queen of Angels" atau biasa kita dengar Los Angeles, agama

Buddha dan Katholik hidup berdampingan. Hal ini disebabkan oleh adanya

gelombang imigrasi yang besar dari negara – negara di benua Asia ke Los

Angeles yang kebetulan bertepatan dengan sikap keterbukaan baru terhadap

agama-agama lain dalam Katholik. Sikap tersebut secara resmi diumumkan

dengan dikeluarkannya putusan yang bernama "Nostra Aetate" yaitu Deklarasi

Agama Non-Kristen yang berasal dari Vatikan pada tahun 1965. Nostra Aetate

ini adalah Pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama-Agama Bukan

Kristen yang berisi mengenai segala pernyataan yang berhubungan antara

agama katholik dan agama lainnya sehingga tidak terjadi pertikaian. Dengan

Page 16: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

diumumkannya putusan Nostra Aetate, mereka juga mulai menyiapkan

panggung untuk dialog antar agama yang baru.

Ketika Buddhisme mulai dikembangkan, situasi unik mulai terjadi juga

di Los Angeles. Semua sekolah utama dengan etnis dan tradisi didasari dengan

basis Buddhisme meskipun masing-masing dengan bahasa sendiri dan adat

istiadat yang memang sudah ada dari awal di sini. Keragaman besar tersebut

yang mulai timbul dalam agama Buddha merangsang dialog antar Buddha dan

Katholik. Setelah melalui proses panjang seperti yang sudah dijelaskan

berdasarkan literatur pokok diatas, Pada tanggal 16 Februati 1989 Dialog antar

agama Buddha dan Katholik pertama kali diadakan di Los angeles. Dialog

tersebut diadakan oleh organisasi Dewan Sangha Buddhis dan Komisi

Ekumenis dan Antar Negeri Pimpinan Buddhisme di Los Angeles setuju untuk

melakukan interfaith dialogue meskipun beliau diliputi perasaan keengganan.

Kegalauan pemikiran pemimpin Buddha adalah banyak orang yang ingin

beragama Buddha tapi mereka dipenuhi rasa takut akan masa – masa kolonial

yang mengharuskan mereka beragama katholik. Namun demikian, beberapa

pemimpin Buddha telah mengembangkan hubungan persahabatan dengan

pemimpin dari kelompok agama lain, terutama dengan Katolik Roma dan

mampu meredakan kekhawatiran rekan-rekan mereka. Komunitas Buddhisme

sendiri pun melihat interfaith dialogue yang dilakukan sebagai kesempatan

untuk membantu meningkatkan pemahaman dan simpati terhadap Buddhisme

dan merupakan sebuah proses yang dapat membantu umat Buddha terjun ke

masyarakat luas. Ada juga tradisi Buddhisme dalam perjalanan sejarah untuk

bekerja kelompok dengan agama lain. Karena inti dari Buddhisme adalah untuk

meninggalkan segala bentuk ciri yang bersifat tidak mengkritik atau mengutuk

agama lain. Sang Buddha sendiri sering mengunjungi pusat-pusat agama lain,

dan pengikut agama Buddha sering didorong untuk belajar dan pengalaman

yang berbeda sistem agama atau filsafat. Di antara umat Katolik, pedoman

Nostra Aetate memulai perubahan fundamental dalam cara Gereja yaitu umat

Katolik telah menjadi bersemangat untuk mengeksplorasi dan belajar tentang

Page 17: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

agama lain. Hal ini mempengaruhi Dialog antar dua agama tersebut sehingga

dialog menjadi tepat waktu.

Di dalam Interfaith Dialogue yang dilakukan di Los Angeles, Paus

menyatakan bahwa apa yang menyatukan kita (antar umat beragama) lebih

besar daripada apa yang dapat memisahkan kita dimana kita dapat bekerjasama

atau saling mendukung tanpa adanya konflik serta kesalahpahaman. Alfred

Rabbi Wolf mempercayai bahwa ajaran Buddha sebagai ajaran yang universal

dalam arti bahwa hal itu berkaitan dengan kondisi dasar manusia. Dan

dinyatakan pula bahwa semua orang adalah Buddha walaupun tidak beragama

Buddha atas dasar ajarannya yang universal.

Berkaitan dengan masalah penderitaan, Paus mengingatkan kita, "Orbis

Stat dum volvitur inti." ("Salib tetap konstan sementara dunia berubah").

Penelitian ini mencari jawaban atas pertanyaan yang membingungkan: mengapa

Tuhan mengijinkan adanya kejahatan di dunia? Sementara bagi umat beragama

Buddha, pertanyaannya bukan bagaimana Tuhan mengijinkan hal tersebut

melainkan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi realitas kejahatan yang

terjadi di dunia.

Sesuai dengan semangat pendirinya, umat Buddhis telah terkenal

sepanjang sejarah untuk saling toleransi pada keyakinan dan nilai-nilai yang

berbeda. Tetapi beliau mengingatkan kita bahwa hal ini masih tidak

cukup.Komentar dari Francis Kardinal Arinze, Presiden Dewan Kepausan

Vatikan untuk Dialog antar agama menunjukkan juga bahwa “masyarakat

majemuk di mana kita hidup menuntut lebih dari sekedar toleransi saja.” Kita

sebenarnya diharuskan untuk saling mengasihi dan memahami sesama kita

layaknya mengasihi diri kita sendiri. Begitu pula dalam ajaran Buddha yang

menasehati kita: “kemarahan setara dengan cinta, menaklukkan kejahatan

dengan kebaikan, menaklukkan kekikiran dengan pemberian, serta

menaklukkan pembohong dengan kebenaran."

Tidak hanya masalah yang terjadi di Los Angles, masalah yang dihadapi

kebanyakan orang adalah mengganggap agama hanya sistem kepercayaan yang

berpusat pada Tuhan sang pencipta. Sebenarnya sistem kepercayaan adalah

Page 18: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

definisi terbatas dari agama, dan tidak semua pemuka agama akan

mendefinisikannya dengan cara yang sama. Tetapi, itu adalah sistem

kepercayaan yang bertujuan untuk menolong orang dalam kehidupan ini dan

yang akan datang, dan untuk memajukan kemanusiaan.

Sekarang terdapat banyak interaksi antara agama-agama di dunia dan

banyak hal yang dapat digotong-royongkan. Sebagai contoh banyak terdapat

interaksi antara umat Buddha dan Katholik. Umat Kristen Katolik dan

sebagainya belajar teknik-teknik konsentrasi dan meditasi dari Buddhisme.

Banyak pendeta-pendeta Kristen, pastur-pastur, rahib, dan suster datang ke

Dharmasala, India, untuk belajar teknik-teknik konsentrasi dan meditasi dan

bagaimana mengembangkan cinta dengan tujuan untuk membawanya ke tradisi

agama mereka. Beberapa umat Buddha telah mengajar di seminar-seminar

(sekolah tinggi) Katolik. Dalam agama Katholik, dikatakan bahwa kita harus

mencintai setiap orang, tetapi tidak dikatakan bagaimana melakukannya,

Buddhisme sarat kaya akan teknik-teknik mengembangkan cinta kasih.

Tingkatan yang paling tinggi dalam agama Katholik adalah terbuka untuk

mempelajari teknik-teknik ini dari agama Buddha. Hal ini tidak berarti bahwa

mereka semua akan menjadi Buddhis, karena tak seorangpun yang dapat

mengubah orang lain. Teknik-teknik ini dapat diadaptasikan dalam agama

mereka sendiri untuk membantu mereka menjadi umat Kristiani yang lebih

baik. Demikian juga, umat Buddhis tertarik dalam beberapa hal dari kekristenan

terutama yang berhubungan dengan pelayanan sosial. Beberapa tradisi Kristiani

menekankan pada pastur dan susternya untuk terlibat dalam pengajaran, dalam

pekerjaan dari rumah-rumah sakit, merawat orang-orang jompo, dan lain-lain.

Walaupun beberapa dari layanan masyarakat ini telah berkembang di beberapa

negara Buddhis, namun hal ini belumlah berkembang di semua negara Buddhis

karena alasan-alasan sosial dan geografis. Ini adalah sesuatu yang baru yang

dapat dipelajari oleh umat Buddha dari orang-orang Kristiani. Dalai Lama juga

sangat terbuka dalam hal ini. Bukan berarti bahwa umat Buddha akan menjadi

Kristiani. Tetapi, ada aspek-aspek tertentu dari pengalaman Kristiani yang dapat

dipelajari umat Buddha. Dan ada hal-hal lain dari pengalaman umat Buddha

Page 19: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

yang dapat dipelajari oleh umat kristiani juga. Dengan cara ini, interfaith

dialogue diantara Buddha dan Katholik didasari oleh penghargaan yang tinggi

terhadap satu dengan lainnya.

Pameran natal bersama yang diadakan para seniman Buddha dan

Katholik di Seoul, Korea. Pameran bersama itu memiliki nilai karena

ketegangan antaragama bisa mereda lewat kontak berkelanjutan di kalangan

para seniman dari agama-agama berbeda, katanya. Choi mengonfirmasikan

bahwa para seniman dari kedua agama berencana untuk terus menggelar

pameran bersama guna meningkatkan kerukunan antaragama. Pameran ini

merupakan kelanjutan dari pameran bersama tahun lalu untuk memperingati

Hari Raya Waisak (hari kelahiran Buddha).

Pada upacara pembukaan pameran baru-baru ini, Uskup Chunchon Mgr

John Chang Yik dan Yang Mulia Bubjang (Ketua Eksekutif Ordo Chogye)

menyampaikan ucapan selamat. Yang Mulia Bubjang menekankan pentingnya

kerukunan antaragama. Ia menyebut semua agama "rekan," bukan "saingan atau

musuh." Dijelaskan bahwa kerjasama antaragama itu perlu "demi

pengembangan sosial berkelanjutan, seperti penyelesaian secara damai

perselisihan antarbangsa, dan penanganan krisis lingkungan hidup."

Meski harus diakui pula, dialog antar-agama juga belum membuahkan

hasil yang memuaskan. Kerap masih ada sekelompok yang melampaui batas

dan mencederai dialog yang selama ini dibangun. Bagaimana seharusnya dialog

dibangun?

Dialog antar agama saat ini dikatakan masih belum bisa berjalan dengan

efektif. Ini harus terus dimaksimalkan. Dialog antar-agama yang selama ini di-

adakan, hanya dilakukan dan dihadiri oleh tokoh yang itu-itu saja. Mestinya di-

alog diikuti oleh tokoh lainnya agar dialog tak hanya dalam tataran wacana saja.

Ini berarti dialog tak hanya terbatas dilakukan oleh para pemuka agama

saja. Dialog juga mestinya dilakukan para guru atau kalangan pelajar yang

memiliki keyakinan berbeda sehingga akan membantu kesalingpahaman di an-

tara pemeluk agama yang berbeda.

Page 20: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

Dengan pemahaman untuk saling menghargai dan toleransi yang tak

hanya dimengerti oleh para pemuka agama saja, tentu langkah toleransi juga

akan semakin mudah untuk dilakukan. Intinya, dialog antar-agama mestinya

juga mencapai akar rumput.

Diperlukan langkah yang lebih konkret dan praktis. Dengan demikian

dialog ini tak hanya berhenti dalam sebuah wacana saja. Ini bisa dilakukan den-

gan melakukan perkemahan bersama, misalnya. Dalam kegiatan tersebut dapat

menjadi sebuah pelatihan atau percontohan. Bahkan, dapat menjadi pelajaran

bagi para pemeluk agama yang berbeda untuk mengatasi berbagai masalah dan

perbedaan. Ini juga bisa dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat beragama

pada skala yang lebih besar.

2) Berdasar Literatur Pengembangan

Dialog Membangun Peradaban

Program Bilateral Interfaith Dialogue dilaksanakan 12-14 Oktober 2008

di Beirut, Lebanon. Temanya, ”Promoting Interfaith Dialogue among Plural So-

ciety”.

Dialog ini terselenggara atas kerja sama Deplu, KBRI Beirut, dan Dar

El Fatwa Lebanon di bawah pengawasan Perdana Menteri HE Mr Fuad Sin-

iora.

Pertemuan antartokoh agama ini memberi inspirasi bagi bangsa ini un-

tuk saling belajar bagaimana memahami berbagai sekte dan aliran keagamaan.

Dan yang penting bagaimana perbedaan bisa melahirkan tata hidup yang

berdampingan dalam suasana damai dan saling menghormati.

Indonesia dan Lebanon

Dari pengalaman dialog antaragama di Indonesia, bisa dipetik beberapa

hal positif. Dalam 10 tahun terakhir, ada perkembangan positif terkait keruku-

nan umat beragama. Salah satu faktor penting adalah adanya komunikasi lebih

intensif antarpemuka agama. Di Indonesia, hal ini didukung identitas nasional,

Pancasila, sebagai komponen pemersatu bangsa yang majemuk.

Page 21: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

Meningkatnya peran pemuka agama dalam mencegah konflik dapat dili-

hat melalui berbagai Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang dibentuk

di setiap provinsi dan kabupaten/kota. Forum ini selain membahas tentang

agama juga hal-hal aktual terkait kesejahteraan umat beragama.

Belajar dari fenomena agama di Lebanon, bisa dilihat umat beragama

yang umumnya menghargai proses dialog dan berkomitmen untuk hidup damai

berdampingan. Artinya, meski ada konflik, bukan disebabkan perbedaan agama

yang terdiri dari 18 sekte. Konflik terjadi sebagai bagian pertentangan politik.

Semasa perang saudara (1975- 1990), tak ada perusakan rumah ibadah.

Sistem pembagian kekuasaan berdasarkan sekte agama diakui merupakan salah

satu faktor yang melemahkan persatuan nasional Lebanon. Hal ini diperparah

pengaruh konflik regional yang memengaruhi situasi domestik Lebanon.

Ada hal-hal yang menjadi perhatian, antara lain perkawinan lintas

agama dan penyebaran agama di Indonesia. Diakui, dua hal itu sering menim-

bulkan gesekan antarumat beragama. Meski demikian, Pemerintah Indonesia

mencoba meminimalkan gesekan itu melalui berbagai peraturan. Sementara

dari Lebanon menyampaikan berbagai cara untuk mempererat hubungan an-

tarumat beragama melalui pendidikan dan kegiatan keagamaan, termasuk pene-

tapan hari besar keagamaan yang diperingati bersama Muslim dan Kristen.

Pengalaman Indonesia dan Lebanon dalam menciptakan kerukunan an-

tarumat beragama ada kesamaan dan perbedaan. Dari sana kedua negara bisa

belajar bagaimana membangun komunikasi antartokoh agama dalam mencip-

takan perdamaian.

Peran tokoh agama penting bagi terciptanya kerukunan di antara

pemeluknya. Peran mereka juga penting dalam menciptakan kesadaran umat

beragama mencintai bangsanya.

Peran agama

Peran agama amat penting sebagai penyeimbang dua poros utama, ne-

gara dan pasar. Itu dikatakan karena selama ini agama sering terjebak per-

mainan negara dan terjerumus logika pasar kapitalisme yang kerap mence-

Page 22: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

lakakan. Peran agama harus dikembalikan sebagai penyeimbang dua kekuatan

itu. Itulah yang dimaksud upaya merenda habitus baru bangsa dan merumuskan

kultur bangsa yang beradab.

Orientasi hidup beragama tidak sekadar mencari kerukunan antaragama

satu dan lain setelah itu everything is over. Justru setelah kerukunan agama

berlanjut, hal itu menjadi modal bangsa untuk membangun dan mencari kese-

imbangan di antara posisi negara dan pasar, antara perancang kebijakan politik

dan pelaku ekonomi. Jadi masalahnya adalah bagaimana kerukunan hidup be-

ragama bisa menjadi modal dasar untuk membangun cara pandang, merasa, dan

perilaku sesuai kemanusiaan dan keadilan.

Agama akan menjadi roh pembebas masyarakat dari ketakutan akan

represi negara maupun ketertindasan eksploitasi ekonomi. Agama tidak menjadi

orientasi hidup, tetapi untuk menjadikan hidup lebih berorientasi pada kemanu-

siaan.

Hingga kini, kita menghadapi masalah: agama masih sering dijadikan

instrumen kekuasaan daripada sebagai pewarna dan pengarah. Inilah yang

membuat agama sering mandul dalam diri para pengkhotbah dan pemeluknya.

Sebab, ia tidak pernah dibatinkan dalam perilaku, tetapi lebih dijadikan komod-

itas politik dan ekonomi untuk kepentingan jangka pendek dan amat sempit.

Orientasi beragama bukan untuk mengembangkan keadaban publik, tetapi lebih

pada bentuk lahiriah saja.

b. Berkait Variabel Dependen (Komunikasi antar umat beragama)

1) Berdasar Literatur Pokok

Menurut Alfred bahwa kita (antar umat beragama) sudah siap untuk

saling berpelukan dan menyatakan dalam hal ini kita sudah hormat pada

ajarannya masing-masing. Kita semua sama dalam hal menderita dan nantinya

akan mengalami akhir dari penderitaan yaitu kebebasan. Dalai Lama telah

menempatkan itu: "Saya tertarik tidak dalam mengkonversi orang lain untuk

Buddhisme tetapi bagaimana kita umat Buddha dapat berkontribusi untuk

manusia, sesuai dengan ide-ide kita sendiri." Dan Alfred selalu berfikir bahwa

Page 23: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

jika kita sudah berdialog sejak tiga puluh tahun yang lalu untuk mulai berbicara

satu sama lain, maka kita harus melanjutkannya dengan saling mendukung satu

sama lain.

Dalai lama mengatakan bahwa sangat baik dengan adanya berbagai

macam agama di dunia ini. Seperti halnya satu jenis makanan tidak akan

menarik bagi semua orang, satu agama atau kepercayaan tidak akan

memuaskan kebutuhan setiap orang. Oleh karena itu, sangatah baik terdapat

berbagai macam agama di dunia.tetapi terkadang tidak semua orang memiliki

pemahaman seperti Dalai lama. Orang – orang mulai mempunyai pemikiran

jahat untuk mengekspansi kepercayaan orang lain dan memaksakan agamanya

sendiri pada orang lain. Konflik agama juga sering terjadi akibat dipolitisasinya

agama untuk kepentingan tertentu. Agama tidak dijadikan sebagai pedoman

hidup, melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang justru bertentangan

dengan norma agama itu sendiri. Penyebab terjadinya konflik agama, yakni

terkait dengan ketidakadilan, diskriminasi perlakuan, dan kesenjangan sosial.

pemerintah harus mengambil solusi untuk menyelesaikan atau mengatasi

penyebab terjadinya konflik agama tersebut. Misalnya pemerintah harus

intensif melakukan dialog antaragama. Namun dialog antar agama bukannya

mencari persamaan seperti yang selama ini sering dilakukan, melainkan justru

harus mencari perbedaan guna mendorong terciptanya kehidupan antar agama

yang damai. Tentu saja, jika dialog tersebut mendiskusikan metafisik dan

teologi, akan terdapat perbedaan-perbedaan. Tidak ada jalan untuk menyatukan

perbedaan-perbedaan itu. Tetapi hal itu tidak berarti dalam setiap dialog harus

mendebatkan masalah tersebut dengan sikap seolah-olah "Ayahku lebih kuat

daripada Ayahmu," itu adalah sifat kekanak-kanakan dan dapat memicu konflik.

Lebih baik untuk melihat segala sesuatunya dengan sewajarnya.

Semua agama di dunia adalah untuk mencari kemajuan perdamaian

dunia dan untuk membuat hidup menjadi lebih baik dengan jalan mengajarkan

kepada orang-orang untuk mengikuti tingkah laku yang etis. Dengan cara ini,

orang-orang tidak menjadi terperangkap pada sisi material dari kehidupan dan

hidup mereka dapat diseimbangkan antara kemajuan material dan spritual. Jika

Page 24: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

semua agama saling bekerja sama untuk memajukan situasi dunia, saya percaya

semua konfik agama dapat dihindari. Dialog antar Budha dan katholik

mengharapkan adanya kemajuan materi dan kemajuan spiritual.

2) Berdasar Literatur Pengembangan

Dahulu ketika saya masih duduk di bangku sekolah dan pesantren, be-

berapa guru ngaji pernah memberikan nasehat agar selalu memegang teguh aki-

dah Islam sebagai sebuah agama yang saya percayai semenjak lahir.

Guru saya mengatakan bahwa agama Islam-lah yang paling benar. Hal

ini tercermin dari sabda Tuhan (sesungguhnya agama yang diridhoi oleh Allah

hanyalah Islam). Dari ungkapan Tuhan ini, maka konsekuensi logisnya adalah

“agama di luar Islam adalah agama yang salah”.

Wejangan guru ngaji saya dahulu itu selalu teringat dan menempel

dalam benak pikiran. Saya sadar bahwa ungkapan guru ngaji saya tersebut

sebenarnya benar karena memang membela dan memegang teguh agama seba-

gai sesuatu yang kita yakini kebenarannya agar tegak di bumi ini merupakan se-

buah kewajiban pemeluk agama, apa pun agamanya.

Akan tetapi, tanpa di sadari, sikap ekslusif beragama mulai tumbuh

terutama pada mereka yang mempunyai keyakinan yang berbeda dengan saya.

Kondisi seperti itu sedikit demi sedikit berubah ketika saya melanjutkan studi

ke jenjang yang lebih tinggi yakni strata satu. Saat itu saya mulai banyak berke-

nalan dengan masyarakat yang lebih luas yang tentunya berbeda–tidak hanya

budaya, ras, warna kulit bahkan agama sekalipun.

Pergaulan yang luas itu ternyata merubah cara pandang yang sebelum-

nya ekslusif kemudian mau tidak mau harus bersikap inklusif dan sadar akan

keberagaman (plural) terlebih ketika tinggal satu rumah dengan warna-warni

keyakinan agama. Dari sini-lah saya mulai sadar bahwa komunikasi antar bu-

daya dan agama dapat membuat kita lebih arif dalam bersikap.

Kisah itu mungkin juga dialami oleh sebagian dari kita bahwa ketika

berkomunikasi dengan orang lain, kita dihadapkan dengan bahasa-bahasa, atu-

ran-aturan, dan nilai-nilai yang berbeda. Sulit bagi kita untuk dapat memahami

Page 25: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

komunikasi mereka jika kita birsikap sangat etnosentrik yakni sikap cara me-

mandang segala sesuatu dengan pandangan kelompoknya sendiri sebagai pusat

segala sesuatu itu, dan hal-hal lainnya diukur dan dinilai berdasarkan rujukan

kelompoknya. Itu-lah kira-kira sikap yang dianut oleh saya dan guru ngaji saya

dahulu.

Dengan kondisi alam yang terus mengalami penyempitan akibat terus

bertambahnya jumlah penduduk, maka yang dahulu kita saling jauh, dikemu-

dian hari kita akan saling berdekatan atau mungkin bertetangga. Dengan kon-

disi tersebut, maka kebutuhan akan komunikasi yang inklusif sangat urgen. Se-

bagai sarana untuk membina kerukunan beragama dan bermasyarakat.

Karena itu sebagai solusinya adalah dalam hal ini para penganut agama

dan kalangan elite agama harus bijak di dalam upaya menafsirkan doktrin

agama dan kitab suci masing-masing. Para penganut dan elite agama hendaknya

lebih menonjolkan ajaran-ajaran yang humanis dan menafsirkan ulang ayat-ayat

yang terkesan mengajarkan permusuhan menjadi lemah lembut.

Sosialisasi pentingnya membina persaudaraan antar agama saat ini

menurut hemat saya masih berkutat ditingkat juru dakwah agama saja, dan ku-

rang merembes pada kalangan “akar rumput” (masyarakat luas).

Di sini-lah hendaknya para juru dakwah agama harus pandai mengko-

munikasikan cara beragama yang santun kepada masyarakat luas. ”Jalur

eceran”(baca: Masyarakar bawah) meminjam istilah Ulil Abshar Abdalla ini

juga harus mendapatkan distribusi yang cukup terhadap wawasan pentingnya

hidup rukun antar umat beragama.

Para juru dakwah agama sekarang harus mulai rajin mengkampanyekan

pentingnya pengetahuan akan agama lain di luar agama yang diyakininya.

Pengetahuan ini tidak hanya terbatas di kalangan elit agama saja akan tetapi

juga harus merambah kepada masyarakat lapisan terbawah atau masyarakat

awam yang bergesekan secara langsung dengan para pemeluk agama-agama

lain dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam bentu pengajian umum, dan

acara-acara kemasyarakatan lainnya.

Page 26: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

Menumbuhkan minat studi agama di luar keyakinan agama yang kita

anut bisa menjadi solusi untuk dapat saling memahami dan tentunya bersikap

adil dalam bersikap. Karena menurut saya munculnya klaim kebenaran ekslusif

itu di picu oleh pola pemahaman terhadap agama dan para penganut agama

lainnya yang terkadang kurang faham bahkan keliru.

Di antara penyebabnya adalah adanya uraian bias yang disuarakan oleh

para “elite agama” dalam menyuarakan dan men-doktrin-kan bahwa hanya pada

agama yang dianutnya-lah satu-satunya jalan kebenaran–dan agama lainnya se-

bagai jalan yang menyimpang.

Kunci untuk meraih kerukunan beragama yang harmonis menurut saya

adalah menambah intensitas komunikasi tidak hanya bagi mereka yang berbeda

budaya saja tetapi juga keyakinan agama agar kedamaian membumi dinegeri

kita tercinta ini.

Page 27: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

Diagram Batang Hasil Kuesioner - Hindu

0

2

4

6

8

10

12

1 2 a. b. c. d. e. f. 3. a. b. c. d. e. f.

Pertanyaan

Ju

mla

h O

ran

g Y

an

g

Men

jaw

ab

Ya

Tidak

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

ya

tidak

2. Berdasar Hasil Peninjauan Lapangan

a. Agama Buddha

b. Agama Hindu

Page 28: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

c. Agama Islam

d. Agama Kristen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1302468

1012

HASIL KUESIONER - KRISTEN

YATIDAK

PERTANYAAN

PERS

ENTA

SE

1 2a 2b 2c 3a 3b 3c0

20

40

60

80

100

YaTidak

Page 29: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

e. Agama Katolik

f. Agama Khonghucu

1 2a 2b 2c 2d 2e 2f 3a 3b 3c 3d 3e 3f0

2

4

6

8

10

Grafik Diagram Batang Hasil Kuesioner - Khonghucu

Ya

Tidak

Pertanyaan

Jum

lah

Resp

onde

n ya

ng M

en-

jaw

ab

Page 30: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama
Page 31: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

3. Berdasar Nilai / Ajaran Agama

Bila ditinjau dari ayat-ayat ajaran dari kitab suci masing-masing agama, tersirat menge-

nai perspektif masing-masing agama berkait dengan variable independen tentang pentingnya

interfaith dialog dalam membangun komunikasi antar umat beragama.

Menurut ajaran agama Islam, tersirat mengenai perspektif tentang substansi dialog antar umat

beragama dalam Qur’an Surat (QS) Al-Kafirun ayat 1-6 yang dapat dipahami bahwa memban-

gun interfaith dialog adalah suatu tindakan yang sangat dianjurkan untuk menciptakan per-

damaian antarumat beragama.

Nilai atau ajaran agama Kristen dan Katolik mengenai perpektif pentingnya membangun dia-

log dalam Efesus 4:2-3 dan serta ayat yang serupa terdapat pula dalam Yoh 17:14 yang dapat

dipahami bahwa dalam ajaran agama Kristen dan agama Katolik mengajarkan bahwa harus

berbuat baik kepada semua orang, tanpa memilih-milih siapapun orang tersebut.

Nilai atau ajaran agama Hindu juga mengajarkan pentingnya perspektif dialog seperti tertuang

dalam Bhagawagitta Sloka: 118 yang dapat dipahami bahwa untuk menciptakan atau mem-

bangun komunikasi serta saling menghormati maka setiap manusia harus dapat menyesuaikan

lebih dulu dirinya dengan orang lain baik dari pikiran maupun hati masing-masing orang

karena dengan banyaknya perbedaan yang mempermudah perselisihan untuk mencapai sebuah

keharmonisan akan sangat sulit.

Dalam nilai atau ajaran agama Buddha terdapat ajran tentang pentingnya perspektif dialog

dalam kitab suci Dhammapada BAB VIII (SAHASSA VAGGA): 100 yang pemahamannya

adalah bahwa dialog yang kita tuturkan adalah tentang kebaikan ataupun kabar menyenangkan

sehingga dialog tersebut memiliki arti mendalam bagi pendengarnya.

Dalam nilai ajaran agama Khonghucu terdapat ajaran tentang pentingnya perspektif dialog

dalam kitab suci Lun Gi (Sabda Suci) di kitab Su Si (Kitab Yang Empat): Jilid XII ayat 5 yang

pemahamannya adalah menggunakan 5 kebajikan sebagai landasan dalam bertingkah laku un-

tuk mencapai kerukunan dengan sesama manusia. Dengan kebajikan kita berbuat cinta kasih

dengan sesama manusia agar tercapai kerukunan antar umat beragama.

Page 32: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

Dalam kaitan dengan variable dependen yaitu bagaimana mengembangkan prinsip-

prinsip dialog Buddha-Katolik di Los Angeles untuk meningkatkan komunikasi dan dapat sal-

ing menghormati antarumat beragama, perspektif nilai atau ajaran setiap agama mengarahkan

kepada pentingnya dialog antaragama,

Menurut ajaran agama Islam, tersirat mengenai perspektif tentang substansi komunikasi be-

ragama dalam QS Al-Baqarah ayat 148 yang dapat dijelaskan bahwa tidak boleh memaksakan

umat lain untuk menganut ajaran agama Islam serta sebaliknya, dan dijelaskan pula bahwa kita

harus saling bersikap baik, berkomunikasi baik, dan saling menhormati kepada umat beragama

lain.

Nilai atau ajaran agama Kristen dan Katolik mengenai perpektif pentingnya membangun dia-

log dalam Korintus 5:4 serta ayat yang serupa terdapat pula dalam Yakobus 2:22 yang dapat

dipahami bahwa dalam ajaran agama Kristen dan agama Katolik mengajarkan apabila kita da-

pat berkumpul bersama-sama dengan orang-orang yang berpikiran jernih, kita dapat meng-

hasilkan sesuatu yang baik pula, tanpa ada prasangka buruk, tanpa ada perpecahan, melainkan

untuk mempererat persaudaraan dalam Roh Kudus, tidak menutup agama apapun.

Nilai atau ajaran agama Hindu juga mengajarkan pentingnya perspektif dialog seperti tertuang

dalam kitab Sarassamuccaya Sloka: X.19.4 yang dapat dipahami bahwa untuk menciptakan

atau membangun komunikasi serta saling menghormati maka setiap manusia harus dapat

menyesuaikan lebih dulu dirinya dengan orang lain baik dari pikiran maupun hati masing-mas-

ing orang karena dengan banyaknya perbedaan yang mempermudah perselisihan untuk menca-

pai sebuah keharmonisan akan sangat sulit.

Dalam nilai atau ajaran agama Buddha terdapat ajran tentang pentingnya perspektif dialog

dalam kitab suci Dhammapada BAB XIV (BUDDHA VAGGA): 185 yang pemahamannya

adalah dengan menenangkan diri akan diri sendiri otomatis kita akan lebih memiliki etika

dalam berkomunikasi antar umat beragama yang berguna untuk menunjang nilai agama Budha

itu sendiri sehingga kita tidak perlu mencari kesalahan orang lain dan hanya hidup tenang

tanpa ada dendam sehingga dapat meningkatkan komunikasi antar umat beragama.

Page 33: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

Dalam nilai ajaran agama Khonghucu terdapat ajaran tentang pentingnya perspektif dialog

dalam Lun Gi (Sabda Suci) dalam kitab Su Si (Kitab Yang Empat) : Jilid XV ayat 24 yang

pemahamannya adalah satya dan tepa sarira, yang berarti apa yang kita tidak inginkan terjadi

dengan kita, janganlah kita berikan atau lakukan kepada oranglain. Ini pun berlaku dalam hal

melakukan komunikasi dengan sesama, janganlah kita berbicara yang tidak baik seperti meny-

inggung orang lain, menjelek-jelekan orang lain, membicarakan hal yang tidak benar/ fitnah,

dan sebagainya.

C. Langkah dan Pemecahan Masalah

Interfaith Dialogue yang sudah sering diadakan oleh beberapa pemeluk agama

menghasilkan sikap yang nyata seperti sikap pemahaman, simpati dan saling menghormati.

Tetapi karena masyarakat kita adalah masyarakat yang dinamis, Interfaith Dialogue yang

dilaksanakan tetap memiliki berbagai kekurangan. Maka cara yang dilakukan untuk

meningkatkan Interfaith Dialogue sebagai berikut :

Saling menerima dan saling menghargai antarumat beragama dan menyadari

keberadaan dalam semangat multikultur

Lebih banyak mencari persamaan daripada mencari perbedaan di antara pemahaman

agama masing – masing

Memilih topik – topik dialog antar agama yang tidak memiliki unsur SARA dan yang

tidak memancing konflik atau sebagainya. Kedepannya dialog perlu diintensifkan dan

berkesinambungan

Mulai membuat layanan sosial ditengah – tengah komunitas agama yang berbeda

Melaksanakan interfaith dialogue dengan tulus tanpa maksud untuk mempolitisi agama

tertentu ( kepentingan tertentu )

Peran pemerintah juga penting di dalam peningkatan interfaith Dialogue ini dengan

cara mengadakan interfaith dialogue minimal setahun sekali untuk menjaga tali

silaturahmi antar pemeluk agama lain

Pemerintah hendaknya memenuhi kewajiban dalam menyediakan sarana dan

prasarana, termasuk dana dialog yang memadai melalui APBN/APBD secara tetap

setiap tahunnya

Page 34: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

Ikut serta dalam acara atau hari besar keagamaan lain

Mengadakan acara kebersamaan dengan pemeluk agama lain

Menguatkan kemampuan menghayati, mendalami dan melaksanakan ajaran agama

yang diyakini dalam kehidupan sehari-hari (yang dimulai dari dirinya sendiri)

Umat harus dapat lebih memahami keberadaan agama pihak lain (jangan terlalu egois)

Perlu mengembangkan bentuk dialog antarumat beragama dari dialog tematis menuju

dialog karya untuk lebih mempercepat pemerataan pelaksanaan dialog

Page 35: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil analisis / penelaahan terhadap literatur pokok maupun literatur

pengembangan dapat disimpulkan bahwa kelompok kami menerima Ha yakni Prinsip –

prinsip dialog agama Buddha dan Katholik di Los Angeles dapat meningkatkan

komunikasi antar umat beragama sehingga tercipta kerukunan hidup beragama.

Berdasarkan hasil peninjauan lapangan menyatakan bahwa seluruh lapisan masyarakat

mendukung adanya interfaith dialogue yang diyakini dapat meningkatkan komunikasi

antar umat beragama sehingga tercipta kerukunan hidup beragama.

Berdasar nilai / ajaran agama, di dalam kitab suci masing-masing ajaran agama,

ternyata juga terdapat kutipan-kutipan yang juga mendukung adanya interfaith

dialogue, dan juga terdapat anjuran untuk menjalin komunikasi dengan lebih baik

kepada pemeluk agama lain.

Page 36: Kumpulan Log Book Pendidikan Agama

DAFTAR PUSTAKA

www. Wikipedia.org

www.pemkomedan.go.id

www. buddhistzone.com

http://mirifica.net

www.christianpost.co.id

http://www.tabloiddiplomasi.org

http://infopublik.depkominfo.go.id

http://isyraq.wordpress.com

http://ciimpusmeong.blogspot.com

www. Wikipedia.org

www.pemkomedan.go.id

www. buddhistzone.com

http://mirifica.net

www.christianpost.co.id

http://www.tabloiddiplomasi.org

http://infopublik.depkominfo.go.id

http://isyraq.wordpress.com

http://ciimpusmeong.blogspot.com

http://vgsiahaya.wordpress.com/artikel/dialog-membangun-peradaban/

http://www.knowledge-leader.net/2011/09/memahami-komunikasi-beragama/